Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Sutrisna Sandi
presentasi ini berisi sebagian informasi mengenai lingkungan khususnya di kepulauan indonesia. terdapat banyak sekali potensi yang dapat di hasilkan oleh kaum pribumi untuk keberlangsungan kehidupan dalam hal perekonomian warga sekitar, sekaligus membiasakan hidup dengan menghormati alam sekitar supaya tidak tercemar dan tetap terjaga.
Apabila dalam presentasi ini terdapat kekeliruan atau kesalahan informasi silahkan di koreksi dan mohon untuk di lengkapi.
Thanks,
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Sutrisna Sandi
presentasi ini berisi sebagian informasi mengenai lingkungan khususnya di kepulauan indonesia. terdapat banyak sekali potensi yang dapat di hasilkan oleh kaum pribumi untuk keberlangsungan kehidupan dalam hal perekonomian warga sekitar, sekaligus membiasakan hidup dengan menghormati alam sekitar supaya tidak tercemar dan tetap terjaga.
Apabila dalam presentasi ini terdapat kekeliruan atau kesalahan informasi silahkan di koreksi dan mohon untuk di lengkapi.
Thanks,
Avian Influenza (H5N1) Warning System Using Dempster-Shafer Theory and Web Ma...Andino Maseleno
Presented at THE INTERNATIONAL SEMINAR
INDONESIAN STUDENTS IN ASEAN
" Green Technology, Social Work and Public Health for Development of Indonesia"
Bangkok, Thailand
28 - 29 Oktober 2011
Sidoarjo Sebagai Kota Minapolitan di IndonesiaPusat kawasan minapolitan di Kabupaten Sidoarjo berada di Kecamatan Candi, dengan sub pusat kawasan pada Kecamatan Sedati dan Kecamatan Sidoarjo, serta kawasan penyanggah minapolitan berada di kecamatan Waru, Kecamatan Buduran dan Kecamatan Jabon (Keputusan Bupati Sidoarjo No.188/34/404.1.3.2/2012)
Kegiatan perikanan budidaya dikenal baik
menjadi penyumbang utama terhadap peningkatan tingkat limbah organik dan bahan
beracun dalam industri budidaya. Seiring dengan perkembangan budidaya perikanan yang
intensif di Cina, menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan dampak dari limbah
budidaya yang semakin meningkat baik terhadap produktivitas internal sistem budidaya dan
terhadap ekosistem perairan yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, jelas bahwa proses
pengelolaan limbah yang sesuai sangat diperlukan untuk pengembangan budidaya
perikanan yang berkelanjutan. Tinjauan ini bertujuan untuk mengidentifikasi status terkini
perikanan budidaya dan produksi limbah perikanan budidaya di Cina
Perencanaan tata ruang adalah ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang dibuat dalam masyarakat terkait dengan perekonomian, sosial, dan kebudayaan mereka.
Strengthening Interaction from Direct to Virtual Basis: Insights from Ethica...Andino Maseleno
The shift paradigm of interaction way from live basis to
virtual one has been widely emerged around the world in the
last decade. However, the challenging issues like immoral
behaviour such as cyberbullying cannot be escaped across
borderless space. The need to exposure the extent of
empowerment ethics referring to personalised learning and
internet plus should be taken into account in the way to solve
in the wise basis. This paper attempts to examine the moral
engagement in underlying the interaction basis in terms of
human communities including the on commitment caring,
friendship and trust. Literature review from reviewed journals
and books was conducted in the view of keyword. The finding
reveals strengthening interaction from the direct basis to
digital one refers to possess engagement between professional
and ethical engagement. This study is expected to contribute
in providing innovative approach on moral based digital
interaction with enhancing capacities and abilities to improve
the learning capacity engaged in operating the technology
tools appropriately and wisely.
Proposed smart traffic signal control in brunei darussalamAndino Maseleno
This paper presents proposed SMART (Systematic Monitoring of Arterial Road Traffic Signals)
traffic signal control in Brunei Darussalam. Traffic congestion due to stops and delays at traffic light signals
has much been complained about in Brunei Darussalam as well as across the world during the recent years.
