13. Tips Interpretasi EKG
• Regularitas (Irama)
• Frekuensi (Rate)
• Axis
• Gel. P
• PR Interval
• Kompleks QRS
• ST Segmen
• Gel. T
• LAIN – LAIN (ABNORMALITAS)
• KESAN
14. Ada QRS ??
QRS teratur atau tidak ??
QRS sempit / lebar
Terdapat gelombang P ?
P diikuti QRS ??
Menentukan Irama
15. Irama jantung normal : dari nodus SA (
SinoAtrial ) à irama sinus ( Normo Sinus
Rhythm ).
Kriteria irama sinus normal :
Irama : teratur.
Frekwensi jantung : 60 – 100 x/ menit
Gelombang P : normal, setiap gelombang P
selalu diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR : normal ( 0,12 – 0,20 detik )
Gelombang QRS : normal ( 0,06 – 0,12 )
detik.
16. Menentukan Frekuensi Jantung
Tentukan satu gelombang R ( atau P )
Cari puncak gelombang R ( atau P ) berikutnya.
Hitung jarak antara R pertama dan kedua dalam ukuran
kotak besar ( begitu juga gelombang P )
Frekwensi jantung dihitung dengan rumus :
a. 300
Jumlah kotak sedang antara R – R ATAU
b. 1500
Jumlah kotak kecil antara R - R
c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS
kemudian dikalikan 10. Atau ambil EKG 12 detik,
hitung jumlah QRS kemudian dikalikan 5 (Aritmia)
Metode lain, adalah "count off" method. Dengan menghitung
jumlah kotak besar diantara gelombang R mengikuti rate:
300 - 150 - 100 - 75 - 60. Sebagai contoh jika ada 3 kotak besar
diantara gelombang R denyut jantung adalah 100 denyut/min.
17. • Jumlah QRS dalam 6 detik (30 KS) x 10
Rate pada R-R tidak reguler
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24. GELOMBANG P
Gambaran aktivitas depolarisasi atrium.
Nilai normal - lebar 0,12 detik ( 3 mm )
- tinggi 0,3 mV ( 3 mm )
- selalu positif di lead II
- selalu negatif di lead aVR
Kepentingan
• Aktivitas atrium
• Arah aktivitas atrium
• Tanda-tanda hipertrofi atrium
paling jelas II dan V1 ß impuls gelombang P sejajar dengan II,
elektroda V1 paling dekat dg atrium kanan.
27. INTERVAL PR
• = penjumlahan dari waktu depolarisasi atrium
dan waktu perlambatan dari nodus AV
• Diukur dari permulaan P à permulaan
kompleks QRS
• Nilai normal : 0,12 – 0,20 detik. ditentukan
oleh frekwensi jantung (denyut jantung
lambat à interval PR memanjang.
• PR < 0,12 detik sindroma WPW.
• PR > 0,20 detik blok AV
• PR berubah-ubah : wondering pacemaker.
28. GELOMBANG Q
defleksi kebawah pertama dari kompleks QRS.
• Menggambarkan awal dari fase depolarisasi
ventrikel
• Nilai normal :
Lebar 0,04 detik
Dalam < 1/3 tinggi R
Pada aVR
Gelombang Q Pathologis ( abnormal ) :
Lebar < 0,04 detik
Dalam > 25 % amplitudo gelombang R
Kepentingan : adanya nekrosis miokard ( infark
miokard )
30. GELOMBANG R
Defleksi positip pertama pada kompleks
QRS
• Menggambarkan fase depolarisasi ventrikel
• Positip di L I, L II, V5 dan V6
• aVR, V1, V2 biasanya kecil/ tidak ada sama
sekali.
• Kepentingan :
• Menggambarkan adanya hipertrofi ventrikel
• Adanya tanda-tanda BBB ( Bundle Branch
Block )
31. GELOMBANG S
Defleksi negatip setelah gelombang R
- Menggambarkan fase depolarisasi
ventrikel
- aVR, V1 dan V2 terlihat lebih dalam
- V4, V5 dan V6 makin berkurang
dalamnya.
