SlideShare a Scribd company logo
1 of 58
Ekonometrika
Program Studi Statistika, semester Ganjil 2015/2016
Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
Masalah Teknis Sehubungan dengan Data
Deret Waktu
 Adanya time lags  beda waktu
 Korelasi antara variabel yang berbeda waktu (serial
correlation, a.k.a. autocorrelation  korelasi dengan
dirinya sendiri)
 Notasi bagi data deret waktu:
 Yt : Variabel Y pada waktu t.
 Y1,…,YT , T adalah lama waktu diamatinya deret
waktu dari peubah acak Y
 Pengamatan dilakukan pada selang waktu yang
teratur (bulanan, harian, tahunan dst) tanpa adanya
data hilang.
Data Deret Waktu Dan Korelasi
Serial
Transformasi Data Deret Waktu: lag,
pembedaan (difference)
 Lag pertama dari suatu deret waktu Yt , t = 1, … T
adalah Yt-1, t = 2, …, T
 Lag ke j dari suatu deret waktu Yt , t = 1, … T adalah
Yt-j , t = j+1, …, T
 Pembedaan pertama (first difference) dari suatu
deret waktu Yt adalah deret waktu baru yang
merupakan selisih antara Yt dengan lag pertamanya
Yt-1: ∆Yt =Yt -Yt-1
5
Contoh: Inflasi di US berdasarkan CPI, lag
pertama dan pembeda pertama
Autokorelasi
 Korelasi antara suatu deret waktu dengan lag ke-j dari
deret tersebut
 Disebut pula dengan korelasi serial (serial correlation).
 Autokorelasi pertama dari Yt adalah corr(Yt,Yt–1)
 Autokovarians pertama dari Yt adalah cov(Yt,Yt–1)
 Secara fungsional (populasi):
𝑐𝑜𝑟𝑟 𝑌𝑡, 𝑌𝑡−1 =
𝑐𝑜𝑣 𝑌𝑡, 𝑌𝑡−1
𝑣𝑎𝑟 𝑌𝑡 𝑣𝑎𝑟 𝑌𝑡−1
= 𝜌1
Autokorelasi
 Autokorelasi sampel pada lag pertama:
𝜌1 =
𝑡=2
𝑇
𝑌𝑡 − 𝑌2,𝑇 𝑌𝑡−1 − 𝑌1,𝑇−1
𝑡=1
𝑇
𝑌𝑡 − 𝑌 2
 Autokorelasi sampel pada lag ke – j:
𝜌𝑗 =
𝑡=𝑗+1
𝑇
𝑌𝑡 − 𝑌
𝑗+1,𝑇 𝑌𝑡−𝑗 − 𝑌1,𝑇−𝑗
𝑡=1
𝑇
𝑌𝑡 − 𝑌 2
Autokorelasi
 Perhitungan autokorelasi bermanfaat untuk
menentukan metode mana yang sesuai untuk
peramalan
 Dari materi sebelumnya, peramalan dengan asumsi
trend bersifat deterministik dapat dilakukan jika
sisaan model tidak menunjukkan adanya
autokorelasi.
Stasioneritas
 Stasionaritas adalah kunci supaya situasi di masa
lalu tetap relevan dengan situasi di masa kini
maupun masa depan
 Suatu deret waktu Yt dikatakan stasioner jika sifat
deret tersebut (secara peluang) tidak berubah
seiring waktu.
 Sifat Y1, …, YT sama dengan Y1+s , …, YT+s , untuk
berapapun perbedaan waktu s
Peramalan: Terminologi dan Notasi
 Nilai prediksi (Predicted values) menggunakan rentang waktu
yang berada di dalam sampel (“in-sample”)
 Nilai ramalan (Forecasts value) menggunakan rentang waktu
masa mendatang, di luar sampel (“out-of-sample”)
 Notasi:
 YT+1|T : ramalan bagi YT+1 berdasarkan YT,YT–1,…,
menggunakan parameter populasi (yang tidak diketahui)
 1|
ˆ
T T
Y  : ramalan bagi YT+1 berdasarkan YT,YT–1,…,
menggunakan penduga koefisien. Pendugaan dilakukan
menggunakan data s/d waktu ke-T.
11
Kesalahan Peramalan (Forecast errors)
Kesalahan peramalan satu periode ke depan didefinisikan
sebagai
Kesalahan Peramalan = YT+1 – 1|
ˆ
T T
Y 
Perbedaan antara kesalahan peramalan dan sisaan adalah:
 Sisaan diperoleh dari prediksi “in-sample”
 Kesalahan peramalan diperoleh dari peramalan “out-of-
sample” – nilai YT+1 tidak digunakan pada pendugaan
koefisien model
12
Non Stationarity - Trends
 Situasi paling ideal adalah ketika data bersifat stasioner.
 Pada prakteknya lebih sering dijumpai sifat data yang tidak
stasioner
 Sifat non stationarity perlu dideteksi dan diperbaiki terlebih
dahulu
13
Trend Deterministik dan Stokastik
 Trend adalah sifat kecenderungan atau pergerakan jangka
panjang pada data
 Trend determinisitik adalah fungsi tidak acak (a nonrandom
function) dari waktu (mis: yt = t, atau yt = t2
).
 Trend stokastik berupa fungsi dari waktu yang bersifat
random dan berubah-ubah seiring waktu
 Contoh dari trend stokastik adalah proses random walk:
Yt = Yt–1 + ut, di mana ut mempunyai autokorelasi serial
Jika Yt mengikuti proses random walk, maka nilai Y pada
waktu besok adalah nilai Y hari ini, ditambah unsur galat acak
14
Trend Deterministik dan Stokastik
Dua sifat proses random walk:
(i) YT+h|T = YT
 Prediksi terbaik dari nilai Y di masa depan adalah nilai Y
hari ini
(ii) var(YT+h|T – YT) = 2
u
h
 Ragam dari kesalahan peramalan meningkat (secara
linier) seiring waktu.
 Semakin ke depan peramalan yang dilakukan, semakin
besar sifat ketidakpastian peramalan.
15
Trend Deterministik dan Stokastik
A random walk with drift adalah
Yt = 0 +Yt–1 + ut, di mana ut mempunyai autokorelasi
serial
0 adalah parameter “drift”: Jika 0  0, maka Yt adalah
proses
random walk dengan trend linier. Berdasarkan model ini
peramalan h waktu ke dapan adalah:
YT+h|T = 0h + YT
Random Walk dengan Pergeseran (drift)
17
Trend Deterministik dan Stokastik
Jika Yt mempunyai trend dan mengikuti proses random walk,
maka Yt akan bersifat stasioner dan analisis lanjutan dapat
menggunakan Yt
Beberapa fakta:
 Proses random walk berhubungan dengan AR (1)
 Pengujian koefisien regresi secara parsial bagi model AR
(1) dapat dilakukan untuk mendeteksi proses random walk.
18
Stochastic trends and unit
autoregressive roots
Random walk (dengan pergeseran/drift):
Yt = 0 + Yt–1 + ut
AR(1): Yt = 0 + 1Yt–1 + ut
Hubungan antara random walk dan AR (1)
 Random walk adalah AR(1) dengan 1 = 1.
 Kasus khusus 1 = 1 disebut unit root.
 Ketika 1 = 1, model AR(1) dapat dirubah menjadi:
Yt = 0 + ut
Deret hasil pembedaan (differentiated series) sebagai
deret yang stasioner di sekitar 0
19
Stochastic trends and unit
autoregressive roots
Random walk (dengan pergeseran/drift):
Yt = 0 + Yt–1 + ut
AR(1): Yt = 0 + 1Yt–1 + ut
Hubungan antara random walk dan AR (1)
Random walk adalah AR(1) dengan 1 = 1.
Kasus khusus 1 = 1 disebut unit root.
Ketika 1 = 1, model AR(1) dapat dirubah
menjadi:
Yt = 0 + ut
Deret hasil pembedaan (differentiated series)
sebagai
deret yang stasioner di sekitar 0
20
2. Masalah apa yang disebabkan
oleh trend?
