Dokumen tersebut membahas tentang koordinasi, termasuk definisi, jenis, karakteristik, tujuan, dan cara melaksanakannya. Koordinasi adalah proses menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan berbagai unit agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan sinergis.
Jadi waktu dulu jaman semester empat punya tugas untuk ppt ini...
Silakan untuk pengetahuan aja.. Tentang bagaimana perilaku agama pada masa lanjut usia, ppt ini merupakan terjemahan dari buku Psikologi Agama.. Jadi kehidupan beragama di sini lebih kepada kehidupan beragama lansia di Amerika.. :)
Jadi waktu dulu jaman semester empat punya tugas untuk ppt ini...
Silakan untuk pengetahuan aja.. Tentang bagaimana perilaku agama pada masa lanjut usia, ppt ini merupakan terjemahan dari buku Psikologi Agama.. Jadi kehidupan beragama di sini lebih kepada kehidupan beragama lansia di Amerika.. :)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
Fungsionalisme: Mempelajari fungsi tingkah laku dan proses mental.
Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme ini dikenal dengan nama Metode Observasi Tingkah Laku yang terdiri dari dua bagian yaitu Metode Fisiologi dan Metode Variasi Kondisi.
Metode Fisiologi: Menguraikan tingkah laku dari sudut anatomi dan ilmu faal.
Metode Variasi Kondisi: Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku. Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
Fungsionalisme: Mempelajari fungsi tingkah laku dan proses mental.
Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme ini dikenal dengan nama Metode Observasi Tingkah Laku yang terdiri dari dua bagian yaitu Metode Fisiologi dan Metode Variasi Kondisi.
Metode Fisiologi: Menguraikan tingkah laku dari sudut anatomi dan ilmu faal.
Metode Variasi Kondisi: Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku. Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu faktor dalam
meningkatkan kinerja suatu organisasi atau instansi. Kualitas sumber daya manusia
dalam suatu organisasi dapat ditinjau berdasarkan budaya yang ada dalam organisasi
tersebut. Hal ini dikarenakan budaya organisasi merupakan salah satu faktor
pendukung keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Budaya organisasi sangat
berpengaruh dalam membentuk dan memberi makna kepada anggota organisasi untuk
berperilaku dan bertindak, yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
sebagai suatu organisasi yang berkarakter.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku, dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership) (Siagian, 1980).
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi antar konsep kepemimpinan kekuasaan politik dalam organisasi kemampuan memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya organisasi yang ideal.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah kali ini penulis akan membahas masalah :
1. Bagaimana pengertian kepemimpinan?
2. Bagaimana kepemimpinan versi manajemen?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan?
4. Bagaimana kerja sama tim dalam manajemen konflik?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian Kepemimpinan
2. Untuk mengetahui Kepemimpinan Versi Manajemen
3. Untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan
4. Untuk mengetahui kerjasama tim dalam manajemen konflik
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan.Bawahan pemimpin ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara konsopsional strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan
semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialis.
3.2 Saran
Jadi hendaklah kita yang merupakan calon-calon pemimpin ini menggunakan hati, pikiran dan segala usaha untuk memajukan apa yang kita pimpin dan bukan untuk kepentingan pribadi semata.
Sosiologi - Dampak Negatif Perubahan Sosial Anazatul Naim
Power point tersebut berisi dampak negatif dari perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat. Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang membutuhkan materi tentang dampak negatif perubahan sosial :)
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
2. Anggota Kelompok :
1. Anazatul Naim
2. Mery Agustin
3. Putri Wijayanti
(02)
(22)
(31)
3. Pengertian Koordinasi Menurut
Para Ahli :
Menurut Mooney dan Reelay, “koordinasi adalah
susunan teratur dari upaya kelompok untuk
memberikan kesatuan tindakan dalam mengejar
tujuan bersama”.
Menurut Purwanto “koordinasi adalah aktivitas
membawa orang-orang, materiil, pikiran-pikiran,
teknik-teknik, dan tujuan-tujuan kedalam
hubungan yang harmonis dan produktif dalam
mencapai suatu tujuan”.
4. Pengertian Koordinasi :
Koordinasi menurut UUD 45
• Koordinasi adalah bekerja bersama-sama seerateratnya di bawah seorang pemimpin.
Menurut Lembaga Administrasi Negara
• Koordinasi pada hakikatnya merupakan upaya
memadukan / mengintegrasikan, menyerasikan dan
menyelaraskan berbagai kepentingan dan kegiatan
yang saling berkaitan beserta segenap gerak
langkah dan waktunya dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi.
5. Sifat-sifat koordinasi :
• Koordinasi adalah dinamis, bukan statis.
• Koordinasi menekankan pandangan
menyeluruh oleh seorang manajer dalam
kerangka mencapai sasaran.
