SlideShare a Scribd company logo
1
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dalam kesempatan yang berbahagia ini penyusun masih diberikan
kesempatan untuk menyelesaikan tugas Makalah Bioteknologi Forensik.
Dalam menyelesaikan tugas makalah ini, penyusun menggunakan buku
panduan dan internet. Penyusun makalah bermaksud untuk memperdalam
pemahaman sebagai seorang mahasiswa dan melatih kemandirian agar tidak
hanya menerima dari dosen, tetapi harus mengembangkan sendiri dengan cara
mencari informasi yang bersangkutan.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, untuk itu diharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa
saja yang membaca dan memerlukannya.
Samarinda, 02 Desember 2016
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Teknologi Forensik ..................................... 3
1. Criminalistics ............................................................................................ 4
2. Kedokteran Forensik................................................................................. 5
3. Forensic Anthropology ............................................................................. 6
4. Digital Forensic yang juga dikenal dengan nama Computer Forensic ..... 6
5. Forensic Enthomology.............................................................................. 6
6. Forensic Archaeology............................................................................... 7
7. Forensic Pathology.................................................................................... 7
8. Forensic Psychiatry dan Psychology ........................................................ 8
9. Forensic Toxicology ................................................................................. 8
B. Komponen yang Terdapat pada Teknologi Forensik..................................... 8
1. Tulang ..................................................................................................... 10
2. Jaringan................................................................................................... 11
3. Darah dan Bercak darah.......................................................................... 11
4. Sperma dan bercak sperma ..................................................................... 12
C. Mekanisme Teknologi Forensik .................................................................. 12
1. DNA Fingerprint..................................................................................... 12
a. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)......................... 15
b. Polymerase Chain Reaction (PCR)..................................................... 17
c. Short Tandem Repeats ........................................................................ 18
2. Analisa Hasil Tes DNA Fingerprint ....................................................... 19
a. Isolasi DNA......................................................................................... 20
iii
b. Memotong, mengukur dan mensortir.................................................. 21
c. Transfer DNA ke membran nilon ....................................................... 21
d. Probing................................................................................................ 21
BAB III PENUTUP............................................................................................... 22
A. Kesimpulan.................................................................................................. 22
B. Saran ............................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu forensik adalah sebuah penerapan dari berbagai ilmu pengetahuan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penting untuk sebuah sistem
hukum yang mana hal ini mungkin terkait dengan tindak pidana. Namun
disamping keterkaitannya dengan sistem hukum, forensik umumnya lebih
meliputi sesuatu atau metode-metode yang bersifat ilmiah (bersifat ilmu) dan
juga aturan-aturan yang dibentuk dari fakta-fakta berbagai kejadian, untuk
melakukan pengenalan terhadap bukti-bukti fisik (contohnya mayat, bangkai,
dan sebagainya).
Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pidana. Dalam buku-
buku ilmu forensik pada umumnya ilmu forensik diartikan sebagai penerapan
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan
hukum dan keadilan. Dalam penyidikan suatu kasus kejahatan, observasi
terhadap bukti fisik dan interpretasi dari hasil analisis (pengujian) barang bukti
merupakan alat utama dalam penyidikan tersebut.
Dalam perkembangan selanjutnya semakin banyak bidang ilmu yang
dilibatkan atau dimanfaatkan dalam penyidikan suatu kasus kriminal untuk
kepentingan hukum dan keadilan. Ilmu pengetahuan tersebut sering dikenal
dengan Ilmu Forensik. Ilmu Forensik dikatagorikan ke dalam ilmu
pengetahuan alam dan dibangun berdasarkan metode ilmu alam. Dalam
padangan ilmu alam sesuatu dianggap ilmiah jika didasarkan pada fakta atau
pengalaman, kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan oleh setiap orang
melalui indranya, analisis dan hasilnya mampu dituangkan secara masuk akal,
baik deduktif maupun induktif dalam struktur bahasa tertentu yang mempunyai
makna (logika) dan hasilnya dapat dikomunikasikan ke masyarakat luas
dengan tidak mudah atau tanpa tergoyahkan (kritik ilmu).
Ilmu Forensik adalah ilmu untuk melakukan pemeriksaan dan
pengumpulan bukti-bukti fisik yang ditemukan di tempat kejadian perkara dan
2
kemudian dihadirkan di dalam sidang pengadilan pidana agar tercapai
kebenaran materiil.
Untuk mengidentifikasi individu, ilmuwan forensik meneliti 13 region
DNA yang berbeda setiap orang dan menggunakan data tersebut untuk
menciptakan suatu profil DNA individu tersebut, yang biasa disebut dengan
sidik jari DNA. Dan sangat kecil peluangnya bagi orang lain untuk mempunyai
profil DNA yang sama untuk region tertentu. Identifikasi organisme spesies
apa saja dapat dilakukan dengan pengujian urutan DNA. Teknologi DNA
sequencing sekarang ini lebih maju, yaitu dapat langsung mengindentifikasi
Segmen DNA yang sangat besar, dan bahkan untuk genomes utuh.
Hanya 0,1% DNA tunggal (sekitar 3 juta basa) berbeda pada setiap
orang. Ilmuwan menggunakan region variabel ini untuk menghasilkan suatu
profil DNA dari individu. Dalam perkara pidana, biasanya diperoleh sample
dari bukti TKP dan tersangka diambil DNAnya untuk analisa set DNA marker
yang spesifik, sample biasanya diambil dari darah, tulang, rambut, dan jaringan
lainya. Ilmuwan forensik membandingkan DNA profil untuk menentukan
apakah sample DNA tersangka sama dengan sample yang di dapat di TKP. Jika
dua DNA sample mirip pada empat atau lima region maka dapat disimpulkan
bahwa sample tersebut dari orang yang sama. Jika contoh profil DNA tidak
sama, maka orang tersebut tidak terlibat dalam peristiwa kejahatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Teknologi Forensik?
2. Apa saja komponen yang terdapat pada Teknologi Forensik?
3. Bagaimana mekanisme Teknologi Forensik?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan Teknologi Forensik.
2. Mengetahui komponen yang terdapat pada Teknologi Forensik.
3. Mengetahui mekanisme Teknologi Forensik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Teknologi Forensik
Forensik (berasal dari bahasa Latin forensis yang berarti “dari luar”, dan
serumpun dengan kata forum yang berarti “tempat umum”) adalah bidang ilmu
pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses penegakan keadilan
melalui proses penerapan ilmu atau sains dan dapat digunakan untuk
membebaskan orang yang tidak bersalah. Contohnya diakhir tahun 1800,