1. Penduga koefisien AR bersifat bias.
2. Statistik t yang diperoleh tidak mengikuti sebaran normal.
3. Jika Y dan X sama-sama memiliki trend dalam bentuk
random walk maka keduanya terlihat saling berhubungan
linier padahal sebenarnya tidak  “spurious regressions.”
21
3. Bagaimana Mendeteksi Adanya Trend?
1. Membuat tebaran data seiring waktu
2. Memanfaatkan uji unit root Dickey-Fuller: uji untuk men
berbasis regresi.
Uji Dickey-Fuller test untuk AR(1)
Yt = 0 + 1Yt–1 + ut
atau
Yt = 0 + (1 – 1)Yt–1 + ut = 0 +Yt–1 + ut
H0:  = 0 (yang berarti bahwa 1 = 1 random walk)
H1:  < 0 ( < 0 berarti bahwa Yt bersifat stasioner
 bukan random walk)
22
Uji DF pada AR(1)
Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji t (uji parsial
koefisien regresi  = 0)
 Akan tetapi di bawah H0, statistik uji t ini tidak berdistribusi t
(tidak seperti pada analisis regresi)
 Statistik uji t pada uji ini dibandingkan dengan nilai kritis tabel
Dickey-Fuller.
23
Nilai kritis Table DF
(a) Yt = 0 + Yt–1 + ut (hanya intersep)
(b) Yt = 0 + t + Yt–1 + ut (intersep dan trend waktu)
Tolak H0 jika statistik t DF lebih kecil daripada nilai kritis yang
dispesifikasikan
Tolak H0 berarti bahwa deret waktu mengikuti proses AR yang
stasioner.
Integrated Stochastic Processes
Yt = Yt–1 + ut
 Proses random walk tanpa pergeseran adalah
proses yang tidak stasioner
 Akan tetapi pembedaan pertama dari proses
tersebut bersifat stasioner (di sekitar nol)
 Proses tersebut dinyatakan sebagai proses
terintegrasi berorde 1 (integrated of order 1)
Yt =Yt – Yt–1 = ut
Random Walk tanpa Pergeseran (no drift)
Integrated Stochastic Processes
 d
 Suatu proses yang harus mengalami pembedaan
sampai dengan pembedaan ke – d untuk mencapai
stasioner, disebut dengan proses terintegrasi
berorde d
Yt ~ I(d)
 Proses stasioner dinyatakan sebagai proses
terintegrasi berorde 0
Yt ~ I(0)
Sifat – sifat Deret Terintegrasi
 Kombinasi linier dari deret stasioner dan deret
terintegrasi berorde satu (tidak stasioner) adalah
deret terintegrasi berorde satu (tidak stasioner).
 Fungsi linier dari suatu deret akan mempunyai sifat
yang sama dengan deret tersebut.
 Jika deret asal stasioner maka fungsi liniernya juga
stasioner
 Jika deret asal terintegrasi dengan orde d (tidak
stasioner) maka fungsi liniernya adalah deret yang juga
terintegrasi dengan orde d (tidak stasioner).
Sifat – sifat Deret Terintegrasi
 Kombinasi linier dari dua deret yang tidak stasioner
menghasilkan deret yang juga tidak stasioner. Deret
tersebut merupakan deret terintegrasi dengan orde
tertinggi dari dua deret asal.
 Jika kedua deret asal mempunyai orde integrasi
yang sama (d) maka kombinasi dari keduanya dapat
saja mempunyai orde integrasi yang lebih kecil (d* <
d)
 Ketika d*= 0, maka kedua deret tersebut mengalami
proses kointegrasi
Spurious Regression
Yt = Yt–1 + ut
 Diberikan dua deret berikut:
Xt = Xt–1 + ut
 Keduanya adalah deret yang tidak stasioner
(terintegrasi dengan orde 1), masing – masing
mempunyai stochastic trend
 Regresi Yt terhadap Xt akan menghasilkan model
dengan R2 yang tinggi, meskipun keduanya tidak
berkorelasi, atau tidak berhubungan secara terapan.
Plot deret waktu variabel X
0
10
20
30
40
50
60
70
1980 1990 2000 2010 2020 2030
X
Plot Deret Waktu Variabel Y
-10
0
10
20
30
40
50
1980 1990 2000 2010 2020 2030
Y
Regresi Yt terhadap Xt
Model 1: OLS, using observations 1980:01-2038:04 (T = 700)
Dependent variable: Y
coefficient std. error t-ratio p-value
---------------------------------------------------------
const -7.33993 0.870523 -8.432 1.95e-016 ***
X 0.837184 0.0205007 40.84 3.57e-187 ***
Mean dependent var 25.67996 S.D. dependent var 15.69695
Sum squared resid 50817.50 S.E. of regression 8.532552
R-squared 0.704943 Adjusted R-squared 0.704521
F(1, 698) 1667.648 P-value(F) 3.6e-187
Log-likelihood -2492.977 Akaike criterion 4989.955
Schwarz criterion 4999.057 Hannan-Quinn 4993.473
rho 0.989723 Durbin-Watson 0.022227
Spurious Regression
 Fenomena tersebut adalah spurious regression atau
regresi yang tidak masuk akal (regresi lancung).
 Jika dilakukan pembedaan pertama terhadap
keduanya, maka akan dihasilkan dua deret yang
stasioner
Yt dan Xt
 Regresi dari Yt terhadap Xt akan menghasilkan
R2 menuju nol
Plot deret waktu X
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
1980 1990 2000 2010 2020 2030
d_X
Plot deret waktu Y
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
1980 1990 2000 2010 2020 2030
d_Y
Regresi Y terhadap X
Model 2: OLS, using observations 1980:02-2038:04 (T = 699)
Dependent variable: d_Y
coefficient std. error t-ratio p-value
-------------------------------------------------------
const 0.0469393 0.0375860 1.249 0.2121
d_X 0.0279278 0.0381836 0.7314 0.4648
Mean dependent var 0.048201 S.D. dependent var 0.992343
Sum squared resid 686.8249 S.E. of regression 0.992674
R-squared 0.000767 Adjusted R-squared -0.000667
F(1, 697) 0.534957 P-value(F) 0.464776
Log-likelihood -985.6969 Akaike criterion 1975.394
Schwarz criterion 1984.493 Hannan-Quinn 1978.911
rho 0.036719 Durbin-Watson 1.924188
Pendeteksian Stasioneritas
 Secara grafis  Dengan melihat plot deret waktu
 Adanya pola naik atau turun adalah indikator bahwa
deret tidak stasioner
 Rata – rata mengalami perubahan seiring waktu
Plot deret waktu dari GDP UK (setiap
kuartal)
30
40
50
60
70
80
90
100
110
1955 1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995
GDP
Pendeteksian Stasioneritas
 Autokorelasi adalah fungsi dari time lag atau
perbedaan waktu antar dua pengamatan
 Fungsi autokorelasi adalah autokorelasi yang
dihitung untuk beberapa time lag, k = 0, 1, 2, …
 Plot antara autokorelasi dan time lag disebut dengan
korrelogram.
Pendeteksian Stasioneritas
 Autokorelasi sampel pada lag ke – k dihitung
berdasarkan:
  
