SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
Arrhythmias and Atrial fibrillation
Oleh :
dr. Iffah Munawarah
Pembimbing:
Dr. dr. T. Heriansyah, Sp. JP (K) – FIHA, FESC, FAsCC
BAGIAN JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH UNIVERSITAS
SYIAH KUALA RSUD DR ZAINOEL ABIDIN
BANDAACEH
2022
 Aritmia adalah setiap irama yang bukan irama sinus normal dengan konduksi AV yang normal.
Perubahan mekanisme perjalanan impuls atau konduksi listrik kantung yang menyebabkan gangguan
irama denyut jantung. Bentuk dari aritmia sendiri berdasarkan: 5
 Takikardia , jika denyut jantung > 100x/mnt
 Bradikardia , jika denyut jantung < 60x/mnt
Aritmia?
- Pacemaker ( nodus SA) menghasilkan irama yang abnormal
- Adanya gangguan pada jalur konduksi normal
- Adanya pacemaker selain nodus SA yang mengambil alih. 5,12
Etiologi Aritmia
01 Rate
 Takikardia : 3 atau lebih impuls yang berasal
dari pacemaker yang sama , menghasilkan
denyut yang terlalu cepat >100x/mnt
 Bradikardia : 3 atau lebih impuls yang berasal
dari pacemaker yang sama, menghasilkan
denyut yang terlalu lambat < 60x/mnt.
03 Asal Impuls
 Supraventricular
 Ventricular
 Pacemaker
04
Konduksi Impuls
 Atrioventricular
 Ventrico-atrial
 Block
Klasifikasi Aritmia
06
02 Ritme
05
Ventricular Rate
Aritmia juga dapat disebabkan oleh
terganggunya pembentukan impuls atau
akibat gangguan penghantaran impuls.
 Reguler
 Irregular
Takikardia Sinus
Kriteria :
i. Irama : Teratur
ii. Frekuensi : > 100-150x/mnt
iii. Gelombang P : gelombang P diikuti gelombang QRS
iv. Interval PR : Normal
v. Gelombang QRS : Normal
Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya pembentukan impuls :
Gambar 1. Sinus Takikardia
Sinus Bradikardia
Kriteria
•Irama : Teratur
•Frekuensi : <60x/mnt
•Gelombang P : Gelombang P diikuti gelombang QRS
•Interval PR : Normal
•Gelombang QRS : Normal
Gambar 2 . Sinus Bradikardia
Aritmia Sinus
Kriteria :
i. Irama : Tidak Teratur
ii. Frekuensi : 60-100x/mnt
iii. Gelombang P : Normal, gelombang P diikuti gelombang QRS
iv. Interval PR : Normal
v. Gelombang QRS : Normal
Gambar 3 . Aritmia Sinus
Kriteria : ( terdapat episode hilangnya satu atau lebih gelombang P, QRS dan T )
i. Irama : Teratur, kecuali pada yang hilang
ii. Frekuensi : Biasanya 60x/mnt
iii. Gelombang P : Normal, gelombang P diikuti gelombang QRS
iv. Interval PR : Normal
v. Gelombang QRS : Normal
vi. Hilangnya gelombang P, QRS , T tidak menyebabkan kelipatan jarak antara R-R’
Sinus Arrest
Gambar 4. Sinus Arrest
Kriteria :
Irama : Tidak Teratur, karena ada gelombang yang timbul lebih dini
Frekuensi : tergantung irama dasar
Gelombang P : Bentuknya berbeda dari gelombang P
Interval PR : Normal, namun bisa memendek
Gelombang QRS : Normal
Atrial Ekstrasistol (AES/PAB/PAC)
Gambar 5. Atrial Ekstrasistol
Kriteria :
Irama : Teratur
Frekuensi : 150-250x/mnt
Gelombang P : Sukar karena Bersatu dengan gelombang T, dan gelombang P terlihat kecil
Interval PR : Tidak dapat dihitung atau memendek
Gelombang QRS : Normal
Supraventriel Takikardia (SVT)
Gambar 6. Supraventrikel Takikardia
Kriteria :
Irama : Teratur atau bisa tidak teratur
Frekuensi : Bervariasi
Gelombang P : Bentuknya seperti gigi gergaji, gelombang P timbul teratur dan dapat dihitung,
P-QRS 2: 1 , 3 :1, atau 4 :1
Interval PR : tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : Normal
Atrial Flutter
Gambar 7. Atrial Flutter
Kriteria :
i. Irama : Tidak Teratur
ii. Frekuensi : Bervariasi
iii.Gelombang P : Tidak dapat diidentifikasi
iv. Interval PR : Tidak dapat dihitung
v. Gelombang QRS : Normal
Atrial Fibrilasi
Gambar 8. Atrial Fibrilasi
Kriteria :
i. Irama : Teratur
ii. Frekuensi : 40-60x/mnt
iii.Gelombang P : Terbalik didepan atau menghilang
iv. Interval PR : Kurang dari 0,12 detik atau tidak ada
v. Gelombang QRS : Normal
Irama Junctional
Gambar 9. Irama Junctional
Kriteria :
i. Irama : Tidak Teratur, ada gelombang timbul lebih dini
ii. Frekuensi : Tergantung irama dasarnya
iii.Gelombang P : Tidak normal, sesuai dengan letak asal impuls
iv. Interval PR : Memendek atau tidak ada
v. Gelombang QRS : Normal
Ekstrasistol Junctional (JES)
Gambar 10. Ekstrasistol Junctional (JES)
Kriteria :
i. Irama : Teratur
ii. Frekuensi : 100x/mnt
iii.Gelombang P : Terbalik di depan, belakang atau mengilang
iv. Interval PR : < 0,12 detik atau tidak ada
v. Gelombang QRS : Normal
Takikardia Junctional (JT)
Gambar 11. Takikardia Junctional (JT)
Kriteria :
i. Irama : Teratur
ii. Frekuensi : 20-40x/mnt
iii.Gelombang P : Tidak terlihat
iv. Interval PR : Tidak ada
v. Gelombang QRS : > 0,12 detik
Irama Idioventricular
Gambar 12. Irama Idoventrikular (IVR)
Kriteria :
i. Irama : Teratur
ii. Frekuensi : > 100-150x/mnt
iii.Gelombang P : gelombang P diikuti gelombang QRS
iv. Interval PR : Normal
v. Gelombang QRS : Normal
Ventrikel Ekstrasistol / Premature Ventricular Beat / Premature Ventricular
Contraction ( VES/PVB/PVC)
Terdapat 5 Bentuk Ekstrasistol Ventrikel yaitu :
Gambar 13. Ventrikel Ekstrasistol > 6x/mnt
Ventrikel Ekstrasistol / Premature Ventricular Beat / Premature Ventricular
Contraction ( VES/PVB/PVC)
Gambar 14. Ventrikel Ekstrasistol Bigemini
Gambar 15. Ventrikel Ekstrasistol Multifokal
Ventrikel Ekstrasistol / Premature Ventricular Beat / Premature Ventricular
Contraction ( VES/PVB/PVC)
Gambar 16. Ventrikel Ekstrasistol Konsekutif
Gambar 17. Ventrikel Ekstrasistol R on T
Kriteria :
i. Irama : Teratur
ii. Frekuensi : 100x/mnt
iii. Gelombang P : Tidak Terlihat
iv. Interval PR : Tidak Ada
v. Gelombang QRS : > 0,12 detik
Ventrikel Takikardia
Gambar 18. VT Monomorfik
Ventrikel Takikardia
Gambar 19. VT Polimorfik
Gambar 20. Torsades de Pointes
Kriteria :
i. Irama : Tidak Teratur
ii. Frekuensi : Tidak dapat dihitung
iii. Gelombang P : Tidak Ada
iv. Interval PR : Tidak Ada
v. Gelombang QRS : Tidak dapat dihitung, bergelombang & tidak teratur
Ventrikel Fibrilasi
Gambar 21. Ventrikel Fibrilasi Coarse
Gambar 22. Ventrikel Fibrilasi Fine
Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya penghantaran impuls :
a. Sinoatrial Blok ( SA Blok): Terdapat episode hilangnya satu atau lebih gelombang P, QRS, T
Kriteria:
i. Irama : Teratur, kecuali pada yang hilang
ii. Gelombang P : Normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS
iii. Interval PR : Normal
Gambar 23. SA Blok
Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya penghantaran impuls :
b. AV Block Derajat 1
Kriteria :
i. Irama : Teratur
ii. Frekuensi : 60-100x/mnt
iii. Gelombang P : Normal, gelombang P diikuti gelombang QRS
iv. Interval PR : Memanjang 0,20 detik
v. Gelombang QRS : Normal
Gambar 24. AV Blok derajat I
Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya penghantaran impuls :
c. AV Block Derajat II
 Tipe Mobitz 1
Kriteria :
i. Irama : Tidak Teratur
ii. Frekuensi : 60-100x/mnt atau < 60x/mnt
