1. Pemerintah melakukan Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam untuk menertibkan ijin pertambangan dan kehutanan serta meningkatkan penerimaan negara. Gerakan ini telah menyelamatkan lebih dari Rp10 triliun.
2. Pemerintah menerbitkan peraturan baru tentang Perijinan Terpadu Satu Pintu di BKPM untuk mereformasi perijinan menjadi lebih efisien.
Aliran uang haram di Indonesia tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp. 227,75 triliun. Di sektor pertambangan totalnya mencapai Rp. 23,89 triliun, terbesar bersumber dari misinvoicing trade. Tingkat aliran uang haram di sektor pertambangan meningkat 102,43% antara 2003-2014 akibat praktik pengemplangan dan penghindaran pajak serta perdagangan ilegal.
Sektor minyak dan gas bumi (Migas) merupakan salah satu sektor industri strategis yang dianggap rentan oleh praktik korupsi. Pandangan tersebut terkonfirmasi oleh hasil Survei Persepsi Korupsi tahun 2015 oleh The Transparency International yang menempatkan migas di urutan ketiga setelah bisnis konstruksi dan jasa, sebagai sektor usaha yang memiliki persentase suap terbesar. Kendati begitu, industri migas memiliki prevalensi (tingkat intensitas) yang paling tinggi bersama sektor tambang dan hutan, baik di level nasional maupun lokal.
Pada temuan lain di akhir tahun 2014, Lembaga Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) merilis laporan yang menyatakan industri eksploitasi sumber daya alam atau ekstraktif, seperti minyak dan gas, adalah industri terkorup di dunia. Laporan OECD Foreign Bribery menunjukkan dari 427 kasus korupsi di 2014, 19% berasal dari sektor industri ekstraktif. Dari 176 kasus yang dituntut di bawah Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) atau Undang-undang Praktek Korupsi Luar Negeri Amerika Serikat, sebanyak 23% kasus berasal dari sektor minyak.
Kinerja PNBP Sektor Hulu Migas terus menurun dalam tujuh tahun terakhir yang berakibat pada penurunan DBH Migas bagi daerah penghasil di 19 Provinsi. Selengkapnya, bisa dilihat di policy brief ini.
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyatRizky Faisal
Tulisan ini membahas bahwa negara sebenarnya tidak membutuhkan pajak untuk mensejahterakan rakyat karena sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah bisa dikelola secara syariah untuk membiayai negara. Sumber pendapatan negara seharusnya berasal dari hasil sumber daya alam, zakat, dan pajak hanya dipungut sementara waktu saja bukan sebagai sumber utama. Sayangnya sumber daya alam Indonesia sekarang diku
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta pendapatan lainnya. PAD sangat dibutuhkan untuk membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah. Tahun ini, PAD Kabupaten Tangerang telah mencapai Rp1,2 triliun, melebihi target sebesar Rp882 miliar, terutama didapat
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab kesenjangan antara potensi, anggaran, dan realisasi pendapatan pajak restoran di Pekanbaru.
2. Terjadi kesenjangan antara potensi dan anggaran karena sumber data potensi berbeda, dan belum adanya pemutakhiran data.
3. Kesenjangan antara anggaran dan realisasi disebabkan sistem self assessment yang menuntut kesadaran WP
Policy Brief yang disusun oleh Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam ini memuat 7 rekomendasi yang diusung oleh masyarakat sipil pemerhati tambang. Berikut rekomendasinya:
1. Presiden Jokowi segera membentuk satuan tugas (satgas) pemberantasan kejahatan pertambangan
2. Gubenur dan Kementerian ESDM segera mencabut IUP yang berstatus Non CnC sasesuai dengan tenggat waktu 2 Januari 2016 dan segera melakukan evaluasi kembali terhadap seluruh IUP yang berstatus CnC.
3. KLHK dan KPK segera melakukan penegakan hukum terhadap IUP CnC maupun Non CnC yang tidak memiliki IPPKH
4. KLHK dan Kementerian ESDM segera melakukan penegakan hukum terhadap perusahaan tambang pemegang IUP yang menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang signifikan
dan menyebabkan hilangnya nyawa.
5. KPK segera melakukan penegakan hukum terhadap korporasi pemegang IUP berdasarkan temuan Korsup Minerba yang tidak ditindaklanjuti baik aspek kewilayahan, lingkungan dan keuangan
6. Kapolri dan Jaksa Agung memerintahkan jajarannya untuk memprioritaskan dan memastikan penyelesaian kasus-kasus lubang tambang dan korupsi sektor pertambangan.
7. Terkait Kasus Lubang Tambang di Kaltim, Gubernur, Bupati/Walikota dan Kapolda Kaltim segera menindaklanjuti hasil Rekomendasi dari Komnas HAM
Aliran uang haram di Indonesia tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp. 227,75 triliun. Di sektor pertambangan totalnya mencapai Rp. 23,89 triliun, terbesar bersumber dari misinvoicing trade. Tingkat aliran uang haram di sektor pertambangan meningkat 102,43% antara 2003-2014 akibat praktik pengemplangan dan penghindaran pajak serta perdagangan ilegal.
Sektor minyak dan gas bumi (Migas) merupakan salah satu sektor industri strategis yang dianggap rentan oleh praktik korupsi. Pandangan tersebut terkonfirmasi oleh hasil Survei Persepsi Korupsi tahun 2015 oleh The Transparency International yang menempatkan migas di urutan ketiga setelah bisnis konstruksi dan jasa, sebagai sektor usaha yang memiliki persentase suap terbesar. Kendati begitu, industri migas memiliki prevalensi (tingkat intensitas) yang paling tinggi bersama sektor tambang dan hutan, baik di level nasional maupun lokal.
Pada temuan lain di akhir tahun 2014, Lembaga Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) merilis laporan yang menyatakan industri eksploitasi sumber daya alam atau ekstraktif, seperti minyak dan gas, adalah industri terkorup di dunia. Laporan OECD Foreign Bribery menunjukkan dari 427 kasus korupsi di 2014, 19% berasal dari sektor industri ekstraktif. Dari 176 kasus yang dituntut di bawah Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) atau Undang-undang Praktek Korupsi Luar Negeri Amerika Serikat, sebanyak 23% kasus berasal dari sektor minyak.
Kinerja PNBP Sektor Hulu Migas terus menurun dalam tujuh tahun terakhir yang berakibat pada penurunan DBH Migas bagi daerah penghasil di 19 Provinsi. Selengkapnya, bisa dilihat di policy brief ini.
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyatRizky Faisal
Tulisan ini membahas bahwa negara sebenarnya tidak membutuhkan pajak untuk mensejahterakan rakyat karena sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah bisa dikelola secara syariah untuk membiayai negara. Sumber pendapatan negara seharusnya berasal dari hasil sumber daya alam, zakat, dan pajak hanya dipungut sementara waktu saja bukan sebagai sumber utama. Sayangnya sumber daya alam Indonesia sekarang diku
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tangerang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta pendapatan lainnya. PAD sangat dibutuhkan untuk membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah. Tahun ini, PAD Kabupaten Tangerang telah mencapai Rp1,2 triliun, melebihi target sebesar Rp882 miliar, terutama didapat
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab kesenjangan antara potensi, anggaran, dan realisasi pendapatan pajak restoran di Pekanbaru.
2. Terjadi kesenjangan antara potensi dan anggaran karena sumber data potensi berbeda, dan belum adanya pemutakhiran data.
