SlideShare a Scribd company logo
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas berjudul “Tindakan Keperawatan Menggunakan
Komunikasi Terapeutik“ dengan baik dan tepat pada waktunya.Adapun tujuan
penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada Semester Empat
SMK S Kesehatan Karya Persada Raha Tahun Ajaran 2013/2014.
Dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun tugas ini menyadari
bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,kami senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang akan datang.
Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat bagi dunia
pendidikan,khususnya dalam lingkup SMK S Kesehatan Karya Persada Raha.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………………………………………1.1
Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….1.2
Tujuan Masalah………………………………………………………………………………..1.3
Manfaat…………………………………………………………………………………………1.4
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Komunikasi………………………………………………………………………..2.1
Analisis Diri Perawat…………………………………………………………………………..2.2
Definisi Komunikasi Terapeutik………………………………………………………………2.3
Tujuan Komunikasi Terapeutik…………………………………………………………........2.4
Interaksi Sosial……………………………………………………………………………...2.5
Mengembangkan Konsep “Helping Relationnship”………………………………………..2.6
Prinsip Komunikasi Terapeutik……………………………………………………………….2.7
Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik………………………………………………………..2.8
Sikap Perawat dalam berkomunikasi Terapeutik…………………………………………..2.9
Komunikasi Terapeutik Pada Tingkat Usia………………………………………………..2.10
Hambatan Komunikasi Terapeutik…………………………………………………………2.11
Komunikasi Non-Terapeutik………………………………………………………………..2.12

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………3.1
Saran……………………………………………………………………………..3.2
Kritik………………………………………………………………………………3.3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Adapun latar belakang pembuatan makalah ini adalah selain untuk memenuhi
tugas makalah juga untuk mempelajari tentang komunikasi terapeutik khususnya pada
berbagai tingkat usia dengan berbagai kondisi serta berbagai macam teknik-teknik yang
terdapat di dalamnya. Selain itu juga untuk memberi pengetahuan kepada para
pembaca bagaimana tahap-tahap komunikasi terapeutik yang baik. Serta memberi
panduan kepada calon perawat bagaimana merawat pasien dengan menggunakan
komunikasi terapeutik. Selain itu komunikasi terapeutik, akan dibahas juga mengenai
bagaimana pula komunikasi Non-Terapeautik itu.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan makalah ini adalah
1.

Pengertian Komunikasi

2.

Analisis Diri Perawat

3.

Definisi Komunikasi Terapeutik

4.

Tujuan Komunikasi Terapeutik

5.

Interaksi Sosial

6.

Mengembangkan Konsep “Helping Relationnship”

7.

Prinsip Komunikasi Terapeutik

8.

Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik

9.

Sikap Perawat dalam berkomunikasi Terapeutik

10.

Tehnik Komunikasi Terapeutik

11.

Komunikasi Terapeutik Pada Tingkat Usia

12.

Hambatan Komunikasi Terapeutik

13.

Komunikasi Non-Terapeutik
1.4 TUJUAN MASALAH
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari caracara komunikasi terapeutik dan menerapkan langsung kepada klien tentang bagaimana
komunikasi terapeutik tersebut.

1.5 Manfaat
Manfaat dari Makalah ini yaitu agar kita lebih jauh lagi mengetahui tentang
pengertian tindakan keperawatan, tindakan keperawatan menggunakan
komunikasi terapeutik,serta contoh dari makalah ini.Selain itu juga untuk
memerikan pengetahuan kepada para pembaca, bagaimana tahap-tahap komunikasi
terapeutik yang baik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI
 Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia.
 Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain.
 Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
 Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.

Ada beberapa pengertian tentang komunikasi :
a) Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi

atau ide/gagasan

(Oxford Dictionary)
b) Komunkasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang lain melalui
symbol, tanda, atau tingkah laku
c) Komunkasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan komunikasi
abstrak.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik
secara verbal maupun nonverbal.
Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda, atau
tingkah laku.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien

2.2 ANALISA DIRI PERAWAT
Setiap memulai aktivitas dalam memberikan pelayanan kepada klien selalu
didahului dengan komunikasi. Komunikasi dilakukan untuk menjalin hubungan
interpersonal perawat-klien agar proses keperawatan dapat dilakukan dengan lancar
dan afektif.
Sebelum melakukan komunikasi perawat harus melakukan ”Analisa Diri” yang
meliputi :
a. kesadaran Diri
b. klarifikasi Nilai
c. Eksplorasi Perasaan
d. Kemampuan menjadi model

2.3 DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi Terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-klien
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien.
Hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien maupun perawat
yang didefinisikan dalam 4 tindakan yang harus diambil antara perawat-klien, yaitu :
a. Tindakan diawali perawat
b. Respon reaksi dari klien
c. Interaksi dimana perawat dan klien untu mengkaji kebutuhan klien dan tujuan
d. Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai
tujuan hubungan
2.4 TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban, perasaan dan pkiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki karakteristik sebagai
berikut (Hamid, 1998) :
a. Kesadaran diri.
b. Klarifikasi nilai.
c. Eksplorasi perasaan.
d. Kemampuan untuk menjadi model peran.
e. Motivasi altruistic.
f. Rasa tanggung jawab dan etik

