Buku ini membahas enam prinsip untuk mencapai kesehatan emosi dan rohani dalam diri sendiri dan gereja, termasuk melihat di bawah permukaan, mengatasi pengaruh masa lalu, hidup dalam kerentanan, menerima keterbatasan, menyambut duka, dan mencontohkan kasih melalui inkarnasi.
3. buku
Edisi Asli Bahasa Inggris
Judul: The Emotionally Healthy
Church
Penulis: Peter Scazzero
Penerbit: Zondervan
Tahun terbit: 2005
Edisi Terjemahan Bahasa Indonesia
Judul: Gereja yang Sehat Secara
Emosional
Penerbit: Gospel Press
Tahun terbit:
4. daftar isi
Matarantai yang Hilang dalam Pemuridan
Dasar Alkitabiah untuk Suatu Paradigma Baru
dalam Pemuridan
Enam Prinsip dari Gereja yang Sehat Secara
Emosional
Prinsip 1: Melihat ke Bawah Permukaan
Prinsip 2: Menghancurkan Kekuatan Masa Lalu
Prinsip 3: Hidup dalam Keremukan & Kerentanan
Prinsip 4: Menerima Karunia Keterbatasan
Prinsip 5: Menyambut Kedukaan & Kehilangan
Prinsip 6: Menjadikan Inkarnasi Sebagai Model
untuk Mengasihi dengan Baik
Ke Mana Kita Akan Melangkah
5. Buku ini menawarkan suatu visi pemuridan
yang baru: Pemuridan yang sejati
mengintegrasikan kesehatan rohani dan emosi.
Peter Scazzero menguraikan enam prinsip
untuk menjadi seseorang yang sehat secara
emosional. Dilengkapi juga dengan inventori
untuk mengenali kesehatan rohani/emosi
Anda.
Di sini Anda akan menjumpai pemikiran-
pemikiran baru yang menantang dan
menyegarkan mengenai apa yang dibutuhkan
untuk memimpin diri sendiri dan gereja Anda
menuju kepenuhan dan kematangan di dalam
Kristus.
sinopsis
6. Pendiri Emotionally Healthy Spirituality bersama
istrinya, Geri.
Perintis dan Gembala Senior New Life Fellowship
Church di Queens, New York City, sebuah gereja
multirasial, dengan jemaat berasal dari 65 negara
berbeda.
M.Div. dari Gordon-Conwell dan D.Min. dalam
Marriage and Family dari Eastern Baptist
Theological Seminary.
Penulis Emotionally Healthy Spirituality, The
Emotionally Healthy Church (Gold Medallion Award
for 2003), Begin the Journey with the Daily Office,
dan beberapa buku panduan PA terlaris.
Ayah dari 4 anak perempuan.
penulis
Peter Scazzero
7. Buku ini membahas salah satu tantangan
terbesar yang dihadapi oleh para pemimpin
gereja—bagaimana menjadi orang yang sehat
yang menciptakan komunitas yang sehat.
Ditulis oleh seorang praktisi dengan “luka
perang” yang memahami apa yang
dibicarakannya. Saya berharap saya sudah
membacanya duapuluh tahun yang lalu.
—JOHN ORTBERG, Pendeta Pengajar Willow
Creek Community Church, Penulis Everybody’s
Normal Till You Get to Know Them
rekomendasi
9. Spiritualitas yang
Berat Sebelah
• Kenyataan menyedihkan: Hanya ada sangat
sedikit perbedaan kedewasaan emosional
dan relasional antara orang yang percaya
pada Kristus dan yang tidak percaya.
• Di luar pertemuan ibadah raya, persekutuan
umum, dan kebaktian doa, masuk ke rumah-
rumah orang percaya, kita mendapati
banyaknya hubungan yang rusak dan gagal.
• Apakah gambaran ini mengingatkan kita
akan seseorang di gereja/persekutuan:
10. Orang yang …
1. … tidak pernah berkata “Saya salah” atau “Maaf”.
2. … terus-menerus mengkritik orang lain.
3. … tidak dapat menoleransi pandangan yang berbeda.
4. … secara sembunyi-sembunyi kecanduan pornografi.