3. Kesenjangan antara anggaran dan realisasi disebabkan sistem self assessment yang menuntut kesadaran WP
Policy Brief yang disusun oleh Koalisi Anti Mafia Sumber Daya Alam ini memuat 7 rekomendasi yang diusung oleh masyarakat sipil pemerhati tambang. Berikut rekomendasinya:
1. Presiden Jokowi segera membentuk satuan tugas (satgas) pemberantasan kejahatan pertambangan
2. Gubenur dan Kementerian ESDM segera mencabut IUP yang berstatus Non CnC sasesuai dengan tenggat waktu 2 Januari 2016 dan segera melakukan evaluasi kembali terhadap seluruh IUP yang berstatus CnC.
3. KLHK dan KPK segera melakukan penegakan hukum terhadap IUP CnC maupun Non CnC yang tidak memiliki IPPKH
4. KLHK dan Kementerian ESDM segera melakukan penegakan hukum terhadap perusahaan tambang pemegang IUP yang menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang signifikan
dan menyebabkan hilangnya nyawa.
5. KPK segera melakukan penegakan hukum terhadap korporasi pemegang IUP berdasarkan temuan Korsup Minerba yang tidak ditindaklanjuti baik aspek kewilayahan, lingkungan dan keuangan
6. Kapolri dan Jaksa Agung memerintahkan jajarannya untuk memprioritaskan dan memastikan penyelesaian kasus-kasus lubang tambang dan korupsi sektor pertambangan.
7. Terkait Kasus Lubang Tambang di Kaltim, Gubernur, Bupati/Walikota dan Kapolda Kaltim segera menindaklanjuti hasil Rekomendasi dari Komnas HAM
Laporan disusun dan diterbitkan oleh Publish What You Pay Indonesia untuk menandai 20 tahun usia Era Reformasi, sejak 1998. Laporan ini disusun sebagai refleksi dan catatan atas pencapaian agenda reformasi di sektor industri ekstraktif khususnya migas dan pertambangan, baik dari aspek ekonomi dan pembangunan secara makro, penerimaan negara, pemenuhan energi, pemberantasan korupsi, transparansi dan perbaikan tata kelola pemerintahan, serta desentralisasi.
Dokumen ini membahas tentang tata cara pemungutan, penagihan, dan pengembalian pajak rokok di KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus sesuai peraturan perundang-undangan. Pajak rokok dipungut sebesar 10% dari cukai rokok dan dipungut bersamaan dengan pemungutan cukai. Dokumen pentingnya adalah SPPR dan SSBP. Kekurangan pembayaran akan ditindaklanjuti dengan SPKPPR, sedangkan pengembalian didasark
Disampaikan oleh Sony Heru Prasetyo, Kasubag Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Ditjen Minerba, pada penajaman desain program Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Tata Kelola Hutan dan Lahan yang Baik (SETAPAK), 3 Februari 2016.
Komitmen pemberantasan korupsi pemerintah Indonesia tercantum dalam Inpres No. 7/2015 dan Inpres no. 10/2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Sudah sejauh manakah kinerja pemberantasan korupsi ini?
Di sisi lain, adanya Gerakan Nasional Penyelamatan SDA yang mendorong perbaikan tata kelola SDA khususnya hutan dan kebun menjadi momentum perbaikan sektor ini.
Kertas posisi ini disusun oleh koalisi masyarakat sipil di Sumatera yang fokus pada tata kelola sektor kehutanan dan perkebunan dalam rangkaian kegiatan Indonesia Anti Corruption Forum ke 5 di Riau (22-23 Nov 2016). Sejumlah rekomendasi bagi pemerintah pusat dan daerah yang dihasilkan semoga menjadi masukan dalam perbaikan sektor ini.
Studi kasus ini menganalisis hambatan implementasi pemungutan pajak bumi dan bangunan di Kota Malang. Hambatan utama adalah masalah kewenangan antara kantor pelayanan pajak dengan pemerintah kota serta koordinasi antar instansi yang kurang. Studi ini menggunakan model proses implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn untuk menganalisis masalah tersebut.
Dokumen tersebut membahas latar belakang dan konsep Omnibus Law yang diusulkan pemerintah Indonesia untuk menyederhanakan regulasi dengan menggabungkan beberapa undang-undang yang tumpang tindih ke dalam satu undang-undang besar. Dokumen tersebut juga menjelaskan cakupan Rancangan Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja yang merupakan salah satu Omnibus Law yang diajukan pemerintah serta memberikan analisis
Dokumen tersebut membahas tentang catatan akhir tahun Publish What You Pay Indonesia mengenai tata kelola sumberdaya ekstraktif migas dan pertambangan di Indonesia pada tahun 2013. Pertama, Indonesia telah melaksanakan inisiatif EITI untuk transparansi penerimaan negara, namun masih terdapat ketidaksesuaian data antara laporan pemerintah dan perusahaan. Kedua, masih lemahnya partisipasi perusahaan pertambangan dalam pelaporan dan pengelola
Presentasi Oleh: Ditjen Minerba-ESDM
disampaikan dalam:
"Diskusi Publik - Tantangan Transparansi Penerimaan Migas dan Tambang"
Diselenggarakan oleh Publish What You Pay (PWYP) Indonesia dengan dukungan NRGI & Ford Foundation,
(Jakarta, 04 Februari 2015)
Skripsi ini membahas pengaruh kewajiban kepemilikan NPWP, pemeriksaan pajak, dan penagihan pajak terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Jakarta Selatan. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan mewajibkan kepemilikan NPWP dan meningkatkan pemeriksaan serta penagihan pajak untuk meningkatkan kesadaran membayar pajak dan penerimaan negara.
1. Mendorong Keterbukaan Perizinan dan Masukan bagi Perda Pertambangan di Provinsi NTB
2. Mengakses Informasi Izin Pertambangan: Aksi Jamhur yang Menginspirasi
3. Tantangan Keterbukaan Beneficial Ownership bagi Negara Anggota OGP
4. Urgensi Kebijakan Satu Data di Provinsi NTB
5. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengawasan Pertambangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan disusun dan diterbitkan oleh Publish What You Pay Indonesia untuk menandai 20 tahun usia Era Reformasi, sejak 1998. Laporan ini disusun sebagai refleksi dan catatan atas pencapaian agenda reformasi di sektor industri ekstraktif khususnya migas dan pertambangan, baik dari aspek ekonomi dan pembangunan secara makro, penerimaan negara, pemenuhan energi, pemberantasan korupsi, transparansi dan perbaikan tata kelola pemerintahan, serta desentralisasi.
Dokumen ini membahas tentang tata cara pemungutan, penagihan, dan pengembalian pajak rokok di KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus sesuai peraturan perundang-undangan. Pajak rokok dipungut sebesar 10% dari cukai rokok dan dipungut bersamaan dengan pemungutan cukai. Dokumen pentingnya adalah SPPR dan SSBP. Kekurangan pembayaran akan ditindaklanjuti dengan SPKPPR, sedangkan pengembalian didasark
Disampaikan oleh Sony Heru Prasetyo, Kasubag Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Ditjen Minerba, pada penajaman desain program Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Tata Kelola Hutan dan Lahan yang Baik (SETAPAK), 3 Februari 2016.
Komitmen pemberantasan korupsi pemerintah Indonesia tercantum dalam Inpres No. 7/2015 dan Inpres no. 10/2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi. Sudah sejauh manakah kinerja pemberantasan korupsi ini?
Di sisi lain, adanya Gerakan Nasional Penyelamatan SDA yang mendorong perbaikan tata kelola SDA khususnya hutan dan kebun menjadi momentum perbaikan sektor ini.
Kertas posisi ini disusun oleh koalisi masyarakat sipil di Sumatera yang fokus pada tata kelola sektor kehutanan dan perkebunan dalam rangkaian kegiatan Indonesia Anti Corruption Forum ke 5 di Riau (22-23 Nov 2016). Sejumlah rekomendasi bagi pemerintah pusat dan daerah yang dihasilkan semoga menjadi masukan dalam perbaikan sektor ini.
