SlideShare a Scribd company logo
AGD DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA
PENATALAKSANAAN
KEGAWATDARURATAN
KARDIOVASKULER
Present:
HASIL BELAJAR Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta
mampu :
1. Menjelaskan sistem konduksi listrik
jantung
2. Mengidentifikasi gambaran EKG
normal
3. Mengidentifikasi gambaran EKG pasien
dengan Sindroma Koroner Akut
4. Mengidentifikasi disritmia
5. Menjelaskan Penggunaan Defibrilator
6. Melakukan Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan Disritmia dengan
menggunakan AED
Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu :
Melakukan penatalaksanaan
kegawatdaruratan
kardiovaskuler
ANATOMI JANTUNG
PEMBULUH DARAH KORONER
Sistem Konduksi Jantung
Sifat sistem konduksi jantung :
• Otomatisasi
• Ritmisitas
• Dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis dan
parasimpatis
Sistem Konduksi Jantung
EKG
• Elektrokardiografi adalah ilmu yg mempelajari aktivitas
listrik jantung.
• Elektrokardigram ( EKG ) adalah suatu grafik yg
menggambarkan rekaman listrik jantung.
• EKG mempunyai fungsi diagnostik diantaranya :
• Aritmia jantung
• Hipertrofi atrium dan ventrikel
• Iskemik dan infark miokard
• Efek obat-obatan seperti ( digitalis, anti aritmia dll )
• Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium
• Penilaian fungsi pacu jantung
Sandapan pada EKG
EKG Konvensional:
• 4 buah elektroda ekstremitas
• 6 buah elektroda prekordial
Elektroda ekstremitas pada :
• Lengan kanan (Lka)
• Lengan kiri (Lki)
• Tungkai kanan (Tka)
• Tungkai kiri (Tki)
• Elektroda
Tka→ground/bumi→potensia
l nol yang stabil
• Elektroda
Tka→ground/bumi→potensia
l nol yang stabil
Sandapan-sandapan
pada EKG
Sandapan Standar Ekstremitas
(bipolar)
I : Potensial Lki – Potensial Lka
II: Potensial Lka – Potensial Tki
III: Potensial Tki – Potensial Lki
Sandapan Ekstremitas Unipolar :
aVR : Potensial Lka
aVL : Potensial Lki
aVF : Potensial Tungkai
Elektroda prekordial pada EKG
V1 : garis parasternal kanan, pada
interkostal IV
V2 : garis parasternal kiri, pada interkostal
IV
V3 : titik tengah antara V2 dan V4
V4 : garis klavikula tengah, pada
interkostal V
V5 : garis aksila depan, sama tinggi
dengan V4
V6 : garis aksila tengah, sama tinggi
dengan V4 dan V5.
Ada elektroda prekordial kanan :
→ V3R, V4R, V5R dan V6R,
berseberangan dengan V3, V4, V5 dan V6
Gelombang P
Hasil Depolarisasi Atrium
Kepentingan
Mengetahui kelainan di Atrium
Gelombang “P Mitral”
Gelombang “P Pulmonal”
P
Pulmonal
P
Mitral
Gelombang QRS
Hasil depolarisasi Ventrikel
Normal gelombang Q
Lebar : < 0,04 detik
Dalam : < 1/3 tinggi R
Gelombang R
defleksi positif pertama pada
gelombang QRS. Gel R umumnya
positif di lead I,II,V5 dan V6.
Di lead aVR, V1,V2 biasanya
hanya kecil atau tidak ada
Gel S
defleksi negatif sesudah
gelombang R. Di lead aVR dan V1
gelombang S terlihat dalam dari
V2 ke V6 akan terlihat makin
lama makin menghilang.
Normal QRS
Lebar : 0,06 - 0,12 detik
Tinggi : Tergantung lead
.
Kepentingan :
Mengetahui adanya hipertrofi
ventrikel
Mengetahui adanya Bundle branch
block
Mengetahui adanya infark
Terminologi morfologi QRS
qRs Rs R rS
QR QS RsR’ rSr’
Gelombang T
o Lead dada < 1 MV
o Lead Ekstremitas < 0,5 MV
o Nilai Minimal 0,1 MV
Nilai
Normal
Hasil Repolarisasi Ventrikel
Gelombang T merupakan
gelombang yang dihasilkan dari
repolarisasi ventrikel, dari
gelombang T dapat diketahui
adanya iskemik pada miokard
dan kelainan elektrolit
P-R Interval
diukur dari awal gelombang P s.d Awal gelombang Q
Nilai Normal
0,12 – 0,20 detik
Fungsi:
Menilai Kelainan sistem
konduksi listrik jantung.
ST SEGMENT
ST ELEVASI
Menandakan adanya injury /
infark akut pada miokard
Diukur dari akhir QRS s.d awal
gelombang T
NORMAL ISOELEKTRIS
ST DEPRESI
Menandakan iskemik miokard
Tentukan irama
(reguler/irreguler)
Gel T
Hitung HR P-R Interval
Gel P ST Segment
Kompleks QRS Kesimpulan
Langkah-Langkah Membaca EKG
Latihan
Resume
▪ Dihitung dari
awal gel P s.d
awal gel Q
▪ Normal 0,12-
0,20 dtk
▪ Menggambark
an konduksi
listrik jantung
▪ Berasal dari
depolarisasi
Atrium
▪ Normal gel
P T ≤ 0,3
Mv L ≤
0,12 dtk
▪ Dapat
digunakan
untuk
mendetek
si kelainan
atrium
• Berasal dari
depolarisasi
ventrikel
• Normal QRS L
0,06 – 0,12 dtk
• Normal Gel Q
1/3 R
• Dapat
digunakan
untuk
mendeteksi
hipertrofi
ventrikel,
bundle branch
blok dan
infark miokard
▪ Dihitung dari
akhir gel QRS
s.d awal gel T
▪ Normalnya
Isoelektris
▪ ST elevasi
menandakan
infark miokard
▪ ST Depresi
menandakan
iskemik
miokard
▪ Berasal dari
repolarisasi
ventrikel
▪ Normal gel T
Tinggi < 0,5 Mv
pada
ekstremitas