5. … sangat sibuk melayani tetapi tidak menyadari
pasangannya sangat kesepian di rumah.
6. … menganggap setiap saran sebagai serangan dan
penolakan pribadi.
7. … bergumul dengan kepahitan dan kebencian kepada
pendeta/penginjil tetapi tidak berani mengutarakannya.
8. … tak kenal lelah melayani di banyak bidang tetapi jarang
sekali mengambil waktu untuk memelihara dirinya.
9. … ikut pertemuan dan kegiatan untuk melarikan diri dari
kenyataan menyakitkan pernikahan mereka.
10. … tidak pernah bisa membuka diri tentang permasalahan
dan kesulitan yang dihadapi.
11. 10 Simptom Spiritualitas
yang Tidak Sehat
Manakah yang menggambarkan diri Anda saat ini?
1. Menggunakan Tuhan untuk lari dari Tuhan
2. Mengabaikan emosi kemarahan,
kesedihan, dan ketakutan
3. Mati untuk hal-hal yang keliru
4. Menyangkal pengaruh masa lalu terhadap
masa kini
5. Membagi kehidupan ke dalam kategori
“sekular” dan “sakral”
e.g. My prayers are usually
about God doing my will, not me
surrendering to his wille.g. I am rarely honest with myself
and/or others about the feelings, hurts
and pains beneath the surface of my life
e.g. I tend to deny healthy, God-given
desires and pleasures of life (friendships,
joy, music, beauty, laughter, nature) while
finding it difficult to die to my self-
protectiveness, defensiveness, a lack of
vulnerability and judgmentalism
e.g. I rarely consider how my family of
origin and significant people/events
from my past have shaped my presente.g. I easily compartmentalize God to
“Christian activities” while usually
forgetting about him when I am working,
shopping, studying or recreating
12. 10 Simptom Spiritualitas
yang Tidak Sehat
6. Melakukan hal bagi Tuhan, bukan bersama
dengan Tuhan
7. Menghindari konflik dengan mencari-cari
alasan rohani
8. Menutup-nutupi kelemahan dan kegagalan
9. Hidup tanpa memperhatikan batas
kemampuan/kekuatan
10.Menghakimi perjalanan rohani orang lain
e.g. I tend to evaluate my spirituality
based on how much I am doing for God
e.g. In the name of “peacemaking”, we
bury tensions and avoid conflict rather
than speak the truth in love
e.g. Instead of humility and
approachability, I am highly
reactive and defensive
e.g. Those close to me would say that I
often “try to do it all” or “bite off more
than I can chew”
e.g. I often find myself occupied and
bothered by the faults of others
13. Spiritualitas yang
Berat Sebelah
• Ada banyak orang yang penuh semangat bagi
Tuhan dan tampak “dewasa secara rohani”
tetapi masih bayi/kanak-kanak/remaja secara
emosi.
• Mengapa? Hubungan antara kedewasaan emosi
dan kedewasaan rohani kurang dipahami dan
diajarkan.
• Penekanan pembinaan rohani biasanya lebih
banyak pada pemahaman doktrinal/biblikal,
doa/penyembahan, pelayanan/penginjilan,
dengan mengabaikan kesehatan emosional.
14. Kesehatan Emosi dan
Kepemimpinan Rohani
• Kesehatan dari suatu gereja/pelayanan
banyak tergantung pada kesehatan emosi
dan rohani para pemimpinnya.
• Kunci dari kepemimpinan rohani yang
berhasil lebih berkaitan dengan kehidupan
internal dari pemimpin ybs daripada
kemampuan, karunia, dan pengalamannya.
15. Tesis
Kesehatan emosi dan kesehatan
rohani tidak dapat dipisahkan.
Seorang kristiani tidak mungkin
dewasa secara rohani jika ia
tidak dewasa secara emosi.
16. Inventori Kesehatan
Emosi/Rohani
Bagian A:
Pembinaan Rohani secara Umum
Bagian B:
Pembinaan dalam Komponen Emosi
Jawablah dengan skala:
1 = Tidak benar demikian
2 = Kadang benar demikian
3 = Sering benar demikian
4 = Sangat benar demikian
17. Bagian A: Pembinaan
Rohani secara Umum
1. Saya merasa yakin bahwa saya sudah diangkat menjadi anak
Tuhan dan jarang, kalau pun pernah, mempertanyakan
penerimaan-Nya atas diri saya.