ditemukan teknologi baru untuk memerangi tindak kejahatan yaitu adanya
fotografi, dimana dengan foto dapat menggambarkan secara jelas dan pasti
keakuratan gambar tahanan atau penjahat sebagai acuhan atau referensi
diskripsi.
Teknologi Forensik merupakan aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran
maupun ilmu-ilmu lain yang terkait dalam suatu penyelidikan untuk
memperoleh data-data dalam mengungkap kasus kriminal baik itu data post
mortem berdasar pemeriksaan mayat maupun data dari pemeriksaan kasus
hidup seperti perkosaan, pelecehan seksual dan/ atau kekerasan dalam rumah
tangga. Ilmu forensik merupakan terapan berbagai ranah keilmuan (multi
disiplin) yang penting untuk menentukan identitas korban maupun pelaku,
tanda, sebab dan cara kematian, serta perkiraan waktu kematian. Produk yang
Gambar 1: Analisa forensik di bidang kedokteran
4
dihasilkan merupakan bukti autentik dalam suatu proses peradilan hukum demi
menegakkan kebenaran. Produk tersebut dapat berupa laporan tertulis atau
dalam bentuk pengakuan lisan para ahli yang akan diberikan di pengadilan
pada tindak kriminal. Kasus non kriminal, aplikasi forensik sangat diperlukan
terutama untuk mengungkap identitas korban musibah masal seperti bencana
alam, jatuhnya pesawat, tenggelamnya kapal, kecelakaan kereta dan kebakaran.
Seringkali kita mendengar kabar temuan mayat tanpa identitas dan hanya
berselang kurang dari sebulan bahkan kurang dari seminggu pihak kepolisian
sudah mampu mengungkap identitasnya yang akan mengarahkan penyelidikan
pada sebab, waktu, serta perkiraan cara kematian. Paling penting dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk mencari pelakunya jika itu merupakan suatu
tindak kriminal. Semakin pesatnya perkembangan teknologi memungkinkan
polisi mampu memecahkan suatu kasus lebih cepat, ini dikarenakan penerapan
teknologi DNA atau deoxyribonucleic acid merupakan asam nukleat yang
menyusun informasi genetis pada makhluk hidup. DNA terdapat sebagai rantai
ganda (double helix) yang sangat panjang, mengandung potongan-potongan
gen sebagai satuan terkecil pengendali sifat dan ciri morfologi seperti warna
kulit, jenis rambut, bentuk jari dan sifat-sifat khusus pada manusia.
Ilmu-ilmu yang menunjang ilmu forensik adalah ilmu kedokteran,
farmasi, kimia, biologi, fisika, dan psikologi. Sedangkan kriminalistik
merupakan cabang dari ilmu forensik. Cabang-cabang ilmu forensik lainnya
adalah: kedokteran forensik, toksikologi forensik, odontologi forensik, psikiatri
forensik, entomologi forensik, antrofologi forensik, balistik forensik, fotografi
forensik, dan serologi / biologi molekuler forensik. Biologi molekuler forensik
lebih dikenal dengan ” DNA-forensic”.
1. Criminalistics
Adalah subdivisi dari ilmu forensik yang menganalisa dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bukti-bukti biologis, bukti
jejak, bukti cetakan (seperti sidik jari, jejak sepatu, dan jejak ban mobil),
controlled substances (zat-zat kimia yang dilarang oleh pemerintah karena
5
bisa menimbulkan potensi penyalahgunaan atau ketagihan), ilmu balistik
(pemeriksaan senjata api) dan bukti-bukti lainnya yang ditemukan pada
TKP. Biasanya, bukti-bukti tersebut diproses didalam sebuah laboratorium
(crime lab).
Pakar kriminalistik adalah tentunya seorang ilmuwan forensik yang
bertanggung jawab terhadap pengujian (analisis) berbagai jenis bukti fisik,
dia melakukan indentifikasi kuantifikasi dan dokumentasi dari bukti-bukti
fisik. Dari hasil analisisnya kemudian dievaluasi, diinterpretasi dan dibuat
sebagai laporan (keterangan ahli) dalam atau untuk kepentingan hukum atau
peradilan (Eckert 1980).
Kriminalistik memiliki berbagai spesilisasi, seperti analisis
(pengujian) senjata api dan bahan peledak, pengujian perkakas (”toolmark
examination”), pemeriksaan dokumen,pemeriksaan biologis (termasuk
analisis serologi atau DNA), analisis fisika, analisiskimia, analisis tanah,
pemeriksaan sidik jari laten, analisis suara, analisis bukti impresidan
identifikasi.
2. Kedokteran Forensik
Kedokteran forensik adalah penerapan atau pemanfaatan ilmu
kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum dan pengadilan.
Kedokteran forensik mempelajari halikhwal manusia atau organ manusia
dengan kaitannya peristiwa kejahatan.Di Inggris kedokteran forensik
pertama kali dikenal dengan ”Coroner ”. Seorang coroner adalah seorang
dokter yang bertugas melalukan pemeriksaan jenasah, melakukanotopsi
mediko legal apabila diperlukan, melakukan penyidikan dan penelitian
semua kematian yang terjadi karena kekerasan, kemudian melalukan
penyidikan untuk menentukan sifat kematian tersebut.
Dalam prakteknya kedokteran forensik tidak dapat dipisahkan dengan
bidang ilmu yang lainnya seperti toksikologi forensik, serologi / biologi
molekuler forensik, odontologi forensik dan juga dengan bidang ilmu
lainnya.
6
3. Forensic Anthropology
Forensik Anthropology adalah subdivisi dari ilmu forensik yang
menerapkan ilmu antropologi fisik (yang mana dalam arti khusus adalah
bagian dari ilmu antropologi yang mencoba menelusuri pengertian tentang
sejarah terjadinya beraneka ragam manusia dipandang dari sudut ciri-ciri
tubuhnya) dan juga menerapkan ilmu osteologi (yang merupakan ilmu
anatomi dalam bidang kedokteran yang mempelajari tentang struktur dan
bentuk tulang khususnya anatomi tulang manusia) dalam menganalisa dan
melakukan pengenalan terhadap bukti-bukti yang ada (contoh penerapan
dari ilmu forensik ini adalah misalnya melakukan pengenalan terhadap
tubuh mayat yang sudah membusuk, terbakar, dimutilasi atau yang sudah
tidak dapat dikenali).
4. Digital Forensic yang juga dikenal dengan nama Computer Forensic
Digital forensik adalah salah satu subdivisi dari ilmu forensik yang
melakukan pemeriksaan dan menganalisa bukti legal yang ditemui pada
komputer dan media penyimpanan digital, misalnya seperti flash disk, hard
disk, CD-ROM, pesan email, gambar, atau bahkan sederetan paket atau
informasi yang berpindah dalam suatu jaringan komputer.
5. Forensic Enthomology
Forensik enthomology adalah aplikasi ilmu serangga untuk
kepentingan hal-hal kriminal terutama yang berkaitan dengan kasus
kematian. Entomologi forensik mengevaluasi aktifitas serangga dengan
berbagai teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian dan
menentukan apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari suatu
lokasi ke lokasi lain. Entomologi tidak hanya bergelut dengan biologi dan
histologi artropoda, namun saat ini entomologi dalam metode-metodenya
juga menggeluti ilmu lain seperti kimia dan genetika. Dengan penggunaan
pemeriksaan dan pengidentifikasi DNA pada tubuh serangga dalam
entomologi forensik, maka kemungkinan deteksi akan semakin besar seperti
7
akan memungkinkan untuk mengidentifikasi jaringan tubuh atau mayat
seseorang melalui serangga yang ditemukan pada tempat kejadian perkara.
6. Forensic Archaeology
Forensic archeology adalah ilmu forensik yang merupakan aplikasi
dari prinsip-prinsip arkeologi, teknik-teknik dan juga metodologi-
metodologi yang legal / sah. Arkeolog biasanya dipekerjakan oleh polisi
atau lembaga-lembaga hukum yang ada untuk membantu menemukan,
menggali bukti-bukti yang sudah terkubur pada tempat kejadian perkara.
7. Forensic Pathology
Forensik patologi adalah cabang dari ilmu forensik yang berkaitan
dengan mencari penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan pada mayat
(otopsi). Ahli patologi secara khusus memusatkan perhatian pada posisi
jenazah korban, bekas-bekas luka yang tampak, dan setiap bukti material