iii. Gelombang P : Normal, ada satu gelombang P yang tidak diikuti gelombang QRS dalam 1 siklus
iv. Interval PR : Makin lama makin panjang sampai ada gelombang P yang tidak diikut
gelombang QRS, kemudian siklus berulang
i. Gelombang QRS : Normal
Gambar 25. AV Blok Derajat 2 Mobitz 1
Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya penghantaran impuls :
c. AV Block Derajat II
 Tipe Mobitz 2
Kriteria :
i. Irama : Tidak Teratur
ii. Frekuensi : 60x/mnt
iii. Gelombang P : Normal, ada satu atau lebih gelombang P yang tidak diikuti gelombang QRS
iv. Interval PR : Normal / memanjang secara konstan kemudian ada blok
v. Gelombang QRS : Normal
Gambar 26. AV Blok Derajat 2 Mobitz 2
Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya penghantaran impuls :
d. AV Block Derajat 3 ( Total AVB)
Kriteria :
Irama : Teratur
Frekuensi : < 60x/mnt
Gelombang P : Normal, gelombang P dan gelombang QRS berdiri sendiri-sendiri
sehingga gelombag P kadang diikuti, kadang tidak
Interval PR : Berubah ubah / tidak ada
Gelombang QRS : Normal > 0,12 detik
Gambar 27. AV Blok Derajat 3
Disritmia : target perubahan sekunder pada channel ion jantung serta reseptor adrenergic.
Potensial aksi dibagi menjadi 5 fase yaitu fase 0-4 :7,11,10
a. Fase 0  periode awal potensial aksi terjadi  konduksi pada jaringan jantung. Pada atrium dan
ventrikel impuls jantung berasal dari ion channel natrium, sedangkan fase 0 pada sinoatrial (SA)
node dan atrioventricular (AV) node impuls jantung diperankan oleh ion channel kasium.
b. Fase 1-4  periode repolarisasi
- Plateu diperankan oleh ion channel kalsium ( Fase 2)
- Akhir repolarisasi diperankan oleh ion channel kalium ( Fase 3)
- Saat terjadi fase 4 , nodal cells mengalami depolarisasi spontan saat atrium dan ventrikel
mengalami hiperpolarisasi.
Patofisiologi
Patofisiologi
Aksi Potensial Jantung. Angka pada kurva menunjukkan
lima fase potensial aksi. Fase 0 sebagai fase depolarisasi.
Fase 1-3 sebagai fase repolarisasi. Fase 4 sebagai fase
istirahat.
1) Meningkatnya automatisasi saat terjadi pengurangan potensial aksi ataupun
meningkatkan fase depolarisasi
2) Aktivitas yang mencetusnya terjadinya depolarisasi pada fase 4 saat terjadi
potensial aksi
3) Circus movement atau re-entry
Re-entry ini dapat terjadi apabila :
 Adanya 2 jalur konduksi
 Adanya blockage yang tidak terarah dari salah satu pathway sehingga mencegah
progresifitas konduksi impuls namun menimbulkan adanya konduksi retrograde
 Pengurangan kecepatan konduks impuls sehingga memberikan waktu untuk
konduksi impuls lain mengalami depolarisasi
Mekanisme terjadinya aritmia dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1) Meningkatnya automatisasi saat terjadi pengurangan potensial aksi ataupun
meningkatkan fase depolarisasi
2) Aktivitas yang mencetusnya terjadinya depolarisasi pada fase 4 saat terjadi
potensial aksi
3) Circus movement atau re-entry
Re-entry ini dapat terjadi apabila :
 Adanya 2 jalur konduksi
 Adanya blockage yang tidak terarah dari salah satu pathway sehingga mencegah
progresifitas konduksi impuls namun menimbulkan adanya konduksi retrograde
 Pengurangan kecepatan konduks impuls sehingga memberikan waktu untuk
konduksi impuls lain mengalami depolarisasi
Mekanisme terjadinya aritmia dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
Class I
MEDICINE
Class IA : Quinidine, Procainamide
Class IB : Lidocaine, Mexitiline
Class IC : Flecainide, Propafenone
Class II
MEDICINE
Golongan obat class II mempunyai mekanisme berikatan
dengan reseptor adrenergic sehingga memberikan stimulasi
pada sistem saraf simpatis pada elektrofisiologi jantung.(β-
blockers).
Class III
MEDICINE
Golongan obat class III berperan dalam memblock channel
ion kalium dan meningkatkan periode refrakter.
Class IV
( Diltiazem & Verapamil). Golongan obat class IV berperan
dalam memblock channel ion kalsium dan menyebabkan
depolarisasi primer via channel ion kalsium pada area SA
dan AV node.
Tatalaksana Aritmia
Digitalis
Glycosides &
Vagomimetic
Drugs
Farmakodinamik : membatasi konduksi jantung melalui AV node dengan memberikan efek
positif inotropic pada ventrikel jantung.
Indikasi : Infant Wolff-Parkinson-White-Syndrome, SVT
Kontra- Indikasi : Wolff-Parkinson-White-Syndrome pada usia > 65 thn
Adenosine
Farmakodinamik : Berikatan dengan adenosine receptor yang berlokasi pada myosit atrium,
SA node dan AV node melalui G-protein. Stimulasi hiperpolarisasi
membrane potensial, menurunkan fase 4 depolarisasi
Indikasi : SVT ( AV node)
Kontra- Indikasi : Riwayat asma, PPOK
Dosis : 6mg bolus diikut flush 20cc NaCl 0,9% dengan tangan ditinggikan
Magnesium
Sulfat
Indikasi : Torsades de Pointes
Farmakodinamik : menghambat channel ion kalsium pada atrium dan ventrikel
setelah fase depolarisasi
Dosis : 1-2gr IV/IO diencerkan dalam 10 mL D5% atau NaCl 0,9% ,
diberikan secara bolus 5-20 menit
Efek Samping : hiporefleksi
Tatalaksana Aritmia Lainnya
Algoritma penatalaksanaan aritmia diutamakan pada pasien
tanpa nadi yang tidak tertangani dengan tindakan RJP, termasuk
setelah diberikan shock pertama dari AED. Algoritma ini terdiri
dari dua jalur :12
a. Irama shockable (VT tanpa nadi/VF)
b. Irama non-shockable ( asystole/PEA)
Gambar 34. Algoritma Takikardia
Gambar 34. Algoritma Bradikardia
Atrial Fibrilasi
Fibrilasi atrium (FA) adalah takiaritmia supraventrikular yang
khas, dengan aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi
mengakibatkan perburukan fungsi mekanis atrium.
Ciri-ciri FA pada gambaran EKG umumnya sebagai berikut13,14 :
1
2
3
EKG permukaan menunjukkan pola
interval RR yang ireguler
Tidak dijumpainya gelombang P yang jelas
pada EKG permukaan. Kadang- kadang
dapat terlihat aktivitas atrium yang ireguler
pada, paling sering pada sadapan V1.
Interval antara dua gelombang aktivasi
atrium tersebut biasanya bervariasi,
umumnya kecepatannya melebihi 450x/
menit.
Klasifikasi secara klinis FA dapat dibedakan menjadi lima
jenis menurut waktu presentasi dan durasinya, yaitu : 14
FA yang pertama kali terdiagnosis : pasien yang
pertama kali datang dengan manifestasi klinis
FA, tanpa memandang durasi atau berat
ringannya gejala yang muncul.
1 2
FA paroksismal : adalah FA yang
mengalami terminasi spontan dalam
48 jam, namun dapat berlanjut
hingga 7 hari.
3
FA persisten adalah FA dengan episode
menetap hingga lebih dari 7 hari atau FA
yang memerlukan kardioversi dengan
obat atau listrik.
FA persisten lama (long standing
persistent) adalah FA yang bertahan hingga
≥1 tahun, dan strategi kendali irama masih
akan diterapkan.
4 5
FA permanen merupakan FA yang ditetapkan
sebagai permanen oleh dokter (dan pasien)
sehingga strategi kendali irama sudah tidak
digunakan lagi. Apabila strategi kendali irama
masih digunakan maka FA masuk ke kategori
FA persisten lama.
Berdasarkan kecepatan laju respon ventrikel (interval RR) maka