 











 T
t
t
T
k
t
k
T
j
t
T
k
t
k
Y
Y
Y
Y
Y
Y
1
2
1
,
1
,
1
̂
Pendeteksian Stasioneritas
 Proses dikatakan stasioner jika pengamatan pada
satu periode waktu tidak berkorelasi dengan
pengamatan pada periode yang lain
 Autokorelasi bernilai 1 pada time lag 0 (korelasi
dengan dirinya sendiri) dan tidak nyata pada time
lag yang lainnya
 Keberartian autokorelasi sampel pada time lag tertentu
diiuji berdasarkan sifat:
 di mana T adalah total banyaknya pengamatan






T
N
k
1
,
0
~
̂
Pendeteksian Stasioneritas
 Selang kepercayaan 95% bagi autokorelasi sampel
adalah:
T
k
96
.
1
ˆ 

 Autokorelasi pada time lag ke – k dikatakan tidak
nyata jika masih berada pada selang tersebut.
Korrelogram data GDP UK
-1
-0.5
0
0.5
1
0 5 10 15 20
lag
ACF for GDP
+- 1.96/T^0.5
-1
-0.5
0
0.5
1
0 5 10 15 20
lag
PACF for GDP
+- 1.96/T^0.5
Pendeteksian Stasioneritas
 Selain dari selang kepercayaan, dapat pula dilakukan uji
secara serempak untuk autokorelasi sampai dengan time
lag maksimum (m) uji Ljung Box
 Uji tersebut juga dipakai untuk mendeteksi apakah
sisaan suatu model sudah bersifat acak  white noise
0
satu
salah
minimal
:
0
...
:
0
1
0




j
k
H
H



 Statistik uji yang digunakan:
 












m
k
m
k
k
T
T
T
LB
1
2
2
~
ˆ
2 

Autocorrelation function for GDP
LAG ACF PACF Q-stat. [p-value]
1 0.9809 *** 0.9809 *** 171.2683 [0.000]
2 0.9615 *** -0.0149 336.8009 [0.000]
3 0.9422 *** -0.0099 496.6655 [0.000]
4 0.9224 *** -0.0223 650.7744 [0.000]
5 0.9028 *** -0.0042 799.2773 [0.000]
6 0.8833 *** -0.0089 942.2665 [0.000]
7 0.8637 *** -0.0099 1079.8210 [0.000]
8 0.8447 *** 0.0015 1212.1603 [0.000]
9 0.8261 *** 0.0008 1339.4887 [0.000]
10 0.8074 *** -0.0113 1461.8645 [0.000]
11 0.7885 *** -0.0163 1579.2945 [0.000]
12 0.7699 *** -0.0026 1691.9425 [0.000]
13 0.7517 *** -0.0008 1799.9862 [0.000]
14 0.7330 *** -0.0234 1903.3570 [0.000]
15 0.7146 *** -0.0033 2002.2105 [0.000]
16 0.6960 *** -0.0150 2096.5785 [0.000]
17 0.6779 *** 0.0014 2186.6583 [0.000]
18 0.6604 *** 0.0079 2272.7152 [0.000]
19 0.6438 *** 0.0105 2355.0212 [0.000]
20 0.6278 *** 0.0048 2433.7817 [0.000]
21 0.6124 *** 0.0069 2509.2167 [0.000]
22 0.5971 *** -0.0072 2581.4080 [0.000]
Pendeteksian Stasioneritas
 Dapat pula dilakukan dengan uji unit root  Uji Dickey
Fuller
 Contoh pada data GDP UK (yang tidak stasioner)
 Pengujian dilakukan dengan asumsi bahwa deret
tersebut adalah random walk tanpa pergeseren (drift ) 
model dengan trend untuk time lag 1 tanpa intersep
Yt = β1Yt–1 + ut
Uji DF pada data GDP UK
Dickey-Fuller test for GDP
sample size 174
unit-root null hypothesis: a = 1
test without constant
model: (1-L)y = (a-1)*y(-1) + e
1st-order autocorrelation coeff. for e: 0.045
estimated value of (a - 1): 0.00585119
test statistic: tau_nc(1) = 8.02815
p-value 1
 H0 tidak dapat ditolak, yang berarti bahwa deret tersebut
mempunyai unit root atau random walk  tidak stasioner
Transformasi bagi Nonstationary Time Series
 Jika deret waktu mempunyai unit root (tidak stasioner)
maka pembeda pertamanya akan bersifat stasioner
 Jika ditemui deret waktu dengan sifat tersebut
transformasi supaya stasioner  pembedaan pertama
Plot deret Waktu Bagi Pembedaan Pertama
GDP UK
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
1955 1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995
d_GDP
Kointegrasi
 Regresi yang diterapkan pada dua deret yang tidak
stasioner (X maupun Y) dapat menghasilkan spurious
regression
 Misalkan masing – masing deret mempunyai unit root
atau bersifat terintegrasi pada ordo 1  I(1)
 Galat (ut ) regresi Yt terhadap Xt kombinasi linier dari dua
deret I(1).
 Orde integrasi dari galat ≤ 1
 Jika dihasilkan galat yang bersifat I(0) (stasioner) maka
kedua deret tersebut dikatakan ber – kointegrasi
 Regresi yang dihasilkan bukan lagi spurious regression
Kointegrasi
 Kointegrasi terjadi jika dua deret tersebut memang
mempunyai hubungan fungsional secara terapan
 Kecenderungan/trend yang terjadi pada deret Xt mempunyai
pola yang sama dengan yang terjadi pada deret Yt
 Kombinasi linier dari deret – deret dengan sifat tersebut
dapat menghilangkan sifat ketidastasioneritasan
Pengujian Kointegrasi
 Pengujian unit root pada setiap deret Yt maupun Xt
 Menduga parameter model regresi Yt terhadap Xt
 Mendapatkan sisaan model
 Menguji unit root pada sisaan
 Dapat disimpulkan bahwa keduanya ber-kointegrasi jika:
 Uji unit root pada deret Yt dan Xt menyimpulkan H0 tidak
ditolak
 Uji unit root pada sisaan menyimpulkan H0 ditolak
 Uji yang digunakan pada masing – masing uji unit root
adalah uji DF
 Secara keseluruhan dengan memberikan koreksi pada
statistik uji, DF uji yang digunakan adalah uji Engle –
Granger (EG).
Contoh Kasus Konsumsi dan Pendapatan
 Secara a priori konsumsi memang dipengaruhi oleh
pendapatan
 Akan tetapi jika data yang teramati adalah data deret
waktu (mis: per kuartal) maka setiap deret menunjukkan
sifat stochastic trend  tidak stasioner  I(1)
 Masing – masing deret memiliki trend yang serupa
Deret waktu Konsumsi setiap Kuartal
1800
2000
2200
2400
2600
2800
3000
3200
3400
1970 1975 1980 1985 1990
PCE
Deret waktu Pendapatan setiap Kuartal
1800
2000
2200
2400
2600
2800
3000
3200
3400
1970 1975 1980 1985 1990
PCE
Regresi dari Konsumsi terhadap
Pendapatan
^PCE = -171 + 0.967*PDI
(22.9) (0.00807)
T = 88, R-squared = 0.994
(standard errors in parentheses)
 Hasil uji unit root bagi Konsumsi (terima H0)
Augmented Dickey-Fuller test for PCE
including one lag of (1-L)PCE (max was 1)
sample size 86
unit-root null hypothesis: a = 1
test without constant
model: (1-L)y = (a-1)*y(-1) + ... + e
1st-order autocorrelation coeff. for e: -0.036
estimated value of (a - 1): 0.00512264
test statistic: tau_nc(1) = 4.87711
asymptotic p-value 1
Regresi dari Konsumsi terhadap
Pendapatan
 Hasil uji unit root bagi Pendapatan (terima H0)
Dickey-Fuller test for PDI
sample size 87
unit-root null hypothesis: a = 1
test without constant
model: (1-L)y = (a-1)*y(-1) + e
1st-order autocorrelation coeff. for e: -0.031
estimated value of (a - 1): 0.00611493
test statistic: tau_nc(1) = 5.7059
p-value 1
Regresi dari Konsumsi terhadap
Pendapatan
 Hasil uji unit root bagi sisaan (tolak H0)
Augmented Dickey-Fuller test for uhat2
including one lag of (1-L)uhat2 (max was 1)
sample size 86
unit-root null hypothesis: a = 1
test without constant
model: (1-L)y = (a-1)*y(-1) + ... + e
1st-order autocorrelation coeff. for e: -0.019
estimated value of (a - 1): -0.220462
test statistic: tau_nc(1) = -2.82347
asymptotic p-value 0.004621
 Model yang didapatkan bukan spurious regression

