Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang sistem konduksi jantung dan elektrokardiografi. Sistem konduksi jantung terdiri dari beberapa sel pacemaker yang mengeluarkan impuls untuk menciptakan depolarisasi dan repolarisasi. Elektrokardiografi merekam aktivitas listrik jantung untuk tujuan diagnostik gangguan jantung. Terdapat beberapa gelombang dan interval khas pada elektrokardiogram normal.
EKG merupakan alat bantu diagnosis gangguan jantung. EKG normal belum tentu artinya jantung sehat, dan sebaliknya EKG abnormal belum tentu artinya ada gangguan jantung. EKG berguna untuk menegakkan diagnosis aritmia jantung. Perekaman EKG didasarkan pada konduktivitas listrik tubuh manusia melalui elektrode yang merekam beda potensial gerak listrik jantung.
Elektrokardiografi adalah rekaman aktivitas listrik jantung yang digunakan untuk mendiagnosis gangguan irama, hipertrofi, dan iskemia atau infark jantung. EKG menggunakan gelombang P, QRS, ST, dan T untuk menilai kondisi jantung."
Dokumen tersebut membahas tentang elektrokardiografi (EKG) yang merupakan ilmu yang mempelajari kelistrikan jantung dan merupakan salah satu penunjang pemeriksaan. Dokumen ini menjelaskan tentang berbagai komponen EKG seperti elektrode, lead, kertas EKG, dan pola pembacaan EKG serta menjelaskan berbagai jenis aritmia seperti sinus node aritmia, aritmia atrial, dan aritmia ventrikel.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang anatomi, sirkulasi, dan sistem konduksi jantung, serta penjelasan mengenai komponen-komponen gelombang dan interval yang terlihat pada elektrokardiogram (EKG) beserta interpretasinya. Dokumen tersebut juga menjelaskan beberapa kondisi patologis yang dapat dilihat melalui EKG seperti pembesaran ruang jantung, gangguan aliran darah koroner, dan hipertrofi ventrikel
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang sistem konduksi jantung dan elektrokardiografi. Sistem konduksi jantung terdiri dari beberapa sel pacemaker yang mengeluarkan impuls untuk menciptakan depolarisasi dan repolarisasi. Elektrokardiografi merekam aktivitas listrik jantung untuk tujuan diagnostik gangguan jantung. Terdapat beberapa gelombang dan interval khas pada elektrokardiogram normal.
EKG merupakan alat bantu diagnosis gangguan jantung. EKG normal belum tentu artinya jantung sehat, dan sebaliknya EKG abnormal belum tentu artinya ada gangguan jantung. EKG berguna untuk menegakkan diagnosis aritmia jantung. Perekaman EKG didasarkan pada konduktivitas listrik tubuh manusia melalui elektrode yang merekam beda potensial gerak listrik jantung.
Elektrokardiografi adalah rekaman aktivitas listrik jantung yang digunakan untuk mendiagnosis gangguan irama, hipertrofi, dan iskemia atau infark jantung. EKG menggunakan gelombang P, QRS, ST, dan T untuk menilai kondisi jantung."
Dokumen tersebut membahas tentang elektrokardiografi (EKG) yang merupakan ilmu yang mempelajari kelistrikan jantung dan merupakan salah satu penunjang pemeriksaan. Dokumen ini menjelaskan tentang berbagai komponen EKG seperti elektrode, lead, kertas EKG, dan pola pembacaan EKG serta menjelaskan berbagai jenis aritmia seperti sinus node aritmia, aritmia atrial, dan aritmia ventrikel.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang anatomi, sirkulasi, dan sistem konduksi jantung, serta penjelasan mengenai komponen-komponen gelombang dan interval yang terlihat pada elektrokardiogram (EKG) beserta interpretasinya. Dokumen tersebut juga menjelaskan beberapa kondisi patologis yang dapat dilihat melalui EKG seperti pembesaran ruang jantung, gangguan aliran darah koroner, dan hipertrofi ventrikel