FA dapat dibedakan menjadi: 14,15
1. FA dengan respon ventrikel cepat: Laju ventrikel >100x/ menit
Gambar 36. Atrial Fibrilasi Rapid
2. FA dengan respon ventrikel normal: Laju ventrikel 60- 100x/menit
Gambar 37. Atrial Fibrilasi Normo
Berdasarkan kecepatan laju respon ventrikel (interval RR) maka
FA dapat dibedakan menjadi: 14,15
3. FA dengan respon ventrikel lambat: Laju ventrikel <60x/menit
Gambar 38. Atrial Fibrilasi Slow
Triggers AF ;
 Iskemia atrium
 Peradangan
 Alkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang
 Stres hemodinamik
 Gangguan neurologis dan endokrin
 Usia lanjut
 Faktor genetik
1 2
Pemeriksaan fisis selalu dimulai dengan
pemeriksaan jalan nafas (Airway),
pernafasan (Breathing) dan sirkulasi
(Circulation) dan tanda-tanda vital, untuk
mengarahkan tindak lanjut terhadap FA19
3
Lab, EKG, Foto Thorax, Ekokardiografi transtorakal
(ETT), Ekokardiografi transesofageal (ETE) , Computed
tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging
(MRI)
Anamnesis
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan Diagnosis AF
Gambar 43. Pemeriksaan tambahan pada pasien AF16
Skor Simtom yang disebut skor EHRA (European Heart Rhythym Association). Skor yang dapat digunakan
untuk menilai perkembangan gejala selama penanganan AF. Hanya memperhitungkan derajat gejala yang
benar-benar disebabkan oleh AF.
Gambar 44. Manajemen terapi pada pasien dengan fibrilasi atrium Menurut ESC 202021
Gambar 45. AF 3 – step pathway22
Gambar 47. Faktor Resiko Kejadian Perdarahan Pada Terapi Anti
– Koagulan Oral dan Anti – Platelet22
Gambar 48. Skoring HAS – BLED22
Gambar 49. Terapi Rate Kontrol22
Gambar 50. Strategi Terapi Kontrol Ritme22
Gambar 52. Pemilihan Obat Rate Kontrol22
Gambar 53. Kardio Versi Pada Fibrilasi Atrium22
Gambar 54. Tujuan Observasi Lanjutan Pasca Kardioversi Pada Fibrilasi Atrium
 Aritmia masalah dengan laju atau irama detak jantung. Selama aritmia, jantung bisa berdetak terlalu cepat,
terlalu lambat, atau dengan ritme yang tidak teratur. Kebanyakan aritmia tidak berbahaya, namun
beberapa bisa menjadi serius atau bahkan mengancam nyawa. Selama aritmia, jantung mungkin tidak
dapat memompa cukup darah ke tubuh. Kekurangan aliran darah bisa merusak otak, jantung, dan organ
lainnya.
 Atrial fibrillation (AF) adalah tipe yang paling umum dari aritmia. Melibatkan kontraksi atrium yang sangat
cepat dan tidak teratur.
 Tata laksana umum pada pasien AF mempunyai 5 tujuan yaitu pencegahan kejadian tromboemboli,
mengatasi simtom terkait AF, tata laksana optimal terhadap penyakit kardiovaskular yang menyertai,
mengontrol laju jantung, dan memperbaiki gangguan irama.
Kesimpulan
1. Karpawich, P. P. (2015). Atrial Arrhythmias in Adults with Repaired Congenital Heart Disease. Journal of Clinical Trials in Cardiology, 2(3), 1–5.
https://doi.org/10.15226/2374-6882/2/3/00129
2. Luz, E.J. da S., Schwartz, W.R., Cámara-Chávez, G. and Menotti, D. (2016). ECG-based heartbeat classification for arrhythmia detection: A survey. Computer
Methods and Programs in Biomedicine, 127, pp.144–164.
3. Lei, M., Wu, L., Terrar, D. A., & Huang, C. L.-H. . (2018). Modernized Classification of Cardiac Antiarrhythmic Drugs. Circulation, 138(17), 1879–1896.
https://doi.org/10.1161/circulationaha.118.035455
4. Fischbach, P. S. (2017). Pharmacology of Antiarrhythmic Agents. In Developments in Cardiovascular Medicine (pp. 267–288). Springer US.
5. DIAGNOSIS dan TERAPI ARITMIA oleh INTERNIS. (n.d.). [online] Available at:
https://www.papdi.or.id/pdfs/701/FINAL%202%20DIAGNOSIS%20%20ARITMIA%20Oleh%20Internis%20.pdf.
6. Overview of Arrhythmias. (n.d.). MSD Manual Professional Edition. Retrieved April 26, 2022, from https://www.msdmanuals.com/professional/cardiovascular-
disorders/arrhythmias-and-conduction-disorders/overview-of-arrhythmias
7. Lorentz, M. N., & Vianna, B. S. B. (2011). Cardiac Dysrhythmias and Anesthesia. Brazilian Journal of Anesthesiology, 61(6), 798–813.
https://doi.org/10.1016/s0034-7094(11)70090-3
8. Kwon, C.H. and Kim, S.-H. (2017). Intraoperative management of critical arrhythmia. Korean Journal of Anesthesiology, 70(2), p.120.
9. Tagney, J. (2008). Pharmacology in arrhythmia care’ Antiarrhythmic Drugs. A practical guide (2nd edn) Richard N Fogoros ISBN: 9781405163514 Blackwell
Futura, 2017 192 pages, £36.99. British Journal of Cardiac Nursing, 3(11), pp.539–540.
10. Lorentz, M.N. and Vianna, B.S.B. (2011). Disritmias cardíacas e anestesia. Revista Brasileira de Anestesiologia, 61(6), pp.805–813.
Daftar Pustaka
11. Papelbaum, B. (2020). Synopsis of Most Relevant Articles on Cardiac Arrhythmias. Journal of Cardiac Arrhythmias, 32(4), pp.291–294.
12. Updated AHA Basic and Advanced Cardiac Life Support guidance with COVID-19 considerations. (2022). 52(3), pp.33–34.
13. Anggrahini NS. Laki-laki usia 59 Dengan Atrial Fibrilasi: Laporan Kasus. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. ISSN: 2721-2882
14. Nesheiwat Z, Goyal A, Jagtap M. Atrial Fibrillation. [Updated 2021 Nov 28]. In: StatPearls [Internet]. Cited on 20 April 2022.
15. Gutierrez C. Diagnosis and Treatment of Atrial Fibrillation. AAFP/.2016; 94(6)
16. A Report of the American College of Cardiology/ American Heart Association Task Force on Practice Guidelines and Heart Rythm Society. ACC/AHA/ESC
Guidelines for the Management of Patients With Atrial Fibrillation : Executive Summary. Journal of the American College of Cardiology. 2014;64(21)
17. Defaye P, Dournaux F, Mouton E. Prevalence of supraventricular arrhythmias from the automated analysis of data stored in the DDD pacemakers of 617
patients: the AIDA study. The AIDA Multicenter Study Group. Automatic Interpretation for Diagnosis Assistance. Pacing and clinical electrophysiology : PACE.
1998;21:250-5. 32.
18. Lilly, L.S. 2011. Pathophysiology of Heart Disease – A Collaborative Project of Medical Students and Faculty 5th ed. Lippincott & Wilkins.
19.Atrial Fibrillation Clinical Presentation. 2013. (Accessed Feb 9, 2022, at http://emedicine. medscape.com/article/151066-clinical.)
20.Van den Bos EJ, Constantinescu AA, van Domburg RT, Akin S, Jordaens LJ, Kofflard MJ. Minor elevations in troponin I are associated with mortality and adverse
cardiac events in patients with atrial fibrillation. European heart journal 2011;32:611- 7.
21.Kotalczyk A. Corrigendum to: 2020 ESC Guidelines for the diagnosis and management of atrial fibrillation developed in collaboration with the European
Association of Cardio-Thoracic Surgery (EACTS).
22.Hindricks G, Potpara T, Dagres N, Arbelo E, Bax JJ, Blomström-Lundqvist C, et al. 2020 ESC Guidelines for the diagnosis and management of atrial fibrillation
developed in collaboration with the European Association for Cardio-Thoracic Surgery (EACTS).
Daftar Pustaka
THANK YOU!

