1. ANALISISSPASIALDAN TEMPORALKASUSTUBERKULOSIS DI KOTA YOGYA, JULI - DESEMBER 2004 Aprisa
Chrysantina*,Hari Kusnanto**,AnisFuad** * MahasiswaFakultasKedokteranUGM** BagianIlmu
KesehatanMasyarakatFakultasKedokteranUGMABSTRACTBackground:Tuberculosisisa
communicable disease withhighmorbidityandmortality-rate.Indonesiaisinthe thirdplace afterIndia
and Chinaforhavingmosttuberculosiscases.Tuberculosismightbe controlledbybreakingthe
transmissioninthe population.Case distributionsurveillance tofindtuberculosishigh-riskareasmight
helpbreakingthe chain.Thus,reduce the incidence.Objectives:Toidentifytuberculosisdistributionin
Yogya spatiallyinaperiodof time.Toprovide the authorityanearlyguide formanagingtuberculosis.
Methods:Thisresearchwas a descriptive studyusingcrosssectional design.The subjectswere 188
tuberculosispatientslivedinYogyacityof July-December2004 period.The primarydatawas patients’
residenceslatitudeandlongitude,the secondarydatawastuberculosisregistryinYogya.The datawere
descriptivelyanalyzedbyEpi Info3.3.2.Results:Subjectsconsistedof 113 menand75 women.The age
rangedfrom11 to 77. Incidence peakedamong20 to 29 year-oldsubjectsandsub-districtwiththe
highestincidence wasMergangsan(12,23%).Whena riverlayeraddedto map,tuberculosisincidence
increasedinthe areasnearthe river.Anditwas foundthat30,32%, 54,79% and 77,66% cases occurred
100; 250 and 500 meterswithinthe riverrange,respectively.Conclusions:Tuberculosiscasestendedto
clusterinareas alongthe river.Sothat DOTS strategycouldbe aimedprimarilyinthese areas.Butitis
still unknownwhetheritrelatedwiththe area’spopulationdensity,socio-economiccondition,behavior,
nutritional statusandsanitation.Furtherinvestigationswere needed.Keywords:tuberculosis,spatial
analysis,river,GISPENDAHULUAN Padatahun2004 diperkirakan2juta orang meninggal di seluruh
duniakarenatuberkulosisdari total 9 jutakasus1 . Indonesiamerupakannegarapenyumbangkasus
tuberkulosistertinggiketigadi duniasetelahIndiadanChina.Di Indonesiatahun2004 tercatat ±627.000
insidentuberkulosisdengan±282.000 di antaranyapositif pemeriksaandahak2.Tuberkulosis
merupakanpenyakitinfeksi menularyangdisebabkanolehMycobacteriumtuberculosisdanpaling
seringbermanifestasidi paru3. Mikobakteriumini ditransmisikanmelalui dropletdi udara,sehingga
seorangpenderitatuberkulosismerupakansumberpenyebarantuberkulosispadapopulasi di sekitarnya
Usaha penanggulangantuberkulosismeliputisurveilans,deteksidini,danDOTS(DirectObserved
Treatment,Short-course Therapy).Implementasi DOTSsebaiknyadisertaiperencanaandi semuaunit
pada semuatingkatpelayanankesehatan,yaitupuskesmas,rumahsakit,dinaskesehatan,laboratorium
dan lain-lain.Untukperencanaanimplementasi inilahdibutuhkandatalapanganyanglengkapdan
akurat melalui kegiatansurveilans4.2 SistemsurveilanstuberkulosisIndonesiasecaranasional berada
di bawah pengawasanDirektoratJenderal P2&PL(PemberantasanPenyakitdanPenyehatan
Lingkungan) DepartemenKesehatan.UjungtombaksurveilansTBdi tingkatkabupaten/kotabergantung
kepadawasor(pengawassurveilanstuberkulosis) yangberadadi dinaskesehatankabupaten/kota.
