SlideShare a Scribd company logo
GAS HIDRAT, HARAPAN ENERGI MASA DEPAN INDONESIA
Forumhijau.com - Kepala Bidang Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
Udrekh, mengemukakan Indonesia memerlukan penelitian kebencanaan di laut. "Beberapa waktu lalu BPPT
melakukan survei seismik dan ditemukan gas metan hidrat di laut dalam, dekat daerah gempa," ungkapnya,
Senin (1/7).
Daerah gempa yang memiliki potensi gas, antara lain di Simeulue, Nias, Bengkulu, dan selatan Jawa Barat.
Sedangkan, potensi gas metan hidrat banyak di patahan Sumatera dan selatan Jawa Barat "Gas tersebut bisa
dieksplorasi untuk diolah menjadi sumber #energi baru pada masa mendatang untuk mengganti sumber
energi minyak," jelasnya.
Ia juga menambahkan BPPT, memandang perlu pengetahuan terhadap penguasaan teknologi pengeboran
laut dalam yang dinilainya minim.
Sementara itu, dalam tulisannya, Andi Hendra Paluseri, alumni Teknik Tenaga Listrik-ITB, menyebutkan
bahwa Gas Hidrat adalah sumber energi gas yang terbentuk di darat maupun di laut dalam suhu yang rendah
dan tekanan yang tinggi berbentuk es yang bersenyawa dengan air. Pertama kali gas hidrat ditemukan pada
tahun 1811 oleh Sir Humphrey Davy. #Hidrat adalah senyawa kimia yang terdiri dari Gas alam, O2, N2,
Kripton, Xenon, Argon, CO2, H2S dan lain lain yang bersenyawa dengan air.
Intinya Gas Hidrat adalah gas yang terkurung dalam air dan akan keluar dari kurungan bila air tersebut
mengalami pemanasan. Tak tanggung-tanggung, potensinya di Indonesia diperkirakan mencapai 3.000
Trillion Cubic Feet (TCF).
Sebagai ilustrasi, bila 3.000 TCF ini dipergunakan sebagai energi, maka kita tidak memerlukan minyak bumi
lagi selama 300 tahun. Potensi tersebut, diperkirakan sebagai besar berada di perairan Sumatera Utara
bagian barat, Selat Sunda, Selat Makassar, perairan sebelah utara Manado, serta di perairan Maluku dan
Papua.
Negara-negara yang saat ini sudah mengembangkan gas hidrat adalah Jepang, Kanada, Italia, USA, China dan
Rusia. Pada Maret 2013 lalu, Jepang telah melakukan percobaan pertama untuk memproduksi gas hidrat
lepas pantai.
Teknologi yang digunakan adalah depressurisation (pengurangan tekanan otomatis) dengan mengubah
hidrat methane menjadi gas methane. Hasil dari penelitian lain di Jepang memperkirakan bahwa setidaknya
1.1 TCF hidrat methane mengendap di lepas pantai. Potensi tersebut setara dengan konsumsi gas Jepang
selama satu dekade.
Ditargetkan komersialisasi gas hidrat di Jepang sendiri akan dapat dilakukan pada tahun 2016.
Kajian Stratigrafi Dan Batuan Reservoir Gas Hidrat Sebagai Terminasi Reinjeksi CO2
(Carbon Capture and Storage)
Kegiatan kajian penentuan stratigrafi batuan reservoir untuk lokasi injeksi pada program Carbon Capture
and Storage (CCS) sangat sesuai dengan program Global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Indonesia
termasuk negara yang mendukung dan meratifikasi protocol Kyoto. Kegiatan ini mengkaji kelayakan dari
aspek stratigrafi dalam menentukan lokasi injeksi pada program Carbon Capture and Storage (CCS) dan
kajian stratigrafi pada batuan reservoir, khususnya di lapisan yang diindikasikan mengandung gas metan
hidrat secara geometri dan karakterisasi reservoir yang memberikan data penting untuk injeksi CO2 pada
program CCS.
Secara umum tujuan dari program CCS yaitu dengan program ini harus dapat dengan aman menyimpan
sejumlah besar karbon dioksida (miliar ton) untuk waktu yang lama (ratusan sampai ribuan tahun). Dalam
rangka meredam atmosfer CO2, CCS harus menghindari secara maksimal emisi CO2.
Kajian stratigrafi dan batuan reservoir gas hidrat metana dilakukan pada tiga wilayah studi kasus, yaitu
Cekungan Bengkulu Lepas Pantai, Cekungan Kutai Laut Dalam termasuk wilayah Selat Makassar Utara, dan
Cekungan Tarakan Lepas Pantai.
Kajian awal penerapan program CCS untuk lapisan reservoar gas hidrat masih minim data, dibutuhkan studi
yang berkelanjutan dan perlu dikaitkan dengan lapangan produksi di laut dalam karena berkaitan erat
dengan updated data geologi bawah permukaan dan infrastruktur migas.
Beberapa pilihan untuk tempat penyimpanan CO2. Kemungkinan tempat penyimpanan CO2
adalah Depleted oil and gas reservoir, CO2 digunakan untuk EOR, Reservoir dalam yang
tersaturasi air formasi, Coal seam yang tidak dapat ditambang, Penggunaan CO2 untuk enhanced
coal bed methane recovery, Alternatif lain seperti reservoir gas hidrat, basalt, shale dan lain-lain
Pada cekungan Bengkulu offshore, lapisan gas hidratnya terindikasi dari lapisan BSR pada penampang
seismik multi channel dan telah mampu diprediksi potensi cadangan gas hidrat yang mencapai 625.4 tcf.
Namun belum adanya data sumur pemboran, masih belum mencerminkan kondisi lapisan batuan reservoar
yang sebenarnya (porositas, V-sh dan tekstur batuan). Lokasi cekungan ini belum dijumpai infrastruktur
migas yang telah produksi. Berkaitan dengan indikasi keterdapatan gas hidrat metana pada umur Mio-
Pliosen diprediksi pada Formasi Lemau bagian atas dan Formasi Simpang Aur. Dari aspek reservoir, kedua
formasi ini, diperkirakan pada kisaran kualitas sedang dikarenakan kecil kemungkinan dijumpai batu pasir
homogen, masif, dan sortasi baik. Diprediksi porositas dan permeabilitas fluida pada kedua formasi ini
masih belum ideal sebagai reservoir gas hidrat dan menjadi lokasi storage untuk injeksi program CCS.
Namun belum adanya data pemboran di wilayah Bengkulu lepas pantai, masih dimungkinkan peluang
keterdepatan reservoir berkualitas baik sampai excellent.
Pada Cekungan Kutai di bagian laut dalam telah teridentifikasi gas hidrat dari lapisan BSR penampang
seismik yang diprediksi mengandung hampir 67 tcf. Dari aspek lapisan reservoar hidrat yang berumur Mio-
Pliosin telah berkembang sistem sub marine channeling dengan unit-unit genesanya. Kualitas reservoar
termasuk good to excellence.
Di Cekungan Tarakan walaupun belum dijumpai indikasi BSR dari data penampang seismik yang tersedia
namun diprediksi dengan metode kesebandingan dengan cekungan Kutai, lokasi ini berpotensi mengandung
gas hidrat. Lokasi ini sangat strategis karena berada di wilayah perbatasan dengan Malaysia. Dari
pemodelan 3D, luasnya distribusi net-reservoir dan tingginya kualitas reservoir tercermin dari posisi batas
luar intertidal dan pergeseran pada area luar dari endapan gosong pasir (sand bar deposit) yang lebih ke
basinward. Hal ini mengindikasikan keterdapatan reservoir berkualitas baik pada umur Mio-Pliosen yang
diprediksi dijumpai lapisan gas hidrat metana.
Hidrat, Potensi Sumber Daya Energi Baru Pengganti Minyak Bumi
Disusun oleh Fery Andika Cahyo
Pemenuhan kebutuhan energi selalu menjadi hal yang sangat vital untuk mendukung kemajuan
pembangunan dan ekonomi suatu negara. Indonesia di era yang semakin modern dan penuh dengan
dinamika tantangan ini, mengandalkan sumber daya energi yang dimilikinya tidak hanya untuk semata-mata
memenuhi kebutuhan dasar penduduknya, namun diharapkan juga untuk menjadi katalisator perkembangan
negara di berbagai bidang. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan kuantitas dan efektivitas pemanfaatan sumber
daya energi yang memadai. Menilik minyak bumi yang selama ini menjadi andalan sumber daya energi untuk
pemenuhan kebutuhan dan katalis ekonomi, suatu retorika klasik akan dihadapi. Apakah cadangan minyak
Indonesia masih bisa diandalkan untuk jangka waktu yang panjang? Mengutip pendapat Kurtubi, Pengamat
minyak dan gas dari Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES), cadangan minyak Indonesia
saat ini sekitar 3,7 miliar barel atau sekitar 0,2 persen cadangan minyak dunia. Angka ini tentu bersifat
tentatif dimana jika penemuan lapangan minyak baru melalui kegiatan eksplorasi yang intensif berhasil
dilakukan, secara otomatis angka cadangan akan bertambah. Namun dengan asumsi produksi minyak rata-
rata 830 ribu barel per hari dan tanpa menemukan cadangan baru, maka cadangan minyak bumi Indonesia
akan habis dalam 12 tahun. Kondisi ini tentu memacu upaya-upaya untuk melakukan diversivikasi
pemenuhan energi. Artikel ini akan mengangkat salah satu sumber daya energi yang relatif baru dan belum
begitu dikenal khalayak umum, yaitu Gas Hidrat.
Gas hidrat(CH4·5.75H2O) atau yang dikenal juga sebagai es metan atau gas hidrat natural adalah
senyawa clathrate solid yang mengandung metan dengan jumlah besar terperangkap di dalam struktur
kristal dari air, yang kemudian membentuk material padat yang serupa dengan es. Pada awalnya senyawa ini
dianggap hanya terdapat pada area di luar sistem tata surya, dimana temperaturnya rendah dan es sangat
banyak dijumpai. Pada kenyataannya endapan dengan jumlah signifikan dari gas hidrat telah ditemukan di
dalam endapan sedimen pada lantai samudra di Bumi. Gas Hidrat adalah konstituen umum dari area laut
dangkal dan ia juga hadir pada endapan sedimen laut dalam di lantai samudra. Gas hidrat terbentuk oleh
proses migrasi di sepanjang patahan, yang diikuti oleh presipitasi dan kristalisasi, setelah ia mengalami
kontak dengan air laut yang dingin.
Gambar 1.1 Lokasi Gas Hidrat di Dunia(USGS)
Gas hidrat(CH4·5.75H2O) atau yang dikenal juga sebagai es metan atau gas hidrat natural adalah
senyawa clathrate solid yang mengandung metan dengan jumlah besar terperangkap di dalam struktur
kristal dari air, yang kemudian membentuk material padat yang serupa dengan es. Pada awalnya senyawa ini
dianggap hanya terdapat pada area di luar sistem tata surya, dimana temperaturnya rendah dan es sangat
banyak dijumpai. Pada kenyataannya endapan dengan jumlah signifikan dari gas hidrat telah ditemukan di
dalam endapan sedimen pada lantai samudra di Bumi. Gas Hidrat adalah konstituen umum dari area laut