More Related Content

Similar to Aritmia dan AF.pptx

Similar to Aritmia dan AF.pptx (20)

aritmia.ppt
aritmia.pptaritmia.ppt
aritmia.ppt
 
Baca EKG.pdf
Baca EKG.pdfBaca EKG.pdf
Baca EKG.pdf
 
EKG DASAR BAHAN AJAR.pdf
EKG DASAR BAHAN AJAR.pdfEKG DASAR BAHAN AJAR.pdf
EKG DASAR BAHAN AJAR.pdf
 
ECG
ECGECG
ECG
 
EKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengerti
EKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengertiEKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengerti
EKG Dasar dan cara interpretasikan dengan cara cepat dimengerti
 
ekg in indonesian
ekg in indonesianekg in indonesian
ekg in indonesian
 
14 Konsep Dasar EKG
14 Konsep Dasar EKG14 Konsep Dasar EKG
14 Konsep Dasar EKG
 
ECG (elektro Cardio graf)
ECG (elektro Cardio graf)ECG (elektro Cardio graf)
ECG (elektro Cardio graf)
 
Uhuk 6
Uhuk 6Uhuk 6
Uhuk 6
 
EKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptx
EKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptxEKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptx
EKG Dasar dan Cara Interpretasi.pptx
 
EKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptx
EKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptxEKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptx
EKG_Dasar_dan_Cara_Interpretasi.pptx
 
Interpretasi ekg
Interpretasi ekgInterpretasi ekg
Interpretasi ekg
 
Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02
Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02
Interpretasi ekg-121025022847-phpapp02
 
Fisiologi sistem kardiovaskular
Fisiologi sistem kardiovaskularFisiologi sistem kardiovaskular
Fisiologi sistem kardiovaskular
 
EKG, Drug dan Defibrilator
EKG, Drug dan DefibrilatorEKG, Drug dan Defibrilator
EKG, Drug dan Defibrilator
 
8. skills-stations-ekg
8. skills-stations-ekg8. skills-stations-ekg
8. skills-stations-ekg
 
Wpw syndrome jadi
Wpw syndrome jadiWpw syndrome jadi
Wpw syndrome jadi
 
ppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
ppt teknik monitor ekg fauzan.pptppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
ppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
 
Skills Stations EKG.llllllllllllllllllll
Skills Stations EKG.llllllllllllllllllllSkills Stations EKG.llllllllllllllllllll
Skills Stations EKG.llllllllllllllllllll
 
Slide PPT ACLS 21-08-2022.pptx
Slide PPT ACLS 21-08-2022.pptxSlide PPT ACLS 21-08-2022.pptx
Slide PPT ACLS 21-08-2022.pptx
 

Recently uploaded

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 

Recently uploaded (20)

Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 

Aritmia dan AF.pptx

  • 1. Arrhythmias and Atrial fibrillation Oleh : dr. Iffah Munawarah Pembimbing: Dr. dr. T. Heriansyah, Sp. JP (K) – FIHA, FESC, FAsCC BAGIAN JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD DR ZAINOEL ABIDIN BANDAACEH 2022
  • 2.  Aritmia adalah setiap irama yang bukan irama sinus normal dengan konduksi AV yang normal. Perubahan mekanisme perjalanan impuls atau konduksi listrik kantung yang menyebabkan gangguan irama denyut jantung. Bentuk dari aritmia sendiri berdasarkan: 5  Takikardia , jika denyut jantung > 100x/mnt  Bradikardia , jika denyut jantung < 60x/mnt Aritmia? - Pacemaker ( nodus SA) menghasilkan irama yang abnormal - Adanya gangguan pada jalur konduksi normal - Adanya pacemaker selain nodus SA yang mengambil alih. 5,12 Etiologi Aritmia
  • 3. 01 Rate  Takikardia : 3 atau lebih impuls yang berasal dari pacemaker yang sama , menghasilkan denyut yang terlalu cepat >100x/mnt  Bradikardia : 3 atau lebih impuls yang berasal dari pacemaker yang sama, menghasilkan denyut yang terlalu lambat < 60x/mnt. 03 Asal Impuls  Supraventricular  Ventricular  Pacemaker 04 Konduksi Impuls  Atrioventricular  Ventrico-atrial  Block Klasifikasi Aritmia 06 02 Ritme 05 Ventricular Rate Aritmia juga dapat disebabkan oleh terganggunya pembentukan impuls atau akibat gangguan penghantaran impuls.  Reguler  Irregular
  • 4. Takikardia Sinus Kriteria : i. Irama : Teratur ii. Frekuensi : > 100-150x/mnt iii. Gelombang P : gelombang P diikuti gelombang QRS iv. Interval PR : Normal v. Gelombang QRS : Normal Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya pembentukan impuls : Gambar 1. Sinus Takikardia
  • 5. Sinus Bradikardia Kriteria •Irama : Teratur •Frekuensi : <60x/mnt •Gelombang P : Gelombang P diikuti gelombang QRS •Interval PR : Normal •Gelombang QRS : Normal Gambar 2 . Sinus Bradikardia
  • 6. Aritmia Sinus Kriteria : i. Irama : Tidak Teratur ii. Frekuensi : 60-100x/mnt iii. Gelombang P : Normal, gelombang P diikuti gelombang QRS iv. Interval PR : Normal v. Gelombang QRS : Normal Gambar 3 . Aritmia Sinus
  • 7. Kriteria : ( terdapat episode hilangnya satu atau lebih gelombang P, QRS dan T ) i. Irama : Teratur, kecuali pada yang hilang ii. Frekuensi : Biasanya 60x/mnt iii. Gelombang P : Normal, gelombang P diikuti gelombang QRS iv. Interval PR : Normal v. Gelombang QRS : Normal vi. Hilangnya gelombang P, QRS , T tidak menyebabkan kelipatan jarak antara R-R’ Sinus Arrest Gambar 4. Sinus Arrest
  • 8. Kriteria : Irama : Tidak Teratur, karena ada gelombang yang timbul lebih dini Frekuensi : tergantung irama dasar Gelombang P : Bentuknya berbeda dari gelombang P Interval PR : Normal, namun bisa memendek Gelombang QRS : Normal Atrial Ekstrasistol (AES/PAB/PAC) Gambar 5. Atrial Ekstrasistol
  • 9. Kriteria : Irama : Teratur Frekuensi : 150-250x/mnt Gelombang P : Sukar karena Bersatu dengan gelombang T, dan gelombang P terlihat kecil Interval PR : Tidak dapat dihitung atau memendek Gelombang QRS : Normal Supraventriel Takikardia (SVT) Gambar 6. Supraventrikel Takikardia
  • 10. Kriteria : Irama : Teratur atau bisa tidak teratur Frekuensi : Bervariasi Gelombang P : Bentuknya seperti gigi gergaji, gelombang P timbul teratur dan dapat dihitung, P-QRS 2: 1 , 3 :1, atau 4 :1 Interval PR : tidak dapat dihitung Gelombang QRS : Normal Atrial Flutter Gambar 7. Atrial Flutter
  • 11. Kriteria : i. Irama : Tidak Teratur ii. Frekuensi : Bervariasi iii.Gelombang P : Tidak dapat diidentifikasi iv. Interval PR : Tidak dapat dihitung v. Gelombang QRS : Normal Atrial Fibrilasi Gambar 8. Atrial Fibrilasi
  • 12. Kriteria : i. Irama : Teratur ii. Frekuensi : 40-60x/mnt iii.Gelombang P : Terbalik didepan atau menghilang iv. Interval PR : Kurang dari 0,12 detik atau tidak ada v. Gelombang QRS : Normal Irama Junctional Gambar 9. Irama Junctional
  • 13. Kriteria : i. Irama : Tidak Teratur, ada gelombang timbul lebih dini ii. Frekuensi : Tergantung irama dasarnya iii.Gelombang P : Tidak normal, sesuai dengan letak asal impuls iv. Interval PR : Memendek atau tidak ada v. Gelombang QRS : Normal Ekstrasistol Junctional (JES) Gambar 10. Ekstrasistol Junctional (JES)
  • 14. Kriteria : i. Irama : Teratur ii. Frekuensi : 100x/mnt iii.Gelombang P : Terbalik di depan, belakang atau mengilang iv. Interval PR : < 0,12 detik atau tidak ada v. Gelombang QRS : Normal Takikardia Junctional (JT) Gambar 11. Takikardia Junctional (JT)
  • 15. Kriteria : i. Irama : Teratur ii. Frekuensi : 20-40x/mnt iii.Gelombang P : Tidak terlihat iv. Interval PR : Tidak ada v. Gelombang QRS : > 0,12 detik Irama Idioventricular Gambar 12. Irama Idoventrikular (IVR)
  • 16. Kriteria : i. Irama : Teratur ii. Frekuensi : > 100-150x/mnt iii.Gelombang P : gelombang P diikuti gelombang QRS iv. Interval PR : Normal v. Gelombang QRS : Normal Ventrikel Ekstrasistol / Premature Ventricular Beat / Premature Ventricular Contraction ( VES/PVB/PVC) Terdapat 5 Bentuk Ekstrasistol Ventrikel yaitu : Gambar 13. Ventrikel Ekstrasistol > 6x/mnt
  • 17. Ventrikel Ekstrasistol / Premature Ventricular Beat / Premature Ventricular Contraction ( VES/PVB/PVC) Gambar 14. Ventrikel Ekstrasistol Bigemini Gambar 15. Ventrikel Ekstrasistol Multifokal
  • 18. Ventrikel Ekstrasistol / Premature Ventricular Beat / Premature Ventricular Contraction ( VES/PVB/PVC) Gambar 16. Ventrikel Ekstrasistol Konsekutif Gambar 17. Ventrikel Ekstrasistol R on T
  • 19. Kriteria : i. Irama : Teratur ii. Frekuensi : 100x/mnt iii. Gelombang P : Tidak Terlihat iv. Interval PR : Tidak Ada v. Gelombang QRS : > 0,12 detik Ventrikel Takikardia Gambar 18. VT Monomorfik
  • 20. Ventrikel Takikardia Gambar 19. VT Polimorfik Gambar 20. Torsades de Pointes
  • 21. Kriteria : i. Irama : Tidak Teratur ii. Frekuensi : Tidak dapat dihitung iii. Gelombang P : Tidak Ada iv. Interval PR : Tidak Ada v. Gelombang QRS : Tidak dapat dihitung, bergelombang & tidak teratur Ventrikel Fibrilasi Gambar 21. Ventrikel Fibrilasi Coarse Gambar 22. Ventrikel Fibrilasi Fine
  • 22. Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya penghantaran impuls : a. Sinoatrial Blok ( SA Blok): Terdapat episode hilangnya satu atau lebih gelombang P, QRS, T Kriteria: i. Irama : Teratur, kecuali pada yang hilang ii. Gelombang P : Normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS iii. Interval PR : Normal Gambar 23. SA Blok
  • 23. Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya penghantaran impuls : b. AV Block Derajat 1 Kriteria : i. Irama : Teratur ii. Frekuensi : 60-100x/mnt iii. Gelombang P : Normal, gelombang P diikuti gelombang QRS iv. Interval PR : Memanjang 0,20 detik v. Gelombang QRS : Normal Gambar 24. AV Blok derajat I