1. Dokumen tersebut membahas tentang sistem konduksi listrik jantung dan pembacaan elektrokardiogram (EKG).
2. Sistem konduksi listrik jantung terdiri atas nodus sinusal, nodus atrioventrikular, berkas His, dan serabut Purkinje.
3. Pembacaan EKG meliputi irama, gelombang P, kompleks QRS, sumbu QRS, dan tanda-tanda hipertrofi ventrikel.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai elektrokardiografi (EKG) yang meliputi definisi EKG dan komponen-komponen pentingnya seperti gelombang P, QRS, T, interval PR beserta nilai normalnya. Juga dijelaskan berbagai pola EKG normal seperti irama sinus normal, bradikardi, takikardi dan berbagai jenis aritmia seperti ekstrasistol atrium dan ventrikel, takikardi atrium dan ventrikel serta fibrilasi atrium dan vent
1. EKG digunakan untuk merekam aktivitas listrik jantung dan mendeteksi kelainan-kelainan jantung.
2. Terdapat prosedur standar pemasangan elektroda dan interpretasi hasil EKG seperti menentukan irama, frekuensi jantung, axis, dan menganalisis gelombang-gelombangnya.
3. Kelainan yang dapat terdeteksi antara lain aritmia, iskemia, hipertensi, efek obat, dan gangguan elektrolit.
EKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengertissuser279f9f
1.Tentukan iramanya : Sinus / bukan
2.Tentukan frekuensi/kecepatan : Normal / takikardia / bradikardia
3.Tentukan axis : Normal / RAD / LAD
4.Nilai gelombang P : Normal / tidak
5.Hitung PR interval : Normal /memanjang/memendek
6.Nilai gelombang Q : Normal / patologis
7.Hitung QRS komplek : Normal / melebar
8.Nilai ST segmen : Isoelektrik / elevasi / depresi
9.Nilai gelombang T : Normal / Inverted / tinggi
10.Perhatikan tanda-tanda : Hipertropi / iskemia / infark
11.Kesimpulan/Diagnosa
Aritmia adalah kelainan irama jantung yang disebabkan gangguan pembentukan atau penghantaran impuls listrik. Terdapat berbagai jenis aritmia seperti takikardia, bradikardia, blok konduksi, dan fibrilasi. Diagnosa pasti dilakukan dengan elektrokardiografi. Tatalaksana meliputi obat antiaritmia, terapi listrik, ablasi, dan alat bantu jantung seperti pacemaker.
1. Dokumen tersebut membahas berbagai jenis irama jantung normal dan abnormal yang umum terjadi pada manusia dewasa.
2. Mencakup irama sinus normal dan variasinya seperti bradikardi dan takikardia sinus, serta gangguan konduksi seperti blok AV dan blok keluar sinus.
3. Juga membahas irama ventrikel dan supraventrikel abnormal seperti takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel yang membahayakan jiwa.
Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman aktivitas listrik jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus jantung. EKG digunakan untuk menganalisis sistem konduksi listrik jantung, mendeteksi kelainan irama jantung, dan gangguan lainnya. EKG terdiri atas gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T yang masing-masing merepresentasikan fase depolarisasi dan repolarisasi otot jantung.
EKG digunakan untuk merekam aktivitas listrik jantung. Terdiri dari gelombang P, QRS, T yang merepresentasikan depolarisasi dan repolarisasi jantung. EKG dibaca untuk menentukan frekuensi, irama, aksis jantung, hipertrofi, dan tanda iskemik atau infark. Frekuensi dihitung dari interval R-R, sedangkan irama untuk menentukan gangguan pembentukan atau penghantaran impuls.
Interpretasi EKG memberikan informasi tentang:
1. Kertas EKG menggambarkan waktu dan voltase jantung dalam satuan milimeter dan detik
2. Ada 6 sadapan ekstremitas dan 6 sadapan prekordial untuk menggambarkan aktivitas listrik jantung
3. Gelombang P, QRS, T dalam EKG masing-masing mewakili depolarisasi atrium, ventrikel, dan repolarisasi ventrikel
Dokumen tersebut membahas tentang aritmia dan fibrilasi atrial. Secara singkat, aritmia adalah gangguan irama jantung yang disebabkan oleh gangguan pembentukan atau penghantaran impuls listrik pada jantung. Aritmia diklasifikasikan berdasarkan asal impuls, ritme, dan kecepatan kamar jantung. Fibrilasi atrial adalah salah satu jenis aritmia dimana impuls listrik pada atrium tidak teratur.