dangkal dan ia juga hadir pada endapan sedimen laut dalam di lantai samudra. Gas hidrat terbentuk oleh
proses migrasi di sepanjang patahan, yang diikuti oleh presipitasi dan kristalisasi, setelah ia mengalami
kontak dengan air laut yang dingin.
Gas Hidrat membutuhkan kondisi tertentu supaya bisa terbentuk, kondisi ini salah satunya dijumpai pada
area litosfer dangkal(kedalaman kurang dari 2,000 meter). Kondisi yang mendukung pembentukan gas hidrat
hanya pada kondisi kontinen area kutub dimana temperatur permukaan rata-rata kurang dari 0˚ C, atau pada
endapan sedimen laut dengan kedalaman lebih dari 300 m dimana suhu air bawah permukaannya berkisar
pada angka 2˚ C. Sebagai tambahan, danau air tawar yang dalam juga dapat menjadi tempat pembentukan gas
hidrat, contohnya Danau Baikal di Siberia. Endapan kontinental dari gas hidrat telah ditemukan di Siberia dan
Alaska pada batupasir dan batulanau pada kedalaman kurang dari 800 meter. Endapan laut dimana gas
hidrat dapat dijumpai sepertinya tersebar pada area beting benua(continental shelf).
Pada lingkungan oseanik terdapat dua jenis endapan gas hidrat. TIpe yang paling umum didominasi (>99%)
oleh methane(CH4) yang terkandung di dalam strukturclathrate dan dijumpai pada kedalaman tertentu di
dalam endapan sedimen. Pada tipe ini methane secara isotop bersifat ringan, yang mengindikasikan bahwa
gas hidrat tipe ini berasal dari reduksi microbial dari CO2. Teori lain menyebutkan bahwa kombinasi antara
air tawar dengan methane alami pada kedalaman dan tekanan tertentu dapat menghasilkan clathrate(gas
hidrat bersifat lebih stabil pada air tawar dibandingkan dengan air asin). Pembentukan gas hidrat yang
menyebabkan ekstraksi air tawar dari air formasi yang bersifat asin, sering menyebabkan penambahan
signifikan dari salinitas air formasi. Pada umumnya sedimen yang mengandung gas hidrat memiliki
resistivitas yang lebih tinggi dibandingkan sedimen yang tidak mengandung gas hidrat.’
Gas hidrat tipe pertama ini berlokasi pada area yang disebut sebagai mid-depth zonedengan ketabalan sekitar
300-500 meter(GHSZ, gas hydrate stability zone), dimana sedimen hadir bersama gas hidrat yang terlarut di
dalam air pori yang bersifat tawar. Di atas zona ini methane hanya hadir secara terlarut di dalam konsentrasi
tertentu yang makin berkurang ke arah permukaan. Sedangkan di bawah zona ini, methanehadir dalam
bentuk gas. Pada daerah Blake Ridge di continental rise Atlantik, GHSZ dimulai pada kedalaman 190 m dan
berlanjut hingga kedalaman 450 meter, dan mencapai titik keseimbangan dengan fase gas.
Tipe kedua dari gas hidrat yang lebih tidak umum ditemukan pada endapan sedimen permukaan. Beberapa
sampel menunjukkan kandungan hidrokarbon dengan rantai kimia karbon yang panjang(<99% methane)
terkandung dalam struktur clathrate. Karbon pada tipe clathrate ini menyebabkan gas hidrat secara isotop
bersifat lebih berat, sehingga diperkirakan merupakan hasil migrasi ke arah atas dari endapan sedimen zona
dalam, di mana methane dibentuk oleh dekomposisi termal dari material organik. Contoh dari gas hidrat tipe
ini dapat ditemukan di Teluk Meksiko dan Laut Caspian.
Selain di laut gas hidrat juga ditemukan di darat. Gas hidrat di lingkungan kontinental diendapkan pada
lapisan batupasir atau batulanau pada kedalaman kurang dari 800 meter. Beberapa sampel menunjukkan jika
ia terbentuk sebgai hasil pencampuran proses termal dan mikrobial yang menghasilkan gas, dan oleh proses
tersebut hidrokarbon yang bersifat lebih berat secara selektif dilepaskan. Gas hidrat tipe ini ditemukan di
Alaska, Siberia, dan Kanada bagian utara. Pada tahun 2008, peneliti Kanada dan jepang berhasil
mengekstraksikan gas hidrat secara konstan dari projek gas hidrat Mallik di delta Sungai Mackenzie. Ini
merupakan pengeboran kedua yang dilakukan di Mallik, yang pertama dilakukan pada tahun 2002 dan
menggunakan panas untuk proses pelepasan methane. Pada percobaan di tahun 2008, peneliti berhasil
mengekstaksikan gas dengan menurunkan tekanan, tanpa menggunakan panas, dan membutuhkan kuantitas
energi yang lebih kecil.
Aspek Komersial Gas Hidrat
Reservoir sedimen gas hidrat diperkirakan mengandung cadangan 2-10 kali cadangan gas alam kontinental
yang dikethaui saat ini. Konsensus ini merepresentasikan potensi sumber daya energi di masa depan. Kendati
demikian, beberapa lokasi konsentrasi gas hidrat diperkirakan bersifat terlalu menyebar untuk bisa
dilakukan ekstraksi secara ekonomis. Permasalahan lain yang harus dipecahkan adalah pengembangan
teknologi yang mumpuni untu melakukan eksploitasi secara ekonomis dan tentu saja usaha ekplorasi yang
lebih intensif untuk membuktikan keterdapatan dan besaran cadangan gas hidrat dengan probabilitas yang
besar.
Gas hidrat telah banyak dilirik banyak negara maju yang berusaha mencari alternatif sumber daya energi di
samping minyak bumi. Jepang merupakan salah satu negara yang sudah cukup memiliki atensi besar dalam
pengembangan gas hidrat, salah satunya dapat dilihat dengan rencana ekstraksi dengan skala komersil pada
instalasi gas hidrat di dekat perfektur Aichi pada tahun 2016. Pada Agustus 2006, China telah mengumumkan
rencana untuk menggunakan dana 800 milyar yuan(sekitar 100 juta USD) untuk sepuluh tahun ke depan
untuk mempelajari secara mendalam mengenai gas hidrat. Cadangan dengan potensi ekonomi besar di Teluk
Meksiko diperkirakan mengandung 100 milyar kubik meter(3.5×1012 cu ft) gas. Peneiliti dari institut Fisika
Universitas Bergen telah mengembangkan metode injeksi CO2 ke dalam hidrat kemudian membalik
prosesnya, sehingga menghasilkan CH4 melalui pertukaran langsung. Metode yang dikembangkan oleh
Universitas Bergen ini telah diuji di lapangan oleh Conoco Philips dan JOGMEC(Japan Oil, Gas and Metal
National Corporation), dan secara parsial didanai oleh Departemen Energi Amerika Serikat.
Di Indonesia sendiri potensi gas hidrat telah mulai dilirik oleh berbagai intansi terkait. Beberapa sumber
menyatakan bahwa survey seismik yang dilakukan oleh Pertamina telah menunjukkan indikasi adanya gas
hidrat di sejumlah perairan Indonesia, dengan potensi mencapai 3.000 TCF. Namun tentu saja prediksi harus
dikaji terus hingga sampai pada identisikasi cadangan gas yang benar-benar terukur. Potensi gas hidrat
ditengarai tersebar di pelosok Nusantara antara lain di perairan Sumatra Utara bagian barat, Selat Sunda,
Selat Makasar, perairan sebelah utara Manado, serta perairan Maluku dan Papua(mengutip pernyataan
Specialist Fosil Energy Upstream Technology Centre (UTC) PT Pertamina (Persero), Alfian Usman). Jika
Indonesia dapat memanfaatkan potensi gas hidrat yang dimiliknya ini, niscaya pemenuhan kebutuhan energi
secara mandiri tidak lagi hanya menjadi isapan jempol semata.
Sumber:
US Geological Survey, Gas hydrate: What is it?, accessed 27 September 2014.
“Geological Survey of Canada, Mallik 2002″. Natural Resources Canada. 2007-12-20. Retrieved 2013-03-21.
http://www.dunia-energi.com/indonesia-miliki-potensi-gas-hidrat-3-000-miliar-kaki-kubik/ , accesed 28
September 2014
Matsumoto, R.; Watanabe, Y., Satoh, M., Okada, H., Hiroki, Y., Kawasaki, M., and ODP Leg 164 Shipboard
Scientific Party (1996). “Distribution and occurrence of marine gas hydrates – preliminary results of ODP Leg
164: Blake Ridge Drilling”. J. Geol. Soc. Japan 102 (11): 932–944. doi:10.5575/geosoc.102.932.
Kawah ini menjadi topik hangat di kalangan pengguna internet sejak kemunculannya di Daerah Otonom
Yamalo-Nenets (YNAO). Namun para ilmuwan menilai kawah itu terbentuk akibat terjadinya degradasi serius
pada permafrost (tanah beku).
Hingga saat ini, baru dasar Laut Arktik yang bisa dianalogikan menyerupai kawah misterius itu. Namun,
Doktor Teknik Geofisika dari Lembaga penelitian negara Oil and Gas Research Institute Russian Academy of
Sciences (OGRI RAS) Vasiliy Bogoyavlenkiy menjelaskan bahwa hal itu perlu diteliti lebih dalam. Selama
belum ada penelitian fundamental terkait fenomena tersebut, maka para ilmuwan pun tak bisa menjelaskan
penyebab terciptanya kawah tersebut dan di mana kawah itu bisa muncul kembali.
Jika benar kawah misterius itu serupa dengan kawah-kawah di dasar Laut Kara, Pechora, Barents dan laut
lain (dalam ilmu geologi dinamakanpockmarks), kawah itu kemungkinan terbentuk akibat erupsi gas bumi
dan merupakan ancaman yang berbahaya.
Gua es Kungur adalah salah satu gua karst terbesar di Rusia yang terletak di desa Filippovka, 100 kilometer di
luar kota Perm. Sumber: Igor Kataev/RIA Novosti
“Pockmarks di laut dapat menyebabkan karamnya kapal, dan itu sudah terjadi berkali-kali di seluruh dunia.
Pada 1995, kapal Rusia Bavenit hampir saja karam di Laut Pechora akibat letusan gelembung gas bumi saat
melakukan pemboran survei dangkal,” kata Bogoyavlenskiy.
Dasar laut tersebut memiliki struktur geologi yang sama dengan Semenanjung Yamal, namun bedanya
Semenanjung Yamal ditutupi oleh lapisan tebal permafrost yang tidak ada di laut-laut utara.
“Sekitar 10-15 ribu tahun lalu, sebagian besar dasar Laut Arktik saat ini adalah dataran batuan permafrost.
Hamparan laut tersebut dulunya tertutup oleh gletser tebal dan sampai sekarang masih dapat diamati di
Greenland,” terang Goroyavlenskiy.
Goroyavlenskiy menjelaskan, kini sebagian besar zona paleopermafrost di Laut Barents dan Kara sudah
mencair. “Permafrost yang tidak mencair berada di sekitar pesisir pantai. Masih ada hamparan permafrost di
Laut Kara, namun hamparan tersebut sudah mulai mengalami degradasi,” kata Goroyavlenskiy.
Fenomena munculnya ratusan dan ribuan pockmarks di dasar-dasar laut menandakan bahwa proses
degradasi permafrost lebih lanjut dapat menyebabkan munculnya kawah-kawah baru di muka bumi.
Permafrost, Penutup Seperempat Dataran Dunia