2. Saya suka menyembah Tuhan secara pribadi maupun bersama-
sam dengan orang lain.
3. Saya memelihara waktu yang berkualitas secara teratur dalam
firman dan doa.
4. Saya mengalami Tuhan telah meperlengkapi saya dengan unik
dan sedang aktif menggunakan karunia-karunia tersebut untuk
melayani.
5. Saya terlibat di dalam komunitas persekutuan dengan orang
percaya lainnya.
6. Saya menggunakan talenta, harta, dan waktu sesuai kehendak
Tuhan , bukan kepentingan diri sendiri.
7. Saya mengintegrasikan iman saya dalam pekerjaaan dan
kehidupan sehari-hari.
Total ___________
18. Bagian B: Pembinaan
dalam Komponen Emosi
Prinsip 1: Melihat ke Bawah Permukaan
Prinsip 2: Menghancurkan Kekuatan Masa Lalu
Prinsip 3: Hidup dalam Keremukan & Kerentanan
Prinsip 4: Menerima Karunia Keterbatasan
Prinsip 5: Menyambut Kedukaan & Kehilangan
Prinsip 6: Menjadikan Inkarnasi Sebagai Model
untuk Mengasihi dengan Baik
Prinsip 7: Memperlambat Laju agar Dapat
Memimpin dengan Integritas
19. Prinsip 1: Melihat ke
Bawah Permukaan
1. Saya dapat mengenali apa yang saya rasakan di dalam hati saya
(Luk 19:41-44; Yoh 11:33-35).
2. Saya bersedia mengorek bagian hidup saya yang belum disadari
atau belum diterima, mempersilakan Kristus untuk mengubah
saya lebih penuh (Rm 7:21-25; Kol 3:5-17).
3. Saya menikmati berada sendiri dalam perenungan yang teduh
bersama Tuhan saja (Mar 1:35; Luk 6:12).
4. Saya dapat membagikan perasaan, sukacita, dan penderitaan
saya dengan bebas (Maz 22; Ams 5:18-19; Luk 10:21).
5. Saya dapat mengalami dan menangani amarah dengan cara
yang menumbuhkan orang lain dan diri sendiri (Ef 4:25 – 32).
6. Saya jujur dengan diri saya (dan dengan beberapa orang dekat)
mengenai perasaan, keyakinan, keraguan, penderitaan, luka
hati di bawah permukaan hidup saya (Maz 73; 88; Yer 20:7-18).
Total ___________
20. Prinsip 2: Menghancurkan
Kekuatan Masa Lalu
7. Saya dapat mengatasi konflik dengan cara yang jelas,
langsung, dan penuh hormat, bukan dengan cara yang
mungkin telah saya peroleh dari tumbuh-kembang di
dalam keluarga saya, seperti menekan, menghindar,
memperbesar masalah, atau mendatangi orang ketiga
daripada mengahadapi orang ybs secara langsung (Mat
18:15-18).
8. Saya berusaha mengatasi akibat dari peristiwa yang
sangat mengguncang dan sangat mempengaruhi saya,
seperti kematian anggota keluarga, kehamilan yang tidak
direncanakan, perceraian, kecanduan, kebangkrutan, dll
(Kej 50:20; Maz 51).
21. Prinsip 2: Menghancurkan
Kekuatan Masa Lalu
9. Saya dapat mengucap syukur pada Tuhan atas semua
pengalaman masa lalu saya, melihat bagaimana Dia telah
menggunakannya untuk secara unik membentuk saya
menjadi sebagaimana adanya sekarang (Kej 50:20; Rm
8:28-30).
10. Saya dapat melihat beberapa “dosa generasional” telah
diteruskan pada saya melalui sejarah keluarga, termasuk
kelemahan karakter, nilai-nilai yang keliru, cara
menghadapi penderitaan, dan kecenderungan yang tidak
sehat dalam berhubungan dengan orang lain (Kel 20:5; cf.
