2. Pendahuluan
Perrine (1989)
2 alasan orang membaca prosa fiksi:
◦ Untuk memperoleh kesenangan (enjoyment)
◦ Untuk mendapat pemahaman (understanding).
2 jenis pembaca karya sastra:
◦ Pembaca dewasa (mature reader)
◦ Pembaca belum dewasa (immature reader).
3. Tujuan Modul 9
Menerapkan teknik membaca prosa fiksi
Menerapkan teknik membaca drama
Menganalisis prosa fiksi dan drama
5. Teknik Membaca Prosa Fiksi
Prosa fiksi adalah kisah atau cerita imajinatif
yang dikembangkan berdasarkan kreativitas
pengarang dalam bentuk rangkaian peristiwa
yang dialami sejumlah tokoh pada suatu tempat,
waktu, dan suasana tertentu.
Pembacaan prosa fiksi dapat dilakukan oleh
perseorangan atau kelompok.
6. Interpretasi Makna Teks
Interpretasi adalah upaya pemberian makna
terhadap teks berdasarkan hubungan variasi
unsur kesastraan dengan kepekaan, intuisi,
pengetahuan, dan pengalaman kehidupan yang
secara umum telah dimiliki pembaca.
2 sifat fiksi hiburan:
◦ Fiksi hiburan yang sejak awal sudah jelas
memperlihatkan diri sebagai hiburan.
◦ Fiksi yang dari permukaan tampak seakan-akan serius
tapi sesungguhnya hanya berbicara tentang hal-hal yang
serba menyenangkan.
7. Interpretasi Makna Teks
Kode-kode yang harus dikuasai pembaca
(A.Teeuw, 1983):
Kode Bahasa
• Paparan bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk
menyampaikan ide-idenya.
Kode Budaya
• Sistem kehidupan, kepercayaan, kesenian, dan kebiasaan yang
hidup dan berkembang dalam suatu kelompok masyarakat.
Kode Khas Sastra
• Kode yang diperlukan untuk membantu pembaca menentukan
sikap yang tepat dalam menginterpretasikan setiap aspek teks
yang dibaca.
8. Pembacaan Prosa Fiksi
Teknik-teknik yang harus diperhatikan:
Teknik Olah
Suara
• Variasi
penggunaan
artikulasi (nada,
tekanan, tempo,
irama, jeda)
yang sesuai
dengan pesan
dalam teks.
Gerak
• Ekspresi wajah,
gerak penyerta
(gesture),
perubahan
posisi tubuh,
dan
perpindahan
posisi (moving).
10. Persiapan Membaca Naskah
Sudut pandang tentang drama:
◦ Fenomena sastra drama dalam wujud naskah atau
teks tertulis.
◦ Seni pementasan naskah drama sebagai bahan
pementasan yang memerlukan sejumlah unsur
pendukung.
Persiapan-persiapan aktor ketika akan berlatih:
◦ Persiapan fisik: kondisi fisik yang sehat.
◦ Persiapan mental: menghilangkan sikap pesimis,
keraguan, pemalu, takut, ingin terkenal, dan sok tahu.
11. Pemilihan Naskah Drama untuk
Pembacaan/Pementasan
1. Memilih naskah yang playable
(memenuhi syarat pementasan) dan
actable (dapat dimainkan oleh sejumlah
pemeran dalam pementasan).
2. Mempertimbangkan mutu dan kesulitan
naskah.
3. Mempertimbangkan faktor penonton.
12. Latihan Membaca Naskah
Latihan suara dalam perspektif dialog
dramatik:
Latihan Pernapasan
• Latihan pernapasan
total
• Latihan pernapasan
pembersihan
Olah Vokal Dalam
Perspektif Dialog
Dramatik
• Latihan ucapan bunyi-
bunyi vokal
• Latihan ucapan bunyi-
bunyi konsonan
• Latihan ucapan kata
dan kalimat
14. Unsur-unsur Prosa Fiksi dan
Drama
Plot atau Alur
• Tahapan kejadian atau peristiwa yang membentuk kisah dalam sebuah karangan (Perrine, 1988)
Tokoh
• Individu yang dipilih oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasannya
Tema
• Salah satu unsur fiksi yang berfungsi untuk mengontrol ide atau gagasan utama yang dikemukakan
oleh pengarang
Gaya Penceritaan
• Cara pengarang dalam menggunakan bahasa untuk menuturkan kisah yang diceritakannya
Sudut Pandang Pengarang
• Cara yang dipilih pengarang dalam mengisahkan sebuah cerita
Latar atau Setting
• Keterangan, petunjuk, dan pengacuan yang berkaitan dengan ruang, waktu, dan suasana
terjadinya suatu peristiwa dalam karya sastra.
15. Unsur-unsur Analisis Drama
Tujuan dari analisis drama adalah untuk memahami aspek
kesastraan dalam teks yang diproyeksikan untuk
mengembangkan aspek dramatik di atas pentas.
Aspek dramatik:
◦ Ketegangan (suspense)
◦ Kejutan (surprise)
Analisis aspek dramatik dalam pementasan memperhatikan
hubungan dari sutradara, penulis naskah, dan penonton.
16. Interpretasi Prosa Fiksi dan
Drama
Interpretasi aspek ekstrinsik menurut
Wellek dan Warren (1990) mencakup:
1. Biografi pengarang
2. Psikologis sastra
3. Sosial-kemasyarakatan sebagai objek kajian
dalam apresiasi
4. Filsafat hidup dan cara berpikir sebagai objek
kajian dalam apresiasi.