2.5 INTERAKSI SOSIAL
Upaya awal yang dilakukan pada saat berkomunikasi dengan klien biasanya
menghasilkan interaksi sosial yang singkat. Pesan yang disampaikan masih bersifat
dangkal, dimana komunikasi antara perawat dan klien belum mencoba membahas
sesuatu secara mendalam. Beberapa perubahan interpersonal cenderung didasarkan
pada respon intuitif dan bersifat otomatis. Interaksi yang dangkal tersebut membuat
orang yang terlibat di dalamnya merasa aman karena diskusi yang di lakukan tdk ada
niat yang tersembunyi untuk mengungkap tabir rahasia pribadi seseorang.
2.6 MENGEMBANGKAN KONSEP “HELPING RELATIONSHIP “
Bentuk umum dari hubungan membantu adalah rasa percaya, empati, perhatian,
autonomi dan mutualisme. Sifat-sifat tersebut esensial jika perawat ingin menetapkan
hubungan yang positif dan suportif dengan klien. Ada 3 hal mendasar dalam
mengembangkan Helping Relationship, yaitu :
a. Geunineness
Untuk membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan
yang dimiliki klien. Apa yang dipikirkan dan dirasakan perawat tentang individu dan
dengan siapa dia berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik secara verbal maupun
secara non verbal.

b. Empathy
Empathy merupakan perasaan, “pemahaman” dan “penerimaan” perawat
terhadap perasaan yang dialami klien, dan kemampuan merasakan “dunia pribadi
klien”. Empathy merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dan tidak dibuat yang
didasarkan atas apa yang dialami orang lain.
c. Warmth
Hubungan yang saling membantu dilakukan untuk memberikan kesempatan
klien mengeluarkan”uneg-uneg” (perasaan dan nilai-nilai) secara bebas.Dengan
kehangatan,perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan
menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi.

2.7

PRINSIP DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Hubungan perawat dengan klien.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien yang mempunyai satu karakter yang
berbeda-beda.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat memjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan (harga diri perawat dan harga klien)
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan
alternative pemecahan masalah, hubungan yang saling percaya itu adalah kunci
dari komunikasi terapeutik yaitu antara perawat dan klien
5. Hubungan perawat dengan klien.
6. Perawat harus menghargai keunikan klien yang mempunyai satu karakter yang
berbeda-beda.
7. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat memjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan (harga diri perawat dan harga klien)
8. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan
alternative pemecahan masalah, hubungan yang saling percaya itu adalah kunci
dari komunikasi terapeutik yaitu antara perawat dan klien
2.8 SIKAP PERAWAT DALAM BERKOMUNIKASI TERAPEUTIK

Perawat tidak cukup hanya mengetahui tekhnik komunikasi dan isi komunikasi tetapi
yang sangat penting adalah sikap atau penampila dalam berkomunikasi.
a. Kehadiran diri secara Fisik
1. Gerakan Mata
2. Ekpresi muka
3. Sentuhan
b. Kehadiran diri secara Psikologis
1. Keikhlasan
2. Menghargai
3. Empati
4. Kongkrit

2.9 TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI
a. Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien.
Tugas perawat pada fase ini yaitu :
1. Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya
2. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk
memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka
perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok
3. Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi
4. Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat
bertemu dengan klien.

b. Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat
pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan
dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya.
Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka
dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan
perasaan dan pikirannya.
Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain :
1. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi
terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka,
jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien;
2. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan
sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat,
waktu dan topik pertemuan;
3. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong
klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan
terbuka;
4. Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien
teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada
keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005)
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :

1. Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan
2. Memperkenalkan diri perawat
3. Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk
berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
4. Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi penjelasan
tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada perawat.
5. Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian yang
membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan fokus
pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan
keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui
kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.
6. Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan
orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan
keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya.

c. Fase kerja.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik.Tahap
ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien
mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan
pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik
yang sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan
aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996,
dikutip dari Suryani, 2005).
d. Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling
percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya
merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada
unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau
kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui
fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep
kehilangan.

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
1. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;
2. Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara
menyeluruh.

Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan interak i yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut
evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah
tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi (Suryani,2005);
b. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setalah
berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu;
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering disebut
pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan
interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya.
Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan
dalam 24 jam;
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah
topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan
terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil
yang telah dicapai selama interaksi.

2.10 KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA TINGKAT USIA

a. Pada bayi usia 0-1 tahun
Perkembangan komunikasi dengan bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi
untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespn
untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut
dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk meliht
objek atau cahaya, kemudian pada minggu ke dua belas sudah mulai melakukan
tersenyum.
Pada usia ke enam belas sudah menolehkan kepala pada suara asing pada
dirinya. Pada pertengahan tahun prtaa bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal
seperti baba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap
panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat pada
buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang
spesifik antara dua atau tiga kata. Selain melakukan komunikasi seperti diatas terdapat
cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi
non verbal dengan teknik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan
lain-lain. Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan bersuara yang dapat
diinterpretasikan oleh orang sekitarnya, misal: menangis.
b. Toddler usia 1-3 tahun
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahas anak dengan kemapuan anak sudah mampu memahami kurang
lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih
terdengar kata-kata ulangan. Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah
mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunkan seperti
mengapa, apa, kapan, dan sebagainya.
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi
tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk
menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara
lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang
sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”,
mengalihkan aktifitas saat komunikasi, memberi mainan saat komunikasi dengan anak
sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindarkan
konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita
selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh
anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk
menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau berceriita dalam menggali
perasaan dan fikiran anak di saat melakukan komunikasi.
c. Prasekolah usia 3-5 tahun
anak tidak dapat memahami/membedakan fantasi dan kenyataan, anak juga
hanya memahami kalimat yang pendek, sederhana, kata-kata yang dipahami
penjelasan ysng konkrit.
d. Anak usia sekolah usia 5 – 12 tahun
anak mencari alasan dan penjelasan atas segala sesuatu, namun tidak
membutuhkan pengesahan. Anak juga memahami penjelasan sederhana dan
mendemonstrasikan.
e. Remaja usia 13-18 tahun
remaja berfikir lebih abstrak frustasi antara tingkah laku berfikir kanak-kanak dan
dewasa.
f. Lansia
Proses komunikasi dengan lansia membutuhkan perhatian khusus, perawat
harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi dan sosial yang
mempengaruhi pola komunikasi.
CARA BERKOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA BERBAGAI TINGKAT USIA

1.