More Related Content

What's hot

penerapan baris dan deretndalam ekonomi dan bisnis
penerapan baris dan deretndalam ekonomi dan bisnispenerapan baris dan deretndalam ekonomi dan bisnis
penerapan baris dan deretndalam ekonomi dan bisnismaulana wahid
 
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...Nur Anisa Rachmawati
 
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRITBAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRITCabii
 
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah
3 . analisis regresi linier berganda dua peubahYulianus Lisa Mantong
 
PPT Regresi Berganda
PPT Regresi BergandaPPT Regresi Berganda
PPT Regresi BergandaLusi Kurnia
 
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Fungsi konsumsi, tabungan, dan investasi
Fungsi konsumsi, tabungan, dan investasiFungsi konsumsi, tabungan, dan investasi
Fungsi konsumsi, tabungan, dan investasiDewi Setiyani Putri
 
Pasar Oligopolistik dan Monopolistik
Pasar Oligopolistik dan MonopolistikPasar Oligopolistik dan Monopolistik
Pasar Oligopolistik dan MonopolistikFisa Tiana
 
Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesisPengujian hipotesis
Pengujian hipotesisarsitektur90
 
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...turah11
 
Elastisitas permintaan (elasticity of demand)
Elastisitas permintaan (elasticity of demand)Elastisitas permintaan (elasticity of demand)
Elastisitas permintaan (elasticity of demand)msahuleka
 
KONSEP, FUNGSI DAN UTILITAS PEMASARAN
KONSEP, FUNGSI DAN UTILITAS PEMASARANKONSEP, FUNGSI DAN UTILITAS PEMASARAN
KONSEP, FUNGSI DAN UTILITAS PEMASARANFeronica Romauli
 
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan EkonomiTeori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomimsahuleka
 
Statistika non-parametrik dengan metode Uji Tanda
Statistika non-parametrik dengan metode Uji Tanda Statistika non-parametrik dengan metode Uji Tanda
Statistika non-parametrik dengan metode Uji Tanda RindyArini
 

What's hot (20)

penerapan baris dan deretndalam ekonomi dan bisnis
penerapan baris dan deretndalam ekonomi dan bisnispenerapan baris dan deretndalam ekonomi dan bisnis
penerapan baris dan deretndalam ekonomi dan bisnis
 
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...
Peran tabungan dan investasi dalam mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ek...
 
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRITBAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
BAB 4. PROBABILITAS DASAR dan DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT
 
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah3 .  analisis regresi  linier berganda dua peubah
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
 
PPT Regresi Berganda
PPT Regresi BergandaPPT Regresi Berganda
PPT Regresi Berganda
 
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
 
Fungsi konsumsi, tabungan, dan investasi
Fungsi konsumsi, tabungan, dan investasiFungsi konsumsi, tabungan, dan investasi
Fungsi konsumsi, tabungan, dan investasi
 
Distribusi sampling
Distribusi samplingDistribusi sampling
Distribusi sampling
 
Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2
 
Tabel durbin watson
Tabel durbin watsonTabel durbin watson
Tabel durbin watson
 
Analisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LMAnalisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LM
 
Pasar Oligopolistik dan Monopolistik
Pasar Oligopolistik dan MonopolistikPasar Oligopolistik dan Monopolistik
Pasar Oligopolistik dan Monopolistik
 
Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasikUji asumsi klasik
Uji asumsi klasik
 
Materi 8 analisis time series
Materi 8 analisis time seriesMateri 8 analisis time series
Materi 8 analisis time series
 
Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesisPengujian hipotesis
Pengujian hipotesis
 
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
 
Elastisitas permintaan (elasticity of demand)
Elastisitas permintaan (elasticity of demand)Elastisitas permintaan (elasticity of demand)
Elastisitas permintaan (elasticity of demand)
 
KONSEP, FUNGSI DAN UTILITAS PEMASARAN
KONSEP, FUNGSI DAN UTILITAS PEMASARANKONSEP, FUNGSI DAN UTILITAS PEMASARAN
KONSEP, FUNGSI DAN UTILITAS PEMASARAN
 
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan EkonomiTeori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomi
 
Statistika non-parametrik dengan metode Uji Tanda
Statistika non-parametrik dengan metode Uji Tanda Statistika non-parametrik dengan metode Uji Tanda
Statistika non-parametrik dengan metode Uji Tanda
 

Similar to Ekonometrika

Konsep Sinyal dan Sistem
Konsep Sinyal dan SistemKonsep Sinyal dan Sistem
Konsep Sinyal dan Sistemyusufbf
 