Studi kasus ini menganalisis hambatan implementasi pemungutan pajak bumi dan bangunan di Kota Malang. Hambatan utama adalah masalah kewenangan antara kantor pelayanan pajak dengan pemerintah kota serta koordinasi antar instansi yang kurang. Studi ini menggunakan model proses implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn untuk menganalisis masalah tersebut.
Dokumen tersebut membahas latar belakang dan konsep Omnibus Law yang diusulkan pemerintah Indonesia untuk menyederhanakan regulasi dengan menggabungkan beberapa undang-undang yang tumpang tindih ke dalam satu undang-undang besar. Dokumen tersebut juga menjelaskan cakupan Rancangan Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja yang merupakan salah satu Omnibus Law yang diajukan pemerintah serta memberikan analisis
Dokumen tersebut membahas tentang catatan akhir tahun Publish What You Pay Indonesia mengenai tata kelola sumberdaya ekstraktif migas dan pertambangan di Indonesia pada tahun 2013. Pertama, Indonesia telah melaksanakan inisiatif EITI untuk transparansi penerimaan negara, namun masih terdapat ketidaksesuaian data antara laporan pemerintah dan perusahaan. Kedua, masih lemahnya partisipasi perusahaan pertambangan dalam pelaporan dan pengelola
Presentasi Oleh: Ditjen Minerba-ESDM
disampaikan dalam:
"Diskusi Publik - Tantangan Transparansi Penerimaan Migas dan Tambang"
Diselenggarakan oleh Publish What You Pay (PWYP) Indonesia dengan dukungan NRGI & Ford Foundation,
(Jakarta, 04 Februari 2015)
Skripsi ini membahas pengaruh kewajiban kepemilikan NPWP, pemeriksaan pajak, dan penagihan pajak terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Jakarta Selatan. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan mewajibkan kepemilikan NPWP dan meningkatkan pemeriksaan serta penagihan pajak untuk meningkatkan kesadaran membayar pajak dan penerimaan negara.
1. Mendorong Keterbukaan Perizinan dan Masukan bagi Perda Pertambangan di Provinsi NTB
2. Mengakses Informasi Izin Pertambangan: Aksi Jamhur yang Menginspirasi
3. Tantangan Keterbukaan Beneficial Ownership bagi Negara Anggota OGP
4. Urgensi Kebijakan Satu Data di Provinsi NTB
5. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengawasan Pertambangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dokumen tersebut membahas hasil koordinasi dan supervisi KPK terhadap penataan izin usaha pertambangan sektor mineral dan batubara. Temuan utama meliputi masih adanya IUP non CnC, IUP di kawasan hutan lindung dan konservasi, serta perlunya integrasi database izin antara pemerintah pusat dan daerah. Langkah yang diambil antara lain pengumpulan data IUP, penertiban IUP non CnC dan di kawasan larangan, serta revitalisasi database
Laporan ini merangkum upaya reformasi tata kelola pertambangan batubara yang dilakukan KPK melalui Korsup Minerba sejak 2014-2017. Terdapat peningkatan perizinan yang tidak terkontrol setelah desentralisasi, mengakibatkan izin berlebih. Korsup mendorong penertiban izin, khususnya non-Clean and Clear. Hasilnya, 776 izin dicabut, meliputi 3,56 juta hektar. Izin batubara tersisa 2966 iz
Sekitar Rp 1.387 triliun uang beredar di sektor minyak bumi dan gas (migas) dan mineral dan batubara (minerba), ribuan pengusaha menikmati penghasilan dari mengeruk kekayaan di sektor pertambangan (BPS, 2014 & BI, 2014). Namun, hanya sekitar Rp 96,9 triliun yang dapat ditarik pajaknya (DJP, 2014). Ini terjadi karena pemerintah tak memiliki informasi yang akurat tentang beneficial ownership di sektor pertambangan.
Banyak perusahaan ekstraktif (migas dan minerba) yang beroperasi di Indonesia. Namun, publik tidak pernah tahu siapa orang di balik kendali perusahaan dan penerima manfaat utama dari operasi perusahaan tersebut (beneficial ownership). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI), sepanjang tahun 2014, Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor pertambangan baik di sektor hulu maupun di sektor hilir mencapai Rp 1.387 triliun (BPS, 2014 & BI, 2014). Banyak perusahaan dan individu yang berinvestasi di sektor ini karena nilai ekonominya sangat fantastis.
Kendati demikian, keuntungan yang didapat oleh perusahaan dan pengusaha tersebut belum seimbang dengan pajak yang dibayarkan ke negara. Data Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menunjukan total penerimaan pajak di sektor pertambangan hanya sebesar Rp. 96,9 triliun. Artinya, nisbah bagi hasil antara penerimaan pajak dengan PDB sektor pertambangan hanya sebesar 9,4%.
Kepatuhan penempatan dana jaminan reklamasi dan pascatambang oleh perusahaan pemegang izin pertambangan masih rendah, dengan hanya 40% yang memenuhi kewajiban tersebut. Rendahnya kepatuhan berpotensi menimbulkan kerugian negara yang besar dalam bentuk biaya reklamasi tambang yang ditinggalkan. Penegakan hukum dan pengawasan terhadap pertambangan perlu ditingkatkan.
Tiga kalimat ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
Pemerintah memperpanjang batas akhir pelaporan SPT PPh WPOP hingga 21 April 2017 untuk mendukung keberhasilan program tax amnesty yang berakhir pada 31 Maret 2017, sementara pemerintah juga terus memperketat aturan perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak.
Kebijakan Perijinan & Upaya Peningkatan Pelayanan Melalui Administratief BeroepTri Widodo W. UTOMO
Teks tersebut membahas tentang berbagai bentuk perijinan yang diterbitkan pemerintah daerah yang dianggap menghambat aktivitas ekonomi. Tulisan ini menganjurkan dibutuhkannya mekanisme upaya administratif untuk memperbaiki pelayanan perijinan dan meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah.
Dokumen tersebut membahas tentang aliran uang haram dan kepatuhan perpajakan di Indonesia khususnya di sektor pertambangan. Disebutkan bahwa aliran uang haram di Indonesia selama 2003-2012 mencapai Rp1.690 triliun per tahun dan diperkirakan meningkat menjadi Rp227,7 triliun pada 2014. Aliran uang haram di sektor pertambangan mencapai Rp23,89 triliun akibat pengiriman barang yang salah tagihan
Siaran Pers Publish What You Pay (PWYP) Indonesia menyikapi terpilihnya Dirjen Migas dan Minerba. PWYP Indonesia memandang terdapat sejumlah pekerjaan rumah bagi kedua pejabat eselon I itu yang harus diprioritaskan untuk dituntaskan.
Koalisi masyarakat sipil meminta dirjen baru di Kementerian ESDM untuk menuntaskan beberapa pekerjaan rumah terkait tata kelola sumber daya ekstraktif, seperti merevisi UU Migas, merenegosiasi kontrak KK dan PKP2B, serta memulihkan status Indonesia sebagai negara patuh EITI.
The document discusses several topics related to open contracting and mining permits in Indonesia, including:
1) The need for transparency in extractive industry contracts and permits, as mandated by law, but challenges in implementation remain.
2) Efforts to increase community participation and monitoring of mining activities through the use of permitting documents.
3) Citizen journalism as an alternative media for communities to voice concerns not accommodated by mainstream media.
Dokumen tersebut membahas visi, misi, dan program Joko Widodo dan Jusuf Kalla di bidang energi, pertambangan, dan sumber daya alam untuk periode 2014-2019, yang mencakup peningkatan produksi energi, pengurangan korupsi di sektor sumber daya alam, dan peningkatan nilai tambah industri terkait.