- Kepentingan : hampir sama dengan
gelombang R.
32. KOMPLEKS QRS
• Menggambarkan proses
depolarisasi ventrikel
• Nilai normal :
• lebar 0,06 – 0,12 detik
• Tinggi tergantung sadapan
lead
33. • Morfologi
• Durasi
• Amplitudo:
–R wave progression
–V1: Amplitudo R, Amplitudo S RVH
(R/S <1) , RV strain
–V5-V6 : Amplitudo R tertinggi LVH (R
V5/V6 + S V1 > 35 mm), LV strain
KOMPLEKS QRS
34. INTERVAL QRS
• gambaran lamanya aktifitas depolarisasi
ventrikel.
• Diukur dari permulaan Q akhir S
• Nilai normal : < 0,12 detik
• Interval QRS 0,12 detik, pada :
• Blok cabang berkas ( Bundle Branch
Block )
• Hiperkalemia.
36. INTERVAL QT
• Merupakan gambaran lamanya aktivitas
depolarisasi dan repolarisasi ventrikel.
• Diukur dari permulaan gelombang Q
sampai dengan akhir gelombang T
• Nilai dipengaruhi oleh frekwensi jantung
37. SEGMEN ST
• Diukur dari akhir gelombang S sampai
permulaan gelombang T ditentukan dari
letak J point
• Normal : isoelektris (– 0,5 mm s/d + 2 mm )
• ST elevasi, terdapat pada :
• Infak miokard
• Aneurisma
• Perikarditis
• ST depresi, terdapat pada :
• Angina pectoris
• Efek digitalis
38. • ST Elevasi ?
– Kriteria J point
• Laki-laki V1-V4 ≥2 mm
• Perempuan V1-V4 ≥ 1,5 mm
• Lead lain ≥ 1 mm
– Menandakan :
• Fase injury transmural STEMI
• Pericarditis Semua lead
• Ventrikel Aneurysm Riwayat MI
ST segment
39. • ST Depresi ?
– Kriteria: depresi J point ≥ 1mm
– Iskemia subendocardium
– 3 tipe:
• Upsloping
• Horizontal
• Downsloping
ST segment
40. GELOMBANG T
fase repolarisasi ventrikel
• Selalu positip, kecuali di aVR
• Amplitudo normal :
• 1. < 10 mm di sadapan prekordial
• 2. < 5 mm di sadapan ekstremitas
• 3. Minimum 1 mm
• Kepentingan :
• Menggambarkan adanya iskemia/ infark
• Adanya kelainan elektrolit
49. Aritmia yang disebabkan oleh
gangguan penghantaran impuls
• Nodus SA
Blok Sinoatrial ( SA Block )
• Nodus AV
Blok AV derajat 1 ( First Degree AV Block )
Blok AV derajat 2 ( Second Degree AV Block )
Tipe Mobitz I ( Wenckebach )
Tipe Mobitz II
Blok AV derajat 3 ( Total AV Block )
• Interventrikuler
Right Bundle Branch Block ( RBBB )
Left Bundle Branch Block ( LBBB )
50. Takikardi Sinus ( ST )
Irama : Teratur
Frekwensi : > 100 – 150 x/ menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P
selalu diikuti gelombang QRS
Interval PR : Normal
Gelombang QRS : Normal
51. Bradikardi Sinus
Irama : Teratur
Frekwensi : < 60 x/ menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu
diikuti gelombang QRS
Interval PR : Normal
Gelombang QRS : Normal
52. Aritmia Sinus
Irama : Tidak teratur
Frekwensi : 60 - 100 x/ menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P
selalu diikuti gelombang QRS
Interval PR : Normal
Gelombang QRS : Normal
53. Sinus Arrest
Terdapat episode hilangnya satu atau lebih gelombang P,
QRS dan T
Irama : Teratur, kecuali pada yang hilang
Frekwensi : < 60 x/ menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu
diikuti gelombang QRS
Interval PR : Normal
Gelombang QRS : Normal
54. Ekstrasistol Atrial ( AES/ PAC )
Ekstrasistol selalu mengikuti irama dasar
Irama : Tidak teratur, karena ada gelombang
yang timbul lebih dini
Frekwensi : Tergantung irama dasar
Gelombang P : Bentuk berbeda dari gelombang P
irama dasar
Interval PR : Normal, bisa juga memendek
Gelombang QRS : Normal
55. Takikardi Supraventrikel ( SVT )
Irama : Teratur
Frekwensi : > 150 – 250 x/ menit
Gelombang P : Tidak ada atau kecil
Interval PR : Tidak dapat dihitung atau
memendek
Gelombang QRS : Normal
56. Flutter Atrial ( AFl )
Irama : Biasanya teratur, tetapi bisa tidak
teratur
Frekwensi : Bervariasi
Gelombang P : Bentuk seperti gigi gergaji, teratur
dan dapat dihitung.