Pada Anak
Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan

berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi
dengan anak, metode berkomunikasi dengan anak. Peran orang tua dalam membantu
proses komunikasi dengn anak sehingga bisa di dapatkan informasi yang benar dan
akurat.
a. Sikap Kesejatian
Menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai dengan anak menunjukkan
kesiapan untuk berespon positif terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan kita kepada
anak.
b. Sikap Empati
Bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada posisi anak dan orang tua.
c. Sikap Hormat
Bentuk sikap yang menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian, rasa suka dan
menghargai klien. Seperti senyum pada saat yang tepat, melakukan jabat tangan atau
sentuhan yang lembut dengan seizin komunikan.
d. Sikap Konkret
Bentuk sikap dengan menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak
pada saat komunikasi dengan kien seperti gambar, mainan, dll

2. Pada Remaja

a. Pola pikir dan tingkah laku
Peralihan dari anak ke dewasa
b. Bila stres, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya, orang dewasa Diluar keluarga dan
terbuka terhadap perawat.
c. Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya
1). Beri support penuh perhatian
2). Jangan melakukan intrupsi
3). Ekspresi wajah tidak menunjukkan heran
4). Hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu (jaga privasi)

3. Strategi untuk memperbaiki komunikasi dengan pasien lanjut usia yaitu

1. Menggabungkan data pendahuluan sebelum perjanjian untuk bertemu,
karena pasien pasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah kesehatan yang
kompleks.
2. Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali (yaitu tidak bercerita dulu
kepada p e r a w a t a t a u a s i s t e n k e m u d i a n b a r u k e p a d a a n d a ) u n t u k
m e m i n i m a l k a n f r u s t a s i d a n kelelahan pasien.
3. Menghindarkan jargon medis.
4. Menyederhanakan dan menuliskan instruksi.
5. Menggunakan diagram, model, dan gambar.
6. Menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih dahulu, karena mereka umumnya lebih siap
darisegi waktu dan secara klinis cenderung kurang sibuk.
7. Mengenal Kultur dan Budaya
8. ekspresi yang menyenangkan.
9. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan, lengan, atau bahu.
10. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa, membiarkan pasien selama beberapa
menituntuk mengekspresikan masalahnya jika mampu
11. Memastikan bahwa agenda pasienlah yang anda hadapi
12. Meminta pasien lanjut usia untuk mengulang kembali setiap instruksi yang penting
13. Memberikan instruksi tertulis paling tidak dengan huruf berukuran 14.
14. Ingatlah pentingnya masalah psikososial ketika merawat pasien lanjut usia.2.
Gangguan kognitif pasien
15. Jangan mengabaikan pasien.
16. Bertanyalah dengan pertanyaan sederhana yang hanya memerlukan jawaban
“ya” atau“tidak” dan bahasa tubuh sederhana.
17. Ketika melakukan pemeriksaan, berikan instruksi satu persatu.3. Pertemuan dengan
keterlibatan pihak ketiga.
2.11 HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenis utama :
resistens, transferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai
alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat
komunikasi terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan
ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien.

1.Resisten.
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab
ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran verbalisasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan
masalah aspek diri seseorang. Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan
klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resistens
biasanya diperlihatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak
berisi proses penyelesaian masalah.

2.Transferens.
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan
sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya
di masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam
intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan pengisaran (displacement) yang
maladaptif. Ada dua jenis utama reaksi bermusuhan dan tergantung.

3.Kontertransferens.
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien.
Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien
yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan
dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi
sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas
sering kali digunakan sebagai respon terhadap resisten klien.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk
mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan
perawat-klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang
hambatan komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya
hambatan tersebut. Latar belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung
jawab terhadap hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik.
Adapun Faktor-faktor penghambat komunikasi menurut Purwoto, Heri (1994),
yaitu :
a. kemampuan pemahaman yanng berbeda
b. Pengamatan / penafsiran yang berbeda kerena pengalaman masa lalu
c. Komunikasi satu arah
d. Kepentingan yang berbeda
e. Memberikan jaminan yang tidak mungkin
f. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada klien
g. Menuntut bukti
h. Membicarakan ha;-hal yang bersifat pribadi
i. Memberikan kritik mengenai perasaan penderita
j. menghentikan / mengalihkan topik pembicaraan
k. terlalu banyak bicara yang seharusnya didengarkan
l. memperlihatkan sifatjemu, pesimis
Faktor-faktor penghambat komunikasi menurut Karyoso, (1994), yaitu :
a. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi
b. Sikap yang kurang tepat
c. Kurang pengetahuan
d. kurang memahami sistem sosial
e. Prasangka yang tidak beralasan
f. Jarak fisik,
g. Tidak ada persamaan persepsi
h. Indra yanng rusak
i. berbicara yang berlebihan
j. mendominir pembicaraan
Sedangkan Faktor-faktor penghambat komunikasi menurut Blais, Kathleen
Koening,dkk (2002), yaitu :
a. Tahap perkembangan
b. Jenis kelamin
c. Peran dan hubungan
d. Karakteristik sosiokultural
e. Nilai persepsi
f. Ruang dan teritorial
g. Lingkungan
h. Kesesuaiaan
Komunikasi Non-Terapeutik merupakan komunikasi yang dapat merintangi atau
merusak profesionalisme hubungan yaitu :
a. Menanyakan pertanyaan pribadi
b. Memberikan pendapat pribadi
c. Mengganti subyek
d. Respon otomatis
e. Penentraman hati yang keliru
f. Simpati
g. Meminta penjelasan
h. Persetujuan atau penolakan
i. Respon bertahan
j. Respon agresif atau pasif
k. Membantah
BAB III
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN
Komunikasi merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalani kehidupan.
Sebagai bagian dari makhluk sosial yang syarat dengan keberagaman, kebutuhan dan
kepentingan serta harapan-harapan yang ingin dicapai, manusia tidak bisa lepas dari
aktivitas komunikasi. Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan yang mempunyai
waktu paling lama berinteraksi dengan klien dituntut mempunyai keterampilan
komunikasi yang bermakna Terapeutik.