Tinggi < 1Mv
pada lead dada
▪ Dapat
digunakan
untuk
mendeteksi
iskemik
miokard dan
kelainan
elektrolit.
Gel P Gel QRS Gel T P-R
Interval
ST
Segment
Disritmia
Gangguan Irama Jantung
Disritmia
Kelainan elektrofisiologi
jantung dan Terutama
kelainan di sistem konduksi
•Definisi
1. Gangguan pembentukan impuls
2. Gangguan Hantaran Impuls
• Pembagian
aritmia
Pembagian Aritmia Berdasarkan Asalnya
Gangguan
Pembentukan Impuls
Klinis Aritmia
• Taki-aritmia → aritmia dengan frekuensi
ventrikuler lebih dari 100/menit
• Bradi-aritmia → aritmia dengan frekuensi
ventrikuler kurang dari 60/menit
DISRITMIABerdasarkan Asalnya
SAN ( SINUS ) P → QRS
Sinus Takikardi ( ST )
HR >100 X/mnt
Sinus Bradikardi ( SB )
HR < 60 X/mnt
Sinus Aritmi
Sinus Arrest
ATRIUM KA/KI ( ATRIAL )
Atrial Fibrilasi. P : Keriting
Atrial Flutter P : GIGI
GERGAJI
AVN ( JUNCTIONAL )
P TERBALIK DI DEPAN / DIBELAKANG QRS
Junctional Ritem ( HR 40 – 60 )
Junctional Takikardi ( HR > 100 )
JES
SUPRA VENTRIKEL
SVT
SVES
• Dasar diagnosis :
– Irama sinus (vektor P dari sinus)
– Frekuensi lebih dari 100 x/menit
• Meski disebut aritmia, merupakan
respon normal terhadap peningkatan
kebutuhan jantung, misal latihan,
emosi, dsb.
Sinus Takikardi
Sinus Bradikardi
• Dasar diagnosis
– Irama sinus (vektor P dari sinus)
– Frekuensi kurang dari 60 x/menit
• Bradikardia sinus bisa terdapat pada orang normal dalam keadaan
tidur atau olahragawan
Sinus Aritmia
➢ Dasar diagnosis
• Irama sinus (vektor P dari sinus)
• Interval PP bervariasi lebih dari 0,16 detik
➢ Dibagi menjadi :
• Nonrespiratorik → tidak tergantung pada pernapasan
• Respiratorik → tergantung pada pernapasan (inspirasi frekuensi ↑, ekspirasi frekuensi ↓ )
WHO/ISFC Task Force menyebut → irama sinus ireguler
Sinus Arrest / Henti Sinus
➢ Dasar diagnosis
• Tak ada P dari sinus
➢ Biasanya → frekuensi jantung (ventrikel) lambat dan pemacu jantung diambil alih oleh
pemacu-pemacu sekunder di bawah sinus ( AV node atau purkinye )
Atrial fluter
Ciri khas :
• Gelombang gelepar : gelombang-gelombang P yg teratur, frek 250-350x/mnt,
berbentuk gergaji (terutama di II, III, dan aVF), sumbu pada bidang frontal – 90o
• Biasanya terdapat konduksi 2 : 1, karena simpul AV tak dapat meneruskan semua
impuls dari atrium
• QRS sempit, kecuali terdapat konduksi ventrikuler aberan atau BCBKi/BCBKa
• Karena banyaknya gelombang yang bertumpukan, maka bentuk gergaji sering tidak
nampak jelas
36
Atrial Fibrilasi
Ciri khas AF ialah :
• Adanya gelombang fibrilasi : gelombang-gelombang P yang tak teratur,
frekuensi 350-600x/menit
• QRS tak teratur, biasanya dengan frekuensi 140-200x/menit
Atrial flutter & fibrillation
SVT (supraventrikuler takikardi)
Gambaran EKG :
• Gelombang P tidak jelas, jika jelas bentuknya tidak sama dengan P dari sinus
• QRS sempit ( kecuali ada konduksi aberant )
• Interval R-R teratur , rate 150-250x/menit
VENTRIKEL
• Idio Ventrikel Ritmi ( IVR )
• Acceleratid Idio Ventrikel Rithym
• Ventrikel takikardi ( VT )
• Ventrikel Fibrilasi ( VF )
• Ventrikel Ekstra Sistol ( VES ) (VES Bigemini,
Trigemini, Multifokal, Unifokal, Konsekutif,
Quadrigemini dan R on T )
Ekstrasistol ventrikuler (x)
a. Interval R-R dari irama sinus
b. Interval rangkaian
c. Pause kompensasi lengkap, b+c = 2a
Ventrikel Ekstrasistol
Bentuk ventrikuler ekstrasistole
Ventrikel Ektrasistole , bentuk kuplet
Ventrikel Ektrasistole , multifocal
Ventrikel Takikardi
Frekuensi biasanya : 160-200/menit
Kadang bisa lebih rendah : 100/menit
Bila P dapat dikenali, maka P dan QRS tidak
berhubungan → dissosiasi atrio- ventrikuler
QRS melebar dan bizarre, bentuk dan irama
sedikit tidak teratur
Sering sukar dibedakan antara : takikardia ventrikuler, takikardia
supraventrikuler dengan konduksi ventrikuler aberan
Ventrikuler Takikardia
Takikardia ventrikuler torsade de pointes
menyusul fenomena R di atas T karena interval QT yang memanjang
Torsade de pointes
Ventrikuler Fibrilasi
Gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi
yang tidak teratur dan cepat
Berdasarkan besar undulasi → VF kasar, VF halus
Secara klinis VF sama dengan henti jantung, karena
ventrikel hanya bergetar, tidak memompa darah
keluar dari ventrikel
Ventrikel Fibrilasi
Gangguan
Hantaran Impuls
48
Gangguan Hantaran impuls/konduksi
Blok SA
Blok AV derajat 1
Blok AV derajat 2, Mobitz I
Blok AV derajat 2, Mobitz II
Blok AV derajat 3
Irama lolos penghubung
Blok AV derajat 3
Irama lolos ventrikuler
Blok cabang berkas kiri
Blok cabang berkas kanan
AV Blok derajat Satu
• P-R Interval memanjang > 0,20 detik
• Sering interval PR sangat memanjang→ gelombang P bertumpuk pada