Dokumen tersebut membahas perencanaan dan pembiayaan pembangunan di Indonesia dengan pendekatan yang bersifat holistik, tematik, integratif dan spasial. Beberapa sumber pembiayaan yang disebutkan antara lain dana transfer, pinjaman luar negeri, kerja sama pemerintah dengan badan usaha, dan investasi non-APBN.
Panduan mengikuti PPS - Program Pengungkapan Sukarelaomni sukses
Program Pengungkapan Sukarela (PPS) memberikan kesempatan bagi Wajib Pajak untuk mengungkapkan harta yang belum dilaporkan dalam periode 1 Januari 1985-31 Desember 2020 dengan tarif yang lebih rendah dibandingkan sanksi yang diberlakukan apabila harta tersebut ditemukan melalui pemeriksaan pajak.
Similar to Catatan Akhir Tahun 2015: Reformasi Tata Kelola Migas dan Tambang (20)
1. Nyawiji Nandur Kanggo Lestarine Kendeng
2. Sedulur Kendeng Social Audit Training: Increasing Community Participation in Development Oversight
3. Sedulur Kendeng Social Audit Training: Increasing Community Participation in Development Oversight
4. Self-led influencing: Shifting the Empowerment Narrative
5. Moeldoko and JMPPK Discuss Kendeng Mountain Study
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Aliansi masyarakat sipil menyampaikan masukan untuk RPJMD Jawa Tengah agar lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan dengan memperhatikan rekomendasi KLHS terkait Pegunungan Kendeng.
2. Kegiatan lingkar belajar advokasi kebijakan dan temu kartini Kendeng membahas keterlibatan perempuan dalam perencanaan pembangunan agar lebih berdaya
1. The Civil Society Alliance: "The RPJMD of Central Java Province Must Be Inclusive, Fair and Sustainable"
2. Community Training on Policy Advocacy and Kendeng Women Gathering
3. Kendeng Community Recites Al-Quran for the Mother Nature
4. “Letter of Super Soko Semar (SUPERSEMAR)” KLHS Orders President, Must Be Done !!!
5. These Kartini from Central Java Will Continue to Speak Out for the Sustainability of the Earth
6. JMPPK Builds Command Post to Monitor Kendeng Mountain Mining Violations
Omnibus Law dianggap memiliki implikasi yang serius terhadap penataan ruang dan lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan RUU Cipta Kerja melemahkan proteksi lingkungan demi kepentingan investasi, dan menghilangkan mekanisme pengawasan seperti Komisi Penilai Amdal. Stranas PK berupaya meningkatkan tata kelola data perizinan sektor sumber daya alam melalui Kebijakan Satu Peta, namun menemui kendala karena ketersed
Compared with other sources of energy, oil and gas continue to become primary sources of energy in Indonesia with the highest level of consumption. Apart from propping up almost one third of national revenue, oil and gas also significantly contribute to create job opportunities, supply the need of fuel, petrochemical industry which in turn effectively enhances investment and economy.
As a natural resource contained within the bowel of the earth, the constitution of the Republic of Indonesia asserts that the ownership and enterpreneurship of national oil and gas industry is controlled by the state and immensely benefitted to the welfare of people accordingly (constitution 1945, article 33). Furthermore, it is asserted through the law 22/2001 on oil and gas that the control by the state is administered by the government as the holder of mining right. It means, the government is entitled with authority to administer the exploration and exploitation of oil and gas throughout Indonesian territory.
Dokumen tersebut membahas tentang opsi-opsi yang diajukan Dewan EITI terkait keterbukaan kontrak antara pemerintah dan perusahaan ekstraktif dalam standar EITI di masa depan, yaitu apakah kontrak tersebut harus dibuka secara umum, dibuka dengan pengecualian tertentu, atau hanya sebagai dorongan tanpa kewajiban."
Keterbukaan informasi publik merupakan hak asasi setiap warga negara yang mendukung pengembangan diri dan kehidupan seseorang, baik secara pribadi/individu maupun dalam hubungan sosialnya, serta dalam menjalankan peran kehidupan berbangsa dan bernegara secara baik dan bertanggung jawab. Keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri dari negara demokratis, dan menjadiprasyarat dalam partisipasi, transparansi, dan akuntablitas dalam tata kelola pemerintahan yang baik. Keterbukaan informasi publik dapat mendorong kemajuan sebuah bangsa, karena memungkinkan adanya kontrol publik serta mendorong terciptanya check and balances.
This document discusses contract transparency in the extractive industries according to the 2019 EITI Standard. It provides background on EITI and how contract transparency has developed over time in the EITI standards from 2013 to 2019. The 2019 standard now requires EITI implementing countries, including Indonesia, to publish all contracts issued after 2021 and encourages publishing existing contracts. However, Indonesia has yet to fully comply. The document outlines the roles EITI can play in facilitating greater contract transparency at the national level through discussion, publishing contracts, and influencing regulatory changes.
Openness of public information is a human right of every citizen who supports self- development and the life of a person, both personally / individually and in social relations, and in carrying out the role of national and state life in a good and responsible manner. Openness of public information is one of the characteristics of a democratic country, and is a prerequisite for participation, transparency and accountability in good governance. Openness of public information can encourage the progress of a nation, because it allows for public control and encourages the creation of checks and balances
Dokumen ini membahas tentang upaya keterbukaan pemerintah Indonesia melalui kebijakan Satu Data, termasuk implementasinya di sektor kelautan dan perikanan, sumber daya energi dan mineral, serta pengalaman seorang wanita yang dulu terlibat pertambangan ilegal namun kini mengawasi aktivitas pertambangan.
The principle of openness in running the government is needed to realize a participatory government where people can actively participate in overseeing policy implementation. To support this, the Government of Indonesia has committed to use the principle of public information disclosure, which is shown through Law No. 14/2008. Moreover, Indonesia had participated in Open Government Partnership (OGP) which has 78-member countries which Indonesia is one of the pioneers of OGP, as well as Presidential Decree No.39/2019 on Satu Data (One Data) Indonesia.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Pertambangan yang mewajibkan pemerintah untuk mempublikasikan data dan informasi pertambangan serta memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengawasan pertambangan. Meski merupakan langkah positif, masih diperlukan aturan turunan untuk memperjelas pelaksanaannya.
The government of West Nusa Tenggara Province issued a Local Government Regulation on Mining Governance in September 2019. In this newly-issued regulation, there is a specific chapter on data and information systems of the mining sector and also provisions that guarantee public participation to monitor mining activities in the province. This is an answer to the problems faced by the people living near mining areas in West Nusa Tenggara Province.
West Nusa Tenggara Province (NTB) is one of the provinces with abundant metal and non-metal mineral resources and spread in almost all districts / cities. Now, there are 261 Mining Business Licenses (IUP) in NTB, consisting of 27 metal mineral IUPs and 234 rock IUPs (NTB ESDM Service, 2019). From 27 metal mineral IUPs, in fact there are 11 IUPs covering an area of 35,519 ha that are indicated to be in protected and conservation forest areas (DG Minerba, MEMR, 2017). Whereas based on Law number 41 of 1999 concerning Forestry, the two regions may not be used for mining activities.