There are primarily two types of traffic signal controls in Brunei Darussalam. The most common one is
the fixed or pre-timed signal operation traffic light and the other one is the actuated signal operation traffic
light. Although the actuated signal control is more efficient than the fixed or pre-fixed signal control in the
sense that it provides fewer stops and delays to traffic on the major arteries, the best option for Brunei
Darussalam would be to introduce SMART traffic signal control. This type of traffic signal uses artificial
intelligence to take the appropriate action by adjusting the times in real time to minimise the delay in the
intersection while also coordinating with intersections in the neighbourhood. SMART signal simultaneously
collects event-based high-resolution traffic data from multiple intersections and generates real-time signal
performance measures, including arterial travel time, number of stops, queue length, intersection delay, and
level of service. In Brunei Darussalam, where we have numerous intersections where several arterial roads
are linked to one another, The SMART traffic signal control method should be implemented.
Sistem informasi lingkungan adalah suatu program sistem informasi yang berisikan data-data status lingkungan hidup suatu daerah atau kawasan yang dikumpulkan secara digital dilengkapi dengan peta, foto, video dan multimedia lainnya. Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup untuk mendukung pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Analisis Penerapan Teknologi Informasi Dalam Otonomi DaerahAndino Maseleno
Otonomi daerah yang diberlakukan oleh pemerintah sejak 1 Januari 2001 merupakan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kemakmuran dan mempererat hubungan antara pemerintah dan masyarakat di daerahnya.
Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah, kemajuan teknologi informasi saat ini juga berdampak pada pemerintah daerah dalam usaha untuk meningkatkan kemakmuran dan mempererat hubungan antara pemerintah dan masyarakat di daerahnya.
Beberapa konsep yang ditawarkan dengan menerapkan teknologi informasi di daerah, seperti Virtual Enterprise, “Daerah Incorprorated”, maupun pembentukan ekosistem teknologi informasi, harus benar-benar dipertimbangkan oleh pemerintah daerah dalam penerapannya.
Karena dalam penerapan teknologi informasi pemerintah daerah harus memperhatikan masalah dana dan kesejahteraan, sumber daya manusia, dan sosial budaya yang ada di daerahnya.
Avian Influenza (H5N1) Expert System using Dempster-Shafer TheoryAndino Maseleno
Based on Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian Influenza (H5N1) Reported to World Health Organization (WHO) in the 2011 from 15 countries, Indonesia has the largest number death because Avian Influenza which 146 deaths. In this research, the researcher built an Avian Influenza (H5N1) Expert System for identifying avian influenza disease and displaying the result of identification process. In this paper, we describe five symptoms as major symptoms which include depression, combs, wattle, bluish face region, swollen face region, narrowness of eyes, and balance disorders. We use chicken as research object. Dempster-Shafer theory to quantify the degree of belief as inference engine in expert system, our approach uses Dempster-Shafer theory to combine beliefs under conditions of uncertainty and ignorance, and allows quantitative measurement of the belief and plausibility in our identification result. The result reveal that Avian Influenza (H5N1) Expert System has successfully identified the existence of avian influenza and displaying the result of identification process.
Skin Infection Detection using Dempster-Shafer TheoryAndino Maseleno
Skin infections still remain common in many rural communities in developing countries, with serious economic and social consequences as well as health implications. Directly or indirectly, skin infections are responsible for much disability (and loss of economic potential), disfigurement, and distress due to symptoms such as itching or pain. In this research, we built a Skin Infection Expert System for detecting skin infections and displaying the result of detection process. We describe five symptoms as major symptoms which include blister, itch, scaly skin, fever, and pain in the rash. Dempster-Shafer theory to quantify the degree of belief as inference engine in expert system, our approach uses Dempster-Shafer theory to combine beliefs under conditions of uncertainty and ignorance, and allows quantitative measurement of the belief and plausibility in our identification result.