3.2

SARAN
Keterampilann berkomunikasi yang baik dan benar serta efektif yang berdampak
Terapeutik merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh semua tenaga
pelayanan kesehatan, terutama perawat. Kemampuan ini perlu ditumbuh kembangkan
sehingga menjadi kebiasaan bagi perawat dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Maka dari itu, kegiatan komunikasi bagi perawat harus dilakukan dengan penuh
kejujuran dan ketulusan disertai dengan komitmen yang kuat untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Lisa Kennedy Sheldon, PhD, APRN. Komunikasi untuk Keperawatan Berbicara Dengan Pasien. Edisi
kedua. Terjemahan dari : Communication For Nurses; Talking With Patients, Second
Edition. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Mundakir . (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Edisi pertama. Penerbit
Graha Ilmu. Yogyakarta.

Ajeng Putrie Cutik. Komunikasi pada Anak dan Remaja .
http://putricutik.blogspot.com/2012/07/komunikasi-pada-anak-remaja.html
vassella_sestra . (2011). Terapeutik pada berbagai tingkat usia.
ivank-revank.blogspot.com

More Related Content

What's hot

Ppt komunikasi terapeutik
Ppt komunikasi terapeutikPpt komunikasi terapeutik
Ppt komunikasi terapeutikYuli Thamrin
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON
 
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatan
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam KeperawatanKomunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatan
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatan
pjj_kemenkes
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikCahya
 
konsep komunikasi efektif dan terapeutik
konsep komunikasi efektif dan terapeutikkonsep komunikasi efektif dan terapeutik
konsep komunikasi efektif dan terapeutik
Destu Ayu Hapsari
 
Konsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutikKonsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutik
widya1972
 
Dasar-dasar Komunikasi Terapeutik
Dasar-dasar Komunikasi TerapeutikDasar-dasar Komunikasi Terapeutik
Dasar-dasar Komunikasi Terapeutik
pjj_kemenkes
 
Materi 2 M1KB4 : Komunikasi Terapeutik
Materi 2 M1KB4 :  Komunikasi TerapeutikMateri 2 M1KB4 :  Komunikasi Terapeutik
Materi 2 M1KB4 : Komunikasi Terapeutik
ppghybrid4
 
Ppt komunikasi kel 7
Ppt komunikasi kel 7Ppt komunikasi kel 7
Ppt komunikasi kel 7
renda puspitasari
 
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwaKomunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa-Yusie Aprilia-
 
Konsep Komunikasi
Konsep Komunikasi Konsep Komunikasi
Konsep Komunikasi
pjj_kemenkes
 
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 2
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 2Kb 1 komunikasi kebidanan modul 2
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 2Uwes Chaeruman
 
Komunikasi terapetik
Komunikasi terapetikKomunikasi terapetik
Komunikasi terapetikyopie21
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
Alva Cherry Mustamu
 
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut UsiaPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
pjj_kemenkes
 
Ppt komter
Ppt komterPpt komter
Ppt komterCahya
 
Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien
Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasienKomunikasi interpersonal antara perawat dan pasien
Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien
AlfiahSeptianiSiradj
 

What's hot (20)

Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 
Ppt komunikasi terapeutik
Ppt komunikasi terapeutikPpt komunikasi terapeutik
Ppt komunikasi terapeutik
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatan
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam KeperawatanKomunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatan
Komunikasi dan Hubungan Terapeutik dalam Keperawatan
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 
konsep komunikasi efektif dan terapeutik
konsep komunikasi efektif dan terapeutikkonsep komunikasi efektif dan terapeutik
konsep komunikasi efektif dan terapeutik
 
Konsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutikKonsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutik
 
Dasar-dasar Komunikasi Terapeutik
Dasar-dasar Komunikasi TerapeutikDasar-dasar Komunikasi Terapeutik
Dasar-dasar Komunikasi Terapeutik
 
Materi 2 M1KB4 : Komunikasi Terapeutik
Materi 2 M1KB4 :  Komunikasi TerapeutikMateri 2 M1KB4 :  Komunikasi Terapeutik
Materi 2 M1KB4 : Komunikasi Terapeutik
 
Ppt komunikasi kel 7
Ppt komunikasi kel 7Ppt komunikasi kel 7
Ppt komunikasi kel 7
 
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwaKomunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa
 
Konsep Komunikasi
Konsep Komunikasi Konsep Komunikasi
Konsep Komunikasi
 
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 2
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 2Kb 1 komunikasi kebidanan modul 2
Kb 1 komunikasi kebidanan modul 2
 