The need for contract (and licensing documents) openness in the extractive industries is currently getting stronger, along with public demands for a transparent and accountable extractive industry governance. Some cases have shown a good precedent of contract openness in the said sector in Indonesia
Kajian ini menemukan bahwa selama masa darurat Covid-19 di NTB, akses informasi publik terkait penanganan Covid-19 sangat terbatas bagi masyarakat pedesaan, terutama kelompok perempuan dan rumah tangga berpenghasilan rendah. Informasi yang seharusnya tersedia tidak merata, bahkan ada masyarakat yang sama sekali tidak mengetahui informasi terkait Covid-19. Meskipun demikian, layanan informasi pemerintah
Dokumen tersebut membahas kerangka hukum keterbukaan kontrak di sektor migas dan minerba Indonesia. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa Pasal 33 UUD 1945 memberikan mandat penguasaan negara atas sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat, yang mewajibkan keterbukaan informasi pengelolaan sumber daya alam termasuk kontraknya. UU KIP juga mewajibkan keterbukaan dokumen publik seperti kontrak, me
Countries around the world collect taxes from their people in various forms, income tax, vehicle tax, land-building tax, fees from extraction of natural resources (royalties) and so forth. John Locke declared tax payments as reciprocity for meeting the people’s needs to get protection from the state.1 Such protection can be interpreted as guarantee and fulfillment of basic rights such as the right to life, health, ownership of property, and education.2 Richard Murphy emphasized the principle of protection, countries that collect taxes must protect their citizens without discrimination and provide public goods.3
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan standar Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) khususnya mengenai keterbukaan kontrak dan izin di sektor sumber daya alam. Standar EITI semakin mengharuskan negara anggota untuk mempublikasikan kontrak dan izin yang diberikan, meskipun sebelumnya hanya bersifat opsional. Indonesia sebagai negara pelaksana EITI belum sepenuhnya melaksanakan kewajiban tersebut.
Article 33 paragraph (3) of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia expressly states that all-natural resources in the land of Indonesia are controlled by the state and used to realize the prosperity of the people.1 Oil and gas, as well as minerals and coal are some of Indonesia’s natural wealth, which must be managed to achieve the objectives of Article 33 paragraph (3) of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. Considering that oil and gas, mineral and coal are classified as high risk, high technology, and high cost industries, the management needs to be done in collaboration with various parties who have capital and competitive technology. Most of the cooperation in oil and gas, mineral and coal management is carried out based on the contract system. In the Indonesian context, the contract system is widely used for upstream sector activities that include exploration and exploitation/production of oil and gas, and mineral and coal, while for downstream activities it is implemented through the granting of a business license.2 Since 2009, part of the upstream mineral and coal sector has been implemented through a licensing system.
More from Publish What You Pay (PWYP) Indonesia (20)
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...
Catatan Akhir Tahun 2015: Reformasi Tata Kelola Migas dan Tambang
1. Catatan
Akhir
Tahun
2015
Reformasi
Tata
Kelola
Migas
dan
Tambang
Sepanjang
tahun
2015,
Pemerintahan
baru
Jokowi-‐Jk
Hasil
Pemilu
2014
diwarnai
proses
konsolidasi
politik
dan
fase-‐fase
indah
‘bulan
madu’
dengan
rakyat
sebagai
konstituen
utama
Pemerintah.
Harapan
publik
dan
janji-‐janji
kampanye
saat
Pemilu
dipertaruhkan
komitmen
pewujudannya
di
tahun
ini,
terutama
apakah
Pemerintah
mampu
meletakkan
dasar
dasar
strategis
pelaksanaan
Nawa
Cita
melalui
berbagai
cetak
biru
kebijakan-‐baik
di
jangka
menengah
maupun
jangka
pendek/tahunan.
Demikian
halnya
di
sektor
migas
dan
tambang.
Seiring
peliknya
tantangan
ketahanan
energi
di
tengah
tingginya
konsumsi
BBM
dan
menurunnya
harga
minyak
serta
komoditas
tambang
lainnya,
sektor
ini
terlihat
terus
berbenah
dengan
berbagai
terobosan-‐
terobosan
untuk
menyelesaikan
beberapa
persoalan
‘sistemik’
dari
tata
kelola
migas
dan
tambang.
Mulai
dari
hulu
hingga
hilir,
menyangkut
jantung
fiskal
penerimaan
negara
dan
pajak,
sarat
dengan
pergerakan
modal
dan
kepentingan
korporasi
serta
elit
politik,
juga
menyisakan
agenda
reformasi
regulasi
yang
tak
kunjung
usai
dan
masih
terus
berlanjut
hingga
tahun
2016
mendatang.
Menjelang
akhir
tahun,
publik
dikejutkan
oleh
kegaduhan
#PapaMintaSaham-‐sebuah
pertontotan
sinyalemen
‘perburuan
rente’
yang
hampir
mengikis
tandas
kepercayaan
publik
pada
elit-‐elit
politik.
Sementara
di
tataran
rakyat
biasa,
di
penghujung
tahun-‐tepatnya
2
hari
lalu,
di
belahan
Kalimantan,
korban
lobang
tambang
kembali
berjatuhan,
seorang
bocah
perempuan
kelas
3
SD
menjadi
korban
lobang
tambang
ke-‐19
di
Kaltim.
Seriuskah
negeri
kita
menata
sumberdaya
alamnya?
berikut
catatan
Publish
What
You
Pay
Indonesia
di
penghujung
tahun
2015.
1.
Gerakan
Nasional
Penyelamatan
Sumber
Daya
Alam
(GN-‐PSDA)
:
Tertibkan
Ijin,
Selamatkan
Sumberdaya
Publik
19
Maret
2015,
Presiden
Jokowi
dan
Pimpinan
KPK
bersama
29
Kementerian/Lembaga
melakukan
penandatanganan
MOU
Rencana
Aksi
GN-‐PSDA
guna
untuk
melakukan
pemantauan
di
31
Provinsi
(300-‐
an
Kabupaten),
meliputi
Sektor
Pertambangan
serta
Kehutanan,
Perkebunan,
dan
Kelautan.
5
hal
utama
pemantauan
Di
sektor
Pertambangan
Mineral
dan
Batubara
(Minerba)
:
(1)
penertiban
ijin
usaha
pertambangan;
(2)
pemantauan
kewajiban
keuangan
negara,
pajak,
dan
produksi;
(3)
pemantauan
kewajiban
lingkungan
dan
pasca-‐tambang,
termasuk
pemanfaatan
lahan
dan
hutan
untuk
pertambangan;
(4)
pemantauan
aspek
peningkatan
nilai
tambah;
serta
(5)
pemantauan
renegosiasi
Kontrak
Karya
pertambangan
dan
Batubara
(KK
dan
PKP2B).
2. GN
PSDA
sektor
Minerba
yang
digawangi
oleh
Dirjen
Minerba
dan
Divisi
Litbang
KPK
sejauh
ini
hasilnya
terlihat
dengan
penyelamatan
penerimaan
negara
hingga
lebih
dari
10
Triliun,
pencabutan/penyelesaian
IUP
yang
tidak
memenuhi
sertifikasi
Clean
and
Clear
mencapai
1000-‐an
IUP,
rekomendasi
pencabutan
4600-‐an
IUP
yang
tidak
Clean
and
Clear,
temuan
ijin
yang
tumpang
tindih
dengan
ijin
komoditas
lain
(perkebunan
dan
kehutanan)
serta
berada
di
kawasan
hutan
konservasi/lindung
(kurang
lebih
3,9
juta
hektar),
24%
dari
7.834
IUP
yang
didata
Dirjen
Pajak
(DJP)
tidak
memiliki
Nomor
Pokok
Wajib
Pajak
(NPWP),
serta
70%
dari
10.900-‐an
IUP
yang
dimonitoring
tidak
memenuhi
kewajiban
penjaminan
dana
rehabilitasi
dan
pasca-‐tambang.
Hingga
kini,
proses
Korsup
Minerba
masih
berlangsung,
dan
daftar
sebagian
pemegang
IUP
telah
dipublikasi
di
website
Kementerian
ESDM.