Poultry Diseases Detection using Dempster-Shafer TheoryAndino Maseleno
Based on Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian Influenza Reported to World Health Organization (WHO) in the 2011 from 15 countries, Indonesia has the largest number death because Avian Influenza which 146 deaths. In this research, we are using Dempster-Shafer Theory for detecting poultry diseases and displaying the result of detection process. In this paper we use five symptoms as major symptoms which include depression, combs, wattle, bluish face region, swollen face region, narrowness of eyes, and balance disorders. Dempster-Shafer theory to quantify the degree of belief, our approach uses Dempster-Shafer theory to combine beliefs under conditions of uncertainty and ignorance, and allows quantitative measurement of the belief and plausibility in our identification result. The result reveal that Dempster-Shafer theory has successfully identified the existence of poultry diseases.
Poultry Diseases Expert System using Dempster-Shafer TheoryAndino Maseleno
Based on World Health Organization (WHO) fact sheet in the 2011, outbreaks of poultry diseases especially Avian Influenza in poultry may raise global public health concerns due to their effect on poultry populations, their potential to cause serious disease in people, and their pandemic potential. In this research, we built a Poultry Diseases Expert System using Dempster-Shafer Theory. In this Poultry Diseases Expert System We describe five symptoms which include depression, combs, wattle, bluish face region, swollen face region, narrowness of eyes, and balance disorders. The result of the research is that Poultry Diseases Expert System has been successfully identifying poultry diseases.
Avian Influenza (H5N1) Warning System using Dempster-Shafer Theory and Web Ma...Andino Maseleno
Based on Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian Influenza (H5N1) Reported to World Health Organization (WHO) in the 2011 from 15 countries, Indonesia has the largest number death because Avian Influenza which 146 deaths. In this research, the researcher built a Web Mapping and Dempster-Shafer theory as early warning system of avian influenza. Early warning is the provision of timely and effective information, through identified institutions, that allows individuals exposed to a hazard to take action to avoid or reduce their risk and prepare for effective response. In this paper as example we use five symptoms as major symptoms which include depression, combs, wattle, bluish face region, swollen face region, narrowness of eyes, and balance disorders. Research location is in the Lampung Province, South Sumatera. The researcher reason to choose Lampung Province in South Sumatera on the basis that has a high poultry population. Geographically, Lampung province is located at 103040’ to 105050’ East Longitude and 6045’ – 3045’ South latitude, confined with: South Sumatera and Bengkulu on North Side, Sunda Strait on the Side, Java Sea on the East Side, Indonesia Ocean on the West Side. Our approach uses Dempster Shafer theory to combine beliefs in certain hypotheses under conditions of uncertainty and ignorance, and allows quantitative measurement of the belief and plausibility in our identification result. Web Mapping is also used for displaying maps on a screen to visualize the result of the identification process. The result reveal that avian influenza warning system has successfully identified the existence of avian influenza and the maps can be displayed as the visualization.
Avian Influenza (H5N1) Expert System using Dempster-Shafer TheoryAndino Maseleno
Based on Cumulative Number of Confirmed Human Cases of Avian Influenza (H5N1) Reported to World Health Organization (WHO) in the 2011 from 15 countries, Indonesia has the largest number death because Avian Influenza which 146 deaths. In this research, the researcher built an Avian Influenza (H5N1) Expert System for identifying avian influenza disease and displaying the result of identification process. In this paper, we describe five symptoms as major symptoms which include depression, combs, wattle, bluish face region, swollen face region, narrowness of eyes, and balance disorders. We use chicken as research object. Research location is in the Lampung Province, South Sumatera. The researcher reason to choose Lampung Province in South Sumatera on the basis that has a high poultry population. Dempster-Shafer theory to quantify the degree of belief as inference engine in expert system, our approach uses Dempster-Shafer theory to combine beliefs under conditions of uncertainty and ignorance, and allows quantitative measurement of the belief and plausibility in our identification result. The result reveal that Avian Influenza (H5N1) Expert System has successfully identified the existence of avian influenza and displaying the result of identification process.
Proceeding of Brunei International Conference on Engineering and Technology 2012Andino Maseleno
Proceeding of Brunei International Conference on Engineering and Technology 2012.
25th-26th January 2012, Rizqun International Hotel, Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
Contribution of ocean sectors to the green economy
1. Contribution of Ocean Sectors to The
Green Economy
The 12th Ocean Paradigm Study Group Seminar
Friday, 28th of February 2014
Brunei Darussalam
Andino Maseleno
andinomaseleno@mail.ru
http://maseleno.blogspot.com
http://andino.maseleno.blog.ugm.ac.id
2. Green Economy
Ekonomi Hijau: sebuah rezim ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan
manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi resiko lingkungan secara
signifikan.