Komunikasi terapetik
Komunikasi terapetikKomunikasi terapetik
Komunikasi terapetik
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut UsiaPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Dewasa dan Lanjut Usia
 
Makalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutikMakalah komunikasi terapeutik
Makalah komunikasi terapeutik
 
Tahapan komter yudi
Tahapan komter   yudiTahapan komter   yudi
Tahapan komter yudi
 
Ppt komter
Ppt komterPpt komter
Ppt komter
 
Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien
Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasienKomunikasi interpersonal antara perawat dan pasien
Komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien
 

Similar to Erniyy punyaa

4457-materials.pdf
4457-materials.pdf4457-materials.pdf
4457-materials.pdf
veraprasetianingsih
 
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
yogiwijanarko1
 
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluarga
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluargaTips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluarga
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluarga
Sulai Sulaiman
 
Makalah etikep kel. 7
Makalah etikep kel. 7Makalah etikep kel. 7
Makalah etikep kel. 7Diana Ary
 
Makalah etikep kel. 7 pembaruan
Makalah etikep kel. 7 pembaruanMakalah etikep kel. 7 pembaruan
Makalah etikep kel. 7 pembaruanDiana Ary
 
Makalah api klpk 1 kls a3 kep
Makalah api klpk 1 kls a3 kepMakalah api klpk 1 kls a3 kep
Makalah api klpk 1 kls a3 kep
Septian Muna Barakati
 
Komunikasi-dalam-Keperawatan materi pertemuan 1
Komunikasi-dalam-Keperawatan materi pertemuan 1Komunikasi-dalam-Keperawatan materi pertemuan 1
Komunikasi-dalam-Keperawatan materi pertemuan 1
vhyapriscilla
 
Hubungan terapeutik perawat klien
Hubungan terapeutik perawat klien Hubungan terapeutik perawat klien
Hubungan terapeutik perawat klien
Amalia Senja
 
makalah komunikasi dengan pasien
makalah komunikasi dengan pasienmakalah komunikasi dengan pasien
makalah komunikasi dengan pasien
rnrhy
 
Makalah api klpk 1 kls a3 kep
Makalah api klpk 1 kls a3 kepMakalah api klpk 1 kls a3 kep
Makalah api klpk 1 kls a3 kepWarnet Raha
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1Diana Ary
 
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx
AdiPR1
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
edhaBulu
 
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...Lintang Diah Y
 
Tugas Komunikasi Terapeutik.ppt
Tugas Komunikasi Terapeutik.pptTugas Komunikasi Terapeutik.ppt
Tugas Komunikasi Terapeutik.ppt
Alfino3
 

Similar to Erniyy punyaa (20)

4457-materials.pdf
4457-materials.pdf4457-materials.pdf
4457-materials.pdf
 
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx37.  KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
37. KOMUNIKASI TERAPEUTIK (1).pptx
 
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluarga
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluargaTips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluarga
Tips untuk memfasilitasi komunikasi dalam keluarga
 
Makalah etikep kel. 7
Makalah etikep kel. 7Makalah etikep kel. 7
Makalah etikep kel. 7
 
Makalah etikep kel. 7 pembaruan
Makalah etikep kel. 7 pembaruanMakalah etikep kel. 7 pembaruan
Makalah etikep kel. 7 pembaruan
 
Makalah api klpk 1 kls a3 kep
Makalah api klpk 1 kls a3 kepMakalah api klpk 1 kls a3 kep
Makalah api klpk 1 kls a3 kep
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Komunikasi-dalam-Keperawatan materi pertemuan 1
Komunikasi-dalam-Keperawatan materi pertemuan 1Komunikasi-dalam-Keperawatan materi pertemuan 1
Komunikasi-dalam-Keperawatan materi pertemuan 1
 
Hubungan terapeutik perawat klien
Hubungan terapeutik perawat klien Hubungan terapeutik perawat klien
Hubungan terapeutik perawat klien
 
makalah komunikasi dengan pasien
makalah komunikasi dengan pasienmakalah komunikasi dengan pasien
makalah komunikasi dengan pasien
 
Makalah api klpk 1 kls a3 kep
Makalah api klpk 1 kls a3 kepMakalah api klpk 1 kls a3 kep
Makalah api klpk 1 kls a3 kep
 
Makalah api klpk 1 kls a3 kep (2)
Makalah api klpk 1 kls a3 kep (2)Makalah api klpk 1 kls a3 kep (2)
Makalah api klpk 1 kls a3 kep (2)
 
Makalah api klpk 1 kls a3 kep
Makalah api klpk 1 kls a3 kepMakalah api klpk 1 kls a3 kep
Makalah api klpk 1 kls a3 kep
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx
1 Komunikasi terapeutik Pelatihan HIV.pptx
 
Kb 2
Kb 2Kb 2
Kb 2
 
Kb 3
Kb 3Kb 3
Kb 3
 
Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutikKomunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik
 
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...
Optimalisasi pentingnya komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien di in...
 
