Dokumen tersebut membahas tentang elektrokardiografi (EKG) yang merupakan ilmu yang mempelajari kelistrikan jantung dan merupakan salah satu penunjang pemeriksaan. Dokumen ini menjelaskan tentang berbagai komponen EKG seperti elektrode, lead, kertas EKG, dan pola pembacaan EKG serta menjelaskan berbagai jenis aritmia seperti sinus node aritmia, aritmia atrial, dan aritmia ventrikel.
9. Lead Bipolar (I,II,III)
Meliputi lead I, II, III
sandapan bipolar
Lead I : mengukur antara RA (+) dan LA(-).
Lead II : antara RA (-) dengan LF (+)
Lead III : antara LA (-) dengan LF (+)
9
12. Precordial
12
V1 : SIC 4 garis sternal dextra
V2 : SIC 4 garis sternal sinistra
V3 : antara V2 dan V4
V4 : SIC 5 garis midclavicular sinistra
V5 : SIC 5 garis aksilaris anterior sinistra
V6 : SIC 5 garis aksilaris media sinistra
14. Kertas EKG
Merupakan kertas grafik horisontal dan vertikal
dengan jarak 1 mm (kotak kecil/kk)
Setiap 5 kotak kecil (5 mm) menjadi 1 (kotak besar/kb)
Garis horisontal menunjukkan waktu :
1 kotak kecil = 0,04 detik
1 kotak besar = 5 x 0,04 det = 0,20 detik
Garis vertikal menggambarkan voltage
1 mm = 0,1 mVolt
14
15. Kertas EKG
Kecepatan = waktu (horisontal)
kecepatan kertas NORMAL 25 mm/detik
bisa dirubah menjadi 50 mm/detik
Kalibrasi voltase (vertikal)
NORMAL defleksi 10 mm = 1 mV
15
Setiap perubahan setting
dari normal harus dicatat
16. Pola Membaca EKG
Irama
Rate QRS
Aksis QRS
Morfologi Gelombang P
Interval PR
Durasi QRS
Morfologi QRS
Deviasi Segmen ST
Morfologi Gelombang T
Morfologi Gelombang U
Lain-lain (LVH,LV Strain,BBB,
QT interval)
Kesimpulan EKG
Nilai Normal :
Interval PR 0,12’’ s/d 0,20’’
Durasi QRS 0,04’’ s/d 0,12’’
Aksis Normal - 300 s/d + 1100
20. Gelombang P
merupakan depolarisasi (kontraksi) atrium
Normal :
Lebar kurang dari
0,12 detik
Tinggi kurang dari
0,3 mV
Positif pada sandapan lateral kiri dan inferior
Bifasik pada lead III dan V1
Defleksi ke atas (+) di lead II, terbalik (-) di aVR
20
22. PR interval
Menggambarkan waktu dari mulai depolarisasi atrium
sampai awal depolarisasi ventrikel
PR interval normal 0,12 – 0,20 detik (3-5 mm)
24. Gelombang q
Awal depolarisasi ventrikel
Depolarisasi septum interventrikulare
dari kiri ke kanan
Depolarisasi negatif I dari kompleks QRS
Q patologis – OMI
- Ciri gel. Q patologis
- lebar ≥ 0,04 detik (1 mm)
- dalamnya > 25% amplitudo gel. R
- (> 1/3 R)
25. Gelombang r
Defleksi positif pertama pada kompleks QRS
R patologis, menunjukkan adanya hipertrofi
ventrikel, tanda-tanda bundle branch block
26. Gelombang s
Defleksi negatif setelah gelombang r
Depolarisasi ventrikel
s patologis, menunjukkan adanya hipertrofi
ventrikel, tanda-tanda bundle branch block
27. KOMPLEKS QRS
Komplek QRS
Gambaran depolarisasi
ventrikel
Normal :
Lebar 0,06 –0,12 det
Tinggi tergantung lead
27
28. Gelombang T
Gambaran repolarisasi
(istirahat) dari ventrikel
Positip di I, II, V3-V6
28
29. Pola Membaca EKG
Irama
Rate QRS
Aksis QRS
Morfologi Gelombang P
Interval PR