Konsep kestabilan non linier
Konsep kestabilan non linierKonsep kestabilan non linier
Konsep kestabilan non linierZifalaniasta
 
pemodelan state space
pemodelan state spacepemodelan state space
pemodelan state spaceRumah Belajar
 
yepe-kuliah sinyal dan sistem 2013-a_file_2013-04-22_084315_yuliman_purwanto_...
yepe-kuliah sinyal dan sistem 2013-a_file_2013-04-22_084315_yuliman_purwanto_...yepe-kuliah sinyal dan sistem 2013-a_file_2013-04-22_084315_yuliman_purwanto_...
yepe-kuliah sinyal dan sistem 2013-a_file_2013-04-22_084315_yuliman_purwanto_...rtrialgi15
 
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariantModul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariantTri Budi Santoso
 
sinyal dan sistem.ppt
sinyal dan sistem.pptsinyal dan sistem.ppt
sinyal dan sistem.pptTriDPamungkas
 
Persamaan diferensial(differential equation
Persamaan diferensial(differential equationPersamaan diferensial(differential equation
Persamaan diferensial(differential equationartyudy
 
Hand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistemHand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistemSetyo Wibowo'
 
Sistem LTI Waktu Kontinyu
Sistem LTI Waktu KontinyuSistem LTI Waktu Kontinyu
Sistem LTI Waktu Kontinyuyusufbf
 
6.-Persamaan-Diferensial-dan-Persamaan-Beda.doc
6.-Persamaan-Diferensial-dan-Persamaan-Beda.doc6.-Persamaan-Diferensial-dan-Persamaan-Beda.doc
6.-Persamaan-Diferensial-dan-Persamaan-Beda.docFikri123451
 
pemodelan state space
pemodelan state spacepemodelan state space
pemodelan state spaceRumah Belajar
 
1 glb+dan+glbb 1
1 glb+dan+glbb 11 glb+dan+glbb 1
1 glb+dan+glbb 1tomi raden
 

Similar to Ekonometrika (20)

K9 stasioneritas ok
K9 stasioneritas okK9 stasioneritas ok
K9 stasioneritas ok
 
Konsep Sinyal dan Sistem
Konsep Sinyal dan SistemKonsep Sinyal dan Sistem
Konsep Sinyal dan Sistem
 
Ekonometrika.pptx
Ekonometrika.pptxEkonometrika.pptx
Ekonometrika.pptx
 
Konsep kestabilan non linier
Konsep kestabilan non linierKonsep kestabilan non linier
Konsep kestabilan non linier
 
K3 k4 regresi ganda
K3 k4 regresi gandaK3 k4 regresi ganda
K3 k4 regresi ganda
 
pemodelan state space
pemodelan state spacepemodelan state space
pemodelan state space
 
Kestabilan lyapunov
Kestabilan lyapunovKestabilan lyapunov
Kestabilan lyapunov
 
yepe-kuliah sinyal dan sistem 2013-a_file_2013-04-22_084315_yuliman_purwanto_...
yepe-kuliah sinyal dan sistem 2013-a_file_2013-04-22_084315_yuliman_purwanto_...yepe-kuliah sinyal dan sistem 2013-a_file_2013-04-22_084315_yuliman_purwanto_...
yepe-kuliah sinyal dan sistem 2013-a_file_2013-04-22_084315_yuliman_purwanto_...
 
Fisika Dasar
Fisika Dasar Fisika Dasar
Fisika Dasar
 
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariantModul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
Modul ajar dsp_2020-bab_4_sistem linear time invariant
 
sinyal dan sistem.ppt
sinyal dan sistem.pptsinyal dan sistem.ppt
sinyal dan sistem.ppt
 
Persamaan diferensial(differential equation
Persamaan diferensial(differential equationPersamaan diferensial(differential equation
Persamaan diferensial(differential equation
 
Hand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistemHand out sinyal & sistem
Hand out sinyal & sistem
 
sifat sifat sistem
sifat sifat sistemsifat sifat sistem
sifat sifat sistem
 
Sistem LTI Waktu Kontinyu
Sistem LTI Waktu KontinyuSistem LTI Waktu Kontinyu
Sistem LTI Waktu Kontinyu
 
Uji Hipotesa_Statistika
Uji Hipotesa_StatistikaUji Hipotesa_Statistika
Uji Hipotesa_Statistika
 
6.-Persamaan-Diferensial-dan-Persamaan-Beda.doc
6.-Persamaan-Diferensial-dan-Persamaan-Beda.doc6.-Persamaan-Diferensial-dan-Persamaan-Beda.doc
6.-Persamaan-Diferensial-dan-Persamaan-Beda.doc
 
pemodelan state space
pemodelan state spacepemodelan state space
pemodelan state space
 
1 glb+dan+glbb 1
1 glb+dan+glbb 11 glb+dan+glbb 1
1 glb+dan+glbb 1
 
2. Sistem.ppt
2. Sistem.ppt2. Sistem.ppt
2. Sistem.ppt
 

Recently uploaded

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiGustiAdityaR
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptxObyMoris1
 

Recently uploaded (20)