Permafrost adalah lapisan tanah atau batuan yang berada pada suhu di bawah 0o Celcius dalam waktu lama,
mulai dari dua tahun hingga beberapa ribu tahun. Air bawah tanah di zona permafrost berbentuk es dan
terkadang terdapat di kedalaman lebih dari 1.000 meter.
Kawah Misterius di Yamal, Pemanasan Global atau Markas Alien? Berdasarkan data dari berbagai
sumber,permafrost menutupi seperempat dataran tanah dunia. Menurut data dari lembaga penelitian Institut
Kriosfer Bumi Russian Academy of Sciences, permafrostmenutupi 70 persen wilayah Rusia atau sekitar 12
juta kilometer persegi. Dalam sepuluh tahun terakhir, luas wilayah tersebut tidak berubah.
Permafrost merupakan tempat penyimpanan raksasa gas rumah kaca, khususnya metan yang sebenarnya
merupakan komponen gas utama yang menyebabkan pemanasan global atmosfer bumi, bukannya
CO2 seperti yang diketahui orang-orang selama ini.
Selain Rusia, permafrostterdapat di bagian utara Alaska, Kanada, Eropa, Asia, pulau-pulau Samudera Arktik,
dan Antartika. Permafrost juga ada di daerah pegunungan Afrika. Hanya Benua Australia yang tidak
memiliki permafrost.
Permafrost menempati dataran yang luas di bumi ini, maka proses pencairan, degradasi, serta proses lain
akan memberikan dampak langsung yang besar pada iklim dunia. Berdasarkan prediksi para ahli PBB,
fenomena ini dapat membuat permukaan laut dunia naik sebesar satu meter di abad ini.
Hal tersebut akan mengaibatkan banyak negara-negara pulau atau kepulauan yang tenggelam. Beberapa
wilayah negara Eropa, tempat peristirahatan musim dingin di Swiss, Prancis dan Italia bisa menghilang akibat
pencairan salju global.
Kemunculan Danau
Marina Leybman, Doktor Teknik Geologi Mineralogi Institut Kriosfer Bumi Russian Academy of Sciences
Siberia mendukung pendapat yang menyatakan bahwa kawah terbentuk akibat gas alam.
Peneliti permafrostdengan pengalaman lebih dari 40 tahun ini merupakan salah satu orang yang pertama kali
datang mendekati kawah misterius dekat Bovakenkovo, salah satu lapangan gas raksasa di Rusia.
“Saya sangat terkejut tempat tersebut sama sekali belum tersentuh oleh aktivitas manusia. Awalnya saya
pikir kawah tersebut merupakan hasil kecelakaan saat kegiatan eksplorasi lapangan gas bumi,” ujar Leybman
pada RBTH.
Para ilmuwan tidak mau mengambil risiko untuk masuk ke dalam kawah tersebut, karena risiko runtuhnya
kawah terlalu tinggi. Namun, mereka menurunkan sebuah video kamera ke dasar kawah itu.
Kawah misterius di Semenanjung Yamal, Rusia. Sumber: Siberian Times/YouTube
Di dasar kawah terdapat danau kecil dari air keruh. Suhu sekitar kawah cukup hangat, sedangkan dinding di
dalam kawah masih membeku, sehingga air tercampur lempung merambat turun melalui dinding dan
terakumulasi di dasar.
Leybam memperkirakan kawah itu dapat terisi penuh dan berubah menjadi danau dalam waktu dua hingga
tiga tahun mendatang. Ia berpendapat lokasi kemunculan kawah berhubungan dengan jenis batuan yang
berada dekat permukaan, tergantung dari litologi geologi, kandungan gas di pori batuan dan jumlah
kandungan es. Menurut sang ilmuwan, tingginya kandungan es yang berat jenisnya dua kali lebih ringan dari
berat jenis batuan tersebut menyebabkan terjadinya proses daur ulang batuan di kerak atau permukaan
bumi. “Perlu es dalam jumlah yang sangat banyak hingga proses tersebut terjadi di zona yang berpotensi
mengakumulasi gas, tempat gelombang panas dapat merambat sampai ke sana. Gelombang panas menembus
masuk batuan seiring berjalannya waktu. Proses pemanasan hingga kedalaman 100 meter dapat berlangsung
selama puluhan tahun,” kata Leybam.
Menurut Leybam, menjelang tahun 2012 perambatan panas sudah mencapai 20 meter di bawah tanah. “Di
lokasi terbentuknya kawah di permukaan bumi, telah terjadi pencairan sebesar 73 sentimeter,” kata Leybam.
Kawah serupa juga muncul di Semenanjung Taymyr dan ada teori yang memprediksi fenomena itu akan
terjadi di Chukotka. Leybam memprediksi kawah-kawah baru tidak akan muncul di daerah yang lebih selatan
dari lokasi kawah di Yamal. “Puluhan ribu tahun lalu suhu udara lebih hangat dibanding sekarang, oleh sebab
itu di daerah selatanpermafrost sudah mencair, tidak berbentuk hamparan dataran melainkan pulau dan
berujung di lembah-lembah sungai dan di bawah danau dalam. Gas metan sudah terlepas jauh sebelumnya,
sehingga gas tidak butuh menembuspermafrost lagi karena gas dapat keluar melalui batuan di
luar permafrost,” terang Leybam.
http://indonesia.rbth.com/discover_russia/2014/08/06/kawah_misterius_di_rusia_mirip_kawah_dasar_laut_
arktik_24651.html
http://ipa.arcticportal.org/resources/what-is-permafrost.html
PERMAFROST DISTRIBUTION
Permafrost is defined as ground (soil or rock and included ice or organic
material) that remains at or below 0°C for at least two consecutive years. Lowland permafrost regions are
traditionally divided into several zones based on estimated geographic continuity in the landscape. A typical
classification recognizes continuous permafrost (underlying 90-100% of the landscape); discontinuous
permafrost (50-90%); and sporadic permafrost (0-50%). In the Northern Hemisphere, regions in which
permafrost occurs occupy approximately 25% (23 million km²) of the land area. In the discontinuous and
sporadic zones permafrost distribution is complex and patchy, and permafrost-free terrain is common. The
thickness of permafrost varies from less than one meter to more than 1500 meters.
Most of the permafrost existing today formed during cold glacial periods, and has persisted through warmer
interglacial periods, including the Holocene (last 10,000 years). Some relatively shallow permafrost (30 to 70
meters) formed during the second part of the Holocene (last 6,000 years) and some during the Little Ice Age
(from 400 to 150 years ago). In continental interiors permafrost temperatures at the boundaries between
continuous and discontinuous are generally about -5°C corresponding roughly with the -8°C mean annual air
temperature. Permafrost in mid- and low- latitude mountains is warm and its distribution is closely related to
characteristics of the land surface, such slope gradient and orientation, vegetation patterns, and snow cover.
Subsea permafrost occurs close to 0°C over large areas of the Arctic continental shelf, where it formed during
the last glacial period on the exposed shelf landscapes. Permafrost is geographically continuous beneath the
ice-free regions of the Antarctic continent and also occurs beneath areas in which the ice sheet is frozen to its
bed.
RECENT CHANGES
Permafrost can be used as a paleothermometer—fluctuations of air temperature from the late 19th and 20th
centuries can be obtained by measuring temperature in deep permafrost boreholes. Warming since the late
1960s has been observed in permafrost temperature profiles from many locations. Over the past several
decades, permafrost temperature have generally warmed in lowlands and mountains; exceptions are in some
newly exposed drained lake basins and aggrading shorelines where permafrost is forming. Thawing of
permafrost has been observed in many lowland and mountain locations in recent decades—much of the
evidence is indirect, and is based on changes in forest and tundra vegetation, differential subsidence of the
ground surface, and loss of lakes. Increases in active-layer thickness have been observed in warm summers
(for western North America; 1989, 1998, 2004), resulting in increased slope failures, ground subsidence in
ice-rich terrain, increased lake drainage. At regional and global scales, changes in permafrost zonal
boundaries are difficult to identify due to 3-dimensional irregularities in permafrost
distribution. Degradation of permafrost and changes in its distribution are associated with increased
formation of “taliks”. Open taliks penetrate through the permafrost and closed taliks or thawed depressions
occur under deep lakes and rivers.
21TH CENTURY CHANGES
Changes in zonal permafrost “boundaries” modeled using climate-change scenarios are usually based on
predictions of increased active-layer thickness and temperature changes at relatively shallow permafrost
depths, not on the complete disappearance of permafrost. Warm permafrost degrades from both the top and
bottom, increasing the extent of talik formation. The southern limit of permafrost moves northward in an
irregular pattern, and is governed by localized factors that include peatland distribution, soil moisture,
vegetation patterns, and snow cover. Movements of the “boundary” between the sporadic and discontinuous
permafrost zones are largely governed by the development and extent of open taliks. In areas of ice-rich
permafrost, the southern “boundary” of the continuous permafrost zone remains relatively stable as complete
disappearance of permafrost may take centuries to millennia, making it difficult to determine geographic
changes except where permafrost is thin. Rapid coastal erosion, although sustained by storms and related
wave intensity, is highly dependent on the amount and type of ground ice. Changes in permafrost distribution
predicted by models require extensive field- or remote-sensed based verification over extended time periods
(snapshots of permafrost temperature over decadal intervals). Monitoring of the thermal state of
permafrost (TSP) at the global scale is required to understand hydrologic connections, future changes in
permafrost distribution, and to serve as validation global and regional models. The International Polar Year
(IPY) can leave a legacy for the understanding of permafrost dynamics through the IPA international
observational networks (see www.ipy.org and projects 33, 50 and 90).

