Artikel ini membahas tentang tren bisnis kuliner yang digeluti artis-artis Indonesia. Bisnis tersebut didasarkan pada konsep oleh-oleh khas daerah dengan mengadopsi resep kuliner luar negeri namun diadaptasi. Di balik bisnis ini diduga ada dua sosok yaitu Donny Kris Puriyono dan Denni Delyandri yang memperkenalkan konsep tersebut kepada para artis. Mereka berdua adalah pengusaha yang bergerak di bidang
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
Bisnis oleh-oleh artis (2)
1. Adopsi resep dari luar
Aneka jenis produk kue be-
sutan para artis ini sejatinya tak
punya akar historis yang pan-
jang di lokasi mereka mendiri-
kan usaha. Makanya, mereka
lebih sering disebut sebagai kue
kekinian. Kue yang ditawarkan
adalah kue modern seperti bolu,
cake, pastry, sampai resep pun
kebanyakan mengadopsi ma-
kanan khas dari luar negeri.
Misalnya, strudel merupakan
makanan asal Austria dan ba-
klave yang berasal dari baklava
khas Turki. Adopsi ini tentu
bukan tanpa tujuan, agar kue
yang disajikan belum pernah
ada di pasar alias unik.
Meski mengadopsi makanan
dari luar, Irfan bilang saat mem-
buat resep baklave dia dan tim-
nya tetap melakukan penye-
suaian rasa agar bisa diterima
lidah masyarakat Indonesia.
“Baklave diadaptasi dari Turki
karena kue ini manis dan orang
Makassar suka makanan ma-
nis,” kata Irfan.
Begitu juga dengan Strudel
Malang, yang mengadopsi buah-
buahan asal Indonesia, khusus-
nya apel asal Malang sebagai
andalannya. Wisnu bilang, pro-
ses persiapan mulai dari menja-
jal resep sampai keputusan
mendirikan gerai memakan
waktu sekitar tiga bulan.
Selain menyesuaikan rasa
agar diterima lidah masyarakat,
Irfan bilang, bisnis kue oleh-
oleh cukup unik dan menan-
tang. Irfan yang sudah menjajal
beragam bisnis ini tertarik ma-
suk ke bisnis kue oleh-oleh ka-
rena mendirikan bisnis oleh-
oleh tak sekadar keluar modal
lalu masuk ke daerah tersebut.
“Karena kami kan membuka
bisnis di daerah lain, jadi harus
memahami budaya, masyara-
katnya, dan banyak hal tentang
kearifan lokalnya supaya dapat
masuk dan diterima di daerah
tersebut,” ujar bapak empat
orang anak itu.
Sementara sang pionir Ma-
lang Strudel, saat ini sudah pu-
nya enam outlet. “Karena kon-
sepnya oleh-oleh khas daerah
jadi ekspansi usaha masih di
kota yang sama,” ujar Wisnu.
Bahkan baru-baru ini, Malang
Strudel membuka satu outlet
besar di jalan Malang-Surabaya.
Gerai ini menampung pengusa-
ha kecil lokal untuk ikut menja-
jakan produknya kepada para
wisatawan yang datang ke kota
Malang.
Berhubung menjajakan ma-
kanan, baik Irfan dan Wisnu
pun sadar modal mereka seba-
gai pesohor hanya untuk men-
dongkrak popularitas bisnis.
Sementara untuk bertahan, me-
reka harus mengandalkan kua-
litas rasa dan inovasi produk.
Selain itu, konsep oleh-oleh te-
rus mereka jaga dengan mela-
kukan ekspansi di kota sama.
Yuswohady, Pengamat Pema-
saran melihat, kekuatan konsep
bisnis seperti ini ada pada kon-
ten, konteks, dan segmen pro-
duknya yang menyasar orang
yang ingin belanja oleh-oleh.
Konten adalah kualitas produk,
artinya produknya enak dan
orang akan membelinya meski
rasa penasaran terhadap artis
sudah terbayar.