1. Dokumen tersebut membahas tentang sistem konduksi listrik jantung dan pembacaan elektrokardiogram (EKG).
2. Sistem konduksi listrik jantung terdiri atas nodus sinusal, nodus atrioventrikular, berkas His, dan serabut Purkinje.
3. Pembacaan EKG meliputi irama, gelombang P, kompleks QRS, sumbu QRS, dan tanda-tanda hipertrofi ventrikel.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai elektrokardiografi (EKG) yang meliputi definisi EKG dan komponen-komponen pentingnya seperti gelombang P, QRS, T, interval PR beserta nilai normalnya. Juga dijelaskan berbagai pola EKG normal seperti irama sinus normal, bradikardi, takikardi dan berbagai jenis aritmia seperti ekstrasistol atrium dan ventrikel, takikardi atrium dan ventrikel serta fibrilasi atrium dan vent
1. EKG digunakan untuk merekam aktivitas listrik jantung dan mendeteksi kelainan-kelainan jantung.
2. Terdapat prosedur standar pemasangan elektroda dan interpretasi hasil EKG seperti menentukan irama, frekuensi jantung, axis, dan menganalisis gelombang-gelombangnya.
3. Kelainan yang dapat terdeteksi antara lain aritmia, iskemia, hipertensi, efek obat, dan gangguan elektrolit.
EKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengertissuser279f9f
1.Tentukan iramanya : Sinus / bukan
2.Tentukan frekuensi/kecepatan : Normal / takikardia / bradikardia
3.Tentukan axis : Normal / RAD / LAD
4.Nilai gelombang P : Normal / tidak
5.Hitung PR interval : Normal /memanjang/memendek
6.Nilai gelombang Q : Normal / patologis
7.Hitung QRS komplek : Normal / melebar
8.Nilai ST segmen : Isoelektrik / elevasi / depresi
9.Nilai gelombang T : Normal / Inverted / tinggi
10.Perhatikan tanda-tanda : Hipertropi / iskemia / infark
11.Kesimpulan/Diagnosa
Aritmia adalah kelainan irama jantung yang disebabkan gangguan pembentukan atau penghantaran impuls listrik. Terdapat berbagai jenis aritmia seperti takikardia, bradikardia, blok konduksi, dan fibrilasi. Diagnosa pasti dilakukan dengan elektrokardiografi. Tatalaksana meliputi obat antiaritmia, terapi listrik, ablasi, dan alat bantu jantung seperti pacemaker.
1. Dokumen tersebut membahas berbagai jenis irama jantung normal dan abnormal yang umum terjadi pada manusia dewasa.
2. Mencakup irama sinus normal dan variasinya seperti bradikardi dan takikardia sinus, serta gangguan konduksi seperti blok AV dan blok keluar sinus.
3. Juga membahas irama ventrikel dan supraventrikel abnormal seperti takikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel yang membahayakan jiwa.
Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman aktivitas listrik jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus jantung. EKG digunakan untuk menganalisis sistem konduksi listrik jantung, mendeteksi kelainan irama jantung, dan gangguan lainnya. EKG terdiri atas gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T yang masing-masing merepresentasikan fase depolarisasi dan repolarisasi otot jantung.
EKG digunakan untuk merekam aktivitas listrik jantung. Terdiri dari gelombang P, QRS, T yang merepresentasikan depolarisasi dan repolarisasi jantung. EKG dibaca untuk menentukan frekuensi, irama, aksis jantung, hipertrofi, dan tanda iskemik atau infark. Frekuensi dihitung dari interval R-R, sedangkan irama untuk menentukan gangguan pembentukan atau penghantaran impuls.