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
 

Ekonometrika

  • 1. Ekonometrika Program Studi Statistika, semester Ganjil 2015/2016 Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
  • 2. Masalah Teknis Sehubungan dengan Data Deret Waktu  Adanya time lags  beda waktu  Korelasi antara variabel yang berbeda waktu (serial correlation, a.k.a. autocorrelation  korelasi dengan dirinya sendiri)
  • 3.  Notasi bagi data deret waktu:  Yt : Variabel Y pada waktu t.  Y1,…,YT , T adalah lama waktu diamatinya deret waktu dari peubah acak Y  Pengamatan dilakukan pada selang waktu yang teratur (bulanan, harian, tahunan dst) tanpa adanya data hilang. Data Deret Waktu Dan Korelasi Serial
  • 4. Transformasi Data Deret Waktu: lag, pembedaan (difference)  Lag pertama dari suatu deret waktu Yt , t = 1, … T adalah Yt-1, t = 2, …, T  Lag ke j dari suatu deret waktu Yt , t = 1, … T adalah Yt-j , t = j+1, …, T  Pembedaan pertama (first difference) dari suatu deret waktu Yt adalah deret waktu baru yang merupakan selisih antara Yt dengan lag pertamanya Yt-1: ∆Yt =Yt -Yt-1
  • 5. 5 Contoh: Inflasi di US berdasarkan CPI, lag pertama dan pembeda pertama
  • 6. Autokorelasi  Korelasi antara suatu deret waktu dengan lag ke-j dari deret tersebut  Disebut pula dengan korelasi serial (serial correlation).  Autokorelasi pertama dari Yt adalah corr(Yt,Yt–1)  Autokovarians pertama dari Yt adalah cov(Yt,Yt–1)  Secara fungsional (populasi): 𝑐𝑜𝑟𝑟 𝑌𝑡, 𝑌𝑡−1 = 𝑐𝑜𝑣 𝑌𝑡, 𝑌𝑡−1 𝑣𝑎𝑟 𝑌𝑡 𝑣𝑎𝑟 𝑌𝑡−1 = 𝜌1
  • 7. Autokorelasi  Autokorelasi sampel pada lag pertama: 𝜌1 = 𝑡=2 𝑇 𝑌𝑡 − 𝑌2,𝑇 𝑌𝑡−1 − 𝑌1,𝑇−1 𝑡=1 𝑇 𝑌𝑡 − 𝑌 2  Autokorelasi sampel pada lag ke – j: 𝜌𝑗 = 𝑡=𝑗+1 𝑇 𝑌𝑡 − 𝑌 𝑗+1,𝑇 𝑌𝑡−𝑗 − 𝑌1,𝑇−𝑗 𝑡=1 𝑇 𝑌𝑡 − 𝑌 2
  • 8. Autokorelasi  Perhitungan autokorelasi bermanfaat untuk menentukan metode mana yang sesuai untuk peramalan  Dari materi sebelumnya, peramalan dengan asumsi trend bersifat deterministik dapat dilakukan jika sisaan model tidak menunjukkan adanya autokorelasi.
  • 9. Stasioneritas  Stasionaritas adalah kunci supaya situasi di masa lalu tetap relevan dengan situasi di masa kini maupun masa depan  Suatu deret waktu Yt dikatakan stasioner jika sifat deret tersebut (secara peluang) tidak berubah seiring waktu.  Sifat Y1, …, YT sama dengan Y1+s , …, YT+s , untuk berapapun perbedaan waktu s
  • 10. Peramalan: Terminologi dan Notasi  Nilai prediksi (Predicted values) menggunakan rentang waktu yang berada di dalam sampel (“in-sample”)  Nilai ramalan (Forecasts value) menggunakan rentang waktu masa mendatang, di luar sampel (“out-of-sample”)  Notasi:  YT+1|T : ramalan bagi YT+1 berdasarkan YT,YT–1,…, menggunakan parameter populasi (yang tidak diketahui)  1| ˆ T T Y  : ramalan bagi YT+1 berdasarkan YT,YT–1,…, menggunakan penduga koefisien. Pendugaan dilakukan menggunakan data s/d waktu ke-T.
  • 11. 11 Kesalahan Peramalan (Forecast errors) Kesalahan peramalan satu periode ke depan didefinisikan sebagai Kesalahan Peramalan = YT+1 – 1| ˆ T T Y  Perbedaan antara kesalahan peramalan dan sisaan adalah:  Sisaan diperoleh dari prediksi “in-sample”  Kesalahan peramalan diperoleh dari peramalan “out-of- sample” – nilai YT+1 tidak digunakan pada pendugaan koefisien model
  • 12. 12 Non Stationarity - Trends  Situasi paling ideal adalah ketika data bersifat stasioner.  Pada prakteknya lebih sering dijumpai sifat data yang tidak stasioner  Sifat non stationarity perlu dideteksi dan diperbaiki terlebih dahulu
  • 13. 13 Trend Deterministik dan Stokastik  Trend adalah sifat kecenderungan atau pergerakan jangka panjang pada data  Trend determinisitik adalah fungsi tidak acak (a nonrandom function) dari waktu (mis: yt = t, atau yt = t2 ).  Trend stokastik berupa fungsi dari waktu yang bersifat random dan berubah-ubah seiring waktu  Contoh dari trend stokastik adalah proses random walk: Yt = Yt–1 + ut, di mana ut mempunyai autokorelasi serial Jika Yt mengikuti proses random walk, maka nilai Y pada waktu besok adalah nilai Y hari ini, ditambah unsur galat acak
  • 14. 14 Trend Deterministik dan Stokastik Dua sifat proses random walk: (i) YT+h|T = YT  Prediksi terbaik dari nilai Y di masa depan adalah nilai Y hari ini (ii) var(YT+h|T – YT) = 2 u h  Ragam dari kesalahan peramalan meningkat (secara linier) seiring waktu.  Semakin ke depan peramalan yang dilakukan, semakin besar sifat ketidakpastian peramalan.
  • 15. 15 Trend Deterministik dan Stokastik A random walk with drift adalah Yt = 0 +Yt–1 + ut, di mana ut mempunyai autokorelasi serial 0 adalah parameter “drift”: Jika 0  0, maka Yt adalah proses random walk dengan trend linier. Berdasarkan model ini peramalan h waktu ke dapan adalah: YT+h|T = 0h + YT
  • 16. Random Walk dengan Pergeseran (drift)
  • 17. 17 Trend Deterministik dan Stokastik Jika Yt mempunyai trend dan mengikuti proses random walk, maka Yt akan bersifat stasioner dan analisis lanjutan dapat menggunakan Yt Beberapa fakta:  Proses random walk berhubungan dengan AR (1)  Pengujian koefisien regresi secara parsial bagi model AR (1) dapat dilakukan untuk mendeteksi proses random walk.
  • 18. 18 Stochastic trends and unit autoregressive roots Random walk (dengan pergeseran/drift): Yt = 0 + Yt–1 + ut AR(1): Yt = 0 + 1Yt–1 + ut Hubungan antara random walk dan AR (1)  Random walk adalah AR(1) dengan 1 = 1.  Kasus khusus 1 = 1 disebut unit root.  Ketika 1 = 1, model AR(1) dapat dirubah menjadi: Yt = 0 + ut Deret hasil pembedaan (differentiated series) sebagai deret yang stasioner di sekitar 0
  • 19. 19 Stochastic trends and unit autoregressive roots Random walk (dengan pergeseran/drift): Yt = 0 + Yt–1 + ut AR(1): Yt = 0 + 1Yt–1 + ut Hubungan antara random walk dan AR (1) Random walk adalah AR(1) dengan 1 = 1. Kasus khusus 1 = 1 disebut unit root. Ketika 1 = 1, model AR(1) dapat dirubah menjadi: Yt = 0 + ut Deret hasil pembedaan (differentiated series) sebagai deret yang stasioner di sekitar 0
  • 20. 20 2. Masalah apa yang disebabkan oleh trend? 1. Penduga koefisien AR bersifat bias. 2. Statistik t yang diperoleh tidak mengikuti sebaran normal. 3. Jika Y dan X sama-sama memiliki trend dalam bentuk random walk maka keduanya terlihat saling berhubungan linier padahal sebenarnya tidak  “spurious regressions.”