Sementara konteks adalah
proses pembaruan yang terus
dilakukan di ranah marketing,
bahwa produk ini sedang tren
dan sebagainya. Produk oleh-
oleh menyasar wisatawan, ka-
rena segmen ini memiliki faktor
impulsive buying.“Kalauorang
dari luar melihat produk di kota
yang dia kunjungi, mereka ter-
tarik membeli walaupun tidak
butuh,” kata dia. o
Belakangan ini semakin banyak artis yang mulai menjadi pe-
bisnis kuliner. Ada yang berkolaborasi, ada juga yang berbisnis
sendiri. Tak bisa dipungkiri bahwa Teuku Wisnu dengan Malang
Strudel-nya menjadi pionir di bisnis ini. Lalu diikuti dengan Dude
Harlino di Yogyakarta. Tapi, siapakah orang di balik layar dari
bisnis yang menggunakan artis namun tidak hanya sebagai
brand ambassador ini?
Menurut salah satu sumber KONTAN yang enggan disebutkan
namanya, otak dibalik tren bisnis ini adalah Donny Kris Puriyono
dan Denni Delyandri. Mereka berdua yang mengenalkan konsep
bisnis dengan menggandeng artis sekaligus sebagai bagian dari
bisnis itu sendiri.
Donny merupakan pengusaha asal Malang. Sementara Denni
adalah pengusaha asal Padang yang memang sudah menekuni
bisnis oleh-oleh sejak tahun 2009. Bahkan dia dijuluki sebagai
Raja Oleh-Oleh karena membuka toko oleh-oleh di berbagai
kota, mulai dari Cake Pisang Villa di Batam dan melebarkan
usahanya ke kota Pekanbaru dengan membuat produk bernama
Viz Cake. Harian KONTAN juga pernah memuat Denni di rubrik
Inspirasi, delapan tahun silam.
Sayang, saat dikonfirmasi Donny tak mau berkomentar ba-
nyak. “Semua berawal dari Malang Strudel dan sekarang diikuti
banyak teman-teman artis lain,” ujar Donny merendah saat
menjawab pesan singkat dari KONTAN (7/6).
Sisanya, Donny dan Denni menyerahkan publikasi soal bisnis
ini kepada sang artis untuk memberi pemaparan dan komentar
kepada publik. Tentu, agar seolah-olah bisnis ini 100% murni
milik artis-artis tersebut.
Wisnu bilang, ada beberapa artis yang berkonsultasi padanya
saat tertarik membuka bisnis serupa. “Ya, intinya kita saling ko-
laborasi dan saling mendukung. Ini, kan, bisa bermanfaat untuk
orang banyak membuka lapangan pekerjaan,” kata dia. o
Mencari Sosok di Balik
Bisnis Kuliner Artis
Peta Bisnis Kuliner Artis
✿ Pulau Sulawesi
Irfan Hakim Makassar Baklave
Ricky Harun Bosang
Arzeti Bilbina Pisjo Cake
✿ Pulau Kalimantan
Glenn Alinski Lamington Pontianak
Prilly Latuconsina Really Cake Khatulistiwa
Andhika Pratama Balikpapan Paleo
✿ Pulau Sumatra
Irwansyah Medan Napoleon
Palembang Lamonde
Dude Harlino Lapis Minang Nantigo
Melly Goeslaw Just Cake Pekanbaru
Sarwendah Jambi Jambe
Sandra Dewi Queenroll Palembang
✿ Pulau Jawa
Teuku Wisnu Malang Strudel
Shireen Sungkar Bogor Raincake
Laudya Cynthia Bella Bandung Makuta
Nagita Slavina Gigi Eat Cake Depok
Indra Bekti Cirebon Sultana
Jessica Mila Solo Pluffy
Dewi Sandra Wingkorolls Semarang
Farah Quinn Queen Apple Malang
Amy Qanita Bandung Kanaya
Ruben Onsu Semarang Thal Cake
Dude Harlino Jogja Scrummy
Vidi Aldiano Surabaya Vidi Vini Vici
Zaskia Mecca Mamahke Jogja
Zaskia Sungkar Surabaya Snowcake
Sumber: Riset dan Wawancara KONTAN
12 Juni - 18 Juni 2017