yang terdapat di sekitar korban, atau segala sesuatu yang mungkin bisa
memberikan petunjuk awal mengenai waktu dan sebab-sebab kematian.
Gambar 2. Forensik Enthomology
Gambar 3. Forensik Archaeology
8
8. Forensic Psychiatry dan Psychology
Adalah ilmu forensik yang menyangkut keadaan mental tersangka
atau para pihak dalam perkara perdata. Ilmu forensik sangat dibutuhkan jika
di dalam suatu kasus kita menemukan orang yang pura-pura sakit, anti
sosial, pemerkosa, pembunuh, dan masalah yang menyangkut seksual
lainnya seperti homoseksual, waria, operasi ganti kelamin, pedofilia, dan
maniak.
9. Forensic Toxicology
Adalah penggunaan ilmu toksikologi dan ilmu-ilmu lainnya seperti
analisis kimia, ilmu farmasi dan kimia klinis untuk membantu penyelidikan
terhadap kasus kematian, keracunan, dan penggunaan obat-obat terlarang.
Fokus utama pada forensik toksikologi bukan pada hasil dari investigasi
toksikologi itu sendiri, melainkan teknologi atau teknik-teknik yang
digunakan untuk mendapatkan dan memperkirakan hasil tersebut.
B. Komponen yang Terdapat pada Teknologi Forensik
Dahulu kala, para peneliti menyatakan bahwa materi genetik berada di
dalam struktur yang disebut kromosom dalam inti sel (nukleus). Pada tahun
1927, Griffith dan Avery mengungkapkan bahwa bakteri memiliki suatu
senyawa mengekspresikan sifat-sifat yang berbeda tetapi belum mengetahui
dengan jelas penyebabnya. Penelitian lebih lanjut oleh Avery, MacLeod, dan
McCarthy pada tahun 1944 menunjukkan bahwa perbedaan ekspresi sifat
tersebut karena struktur seperti tangga, terdiri dari dua pita yang berlawanan
arah, yang akhirnya dikenal dengan DNA. Penemuan struktur DNA oleh James
Watson dan Francis Crick pada tahun 1953 merupakan temuan penting dalam
perkembangan genetika di dunia. Model struktur DNA hasil analisis Watson
dan Crick mampu menjelaskan bagaimana DNA membawa informasi genetis
sebagai cetak biru (blueprint) yang dapat dicopy dan diperbanyak saat sel
membelah sehingga sel-sel baru juga mengandung informasi genetis yang
9
sama. Inilah mengapa sifat dan ciri fisik seseorang berasal dari pewarisan
orang tua dan nantinya akan diturunkan ke anak cucunya.
Terjadinya pewarisan sifat dari kedua orang tua, ayah dan ibu ke anak
turunannya adalah akibat terjadinya peleburan kromosom dari sel sperma dan
sel telur. Masing-masing sel kelamin memiliki 22 autosom dan satu gonosom
yaitu X atau Y. Peleburan dua set sel kelamin sekaligus menyatukan kromosom
pada sel sperma dan sel telur. Sel telur yang telah dibuahi, bakal calon anak
atau zigot, mengandung dua set gen dalam kromosom dengan demikian untuk
setiap pasangan kromosom yang bersesuaian, kita mewarisi satu kromosom
dari ayah dan satu kromosom dari ibu. Ini menjelaskan mengapa ada sifat dan
karakter tubuh kita yang mirip ayah dan di sisi lain ada sifat dan karakter tubuh
kita yang mirip ibu (Griffiths dkk., 1996). Sepanjang pita DNA berisi struktur
yang terdiri dari gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat dan basa nitrogen,
bersusun membentuk rantai panjang dan berpasangan secara teratur seperti
terlihat pada gambar 2.
Semua kandungan DNA yang ada pada sel dinamakan genom. Genom
manusia terdiri dari genom inti sel (nukleus) dan genom mitokondria. Genom
mitokondria (ekstranuklear), mengandung lebih banyak kromosom, sehingga
jika pada kromosom inti, masing-masing hanya terdiri dari 2 copy, maka
kromosom mitokondria tersusun dari ribuan copy. Penyakit yang disebabkan
oleh mutasi pada gen di dalam mitokondria biasanya diwariskan dari ibu ke
Gambar 4. DNA double helix dan rantai tunggal DNA
10
anak karena mitokondria seorang manusia adalah hasil pewarisan dari ibu. Hal
ini disebabkan mitokondria lebih banyak ditemukan di dalam sel telur daripada
sperma. Setelah fertilisasi mitokondria dari spermatozoa juga akan mati
sehingga hanya meninggalkan mitokondria dari sel telur.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sampel untuk analisis DNA
dapat diperoleh dari berbagai jaringan, seperti bagian tulang, darah, sperma,
dan sebagainya. Setiap jenis sampel yang berbeda mempunyai teknik
penyiapan sampel yang berbeda dan teknik isolasi DNA yang berbeda pula.
Beberapa teknik pengambilan sampel dan isolasi sebagai berikut:
1. Tulang
Pertama, hancurkan tulang sampai berupa bubukan halus dan mesin
bor dengan kecepatan tertentu sehingga diperoleh bubukan tulang berukuran
100 µm.
Gambar 5. Genom dan kromosom pada manusia
Gambar 6. Penghancuran tulang dengan mesin bor
11
Dekalsifikasi 1gr bubuk tulang dengan 10 ml EDTA 0,5 M (pH 7,5),
selanjutnya divorteks, diinkubasi pada suhu 56ºC dalam alat ultrasonik
selama 2 jam. Proses tersebut dipantau dengan menambahkan larutan
amonium oksalat pH 3.0 jenuh dan proses dihentikan setelahlarutan jernih.
Kedua, DNA diisolasi dari tulang yang didekalsifikasi menggunakan 4
metode, yaitu metode Maxim (Silika/guanidium tiosianat), peranti DNAZol,
pirant Ready AMP, dan ekstraksi menggunakan garam dapur NaCl. ketiga,
dilakukan visualisasi DNA pada gel agarosa konvensional menggunakan
metode pengecatan perak dan perancangan primer menggunakan perangkat
lunak.
2. Jaringan
Sejumlah kecil contoh jaringan (=1.0-mm persegi) dimasukkan ke
dalam tabung Eppendorf yang berisi 500 larutan 5% chelex (berat/ vol dlm
H20) dan dihancurkan dengan ujung pipet. Sampel ini kemudian diputar
(divortex) selama 1 menit, dan diinkubasikan pada suhu 56C selama 15
menit. Vortex kembali selama 1 menit, dan panaskan pada suhu 95C selama
10 menit. Sekali lagi dilakukan pemusingan (vortex) selama1 menit, dan
disentrifus pada kecepatan 12,000g selama 3 menit. Supernatan yang
diperoleh (sekitar15 µl) siap digunakan untuk PCR.
3. Darah dan Bercak darah
Darah yang diambil adalah darah vena. Darah diambil minimal 2 ml
dengan menggunakan antikoagulan EDTA. EDTA akan menjaga agar DNA
tidak terjadi degradasikarena DNAse akan dinonaktifkan.
Tahapan isolasi DNA menggunakan darah adalah pemisahan sel darah
putih dengan darah yang memiliki komponen-komponen lengkap, tahap
purifikasi bertujuan untuk membersihkan sel darah putih dari zat-zat lainnya,
tahap selanjutnya dalah presipitasi dilakukan dengan cara meneteskan
larutan presipitasi protein dan kemudian divortex yang bertujuan untuk
12
menghomogenkan larutan. Langkah akhirnya adalah pemberian tris-EDTA
yang bertujuan untuk melarutkan kembali DNA untuk dipreservasi.
4. Sperma dan bercak sperma
Salah satu cara pengambilan langsung sperma adalah dengan secara
fisik memisahkan sel-sel sperma pelaku dari sel-sel epitel korban. Sel-sel
sperma dapat dikumpulkan dalam partikel-partikel magnetik atau butiran-
butiran yang dapat dilapisi dengan antibodi khusus untuk protein sperma.
Butiran-butiran tersebut kemudian dibersihkan untuk menyingkirkan sel-sel
epitel korban. Akhirnya, sperma yang telah dimurnikan tersebut dimasukan
ke dalam reaksi PCR untuk menghasilkan profil DNA pelaku. Cara ini
sangat tergantung dari keutuhan sel sperma, yang sulit didapatkan pada
kasus dengan bukti kekerasan seksual yang sudah lama.
C. Mekanisme Teknologi Forensik
1. DNA Fingerprint
Kita tahu bahwa setiap manusia memiliki gen bawaan yang unik.
Struktur kimia DNA pada manusia selalu sama, tetapi pasangan basa
kromosomnya yang berbeda satu sama lain. Kita tahu bahwa setiap sel
mengandung duplikasi atau copy DNA yang mendefinisikan organisme
secara keseluruhan, meskipun setiap sel memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Ada dua aspek DNA yang digunakan dalam DNA fingerprint yaitu, didalam
satu individu terdapat DNA yang seragam dan variasi genetik terdapat di
antara individu dan membuat pembacaan sidik jari menjadi mungkin.