Kej 20:2; 26:7; 27:19; 37:1-33).
22. Prinsip 2: Menghancurkan
Kekuatan Masa Lalu
11. Saya tidak memerlukan persetujuan dari orang lain untuk
merasa bahwa diri saya baik-baik saja (Ams 29:25; Gal
1:10).
12. Saya mengambil tanggung jawab dan pengakuan atas hal-
hal yang terjadi pada masa lalu, daripada terus
menyalahkan orang lain (Yoh 5:5-7).
Total ___________
23. Prinsip 3: Hidup dalam
Keremukan & Kerentanan
13. Saya mengakui ketika bersalah, sedia meminta
pengampunan dari orang lain (Mat 5:23-24).
14. Saya dapat membicarakan kelemahan, kegagalan, dan
kesalahan saya secara bebas (2Kor 12:7-12).
15. Orang lain memandang saya sbg orang yang mudah
didekati, lembut hati, terbuka, dan jujur (Gal 5:22-23;
1Kor 13:1-6).
16. Orang yang dekat dengan saya mengatakan bahwa saya
tidak mudah tersinggung atau terluka (Mat 5:39-42, 1Kor
13:5).
24. Prinsip 3: Hidup dalam
Keremukan & Kerentanan
17. Saya terbuka mendengar dan menindaklanjuti kritik dan
masukan yang membangun dari orang lain tentang diri
saya (Ams 10:17; 17:10; 25:12).
18. Saya tidak mudah menghakimi atau mengkritik orang lain
(Mat 7:1-5).
19. Orang lain mengatakan bahwa saya lambat berkata-kata,
ceppat mendengar, dan baik dalam melihat sesuatu dari
sudut pandang mereka (Yak 1:19-20).
Total ___________
25. Prinsip 4: Menerima
Karunia Keterbatasan
20. Saya tidak pernah dituduh “mau mengerjakan segalanya”
atau mau melakukan lebih dari yang mampu dilakukan
(Mat 4:1-11).
21. Saya biasanya dapat berkata tidak kepada permintaan
atau kesempatan daripada beresiko memaksakan diri
secara berlebihan (Mar 6:30-32).
22. Saya mengenali berbagai situasi di mana kepribadian saya
yang unik dapat menolong atau menghambat dalam
menanggapi secara tepat (Maz 139; Rm 12:3; 1Ptr 4:10).
26. Prinsip 4: Menerima
Karunia Keterbatasan
23. Mudah bagi saya untuk membedakan kapan perlu
menolong mengangkat beban seseorang (Gal 6:2) dan
kapan melepaskannya sehingga mereka dapat
mengangkat beban sendiri (Gal 6:5).
24. Saya dapat mengukur kapasitas emosi, relasi, fisik, dan
spiritual dengan baik, mengatur waktu untuk undur diri
beristirahat dan mengisi “persediaan bahan bakar” saya
lagi (Mar 1:21-39).
25. Orang yang dekat dengan saya akan mengatakan bahwa
saya bagus dalam menjaga keseimbangan antara keluarga,
beristirahat, bekerja, dan bermain secara alkitabiah (Kel
20:8).
Total ___________
27. Prinsip 5: Menyambut
Kedukaan & Kehilangan
26. Saya mengakui perasaan kehilangan dan kekecewaan
secara terbuka (Maz 3; 5).
27. Ketika saya mengalami kekecewaan atau kehilangan, saya
Merenungkan perasaan saya, bukan berpura-pura semua
baik-baik saja (2Sam 1:4, 17-27; Maz 51:1-17).
28. Saya mengambil waktu untuk berduka atas kehilangan
saya sebagaimana dilakukan Daud (Maz 69) dan Yesus
(Mat 26:39; Yoh 11:35; 12:27).
29. Orang-orang yang mengalami penderitaan dan kesedihan
besar cenderung mencari saya karena mereka melihat
jelas bahwa saya menghadapi kehilangan dan kesedihan
dalam hidup saya dengan baik (2Kor 1:3-7).