Interpretasi EKG memberikan informasi tentang:
1. Kertas EKG menggambarkan waktu dan voltase jantung dalam satuan milimeter dan detik
2. Ada 6 sadapan ekstremitas dan 6 sadapan prekordial untuk menggambarkan aktivitas listrik jantung
3. Gelombang P, QRS, T dalam EKG masing-masing mewakili depolarisasi atrium, ventrikel, dan repolarisasi ventrikel
Dokumen tersebut membahas tentang aritmia dan fibrilasi atrial. Secara singkat, aritmia adalah gangguan irama jantung yang disebabkan oleh gangguan pembentukan atau penghantaran impuls listrik pada jantung. Aritmia diklasifikasikan berdasarkan asal impuls, ritme, dan kecepatan kamar jantung. Fibrilasi atrial adalah salah satu jenis aritmia dimana impuls listrik pada atrium tidak teratur.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. AGD DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA
PENATALAKSANAAN
KEGAWATDARURATAN
KARDIOVASKULER
Present:
2. HASIL BELAJAR Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta
mampu :
1. Menjelaskan sistem konduksi listrik
jantung
2. Mengidentifikasi gambaran EKG
normal
3. Mengidentifikasi gambaran EKG pasien
dengan Sindroma Koroner Akut
4. Mengidentifikasi disritmia
5. Menjelaskan Penggunaan Defibrilator
6. Melakukan Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan Disritmia dengan
menggunakan AED
Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu :
Melakukan penatalaksanaan
kegawatdaruratan
kardiovaskuler
7. EKG
• Elektrokardiografi adalah ilmu yg mempelajari aktivitas
listrik jantung.
• Elektrokardigram ( EKG ) adalah suatu grafik yg
menggambarkan rekaman listrik jantung.
• EKG mempunyai fungsi diagnostik diantaranya :
• Aritmia jantung
• Hipertrofi atrium dan ventrikel
• Iskemik dan infark miokard
• Efek obat-obatan seperti ( digitalis, anti aritmia dll )
• Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium
• Penilaian fungsi pacu jantung
8. Sandapan pada EKG
EKG Konvensional:
• 4 buah elektroda ekstremitas
• 6 buah elektroda prekordial
Elektroda ekstremitas pada :
• Lengan kanan (Lka)
• Lengan kiri (Lki)
• Tungkai kanan (Tka)
• Tungkai kiri (Tki)
• Elektroda
Tka→ground/bumi→potensia
l nol yang stabil
• Elektroda
Tka→ground/bumi→potensia
l nol yang stabil
10. Elektroda prekordial pada EKG
V1 : garis parasternal kanan, pada
interkostal IV
V2 : garis parasternal kiri, pada interkostal
IV
V3 : titik tengah antara V2 dan V4
V4 : garis klavikula tengah, pada
interkostal V
V5 : garis aksila depan, sama tinggi
dengan V4
V6 : garis aksila tengah, sama tinggi
dengan V4 dan V5.
Ada elektroda prekordial kanan :
→ V3R, V4R, V5R dan V6R,
berseberangan dengan V3, V4, V5 dan V6
11.
12.
13. Gelombang P
Hasil Depolarisasi Atrium
Kepentingan
Mengetahui kelainan di Atrium
Gelombang “P Mitral”
Gelombang “P Pulmonal”
16. Gelombang QRS
Hasil depolarisasi Ventrikel
Normal gelombang Q
Lebar : < 0,04 detik
Dalam : < 1/3 tinggi R
Gelombang R
defleksi positif pertama pada
gelombang QRS. Gel R umumnya
positif di lead I,II,V5 dan V6.
Di lead aVR, V1,V2 biasanya
hanya kecil atau tidak ada
Gel S
defleksi negatif sesudah
gelombang R. Di lead aVR dan V1
gelombang S terlihat dalam dari
V2 ke V6 akan terlihat makin
lama makin menghilang.
Normal QRS
Lebar : 0,06 - 0,12 detik
Tinggi : Tergantung lead
.
Kepentingan :
Mengetahui adanya hipertrofi
ventrikel
Mengetahui adanya Bundle branch
block
Mengetahui adanya infark
18. Gelombang T
o Lead dada < 1 MV
o Lead Ekstremitas < 0,5 MV
o Nilai Minimal 0,1 MV
Nilai
Normal
Hasil Repolarisasi Ventrikel
Gelombang T merupakan
gelombang yang dihasilkan dari
repolarisasi ventrikel, dari
gelombang T dapat diketahui
adanya iskemik pada miokard
dan kelainan elektrolit
19. P-R Interval
diukur dari awal gelombang P s.d Awal gelombang Q
Nilai Normal
0,12 – 0,20 detik
Fungsi:
Menilai Kelainan sistem
konduksi listrik jantung.