Ekonomi Hijau juga berarti perekonomian yang rendah atau tidak menghasilkan
emisi karbon dioksida dan polusi lingkungan, hemat sumber daya alam dan
berkeadilan sosial.
Ekonomi hijau ekologis: sebuah model pembangunan ekonomi yang
berlandaskan pembangunan berkelanjutan dan pengetahuan ekonomi ekologis.
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota,
bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan
4. EKONOMI HIJAU vs. EKONOMI HITAM
‘The Black economy’:
pembangunan ekonomi yang bertumpu pada
bahan bakar fosil seperti batubara, minyak bumi
dan gas alam.
“The green economy”
bertumpu pada pengetahuan ekologi-ekonomi
dengan tujuan menyelaraskan hubungan ekonomi-manusia
dengan ekosistem-alam serta MINIMUM
dampak negatif akibat kegiatan ekonomi terhadap
lingkungan
5. Permasalahan yang berhubungan
dengan laut
• Ocean acidification
• Climate change
• Fisheries and Aquaculture
• Pollution and waste
• Biodiversity and habitat loss
6. Ocean Addification
Pengasaman Laut
Pengasaman laut atau Ocean acidification:
proses turunnya kadar pH air laut yang kini
tengah terjadi akibat penyerapan karbon
dioksida di atmosfer yang dihasilkan dari
kegiatan manusia (seperti penggunaan bahan
bakar fosil).
7. Perubahan
Iklim di
Dunia
Naiknya
Kadar CO2
di
atmosfer
CO2
sebagian
lagi
diserap
Oleh
lautan
CO2
sebagian
diserap
Oleh
tumbuhan
Penurunan
pH Lautan
Menimbulkan
berbagai
dampak
buruk
Ekosistem
Laut
Ocean Addification
8.
9. Ocean Addification
Pada siklus karbon alami, konsentrasi CO2 di atmosfer
menggambarkan sebuah keseimbangan fluks antara
lautan, daratan dan atmosfer.
Perubahan fungsi lahan (land use change), penggunaan
bahan bakar fosil, dan produksi semen mengakibatkan
adanya sumber CO2 tambahan ke dalam atmosfer bumi.
Sebagian CO2 tersebut diserap oleh tumbuhan di darat
dan sebagian lainnya diserap oleh lautan.
10. Ocean Addification
Ketika CO2 terlarut, dia akan bereaksi dengan air membentuk
suatu kesetimbangan jenis ionik dan non-ionik yaitu: karbon
dioksida yang terlarut bebas (CO2 (aq)), asam karbonat
(H2CO3), bikarbonat (HCO3
-), dan karbonat (CO3
2-).
Perbandingan (rasio) dari jenis-jenis ini bergantung pada
temperatur air laut dan alkalinitas (kapasitas penetralan
asam dari sebuah larutan).
Terlarutnya CO2 juga akan menyebabkan naiknya konsentrasi
ion hidrogen (H+) di lautan, sehingga akan mengurangi pH
lautan (note: semakin rendah nilai pH, semakin asam sebuah
larutan).
14. Ocean Addification
Economic Pillar
• Hilangnya habitat (seperti terumbu karang) yang
disebabkan oleh pengasaman dan hilangnya ikan dan
invertebrata spesies penting dalam perikanan dan
akuakultur.
• Serapan terus CO2 oleh lautan akhirnya mengarah pada
kapasitas global mengurangi laut untuk menyerap
karbon, mempercepat perubahan iklim dan berpotensi
mempengaruhi jutaan orang bergantung pada laut
untuk kesejahteraan mereka. Hilangnya terumbu
karang akan merusak potensi pariwisata banyak
daerah.
15. Ocean Addification
Economic Pillar
Mempekerjakan 230 juta orang atau 8% penduduk di
negara berkembang
Di Seychelles, coastal tourism memberikan sumbangan
46 sampai 50% dari GDP, 70% dari pendapatan luar
negeri dan mempekerjakan 20% dari populasi
penduduk.