30. Saya dapat menangis dan mengalami depresi atau
kesedihan, dan mengizinkan Tuhan untuk bekerja di
dalam diri saya melaluinya (Maz 42; Mat 26:36-46).
Total ___________
28. Prinsip 6: Menjadikan
Inkarnasi Sebagai Model
untuk Mencintai dengan Baik
31. Saya dapat masuk ke dunia dan perasaan orang lain,
berhubungan secara dalam dengan mereka dan mengambil
waktu membayangkan bagaimana rasanya hidup dalam
posisi mereka (Yoh 1:1-14; 2Kor 8:9; Fil. 2:3-5).
32. Orang yang dekat dengan saya mengatakan bahwa saya
adalah pendengar yang responsif (Ams 10:19; 29:11; Yak
1:19).
33. Ketika saya menegur seseorang yang telah melukai atau
bersalah pada saya, saya lebih banyak berbicara sebagai
orang pertama (“Saya”) mengenai apa yang saya rasakan
daripada berbicara dengan nada menyalahkan (“Kamu”
atau “Mereka”) mengenai apa yang telah terjadi (Ams
25:11; Ef 4:29-32).
29. Prinsip 6: Menjadikan
Inkarnasi Sebagai Model
untuk Mencintai dengan Baik
34. Saya tidak tertarik menghakimi orang lain atau segera
memberi penilaian tentang mereka (Mat 7:1-5).
35. Orang-orang mengatakan bahwa saya adalah orang yang
bertujuan dan berusaha untuk sungguh-sungguh
“mengasihi dengan baik” (Yoh 13:34-35; 1Kor 13).
Total ___________
30. Prinsip 7: Memperlambat Laju
agar Dapat Memimpin dengan
Integritas
36. Saya memiliki waktu yang cukup untuk sendirian dengan
Tuhan untuk menopang saya dalam bekerja bagi-Nya.
37. Saya memelihara hari Sabat 24-jam setiap minggu—
untuk berhenti, beristirahat, menyukakan dan
merenungkan Tuhan.
38. Orang yang dekat dengan saya mengatakan bahwa
pernikahan dan anak-anak saya mendapat prioritas di
atas pelayanan dan orang lain.
39. Saya tidak takut mengajukan pertanyaan yang sulit dan
tidak menyenangkan, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain, ketika diperlukan.
40. Saya tidak membagi kepemimpinan saya dalam kategori
sakral/sekular. Saya memperlakukan fungsi
pengelolaan/perencanaan dalam kepemimpinan sama
bermaknanya dengan doa dan persiapan khotbah.
Total ___________
33. Bayi secara Emosi
Emotional Infants
• Saya mencari orang lain untuk menjaga saya secara
emosional dan spiritual
• Saya sering sulit menggambarkan dan mengalami perasaan
saya secara sehat dan jarang dapat masuk dalam dunia
emosi orang lain.
• Saya terus-menerus dikendalikan oleh kebutuhan
mendapat pemenuhan yang cepat, sering menggunakan
orang lain sebagai objek untuk memenuhi kebutuhan saya.
• Orang lain kadang memandang saya kurang
mempertimbangkan dan kurang peka lingkungan.
• Saya tidak nyaman dengan keheningan atau kesendirian.
• Ketika pencobaan, hambatan, dan kesulitan datang, saya
ingin meninggalkan Tuhan dan kehidupan kristiani.
• Saya kadang mengalami Tuhan di gereja dan ketika saya
bersama orang Kristen lainnya, namun jarang ketika saya
di tempat kerja atau di rumah.
34. Kanak-kanak secara Emosi
Emotional Children
• Ketika hidup berjalan sesuai keinginan saya, saya tenang.
Namun, segera setelah kekecewaan dan ketegangan
muncul, saya langsung merasa kacau.
• Saya sering menerima sesuatu secara personal,
menafsirkan ketidaksetujuan atau kritik sebagai serangan
pribadi.
• Ketika hal-hal berjalan tidak seperti yang saya inginkan,
saya sering mengeluh, merajuk, menarik diri,
memanipulasi, kesal, kasar, ketus, atau menuntut balas.
• Saya sering menggantungkan diri pada kerohanian orang
lain karena saya sangat jenuh dan terpecah.