Denganbekerjasamadenganunitpelayanankesehatan(puskesmas,rumahsakit,BP4,laboratoriumdll)
wasormengumpulkandanmengolahdatadaninformasi surveilansTBke dalambukuregisterTB.Di
Kota Yogya,pencatatan kasustuberkulosismencakupidentitaspasien,fasilitasyangmemberikan
pelayanan,hasil pemeriksaandahak,klasifikasituberkulosis,tanggal mulai berobat,regimen,serta
statuskesembuhan5.Hinggasaat ini,pengolahanregisterTBdi Kota Yogyamasihterbatasdalam
bentukanalisistabulardangrafik.Analisissebarankasusmasihberupaagregasi di tingkatdesadan
kecamatan,tetapi bukandalambentukpemetaan.Agardapatmengidentifikasi rantai penularanTB,
sistemsurveilansseharusnyadapatmengidentifikasi sebarankasusTBhinggatingkatindividual,tidak
2. hanyaagregat. Identifikasilokasi penderitaTBsampai tingkatlokasi individual sangatdimungkinkan
karenadalamregisterTB terdapatalamatpenderitayangdapatdipetakanmenggunakanpendekatan
sisteminformasi geografis.Sampai saatini belumdiketahuipolaspasial yangterinci mengenai distribusi
kasustuberkulosisdi KotaYogya.Penelitianini bertujuanuntukmenganalisisdistribusispasial dan
temporal kasustuberkulosisdi KotaYogyapadabulan Juli – Septembertahun2004. Gambaran spasial
kasusTB diharapkanmengidentifikasi faktor-faktorrisikokeruanganterhadappenyebarantuberkulosis.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitianinidilakukanmenggunakandesainpotonglintang.Subjek
adalahpenderitatuberkulosisyangtinggal di KotaYogyadan tercatatdi registertuberkulosisDinkes
Kota Yogyadari 1 Juli - 31 Desember2004. Berdasarkanregistertuberkulosisyangmemuatdata
demografisdanstatuspenderita,peneliti mengumpulkankoordinattempattinggalpenderita
menggunakanalatbantuGPS (Global PositioningSystem) merekGarmintipe 72Syangmemilikiakurasi
15 meter.Data diolahdenganEpiInfodanEpiMapversi 3.3.2. 3 Padaperiode Juli sampai dengan
Desember2004 terdapat470 kasustuberkulosisyangtercatatdi registertuberkulosisKotaYogya.
Jumlahkasusyangdianalisissetelahmelalui kriteriaeksklusi adalah192 kasus.Gambar 1. Pemilihan
sampel penelitianHASILDAN PEMBAHASAN KotaYogyamemiliki populasi 513.290 pendudukpada
tahun2004, denganluaswilayah32,5 km2 dengankepadatanrata-rata15.792 pendudukperkm
persegi6.Secara geografisKotaYogyaterbagi menjadi 14 kecamatan.Padatahun2004 DinasKesehatan
kota mencatat1009 kasusTB. Pada periode Juli –Desember,wilayahdengankasus tuberkulosis
terbanyakdidapati di KecamatanMergangsandengan23 kasusatau 12,23%, kemudiandisusuloleh
KecamatanUmbulharjodenganjumlahkasus22 (11,7%).Kasusyang palingsedikitdidapati di
KecamatanKratondengan5 kasusatau 2,66% (Gambar2). Registertuberkulosisjugamemuatstatus
outcome penderita(Tabel1).Total KasusTB 2004 : BP4 (323) + Puskesmas(296) + RS (390) = 1009 kasus
KasusJuli –Desember:457 kasus Alamatdi luarYogya : 174 kasusKriteriaeksklusiAlamattidakjelas
atau tidak dapat ditemukan:104 kasusKasusyang dianalisis:188 kasus4 Tabel 1. StatusOutcome
PenderitaTBdi Kota Yogya Juli - Desember2004 Status Outcome PenderitaJumlahSembuh/
PengobatanLengkap159 Gagal / Meninggal 14 Default(BTA negatif) 13Pindah2 Jumlah188 Penderita
terdiri dari 113 pasienpriadan 75 pasienwanita.Penderitamemilikirentangusia11-77 tahun.Pasien
terbanyakpadakelompokumur20-29 tahun(63 orangatau 33,51%) dan penderitapalingsedikitberada
pada kelompokumur≥70 tahun(10 orang atau 5,32%). Gbr 2. PetaKasusTuberkulosisdi YogyaJuli –
Desember2004 KecamatanKratonditandai denganwarnabirumuda,sedangkanKecamatan
Mergangsanditandai denganwarnabirutua. 5 Gbr 3. PetaKasus TuberkulosisdenganLayerSungai di
Yogya Sungai ditunjukkangarisberwarnakuning.Semakinluaswilayahwilayahgradasi warnasemakin
tua. 0-100 m dari sungai 0-250 m dari sungai 0-500 m 57 kasus (30,32 %) 103 kasus(54,79%) 146 kasus
(77,66%) Gambar 4. Bufferzone kasustuberkulosisterhadapsungai Warnahijaumenunjukkanbatas
luar zonabuffersungai 6 Setelahlapisan(layer)petasungai ditambahkanpadalayerkasustuberkulosis
dan petaYogya didapati bahwasecarakualitatif didapatikecenderunganklusterTBdi daerahyang
berdekatandengansungai.Sedangkandatakuantitatif diperolehdenganmembuatzonabuffersungai
seperti tampakdalamGambar 4. Dari Gambar 4 tampakbahwa30,32% kasusberada500m dari sungai.