Di Cape Verde, pariwisata adalah sumber pendapatan
ekonomi yang utama.
19. Climate Change
• Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam
distribusi pola cuaca secara statistik sepanjang periode
waktu mulai dasawarsa hingga jutaan tahun.
• Istilah ini bisa juga berarti perubahan keadaan cuaca rata-rata
atau perubahan distribusi peristiwa cuaca rata-rata, contohnya,
jumlah peristiwa cuaca ekstrem yang semakin banyak atau sedikit.
Perubahan iklim terbatas hingga regional tertentu atau dapat
terjadi di seluruh wilayah Bumi.
• Dalam penggunaannya saat ini, khususnya pada kebijakan
lingkungan, perubahan iklim merujuk pada
perubahan iklim modern. Perubahan ini dapat dikelompokkan
sebagai perubahan iklim antropogenik atau lebih umumnya
dikenal sebagai pemanasan global atau pemanasan
global antropogenik.
20.
21.
22.
23.
24. Dampak Kenaikan Permukaan Air Laut
• Tersingkap atau terbukanya kawasan pantai
• Apabila kenaikan permukaan laut 100 cm maka akan menenggelamkan 6 % daerah di
Belanda, 17,5 % daerah di Bangladesh dan banyak pulau-pulau hilang.
• Terjadinya peningkatan frekuensi banjir di wilayah pesisir.
• Peningkatan salinitas tanah di daerah-daerah yang semula tidak berpengaruh.
• Perubahan iklim gelombang yang akan menyebabkan nelayan di wilayah pesisir tidak
berani menangkap ikan di laut dan juga dapat merusak bangunan di sekitar pesisir
karena tingginya gelombang laut.
• Kemunduran garis pantai.
• Erosi pantai
• Rusaknya ekosistem mangrove. Apabila keberadaan mangrove tidak dapat
dipertahankan lagi, maka abrasi pantai akan kerap terjadi karena tidak adanya
penahan gelombang, pencemaran dari sungai ke laut akan meningkat karena tidak adanya
filter polutan, dan zona budidaya aquaculture pun akan terancam dengan sendirinya.
• Banjir rob / extreme tide
• Intrusi air laut. Selain diakibatkan oleh terjadinya kenaikan muka air laut, hal ini juga
dipicu oleh terjadinya land subsidence akibat penghisapan air tanah secara berlebihan.
• Terancam berkurangnya luasan kawasan pesisir
25.
26. Fisheries and Aquaculture
• Pada 2009, penangkapan ikan dan budidaya perikanan = 145 juta ton, penangkapan ikan di
laut 78.6 juta ton.
• Hampir 81 % atau 118 juta ton dari produksi ikan dunia untuk konsumsi manusia
• Untuk 4.2 miliar manusia dengan lebih dari 15% dari rata-rata asupan protein hewani
perkapita.
• 1960 – 2009 : Konsumsi ikan meningkat 90 juta ton (dari 27 ton ke 118 juta ton).
• Pangsa pasar perikanan dan budidaya perikanan memasuki perdagangan internasional
meningkat dari 25% pada tahun 1976 menjadi sekitar 39% pada tahun 2009.
• Pada tahun 2008 nilai ekspor dunia mencapai nilai tertinggi sebesar USD 102 miliar.
• Budidaya perikanan menyediakan 47% ikan yang digunakan untuk konsumsi manusia dan
telah menjadi sektor pangan yang paling cepat berkembang selama bertahun-tahun.
• Pekerjaan di sektor perikanan meningkat dengan pesat dalam tiga dekade terakhir, dengan
tingkat rata-rata kenaikan 3,6% per tahun sejak tahun 1980.
• Pada tahun 2008, 44,9 juta orang yang bekerja di perikanan tangkap atau budidaya ikan,
setidaknya 12% di antaranya adalah perempuan.
• Untuk setiap orang yang bekerja dalam perikanan tangkap dan budidaya perikanan,
terdapat sekitar tiga pekerjaan dalam kegiatan sekunder, dengan perkiraan total lebih dari
180 juta pekerjaan di industri seluruh ikan.