Durasi QRS
Morfologi QRS
Deviasi Segmen ST
Morfologi Gelombang T
Morfologi Gelombang U
Lain-lain (LVH,LV Strain,BBB, QT interval)
Kesimpulan EKG
Nilai Normal :
Interval PR 0,12’’ s/d 0,20’’
Durasi QRS 0,04’’ s/d 0,12’’
Aksis Normal - 300 s/d + 1100
36. MEKANISME ARITMIA:
1. Gangguan Pembentukan Impuls:
a. Otomatisasi abnormal
b. Triggered activity
c. Delayed afterdepolarization
2. Gangguan Hantaran (Konduksi):
a. Blok satu arah (SA dan AV blok)
b. Blok satu arah dgn reentry (AVNRT dan AVRT)--
--paling sering
37. KLASSIFIKASI:
1. Berdasarkan laju nadi:
a. Takiaritmia: >100 x/mnt
b. Bradiaritmia: <100 x/mnt
2. Berdasarkan asal fokus:
a. Sinus Node aritmia
b. Atrial aritmia
c. Junctional aritmia
d. Ventrikel aritmia
3. Gangguan konduksi:
a. Henti sinus (sinus arrest) dan block
b. Blok atrioventrikuler
c. Blok intraventrikuler
38. TERMINOLOGI DASAR
Gelombang P yg berasal dari SA node (P sinus) :
positif di II dan negatif di aVR
Gelombang P atrial:bentuk gelombang P
berbeda dgn P sinus. Positif di II dan negatif di
aVR
Gelombang P nodal (junctional): Bisa di depan,
di dalam, dan di belakang QRS. Negatif di II dan
positif di aVR
40. 1. Sinus Aritmia:
a. Irama dasar sinus dgn variasi laju jantung
yg bersifat fasik
b. Kriteria:
- Bentuk gel P normal (sinus) PR int
normal
- Variasi RR interval oleh respirasi
Sinus Node Aritmia
41.
42. 2. Sinus Takikardia:
a. Irama dasar sinus dgn laju jantung >100 x/mnt
b. Kriteria:
- Irama teratur dgn laju > 100x/mnt
- Bentuk gel P normal (sinus) di
depan kompleks QRS
Sinus Node Aritmia
44. 3. Sinus Bradikardia:
a. Irama dasar sinus dgn laju jantung <60x/mnt
b. Kriteria:
- Irama teratur dgn laju < 60x/mnt
- Bentuk gel P normal (sinus) di
depan kompleks QRS
Sinus Node Aritmia
47. Atrial Flutter
1. Takikardia dgn laju atrium 250-350 x/mnt
Biasanya konduksi AV 2:1atau 3 :1.
Mekanisme: suatu macroreentrant
Pada counterclockwise type (typical type) terlihat
gambaran mata gergaji pada EKG permukaan
2. Kriteria:
a. Laju atrium 250-350 x/mnt
b. Terlihat gelombang flutter (tdk ada garis
isoelektrik di antara2 gelombang P)
c. Laju ventrikel bisa teratur dan tdk teratur
50. Kepentingan Klinis
Diagnosis banding dengan AF kasar (coarse AF)
Bisa ditemukan pada jantung normal atau dgn
kelainan anatomi
Terapi obat kontrol irama (rhythm control): golongan
I atau III
Terapi obat kontrol laju (rate control): verapamil,
digoxin, dan penyekat beta
Ablasi kateter: angka keberhasilan 90%
51. Atrial Fibrillasi:
1. Akibat fokus ektopik multipel atau sirkuit reentri yg
cepat di atrium
2. Kriteria:
a. Laju gelombang P 350-360 x/mnt
sangat tdk teratur
b. Laju ventrikel (kompleks QRS) tdk
teratur
52. Klassifikasi AF:
1. Berdasarkan respons ventrikel:
a. AF rapid response: laju ventrikel
>100 x/mnt
b. AF normo response: laju ventrikel
<100 x/mnt
c. AF slow response: laju ventrikel
<60 x/mnt
54. Klassifikasi AF:
3. Berdasarkan waktu dan perjalanannya:
a. AF Paroksismal: menjadi SR secara spontan.