P : QRS = 2:1, 3:1 atau 4:1
Interval PR : Tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : Normal
57. Fibrilasi Atrial ( AF )
Irama : Tidak teratur
Frekwensi : Bervariasi
Gelombang P : Tidak dapat diidentifikasi
Interval PR : Tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : Normal
59. Irama Junctional ( JR )
• Irama : Teratur
• Frekwensi : 40 – 60 X/ menit
• Gelombang P : Terbalik di depan,
dibelakang atau menghilang
• Interval PR : < 0,12 detik atau tidak ada
• Gelombang QRS : Normal
60. Ekstrasistol Junctional ( JES )
Irama : Tidak teratur, karena ada gelombang
yang timbul lebih dini
Frekwensi : Tergantung irama dasarnya
Gelombang P : Tidak normal, sesuai letak asal
impuls
Interval PR : Memendek atau tidak ada
Gelombang QRS : Normal
61. Ekstrasistol Ventrikel ( VES )
Irama : Tidak teratur, karena ada gelombang
yang timbul lebih dulu
Frekwensi : Tergantung irama dasar
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada
Gelombang QRS : > 0,12 detik
66. Takikardi Ventrikel ( VT )
Irama : Teratur
Frekwensi : > 100 X/ menit
Gelombang P : Tidak terlihat
Interval PR : Tidak ada
Gelombang QRS : > 0,12 detik
67.
68. Fibrilasi Ventrikel ( VF )
Irama : Tidak teratur
Frekwensi : Tidak dapat dihitung
Gelombang P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada
Gelombang QRS : Tidak dapat dihitung,
bergelombang & tidak teratur
69. Blok Sinoatrial ( SA Blok )
Irama : Teratur kecuali pada yang hilang
Frekwensi : < 60 x/menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu
diikuti gelombang QRS
Interval PR : Normal
Gelombang QRS : Normal
70. Blok Atrioventrikuler ( AV Blok ) Derajat I
Irama : Teratur
Frekwensi : 60 – 100 x/ menit
Gelombang P : Normal, Setiap Gelombang P selalu
diikuti gelombang QRS
Interval PR : Memanjang > 0,20 detik
Gelombang QRS : Normal
71. Blok AV Derajat II Tipe Mobitz 1
( Wenchebach )
• Irama : Tidak teratur
• Frekwensi : 60 – 100 x/ menit atau < 60 x/ menit
• Gelombang P : Normal, tetapi ada satu gelombang P yang tidak
diikuti gelombang QRS dalam satu siklus
• Interval PR : Makin lama makin panjang sampai ada gelombang P
yang tidak diikuti gelombang QRS, kemudian siklus berulang.
• Gelombang QRS : Normal
72. Blok AV Derajat II Tipe Mobitz 2
Irama : Tidak teratur
Frekwensi : < 60 x/ menit
Gelombang P : Normal, ada satu atau lebih gelombang P
yang tidak diikuti gelombang QRS
Interval PR : Normal/ memanjang secara konstan
kemudian ada blok
Gelombang QRS : Normal
73. Blok AV Derajat III ( Total AV Blok )
• Irama : Teratur
• Frekwensi : < 60 x/ menit
• Gelombang P : Normal, tetapi gelombang P & gelombang
QRS berdiri sendiri, sehingga gelombang P kadang diikuti QRS
kadang tidak.