SehinggatampakkesanbahwakasusTB cenderungtinggi di daerahsekitarsungai.Hasil penelitianini
memperkuatpenemuanChandrasekarandi India7.Klusterkasusdi bantaranSungai Winongo.Inset
daerahyang diberi kotakkuningdi gambarkiri.Sungai Winongoditunjukdenganpanahputih.Gambar
5. Klusterkasustuberkulosisdi bantaranSungai Winongo7Kota Yogya dilewati4sungai dari utara ke
3. selatan(Gambar3). Keempatsungai tersebutdari baratke timuradalahSungai Winongo,Code,Belik
dan Gajahwong.Klusterkasusdi bantaransungai palingbanyakdidapati di bantaranSungai Winongo
dan Sungai Code.Kemudiankasusdi bantarankeduasungai tersebutdipetakandi atasfotoudara Kota
Yogya (Gambar5 dan 6). Klusterkasusdi bantaranSungai Code Insetdaerahyangdiberi kotakkuningdi
gambar kiri.Sungai Code ditunjukdenganpanahputihGambar6. Klusterkasustuberkulosisdi bantaran
Sungai Code Dari keduagambartersebuttampakbahwabeberapakasusberjaraksangatdekatdengan
sungai,sampai persisdi tepiansungai.Pemukimanyangberlokasi di bantaransungai memiliki ciri khas
berupaledok(daerahyanglebihrendahdaripadadaerahdi sekitarnya).PadaGambar7, 8, dan 9 dapat
diamati bahwadaerah-daerahtersebutmemiliki kecenderunganadanyafaktorrisiko8tuberkulosis
seperti kepadatanyangcukuptinggi danlingkunganyangkurangsehat(rumahyangkecil danberdesak-
desakan,gangyang sempit,kurangventilasi dll).Penelitiandenganmetodeberbedayangdilakukanoleh
Hinoet al jugamemberikanhasilserupa.Konsentrasikasustuberkulosisterdapatdi pusatpenularan
berisikotinggi seperti penjaradandaerahkumuhyangcenderungpadat(overcrowd) dantidakhigienis8
PemetaanTBdenganmenggunakanSIG(SistemInformasiGeografis) tidaksepopulerpenyakitmenular
lainnnyayaitumalariadanDHF (Dengue HaemorrhagicFever).Padapenyakityangdiperantaraivektor
(vector-borne) seperti malariadandemamdengueSIGmenitikberatkananalisislansekapdan
lingkungan.Sedangkanpadatuberkulosisyangmenularmelaluiudara(air-borne) yanglebih
dititikberatkanadalahsisi analisisklusterkasus,jangkauankasusdanketerjangkauanfasilitas9-11.Dari
sini data yangdiperolehakanlebihnyatadanadekuatsehinggakeputusanyangdibuatdapatseempiris
mungkin.Hal-hal yangmenjadi hambatandalampenggunaanSIGuntukkepentingansurveilans
kesehatanmasyarakatantaralainadalahketerbatasanpersonel yangmampumengoperasikandan
menginterpretasi data,keterbatasansoftware untukpengolahandata,kesalahandalamdataentry
seperti datayangberulang,hilangdanlain-lain11..Selainitu,ketidakteraturansistempengalamatan
jugamempengaruhi keakuratandata.Penelitianyangselamaini dilakukanlebihbertujuanmenemukan
kegunaanSIGuntukmenganalisisfaktorketerjangkauandanakseske pelayanankesehatanseperti
penelitianTanserdanWilkinsondi Afrikaataupunmemetakandistribusi tuberkulosistanpa
mempertimbangkanfaktorspasial sepertipenelitianJacobsonetal.di Meksiko.Jacobsonetal.hanya
mengamati perubahandistribusituberkulosissetelahimplementasi DOTStanpamemperhatikanadanya
faktorspasial12,13 . Baru sedikitpenelitianyangbenar-benarbertujuanmemetakankasustuberkulosis
untukmenganalisisfaktorrisikoalam.Penelitiandi Indiayangmenggunakanpendekatanmodel
binomial menunjukkanadanyakecenderungankasustuberkulosisdi daerahsepanjangsungai dan
daerahdengankepadatantinggi.Kegiatansurveilansmeliputi pengumpulandata,analisisberupa