• Pekerjaan di sektor perikanan dan budidaya ikan telah tumbuh lebih cepat dari populasi
dunia dan lebih cepat daripada kerja di bidang pertanian tradisional
27. Fisheries and Aquaculture
Environmental Pillar
Kerusakan fisik langsung, perubahan ekosistem dan
kerusakan habitat.
Dampak ekosistem perikanan terkait dengan perubahan
dalam kelimpahan relatif dari spesies yang berbeda
menyebabkan perubahan dalam jaring makanan dan
hilangnya keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistem.
Dari perspektif sektor perikanan, dampak ekosistem perlu
dikontrol untuk memastikan spesies sasaran tidak tangkap dan
perikanan tidak mengancam kelestarian spesies terkait dan
tergantung atau struktur ekosistem dan fungsi .
28. Fisheries and Aquaculture
Social Pillar
Budidaya yang dikelola dengan baik memiliki
potensi untuk memenuhi permintaan. Hal ini
dapat meningkatkan produksi dan kontribusi
terhadap ketahanan pangan bagi masyarakat
yang seharusnya dapat beresiko . Overfishing
luas telah menyebabkan penurunan hasil
tangkapan secara global.
29. Fisheries and Aquaculture
Economic Pillar
Perikanan dan budidaya sektor sangat penting
bagi pembangunan ekonomi, lapangan kerja,
ketahanan pangan dan kesejahteraan jutaan
orang di seluruh dunia.
Penangkapan ikan berlebihan memiliki jangka
panjang konsekuensi negatif bagi ketahanan
pangan, dan mata pencaharian pesisir.
32. Pollution and Waste
Environmental Pillar
Nutrisi yang berlebihan dari outfalls limbah dan
limpasan pertanian telah memberikan kontribusi
terhadap peningkatan jumlah zona mati
(hipoksia atau daerah anoxic), dari 49 pada
tahun 1960 menjadi lebih dari 400 pada tahun
2013, yang mengakibatkan runtuhnya beberapa
ekosistem.
33.
34.
35. Pollution and Waste
Social Pillar
Ada dampak negatif pada kehidupan tradisional
melalui polusi yang berdampak pada kualitas
hidup, kehidupan laut tradisional dan pesisir,
kesehatan manusia, serta sektor utama seperti
pariwisata, dan perikanan.
36. Pollution and Waste
Economic Pillar
Muncul teknologi bersih memiliki potensi untuk mengurangi dampak polusi, dan dalam
beberapa kasus dapat menghasilkan peluang ekonomi.
Dampak polusi terhadap habitat, stok ikan dan pariwisata menghilangkan peluang ekonomi
bagi beberapa generasi.
Eksternalitas penggunaan lahan dan iklim di wilayah pesisir tidak dibangun dalam
penggunaan lahan.
Membuang ekonomi - miliaran dolar per tahun - melalui pendekatan 'linear' untuk
pengelolaan hara pembuatan / pertambangan, digunakan sebagai pupuk pertanian, panen,
konsumsi, rilis melalui sistem air limbah nitrogen dan fosfor ke perairan pesisir dan
pertumbuhan terkait di daerah hipoksia
Karena ditinggalkan, kehilangan dan membuang dari alat tangkap terjadi
pada lahan perikanan yang produktif.
37. Biodiversity and habitat loss
Environmental Pillar
Hilangnya keanekaragaman hayati dan habitat
biologis mengurangi ketahanan ekosistem dan
keragaman spesies secara keseluruhan di
seluruh rantai makanan.
38. Biodiversity and habitat loss
Social Pillar
Dampak terhadap stok ikan dari
keanekaragaman hayati dan habitat loss
perubahan dinamika masyarakat pesisir,
memaksa perubahan dalam pekerjaan,
penurunan tingkat pendapatan secara
keseluruhan, dan pada akhirnya berkontribusi
terhadap isu-isu yang terkait dengan
kemiskinan.
39. Biodiversity and habitat loss
Economic Pillar
Stok ikan penting bagi perikanan komersial
dikurangi dengan hilangnya keanekaragaman
hayati dan habitat, akhirnya berdampak pada
seluruh masyarakat pesisir yang bergantung
pada memancing untuk mata pencaharian.