Berlangsung < 48 jam
b. AF Persisten: hanya dpt dikonversi ke SR dgn
obat atau kardioversi. Berlangsung > 48 jam- <1
thn
c. AF long standing persiten > 1 thn
c. AF Permanen: dokter dan pasien sepakat utk
tdk rate control saja
56. Kepentingan Klinis
Dapat menyebabkan tromboemboli: antikoagulan
Terapi rhythm control: golongan I atau III
Terapi rate control: verapamil, digoxin, dan beta
blocker
Kardioversi eksterna: AF paroksismal dan
persisten
Ablasi kateter fokal: pada fokus di vena
pulmonalis saja
58. Accelerated Junctional tachycardia
1. Berasal dari fokus ektopik di AV junction
2. Kriteria:
a. Laju 60-150 x/mnt
b. Gelombang P junctional umumnya tdk
terlihat
c. Kompleks QRS normal dan teratur
60. Junctional Tachycardia
1. Disebabkan oleh sirkuit reentri pd AV junction.
Istilah umum: SVT
2. Klassifikasi:
a. AV Nodal Reentrant Tachycardia
(AVNRT)
b. AV Reciprocating Tachycardia
(AVRT)
62. 1. Takikardia dgn QRS sempit dgn laju 160-240
x/mnt
2. Kriteria:
a. Kompleks QRS sempit, sangat teratur
b. Gel P tdk terlihat krn terkubur di dalam
kompleks QRS
c. Bila gel P terlihat di akhir QRS seperti
gambaran iskemia
AV Nodal Reentrant Tachycardia
(AVNRT)
64. Kepentingan Klinis
Penderita: usia muda, jantung normal
Diagnosis: EKG saat serangan
Saat akut di IGD: valsava manouevre adenosine
atau verapamil intravena
Bila frekuensi serangan jarang: obat oral verapamil,
beta blocker, atau digoxin
Simptomatik dgn obat: ablasi kateter
65. 1. Takikardia dgn QRS sempit dgn laju 160-240
x/mnt, disebabkan oleh accessory pathway
2. Kriteria:
a. Kompleks QRS sempit (pada tipe ortodromik)
dan sangat teratur
b. Gel P berada setelah kompleks QRS pada awal
gelombang T
c. Pada tipe antidromik QRS lebar
AV Reciprocating Tachycardia (AVRT)
66. Re-entry pada Accessory Pathway
(Ortodromic Reciprocating Tachycardia)
ORT
II/III/AVF
P negatif
68. Kepentingan Klinis
Diagnosis banding: AVNRT
Sebagian penderita dgn jantung normal dan
sebagian dgn sindroma WPW (terdapat jaras
tambahan/accessory pathway ) dgn gelombang
delta pada EKG saat irama sinus
Tatalaksana saat akut: adenosine, verapamil
intravena. Dapat juga golongan III yg bekerja di
accesory pathway
Non-farmakologis: ablasi kateter
70. Ventricular Extrasystole (VES)
1. VES krn adanya fokus ektopik pd ventrikel yg
muncul lbh awal dari irama dasar
2. Kriteria:
a. Laju nadi sesuai irama dasar
b. Irama tdk teratur dgn kompleks QRS lebar
c. Gel P tdk ada. Bila terlihat biasanya tdk ada
hubungan dgn kompleks QRS
d. Terdapat perubahan ST-T sekunder
e. Tdpt fully compensatory pause
72. Klassifikasi:
1. VES jarang: < 5x/mnt
2. VES sering: > 5x/mnt
3. VES bigemini: muncul pd tiap denyutan kedua
4. VES salvo : bila dua VES berkelompok
5. VES multifokal: bentuk berbeda dlm satu
sandapan
6. Fenomena R on T: VES muncul pada down-
slope gelombang T
74. Kepentingan Klinis
Asal fokus tergantung morfologi QRS kompleks
Morfologi LBBB dari ventrikel kanan, RBBB dari ventrikel
kiri
Data tambahan: jantung normal atau tidak, Adakah
sindroma long QT
Tehnik diagnosis: EKG, Holter, treadmil (exercised
induced VT)
Tatalaksana:bila pd treadmill VES hilang, reassurance.