More Related Content

What's hot

Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Ganisa Elsina Salamena
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamFajar Perdana
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan beku
adbel Edwar
 
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012
Fajar Perdana
 
Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012
Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012
Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012Fajar Perdana
 
Resume metode geomagnet
Resume metode geomagnetResume metode geomagnet
Resume metode geomagnet
Muhammad Arief
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologi
ronimputra
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
bramantiyo marjuki
 
Bab 2 proses geomorfologi
Bab 2 proses geomorfologiBab 2 proses geomorfologi
Bab 2 proses geomorfologi
Ishaq Saputra
 
Mineralogi
MineralogiMineralogi
Mineralogi
hariia
 
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnyaPengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Fauzan Barnanda
 
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
YOHANIS SAHABAT
 
Laporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lerengLaporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lereng
andini rambe
 
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Fajar Perdana
 
10. Analisis Vektor Menggunakan QGIS 2.4
10. Analisis Vektor Menggunakan QGIS 2.410. Analisis Vektor Menggunakan QGIS 2.4
10. Analisis Vektor Menggunakan QGIS 2.4
OpenStreetMap Indonesia
 
Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Aulia Nofrianti
 
ATTRIBUT TABLE pada ARCGIS 10.0
ATTRIBUT TABLE pada ARCGIS 10.0ATTRIBUT TABLE pada ARCGIS 10.0
ATTRIBUT TABLE pada ARCGIS 10.0
oriza steva andra
 
Penggabungan citra
Penggabungan citraPenggabungan citra
Penggabungan citra
teladanpelajar
 
CITRA SRTM
CITRA SRTM CITRA SRTM
CITRA SRTM
oriza steva andra
 

What's hot (20)

Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
 
Observasi geologi Karsam
Observasi geologi KarsamObservasi geologi Karsam
Observasi geologi Karsam
 
Identifikasi batuan beku
Identifikasi batuan bekuIdentifikasi batuan beku
Identifikasi batuan beku
 
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012
Pengolahan Data Refraksi KARSAM 2012
 
Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012
Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012
Pengolahan Data Geolistrik KARSAM 2012
 
Resume metode geomagnet
Resume metode geomagnetResume metode geomagnet
Resume metode geomagnet
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologi
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
 
Bab 2 proses geomorfologi
Bab 2 proses geomorfologiBab 2 proses geomorfologi
Bab 2 proses geomorfologi
 
Mineralogi
MineralogiMineralogi
Mineralogi
 
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnyaPengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
Pengertian ilmu geologi lingkungan beserta sejarahnya
 
Bentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvialBentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvial
 
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM AkamigasMATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
MATERI 3 HIDROGEOLOGI (Manajemen Pertambangan & Energi) STEM Akamigas
 
Laporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lerengLaporan kemiringan lereng
Laporan kemiringan lereng
 
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
Pengolahan Data Magnetik KARSAM 2012
 
10. Analisis Vektor Menggunakan QGIS 2.4
10. Analisis Vektor Menggunakan QGIS 2.410. Analisis Vektor Menggunakan QGIS 2.4
10. Analisis Vektor Menggunakan QGIS 2.4
 
Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009
 
ATTRIBUT TABLE pada ARCGIS 10.0
ATTRIBUT TABLE pada ARCGIS 10.0ATTRIBUT TABLE pada ARCGIS 10.0
ATTRIBUT TABLE pada ARCGIS 10.0
 
Penggabungan citra
Penggabungan citraPenggabungan citra
Penggabungan citra
 
CITRA SRTM
CITRA SRTM CITRA SRTM
CITRA SRTM
 

Viewers also liked

Geologi laut pak yusuf surachman potensi gas hydrat trisakti 2012
Geologi laut   pak yusuf surachman potensi gas hydrat trisakti 2012Geologi laut   pak yusuf surachman potensi gas hydrat trisakti 2012
Geologi laut pak yusuf surachman potensi gas hydrat trisakti 2012
Jihad Brahmantyo
 
06. Cara Menggunaan GPS
06. Cara Menggunaan GPS06. Cara Menggunaan GPS
06. Cara Menggunaan GPS
Suyono Darul
 
Jurnal gis dalam bahasa indonesia
Jurnal gis dalam bahasa indonesiaJurnal gis dalam bahasa indonesia
Jurnal gis dalam bahasa indonesia
Ruhimat Coy
 
Laporan lengkap hidrasi air klpk 1 gol.1
Laporan lengkap hidrasi air klpk 1 gol.1Laporan lengkap hidrasi air klpk 1 gol.1
Laporan lengkap hidrasi air klpk 1 gol.1Asriani Buhari Noni
 
Laporan fieldtrip geologi dasar
Laporan fieldtrip geologi dasarLaporan fieldtrip geologi dasar
Laporan fieldtrip geologi dasar
Rima Rosaliana
 
Laporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikLaporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikUDIN MUHRUDIN
 
Ppt struktur geo2
Ppt struktur geo2Ppt struktur geo2
Ppt struktur geo2
4211410001
 
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologiAcara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologiaryadipayana
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi4211410001
 
Kekar dan sesar dan lipatan
Kekar dan sesar dan lipatanKekar dan sesar dan lipatan
Kekar dan sesar dan lipatan
Mario Yuven
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Mario Yuven
 
Sop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapanganSop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapangan
CV_DINAR_GEOLOG
 

Viewers also liked (13)

Geologi laut pak yusuf surachman potensi gas hydrat trisakti 2012
Geologi laut   pak yusuf surachman potensi gas hydrat trisakti 2012Geologi laut   pak yusuf surachman potensi gas hydrat trisakti 2012
Geologi laut pak yusuf surachman potensi gas hydrat trisakti 2012
 
06. Cara Menggunaan GPS
06. Cara Menggunaan GPS06. Cara Menggunaan GPS
06. Cara Menggunaan GPS
 
Jurnal gis dalam bahasa indonesia
Jurnal gis dalam bahasa indonesiaJurnal gis dalam bahasa indonesia
Jurnal gis dalam bahasa indonesia
 
Laporan lengkap hidrasi air klpk 1 gol.1
Laporan lengkap hidrasi air klpk 1 gol.1Laporan lengkap hidrasi air klpk 1 gol.1
Laporan lengkap hidrasi air klpk 1 gol.1
 
Laporan fieldtrip geologi dasar
Laporan fieldtrip geologi dasarLaporan fieldtrip geologi dasar
Laporan fieldtrip geologi dasar
 
Laporan Geologi Fisik
Laporan Geologi FisikLaporan Geologi Fisik
Laporan Geologi Fisik
 
Pengenalan alat gps
Pengenalan alat gpsPengenalan alat gps
Pengenalan alat gps
 
Ppt struktur geo2
Ppt struktur geo2Ppt struktur geo2
Ppt struktur geo2
 
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologiAcara 2   pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
Acara 2 pengenalan peta geologi dan peta geomorfologi
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi
 
Kekar dan sesar dan lipatan
Kekar dan sesar dan lipatanKekar dan sesar dan lipatan
Kekar dan sesar dan lipatan
 
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
Materi Kuliah Teknik Pertambangan ; Geologi Struktur Semester III STTNAS Yogy...
 