gelombang T di depannya
AV Blok derajat 2 Type 1 (Wenckebach)
• P-R Interval makin memanjang (a<b<c).
• Ada gelombang QRS yang hilang (x).
• Rasio konduksi 4 : 3
AV Blok derajat 2 Tipe 2 (Mobitz II)
• P-R Interval memanjang konstan
• Ada gelombang QRS yang hilang
AV Blok Total
• Blok AV dengan rasio konduksi 2 : 1 atau lebih.
• Misalnya Blok AV 2 : 1, 3 : 1, 4 : 1, dsb
Blok AV derajat tinggi, rasio konduksi 4:1
AV Blok Total
• Pada AV blok total, atrium dan ventrikel berdenyut sendiri-sendiri → Disosiasi AV
komplit
• Gambaran EKG : gelombang P tak ada hubungan dengan gelombang QRS
AV blok Total lolos penghubung AV blok Total lolos ventrikuler
Gambaran
EKG pada ACS
EKG Pada ACS
Sarana diagnostik yang penting untuk jantung
koroner
Sarana diagnostik yang penting untuk jantung
koroner
Yang ditangkap EKG ialah kelainan miokard, yang
disebabkan terganggunya aliran koroner
Yang ditangkap EKG ialah kelainan miokard,
yang disebabkan terganggunya aliran koroner
Gambaran khas EKG pada ACS
INJURY
• ST Elevasi (ST
segment yang tinggi
diatas baseline)
ISKEMIK
• ST Depresi
• Bermakna
bila >0,5mm, makin
dalam makin
bermakna
NEKROSIS
• Gel Q Patologis
• Q lebar dan dalam
• Lebar ≥0,04 detik
• Dalamnya gel
Q >1/3R
ISKEMIK
• Gelombang T inverted
(terbalik)
• Gel T dengan ujung
lancip
• Nilai gel T >0,2mv
INFARK LAMA
• Q Patologis, bisa QS
atau Qr
• ST kembali isoelektris
• Gel T bisa normal atau
terbalik
LOKASI INFARK
Defibrilasi
Energi
• Alat Biphasic 200 joule
• Alat monophasic 360 joule
Dosis Obat
• Epineprin → 1mg (asistole,
PEA, pVT, VF)
• Amiodaron I → 300mg
(pVT/VF)
• Amiodaron II → 150mg
(pVT/VF)
AUTOMATED EXTERNAL
DEFIBRILATOR
Definisi
Automated External Defibrillator atau
yang biasa disingkat dengan AED adalah
sebuah alat medis yang berfungsi untuk
menganalisa irama jantung secara
otomatis dan kemudian memberikan
kejutan listrik untuk mengembalikan
irama jantung jika diperlukan.
AED
Komponen AED
MESIN
AED
PAD AED KABEL
EKG
ALAT
PELENGKAP
Pastikan alat
AED dalam
kondisi siap
pakai, cek
indikator baterai:
• PAD DEWASA:
digunakan untuk pasien
dewasa
• PAD ANAK: digunakan
pada anak usia 0-8 th
atau BB < 25kg
(tergantung ketentuan
pabrik)
• Ikuti petunjuk
pemakaian PAD
Digunakan
setelah pasien
ROSC ditandai
dengan:
• Nadi teraba
• Pasien
bernafas
Alat kelengkapan
lain dapat
digunakan jika
dibutuhkan:
• Gunting
• Pisau Cukur
• Towel atau
Tisu
Unready
Ready
Bersihkan pasien, keringkan area dada menggunakan tisu
yang tersedia, cukur bulu dada pasien, kemudian pasang
PAD AED yang sesuai dengan pasien.
Pasien
01
Nyalakan AED dengarkan instruksi dari AED, pasang kabel
PAD pada AED, AED akan menganalisa irama jantung
pasien
AED
02
Tekan tombol shock, jika AED menginstruksikan untuk
memberikan kejut listrik untuk pasien.
03
Lakukan RJP yang berkualitas setelah shock atau sesuai
instruksi AED.
RJP
04
Shock
05
EKG
Ganti kabel PAD AED dengan Kabel EKG setelah resusitasi
berhasil / ROSC .
Penggunan
AED
Monitoring & Evaluasi
BREATHING
Giving 10 breaths /min, sat O2: 92-98%,
PaCO2 35-45 mmHg
Circulations
Manage hemodynamic, Systolic BP > 95 mmHg,
MAP > 65 mmHg
Disability
GCS check
AIRWAY
Placement of airway adjunct.
ROSC (Return of Spontaneous Circulation).
Keadaan dimana pasien henti jantung mengalami
kembali terabanya nadi dan tanda sirkulasi yang
bertahan atau berkelanjutan disebut dengan Return of
Spontaneous Circulation (ROSC). Ditandai dengan nadi
karotis teraba dan tekanan darah mulai terukur
Transfer to hospital
ROSC algoritma
Kesimpulan
EKG
1. Gambaran jantung Normal
sinus Rhytem
2. Disritmia terbagi 2 yaitu:
• Ggn pembentukan
impuls
• Gangguan hantaran
impus
3. EKG pada ACS
• ST sement
(elevasi/depresi)
• Gelombang T terbalik
4. Keruskan otot jantung pada
ACS bersifat reversibe dan
irreversible
Cardiac Arrest
1. Pada kondisi cardiac arrest
terdapat 2 kondisi:
• Memerlukan kejut listrik
• Tidak memerlukan kejut
listrik
2. Pemberian kejut listrik dapat
menggunakan:
• Defibrillator
• AED
3. Setelah pasien ROSC segera
lakukan tindakan untuk ABCD
Reference
• 2020 American Heart Association. Guidelines for CPR & ECC
• Buku Prdoman Kursus Elektrokardiografi, cetakan ke 6, dr. Sunoto
Pratanu, SpJP.2011
• Ethel Sloane Anatomi & Fisiologi untuk pemula, EGC,2004
• At Glance edisi 3, sistem kerdiovaskular, philip I. Aaronson &
Jeremy P.T.ward. Penerbit erlangga 2010
THANK YOU
Do Something mean Something
300 : banyaknya kotak sedang antara gelombang R - R
Menghitung rate
1500 : banyaknya kotak kecil antara gelombang R - R
10 x banyaknya gel R selama 6 detik
EKG.pdf