  • 24. Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya penghantaran impuls : c. AV Block Derajat II  Tipe Mobitz 1 Kriteria : i. Irama : Tidak Teratur ii. Frekuensi : 60-100x/mnt atau < 60x/mnt iii. Gelombang P : Normal, ada satu gelombang P yang tidak diikuti gelombang QRS dalam 1 siklus iv. Interval PR : Makin lama makin panjang sampai ada gelombang P yang tidak diikut gelombang QRS, kemudian siklus berulang i. Gelombang QRS : Normal Gambar 25. AV Blok Derajat 2 Mobitz 1
  • 25. Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya penghantaran impuls : c. AV Block Derajat II  Tipe Mobitz 2 Kriteria : i. Irama : Tidak Teratur ii. Frekuensi : 60x/mnt iii. Gelombang P : Normal, ada satu atau lebih gelombang P yang tidak diikuti gelombang QRS iv. Interval PR : Normal / memanjang secara konstan kemudian ada blok v. Gelombang QRS : Normal Gambar 26. AV Blok Derajat 2 Mobitz 2
  • 26. Klasifikasi Aritmia berdasarkan terganggunya penghantaran impuls : d. AV Block Derajat 3 ( Total AVB) Kriteria : Irama : Teratur Frekuensi : < 60x/mnt Gelombang P : Normal, gelombang P dan gelombang QRS berdiri sendiri-sendiri sehingga gelombag P kadang diikuti, kadang tidak Interval PR : Berubah ubah / tidak ada Gelombang QRS : Normal > 0,12 detik Gambar 27. AV Blok Derajat 3
  • 27. Disritmia : target perubahan sekunder pada channel ion jantung serta reseptor adrenergic. Potensial aksi dibagi menjadi 5 fase yaitu fase 0-4 :7,11,10 a. Fase 0  periode awal potensial aksi terjadi  konduksi pada jaringan jantung. Pada atrium dan ventrikel impuls jantung berasal dari ion channel natrium, sedangkan fase 0 pada sinoatrial (SA) node dan atrioventricular (AV) node impuls jantung diperankan oleh ion channel kasium. b. Fase 1-4  periode repolarisasi - Plateu diperankan oleh ion channel kalsium ( Fase 2) - Akhir repolarisasi diperankan oleh ion channel kalium ( Fase 3) - Saat terjadi fase 4 , nodal cells mengalami depolarisasi spontan saat atrium dan ventrikel mengalami hiperpolarisasi. Patofisiologi
  • 28. Patofisiologi Aksi Potensial Jantung. Angka pada kurva menunjukkan lima fase potensial aksi. Fase 0 sebagai fase depolarisasi. Fase 1-3 sebagai fase repolarisasi. Fase 4 sebagai fase istirahat.
  • 29. 1) Meningkatnya automatisasi saat terjadi pengurangan potensial aksi ataupun meningkatkan fase depolarisasi 2) Aktivitas yang mencetusnya terjadinya depolarisasi pada fase 4 saat terjadi potensial aksi 3) Circus movement atau re-entry Re-entry ini dapat terjadi apabila :  Adanya 2 jalur konduksi  Adanya blockage yang tidak terarah dari salah satu pathway sehingga mencegah progresifitas konduksi impuls namun menimbulkan adanya konduksi retrograde  Pengurangan kecepatan konduks impuls sehingga memberikan waktu untuk konduksi impuls lain mengalami depolarisasi Mekanisme terjadinya aritmia dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
  • 30. 1) Meningkatnya automatisasi saat terjadi pengurangan potensial aksi ataupun meningkatkan fase depolarisasi 2) Aktivitas yang mencetusnya terjadinya depolarisasi pada fase 4 saat terjadi potensial aksi 3) Circus movement atau re-entry Re-entry ini dapat terjadi apabila :  Adanya 2 jalur konduksi  Adanya blockage yang tidak terarah dari salah satu pathway sehingga mencegah progresifitas konduksi impuls namun menimbulkan adanya konduksi retrograde  Pengurangan kecepatan konduks impuls sehingga memberikan waktu untuk konduksi impuls lain mengalami depolarisasi Mekanisme terjadinya aritmia dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
  • 31. Class I MEDICINE Class IA : Quinidine, Procainamide Class IB : Lidocaine, Mexitiline Class IC : Flecainide, Propafenone Class II MEDICINE Golongan obat class II mempunyai mekanisme berikatan dengan reseptor adrenergic sehingga memberikan stimulasi pada sistem saraf simpatis pada elektrofisiologi jantung.(β- blockers). Class III MEDICINE Golongan obat class III berperan dalam memblock channel ion kalium dan meningkatkan periode refrakter. Class IV ( Diltiazem & Verapamil). Golongan obat class IV berperan dalam memblock channel ion kalsium dan menyebabkan depolarisasi primer via channel ion kalsium pada area SA dan AV node. Tatalaksana Aritmia
  • 32. Digitalis Glycosides & Vagomimetic Drugs Farmakodinamik : membatasi konduksi jantung melalui AV node dengan memberikan efek positif inotropic pada ventrikel jantung. Indikasi : Infant Wolff-Parkinson-White-Syndrome, SVT Kontra- Indikasi : Wolff-Parkinson-White-Syndrome pada usia > 65 thn Adenosine Farmakodinamik : Berikatan dengan adenosine receptor yang berlokasi pada myosit atrium, SA node dan AV node melalui G-protein. Stimulasi hiperpolarisasi membrane potensial, menurunkan fase 4 depolarisasi Indikasi : SVT ( AV node) Kontra- Indikasi : Riwayat asma, PPOK Dosis : 6mg bolus diikut flush 20cc NaCl 0,9% dengan tangan ditinggikan Magnesium Sulfat Indikasi : Torsades de Pointes Farmakodinamik : menghambat channel ion kalsium pada atrium dan ventrikel setelah fase depolarisasi Dosis : 1-2gr IV/IO diencerkan dalam 10 mL D5% atau NaCl 0,9% , diberikan secara bolus 5-20 menit Efek Samping : hiporefleksi Tatalaksana Aritmia Lainnya
  • 33. Algoritma penatalaksanaan aritmia diutamakan pada pasien tanpa nadi yang tidak tertangani dengan tindakan RJP, termasuk setelah diberikan shock pertama dari AED. Algoritma ini terdiri dari dua jalur :12 a. Irama shockable (VT tanpa nadi/VF) b. Irama non-shockable ( asystole/PEA) Gambar 34. Algoritma Takikardia
  • 34. Gambar 34. Algoritma Bradikardia
  • 35. Atrial Fibrilasi Fibrilasi atrium (FA) adalah takiaritmia supraventrikular yang khas, dengan aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi mekanis atrium.
  • 36. Ciri-ciri FA pada gambaran EKG umumnya sebagai berikut13,14 : 1 2 3 EKG permukaan menunjukkan pola interval RR yang ireguler Tidak dijumpainya gelombang P yang jelas pada EKG permukaan. Kadang- kadang dapat terlihat aktivitas atrium yang ireguler pada, paling sering pada sadapan V1. Interval antara dua gelombang aktivasi atrium tersebut biasanya bervariasi, umumnya kecepatannya melebihi 450x/ menit.
  • 37. Klasifikasi secara klinis FA dapat dibedakan menjadi lima jenis menurut waktu presentasi dan durasinya, yaitu : 14 FA yang pertama kali terdiagnosis : pasien yang pertama kali datang dengan manifestasi klinis FA, tanpa memandang durasi atau berat ringannya gejala yang muncul. 1 2 FA paroksismal : adalah FA yang mengalami terminasi spontan dalam 48 jam, namun dapat berlanjut hingga 7 hari. 3 FA persisten adalah FA dengan episode menetap hingga lebih dari 7 hari atau FA yang memerlukan kardioversi dengan obat atau listrik. FA persisten lama (long standing persistent) adalah FA yang bertahan hingga ≥1 tahun, dan strategi kendali irama masih akan diterapkan. 4 5 FA permanen merupakan FA yang ditetapkan sebagai permanen oleh dokter (dan pasien) sehingga strategi kendali irama sudah tidak digunakan lagi. Apabila strategi kendali irama masih digunakan maka FA masuk ke kategori FA persisten lama.