Sop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapanganSop pengisian buku lapangan
Sop pengisian buku lapangan
 

Similar to Gas hidrat

EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYAEKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
RizkyAgusman2
 
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-airAnalisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
subhanalfitrah
 
Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1
AllikaFadia
 
Makalah Klp 4 MAKALAH UNSUR DAN MATERI PENYUSUN BAHAN BAKAR FOSIL.pdf
Makalah Klp 4 MAKALAH UNSUR DAN MATERI PENYUSUN BAHAN BAKAR FOSIL.pdfMakalah Klp 4 MAKALAH UNSUR DAN MATERI PENYUSUN BAHAN BAKAR FOSIL.pdf
Makalah Klp 4 MAKALAH UNSUR DAN MATERI PENYUSUN BAHAN BAKAR FOSIL.pdf
RahmatNuzulHidayat
 
presentasi merkuri dan endapan emas
presentasi merkuri dan endapan emas presentasi merkuri dan endapan emas
presentasi merkuri dan endapan emas
Muhammad Nasuhi
 
Geologi laut pak yusuf surachman potensi migas ri1
Geologi laut   pak yusuf surachman potensi migas ri1Geologi laut   pak yusuf surachman potensi migas ri1
Geologi laut pak yusuf surachman potensi migas ri1Jihad Brahmantyo
 
PENGETAHUAN INDUSTRI MIGAS_BATUAN INDUK DAN RESERVOIR.pptx
PENGETAHUAN INDUSTRI MIGAS_BATUAN INDUK DAN RESERVOIR.pptxPENGETAHUAN INDUSTRI MIGAS_BATUAN INDUK DAN RESERVOIR.pptx
PENGETAHUAN INDUSTRI MIGAS_BATUAN INDUK DAN RESERVOIR.pptx
AchmadAriefSolichin1
 
Cadangan Migas di Indonesia untuk masa depan indonesia emas
Cadangan Migas di Indonesia untuk masa depan indonesia emasCadangan Migas di Indonesia untuk masa depan indonesia emas
Cadangan Migas di Indonesia untuk masa depan indonesia emas
woroiswarawj
 
Usulan penelitian
Usulan penelitianUsulan penelitian
Usulan penelitian
Nisyamsyah Nisyamsyah
 
Dari mana datangnya minyak bumi
Dari mana datangnya minyak bumiDari mana datangnya minyak bumi
Dari mana datangnya minyak bumi
Agung Yudha Prawira
 
Petroleum System
Petroleum SystemPetroleum System
Petroleum System
Annisa Mulia Kama Sakti
 
dari mana datangnya migas
dari mana datangnya migasdari mana datangnya migas
dari mana datangnya migas
Mustajab Manar
 
38 muara kakap
38 muara kakap38 muara kakap
38 muara kakapRatna41
 
Kelompok 2 esdb
Kelompok 2 esdbKelompok 2 esdb
Kelompok 2 esdb
andifebby2
 
Seruway psc
Seruway pscSeruway psc
Seruway psc
Furqon Hanief
 
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf
IzzulAzmi3
 
Makalah minyak bumi dan gas alam
Makalah minyak bumi dan gas alamMakalah minyak bumi dan gas alam
Makalah minyak bumi dan gas alam
kusnullatifah
 
Presentasi fis en akbar - sejarah panas bumi indonesia
Presentasi fis en akbar - sejarah panas bumi indonesiaPresentasi fis en akbar - sejarah panas bumi indonesia
Presentasi fis en akbar - sejarah panas bumi indonesia
Muh Akbar Triana
 
ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN KROMIUM (Cr) MENDUKUNG PENG...
ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN KROMIUM (Cr) MENDUKUNG PENG...ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN KROMIUM (Cr) MENDUKUNG PENG...
ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN KROMIUM (Cr) MENDUKUNG PENG...
Asramid Yasin
 
Blok masela
Blok maselaBlok masela
Blok masela
Rony syahrur
 

Similar to Gas hidrat (20)

EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYAEKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
EKSPLORASI MINYAK BUMI DAN GASS SERTA KEMANFAATANNYA
 
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-airAnalisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
Analisis fasies-dan-sikuen-stratigrafi-formasi-air
 
Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1Tugas manajemen karst 1
Tugas manajemen karst 1
 
Makalah Klp 4 MAKALAH UNSUR DAN MATERI PENYUSUN BAHAN BAKAR FOSIL.pdf
Makalah Klp 4 MAKALAH UNSUR DAN MATERI PENYUSUN BAHAN BAKAR FOSIL.pdfMakalah Klp 4 MAKALAH UNSUR DAN MATERI PENYUSUN BAHAN BAKAR FOSIL.pdf
Makalah Klp 4 MAKALAH UNSUR DAN MATERI PENYUSUN BAHAN BAKAR FOSIL.pdf
 
presentasi merkuri dan endapan emas
presentasi merkuri dan endapan emas presentasi merkuri dan endapan emas
presentasi merkuri dan endapan emas
 
Geologi laut pak yusuf surachman potensi migas ri1
Geologi laut   pak yusuf surachman potensi migas ri1Geologi laut   pak yusuf surachman potensi migas ri1
Geologi laut pak yusuf surachman potensi migas ri1
 
PENGETAHUAN INDUSTRI MIGAS_BATUAN INDUK DAN RESERVOIR.pptx
PENGETAHUAN INDUSTRI MIGAS_BATUAN INDUK DAN RESERVOIR.pptxPENGETAHUAN INDUSTRI MIGAS_BATUAN INDUK DAN RESERVOIR.pptx
PENGETAHUAN INDUSTRI MIGAS_BATUAN INDUK DAN RESERVOIR.pptx
 
Cadangan Migas di Indonesia untuk masa depan indonesia emas
Cadangan Migas di Indonesia untuk masa depan indonesia emasCadangan Migas di Indonesia untuk masa depan indonesia emas
Cadangan Migas di Indonesia untuk masa depan indonesia emas
 
Usulan penelitian
Usulan penelitianUsulan penelitian
Usulan penelitian
 
Dari mana datangnya minyak bumi
Dari mana datangnya minyak bumiDari mana datangnya minyak bumi
Dari mana datangnya minyak bumi
 
Petroleum System
Petroleum SystemPetroleum System
Petroleum System
 
dari mana datangnya migas
dari mana datangnya migasdari mana datangnya migas
dari mana datangnya migas
 
38 muara kakap
38 muara kakap38 muara kakap
38 muara kakap
 
Kelompok 2 esdb
Kelompok 2 esdbKelompok 2 esdb
Kelompok 2 esdb
 
Seruway psc
Seruway pscSeruway psc
Seruway psc
 
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf
779-Article Text-4667-8-10-20220912.pdf
 
Makalah minyak bumi dan gas alam
Makalah minyak bumi dan gas alamMakalah minyak bumi dan gas alam
Makalah minyak bumi dan gas alam
 
Presentasi fis en akbar - sejarah panas bumi indonesia
Presentasi fis en akbar - sejarah panas bumi indonesiaPresentasi fis en akbar - sejarah panas bumi indonesia
Presentasi fis en akbar - sejarah panas bumi indonesia
 
ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN KROMIUM (Cr) MENDUKUNG PENG...
ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN KROMIUM (Cr) MENDUKUNG PENG...ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN KROMIUM (Cr) MENDUKUNG PENG...
ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN KROMIUM (Cr) MENDUKUNG PENG...
 