Tugas Komunikasi Terapeutik.ppt
Tugas Komunikasi Terapeutik.pptTugas Komunikasi Terapeutik.ppt
Tugas Komunikasi Terapeutik.ppt
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Erniyy punyaa

  • 1. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas berjudul “Tindakan Keperawatan Menggunakan Komunikasi Terapeutik“ dengan baik dan tepat pada waktunya.Adapun tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada Semester Empat SMK S Kesehatan Karya Persada Raha Tahun Ajaran 2013/2014. Dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun tugas ini menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang akan datang. Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat bagi dunia pendidikan,khususnya dalam lingkup SMK S Kesehatan Karya Persada Raha.
  • 2. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang…………………………………………………………………………………1.1 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….1.2 Tujuan Masalah………………………………………………………………………………..1.3 Manfaat…………………………………………………………………………………………1.4 BAB II PEMBAHASAN Pengertian Komunikasi………………………………………………………………………..2.1 Analisis Diri Perawat…………………………………………………………………………..2.2 Definisi Komunikasi Terapeutik………………………………………………………………2.3 Tujuan Komunikasi Terapeutik…………………………………………………………........2.4 Interaksi Sosial……………………………………………………………………………...2.5 Mengembangkan Konsep “Helping Relationnship”………………………………………..2.6 Prinsip Komunikasi Terapeutik……………………………………………………………….2.7 Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik………………………………………………………..2.8 Sikap Perawat dalam berkomunikasi Terapeutik…………………………………………..2.9 Komunikasi Terapeutik Pada Tingkat Usia………………………………………………..2.10 Hambatan Komunikasi Terapeutik…………………………………………………………2.11 Komunikasi Non-Terapeutik………………………………………………………………..2.12 BAB III PENUTUP Kesimpulan………………………………………………………………………3.1 Saran……………………………………………………………………………..3.2 Kritik………………………………………………………………………………3.3
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Adapun latar belakang pembuatan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas makalah juga untuk mempelajari tentang komunikasi terapeutik khususnya pada berbagai tingkat usia dengan berbagai kondisi serta berbagai macam teknik-teknik yang terdapat di dalamnya. Selain itu juga untuk memberi pengetahuan kepada para pembaca bagaimana tahap-tahap komunikasi terapeutik yang baik. Serta memberi panduan kepada calon perawat bagaimana merawat pasien dengan menggunakan komunikasi terapeutik. Selain itu komunikasi terapeutik, akan dibahas juga mengenai bagaimana pula komunikasi Non-Terapeautik itu. 1.2 RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan makalah ini adalah 1. Pengertian Komunikasi 2. Analisis Diri Perawat 3. Definisi Komunikasi Terapeutik 4. Tujuan Komunikasi Terapeutik 5. Interaksi Sosial 6. Mengembangkan Konsep “Helping Relationnship” 7. Prinsip Komunikasi Terapeutik 8. Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik 9. Sikap Perawat dalam berkomunikasi Terapeutik 10. Tehnik Komunikasi Terapeutik 11. Komunikasi Terapeutik Pada Tingkat Usia 12. Hambatan Komunikasi Terapeutik 13. Komunikasi Non-Terapeutik
  • 4. 1.4 TUJUAN MASALAH Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari caracara komunikasi terapeutik dan menerapkan langsung kepada klien tentang bagaimana komunikasi terapeutik tersebut. 1.5 Manfaat Manfaat dari Makalah ini yaitu agar kita lebih jauh lagi mengetahui tentang pengertian tindakan keperawatan, tindakan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik,serta contoh dari makalah ini.Selain itu juga untuk memerikan pengetahuan kepada para pembaca, bagaimana tahap-tahap komunikasi terapeutik yang baik
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI  Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.  Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain.  Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.  Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Ada beberapa pengertian tentang komunikasi : a) Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi atau ide/gagasan (Oxford Dictionary) b) Komunkasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang lain melalui symbol, tanda, atau tingkah laku c) Komunkasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan komunikasi abstrak. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda, atau tingkah laku. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
  • 6. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien 2.2 ANALISA DIRI PERAWAT Setiap memulai aktivitas dalam memberikan pelayanan kepada klien selalu didahului dengan komunikasi. Komunikasi dilakukan untuk menjalin hubungan interpersonal perawat-klien agar proses keperawatan dapat dilakukan dengan lancar dan afektif. Sebelum melakukan komunikasi perawat harus melakukan ”Analisa Diri” yang meliputi : a. kesadaran Diri b. klarifikasi Nilai c. Eksplorasi Perasaan d. Kemampuan menjadi model 2.3 DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK Komunikasi Terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien maupun perawat yang didefinisikan dalam 4 tindakan yang harus diambil antara perawat-klien, yaitu : a. Tindakan diawali perawat b. Respon reaksi dari klien c. Interaksi dimana perawat dan klien untu mengkaji kebutuhan klien dan tujuan d. Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan hubungan
  • 7. 2.4 TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban, perasaan dan pkiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal diperlukan. b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya. c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri. Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki karakteristik sebagai berikut (Hamid, 1998) : a. Kesadaran diri. b. Klarifikasi nilai. c. Eksplorasi perasaan. d. Kemampuan untuk menjadi model peran. e. Motivasi altruistic. f. Rasa tanggung jawab dan etik 2.5 INTERAKSI SOSIAL Upaya awal yang dilakukan pada saat berkomunikasi dengan klien biasanya menghasilkan interaksi sosial yang singkat. Pesan yang disampaikan masih bersifat dangkal, dimana komunikasi antara perawat dan klien belum mencoba membahas sesuatu secara mendalam. Beberapa perubahan interpersonal cenderung didasarkan pada respon intuitif dan bersifat otomatis. Interaksi yang dangkal tersebut membuat orang yang terlibat di dalamnya merasa aman karena diskusi yang di lakukan tdk ada niat yang tersembunyi untuk mengungkap tabir rahasia pribadi seseorang. 2.6 MENGEMBANGKAN KONSEP “HELPING RELATIONSHIP “ Bentuk umum dari hubungan membantu adalah rasa percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualisme. Sifat-sifat tersebut esensial jika perawat ingin menetapkan hubungan yang positif dan suportif dengan klien. Ada 3 hal mendasar dalam mengembangkan Helping Relationship, yaitu :