More Related Content

Similar to EKG.pdf

EKG DASAR BAHAN AJAR.pdf
EKG DASAR BAHAN AJAR.pdfEKG DASAR BAHAN AJAR.pdf
EKG DASAR BAHAN AJAR.pdf
sitisara24
 
Baca EKG.pdf
Baca EKG.pdfBaca EKG.pdf
Baca EKG.pdf
RakhmaRauf
 
konsep dasar ekg.ppt
konsep dasar ekg.pptkonsep dasar ekg.ppt
konsep dasar ekg.ppt
dewir12
 
8. skills-stations-ekg
8. skills-stations-ekg8. skills-stations-ekg
8. skills-stations-ekg
rikiab
 
EKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptx
EKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptxEKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptx
EKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptx
Nanang638977
 
EKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptx
EKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptxEKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptx
EKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptx
ssuserf7f400
 
EKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengerti
EKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengertiEKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengerti
EKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengerti
ssuser279f9f
 
aritmia.ppt
aritmia.pptaritmia.ppt
ppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
ppt teknik monitor ekg fauzan.pptppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
ppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
SuciMayvera1
 
EKG, Drug dan Defibrilator
EKG, Drug dan DefibrilatorEKG, Drug dan Defibrilator
EKG, Drug dan Defibrilator
ADam Raeyoo
 
Skills Stations EKG.llllllllllllllllllll
Skills Stations EKG.llllllllllllllllllllSkills Stations EKG.llllllllllllllllllll
Skills Stations EKG.llllllllllllllllllll
AngeliaSaveqLiriaLai
 
Uhuk 6
Uhuk 6Uhuk 6
EKG REFERAT ELISA.ppt
EKG REFERAT ELISA.pptEKG REFERAT ELISA.ppt
EKG REFERAT ELISA.ppt
Pamor9
 
PELATIHAN EKG ARITMIA.pptx
PELATIHAN EKG ARITMIA.pptxPELATIHAN EKG ARITMIA.pptx
PELATIHAN EKG ARITMIA.pptx
HanifaBiBarito1
 