Blok masela
Blok maselaBlok masela
Blok masela
 

Gas hidrat

  • 1. GAS HIDRAT, HARAPAN ENERGI MASA DEPAN INDONESIA Forumhijau.com - Kepala Bidang Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Udrekh, mengemukakan Indonesia memerlukan penelitian kebencanaan di laut. "Beberapa waktu lalu BPPT melakukan survei seismik dan ditemukan gas metan hidrat di laut dalam, dekat daerah gempa," ungkapnya, Senin (1/7). Daerah gempa yang memiliki potensi gas, antara lain di Simeulue, Nias, Bengkulu, dan selatan Jawa Barat. Sedangkan, potensi gas metan hidrat banyak di patahan Sumatera dan selatan Jawa Barat "Gas tersebut bisa dieksplorasi untuk diolah menjadi sumber #energi baru pada masa mendatang untuk mengganti sumber energi minyak," jelasnya. Ia juga menambahkan BPPT, memandang perlu pengetahuan terhadap penguasaan teknologi pengeboran laut dalam yang dinilainya minim. Sementara itu, dalam tulisannya, Andi Hendra Paluseri, alumni Teknik Tenaga Listrik-ITB, menyebutkan bahwa Gas Hidrat adalah sumber energi gas yang terbentuk di darat maupun di laut dalam suhu yang rendah dan tekanan yang tinggi berbentuk es yang bersenyawa dengan air. Pertama kali gas hidrat ditemukan pada tahun 1811 oleh Sir Humphrey Davy. #Hidrat adalah senyawa kimia yang terdiri dari Gas alam, O2, N2, Kripton, Xenon, Argon, CO2, H2S dan lain lain yang bersenyawa dengan air. Intinya Gas Hidrat adalah gas yang terkurung dalam air dan akan keluar dari kurungan bila air tersebut mengalami pemanasan. Tak tanggung-tanggung, potensinya di Indonesia diperkirakan mencapai 3.000 Trillion Cubic Feet (TCF). Sebagai ilustrasi, bila 3.000 TCF ini dipergunakan sebagai energi, maka kita tidak memerlukan minyak bumi lagi selama 300 tahun. Potensi tersebut, diperkirakan sebagai besar berada di perairan Sumatera Utara bagian barat, Selat Sunda, Selat Makassar, perairan sebelah utara Manado, serta di perairan Maluku dan Papua. Negara-negara yang saat ini sudah mengembangkan gas hidrat adalah Jepang, Kanada, Italia, USA, China dan Rusia. Pada Maret 2013 lalu, Jepang telah melakukan percobaan pertama untuk memproduksi gas hidrat lepas pantai. Teknologi yang digunakan adalah depressurisation (pengurangan tekanan otomatis) dengan mengubah hidrat methane menjadi gas methane. Hasil dari penelitian lain di Jepang memperkirakan bahwa setidaknya 1.1 TCF hidrat methane mengendap di lepas pantai. Potensi tersebut setara dengan konsumsi gas Jepang selama satu dekade. Ditargetkan komersialisasi gas hidrat di Jepang sendiri akan dapat dilakukan pada tahun 2016.
  • 2. Kajian Stratigrafi Dan Batuan Reservoir Gas Hidrat Sebagai Terminasi Reinjeksi CO2 (Carbon Capture and Storage) Kegiatan kajian penentuan stratigrafi batuan reservoir untuk lokasi injeksi pada program Carbon Capture and Storage (CCS) sangat sesuai dengan program Global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Indonesia termasuk negara yang mendukung dan meratifikasi protocol Kyoto. Kegiatan ini mengkaji kelayakan dari aspek stratigrafi dalam menentukan lokasi injeksi pada program Carbon Capture and Storage (CCS) dan kajian stratigrafi pada batuan reservoir, khususnya di lapisan yang diindikasikan mengandung gas metan hidrat secara geometri dan karakterisasi reservoir yang memberikan data penting untuk injeksi CO2 pada program CCS. Secara umum tujuan dari program CCS yaitu dengan program ini harus dapat dengan aman menyimpan sejumlah besar karbon dioksida (miliar ton) untuk waktu yang lama (ratusan sampai ribuan tahun). Dalam rangka meredam atmosfer CO2, CCS harus menghindari secara maksimal emisi CO2. Kajian stratigrafi dan batuan reservoir gas hidrat metana dilakukan pada tiga wilayah studi kasus, yaitu Cekungan Bengkulu Lepas Pantai, Cekungan Kutai Laut Dalam termasuk wilayah Selat Makassar Utara, dan Cekungan Tarakan Lepas Pantai. Kajian awal penerapan program CCS untuk lapisan reservoar gas hidrat masih minim data, dibutuhkan studi yang berkelanjutan dan perlu dikaitkan dengan lapangan produksi di laut dalam karena berkaitan erat dengan updated data geologi bawah permukaan dan infrastruktur migas.
  • 3. Beberapa pilihan untuk tempat penyimpanan CO2. Kemungkinan tempat penyimpanan CO2 adalah Depleted oil and gas reservoir, CO2 digunakan untuk EOR, Reservoir dalam yang tersaturasi air formasi, Coal seam yang tidak dapat ditambang, Penggunaan CO2 untuk enhanced coal bed methane recovery, Alternatif lain seperti reservoir gas hidrat, basalt, shale dan lain-lain Pada cekungan Bengkulu offshore, lapisan gas hidratnya terindikasi dari lapisan BSR pada penampang seismik multi channel dan telah mampu diprediksi potensi cadangan gas hidrat yang mencapai 625.4 tcf. Namun belum adanya data sumur pemboran, masih belum mencerminkan kondisi lapisan batuan reservoar yang sebenarnya (porositas, V-sh dan tekstur batuan). Lokasi cekungan ini belum dijumpai infrastruktur migas yang telah produksi. Berkaitan dengan indikasi keterdapatan gas hidrat metana pada umur Mio- Pliosen diprediksi pada Formasi Lemau bagian atas dan Formasi Simpang Aur. Dari aspek reservoir, kedua formasi ini, diperkirakan pada kisaran kualitas sedang dikarenakan kecil kemungkinan dijumpai batu pasir homogen, masif, dan sortasi baik. Diprediksi porositas dan permeabilitas fluida pada kedua formasi ini masih belum ideal sebagai reservoir gas hidrat dan menjadi lokasi storage untuk injeksi program CCS. Namun belum adanya data pemboran di wilayah Bengkulu lepas pantai, masih dimungkinkan peluang keterdepatan reservoir berkualitas baik sampai excellent. Pada Cekungan Kutai di bagian laut dalam telah teridentifikasi gas hidrat dari lapisan BSR penampang seismik yang diprediksi mengandung hampir 67 tcf. Dari aspek lapisan reservoar hidrat yang berumur Mio- Pliosin telah berkembang sistem sub marine channeling dengan unit-unit genesanya. Kualitas reservoar termasuk good to excellence. Di Cekungan Tarakan walaupun belum dijumpai indikasi BSR dari data penampang seismik yang tersedia namun diprediksi dengan metode kesebandingan dengan cekungan Kutai, lokasi ini berpotensi mengandung
  • 4. gas hidrat. Lokasi ini sangat strategis karena berada di wilayah perbatasan dengan Malaysia. Dari pemodelan 3D, luasnya distribusi net-reservoir dan tingginya kualitas reservoir tercermin dari posisi batas luar intertidal dan pergeseran pada area luar dari endapan gosong pasir (sand bar deposit) yang lebih ke basinward. Hal ini mengindikasikan keterdapatan reservoir berkualitas baik pada umur Mio-Pliosen yang diprediksi dijumpai lapisan gas hidrat metana. Hidrat, Potensi Sumber Daya Energi Baru Pengganti Minyak Bumi Disusun oleh Fery Andika Cahyo
  • 5. Pemenuhan kebutuhan energi selalu menjadi hal yang sangat vital untuk mendukung kemajuan pembangunan dan ekonomi suatu negara. Indonesia di era yang semakin modern dan penuh dengan dinamika tantangan ini, mengandalkan sumber daya energi yang dimilikinya tidak hanya untuk semata-mata memenuhi kebutuhan dasar penduduknya, namun diharapkan juga untuk menjadi katalisator perkembangan negara di berbagai bidang. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan kuantitas dan efektivitas pemanfaatan sumber daya energi yang memadai. Menilik minyak bumi yang selama ini menjadi andalan sumber daya energi untuk pemenuhan kebutuhan dan katalis ekonomi, suatu retorika klasik akan dihadapi. Apakah cadangan minyak Indonesia masih bisa diandalkan untuk jangka waktu yang panjang? Mengutip pendapat Kurtubi, Pengamat minyak dan gas dari Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES), cadangan minyak Indonesia saat ini sekitar 3,7 miliar barel atau sekitar 0,2 persen cadangan minyak dunia. Angka ini tentu bersifat tentatif dimana jika penemuan lapangan minyak baru melalui kegiatan eksplorasi yang intensif berhasil dilakukan, secara otomatis angka cadangan akan bertambah. Namun dengan asumsi produksi minyak rata- rata 830 ribu barel per hari dan tanpa menemukan cadangan baru, maka cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam 12 tahun. Kondisi ini tentu memacu upaya-upaya untuk melakukan diversivikasi pemenuhan energi. Artikel ini akan mengangkat salah satu sumber daya energi yang relatif baru dan belum begitu dikenal khalayak umum, yaitu Gas Hidrat. Gas hidrat(CH4·5.75H2O) atau yang dikenal juga sebagai es metan atau gas hidrat natural adalah senyawa clathrate solid yang mengandung metan dengan jumlah besar terperangkap di dalam struktur kristal dari air, yang kemudian membentuk material padat yang serupa dengan es. Pada awalnya senyawa ini dianggap hanya terdapat pada area di luar sistem tata surya, dimana temperaturnya rendah dan es sangat banyak dijumpai. Pada kenyataannya endapan dengan jumlah signifikan dari gas hidrat telah ditemukan di dalam endapan sedimen pada lantai samudra di Bumi. Gas Hidrat adalah konstituen umum dari area laut dangkal dan ia juga hadir pada endapan sedimen laut dalam di lantai samudra. Gas hidrat terbentuk oleh proses migrasi di sepanjang patahan, yang diikuti oleh presipitasi dan kristalisasi, setelah ia mengalami kontak dengan air laut yang dingin.