Karena setiap sel didalam tubuh membagi DNA yang sama.
Gambar 7. Sidik jari manusia
13
DNA fingerprint adalah teknik untuk mengidentifikasi seseorang
berdasarkan pada profil DNA nya. DNA fingerprint yang merupakan
gambaran pola potongan DNA dari setiap individu karena setiap individu
mempunyai DNA fingerprint yang berbeda, maka dalam kasus forensik info
ini bisa digunakan sebagai bukti kuat kejahatan di sidang pengadilan.
DNA fingerprint adalah salah satu teknik biologi molekuler penanda
genetik yang dipakai untuk pengujian terhadap materi profil DNA, yaitu
sehimpunan data yang menggambarkan susunan DNA yang dianggap khas
untuk individu yang menjadi sampelnya.
DNA Fingerprint yang pertama kali diadopsi pada 1985 oleh Alec
Jeffreys dari Oxford University. Penemuan Jeffrey ini dapat memberikan
metode baru yang dapat mengungkap karakteristik dari masing-masing
orang, dengan penanda gennya karena dalam setiap tubuh manusia, binatang,
serta tanaman, dan mikroorganisme, terdapat sebuah struktur DNA yang
unik.
Penggunaan DNA untuk pembuktian kasus kriminal pertama kali
dilakukan pada tahun 1987, dalam sebuah kasus pemerkosaan di Inggris.Di
Indonesia, istilah DNA fingerprint mulai mencuat sebagai cara identifikasi
forensik setelah terjadi rentetan peristiwa peledakan bom di tanah air,
Gambar 8. DNA fingerprint
14
seperti kasus bom Bali, bom JW Marriot, peledakan bom di depan Kedubes
Australia dan lain-lain.
DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan
DNA inti sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena
inti sel tidak bisa berubah sedangkan DNA dalam mitokondria dapat
berubah karena berasal dari garis keturunan ibu, yang dapat berubah seiring
dengan perkawinan keturunannya.
Kasus-kasus kriminal, penggunaan kedua tes DNA di atas, bergantung
pada barang bukti apa yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Seperti jika ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa adalah DNA
inti sel yang terdapat dalam epitel bibir karena ketika rokok dihisap dalam
mulut, epitel dalam bibir ada yang tertinggal di puntung rokok. Epitel ini
masih menggandung unsur DNA yang dapat dilacak. Misalnya dalam kasus
korban ledakan bom, serpihan tubuh para korban yang sulit dikenali diambil
sekuens genetikanya. Bentuk sidik DNA berupa garis-garis yang mirip
seperti bar-code dikemasan makanan atau minuman. Membandingkan kode
garis-garis DNA, antara 30 sampai 100 sekuens rantai kode genetika,
dengan DNA anggota keluarga terdekatnya, biasanya ayah atau saudara
kandungnya, maka identifikasi korban forensik atau kecelakaan yang hancur
masih dapat dilacak. Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi
yang lebih utama adalah kepala spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel
di dalamnya. Jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka sampel ini
Gambar 9. DNA mitokondria (kiri) dan DNA inti sel (kanan)
15
dapat diperiksa asal ada akarnya. Namun untuk DNA mitokondria tidak
harus ada akar, cukup potongan rambut karena diketahui bahwa pada ujung
rambut terdapat DNA mitokondria sedangkan akar rambut terdapat DNA
inti sel (Lutfig and Richey, 2000).
Teknologi DNA memiliki keunggulan mencolok dalam hal potensi
diskriminasinya dan sensitifitasnya maka tes sidik DNA menjadi pilihan
dalam penyelidikan kasus-kasus forensik dibanding teknologi konvensional
seperti serologi dan elektroforesis. Kedua tes ini hanya mampu menganalisis
perbedaan ekspresi protein dan membutuhkan sampel dengan jumlah relatif
besar. Tes sidik DNA sebaliknya hanya membutuhkan sampel yang relatif
sedikit. Metode Southern Blots misalnya sudah mampu menedeteksi loki
polimorfisme dengan materi DNA sekecil 60 nanogram, sedangkan metode
Polymerase Chain Reaction (PCR) hanya memerlukan DNA sejumlah
beberapa nanogram saja. Pada kasus kriminal dengan jumlah sampel barang
bukti yang diambil di TKP sangat kecil dan kemungkinan mengalami
degradasi maka metode yang cocok dan sensitif adalah PCR (Marks dkk.
1996). Adapun jenis-jenis analisa DNA yang dapat dilakukan pada tes DNA
fingerprint adalah sebagai berikut:
a. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Pada prinsipnya, RFLP merupakan semua mutasi yang
menghilangkan atau menciptakan sekuen rekognisi baru bagi enzim
restriksi. Penyisipan (inersi), penghilangan (delesi), maupun subtitusi
nukleotida yang terjadi pada daerahrekognisi suatu enzim restriksi
menyebabkan tidak lagi dikenalinya situspemotongan enzim restriksi dan
terjadinya perbedaan pola pemotogan DNA.
Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang
forensik adalah RFLP. Polimorfisme yang dinamakan Restriction
Fragment Leght Polymorphism (RFLP) adalah suatu polimorfisme DNA
yang terjadi akibat variasi panjang fragmen DNAsetelah dipotong dengan
enzim retriksi tertentu menjadi fragmen Variable Number OfTandem
16
Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan suatu
enzim restriksi yang mampu mengenal urutan basa tertentu dan
memotong DNA (biasanya 4-6 urutan basa).
Enzim restriksi ini dihasilkan oleh bakteri dan dinamakan menurut
spesies bakteri yang menghasilkannya. Enzim yang berbeda memiliki
recognition sequence yang berbeda sehingga panjang segmen tersebut
bervariasi pada tiap orang, hal ini disebabkankarena titik potong enzim
yang berbeda dan panjang segmen antara titik potong juga berbeda.
Analisa yang dihasilkan adalah variasi pada panjang fragmen DNA
yang telah ditentukan. Setelah selesai, pola RFLP tampak seperti kode
batang (bar code) Saat membandingkan hasil analisa dua sampel, pola
batang pada autoradiograf dibandingkan untuk menentukan apakah kedua
sampel tersebut berasal dari sumber yang sama.
Gambar 10. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
17
Proses pada teknik RFLP diawali dengan proses pemotongan
dengan menggunakan enzim restriksi tertentu menjadi segmen-segmen
yang berbeda. Kemudian dengan menggunakan gel yang dialiri arus
listrik, potongan DNA diurutkan berdasarkan panjangnya. Proses ini
dinamakan electroforensis dan prinsip pada proses in adalah potongan
DNA yang lebih pendek bergerak lebih cepat daripada yang lebih
panjang.
Kemudian dengan menggunakan fragmen pendek DNA (DNA
probe) yang mengandung petanda radioaktif maka akan dideteksi DNA
yang berasal dari lokasi pada genome yang memiliki ciri yang jelas dan
sangat polimorfik. Pada proses ini DNA probe akan berikatan dengan
potongan DNA rantai tunggal dan membentuk DNA rantai ganda pada
bahan nilon. DNA probe yang tidak berikatan akan dicuci. Membran
nilon yang berisi potongan DNA yang telah ditandai dengan DNA probe
selanjutnya ditransfer pada selembar film X-ray. Pada proses ini akan
tampak hasil berupa kode batang yang disebut autorad. Pola inilah yang
dibandingkan untuk mengetahui apakah kedua sampel bersal dari sumber
yang sama.
b. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Metode PCR adalah suatu metode untuk memperbanyak DNA
template tertentu dengan enzim polymerase DNA.
Gambar 11. Polymerase Chain Reaction (PCR)
18
Reaksi teknik ini didesain seperti meniru penggandaan atau
replikasi DNA yang terjadi dalam makhluk hidup, hanya pada segmen
tertentu dengan bantuan enzim DNA polymerase sebanyak 20 hingga 40
siklus (umumnya 30 siklus), dengan tingkat akurasi yang tinggi. Proses
yang terjadi pada teknik ini serupa dengan cara DNA
memperbanyak jumlahnya dalam sel. Ada tiga tahap yang dilakukan di
laboratorium yaitu:
1) Denaturation
Denaturation yaitu dengan memanaskan segmen atau urutan
DNArantai ganda pada suhu 96º, sehingga DNA rantai ganda akan