• Koordinasi hanya meninjau suatu
pekerjaan secara keseluruhan.
6. Tipe - Tipe Koordinasi :
Koordinasi dibedakan atas :
1. Koordinasi vertikal,
tindakan-tindakan atau kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dijalankan oleh atasan
terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan kerja
yang ada di bawah wewenang dan tanggung
jawabnya.
2. Koordinasi horisontal, tindakan-tindakan atau
kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dijalankan terhadap kegiatan dalam tingkat
organisasi yang setingkat.
7. Koordinasi horisontal terbagi :
• Interdiciplinary, Koordinasi dalam rangka
mengarahkan, menyatukan tindakan,
mewujudkan, menciptakan disiplin antara unit
yang satu dengan unit yang lain secara
intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama
tugasnya.
• Inter-Related, koordinasi antar badan (instansi).
Unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi
instansinya saling berkaitan secara intern-ekstern
yang selevel.
8. Pentingnya Koordinasi
1.
2.
3.
4.
5.
:
Mencegah terjadinya kekacauan,
percekcokan, dan kekembaran atau
kekosongan pekerjaan.
Agar pekerja dan pekerjaannya diselaraskan
serta diarahkan untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Dapat memanfaatkan sarana dan prasarana
dalam pencapaian tujuan.
Agar semua unsur manajemen dan
pekerjaan masing-masing individu karyawan
harus membantu tercapainya tujuan
organisasi.
Agar semua tugas, kegiatan dan pekerjaan
terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan.
9. Syarat-syarat koordinasi
:
1.
Sense of cooperation (Perasaan untuk
bekerja sama), harus dilihat dari sudut bagian
per bagian bidang pekerjaan, bukan orang
per orang
2.
Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar
sering diadakan persaingan antara bagianbagian, agar bagian-bagian ini berlombalomba untuk mencapai kemajuan
10. 3. Team spirit, artinya satu sama lain pada
setiap bagian harus saling menghargai
kegiatan organisasi.
4. Konsep kesatuan tindakan, hal ini merupakan
inti dari koordinasi.
5. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama,
kesatuan dari usaha meminta suatu
pengertian kepada semua individu, agar ikut
serta melaksanakan tujuan sebagai
kelompok dimana mereka bekerja
11. Ciri-ciri koordinasi :
1.
2.
3.
4.
5.
Tanggung jawab koordinasi terletak pada
pimpinan.
Adanya proses
Pengaturan secara teratur usaha
kelompok.
Konsep kesatuan tindakan.
Tujuan koordinasi adalah tujuan
bersama.
12. Cara-cara mengadakan koordinasi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Memberi keterangan langsung
Mengusahakan agar pengetahuan dan
penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh
anggota.
Mendorong para anggota untuk bertukar
pikiran, mengemukakan ide, saran-saran.
Mendorong para anggota untuk berpartisipasi
dalam tingkat perumusan dan penciptaan
sasaran
Membina human relations yang baik antara
sesama.
Manager harus sering melakukan komunikasi
informal dengan para bawahan
14. INDIKATOR TERJADINYA KOORDINASI :
1.Kerjasama yang serasi
2.Bagian Gudang mengetahui apa yang
dibutuhkan unit lain.
3.Bagian Pemeliharaan menjaga kondisi pabrik
dan peralatan.
4.Bagian Keuangan menyediakan dana / modal
yang diperlukan.
5.Bagian Keamanan menjaga barang-barang /
kekayaan perusahaan dan menjaga para
pegawai dengan baik.
6.Setiap pekerjaan dikerjakan dengan urutan
yang benar dan pasti.
7.Adanya instruksi yang pasti.
8.Adanya rencana kerja yang up to date.
16. Koordinasi yang baik akan berhasil
dengan syarat :
• Pembagian kerja yang jelas dalam organisasi,
• Membangun semangat kerja sama yang besar
diantara kepala organisasi dan seluruh anggota
serta adanya organisasi yang sehat dalam
organisasi tersebut,
• Tersedianya fasilitas kerja dan kontak hubungan
yang cukup lancar bagi semua pihak dalam
organisasi;
• Memulai tahapan suatu kegiatan dengan benar
dan mempertahankan kualitas pekerjaan sebagai
proses yang berkelanjutan.
17. KESIMPULAN
Coordinating / koordinasi merupakan salah satu
fungsi manajemen untuk melakukan berbagai
kegiatan agar tidak terjadi kekacauan,
percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan
menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan
pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama
yang terarah dalam usaha mencapai tujuan
organisasi.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai itu
antara lain dengan memberi intruksi, perintah,
mengadakan pertemuan untuk memberikan
kejelasan bimbingan dan nasihat, dan
mengadakan coaching dan bila perlu memberi
teguran.