  • 8. a. Geunineness Untuk membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki klien. Apa yang dipikirkan dan dirasakan perawat tentang individu dan dengan siapa dia berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik secara verbal maupun secara non verbal. b. Empathy Empathy merupakan perasaan, “pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap perasaan yang dialami klien, dan kemampuan merasakan “dunia pribadi klien”. Empathy merupakan sesuatu yang jujur, sensitif dan tidak dibuat yang didasarkan atas apa yang dialami orang lain. c. Warmth Hubungan yang saling membantu dilakukan untuk memberikan kesempatan klien mengeluarkan”uneg-uneg” (perasaan dan nilai-nilai) secara bebas.Dengan kehangatan,perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi. 2.7 PRINSIP DASAR KOMUNIKASI TERAPEUTIK 1. Hubungan perawat dengan klien. 2. Perawat harus menghargai keunikan klien yang mempunyai satu karakter yang berbeda-beda. 3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat memjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan (harga diri perawat dan harga klien) 4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan masalah, hubungan yang saling percaya itu adalah kunci dari komunikasi terapeutik yaitu antara perawat dan klien 5. Hubungan perawat dengan klien. 6. Perawat harus menghargai keunikan klien yang mempunyai satu karakter yang berbeda-beda.
  • 9. 7. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat memjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan (harga diri perawat dan harga klien) 8. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan masalah, hubungan yang saling percaya itu adalah kunci dari komunikasi terapeutik yaitu antara perawat dan klien 2.8 SIKAP PERAWAT DALAM BERKOMUNIKASI TERAPEUTIK Perawat tidak cukup hanya mengetahui tekhnik komunikasi dan isi komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap atau penampila dalam berkomunikasi. a. Kehadiran diri secara Fisik 1. Gerakan Mata 2. Ekpresi muka 3. Sentuhan b. Kehadiran diri secara Psikologis 1. Keikhlasan 2. Menghargai 3. Empati 4. Kongkrit 2.9 TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI a. Fase preinteraksi Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien. Tugas perawat pada fase ini yaitu : 1. Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya 2. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok 3. Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi
  • 10. 4. Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat bertemu dengan klien. b. Fase orientasi Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain : 1. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien; 2. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan; 3. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan terbuka; 4. Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005)
  • 11. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain : 1. Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan 2. Memperkenalkan diri perawat 3. Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan. 4. Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada perawat. 5. Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya. 6. Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien. Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya. c. Fase kerja. Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik.Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani, 2005).
  • 12. d. Fase terminasi Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu: 1. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan; 2. Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh. Tugas perawat pada fase ini yaitu : a. Mengevaluasi pencapaian tujuan interak i yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi (Suryani,2005); b. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu; c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam; d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan
  • 13. terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai selama interaksi. 2.10 KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA TINGKAT USIA a. Pada bayi usia 0-1 tahun Perkembangan komunikasi dengan bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespn untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk meliht objek atau cahaya, kemudian pada minggu ke dua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas sudah menolehkan kepala pada suara asing pada dirinya. Pada pertengahan tahun prtaa bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti baba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat pada buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata. Selain melakukan komunikasi seperti diatas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan teknik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain. Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan bersuara yang dapat diinterpretasikan oleh orang sekitarnya, misal: menangis. b. Toddler usia 1-3 tahun Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahas anak dengan kemapuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan. Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunkan seperti mengapa, apa, kapan, dan sebagainya. Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk
  • 14. menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktifitas saat komunikasi, memberi mainan saat komunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindarkan konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau berceriita dalam menggali perasaan dan fikiran anak di saat melakukan komunikasi. c. Prasekolah usia 3-5 tahun anak tidak dapat memahami/membedakan fantasi dan kenyataan, anak juga hanya memahami kalimat yang pendek, sederhana, kata-kata yang dipahami penjelasan ysng konkrit. d. Anak usia sekolah usia 5 – 12 tahun anak mencari alasan dan penjelasan atas segala sesuatu, namun tidak membutuhkan pengesahan. Anak juga memahami penjelasan sederhana dan mendemonstrasikan. e. Remaja usia 13-18 tahun remaja berfikir lebih abstrak frustasi antara tingkah laku berfikir kanak-kanak dan dewasa. f. Lansia Proses komunikasi dengan lansia membutuhkan perhatian khusus, perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi dan sosial yang mempengaruhi pola komunikasi.