Bila pd treadmill VES muncul maka biasanya VES dari
RVOT: obat atau ablasi
75. Takikardia Ventrikel
1. Tdpt tiga atau lebih VES
2. Fokus dpt brasal dari ventrikel kiri atau kanan
3. Kriteria:
a. Laju nadi 120-300 x/mnt
b. Kompleks QRS lebar, bizarre, dan tdk
teratur
c. Tdp gel P soliter (AV disosiasi)
d. Tdpt captured dan fusion beat
78. Klassifikasi Klinis:
1. VT idiopatik: struktur jantung normal
a. RVOT (right ventricular outflow tract)
b. ILVT (Idiopathic left ventricular tachycardia)
2. VT pd Kardiomiopati Idiopatik
3. VT iskemik: krn CAD dan IMA
79. Right Ventricular Outflow Tract (RVOT) VT
Takikardi QRS lebar, morfologi LBBB, aksis inferior/Normal
Anatomi jantung normal
80. Kepentingan Klinis
Biasanya tercetus dgn latihan fisik
Prognosis baik (benigna) dan hampir tdk pernah
menyebabkan sudden death
Dapat diberikan beta-blocker: metoprolol 2 x 50 mg
atau 2 x 100 mg per hari
Bila obat refrakter: ablasi kateter
81. Ventrikel Fibrillasi
1. Berasal dari sejumlah fokus ektopik di ventrikel
dgn gelombang fibrilasi yg cepat
2. Kriteria:
a. Irama sangat tdk teratur
b. Tdk ada laju ventrikel yg terkordinasi
82.
83. Asistole Ventrikel
1. Hilangnya aktivitas listrik di ventrikel oleh bbrp
sebab
2. Kriteria:
a. Laju nadi dan irama tdk terdeteksi
b. Gel P bisa ada atau tdk ada
c. Kompleks QRS hilang
85. SA Node block
1. Ggn hantaran impuls dari SA node ke jaringan
atrium
2. Kriteria:
a. Jarak antara gel P sebelum pause sampai gel P
pertama sesudah pause adalah perkalian bilangan
bulat
86. SA Node Arrest
1. Kegagalan otomatisitas dari SA node. Klinis sulit
dibedakan dgn SA block
2. Kriteria:
a. Jarak antara gel P sebelum pause sampai gel P
pertama sesudah pause bukan perkalian bilangan
bulat
88. Kepentingan Klinis
Sering disebabkan oleh obat antiaritmia
Gejala: sinkope, pusing, lekas lelah dan kadang-
kadang TIA
Indikasi pemasangan pacu jantung permanen
89. Blok Atrioventrikuler (AV block)
1. Penyebab tersering:
a. Obat
b. Degeneratif
c. Efek samping operasi
2. Gejala
a. Pusing, lemas
b. Near syncope
c. Syncope
93. Blok AV derajat 2
1. Tidak semua impuls dari atrium dpt dihantarkan ke
AV node dan His-Purkinje
2. Klassifikasi:
a. Tipe Mobizt I (Wenckebach)
b. Tipe Mobizt II
94. Tipe Wenckebach
1. Lokasi kelainan di tingkat AV node
2. Kriteria:
a. Pemanjangan PR interval secara progressif
b. Satu dari bbrp gel P tdk dpt dihantarkan ke
ventrikel
c. PR interval terpendek segera setelah blok
d. Kompleks QRS normal
96. Tipe Mobizt II
1. Terdapat hambatan impuls dari atrium yg
intermitten. Lokasi kelainan infranodal
2. Kriteria:
a. Satu dari bbrp gel P tdk dpt diteruskan
b. Interval PR konstan
c. Kompleks QRS bisa normal atau lebar
98. Blok AV deajat 3 (Complete Heart Block)
1. Impuls dari atrium tdk dpt mencapai ventrikel.
Laju ventrikel tergantung pada pacemaker
cadangan.
2. Kriteria:
a. Tdk ada hubungan antara gel P dgn QRS
(AV disosiasi)
b. Laju atrium > laju ventrikel
c. Bentuk QRS tergantung pada lokasi escape
beat (AV junction normal , ventrikel lebar)
100. Kepentingan Klinis:
Blok AV derajat 1 biasanya tdk perlu terapi. Hati-
hati dgn obat digitalis dan penyekat beta
Blok AV derajat 2 tipe 1: biasanaaya akibat
infark miokard akut
Blok AV derajat 2 tipe 2: lebih berbahaya dan
cendrung menjadi total AV blok
Blok AV derajat 3: sering tdk stabil dan
memerlukan pacu jantung sementara amergensi