  • 21. 21 3. Bagaimana Mendeteksi Adanya Trend? 1. Membuat tebaran data seiring waktu 2. Memanfaatkan uji unit root Dickey-Fuller: uji untuk men berbasis regresi. Uji Dickey-Fuller test untuk AR(1) Yt = 0 + 1Yt–1 + ut atau Yt = 0 + (1 – 1)Yt–1 + ut = 0 +Yt–1 + ut H0:  = 0 (yang berarti bahwa 1 = 1 random walk) H1:  < 0 ( < 0 berarti bahwa Yt bersifat stasioner  bukan random walk)
  • 22. 22 Uji DF pada AR(1) Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji t (uji parsial koefisien regresi  = 0)  Akan tetapi di bawah H0, statistik uji t ini tidak berdistribusi t (tidak seperti pada analisis regresi)  Statistik uji t pada uji ini dibandingkan dengan nilai kritis tabel Dickey-Fuller.
  • 23. 23 Nilai kritis Table DF (a) Yt = 0 + Yt–1 + ut (hanya intersep) (b) Yt = 0 + t + Yt–1 + ut (intersep dan trend waktu) Tolak H0 jika statistik t DF lebih kecil daripada nilai kritis yang dispesifikasikan Tolak H0 berarti bahwa deret waktu mengikuti proses AR yang stasioner.
  • 24. Integrated Stochastic Processes Yt = Yt–1 + ut  Proses random walk tanpa pergeseran adalah proses yang tidak stasioner  Akan tetapi pembedaan pertama dari proses tersebut bersifat stasioner (di sekitar nol)  Proses tersebut dinyatakan sebagai proses terintegrasi berorde 1 (integrated of order 1) Yt =Yt – Yt–1 = ut
  • 25. Random Walk tanpa Pergeseran (no drift)
  • 26. Integrated Stochastic Processes  d  Suatu proses yang harus mengalami pembedaan sampai dengan pembedaan ke – d untuk mencapai stasioner, disebut dengan proses terintegrasi berorde d Yt ~ I(d)  Proses stasioner dinyatakan sebagai proses terintegrasi berorde 0 Yt ~ I(0)
  • 27. Sifat – sifat Deret Terintegrasi  Kombinasi linier dari deret stasioner dan deret terintegrasi berorde satu (tidak stasioner) adalah deret terintegrasi berorde satu (tidak stasioner).  Fungsi linier dari suatu deret akan mempunyai sifat yang sama dengan deret tersebut.  Jika deret asal stasioner maka fungsi liniernya juga stasioner  Jika deret asal terintegrasi dengan orde d (tidak stasioner) maka fungsi liniernya adalah deret yang juga terintegrasi dengan orde d (tidak stasioner).
  • 28. Sifat – sifat Deret Terintegrasi  Kombinasi linier dari dua deret yang tidak stasioner menghasilkan deret yang juga tidak stasioner. Deret tersebut merupakan deret terintegrasi dengan orde tertinggi dari dua deret asal.  Jika kedua deret asal mempunyai orde integrasi yang sama (d) maka kombinasi dari keduanya dapat saja mempunyai orde integrasi yang lebih kecil (d* < d)  Ketika d*= 0, maka kedua deret tersebut mengalami proses kointegrasi
  • 29. Spurious Regression Yt = Yt–1 + ut  Diberikan dua deret berikut: Xt = Xt–1 + ut  Keduanya adalah deret yang tidak stasioner (terintegrasi dengan orde 1), masing – masing mempunyai stochastic trend  Regresi Yt terhadap Xt akan menghasilkan model dengan R2 yang tinggi, meskipun keduanya tidak berkorelasi, atau tidak berhubungan secara terapan.
  • 30. Plot deret waktu variabel X 0 10 20 30 40 50 60 70 1980 1990 2000 2010 2020 2030 X
  • 31. Plot Deret Waktu Variabel Y -10 0 10 20 30 40 50 1980 1990 2000 2010 2020 2030 Y
  • 32. Regresi Yt terhadap Xt Model 1: OLS, using observations 1980:01-2038:04 (T = 700) Dependent variable: Y coefficient std. error t-ratio p-value --------------------------------------------------------- const -7.33993 0.870523 -8.432 1.95e-016 *** X 0.837184 0.0205007 40.84 3.57e-187 *** Mean dependent var 25.67996 S.D. dependent var 15.69695 Sum squared resid 50817.50 S.E. of regression 8.532552 R-squared 0.704943 Adjusted R-squared 0.704521 F(1, 698) 1667.648 P-value(F) 3.6e-187 Log-likelihood -2492.977 Akaike criterion 4989.955 Schwarz criterion 4999.057 Hannan-Quinn 4993.473 rho 0.989723 Durbin-Watson 0.022227
  • 33. Spurious Regression  Fenomena tersebut adalah spurious regression atau regresi yang tidak masuk akal (regresi lancung).  Jika dilakukan pembedaan pertama terhadap keduanya, maka akan dihasilkan dua deret yang stasioner Yt dan Xt  Regresi dari Yt terhadap Xt akan menghasilkan R2 menuju nol
  • 34. Plot deret waktu X -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 1980 1990 2000 2010 2020 2030 d_X
  • 35. Plot deret waktu Y -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 1980 1990 2000 2010 2020 2030 d_Y
  • 36. Regresi Y terhadap X Model 2: OLS, using observations 1980:02-2038:04 (T = 699) Dependent variable: d_Y coefficient std. error t-ratio p-value ------------------------------------------------------- const 0.0469393 0.0375860 1.249 0.2121 d_X 0.0279278 0.0381836 0.7314 0.4648 Mean dependent var 0.048201 S.D. dependent var 0.992343 Sum squared resid 686.8249 S.E. of regression 0.992674 R-squared 0.000767 Adjusted R-squared -0.000667 F(1, 697) 0.534957 P-value(F) 0.464776 Log-likelihood -985.6969 Akaike criterion 1975.394 Schwarz criterion 1984.493 Hannan-Quinn 1978.911 rho 0.036719 Durbin-Watson 1.924188
  • 37. Pendeteksian Stasioneritas  Secara grafis  Dengan melihat plot deret waktu  Adanya pola naik atau turun adalah indikator bahwa deret tidak stasioner  Rata – rata mengalami perubahan seiring waktu
  • 38. Plot deret waktu dari GDP UK (setiap kuartal) 30 40 50 60 70 80 90 100 110 1955 1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 GDP
  • 39. Pendeteksian Stasioneritas  Autokorelasi adalah fungsi dari time lag atau perbedaan waktu antar dua pengamatan  Fungsi autokorelasi adalah autokorelasi yang dihitung untuk beberapa time lag, k = 0, 1, 2, …  Plot antara autokorelasi dan time lag disebut dengan korrelogram.
  • 40. Pendeteksian Stasioneritas  Autokorelasi sampel pada lag ke – k dihitung berdasarkan:                  T t t T k t k T j t T k t k Y Y Y Y Y Y 1 2 1 , 1 , 1 ̂
  • 41. Pendeteksian Stasioneritas  Proses dikatakan stasioner jika pengamatan pada satu periode waktu tidak berkorelasi dengan pengamatan pada periode yang lain  Autokorelasi bernilai 1 pada time lag 0 (korelasi dengan dirinya sendiri) dan tidak nyata pada time lag yang lainnya  Keberartian autokorelasi sampel pada time lag tertentu diiuji berdasarkan sifat:  di mana T adalah total banyaknya pengamatan       T N k 1 , 0 ~ ̂