  • 15. CARA BERKOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA BERBAGAI TINGKAT USIA 1. Pada Anak Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode berkomunikasi dengan anak. Peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengn anak sehingga bisa di dapatkan informasi yang benar dan akurat. a. Sikap Kesejatian Menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai dengan anak menunjukkan kesiapan untuk berespon positif terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan kita kepada anak. b. Sikap Empati Bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada posisi anak dan orang tua. c. Sikap Hormat Bentuk sikap yang menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian, rasa suka dan menghargai klien. Seperti senyum pada saat yang tepat, melakukan jabat tangan atau sentuhan yang lembut dengan seizin komunikan. d. Sikap Konkret Bentuk sikap dengan menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat komunikasi dengan kien seperti gambar, mainan, dll 2. Pada Remaja a. Pola pikir dan tingkah laku Peralihan dari anak ke dewasa b. Bila stres, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya, orang dewasa Diluar keluarga dan terbuka terhadap perawat. c. Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya 1). Beri support penuh perhatian 2). Jangan melakukan intrupsi
  • 16. 3). Ekspresi wajah tidak menunjukkan heran 4). Hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu (jaga privasi) 3. Strategi untuk memperbaiki komunikasi dengan pasien lanjut usia yaitu 1. Menggabungkan data pendahuluan sebelum perjanjian untuk bertemu, karena pasien pasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah kesehatan yang kompleks. 2. Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali (yaitu tidak bercerita dulu kepada p e r a w a t a t a u a s i s t e n k e m u d i a n b a r u k e p a d a a n d a ) u n t u k m e m i n i m a l k a n f r u s t a s i d a n kelelahan pasien. 3. Menghindarkan jargon medis. 4. Menyederhanakan dan menuliskan instruksi. 5. Menggunakan diagram, model, dan gambar. 6. Menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih dahulu, karena mereka umumnya lebih siap darisegi waktu dan secara klinis cenderung kurang sibuk. 7. Mengenal Kultur dan Budaya 8. ekspresi yang menyenangkan. 9. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan, lengan, atau bahu. 10. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa, membiarkan pasien selama beberapa menituntuk mengekspresikan masalahnya jika mampu 11. Memastikan bahwa agenda pasienlah yang anda hadapi 12. Meminta pasien lanjut usia untuk mengulang kembali setiap instruksi yang penting 13. Memberikan instruksi tertulis paling tidak dengan huruf berukuran 14. 14. Ingatlah pentingnya masalah psikososial ketika merawat pasien lanjut usia.2. Gangguan kognitif pasien 15. Jangan mengabaikan pasien. 16. Bertanyalah dengan pertanyaan sederhana yang hanya memerlukan jawaban “ya” atau“tidak” dan bahasa tubuh sederhana. 17. Ketika melakukan pemeriksaan, berikan instruksi satu persatu.3. Pertemuan dengan keterlibatan pihak ketiga.
  • 17. 2.11 HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK Dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenis utama : resistens, transferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien. 1.Resisten. Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang. Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah. 2.Transferens. Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan pengisaran (displacement) yang maladaptif. Ada dua jenis utama reaksi bermusuhan dan tergantung. 3.Kontertransferens. Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien. Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan sebagai respon terhadap resisten klien.
  • 18. Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat-klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Latar belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik. Adapun Faktor-faktor penghambat komunikasi menurut Purwoto, Heri (1994), yaitu : a. kemampuan pemahaman yanng berbeda b. Pengamatan / penafsiran yang berbeda kerena pengalaman masa lalu c. Komunikasi satu arah d. Kepentingan yang berbeda e. Memberikan jaminan yang tidak mungkin f. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada klien g. Menuntut bukti h. Membicarakan ha;-hal yang bersifat pribadi i. Memberikan kritik mengenai perasaan penderita j. menghentikan / mengalihkan topik pembicaraan k. terlalu banyak bicara yang seharusnya didengarkan l. memperlihatkan sifatjemu, pesimis Faktor-faktor penghambat komunikasi menurut Karyoso, (1994), yaitu : a. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi b. Sikap yang kurang tepat c. Kurang pengetahuan d. kurang memahami sistem sosial e. Prasangka yang tidak beralasan f. Jarak fisik, g. Tidak ada persamaan persepsi h. Indra yanng rusak i. berbicara yang berlebihan j. mendominir pembicaraan
  • 19. Sedangkan Faktor-faktor penghambat komunikasi menurut Blais, Kathleen Koening,dkk (2002), yaitu : a. Tahap perkembangan b. Jenis kelamin c. Peran dan hubungan d. Karakteristik sosiokultural e. Nilai persepsi f. Ruang dan teritorial g. Lingkungan h. Kesesuaiaan Komunikasi Non-Terapeutik merupakan komunikasi yang dapat merintangi atau merusak profesionalisme hubungan yaitu : a. Menanyakan pertanyaan pribadi b. Memberikan pendapat pribadi c. Mengganti subyek d. Respon otomatis e. Penentraman hati yang keliru f. Simpati g. Meminta penjelasan h. Persetujuan atau penolakan i. Respon bertahan j. Respon agresif atau pasif k. Membantah
  • 20. BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Komunikasi merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalani kehidupan. Sebagai bagian dari makhluk sosial yang syarat dengan keberagaman, kebutuhan dan kepentingan serta harapan-harapan yang ingin dicapai, manusia tidak bisa lepas dari aktivitas komunikasi. Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan yang mempunyai waktu paling lama berinteraksi dengan klien dituntut mempunyai keterampilan komunikasi yang bermakna Terapeutik. 3.2 SARAN Keterampilann berkomunikasi yang baik dan benar serta efektif yang berdampak Terapeutik merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh semua tenaga pelayanan kesehatan, terutama perawat. Kemampuan ini perlu ditumbuh kembangkan sehingga menjadi kebiasaan bagi perawat dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Maka dari itu, kegiatan komunikasi bagi perawat harus dilakukan dengan penuh kejujuran dan ketulusan disertai dengan komitmen yang kuat untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien.
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Lisa Kennedy Sheldon, PhD, APRN. Komunikasi untuk Keperawatan Berbicara Dengan Pasien. Edisi kedua. Terjemahan dari : Communication For Nurses; Talking With Patients, Second Edition. Penerbit Erlangga. Jakarta. Mundakir . (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Edisi pertama. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Ajeng Putrie Cutik. Komunikasi pada Anak dan Remaja . http://putricutik.blogspot.com/2012/07/komunikasi-pada-anak-remaja.html vassella_sestra . (2011). Terapeutik pada berbagai tingkat usia. ivank-revank.blogspot.com