Agenda
2016
yang
menunggu
untuk
diselesaikan
segera
oleh
Pemerintah
sebagai
tindak
lanjut
dari
Korsup
Minerba
ini
antara
lain
:
pencabutan
4600-‐an
lebih
IUP
yang
tidak
Clean
and
Clear,
penertiban
kewajiban
pajak
dan
penerimaan
negara,
penertiban
kewajiban
rehabilitasi
dan
pasca-‐tambang,
serta
menindaklanjuti
dengan
reformasi
sistemik
sistem
perijinan,
produksi
dan
penerimaan
negara,
pemantauan
kepatuhan
lingkungan
dan
sosial
serta
aspek
pengembangan
sistem
data
dan
informasi
yang
memadai
untuk
penertiban
pengelolaan
sektor
pertambangan.
2.
Perijinan
Terpadu
Satu
Pintu
(PTSP)
:
Tegakkan
Standard
Kepatuhan
dan
Integrasikan
Sistem.
Terbitnya
Instruksi
Presiden
Nomor
4
Tahun
2015
Tentang
Penyelenggaraan
Pelayanan
Terpadu
Satu
Pintu
Pusat
(PTSP)
di
Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal
(BKPM)
digadang-‐gadang
sebagai
salah
satu
langkah
maju
untuk
mereformasi
perijinan
menjadi
lebih
efektif
dalam
mendorong
pembangunan
ekonomi.
Inpres
yang
mewajibkan
pelimpahan/pendelegasian
wewenang
penerbitan
perijinan
dan
non-‐
perijinan
terkait
penanaman
modal
ke
BKPM
ini
diikuti
langkah
Menteri
ESDM
untuk
memangkas
lebih
dari
60%
jumlah
perizinan
di
bidang
Migas
dan
Minerba.
Agenda
kritikal
yang
harus
ditindaklanjuti
di
tahun
depan
berkaitan
dengan
PTSP
ini
terutama
bagaimana
mengkontekskan
pengintegrasian
sistem
satu
pintu
ini
dengan
proses
pengambilan
keputusan
terkait
pemberian
ijin
diantaranya
melalui
integrasi
satu
peta
(one
map),
penegakan
standar
tertinggi
dengan
menjunjung
tinggi
transparansi,
akuntabilitas
dan
fairness
process;
pengintegrasian
data
perusahaan
pemegang
ijin
dengan
kewajiban
pelaporan
produksi,
pembayaran
pajak/penerimaan
negara
serta
kewajiban
lingkungan
dan
rehabilitasi
pasca-‐tambang.
3. 3.
Tax
Amnesty
:
Karpet
Merah
Di
Tengah
Aliran
Uang
Ilegal
Sektor
Tambang
Disetujuinya
RUU
Pengampunan
Pajak
(Tax
Amnesty)
oleh
DPR
sebagai
program
legislatif
nasional
cukup
mengundang
kekhawatiran
publik
akan
gelaran
karpet
merah
bagi
pelaku
korupsi
dan
pengemplang
pajak.
RUU
Pengampunan
Pajak
ini
tentu
saja
mencederai
keadilan
publik
serta
tidak
efektif
untuk
menggenjot
penerimaan
pajak.
Apalagi
dengan
fakta
yang
menunjukkan
bahwa
Indonesia
berada
dalam
kondisi
darurat
aliran
uang
ilegal
(illicit
financial
tax
and
flow).
Laporan
terbaru
dari
Global
Financial
Integrity
(GFI)
2014
yang
berjudul
“Illicit
Financial
Flows
from
Developing
Countries:
2003
–
2012”
menempatkan
Indonesia
pada
urutan
ketujuh
dari
Negara-‐negara
di
dunia
dengan
aliran
uang
haram
tertinggi,
dengan
estimasi
total
selama
2003-‐2012
mencapai
USD.
187.844
juta
(Rp.
1.690
triliun
dengan
nilai
kurs
rata-‐rata
Rp.
9.000/USD)
atau
rata
–
rata
pertahun
mencapai
USD.
18.784
juta
(Rp.
169
triliun).
Sementara,
dengan
metode
perhitungan
yang
sama,
PWYP
Indonesia
mencatat
dugaan
total
aliran
uang
haram
di
Indonesia
pada
Tahun
2014
mencapai
Rp.
227,7
triliun.
Setara
dengan
11,7%
dari
total
APBN–P
Tahun
2014.
Khusus
untuk
sektor
pertambangan
(migas,
mineral
dan
batubara/bahan
galian),
kenaikan
aliran
uang
ilegal
dalam
kurun
2003–2014
mencapai
102,43%
atau
rata–rata
setiap
tahun
terjadi
kenaikan
sebesar
8,53%.
Tahun
2003
total
aliran
uang
ilegal
di
sektor
pertambangan
ditengarai
mencapai
Rp.
11,80
triliun,
sedangkan
tahun
2014
naik
mencapai
Rp.
23,89
triliun.
aliran
uang
ilegal
di
sektor
pertambangan
diakibatkan
oleh
adanya
transaksi
perdagangan
faktur
palsu
(trade
mis-‐invoicing).
Hal
ini
diduga
terjadi
karena
maraknya
tambang–tambang
ilegal
yang
beroperasi
(illegal
mining)
dan
terjadi
ekspor
komoditi
pertambangan
yang
tidak
tercatat.
Hal
tersebut
juga
disebabkan
oleh
tingginya
indikasi
terjadinya
penghindaran
pajak
dan
pengelakan
pajak
yang
melibatkan
perusahaan
pertambangan
di
Indonesia.
Hal
ini
bisa
dilihat
dari
data
realisasi
penerimaan
pajak
di
sektor
pertambangan
yang
hanya
sebesar
Rp.
96,9
triliun.
Bandingkan
dengan
Produk
Domestik
Bruto
(PDB)
sektor
pertambangan
yang
mencapai
Rp.
1.026
triliun.
Artinya,
nisbah
penerimaan
pajak
terhadap
PDB
(tax
ratio)
sektor
pertambangan
hanya
sebesar
9,4%.
KPK
misalnya,
menemukan
masih
banyak
perusahaan
pertambangan
di
Indonesia
yang
tidak
patuh
dalam
pembayaran
pajak.
Misalnya
saja,
dari
data
hasil
Koordinasi
dan
Supervisi
KPK
dengan
Kementerian
ESDM
dan
instansi
terkait,
dari
7.834
perusahaan
yang
di
data
oleh
Direktorat
Jenderal
Pajak,
sebesar
24%
tidak
memiliki
NPWP,
serta
sekitar
35%
yang
tidak
melaporkan
SPT.
Melihat
praktik
kejahatan
perpajakan
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
pertambangan,
sangat
tidak
adil
jika
mereka
diberikan
pengampunan.
Pemberian
pengampunan
pajak
bagi
perusahaan
tambang
akan
semakin
melanggengkan
pelanggaran
HAM
korporasi
tambang
di
Indonesia.
Seharusnya
pemerintah
lebih
fokus
kepada
aspek
penegakan
hukum
dengan
menindak
tegas
perusahaan
pertambangan
yang
tidak
memiliki
NPWP
dan
tidak
membayar
pajak.
Ini
bisa
mendorong
penerimaan
negara.
Selain
itu,
perbaikan
regulasi,
sistem
administrasi
perpajakan
dan
kelembagaan
harus
segera
dilakukan.
4. 4.
Revisi
UU
Migas
dan
UU
Minerba
:
Jalan
di
Tempat
Telah
lebih
dari
4
tahun
Revisi
UU
Migas
menjadi
agenda
Prolegnas
di
DPR,
namun
hingga
kini
revisi
UU
tersebut
belum
juga
diketok
palu
oleh
DPR.
Padahal
Revisi
UU
ini
penting
untuk
memberi
kepastian
Badan
Hulu
(SKK
Migas)
karena
sebelumnya
BPMigas
telah
dibubarkan
atas
Putusan
MK.