20. ST SEGMENT
ST ELEVASI
Menandakan adanya injury /
infark akut pada miokard
Diukur dari akhir QRS s.d awal
gelombang T
NORMAL ISOELEKTRIS
ST DEPRESI
Menandakan iskemik miokard
23. Resume
▪ Dihitung dari
awal gel P s.d
awal gel Q
▪ Normal 0,12-
0,20 dtk
▪ Menggambark
an konduksi
listrik jantung
▪ Berasal dari
depolarisasi
Atrium
▪ Normal gel
P T ≤ 0,3
Mv L ≤
0,12 dtk
▪ Dapat
digunakan
untuk
mendetek
si kelainan
atrium
• Berasal dari
depolarisasi
ventrikel
• Normal QRS L
0,06 – 0,12 dtk
• Normal Gel Q
1/3 R
• Dapat
digunakan
untuk
mendeteksi
hipertrofi
ventrikel,
bundle branch
blok dan
infark miokard
▪ Dihitung dari
akhir gel QRS
s.d awal gel T
▪ Normalnya
Isoelektris
▪ ST elevasi
menandakan
infark miokard
▪ ST Depresi
menandakan
iskemik
miokard
▪ Berasal dari
repolarisasi
ventrikel
▪ Normal gel T
Tinggi < 0,5 Mv
pada
ekstremitas
Tinggi < 1Mv
pada lead dada
▪ Dapat
digunakan
untuk
mendeteksi
iskemik
miokard dan
kelainan
elektrolit.
Gel P Gel QRS Gel T P-R
Interval
ST
Segment
28. Klinis Aritmia
• Taki-aritmia → aritmia dengan frekuensi
ventrikuler lebih dari 100/menit
• Bradi-aritmia → aritmia dengan frekuensi
ventrikuler kurang dari 60/menit
29. DISRITMIABerdasarkan Asalnya
SAN ( SINUS ) P → QRS
Sinus Takikardi ( ST )
HR >100 X/mnt
Sinus Bradikardi ( SB )
HR < 60 X/mnt
Sinus Aritmi
Sinus Arrest
ATRIUM KA/KI ( ATRIAL )
Atrial Fibrilasi. P : Keriting
Atrial Flutter P : GIGI
GERGAJI
30. AVN ( JUNCTIONAL )
P TERBALIK DI DEPAN / DIBELAKANG QRS
Junctional Ritem ( HR 40 – 60 )
Junctional Takikardi ( HR > 100 )
JES
SUPRA VENTRIKEL
SVT
SVES
31. • Dasar diagnosis :
– Irama sinus (vektor P dari sinus)
– Frekuensi lebih dari 100 x/menit
• Meski disebut aritmia, merupakan
respon normal terhadap peningkatan
kebutuhan jantung, misal latihan,
emosi, dsb.
Sinus Takikardi
32. Sinus Bradikardi
• Dasar diagnosis
– Irama sinus (vektor P dari sinus)
– Frekuensi kurang dari 60 x/menit
• Bradikardia sinus bisa terdapat pada orang normal dalam keadaan
tidur atau olahragawan
33. Sinus Aritmia
➢ Dasar diagnosis
• Irama sinus (vektor P dari sinus)
• Interval PP bervariasi lebih dari 0,16 detik
➢ Dibagi menjadi :
• Nonrespiratorik → tidak tergantung pada pernapasan
• Respiratorik → tergantung pada pernapasan (inspirasi frekuensi ↑, ekspirasi frekuensi ↓ )
WHO/ISFC Task Force menyebut → irama sinus ireguler
34. Sinus Arrest / Henti Sinus
➢ Dasar diagnosis
• Tak ada P dari sinus
➢ Biasanya → frekuensi jantung (ventrikel) lambat dan pemacu jantung diambil alih oleh
pemacu-pemacu sekunder di bawah sinus ( AV node atau purkinye )
35. Atrial fluter
Ciri khas :
• Gelombang gelepar : gelombang-gelombang P yg teratur, frek 250-350x/mnt,
berbentuk gergaji (terutama di II, III, dan aVF), sumbu pada bidang frontal – 90o
• Biasanya terdapat konduksi 2 : 1, karena simpul AV tak dapat meneruskan semua
impuls dari atrium
• QRS sempit, kecuali terdapat konduksi ventrikuler aberan atau BCBKi/BCBKa
• Karena banyaknya gelombang yang bertumpukan, maka bentuk gergaji sering tidak
nampak jelas
36. 36
Atrial Fibrilasi
Ciri khas AF ialah :
• Adanya gelombang fibrilasi : gelombang-gelombang P yang tak teratur,
frekuensi 350-600x/menit
• QRS tak teratur, biasanya dengan frekuensi 140-200x/menit
38. SVT (supraventrikuler takikardi)
Gambaran EKG :
• Gelombang P tidak jelas, jika jelas bentuknya tidak sama dengan P dari sinus
• QRS sempit ( kecuali ada konduksi aberant )
• Interval R-R teratur , rate 150-250x/menit
39. VENTRIKEL