memisah menjadi rantai tunggal.
2) Annealing atau Hybridization
Pada proses ini setiap rantai tunggal tersebut dipersiapkan dengan cara
mengikatkannya dengan DNA primer.Tahap ini dilakukan dengan
menurunkan suhu hingga ke kisaran 40-60ºC selama 20-40detik.
3) Extension atau Elongasi
Pada tahap ini, DNA polymerase ditambahkan dan dilakukan
peningkatan suhu ke kisaran suhu kerja optimum enzim DNA
polymerase, yaitu suhu 70-72ºC. Kemudian, DNA polymerase akan
memasangkan dNTP yang sesuai dengan pasangannya, dilanjutkan
dengan proses replikasi. Enzim akan memperpanjang rantai baru ini
hingga ke ujung dan lamanya waktu ekstensi bergantung pada panjang
daerah yang akan diamplifikasi.
c. Short Tandem Repeats
STRs (Short Tandem Repeat) adalah suatu istilah genetik yang
digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2-5 pasangan
basa) yang diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs.
Metode ini paling banyak dikembangkan karena metode ini cepat,
otomatis dan memiliki kekuatan diskriminasi yang tinggi. Dengan
metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak atau dibawah
19
standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya
berkisar antara 200 - 500 pasangan basa.
Selain itu pada metode ini dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap
lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan memeriksa
banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah
multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada
satu tabung. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat
sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan basa
STRs dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs.
2. Analisa Hasil Tes DNA Fingerprint
Analisis DNA untuk tes paternitas meliputi beberapa tahap yaitu tahap
pengambilan spesimen, tahap proses laboratorium, tahap perhitungan
statistik dan pengambilan kesimpulan. Untuk metode tes DNA di Indonesia,
masih memanfaatkan metode elektroforesis DNA. Intrepretasi hasilnya
adalah dengan cara menganalisa pola DNA menggunakan marka STR (short
tandem repeats). STR adalah lokus DNA yang tersusun atas pengulangan 2-
6 basa. Dalam genom manusia dapat ditemukan pengulangan basa yang
bervariasi jumlah dan jenisnya. Dengan menganalisa STR ini, maka DNA
tersebut dapat diprofilkan dan dibandingkan dengan sampel DNA terduga
lainnya.
Gambar 12. Short tandem repeats
20
Ketika sampel DNA yang telah dimurnikan dimasukkan ke dalam
mesin PCR sebagai tahapan amplifikasi, maka hasil akhirnya berupa copy
urutan DNA lengkap dari DNA sampel. Selanjutnya copy urutan DNA ini
akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat pola pitanya.
Karena urutan DNA setiap orang berbeda, maka jumlah dan lokasi pita
DNA (pola elektroforesis) setiap individu akan berbeda juga. Pola pita
inilah yang disebut DNA sidik jari(DNA finger print) yang akan dianalisa
pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA berada dalamt ahapan typing,
proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA. Mesin PCR akan
membaca data-data DNA dan menampilkannya dalam bentuk angka-angka
dan gambar-gambar identifikasi DNA. Penetapan hasil tes DNA ini
dilakukan mencocokkan tipe DNA korban dengan tipe DNA pihak
tercurigai atau dengan tipe DNA yang telah tersedia dalam data base.Jika
dari pembacaan, diperoleh tingkat homolog melebihi ambang yang
ditetapkan (misal 90%),maka dapat dipastikan korban adalah kerabat pihak
tercurigai.
Adapun beberapa tahap analisa DNA fingerprint adalah sebagai
berikut:
a. Isolasi DNA
Sistematika ini dimulai dari proses pengambilan sampel. Setelah
sampel didapat dari bagian tubuh tertentu, DNA fingerprint dimulai
dengan isolasi DNA, kemudian sampel DNA diamplifikasi dengan
menggunakan PCR.
Gambar 13. Isolasi DNA
21
Bahan kimia yang digunakan untuk isolasi adalah
Phenolchloroform dan Chilex. Phenolchloroform digunakan untuk isolasi
darah yang berbentuk cairan, sedangkan chilex digunakan untuk isolasi
barang bukti berupa rambut.
b. Memotong, mengukur dan mensortir
Enzim yang khusus disebut enzim restriksi digunakan untuk
memotong bagian-bagian tertentu. Misalnya enzim Eco Ri, yang
ditemukan dalam bakteri akan memotong DNA yang mempunyai sequen
GAATT. Potongan DNA disortir menurut ukuran dengan teknik
penyaringan disebut elektrophoresis. Potongan DNA dilewatkan gel yang
dibuat dari agarose Teknik ini untuk memisahkan pita-pita menurut berat
molekulnya.
c. Transfer DNA ke membran nilon
Distribusi potongan DNA ditransfer pada sehelai nylon dengan
menempatkan membran nylon diatas gel dan direndam selama 1 malam.
d. Probing
Dengan menambahkan radioaktif atau pewarna probe pada sehelai
membran nylon menghasilkan DNA fingerprint, Setiap probe seperti
batang pendek (pita) hanya 1 atau 2 tempat yang khas pada helaian
membran nylon tersebut.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknologi Forensik merupakan aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran
maupun ilmu-ilmu lain yang terkait dalam suatu penyelidikan untuk
memperoleh data-data dalam mengungkap kasus kriminal baik itu data post
mortem berdasar pemeriksaan mayat maupun data dari pemeriksaan kasus
hidup seperti perkosaan, pelecehan seksual dan sebagainya.
Komponen yang terdapat dalam teknologi forensik ini adalah DNA.
DNA membawa informasi genetis sebagai cetak biru (blueprint) yang dapat
dicopy dan diperbanyak saat sel membelah sehingga sel-sel baru juga
mengandung informasi genetis yang sama. Sampel untuk analisis DNA dapat
diperoleh dari berbagai jaringan, seperti bagian tulang, darah, sperma, dan
sebagainya.
DNA fingerprint adalah teknik untuk mengidentifikasi seseorang
berdasarkan pada profil DNA nya yang merupakan gambaran pola potongan
DNA dari setiap individu karena setiap individu mempunyai DNA fingerprint
yang berbeda. Adapun jenis-jenis analisa DNA yang dapat dilakukan pada tes
DNA fingerprint adalah sebagai berikut:
1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), merupakan semua
mutasi yang menghilangkan atau menciptakan sekuen rekognisi baru bagi
enzim restriksi
2. Polymerase Chain Reaction (PCR), adalah suatu metode
untuk memperbanyak DNA template tertentu dengan enzim polymerase
DNA.
3. STRs (Short Tandem Repeat) adalah suatu istilah genetik yang digunakan
untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2-5 pasangan basa) yang
diulang.
23
Analisis DNA untuk tes paternitas meliputi beberapa tahap yaitu tahap
pengambilan spesimen, tahap proses laboratorium, tahap perhitungan statistik
dan pengambilan kesimpulan.
Adapun beberapa tahap analisa DNA fingerprint adalah sebagai berikut:
1. Isolasi DNA
2. Memotong, mengukur dan mensortir
3. Transfer DNA ke membran nilon
4. Probing
B. Saran
Dengan adanya pemaparan mengenai teknologi forensik yang telah
diuraikan, diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan mengenai mata
kuliah Bioteknologi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Kartika Ratna Pertiwi dan Paramita Cahyaningrum. 2012. Buku ajar mata kuliah
Genetika. Yogyakarta. Jurdik Biologi FMIPA UNY
Munim, Abdul. 2008. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Kharisma.
Yeni W. Hartati, Iman P. Maksum. 2004. Amplifikasi 0,4 Kb Daerah D-Loop
DNA Mitokondria Dari Sel Epitel Rongga Mulut Untuk
Keperluan Forensik. Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas
Padjadjaran. Hasil Penelitian. Tidak dipublikasi
http://arisbio.blogspot.co.id/2008/10/bioteknologi-dalam-bidang-forensik.html
https://raldorasuh.wordpress.com/2013/03/18/bioteknologi-pertanian/
https://id.scribd.com/document/331155126/Mekanisme-teknologi-forensik