Ekg
EkgEkg
DISRITMIA.pptx
DISRITMIA.pptxDISRITMIA.pptx
DISRITMIA.pptx
DidikSusetiyanto
 
PPT CARDIO - EKG.pptx
PPT CARDIO - EKG.pptxPPT CARDIO - EKG.pptx
PPT CARDIO - EKG.pptx
AdhikaPutraSudarmadi1
 
Interpretasi ekg
Interpretasi ekgInterpretasi ekg
Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02
Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02
Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02
Vega Christie
 
Aritmia dan AF.pptx
Aritmia dan AF.pptxAritmia dan AF.pptx
Aritmia dan AF.pptx
ryanreizaputra1
 

Similar to EKG.pdf (20)

EKG DASAR BAHAN AJAR.pdf
EKG DASAR BAHAN AJAR.pdfEKG DASAR BAHAN AJAR.pdf
EKG DASAR BAHAN AJAR.pdf
 
Baca EKG.pdf
Baca EKG.pdfBaca EKG.pdf
Baca EKG.pdf
 
konsep dasar ekg.ppt
konsep dasar ekg.pptkonsep dasar ekg.ppt
konsep dasar ekg.ppt
 
8. skills-stations-ekg
8. skills-stations-ekg8. skills-stations-ekg
8. skills-stations-ekg
 
EKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptx
EKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptxEKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptx
EKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptx
 
EKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptx
EKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptxEKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptx
EKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptx
 
EKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengerti
EKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengertiEKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengerti
EKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengerti
 
aritmia.ppt
aritmia.pptaritmia.ppt
aritmia.ppt
 
ppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
ppt teknik monitor ekg fauzan.pptppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
ppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
 
EKG, Drug dan Defibrilator
EKG, Drug dan DefibrilatorEKG, Drug dan Defibrilator
EKG, Drug dan Defibrilator
 
Skills Stations EKG.llllllllllllllllllll
Skills Stations EKG.llllllllllllllllllllSkills Stations EKG.llllllllllllllllllll
Skills Stations EKG.llllllllllllllllllll
 
Uhuk 6
Uhuk 6Uhuk 6
Uhuk 6
 
EKG REFERAT ELISA.ppt
EKG REFERAT ELISA.pptEKG REFERAT ELISA.ppt
EKG REFERAT ELISA.ppt
 
PELATIHAN EKG ARITMIA.pptx
PELATIHAN EKG ARITMIA.pptxPELATIHAN EKG ARITMIA.pptx
PELATIHAN EKG ARITMIA.pptx
 
Ekg
EkgEkg
Ekg
 
DISRITMIA.pptx
DISRITMIA.pptxDISRITMIA.pptx
DISRITMIA.pptx
 
PPT CARDIO - EKG.pptx
PPT CARDIO - EKG.pptxPPT CARDIO - EKG.pptx
PPT CARDIO - EKG.pptx
 
Interpretasi ekg
Interpretasi ekgInterpretasi ekg
Interpretasi ekg
 
Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02
Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02
Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02
 
Aritmia dan AF.pptx
Aritmia dan AF.pptxAritmia dan AF.pptx
Aritmia dan AF.pptx
 

Recently uploaded

Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 

Recently uploaded (20)

Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 

EKG.pdf

  • 1. AGD DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULER Present:
  • 2. HASIL BELAJAR Indikator Hasil Belajar Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu : 1. Menjelaskan sistem konduksi listrik jantung 2. Mengidentifikasi gambaran EKG normal 3. Mengidentifikasi gambaran EKG pasien dengan Sindroma Koroner Akut 4. Mengidentifikasi disritmia 5. Menjelaskan Penggunaan Defibrilator 6. Melakukan Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Disritmia dengan menggunakan AED Setelah mengikuti materi ini peserta mampu : Melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan kardiovaskuler
  • 5. Sistem Konduksi Jantung Sifat sistem konduksi jantung : • Otomatisasi • Ritmisitas • Dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis
  • 7. EKG • Elektrokardiografi adalah ilmu yg mempelajari aktivitas listrik jantung. • Elektrokardigram ( EKG ) adalah suatu grafik yg menggambarkan rekaman listrik jantung. • EKG mempunyai fungsi diagnostik diantaranya : • Aritmia jantung • Hipertrofi atrium dan ventrikel • Iskemik dan infark miokard • Efek obat-obatan seperti ( digitalis, anti aritmia dll ) • Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium • Penilaian fungsi pacu jantung
  • 8. Sandapan pada EKG EKG Konvensional: • 4 buah elektroda ekstremitas • 6 buah elektroda prekordial Elektroda ekstremitas pada : • Lengan kanan (Lka) • Lengan kiri (Lki) • Tungkai kanan (Tka) • Tungkai kiri (Tki) • Elektroda Tka→ground/bumi→potensia l nol yang stabil • Elektroda Tka→ground/bumi→potensia l nol yang stabil
  • 9. Sandapan-sandapan pada EKG Sandapan Standar Ekstremitas (bipolar) I : Potensial Lki – Potensial Lka II: Potensial Lka – Potensial Tki III: Potensial Tki – Potensial Lki Sandapan Ekstremitas Unipolar : aVR : Potensial Lka aVL : Potensial Lki aVF : Potensial Tungkai
  • 10. Elektroda prekordial pada EKG V1 : garis parasternal kanan, pada interkostal IV V2 : garis parasternal kiri, pada interkostal IV V3 : titik tengah antara V2 dan V4 V4 : garis klavikula tengah, pada interkostal V V5 : garis aksila depan, sama tinggi dengan V4 V6 : garis aksila tengah, sama tinggi dengan V4 dan V5. Ada elektroda prekordial kanan : → V3R, V4R, V5R dan V6R, berseberangan dengan V3, V4, V5 dan V6
  • 11.
  • 12.
  • 13. Gelombang P Hasil Depolarisasi Atrium Kepentingan Mengetahui kelainan di Atrium Gelombang “P Mitral” Gelombang “P Pulmonal”
  • 16. Gelombang QRS Hasil depolarisasi Ventrikel Normal gelombang Q Lebar : < 0,04 detik Dalam : < 1/3 tinggi R Gelombang R defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Gel R umumnya positif di lead I,II,V5 dan V6. Di lead aVR, V1,V2 biasanya hanya kecil atau tidak ada Gel S defleksi negatif sesudah gelombang R. Di lead aVR dan V1 gelombang S terlihat dalam dari V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin menghilang. Normal QRS Lebar : 0,06 - 0,12 detik Tinggi : Tergantung lead . Kepentingan : Mengetahui adanya hipertrofi ventrikel Mengetahui adanya Bundle branch block Mengetahui adanya infark
  • 17. Terminologi morfologi QRS qRs Rs R rS QR QS RsR’ rSr’
  • 18. Gelombang T o Lead dada < 1 MV o Lead Ekstremitas < 0,5 MV o Nilai Minimal 0,1 MV Nilai Normal Hasil Repolarisasi Ventrikel Gelombang T merupakan gelombang yang dihasilkan dari repolarisasi ventrikel, dari gelombang T dapat diketahui adanya iskemik pada miokard dan kelainan elektrolit
  • 19. P-R Interval diukur dari awal gelombang P s.d Awal gelombang Q Nilai Normal 0,12 – 0,20 detik Fungsi: Menilai Kelainan sistem konduksi listrik jantung.
  • 20. ST SEGMENT ST ELEVASI Menandakan adanya injury / infark akut pada miokard Diukur dari akhir QRS s.d awal gelombang T NORMAL ISOELEKTRIS ST DEPRESI Menandakan iskemik miokard
  • 21. Tentukan irama (reguler/irreguler) Gel T Hitung HR P-R Interval Gel P ST Segment Kompleks QRS Kesimpulan Langkah-Langkah Membaca EKG
  • 23. Resume ▪ Dihitung dari awal gel P s.d awal gel Q ▪ Normal 0,12- 0,20 dtk ▪ Menggambark an konduksi listrik jantung ▪ Berasal dari depolarisasi Atrium ▪ Normal gel P T ≤ 0,3 Mv L ≤ 0,12 dtk ▪ Dapat digunakan untuk mendetek si kelainan atrium • Berasal dari depolarisasi ventrikel • Normal QRS L 0,06 – 0,12 dtk • Normal Gel Q 1/3 R • Dapat digunakan untuk mendeteksi hipertrofi ventrikel, bundle branch blok dan infark miokard ▪ Dihitung dari akhir gel QRS s.d awal gel T ▪ Normalnya Isoelektris ▪ ST elevasi menandakan infark miokard ▪ ST Depresi menandakan iskemik miokard ▪ Berasal dari repolarisasi ventrikel ▪ Normal gel T Tinggi < 0,5 Mv pada ekstremitas Tinggi < 1Mv pada lead dada ▪ Dapat digunakan untuk mendeteksi iskemik miokard dan kelainan elektrolit. Gel P Gel QRS Gel T P-R Interval ST Segment