distribusi kasus,trenpenyakit,karakteristikdemografikpenderitayangkemudiandidiseminasikan
secara teraturpada pihakyangberwenanguntukmendukungpengambilankeputusan(decision
making)14. Untuk melakukanskriningpopulasi di sekitarpenderitatuberkulosis,diperlukanpemetaan
tempattinggal penderita.Surveilans9dapatdilakukandenganberbagai cara,diantaranyaadalah
denganpengambilandatasekunder,pemetaanlapanganlangsungsecaramanual ataudengan
menggunakanalatGPS(Global PositioningSystem) yangkemudiandianalisisdenganSIGseperti pada
penelitianini.KESIMPULAN DAN SARAN Daerahsungai cenderungmemiliki angkakasustuberkulosis
yang lebihtinggi.SehinggaDOTSperlulebihdifokuskanpadadaerah-daerahsepanjangsungai dan
kecamatanatau lebihspesifikpadakelurahanyangmemiliki risikotuberkulosistinggi.Meskipun
demikianbelumdiketahuiapakahhal ini berkaitandenganperilakuhidup,kepadatan,sanitasi,tingkat
4. sosial ekonomi maupunkondisigizi di daerahsepanjangsungai yangselamaini menjadi isupenting
dalamfaktorrisikotuberkulosis.UCAPANTERIMA KASIHAprisaChrysantinamengucapkanterimakasih
kepadaBapak Choirul,IbuSusilawati danBapakRubangi dari DinasKesehatanKotaYogyaatas data dan
sarannya.KEPUSTAKAAN 1.Ruxin,J.,Paluzzi,J.E.,Wilson,P.A.,Tozan,Y.,Kruk,M.,Teklehaimanot,A.
(2005). EmergingConsensusinHIV/AIDS,Malaria,TuberculosisandAccesstoEssential Medicine.
Lancet,365: 618-621. 2. WHO (2004). Results: ProgressTowardthe MilleniumDevelopmentGoals;
http://www.who.int/tb/publications/global_report/2005/results/en/index1.html.(diaksestanggal 13
September2005) 3. WHO (2004). PlanningandDOTSImplementation;
http://www.who.int/tb/publications/global_report/2005/results/en/index2.html.(diaksestanggal 13
September2005) 4. DepartemenKesehatan(2003).PedomanNasional PenanggulanganTuberkulosis.
Jakarta: DepartemenKesehatan.5.DinasKesehatanKotaYogyakarta(2004). RegisterTBKota
Yogyakarta Tahun2004. 6. Dinas KesehatanKotaYogya(2004). Profil KesehatanKotaYogyaTahun2004.
7. Chandrasekaran,K.,Arivagnan,G.(2006). Disease MappingUsingMixture Distribution.IndianJMed
Res,123: 788- 798. 8. Hino p,dos SantosCB, VillaTCS.(2005) Spatial and Temporal Patternsof
Tuberculosisinthe Cityof RibeiraoPreto,Brazil from1998 to 2002. J. Bras. Pneumol.31(6):523-527. 9.
Tanser,F.C.,le Sueur,D. (2002). The Applicationof GIStoImportantPublicHealthProblemsinAfrica.
International Journal of HealthGeographics,1:4. 10 10. Kazembe,LN.,Kleinschmidt,I.,HoltzT.H.,
Sharp,B.L. (2006). Spatial analysisandmappingof malariariskinMalawi usingpoint-referenced
prevalence of infectiondata.InternationalJournal of HealthGeographics,5:41 11. Sipe,N.G.,Dale,P.
(2003). ChallengesinUsingGISto Understandand Control MalariainIndonesia.MalariaJournal,2:36.
12. Wilkinson,D.,Tanser,F.C.(1999). GIS/GPS to DocumentIncreasedAccesstoCommunityBased
TreatmentforTuberculosisinAfrica.Lancet,354: 394-395. 13. JacobsonLM, Garcia-Garcia ML,
Hernandez-AvillaJE,Cano-ArellanoB,Small PM,Sifuentes-OsornioJ,Ponce-de-LeonA.(2005) Changes
inthe Geographical Distributionof TuberculosisPatientsinVeracruz,Mexico,afterreinforcementof a
tuberculosiscontrol programme.Tropical MedicineandInternational Health,10(4):305- 311. 14. Murti,
B. (2003). PrinsipdanMetodologi RisetEpidemiologi,edisi ke-2.Yogyakarta:GadjahMada University
Press.