  • 42. Pendeteksian Stasioneritas  Selang kepercayaan 95% bagi autokorelasi sampel adalah: T k 96 . 1 ˆ    Autokorelasi pada time lag ke – k dikatakan tidak nyata jika masih berada pada selang tersebut.
  • 43. Korrelogram data GDP UK -1 -0.5 0 0.5 1 0 5 10 15 20 lag ACF for GDP +- 1.96/T^0.5 -1 -0.5 0 0.5 1 0 5 10 15 20 lag PACF for GDP +- 1.96/T^0.5
  • 44. Pendeteksian Stasioneritas  Selain dari selang kepercayaan, dapat pula dilakukan uji secara serempak untuk autokorelasi sampai dengan time lag maksimum (m) uji Ljung Box  Uji tersebut juga dipakai untuk mendeteksi apakah sisaan suatu model sudah bersifat acak  white noise 0 satu salah minimal : 0 ... : 0 1 0     j k H H     Statistik uji yang digunakan:               m k m k k T T T LB 1 2 2 ~ ˆ 2  
  • 45. Autocorrelation function for GDP LAG ACF PACF Q-stat. [p-value] 1 0.9809 *** 0.9809 *** 171.2683 [0.000] 2 0.9615 *** -0.0149 336.8009 [0.000] 3 0.9422 *** -0.0099 496.6655 [0.000] 4 0.9224 *** -0.0223 650.7744 [0.000] 5 0.9028 *** -0.0042 799.2773 [0.000] 6 0.8833 *** -0.0089 942.2665 [0.000] 7 0.8637 *** -0.0099 1079.8210 [0.000] 8 0.8447 *** 0.0015 1212.1603 [0.000] 9 0.8261 *** 0.0008 1339.4887 [0.000] 10 0.8074 *** -0.0113 1461.8645 [0.000] 11 0.7885 *** -0.0163 1579.2945 [0.000] 12 0.7699 *** -0.0026 1691.9425 [0.000] 13 0.7517 *** -0.0008 1799.9862 [0.000] 14 0.7330 *** -0.0234 1903.3570 [0.000] 15 0.7146 *** -0.0033 2002.2105 [0.000] 16 0.6960 *** -0.0150 2096.5785 [0.000] 17 0.6779 *** 0.0014 2186.6583 [0.000] 18 0.6604 *** 0.0079 2272.7152 [0.000] 19 0.6438 *** 0.0105 2355.0212 [0.000] 20 0.6278 *** 0.0048 2433.7817 [0.000] 21 0.6124 *** 0.0069 2509.2167 [0.000] 22 0.5971 *** -0.0072 2581.4080 [0.000]
  • 46. Pendeteksian Stasioneritas  Dapat pula dilakukan dengan uji unit root  Uji Dickey Fuller  Contoh pada data GDP UK (yang tidak stasioner)  Pengujian dilakukan dengan asumsi bahwa deret tersebut adalah random walk tanpa pergeseren (drift )  model dengan trend untuk time lag 1 tanpa intersep Yt = β1Yt–1 + ut
  • 47. Uji DF pada data GDP UK Dickey-Fuller test for GDP sample size 174 unit-root null hypothesis: a = 1 test without constant model: (1-L)y = (a-1)*y(-1) + e 1st-order autocorrelation coeff. for e: 0.045 estimated value of (a - 1): 0.00585119 test statistic: tau_nc(1) = 8.02815 p-value 1  H0 tidak dapat ditolak, yang berarti bahwa deret tersebut mempunyai unit root atau random walk  tidak stasioner
  • 48. Transformasi bagi Nonstationary Time Series  Jika deret waktu mempunyai unit root (tidak stasioner) maka pembeda pertamanya akan bersifat stasioner  Jika ditemui deret waktu dengan sifat tersebut transformasi supaya stasioner  pembedaan pertama
  • 49. Plot deret Waktu Bagi Pembedaan Pertama GDP UK -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1955 1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 d_GDP
  • 50. Kointegrasi  Regresi yang diterapkan pada dua deret yang tidak stasioner (X maupun Y) dapat menghasilkan spurious regression  Misalkan masing – masing deret mempunyai unit root atau bersifat terintegrasi pada ordo 1  I(1)  Galat (ut ) regresi Yt terhadap Xt kombinasi linier dari dua deret I(1).  Orde integrasi dari galat ≤ 1  Jika dihasilkan galat yang bersifat I(0) (stasioner) maka kedua deret tersebut dikatakan ber – kointegrasi  Regresi yang dihasilkan bukan lagi spurious regression
  • 51. Kointegrasi  Kointegrasi terjadi jika dua deret tersebut memang mempunyai hubungan fungsional secara terapan  Kecenderungan/trend yang terjadi pada deret Xt mempunyai pola yang sama dengan yang terjadi pada deret Yt  Kombinasi linier dari deret – deret dengan sifat tersebut dapat menghilangkan sifat ketidastasioneritasan
  • 52. Pengujian Kointegrasi  Pengujian unit root pada setiap deret Yt maupun Xt  Menduga parameter model regresi Yt terhadap Xt  Mendapatkan sisaan model  Menguji unit root pada sisaan  Dapat disimpulkan bahwa keduanya ber-kointegrasi jika:  Uji unit root pada deret Yt dan Xt menyimpulkan H0 tidak ditolak  Uji unit root pada sisaan menyimpulkan H0 ditolak  Uji yang digunakan pada masing – masing uji unit root adalah uji DF  Secara keseluruhan dengan memberikan koreksi pada statistik uji, DF uji yang digunakan adalah uji Engle – Granger (EG).
  • 53. Contoh Kasus Konsumsi dan Pendapatan  Secara a priori konsumsi memang dipengaruhi oleh pendapatan  Akan tetapi jika data yang teramati adalah data deret waktu (mis: per kuartal) maka setiap deret menunjukkan sifat stochastic trend  tidak stasioner  I(1)  Masing – masing deret memiliki trend yang serupa
  • 54. Deret waktu Konsumsi setiap Kuartal 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200 3400 1970 1975 1980 1985 1990 PCE
  • 55. Deret waktu Pendapatan setiap Kuartal 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200 3400 1970 1975 1980 1985 1990 PCE
  • 56. Regresi dari Konsumsi terhadap Pendapatan ^PCE = -171 + 0.967*PDI (22.9) (0.00807) T = 88, R-squared = 0.994 (standard errors in parentheses)  Hasil uji unit root bagi Konsumsi (terima H0) Augmented Dickey-Fuller test for PCE including one lag of (1-L)PCE (max was 1) sample size 86 unit-root null hypothesis: a = 1 test without constant model: (1-L)y = (a-1)*y(-1) + ... + e 1st-order autocorrelation coeff. for e: -0.036 estimated value of (a - 1): 0.00512264 test statistic: tau_nc(1) = 4.87711 asymptotic p-value 1
  • 57. Regresi dari Konsumsi terhadap Pendapatan  Hasil uji unit root bagi Pendapatan (terima H0) Dickey-Fuller test for PDI sample size 87 unit-root null hypothesis: a = 1 test without constant model: (1-L)y = (a-1)*y(-1) + e 1st-order autocorrelation coeff. for e: -0.031 estimated value of (a - 1): 0.00611493 test statistic: tau_nc(1) = 5.7059 p-value 1
  • 58. Regresi dari Konsumsi terhadap Pendapatan  Hasil uji unit root bagi sisaan (tolak H0) Augmented Dickey-Fuller test for uhat2 including one lag of (1-L)uhat2 (max was 1) sample size 86 unit-root null hypothesis: a = 1 test without constant model: (1-L)y = (a-1)*y(-1) + ... + e 1st-order autocorrelation coeff. for e: -0.019 estimated value of (a - 1): -0.220462 test statistic: tau_nc(1) = -2.82347 asymptotic p-value 0.004621  Model yang didapatkan bukan spurious regression