Revisi
UU
Migas
juga
berkaitan
penting
dengan
aspek
ketahanan
dan
kemandirian
energi,
transparansi
publik,
akomodasi
aspek
lingkungan
dan
sosial,
termasuk
menutup
celah
bagi
praktek
mafia
migas.
Namun,
belum
selesai
UU
Migas
direvisi,
DPR
juga
telah
memasukkan
Revisi
UU
Minerba
sebagai
salah
satu
Prolegas
dengan
isu
utama
terkait
kewajiban
hilirisasi/pengembangan
smelter,
proses
perpanjangan
kontrak,
dan
isu
terkait
BUMN
di
sektor
Minerba.
Tidak
pelak
lagi,
di
tahun
2016
Pemerintah
harus
segera
menyelesaikan
revisi
kedua
Undang-‐Undang
ini,
untuk
memberikan
kepastian
hukum
dan
memastikan
pengelolaan
sumber
daya
alam
migas
dan
tambang
menjadi
lebih
bertanggungjawab,
transparan
dan
berkelanjutan
demi
kepentingan
nasional.
Pemerintah
dan
DPR
juga
harus
memastikan
bahwa
revisi
kedua
UU
ini
tidak
ditunggangi
oleh
kepentingan
‘mafia’
yang
mengutamakan
perburuan
rente
bagi
pribadi,
elit
dan
kepentingan
kelompok
tertentu.
5.
Rekomendasi
Tim
Reformasi
Tata
Kelola
Migas
:
Menunggu
Tindak
Lanjut
Hasil
Audit
Petral
dan
Perbaikan
Sistem
Trading
Minyak
Mentah
Atas
rekomendasi
Tim
Reformasi
Tata
Kelola
Migas
yang
diketuai
oleh
Faisal
Bashri,
audit
anak
perusahaan
Petral
dilakukan.
hasil
audit
forensik
terhadap
Pertamina
Energy
Trading
Ltd
(Petral)
menyebutkan
terjadinya
ketidakwajaran
dalam
pengadaan
minyak
mentah
pada
periode
2012-‐2014.
Berdasarkan
temuan
lembaga
auditor
Kordha
Mentha,
jaringan
mafia
minyak
dan
gas
(migas)
telah
menguasai
kontrak
suplai
minyak
senilai
US$
18
miliar
atau
sekitar
Rp
250
triliun
selama
tiga
tahun
terakhir.
Hingga
kini,
publik
menunggu
apa
tindak
lanjut
atas
audit
petral
tersebut,
Pemerintah
didesak
untuk
segera
menindaklanjuti
hasil
temuan
audit
atas
anak
usaha
PT
Pertamina,
Petral
ke
ranah
hukum.
Berbagai
kalangan
juga
meminta
agar
laporan
hasil
audit
itu
dapat
dibuka
kepada
publik,
agar
tidak
menimbulkan
kesimpangsiuran
informasi
dan
publik
dapat
turut
mengawasi.
Selain
tindak
lanjut
hasil
Audit
Petral
tersebut,
agenda
penting
Pemerintah
ke
depan
adalan
mendorong
proses
trading
minyak
mentah
(baik
ekpor
maupun
impor)
menjadi
lebih
transparan
dan
akuntabel,
agar
tidak
menimbulkan
kecurigaan
baru
adanya
mafia
baru,
namun
juga
memberi
kepastian
publik
akan
kemana
larinya
ekspor
produksi
minyak
dan
seberapa
besar
penerimaan
negara
diperoleh,
serta
5. bagaimana
proses
impor
kebutuhan
minyak
mentah
dilakukan
secara
transparan
agar
publik
juga
turut
mengawasi
dan
memberi
dukungan
atas
kebijakan
energi
nasional
demi
kepentingan
bangsa.
6.
Status
EITI
Compliant
Country,
Kado
Optimis
Akhir
Tahun
Dewan
Internasional
Extractive
Industries
Transparency
Initiative
(EITI)
yang
berkedudukan
di
Oslo-‐
Norwegia
menetapkan
Indonesia
kembali
menyandang
status
“EITI
Compliant
Country”
pada
17
Desember
2015
kemarin.
Status
tersebut
kembali
diraih
setelah
diterbitkannya
laporan
ketiga
EITI
periode
2012
–
2013
pada
tanggal
23
November
2015
lalu
yang
proses
penyusunannya
mengacu
pada
standar
EITI
terbaru.
Keberhasilan
Indonesia
mendapat
kembali
status
“Negara
Patuh
EITI”
merupakan
kado
akhir
tahun
yang
memberi
harapan
positif
di
tengah
maraknya
isu
mafia
migas
dan
tambang
serta
praktek-‐praktek
korupsi
dan
konflik
kepentingan
yang
ditengarai
mengincar
sektor
migas
dan
pertambangan.
Tentu
saja
pemerintah
tidak
boleh
puas
dengan
diraihnya
kembali
status
“EITI
Compliant
Country”.
Status
ini
hanya
bemakna
apabila
tujuan
akhir
EITI
tercapai
yaitu
adanya
perbaikan
tata
kelola
sektor
ekstraktif,
khususnya
migas
dan
tambang
menjadi
lebih
transparan
dan
akuntabel
untuk
kesejahteraan
masyarakat.
Di
tahun
2016
mendatang,
EITI
masih
menyisakan
beberapa
catatan
terkait
dengan
tindak
lanjut
atas
sejumlah
temuan
dan
rekomendasi
Laporan,
diantaranya
:
masih
terdapat
10
perusahaan
migas
non
operator
dan
21
perusahaan
minerba
yang
tidak
patuh
lapor
ke
EITI
Indonesia;
perbedaan
hasil
rekonsiliasi
penerimaan
pajak
badan
migas
tahun
2012
sebesar
129,4
juta
USD
dan
tahun
2013
sebesar
14,1
juta
USD;
perbedaan
hasil
rekonsiliasi
penerimaan
pajak
badan
minerba
tahun
2012
sebesar
Rp
290,1
milyar
dan
tahun
2013
sebesar
Rp
53,4
milyar;
serta
aspek
proses
seperti
sulit
dan
lambatnya
dalam
memperoleh
data
dan
informasi;
pembukaan
data
pajak;
serta
masih
adanya
kekeliruan
pencatatan
akun
pada
sektor
minerba
Di
samping
itu,
penting
untuk
mulai
mendorong
EITI
sebagai
mekanisme
‘Beyond
Reporting’
dimana
Prinsip
prinsip
EITI
sebagai
salah
satu
instrument
tranparansi
perlu
didorong
untuk
masuk
ke
dalam
perbaikan
regulasi
seperti
Revisi
UU
Migas
dan
Revisi
UU
Minerba.
Pelaksanaan
EITI
juga
harus
bersinergi
dengan
berbagai
inisiatif
lain
yang
sedang
berjalan
seperti
Strategi
Nasional
Pencegahan
dan
Pemberantasan
Korupsi
(STRANAS
PPK),
Open
Government
Partnership
(OGP),
Gerakan
Nasional
Penyelamatan
Sumberdaya
Alam
(GN-‐PSDA)
KPK,
Sistem
Informasi
Penerimaan
Negara
Bukan
Pajak
Online
(SIMPONI),
Minerba
One
Map
Indonesia
(MOMI)
dan
pengembangan
Modul
Penerimaan
Negara
(MPN).
6. 7.
Skandal
#PapaMintaSaham,
tontonan
praktek
pemburu
rente
yang
memilukan
kasus
#PapaMintaSaham
yang
sempat
menyedot
perhatian
publik
dan
media
awal
Desember
lalu
menjadi
sebuah
tontotan
publik
yang
memilukan
menyaksikan
bagaimana
indikasi
perburuan
rente
jelas
terjadi
dan
melibatkan
elit
DPR
dan
pengusaha.