  • 25. Disritmia Kelainan elektrofisiologi jantung dan Terutama kelainan di sistem konduksi •Definisi 1. Gangguan pembentukan impuls 2. Gangguan Hantaran Impuls • Pembagian aritmia
  • 28. Klinis Aritmia • Taki-aritmia → aritmia dengan frekuensi ventrikuler lebih dari 100/menit • Bradi-aritmia → aritmia dengan frekuensi ventrikuler kurang dari 60/menit
  • 29. DISRITMIABerdasarkan Asalnya SAN ( SINUS ) P → QRS Sinus Takikardi ( ST ) HR >100 X/mnt Sinus Bradikardi ( SB ) HR < 60 X/mnt Sinus Aritmi Sinus Arrest ATRIUM KA/KI ( ATRIAL ) Atrial Fibrilasi. P : Keriting Atrial Flutter P : GIGI GERGAJI
  • 30. AVN ( JUNCTIONAL ) P TERBALIK DI DEPAN / DIBELAKANG QRS Junctional Ritem ( HR 40 – 60 ) Junctional Takikardi ( HR > 100 ) JES SUPRA VENTRIKEL SVT SVES
  • 31. • Dasar diagnosis : – Irama sinus (vektor P dari sinus) – Frekuensi lebih dari 100 x/menit • Meski disebut aritmia, merupakan respon normal terhadap peningkatan kebutuhan jantung, misal latihan, emosi, dsb. Sinus Takikardi
  • 32. Sinus Bradikardi • Dasar diagnosis – Irama sinus (vektor P dari sinus) – Frekuensi kurang dari 60 x/menit • Bradikardia sinus bisa terdapat pada orang normal dalam keadaan tidur atau olahragawan
  • 33. Sinus Aritmia ➢ Dasar diagnosis • Irama sinus (vektor P dari sinus) • Interval PP bervariasi lebih dari 0,16 detik ➢ Dibagi menjadi : • Nonrespiratorik → tidak tergantung pada pernapasan • Respiratorik → tergantung pada pernapasan (inspirasi frekuensi ↑, ekspirasi frekuensi ↓ ) WHO/ISFC Task Force menyebut → irama sinus ireguler
  • 34. Sinus Arrest / Henti Sinus ➢ Dasar diagnosis • Tak ada P dari sinus ➢ Biasanya → frekuensi jantung (ventrikel) lambat dan pemacu jantung diambil alih oleh pemacu-pemacu sekunder di bawah sinus ( AV node atau purkinye )
  • 35. Atrial fluter Ciri khas : • Gelombang gelepar : gelombang-gelombang P yg teratur, frek 250-350x/mnt, berbentuk gergaji (terutama di II, III, dan aVF), sumbu pada bidang frontal – 90o • Biasanya terdapat konduksi 2 : 1, karena simpul AV tak dapat meneruskan semua impuls dari atrium • QRS sempit, kecuali terdapat konduksi ventrikuler aberan atau BCBKi/BCBKa • Karena banyaknya gelombang yang bertumpukan, maka bentuk gergaji sering tidak nampak jelas
  • 36. 36 Atrial Fibrilasi Ciri khas AF ialah : • Adanya gelombang fibrilasi : gelombang-gelombang P yang tak teratur, frekuensi 350-600x/menit • QRS tak teratur, biasanya dengan frekuensi 140-200x/menit
  • 37. Atrial flutter & fibrillation
  • 38. SVT (supraventrikuler takikardi) Gambaran EKG : • Gelombang P tidak jelas, jika jelas bentuknya tidak sama dengan P dari sinus • QRS sempit ( kecuali ada konduksi aberant ) • Interval R-R teratur , rate 150-250x/menit
  • 39. VENTRIKEL • Idio Ventrikel Ritmi ( IVR ) • Acceleratid Idio Ventrikel Rithym • Ventrikel takikardi ( VT ) • Ventrikel Fibrilasi ( VF ) • Ventrikel Ekstra Sistol ( VES ) (VES Bigemini, Trigemini, Multifokal, Unifokal, Konsekutif, Quadrigemini dan R on T )
  • 40. Ekstrasistol ventrikuler (x) a. Interval R-R dari irama sinus b. Interval rangkaian c. Pause kompensasi lengkap, b+c = 2a Ventrikel Ekstrasistol
  • 41. Bentuk ventrikuler ekstrasistole Ventrikel Ektrasistole , bentuk kuplet Ventrikel Ektrasistole , multifocal
  • 42. Ventrikel Takikardi Frekuensi biasanya : 160-200/menit Kadang bisa lebih rendah : 100/menit Bila P dapat dikenali, maka P dan QRS tidak berhubungan → dissosiasi atrio- ventrikuler QRS melebar dan bizarre, bentuk dan irama sedikit tidak teratur Sering sukar dibedakan antara : takikardia ventrikuler, takikardia supraventrikuler dengan konduksi ventrikuler aberan
  • 44. Takikardia ventrikuler torsade de pointes menyusul fenomena R di atas T karena interval QT yang memanjang Torsade de pointes
  • 45. Ventrikuler Fibrilasi Gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi yang tidak teratur dan cepat Berdasarkan besar undulasi → VF kasar, VF halus Secara klinis VF sama dengan henti jantung, karena ventrikel hanya bergetar, tidak memompa darah keluar dari ventrikel
  • 48. 48 Gangguan Hantaran impuls/konduksi Blok SA Blok AV derajat 1 Blok AV derajat 2, Mobitz I Blok AV derajat 2, Mobitz II Blok AV derajat 3 Irama lolos penghubung Blok AV derajat 3 Irama lolos ventrikuler Blok cabang berkas kiri Blok cabang berkas kanan
  • 49. AV Blok derajat Satu • P-R Interval memanjang > 0,20 detik • Sering interval PR sangat memanjang→ gelombang P bertumpuk pada gelombang T di depannya