More Related Content

What's hot

Lap3 pembuatan tempe
Lap3  pembuatan tempeLap3  pembuatan tempe
Lap3 pembuatan tempe
Reenha Trisnawati
 
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIALaporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Klara Tri Meiyana
 
Tugas biologi (Pengeritan Individu, Populasi, dan komunitas)
Tugas biologi (Pengeritan Individu, Populasi, dan komunitas)Tugas biologi (Pengeritan Individu, Populasi, dan komunitas)
Tugas biologi (Pengeritan Individu, Populasi, dan komunitas)
Ig Fandy Jayanto
 
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepa
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepaLaporan praktikum mitosis akar Allium cepa
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepa
Nor Hidayati
 
Materi Genetik (DNA & RNA)
Materi Genetik (DNA & RNA)Materi Genetik (DNA & RNA)
Materi Genetik (DNA & RNA)
Rizki Nurul Zulda
 
Teori evolusi Power Point
Teori evolusi Power PointTeori evolusi Power Point
Teori evolusi Power Point
Husain Anker
 
laporan praktikum nadi
laporan praktikum nadilaporan praktikum nadi
laporan praktikum nadi
Ganti Junior
 
Laporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 MammaliaLaporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 Mammalia
Selly Noviyanty Yunus
 
Soal jawab biomol
Soal jawab biomolSoal jawab biomol
Soal jawab biomol
4401411091
 
Perkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Perkembangbiakan & Pertumbuhan MikrobaPerkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Perkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Atik Yuli
 
Bioteknologi Modern
Bioteknologi ModernBioteknologi Modern
Bioteknologi Modern
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Pertanyaan seputar Sel
Pertanyaan seputar SelPertanyaan seputar Sel
Pertanyaan seputar Sel
yuliartiramli
 
Praktikum uji makanan
Praktikum uji makananPraktikum uji makanan
Praktikum uji makanan
Lia Sulistia
 
Tabel organel sel 2003
Tabel organel sel 2003Tabel organel sel 2003
Tabel organel sel 2003
Katarina Yuliana
 
RPP Problem Based Learning Pertumbuhan & Perkembangan
RPP Problem Based Learning Pertumbuhan & PerkembanganRPP Problem Based Learning Pertumbuhan & Perkembangan
RPP Problem Based Learning Pertumbuhan & Perkembangan
Selly Noviyanty Yunus
 
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan DarahLaporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Muhammad Syamsussabri
 
Transkripsi, translasi dan replikasi
Transkripsi, translasi dan replikasiTranskripsi, translasi dan replikasi
Transkripsi, translasi dan replikasi
Afifi Rahmadetiassani
 
4. Morfologi Bunga
4. Morfologi Bunga4. Morfologi Bunga
4. Morfologi Bunga
Nike Triwahyuningsih
 
10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf
10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf
10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf
Muhammad Iqbal
 

What's hot (20)

Lap3 pembuatan tempe
Lap3  pembuatan tempeLap3  pembuatan tempe
Lap3 pembuatan tempe
 
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIALaporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Laporan praktikum biologi GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
 
Tugas biologi (Pengeritan Individu, Populasi, dan komunitas)
Tugas biologi (Pengeritan Individu, Populasi, dan komunitas)Tugas biologi (Pengeritan Individu, Populasi, dan komunitas)
Tugas biologi (Pengeritan Individu, Populasi, dan komunitas)
 
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepa
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepaLaporan praktikum mitosis akar Allium cepa
Laporan praktikum mitosis akar Allium cepa
 
Materi Genetik (DNA & RNA)
Materi Genetik (DNA & RNA)Materi Genetik (DNA & RNA)
Materi Genetik (DNA & RNA)
 
Teori evolusi Power Point
Teori evolusi Power PointTeori evolusi Power Point
Teori evolusi Power Point
 
laporan praktikum nadi
laporan praktikum nadilaporan praktikum nadi
laporan praktikum nadi
 
Laporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 MammaliaLaporan Praktikum 5 Mammalia
Laporan Praktikum 5 Mammalia
 
Soal jawab biomol
Soal jawab biomolSoal jawab biomol
Soal jawab biomol
 
Perkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Perkembangbiakan & Pertumbuhan MikrobaPerkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Perkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
 
Bioteknologi Modern
Bioteknologi ModernBioteknologi Modern
Bioteknologi Modern
 
Pertanyaan seputar Sel
Pertanyaan seputar SelPertanyaan seputar Sel
Pertanyaan seputar Sel
 
Praktikum uji makanan
Praktikum uji makananPraktikum uji makanan
Praktikum uji makanan
 
Tabel organel sel 2003
Tabel organel sel 2003Tabel organel sel 2003
Tabel organel sel 2003
 
RPP Problem Based Learning Pertumbuhan & Perkembangan
RPP Problem Based Learning Pertumbuhan & PerkembanganRPP Problem Based Learning Pertumbuhan & Perkembangan
RPP Problem Based Learning Pertumbuhan & Perkembangan
 
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan DarahLaporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
 
Transkripsi, translasi dan replikasi
Transkripsi, translasi dan replikasiTranskripsi, translasi dan replikasi
Transkripsi, translasi dan replikasi
 
4. Morfologi Bunga
4. Morfologi Bunga4. Morfologi Bunga
4. Morfologi Bunga
 
Genetika populasi
Genetika populasiGenetika populasi
Genetika populasi
 
10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf
10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf
10 Contoh Kritik Karya Seni Rupa Lengkap Beserta Gambarnya (masbabal.com).pdf
 