Tidak
pelak,
kejadian
memilukan
tersebut
menimbulkan
desakan
publik
atas
pencopotan
Setyo
Novanto
(Ketua
DPR
RI)
atas
pelanggaran
etika
‘konflik
kepentingan’
dan
indikasi
‘perburuan
rente’
yang
kental
mewarnai
proses
renegosiasi
kontrak
kerya
Freeport
yang
sedang
diajukan
oleh
perusahaan
asing
berbasis
di
Amerika
Serikat
tersebut.
Praktek
pejabat
publik
yang
bersih
dan
memberikan
teladan
seakan
jauh
dari
tontotan
publik
dalam
hal
ini.
Apalagi
ini
menyangkut
sektor
Pertambangan,
yang
notabene
sarat
dengan
modal
dan
vital
bagi
kepentingan
rakyat.
Potret
buruk
kelakukan
elit
pejabat
publik
seperti
ini,
mencederai
kepercayaan
publik,
mendemoralisasi
hingga
hampir
kikis
tandas
kepercayaan
publik
kepada
lembaga
bernama
DPR,
sungguh
sesuatu
yang
ironi
terjadi
di
sektor
Tambang,
ditengah
mandat
Konstitusi
untuk
mengelola
kekayaan
alam
untuk
sebesar-‐besarnya
kepentingan
rakyat.
Sudahi
permainan
segelintir
elit
untuk
kepentingan
individu
dan
kelompok
!!
8.
Amandemen
Kontrak
Karya
Pertambangan
dan
Batubara
serta
Kewajiban
Hilirisasi
Di
bulan
Desember
2015,
Pemerintah
telah
menandatangi
amandemen
21
Kontrak
Karya
dan
PKP2B
sehingga
total
menjadi
22
dari
107
KK&PKP2B
telah
berhasil
dilakukan
amandemen
oleh
Pemerintah.
Amendemen
yang
meliputi
6
aspek
utama
ini
(luas
wilayah,
kelanjutan
operasi
pertambangan,
penerimaan
negara,
kewajiban
pengolahan
dan
pemurnian,
divestasi
saham,
kewajiban
penggunaan
barang
dan
jasa
dalam
negeri)
memberi
harapan
positip
bagi
pelaksanaan
kegiatan
pertambangan
yang
lebih
memiliki
nilai
tambang
bagi
perekonomian
nasional,
serta
pengembangan
efel
multiple
bagi
ekonomi
lokal
dan
kesejahteraan
masyarakat.
Di
tahun
2016,
komitmen-‐komitmen
dari
hasil
Amandemen
kontrak
tersebut
perlu
dipantau
dengan
baik
dan
difikirkan
bagaimana
skema
pelaksanaannya
secara
serius
oleh
Pemerintah
dan
segenap
pengambil
kebijakan
termasuk
DPR.
Misalnya,
aspek
divestasi
dan
pembangunan
smelter
menyisakan
tantangan
akan
kemampuan
fiskal
pemerintah
dan
kerawanan
perburuan
rente,
serta
pembangunan
smelter
menyisakan
tantangan
ketersediaan
listrik
dan
komitmen
perusahaan
untuk
pengembangan
secara
serius.
Namun
demikian,
jika
kebijakan
dilakukan
secara
konsisten
dan
transparan
serta
akuntabel,
upaya
perbaikan
sektor
ini
tentunya
akan
mendapat
apresiasi
dan
dukungan
publik.
Untuk
itu,
agar
publik
turut
mengawasi
komitmen
tersebut,
hasil
amandemen
kontrak
tersebut
secara
detail
perlu
ditransparansikan
kepada
publik,
terutama
mengenai
isi
komitmen
maupun
dokumen
kontrak
yang
mudah
diakses
oleh
publik,
terlebih
Indonesia
telah
memiliki
Undang-‐Undang
Keterbukaan
Informasi
Publik.
7. 9.
Korban
Lobang
Tambang
:
Lempar
Tanggungjawab
Berbuntut
Tragedi
Kemanusiaan
Penghujung
tahun
2015
ditutup
dengan
peristiwa
duka,
Dewi
Ratna
Pratiwi
(8th)
ditemukan
mengapung
tak
bernyawa
pada
Rabu
(30/12)
pukul
08.00
WITA,
di
lubang
eks
tambang
yang
diduga
milik
KSU
Wijaya
Kusuma
di
Desa
Sumber
Sari,
Kecamatan
Sebulu,
Kutai
Kartanegara
(Kukar).
Berdasarkan
catatan
JATAM
Kaltim,
Ratna
merupakan
korban
lubang
tambang
ke-‐6
di
Kutai
Kertanegara
dan
ke-‐19
di
Provinsi
Kalimantan
Timur,
yang
semuanya
adalah
anak-‐anak.
Kejadian
yang
terus
berulang
tersebut
menunjukkan
betapa
carut-‐marutnya
tata
kelola
pertambangan
di
Indonesia
khusunya
dalam
aspek
lingkungan
dan
pasca
tambang.
Terus
berjatuhannya
korban
akibat
keberadaan
lubang
tambang
yang
dibiarkan
menganga
selama
bertahun-‐tahun
juga
menunjukkan
adanya
dugaan
pembiaran
baik
dari
pihak
perusahaan
maupun
dari
pemerintah,
sehingga
lubang
tambang
tidak
direklamasi.
Padahal,
setidaknya
Keputusan
Menteri
Pertambangan
dan
Energi
Nomor
55/K/26/MPE/1995
telah
mewajibkan
pemasangan
rambu
peringatan,
kewajiban
reklamasi
lahan
dan
pasca-‐tambang
maksimal
30
hari
setelah
kegiatan
tambang
berakhir.
Di
sisi
lain,
Peraturan
Menteri
Lingkungan
Hidup
(No.4/2012)
telah
mengatur
jarak
minimal
kegiatan
penambangan
terbuka
batu
bara
dengan
permukiman
warga.
Keberadaan
lubang-‐lubang
bekas
tambang
tersebut
secara
nyata
telah
melanggar
aturan
yang
berlaku,
sementara
Pemerintah
(Daerah
maupun
Pusat)
dan
Perusahaan
sangat
lamban
dan
saling
lempar
tanggungjawab
untuk
mengatasi
persoalan
ini.
Di
sisi
lain,
upaya
penegakan
hukum
juga
berjalan
sangat
lambat
baik
itu
dari
instansi
pemerintahan
maupun
kepolisian.
Tidak
ada
upaya
serius
yang
dilakukan
oleh
pemerintah
maupun
aparat
penegak
hukum
untuk
mencegah
korban-‐korban
lubang
tambang
berjatuhan,
kalaupun
ada
sangat
minim.
Terbitnya
Undang-‐Undang
23/2014
tentang
Pemerintahan
Daerah,
tidak
bisa
dijadikan
dasar
bagi
pemerintah
untuk
saling
lempar
tanggung
jawab
dari
masalah
yang
ditimbulkan
oleh
lubang
tambang.
Pemerintah
harus
menjadikan
isu
ini
sebagai
prioritas
sekaligus
momentum
untuk
melakukan
perbaikan
tata
kelola
pertambangan
khususnya
dalam
aspek
reklamasi
dan
pasca
tambang.
Tidak
ada
pilihan
lain,
Pemerintah
harus
cepat
mengambil
tanggung
jawab,
cukuplah
Dewi
Ratna
sebagai
korban
terakhir
lubang
tambang.
Pemerintah
di
Tahun
2016
harus
segera
mengambil
tindakan
tegas
bagi
lubang-‐lubang
tambang
yang
bertebaran
di
sekitar
wilayah
pertambangan..!
Jakarta,
31
Desember
2015
Maryati
Abdullah
Koordinator
Nasional
CP
:
Aryanto
Nugroho
(aryanto@pwyp-‐indonesia.org
|
081326608343