  • 6. Gambar 1.1 Lokasi Gas Hidrat di Dunia(USGS) Gas hidrat(CH4·5.75H2O) atau yang dikenal juga sebagai es metan atau gas hidrat natural adalah senyawa clathrate solid yang mengandung metan dengan jumlah besar terperangkap di dalam struktur kristal dari air, yang kemudian membentuk material padat yang serupa dengan es. Pada awalnya senyawa ini dianggap hanya terdapat pada area di luar sistem tata surya, dimana temperaturnya rendah dan es sangat banyak dijumpai. Pada kenyataannya endapan dengan jumlah signifikan dari gas hidrat telah ditemukan di dalam endapan sedimen pada lantai samudra di Bumi. Gas Hidrat adalah konstituen umum dari area laut dangkal dan ia juga hadir pada endapan sedimen laut dalam di lantai samudra. Gas hidrat terbentuk oleh proses migrasi di sepanjang patahan, yang diikuti oleh presipitasi dan kristalisasi, setelah ia mengalami kontak dengan air laut yang dingin. Gas Hidrat membutuhkan kondisi tertentu supaya bisa terbentuk, kondisi ini salah satunya dijumpai pada area litosfer dangkal(kedalaman kurang dari 2,000 meter). Kondisi yang mendukung pembentukan gas hidrat hanya pada kondisi kontinen area kutub dimana temperatur permukaan rata-rata kurang dari 0˚ C, atau pada endapan sedimen laut dengan kedalaman lebih dari 300 m dimana suhu air bawah permukaannya berkisar pada angka 2˚ C. Sebagai tambahan, danau air tawar yang dalam juga dapat menjadi tempat pembentukan gas hidrat, contohnya Danau Baikal di Siberia. Endapan kontinental dari gas hidrat telah ditemukan di Siberia dan Alaska pada batupasir dan batulanau pada kedalaman kurang dari 800 meter. Endapan laut dimana gas hidrat dapat dijumpai sepertinya tersebar pada area beting benua(continental shelf).
  • 7. Pada lingkungan oseanik terdapat dua jenis endapan gas hidrat. TIpe yang paling umum didominasi (>99%) oleh methane(CH4) yang terkandung di dalam strukturclathrate dan dijumpai pada kedalaman tertentu di dalam endapan sedimen. Pada tipe ini methane secara isotop bersifat ringan, yang mengindikasikan bahwa gas hidrat tipe ini berasal dari reduksi microbial dari CO2. Teori lain menyebutkan bahwa kombinasi antara air tawar dengan methane alami pada kedalaman dan tekanan tertentu dapat menghasilkan clathrate(gas hidrat bersifat lebih stabil pada air tawar dibandingkan dengan air asin). Pembentukan gas hidrat yang menyebabkan ekstraksi air tawar dari air formasi yang bersifat asin, sering menyebabkan penambahan signifikan dari salinitas air formasi. Pada umumnya sedimen yang mengandung gas hidrat memiliki resistivitas yang lebih tinggi dibandingkan sedimen yang tidak mengandung gas hidrat.’ Gas hidrat tipe pertama ini berlokasi pada area yang disebut sebagai mid-depth zonedengan ketabalan sekitar 300-500 meter(GHSZ, gas hydrate stability zone), dimana sedimen hadir bersama gas hidrat yang terlarut di dalam air pori yang bersifat tawar. Di atas zona ini methane hanya hadir secara terlarut di dalam konsentrasi tertentu yang makin berkurang ke arah permukaan. Sedangkan di bawah zona ini, methanehadir dalam bentuk gas. Pada daerah Blake Ridge di continental rise Atlantik, GHSZ dimulai pada kedalaman 190 m dan berlanjut hingga kedalaman 450 meter, dan mencapai titik keseimbangan dengan fase gas. Tipe kedua dari gas hidrat yang lebih tidak umum ditemukan pada endapan sedimen permukaan. Beberapa sampel menunjukkan kandungan hidrokarbon dengan rantai kimia karbon yang panjang(<99% methane) terkandung dalam struktur clathrate. Karbon pada tipe clathrate ini menyebabkan gas hidrat secara isotop bersifat lebih berat, sehingga diperkirakan merupakan hasil migrasi ke arah atas dari endapan sedimen zona dalam, di mana methane dibentuk oleh dekomposisi termal dari material organik. Contoh dari gas hidrat tipe ini dapat ditemukan di Teluk Meksiko dan Laut Caspian. Selain di laut gas hidrat juga ditemukan di darat. Gas hidrat di lingkungan kontinental diendapkan pada lapisan batupasir atau batulanau pada kedalaman kurang dari 800 meter. Beberapa sampel menunjukkan jika ia terbentuk sebgai hasil pencampuran proses termal dan mikrobial yang menghasilkan gas, dan oleh proses tersebut hidrokarbon yang bersifat lebih berat secara selektif dilepaskan. Gas hidrat tipe ini ditemukan di Alaska, Siberia, dan Kanada bagian utara. Pada tahun 2008, peneliti Kanada dan jepang berhasil mengekstraksikan gas hidrat secara konstan dari projek gas hidrat Mallik di delta Sungai Mackenzie. Ini merupakan pengeboran kedua yang dilakukan di Mallik, yang pertama dilakukan pada tahun 2002 dan menggunakan panas untuk proses pelepasan methane. Pada percobaan di tahun 2008, peneliti berhasil mengekstaksikan gas dengan menurunkan tekanan, tanpa menggunakan panas, dan membutuhkan kuantitas energi yang lebih kecil. Aspek Komersial Gas Hidrat Reservoir sedimen gas hidrat diperkirakan mengandung cadangan 2-10 kali cadangan gas alam kontinental yang dikethaui saat ini. Konsensus ini merepresentasikan potensi sumber daya energi di masa depan. Kendati demikian, beberapa lokasi konsentrasi gas hidrat diperkirakan bersifat terlalu menyebar untuk bisa dilakukan ekstraksi secara ekonomis. Permasalahan lain yang harus dipecahkan adalah pengembangan teknologi yang mumpuni untu melakukan eksploitasi secara ekonomis dan tentu saja usaha ekplorasi yang
  • 8. lebih intensif untuk membuktikan keterdapatan dan besaran cadangan gas hidrat dengan probabilitas yang besar. Gas hidrat telah banyak dilirik banyak negara maju yang berusaha mencari alternatif sumber daya energi di samping minyak bumi. Jepang merupakan salah satu negara yang sudah cukup memiliki atensi besar dalam pengembangan gas hidrat, salah satunya dapat dilihat dengan rencana ekstraksi dengan skala komersil pada instalasi gas hidrat di dekat perfektur Aichi pada tahun 2016. Pada Agustus 2006, China telah mengumumkan rencana untuk menggunakan dana 800 milyar yuan(sekitar 100 juta USD) untuk sepuluh tahun ke depan untuk mempelajari secara mendalam mengenai gas hidrat. Cadangan dengan potensi ekonomi besar di Teluk Meksiko diperkirakan mengandung 100 milyar kubik meter(3.5×1012 cu ft) gas. Peneiliti dari institut Fisika Universitas Bergen telah mengembangkan metode injeksi CO2 ke dalam hidrat kemudian membalik prosesnya, sehingga menghasilkan CH4 melalui pertukaran langsung. Metode yang dikembangkan oleh Universitas Bergen ini telah diuji di lapangan oleh Conoco Philips dan JOGMEC(Japan Oil, Gas and Metal National Corporation), dan secara parsial didanai oleh Departemen Energi Amerika Serikat. Di Indonesia sendiri potensi gas hidrat telah mulai dilirik oleh berbagai intansi terkait. Beberapa sumber menyatakan bahwa survey seismik yang dilakukan oleh Pertamina telah menunjukkan indikasi adanya gas hidrat di sejumlah perairan Indonesia, dengan potensi mencapai 3.000 TCF. Namun tentu saja prediksi harus dikaji terus hingga sampai pada identisikasi cadangan gas yang benar-benar terukur. Potensi gas hidrat ditengarai tersebar di pelosok Nusantara antara lain di perairan Sumatra Utara bagian barat, Selat Sunda, Selat Makasar, perairan sebelah utara Manado, serta perairan Maluku dan Papua(mengutip pernyataan Specialist Fosil Energy Upstream Technology Centre (UTC) PT Pertamina (Persero), Alfian Usman). Jika Indonesia dapat memanfaatkan potensi gas hidrat yang dimiliknya ini, niscaya pemenuhan kebutuhan energi secara mandiri tidak lagi hanya menjadi isapan jempol semata. Sumber: US Geological Survey, Gas hydrate: What is it?, accessed 27 September 2014. “Geological Survey of Canada, Mallik 2002″. Natural Resources Canada. 2007-12-20. Retrieved 2013-03-21. http://www.dunia-energi.com/indonesia-miliki-potensi-gas-hidrat-3-000-miliar-kaki-kubik/ , accesed 28 September 2014 Matsumoto, R.; Watanabe, Y., Satoh, M., Okada, H., Hiroki, Y., Kawasaki, M., and ODP Leg 164 Shipboard Scientific Party (1996). “Distribution and occurrence of marine gas hydrates – preliminary results of ODP Leg 164: Blake Ridge Drilling”. J. Geol. Soc. Japan 102 (11): 932–944. doi:10.5575/geosoc.102.932.
  • 9. Kawah ini menjadi topik hangat di kalangan pengguna internet sejak kemunculannya di Daerah Otonom Yamalo-Nenets (YNAO). Namun para ilmuwan menilai kawah itu terbentuk akibat terjadinya degradasi serius pada permafrost (tanah beku). Hingga saat ini, baru dasar Laut Arktik yang bisa dianalogikan menyerupai kawah misterius itu. Namun, Doktor Teknik Geofisika dari Lembaga penelitian negara Oil and Gas Research Institute Russian Academy of Sciences (OGRI RAS) Vasiliy Bogoyavlenkiy menjelaskan bahwa hal itu perlu diteliti lebih dalam. Selama belum ada penelitian fundamental terkait fenomena tersebut, maka para ilmuwan pun tak bisa menjelaskan penyebab terciptanya kawah tersebut dan di mana kawah itu bisa muncul kembali. Jika benar kawah misterius itu serupa dengan kawah-kawah di dasar Laut Kara, Pechora, Barents dan laut lain (dalam ilmu geologi dinamakanpockmarks), kawah itu kemungkinan terbentuk akibat erupsi gas bumi dan merupakan ancaman yang berbahaya. Gua es Kungur adalah salah satu gua karst terbesar di Rusia yang terletak di desa Filippovka, 100 kilometer di luar kota Perm. Sumber: Igor Kataev/RIA Novosti “Pockmarks di laut dapat menyebabkan karamnya kapal, dan itu sudah terjadi berkali-kali di seluruh dunia. Pada 1995, kapal Rusia Bavenit hampir saja karam di Laut Pechora akibat letusan gelembung gas bumi saat melakukan pemboran survei dangkal,” kata Bogoyavlenskiy. Dasar laut tersebut memiliki struktur geologi yang sama dengan Semenanjung Yamal, namun bedanya Semenanjung Yamal ditutupi oleh lapisan tebal permafrost yang tidak ada di laut-laut utara.