• Interval PR : Berubah-ubah/ tidak ada.
• Gelombang QRS : Normal/ > 0,12 detik
75. • WPW (Wolff- Parkinson-White) Syndrome
– PR interval memendek
– Delta wave (+)
– QRS lebar
– Perubahan sekunder segmen ST dan gel T
• LGL (Lown Ganong Levine) Syndrome
– PR interval memendek
– Tanpa delta wave dengan QRS sempit
Sindroma Pre Eksitasi
76. RIGHT BUNDLE BRANCH BLOCK
( RBBB )
Irama : Teratur
Frekwensi : 60 – 100 x/ menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu
diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR: Normal
Gelombang QRS : Melebar ( > 0,12 detik )
Ada bentuk rSR’ ( M Shape ) di V1
Kriteria tambahan : Gelombang S lebar dan dalam di
lead I dan V6
Perubahan ST Segmen dan gelombang T di V1 dan V2
RBBB TIDAK LENGKAP ( INCOMPLETE ) : Interval
QRS normal
78. LEFT BUNDLE BRANCH BLOCK
( LBBB )
Irama : Teratur
Frekwensi : 60 – 100 x/ menit
Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu
diikuti gelombang QRS dan T
Interval PR: Normal
Gelombang QRS : Melebar ( > 0,12 detik )
Ada bentuk rSR ( M Shape ) di V6
Gelombang Q lebar dan dalam di lead V1 dan V2
Perubahan ST Segmen dan gelombang T di V5 dan V6
LBBB TIDAK LENGKAP ( INCOMPLETE ) : interval
QRS normal
80. Hipertrofi Atrium Kanan ( RAH )
• Gelombang P lancip dan tinggi ( P Pulmonal ) à
paling jelas terlihat di lead I dan II.
81. Hipertrofi Atrium Kiri ( LAH )
• Gelombang P lebar dan berlekuk ( P Mitral ) à
paling jelas terlihat di lead I dan II
82. Hipertrofi Ventrikel Kanan ( RVH )
Gelombang R > S pada lead prekordial kanan
VAT > 0,03 detik di V1
Gelombang S menetap di V5 dan V6
Depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di V1 – V3
RAD
83. Hipertrofi Ventrikel Kiri ( LVH )
Gelombang R > 27 mm pada V5/V6
Gelombang S di V1 + gelombang R di V5/V6 > 35 mm
VAT > 0,05 detik di V5/V6
Depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di V5 / V6
LAD
85. ISKEMIA MIOKARD
• Depresi segmen ST
• atau gelombang T terbalik
• ST depresi dianggap bermakna bila
> 1 mm di bawah garis dasar di titik
J
• Titik J didefinisikan sebagai akhir
kompleks QRS dan permulaan
segmen ST
• Perubahan gelombang T pada
iskemia kurang begitu spesifik
86. ISKEMIA MIOKARD
• Gelombang Q patologis
• Fase akut : Gelombang Q patologis
disertai elevasi segmen ST
• Fase subakut ( recent ) : Gelombang
Q patologis disertai gelombang T
terbalik
• Fase Old : Gelombang Q patologis,
segmen ST dan gelombang T normal
kembali
87. Lokasi Iskemia atau infark
• Anterior : V3 – V4
• Septal : V1 – V2
• Anteroseptal : V1 – V4
• Lateral : V5 – V6
• Lateral tinggi : I dan aVL
• Anterolateral : I dan aVL, V4-V6
• Anterior terbatas : V3 – V5
• Ekstensiv anterior : I, aVL, V1-V6
• Inferior : II, III dan aVF
• Posterior : V1-V2 Mirror, V7-V9
• Ventrikel kanan : V4R – V6R