  • 50. AV Blok derajat 2 Type 1 (Wenckebach) • P-R Interval makin memanjang (a<b<c). • Ada gelombang QRS yang hilang (x). • Rasio konduksi 4 : 3
  • 51. AV Blok derajat 2 Tipe 2 (Mobitz II) • P-R Interval memanjang konstan • Ada gelombang QRS yang hilang
  • 52. AV Blok Total • Blok AV dengan rasio konduksi 2 : 1 atau lebih. • Misalnya Blok AV 2 : 1, 3 : 1, 4 : 1, dsb Blok AV derajat tinggi, rasio konduksi 4:1
  • 53. AV Blok Total • Pada AV blok total, atrium dan ventrikel berdenyut sendiri-sendiri → Disosiasi AV komplit • Gambaran EKG : gelombang P tak ada hubungan dengan gelombang QRS AV blok Total lolos penghubung AV blok Total lolos ventrikuler
  • 55. EKG Pada ACS Sarana diagnostik yang penting untuk jantung koroner Sarana diagnostik yang penting untuk jantung koroner Yang ditangkap EKG ialah kelainan miokard, yang disebabkan terganggunya aliran koroner Yang ditangkap EKG ialah kelainan miokard, yang disebabkan terganggunya aliran koroner
  • 56. Gambaran khas EKG pada ACS INJURY • ST Elevasi (ST segment yang tinggi diatas baseline) ISKEMIK • ST Depresi • Bermakna bila >0,5mm, makin dalam makin bermakna NEKROSIS • Gel Q Patologis • Q lebar dan dalam • Lebar ≥0,04 detik • Dalamnya gel Q >1/3R ISKEMIK • Gelombang T inverted (terbalik) • Gel T dengan ujung lancip • Nilai gel T >0,2mv INFARK LAMA • Q Patologis, bisa QS atau Qr • ST kembali isoelektris • Gel T bisa normal atau terbalik
  • 58. Defibrilasi Energi • Alat Biphasic 200 joule • Alat monophasic 360 joule Dosis Obat • Epineprin → 1mg (asistole, PEA, pVT, VF) • Amiodaron I → 300mg (pVT/VF) • Amiodaron II → 150mg (pVT/VF)
  • 59. AUTOMATED EXTERNAL DEFIBRILATOR Definisi Automated External Defibrillator atau yang biasa disingkat dengan AED adalah sebuah alat medis yang berfungsi untuk menganalisa irama jantung secara otomatis dan kemudian memberikan kejutan listrik untuk mengembalikan irama jantung jika diperlukan. AED
  • 60. Komponen AED MESIN AED PAD AED KABEL EKG ALAT PELENGKAP Pastikan alat AED dalam kondisi siap pakai, cek indikator baterai: • PAD DEWASA: digunakan untuk pasien dewasa • PAD ANAK: digunakan pada anak usia 0-8 th atau BB < 25kg (tergantung ketentuan pabrik) • Ikuti petunjuk pemakaian PAD Digunakan setelah pasien ROSC ditandai dengan: • Nadi teraba • Pasien bernafas Alat kelengkapan lain dapat digunakan jika dibutuhkan: • Gunting • Pisau Cukur • Towel atau Tisu Unready Ready
  • 61. Bersihkan pasien, keringkan area dada menggunakan tisu yang tersedia, cukur bulu dada pasien, kemudian pasang PAD AED yang sesuai dengan pasien. Pasien 01 Nyalakan AED dengarkan instruksi dari AED, pasang kabel PAD pada AED, AED akan menganalisa irama jantung pasien AED 02 Tekan tombol shock, jika AED menginstruksikan untuk memberikan kejut listrik untuk pasien. 03 Lakukan RJP yang berkualitas setelah shock atau sesuai instruksi AED. RJP 04 Shock 05 EKG Ganti kabel PAD AED dengan Kabel EKG setelah resusitasi berhasil / ROSC . Penggunan AED
  • 62. Monitoring & Evaluasi BREATHING Giving 10 breaths /min, sat O2: 92-98%, PaCO2 35-45 mmHg Circulations Manage hemodynamic, Systolic BP > 95 mmHg, MAP > 65 mmHg Disability GCS check AIRWAY Placement of airway adjunct. ROSC (Return of Spontaneous Circulation). Keadaan dimana pasien henti jantung mengalami kembali terabanya nadi dan tanda sirkulasi yang bertahan atau berkelanjutan disebut dengan Return of Spontaneous Circulation (ROSC). Ditandai dengan nadi karotis teraba dan tekanan darah mulai terukur Transfer to hospital
  • 64. Kesimpulan EKG 1. Gambaran jantung Normal sinus Rhytem 2. Disritmia terbagi 2 yaitu: • Ggn pembentukan impuls • Gangguan hantaran impus 3. EKG pada ACS • ST sement (elevasi/depresi) • Gelombang T terbalik 4. Keruskan otot jantung pada ACS bersifat reversibe dan irreversible Cardiac Arrest 1. Pada kondisi cardiac arrest terdapat 2 kondisi: • Memerlukan kejut listrik • Tidak memerlukan kejut listrik 2. Pemberian kejut listrik dapat menggunakan: • Defibrillator • AED 3. Setelah pasien ROSC segera lakukan tindakan untuk ABCD
  • 65. Reference • 2020 American Heart Association. Guidelines for CPR & ECC • Buku Prdoman Kursus Elektrokardiografi, cetakan ke 6, dr. Sunoto Pratanu, SpJP.2011 • Ethel Sloane Anatomi & Fisiologi untuk pemula, EGC,2004 • At Glance edisi 3, sistem kerdiovaskular, philip I. Aaronson & Jeremy P.T.ward. Penerbit erlangga 2010
  • 66. THANK YOU Do Something mean Something
  • 67. 300 : banyaknya kotak sedang antara gelombang R - R Menghitung rate
  • 68. 1500 : banyaknya kotak kecil antara gelombang R - R 10 x banyaknya gel R selama 6 detik