• Idio Ventrikel Ritmi ( IVR )
• Acceleratid Idio Ventrikel Rithym
• Ventrikel takikardi ( VT )
• Ventrikel Fibrilasi ( VF )
• Ventrikel Ekstra Sistol ( VES ) (VES Bigemini,
Trigemini, Multifokal, Unifokal, Konsekutif,
Quadrigemini dan R on T )
40. Ekstrasistol ventrikuler (x)
a. Interval R-R dari irama sinus
b. Interval rangkaian
c. Pause kompensasi lengkap, b+c = 2a
Ventrikel Ekstrasistol
42. Ventrikel Takikardi
Frekuensi biasanya : 160-200/menit
Kadang bisa lebih rendah : 100/menit
Bila P dapat dikenali, maka P dan QRS tidak
berhubungan → dissosiasi atrio- ventrikuler
QRS melebar dan bizarre, bentuk dan irama
sedikit tidak teratur
Sering sukar dibedakan antara : takikardia ventrikuler, takikardia
supraventrikuler dengan konduksi ventrikuler aberan
44. Takikardia ventrikuler torsade de pointes
menyusul fenomena R di atas T karena interval QT yang memanjang
Torsade de pointes
45. Ventrikuler Fibrilasi
Gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi
yang tidak teratur dan cepat
Berdasarkan besar undulasi → VF kasar, VF halus
Secara klinis VF sama dengan henti jantung, karena
ventrikel hanya bergetar, tidak memompa darah
keluar dari ventrikel
48. 48
Gangguan Hantaran impuls/konduksi
Blok SA
Blok AV derajat 1
Blok AV derajat 2, Mobitz I
Blok AV derajat 2, Mobitz II
Blok AV derajat 3
Irama lolos penghubung
Blok AV derajat 3
Irama lolos ventrikuler
Blok cabang berkas kiri
Blok cabang berkas kanan
49. AV Blok derajat Satu
• P-R Interval memanjang > 0,20 detik
• Sering interval PR sangat memanjang→ gelombang P bertumpuk pada
gelombang T di depannya
50. AV Blok derajat 2 Type 1 (Wenckebach)
• P-R Interval makin memanjang (a<b<c).
• Ada gelombang QRS yang hilang (x).
• Rasio konduksi 4 : 3
51. AV Blok derajat 2 Tipe 2 (Mobitz II)
• P-R Interval memanjang konstan
• Ada gelombang QRS yang hilang
52. AV Blok Total
• Blok AV dengan rasio konduksi 2 : 1 atau lebih.
• Misalnya Blok AV 2 : 1, 3 : 1, 4 : 1, dsb
Blok AV derajat tinggi, rasio konduksi 4:1
53. AV Blok Total
• Pada AV blok total, atrium dan ventrikel berdenyut sendiri-sendiri → Disosiasi AV
komplit
• Gambaran EKG : gelombang P tak ada hubungan dengan gelombang QRS
AV blok Total lolos penghubung AV blok Total lolos ventrikuler
55. EKG Pada ACS
Sarana diagnostik yang penting untuk jantung
koroner
Sarana diagnostik yang penting untuk jantung
koroner
Yang ditangkap EKG ialah kelainan miokard, yang
disebabkan terganggunya aliran koroner
Yang ditangkap EKG ialah kelainan miokard,
yang disebabkan terganggunya aliran koroner
56. Gambaran khas EKG pada ACS
INJURY
• ST Elevasi (ST
segment yang tinggi
diatas baseline)
ISKEMIK
• ST Depresi
• Bermakna
bila >0,5mm, makin
dalam makin
bermakna
NEKROSIS
• Gel Q Patologis
• Q lebar dan dalam
• Lebar ≥0,04 detik
• Dalamnya gel
Q >1/3R
ISKEMIK
• Gelombang T inverted
(terbalik)
• Gel T dengan ujung
lancip
• Nilai gel T >0,2mv
INFARK LAMA
• Q Patologis, bisa QS
atau Qr
• ST kembali isoelektris
• Gel T bisa normal atau
terbalik
58. Defibrilasi
Energi
• Alat Biphasic 200 joule
• Alat monophasic 360 joule
Dosis Obat
• Epineprin → 1mg (asistole,
PEA, pVT, VF)
• Amiodaron I → 300mg
(pVT/VF)
• Amiodaron II → 150mg
(pVT/VF)
59. AUTOMATED EXTERNAL
DEFIBRILATOR
Definisi
Automated External Defibrillator atau
yang biasa disingkat dengan AED adalah
sebuah alat medis yang berfungsi untuk
menganalisa irama jantung secara
otomatis dan kemudian memberikan
kejutan listrik untuk mengembalikan
irama jantung jika diperlukan.