Similar to Bioteknologi di bidang forensik

menggunakan DNA sebagai media penyimpanan
menggunakan DNA sebagai media penyimpananmenggunakan DNA sebagai media penyimpanan
menggunakan DNA sebagai media penyimpanan
Satria Manggala
 
PPT-UEU-DNA-Forensik-Pertemuan-3.pptx
PPT-UEU-DNA-Forensik-Pertemuan-3.pptxPPT-UEU-DNA-Forensik-Pertemuan-3.pptx
PPT-UEU-DNA-Forensik-Pertemuan-3.pptx
IbnuUbaidillah17
 
tugas forensik analisis barang bukti
tugas forensik analisis barang buktitugas forensik analisis barang bukti
tugas forensik analisis barang bukti
Dewa Ayu Ika Pramitha
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin Amq
 
59491206200907011
5949120620090701159491206200907011
59491206200907011
Erfan Ermawan
 
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019 seri keterampilan sputum 2
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019   seri keterampilan sputum 2Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019   seri keterampilan sputum 2
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019 seri keterampilan sputum 2
ihsanotriami
 
Syarifudin, metode penelitian komunikasi (2)
Syarifudin, metode penelitian komunikasi (2)Syarifudin, metode penelitian komunikasi (2)
Syarifudin, metode penelitian komunikasi (2)Syarifudin Amq
 
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
Dina Puspita Sari
 
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin Amq
 
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin Amq
 
Kunci jawaban-biologi-2016
Kunci jawaban-biologi-2016Kunci jawaban-biologi-2016
Kunci jawaban-biologi-2016
bagusharyono123
 
Artikel Pengujian/Profiling DNA - Bioteknologi Modern
Artikel Pengujian/Profiling DNA - Bioteknologi ModernArtikel Pengujian/Profiling DNA - Bioteknologi Modern
Artikel Pengujian/Profiling DNA - Bioteknologi Modern
zhalsabella kh bahri
 
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis selKb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
pjj_kemenkes
 
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis selTahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
pjj_kemenkes
 
Porensik ppt pelajari
Porensik ppt pelajariPorensik ppt pelajari
Porensik ppt pelajari
Eval Setiawan
 
Metpen kuantitatif compressed full
Metpen kuantitatif compressed fullMetpen kuantitatif compressed full
Metpen kuantitatif compressed full
Pustaka Literasi
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin Amq
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin Amq
 

Similar to Bioteknologi di bidang forensik (20)

menggunakan DNA sebagai media penyimpanan
menggunakan DNA sebagai media penyimpananmenggunakan DNA sebagai media penyimpanan
menggunakan DNA sebagai media penyimpanan
 
PPT-UEU-DNA-Forensik-Pertemuan-3.pptx
PPT-UEU-DNA-Forensik-Pertemuan-3.pptxPPT-UEU-DNA-Forensik-Pertemuan-3.pptx
PPT-UEU-DNA-Forensik-Pertemuan-3.pptx
 
tugas forensik analisis barang bukti
tugas forensik analisis barang buktitugas forensik analisis barang bukti
tugas forensik analisis barang bukti
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakom
 
59491206200907011
5949120620090701159491206200907011
59491206200907011
 
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019 seri keterampilan sputum 2
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019   seri keterampilan sputum 2Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019   seri keterampilan sputum 2
Buku pedoman kk blok 2.6 tahun 2019 seri keterampilan sputum 2
 
Bioinformatik
BioinformatikBioinformatik
Bioinformatik
 
Syarifudin, metode penelitian komunikasi (2)
Syarifudin, metode penelitian komunikasi (2)Syarifudin, metode penelitian komunikasi (2)
Syarifudin, metode penelitian komunikasi (2)
 
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
 
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
 
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
Syarifudin, metode penelitian komunikasi 2
 
Kunci jawaban-biologi-2016
Kunci jawaban-biologi-2016Kunci jawaban-biologi-2016
Kunci jawaban-biologi-2016
 
Artikel Pengujian/Profiling DNA - Bioteknologi Modern
Artikel Pengujian/Profiling DNA - Bioteknologi ModernArtikel Pengujian/Profiling DNA - Bioteknologi Modern
Artikel Pengujian/Profiling DNA - Bioteknologi Modern
 
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis selKb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Kb 1 tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
 
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis selTahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
 
Porensik ppt pelajari
Porensik ppt pelajariPorensik ppt pelajari
Porensik ppt pelajari
 
Metpen kuantitatif compressed full
Metpen kuantitatif compressed fullMetpen kuantitatif compressed full
Metpen kuantitatif compressed full
 
Ujian praktek-2013
Ujian praktek-2013Ujian praktek-2013
Ujian praktek-2013
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakom
 
Syarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakomSyarifudin, metode penelitian dakom
Syarifudin, metode penelitian dakom
 

More from Jessy Damayanti

Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptxRoom 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
Jessy Damayanti
 
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Jessy Damayanti
 
Laporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
Laporan PPL SMA Negeri 5 SamarindaLaporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
Laporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
Jessy Damayanti
 
Komunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhanKomunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhan
Jessy Damayanti
 
Fisiologi serangga
Fisiologi seranggaFisiologi serangga
Fisiologi serangga
Jessy Damayanti
 
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Jessy Damayanti
 
Makalah entomologi
Makalah entomologiMakalah entomologi
Makalah entomologi
Jessy Damayanti
 
Pencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
Pencirian, konsep sifat, dan sumber buktiPencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
Pencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
Jessy Damayanti
 
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Jessy Damayanti
 
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
Jessy Damayanti
 
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemakMakalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Jessy Damayanti
 

More from Jessy Damayanti (11)

Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptxRoom 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
 
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
 
Laporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
Laporan PPL SMA Negeri 5 SamarindaLaporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
Laporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
 
Komunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhanKomunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhan
 
Fisiologi serangga
Fisiologi seranggaFisiologi serangga
Fisiologi serangga
 
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Ting...
 
Makalah entomologi
Makalah entomologiMakalah entomologi
Makalah entomologi
 
Pencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
Pencirian, konsep sifat, dan sumber buktiPencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
Pencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
 
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
 
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
 
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemakMakalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
 