  • 10. “Sekitar 10-15 ribu tahun lalu, sebagian besar dasar Laut Arktik saat ini adalah dataran batuan permafrost. Hamparan laut tersebut dulunya tertutup oleh gletser tebal dan sampai sekarang masih dapat diamati di Greenland,” terang Goroyavlenskiy. Goroyavlenskiy menjelaskan, kini sebagian besar zona paleopermafrost di Laut Barents dan Kara sudah mencair. “Permafrost yang tidak mencair berada di sekitar pesisir pantai. Masih ada hamparan permafrost di Laut Kara, namun hamparan tersebut sudah mulai mengalami degradasi,” kata Goroyavlenskiy. Fenomena munculnya ratusan dan ribuan pockmarks di dasar-dasar laut menandakan bahwa proses degradasi permafrost lebih lanjut dapat menyebabkan munculnya kawah-kawah baru di muka bumi. Permafrost, Penutup Seperempat Dataran Dunia Permafrost adalah lapisan tanah atau batuan yang berada pada suhu di bawah 0o Celcius dalam waktu lama, mulai dari dua tahun hingga beberapa ribu tahun. Air bawah tanah di zona permafrost berbentuk es dan terkadang terdapat di kedalaman lebih dari 1.000 meter. Kawah Misterius di Yamal, Pemanasan Global atau Markas Alien? Berdasarkan data dari berbagai sumber,permafrost menutupi seperempat dataran tanah dunia. Menurut data dari lembaga penelitian Institut Kriosfer Bumi Russian Academy of Sciences, permafrostmenutupi 70 persen wilayah Rusia atau sekitar 12 juta kilometer persegi. Dalam sepuluh tahun terakhir, luas wilayah tersebut tidak berubah. Permafrost merupakan tempat penyimpanan raksasa gas rumah kaca, khususnya metan yang sebenarnya merupakan komponen gas utama yang menyebabkan pemanasan global atmosfer bumi, bukannya CO2 seperti yang diketahui orang-orang selama ini. Selain Rusia, permafrostterdapat di bagian utara Alaska, Kanada, Eropa, Asia, pulau-pulau Samudera Arktik, dan Antartika. Permafrost juga ada di daerah pegunungan Afrika. Hanya Benua Australia yang tidak memiliki permafrost. Permafrost menempati dataran yang luas di bumi ini, maka proses pencairan, degradasi, serta proses lain akan memberikan dampak langsung yang besar pada iklim dunia. Berdasarkan prediksi para ahli PBB, fenomena ini dapat membuat permukaan laut dunia naik sebesar satu meter di abad ini. Hal tersebut akan mengaibatkan banyak negara-negara pulau atau kepulauan yang tenggelam. Beberapa wilayah negara Eropa, tempat peristirahatan musim dingin di Swiss, Prancis dan Italia bisa menghilang akibat pencairan salju global. Kemunculan Danau
  • 11. Marina Leybman, Doktor Teknik Geologi Mineralogi Institut Kriosfer Bumi Russian Academy of Sciences Siberia mendukung pendapat yang menyatakan bahwa kawah terbentuk akibat gas alam. Peneliti permafrostdengan pengalaman lebih dari 40 tahun ini merupakan salah satu orang yang pertama kali datang mendekati kawah misterius dekat Bovakenkovo, salah satu lapangan gas raksasa di Rusia. “Saya sangat terkejut tempat tersebut sama sekali belum tersentuh oleh aktivitas manusia. Awalnya saya pikir kawah tersebut merupakan hasil kecelakaan saat kegiatan eksplorasi lapangan gas bumi,” ujar Leybman pada RBTH. Para ilmuwan tidak mau mengambil risiko untuk masuk ke dalam kawah tersebut, karena risiko runtuhnya kawah terlalu tinggi. Namun, mereka menurunkan sebuah video kamera ke dasar kawah itu. Kawah misterius di Semenanjung Yamal, Rusia. Sumber: Siberian Times/YouTube Di dasar kawah terdapat danau kecil dari air keruh. Suhu sekitar kawah cukup hangat, sedangkan dinding di dalam kawah masih membeku, sehingga air tercampur lempung merambat turun melalui dinding dan terakumulasi di dasar. Leybam memperkirakan kawah itu dapat terisi penuh dan berubah menjadi danau dalam waktu dua hingga tiga tahun mendatang. Ia berpendapat lokasi kemunculan kawah berhubungan dengan jenis batuan yang berada dekat permukaan, tergantung dari litologi geologi, kandungan gas di pori batuan dan jumlah kandungan es. Menurut sang ilmuwan, tingginya kandungan es yang berat jenisnya dua kali lebih ringan dari berat jenis batuan tersebut menyebabkan terjadinya proses daur ulang batuan di kerak atau permukaan bumi. “Perlu es dalam jumlah yang sangat banyak hingga proses tersebut terjadi di zona yang berpotensi mengakumulasi gas, tempat gelombang panas dapat merambat sampai ke sana. Gelombang panas menembus masuk batuan seiring berjalannya waktu. Proses pemanasan hingga kedalaman 100 meter dapat berlangsung selama puluhan tahun,” kata Leybam. Menurut Leybam, menjelang tahun 2012 perambatan panas sudah mencapai 20 meter di bawah tanah. “Di lokasi terbentuknya kawah di permukaan bumi, telah terjadi pencairan sebesar 73 sentimeter,” kata Leybam. Kawah serupa juga muncul di Semenanjung Taymyr dan ada teori yang memprediksi fenomena itu akan terjadi di Chukotka. Leybam memprediksi kawah-kawah baru tidak akan muncul di daerah yang lebih selatan dari lokasi kawah di Yamal. “Puluhan ribu tahun lalu suhu udara lebih hangat dibanding sekarang, oleh sebab itu di daerah selatanpermafrost sudah mencair, tidak berbentuk hamparan dataran melainkan pulau dan berujung di lembah-lembah sungai dan di bawah danau dalam. Gas metan sudah terlepas jauh sebelumnya, sehingga gas tidak butuh menembuspermafrost lagi karena gas dapat keluar melalui batuan di luar permafrost,” terang Leybam. http://indonesia.rbth.com/discover_russia/2014/08/06/kawah_misterius_di_rusia_mirip_kawah_dasar_laut_ arktik_24651.html
  • 12. http://ipa.arcticportal.org/resources/what-is-permafrost.html PERMAFROST DISTRIBUTION Permafrost is defined as ground (soil or rock and included ice or organic material) that remains at or below 0°C for at least two consecutive years. Lowland permafrost regions are traditionally divided into several zones based on estimated geographic continuity in the landscape. A typical classification recognizes continuous permafrost (underlying 90-100% of the landscape); discontinuous permafrost (50-90%); and sporadic permafrost (0-50%). In the Northern Hemisphere, regions in which permafrost occurs occupy approximately 25% (23 million km²) of the land area. In the discontinuous and sporadic zones permafrost distribution is complex and patchy, and permafrost-free terrain is common. The thickness of permafrost varies from less than one meter to more than 1500 meters. Most of the permafrost existing today formed during cold glacial periods, and has persisted through warmer interglacial periods, including the Holocene (last 10,000 years). Some relatively shallow permafrost (30 to 70 meters) formed during the second part of the Holocene (last 6,000 years) and some during the Little Ice Age (from 400 to 150 years ago). In continental interiors permafrost temperatures at the boundaries between continuous and discontinuous are generally about -5°C corresponding roughly with the -8°C mean annual air temperature. Permafrost in mid- and low- latitude mountains is warm and its distribution is closely related to
  • 13. characteristics of the land surface, such slope gradient and orientation, vegetation patterns, and snow cover. Subsea permafrost occurs close to 0°C over large areas of the Arctic continental shelf, where it formed during the last glacial period on the exposed shelf landscapes. Permafrost is geographically continuous beneath the ice-free regions of the Antarctic continent and also occurs beneath areas in which the ice sheet is frozen to its bed. RECENT CHANGES Permafrost can be used as a paleothermometer—fluctuations of air temperature from the late 19th and 20th centuries can be obtained by measuring temperature in deep permafrost boreholes. Warming since the late 1960s has been observed in permafrost temperature profiles from many locations. Over the past several decades, permafrost temperature have generally warmed in lowlands and mountains; exceptions are in some newly exposed drained lake basins and aggrading shorelines where permafrost is forming. Thawing of permafrost has been observed in many lowland and mountain locations in recent decades—much of the evidence is indirect, and is based on changes in forest and tundra vegetation, differential subsidence of the ground surface, and loss of lakes. Increases in active-layer thickness have been observed in warm summers (for western North America; 1989, 1998, 2004), resulting in increased slope failures, ground subsidence in ice-rich terrain, increased lake drainage. At regional and global scales, changes in permafrost zonal boundaries are difficult to identify due to 3-dimensional irregularities in permafrost distribution. Degradation of permafrost and changes in its distribution are associated with increased formation of “taliks”. Open taliks penetrate through the permafrost and closed taliks or thawed depressions occur under deep lakes and rivers. 21TH CENTURY CHANGES Changes in zonal permafrost “boundaries” modeled using climate-change scenarios are usually based on predictions of increased active-layer thickness and temperature changes at relatively shallow permafrost depths, not on the complete disappearance of permafrost. Warm permafrost degrades from both the top and bottom, increasing the extent of talik formation. The southern limit of permafrost moves northward in an irregular pattern, and is governed by localized factors that include peatland distribution, soil moisture, vegetation patterns, and snow cover. Movements of the “boundary” between the sporadic and discontinuous permafrost zones are largely governed by the development and extent of open taliks. In areas of ice-rich permafrost, the southern “boundary” of the continuous permafrost zone remains relatively stable as complete disappearance of permafrost may take centuries to millennia, making it difficult to determine geographic changes except where permafrost is thin. Rapid coastal erosion, although sustained by storms and related wave intensity, is highly dependent on the amount and type of ground ice. Changes in permafrost distribution predicted by models require extensive field- or remote-sensed based verification over extended time periods
  • 14. (snapshots of permafrost temperature over decadal intervals). Monitoring of the thermal state of permafrost (TSP) at the global scale is required to understand hydrologic connections, future changes in permafrost distribution, and to serve as validation global and regional models. The International Polar Year (IPY) can leave a legacy for the understanding of permafrost dynamics through the IPA international observational networks (see www.ipy.org and projects 33, 50 and 90).