AED
60. Komponen AED
MESIN
AED
PAD AED KABEL
EKG
ALAT
PELENGKAP
Pastikan alat
AED dalam
kondisi siap
pakai, cek
indikator baterai:
• PAD DEWASA:
digunakan untuk pasien
dewasa
• PAD ANAK: digunakan
pada anak usia 0-8 th
atau BB < 25kg
(tergantung ketentuan
pabrik)
• Ikuti petunjuk
pemakaian PAD
Digunakan
setelah pasien
ROSC ditandai
dengan:
• Nadi teraba
• Pasien
bernafas
Alat kelengkapan
lain dapat
digunakan jika
dibutuhkan:
• Gunting
• Pisau Cukur
• Towel atau
Tisu
Unready
Ready
61. Bersihkan pasien, keringkan area dada menggunakan tisu
yang tersedia, cukur bulu dada pasien, kemudian pasang
PAD AED yang sesuai dengan pasien.
Pasien
01
Nyalakan AED dengarkan instruksi dari AED, pasang kabel
PAD pada AED, AED akan menganalisa irama jantung
pasien
AED
02
Tekan tombol shock, jika AED menginstruksikan untuk
memberikan kejut listrik untuk pasien.
03
Lakukan RJP yang berkualitas setelah shock atau sesuai
instruksi AED.
RJP
04
Shock
05
EKG
Ganti kabel PAD AED dengan Kabel EKG setelah resusitasi
berhasil / ROSC .
Penggunan
AED
62. Monitoring & Evaluasi
BREATHING
Giving 10 breaths /min, sat O2: 92-98%,
PaCO2 35-45 mmHg
Circulations
Manage hemodynamic, Systolic BP > 95 mmHg,
MAP > 65 mmHg
Disability
GCS check
AIRWAY
Placement of airway adjunct.
ROSC (Return of Spontaneous Circulation).
Keadaan dimana pasien henti jantung mengalami
kembali terabanya nadi dan tanda sirkulasi yang
bertahan atau berkelanjutan disebut dengan Return of
Spontaneous Circulation (ROSC). Ditandai dengan nadi
karotis teraba dan tekanan darah mulai terukur
Transfer to hospital
64. Kesimpulan
EKG
1. Gambaran jantung Normal
sinus Rhytem
2. Disritmia terbagi 2 yaitu:
• Ggn pembentukan
impuls
• Gangguan hantaran
impus
3. EKG pada ACS
• ST sement
(elevasi/depresi)
• Gelombang T terbalik
4. Keruskan otot jantung pada
ACS bersifat reversibe dan
irreversible
Cardiac Arrest
1. Pada kondisi cardiac arrest
terdapat 2 kondisi:
• Memerlukan kejut listrik
• Tidak memerlukan kejut
listrik
2. Pemberian kejut listrik dapat
menggunakan:
• Defibrillator
• AED
3. Setelah pasien ROSC segera
lakukan tindakan untuk ABCD
65. Reference
• 2020 American Heart Association. Guidelines for CPR & ECC
• Buku Prdoman Kursus Elektrokardiografi, cetakan ke 6, dr. Sunoto
Pratanu, SpJP.2011
• Ethel Sloane Anatomi & Fisiologi untuk pemula, EGC,2004
• At Glance edisi 3, sistem kerdiovaskular, philip I. Aaronson &
Jeremy P.T.ward. Penerbit erlangga 2010