• Kehidupan doa saya terutama berisi berbicara pada Tuhan,
memberi tahu-Nya apa yang harus dilakukan dan
bagaimana membereskan masalah saya.
• Doa adalah tugas, bukan kesukaan.
35. Remaja-Pemuda secara Emosi
Emotional Adolescents
• Saya tidak suka ketika orang meragukan saya.
• Saya sering cepat menilai dan menghakimi perilaku orang lain.
• Saya menahan pengampunan pada orang yang bersalah pada
saya, menghindari atau tidak mau berhubungan dengan
mereka ketika mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan saya.
• Saya secara tidak sadar mengingat-ingat kasih yg pernah diberikan.
• Saya merasa sulit untuk sungguh-sungguh mendengarkan
penderitaan, kekecewaan, atau kebutuhan orang lain tanpa menjadi
dipenuhi oleh diri sendiri.
• Saya kadang merasa terlalu sibuk melewatkan waktu yang cukup
untuk memelihara kehidupan rohani saya.
• Saya menghadiri gereja dan melayani orang lain namun hanya
sedikit saja menikmati Kristus.
• Kehidupan Kristen saya masih terutama berisi melakukan sesuatu
bagi Tuhan, bukan tinggal bersama Dia.
• Sebagian besar doa saya masih lebih banyak berisi saya yang
berbicara, dengan sedikit ketenangan dan kesendirian, atau
mendengarkan Tuhan.
36. Dewasa secara Emosi
Emotional Adults
• Saya menghormati dan mengasihi orang lain tanpa harus
mengubah atau menghakimi mereka .
• Saya menghargai orang lain sebagaimana mereka adanya,
bukan berdasarkan apa yang dapat mereka berikan pada saya
atau bagaimana mereka memperlakukan saya.
• Saya mengambil tanggung jawab atas pikiran, perasaan,
tujuan, dan tindakan saya.
• Saya dapat menyatakan kepercayaan dan nilai-nilai saya pada orang
yang tidak sepaham dengan saya — tanpa menjadi bermusuhan.
• Saya dapat mengukur keterbatasan, kekuatan, dan kelemahan saya
secara tepat.
• Saya sangat yakin bahwa saya dikasihi Kristus secara penuh,
sebagai hasilnya, saya tidak mencari persetujuan orang lain bahwa
saya OK.
• Saya dapat mengintegrasikan antara melakukan sesuatu bagi Tuhan
dan melakukan sesuatu bersama Tuhan (Maria dan Marta).
• Hidup kristiani saya telah beralih dari sekadar melayani Kristus
menjadi mencintai Kristus dan menikmati persekutuan bersama-
Nya.
38. Dalam pertumbuhan menuju
kedewasaan emosi, kita semua
seperti lobster …
• Untuk bertumbuh, lobster harus melepaskan
cangkangnya yang lama, keras, dan melindungi;
kemudian menumbuhkan cangkang yang baru dan
lebih besar.
• Lobster melakukannya sekitar 25 kali dalam 5 tahun
pertama hidupnya, dan setahun sekali setelah
menjadi menjadi dewasa.
• Proses pelepasan ini tidak enak dan tampak
berantakan. Di bawah tekanan, cangkang yang lama
retak. Lobster meregangkan ototnya dan
melepaskan diri dari cangkang retak tsb.
• Dalam waktu antara meninggalkan cangkang lama
dan mengerasnya cangkang baru, lobster telanjang
dan sangat rentan.
39. Langkah Selanjutnya …
• Pertumbuhan kita untuk menjadi semakin
serupa dengan Kristus menuntut kita
melepaskan cangkang kita yang lama, keras,
dan melindungi; mempersilakan Tuhan
membawa kita menuju tempat yang baru di
dalam Dia.
• Untuk bertumbuh dewasa dalam Kristus, kita
perlu bertumbuh dewasa dalam kesehatan
emosi.
• Perjalanan menuju kedewasaan emosi kita
memerlukan: Mentor, Kesabaran, dan Doa.
40. Belajar Lebih lanjut …
www.newlifefellowship.org
www.emotionallyhealthychurch.org
www.emotionallyhealthy.org