  • 38. Berdasarkan kecepatan laju respon ventrikel (interval RR) maka FA dapat dibedakan menjadi: 14,15 1. FA dengan respon ventrikel cepat: Laju ventrikel >100x/ menit Gambar 36. Atrial Fibrilasi Rapid 2. FA dengan respon ventrikel normal: Laju ventrikel 60- 100x/menit Gambar 37. Atrial Fibrilasi Normo
  • 39. Berdasarkan kecepatan laju respon ventrikel (interval RR) maka FA dapat dibedakan menjadi: 14,15 3. FA dengan respon ventrikel lambat: Laju ventrikel <60x/menit Gambar 38. Atrial Fibrilasi Slow
  • 40.
  • 41. Triggers AF ;  Iskemia atrium  Peradangan  Alkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang  Stres hemodinamik  Gangguan neurologis dan endokrin  Usia lanjut  Faktor genetik
  • 42. 1 2 Pemeriksaan fisis selalu dimulai dengan pemeriksaan jalan nafas (Airway), pernafasan (Breathing) dan sirkulasi (Circulation) dan tanda-tanda vital, untuk mengarahkan tindak lanjut terhadap FA19 3 Lab, EKG, Foto Thorax, Ekokardiografi transtorakal (ETT), Ekokardiografi transesofageal (ETE) , Computed tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI) Anamnesis Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan Penunjang Penegakan Diagnosis AF
  • 43. Gambar 43. Pemeriksaan tambahan pada pasien AF16
  • 44. Skor Simtom yang disebut skor EHRA (European Heart Rhythym Association). Skor yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan gejala selama penanganan AF. Hanya memperhitungkan derajat gejala yang benar-benar disebabkan oleh AF.
  • 45. Gambar 44. Manajemen terapi pada pasien dengan fibrilasi atrium Menurut ESC 202021
  • 46. Gambar 45. AF 3 – step pathway22
  • 47. Gambar 47. Faktor Resiko Kejadian Perdarahan Pada Terapi Anti – Koagulan Oral dan Anti – Platelet22
  • 48. Gambar 48. Skoring HAS – BLED22
  • 49. Gambar 49. Terapi Rate Kontrol22
  • 50. Gambar 50. Strategi Terapi Kontrol Ritme22
  • 51. Gambar 52. Pemilihan Obat Rate Kontrol22
  • 52. Gambar 53. Kardio Versi Pada Fibrilasi Atrium22
  • 53. Gambar 54. Tujuan Observasi Lanjutan Pasca Kardioversi Pada Fibrilasi Atrium
  • 54.  Aritmia masalah dengan laju atau irama detak jantung. Selama aritmia, jantung bisa berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau dengan ritme yang tidak teratur. Kebanyakan aritmia tidak berbahaya, namun beberapa bisa menjadi serius atau bahkan mengancam nyawa. Selama aritmia, jantung mungkin tidak dapat memompa cukup darah ke tubuh. Kekurangan aliran darah bisa merusak otak, jantung, dan organ lainnya.  Atrial fibrillation (AF) adalah tipe yang paling umum dari aritmia. Melibatkan kontraksi atrium yang sangat cepat dan tidak teratur.  Tata laksana umum pada pasien AF mempunyai 5 tujuan yaitu pencegahan kejadian tromboemboli, mengatasi simtom terkait AF, tata laksana optimal terhadap penyakit kardiovaskular yang menyertai, mengontrol laju jantung, dan memperbaiki gangguan irama. Kesimpulan
  • 55. 1. Karpawich, P. P. (2015). Atrial Arrhythmias in Adults with Repaired Congenital Heart Disease. Journal of Clinical Trials in Cardiology, 2(3), 1–5. https://doi.org/10.15226/2374-6882/2/3/00129 2. Luz, E.J. da S., Schwartz, W.R., Cámara-Chávez, G. and Menotti, D. (2016). ECG-based heartbeat classification for arrhythmia detection: A survey. Computer Methods and Programs in Biomedicine, 127, pp.144–164. 3. Lei, M., Wu, L., Terrar, D. A., & Huang, C. L.-H. . (2018). Modernized Classification of Cardiac Antiarrhythmic Drugs. Circulation, 138(17), 1879–1896. https://doi.org/10.1161/circulationaha.118.035455 4. Fischbach, P. S. (2017). Pharmacology of Antiarrhythmic Agents. In Developments in Cardiovascular Medicine (pp. 267–288). Springer US. 5. DIAGNOSIS dan TERAPI ARITMIA oleh INTERNIS. (n.d.). [online] Available at: https://www.papdi.or.id/pdfs/701/FINAL%202%20DIAGNOSIS%20%20ARITMIA%20Oleh%20Internis%20.pdf. 6. Overview of Arrhythmias. (n.d.). MSD Manual Professional Edition. Retrieved April 26, 2022, from https://www.msdmanuals.com/professional/cardiovascular- disorders/arrhythmias-and-conduction-disorders/overview-of-arrhythmias 7. Lorentz, M. N., & Vianna, B. S. B. (2011). Cardiac Dysrhythmias and Anesthesia. Brazilian Journal of Anesthesiology, 61(6), 798–813. https://doi.org/10.1016/s0034-7094(11)70090-3 8. Kwon, C.H. and Kim, S.-H. (2017). Intraoperative management of critical arrhythmia. Korean Journal of Anesthesiology, 70(2), p.120. 9. Tagney, J. (2008). Pharmacology in arrhythmia care’ Antiarrhythmic Drugs. A practical guide (2nd edn) Richard N Fogoros ISBN: 9781405163514 Blackwell Futura, 2017 192 pages, £36.99. British Journal of Cardiac Nursing, 3(11), pp.539–540. 10. Lorentz, M.N. and Vianna, B.S.B. (2011). Disritmias cardíacas e anestesia. Revista Brasileira de Anestesiologia, 61(6), pp.805–813. Daftar Pustaka
  • 56. 11. Papelbaum, B. (2020). Synopsis of Most Relevant Articles on Cardiac Arrhythmias. Journal of Cardiac Arrhythmias, 32(4), pp.291–294. 12. Updated AHA Basic and Advanced Cardiac Life Support guidance with COVID-19 considerations. (2022). 52(3), pp.33–34. 13. Anggrahini NS. Laki-laki usia 59 Dengan Atrial Fibrilasi: Laporan Kasus. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. ISSN: 2721-2882 14. Nesheiwat Z, Goyal A, Jagtap M. Atrial Fibrillation. [Updated 2021 Nov 28]. In: StatPearls [Internet]. Cited on 20 April 2022. 15. Gutierrez C. Diagnosis and Treatment of Atrial Fibrillation. AAFP/.2016; 94(6) 16. A Report of the American College of Cardiology/ American Heart Association Task Force on Practice Guidelines and Heart Rythm Society. ACC/AHA/ESC Guidelines for the Management of Patients With Atrial Fibrillation : Executive Summary. Journal of the American College of Cardiology. 2014;64(21) 17. Defaye P, Dournaux F, Mouton E. Prevalence of supraventricular arrhythmias from the automated analysis of data stored in the DDD pacemakers of 617 patients: the AIDA study. The AIDA Multicenter Study Group. Automatic Interpretation for Diagnosis Assistance. Pacing and clinical electrophysiology : PACE. 1998;21:250-5. 32. 18. Lilly, L.S. 2011. Pathophysiology of Heart Disease – A Collaborative Project of Medical Students and Faculty 5th ed. Lippincott & Wilkins. 19.Atrial Fibrillation Clinical Presentation. 2013. (Accessed Feb 9, 2022, at http://emedicine. medscape.com/article/151066-clinical.) 20.Van den Bos EJ, Constantinescu AA, van Domburg RT, Akin S, Jordaens LJ, Kofflard MJ. Minor elevations in troponin I are associated with mortality and adverse cardiac events in patients with atrial fibrillation. European heart journal 2011;32:611- 7. 21.Kotalczyk A. Corrigendum to: 2020 ESC Guidelines for the diagnosis and management of atrial fibrillation developed in collaboration with the European Association of Cardio-Thoracic Surgery (EACTS). 22.Hindricks G, Potpara T, Dagres N, Arbelo E, Bax JJ, Blomström-Lundqvist C, et al. 2020 ESC Guidelines for the diagnosis and management of atrial fibrillation developed in collaboration with the European Association for Cardio-Thoracic Surgery (EACTS). Daftar Pustaka