Bioteknologi di bidang forensik

  • 1. 1
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dalam kesempatan yang berbahagia ini penyusun masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas Makalah Bioteknologi Forensik. Dalam menyelesaikan tugas makalah ini, penyusun menggunakan buku panduan dan internet. Penyusun makalah bermaksud untuk memperdalam pemahaman sebagai seorang mahasiswa dan melatih kemandirian agar tidak hanya menerima dari dosen, tetapi harus mengembangkan sendiri dengan cara mencari informasi yang bersangkutan. Penyusun menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, untuk itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa saja yang membaca dan memerlukannya. Samarinda, 02 Desember 2016 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3 A. Pengertian dan Ruang Lingkup Teknologi Forensik ..................................... 3 1. Criminalistics ............................................................................................ 4 2. Kedokteran Forensik................................................................................. 5 3. Forensic Anthropology ............................................................................. 6 4. Digital Forensic yang juga dikenal dengan nama Computer Forensic ..... 6 5. Forensic Enthomology.............................................................................. 6 6. Forensic Archaeology............................................................................... 7 7. Forensic Pathology.................................................................................... 7 8. Forensic Psychiatry dan Psychology ........................................................ 8 9. Forensic Toxicology ................................................................................. 8 B. Komponen yang Terdapat pada Teknologi Forensik..................................... 8 1. Tulang ..................................................................................................... 10 2. Jaringan................................................................................................... 11 3. Darah dan Bercak darah.......................................................................... 11 4. Sperma dan bercak sperma ..................................................................... 12 C. Mekanisme Teknologi Forensik .................................................................. 12 1. DNA Fingerprint..................................................................................... 12 a. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)......................... 15 b. Polymerase Chain Reaction (PCR)..................................................... 17 c. Short Tandem Repeats ........................................................................ 18 2. Analisa Hasil Tes DNA Fingerprint ....................................................... 19 a. Isolasi DNA......................................................................................... 20
  • 4. iii b. Memotong, mengukur dan mensortir.................................................. 21 c. Transfer DNA ke membran nilon ....................................................... 21 d. Probing................................................................................................ 21 BAB III PENUTUP............................................................................................... 22 A. Kesimpulan.................................................................................................. 22 B. Saran ............................................................................................................ 23 DAFTAR PUSTAKA
  • 5. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu forensik adalah sebuah penerapan dari berbagai ilmu pengetahuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penting untuk sebuah sistem hukum yang mana hal ini mungkin terkait dengan tindak pidana. Namun disamping keterkaitannya dengan sistem hukum, forensik umumnya lebih meliputi sesuatu atau metode-metode yang bersifat ilmiah (bersifat ilmu) dan juga aturan-aturan yang dibentuk dari fakta-fakta berbagai kejadian, untuk melakukan pengenalan terhadap bukti-bukti fisik (contohnya mayat, bangkai, dan sebagainya). Forensik biasanya selalu dikaitkan dengan tindak pidana. Dalam buku- buku ilmu forensik pada umumnya ilmu forensik diartikan sebagai penerapan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan keadilan. Dalam penyidikan suatu kasus kejahatan, observasi terhadap bukti fisik dan interpretasi dari hasil analisis (pengujian) barang bukti merupakan alat utama dalam penyidikan tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya semakin banyak bidang ilmu yang dilibatkan atau dimanfaatkan dalam penyidikan suatu kasus kriminal untuk kepentingan hukum dan keadilan. Ilmu pengetahuan tersebut sering dikenal dengan Ilmu Forensik. Ilmu Forensik dikatagorikan ke dalam ilmu pengetahuan alam dan dibangun berdasarkan metode ilmu alam. Dalam padangan ilmu alam sesuatu dianggap ilmiah jika didasarkan pada fakta atau pengalaman, kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan oleh setiap orang melalui indranya, analisis dan hasilnya mampu dituangkan secara masuk akal, baik deduktif maupun induktif dalam struktur bahasa tertentu yang mempunyai makna (logika) dan hasilnya dapat dikomunikasikan ke masyarakat luas dengan tidak mudah atau tanpa tergoyahkan (kritik ilmu). Ilmu Forensik adalah ilmu untuk melakukan pemeriksaan dan pengumpulan bukti-bukti fisik yang ditemukan di tempat kejadian perkara dan
  • 6. 2 kemudian dihadirkan di dalam sidang pengadilan pidana agar tercapai kebenaran materiil. Untuk mengidentifikasi individu, ilmuwan forensik meneliti 13 region DNA yang berbeda setiap orang dan menggunakan data tersebut untuk menciptakan suatu profil DNA individu tersebut, yang biasa disebut dengan sidik jari DNA. Dan sangat kecil peluangnya bagi orang lain untuk mempunyai profil DNA yang sama untuk region tertentu. Identifikasi organisme spesies apa saja dapat dilakukan dengan pengujian urutan DNA. Teknologi DNA sequencing sekarang ini lebih maju, yaitu dapat langsung mengindentifikasi Segmen DNA yang sangat besar, dan bahkan untuk genomes utuh. Hanya 0,1% DNA tunggal (sekitar 3 juta basa) berbeda pada setiap orang. Ilmuwan menggunakan region variabel ini untuk menghasilkan suatu profil DNA dari individu. Dalam perkara pidana, biasanya diperoleh sample dari bukti TKP dan tersangka diambil DNAnya untuk analisa set DNA marker yang spesifik, sample biasanya diambil dari darah, tulang, rambut, dan jaringan lainya. Ilmuwan forensik membandingkan DNA profil untuk menentukan apakah sample DNA tersangka sama dengan sample yang di dapat di TKP. Jika dua DNA sample mirip pada empat atau lima region maka dapat disimpulkan bahwa sample tersebut dari orang yang sama. Jika contoh profil DNA tidak sama, maka orang tersebut tidak terlibat dalam peristiwa kejahatan. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Teknologi Forensik? 2. Apa saja komponen yang terdapat pada Teknologi Forensik? 3. Bagaimana mekanisme Teknologi Forensik? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui yang dimaksud dengan Teknologi Forensik. 2. Mengetahui komponen yang terdapat pada Teknologi Forensik. 3. Mengetahui mekanisme Teknologi Forensik.
  • 7. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Ruang Lingkup Teknologi Forensik Forensik (berasal dari bahasa Latin forensis yang berarti “dari luar”, dan serumpun dengan kata forum yang berarti “tempat umum”) adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains dan dapat digunakan untuk membebaskan orang yang tidak bersalah. Contohnya diakhir tahun 1800, ditemukan teknologi baru untuk memerangi tindak kejahatan yaitu adanya fotografi, dimana dengan foto dapat menggambarkan secara jelas dan pasti keakuratan gambar tahanan atau penjahat sebagai acuhan atau referensi diskripsi. Teknologi Forensik merupakan aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran maupun ilmu-ilmu lain yang terkait dalam suatu penyelidikan untuk memperoleh data-data dalam mengungkap kasus kriminal baik itu data post mortem berdasar pemeriksaan mayat maupun data dari pemeriksaan kasus hidup seperti perkosaan, pelecehan seksual dan/ atau kekerasan dalam rumah tangga. Ilmu forensik merupakan terapan berbagai ranah keilmuan (multi disiplin) yang penting untuk menentukan identitas korban maupun pelaku, tanda, sebab dan cara kematian, serta perkiraan waktu kematian. Produk yang Gambar 1: Analisa forensik di bidang kedokteran
  • 8. 4 dihasilkan merupakan bukti autentik dalam suatu proses peradilan hukum demi menegakkan kebenaran. Produk tersebut dapat berupa laporan tertulis atau dalam bentuk pengakuan lisan para ahli yang akan diberikan di pengadilan pada tindak kriminal. Kasus non kriminal, aplikasi forensik sangat diperlukan terutama untuk mengungkap identitas korban musibah masal seperti bencana alam, jatuhnya pesawat, tenggelamnya kapal, kecelakaan kereta dan kebakaran. Seringkali kita mendengar kabar temuan mayat tanpa identitas dan hanya berselang kurang dari sebulan bahkan kurang dari seminggu pihak kepolisian sudah mampu mengungkap identitasnya yang akan mengarahkan penyelidikan pada sebab, waktu, serta perkiraan cara kematian. Paling penting dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mencari pelakunya jika itu merupakan suatu tindak kriminal. Semakin pesatnya perkembangan teknologi memungkinkan polisi mampu memecahkan suatu kasus lebih cepat, ini dikarenakan penerapan teknologi DNA atau deoxyribonucleic acid merupakan asam nukleat yang menyusun informasi genetis pada makhluk hidup. DNA terdapat sebagai rantai ganda (double helix) yang sangat panjang, mengandung potongan-potongan gen sebagai satuan terkecil pengendali sifat dan ciri morfologi seperti warna kulit, jenis rambut, bentuk jari dan sifat-sifat khusus pada manusia. Ilmu-ilmu yang menunjang ilmu forensik adalah ilmu kedokteran, farmasi, kimia, biologi, fisika, dan psikologi. Sedangkan kriminalistik merupakan cabang dari ilmu forensik. Cabang-cabang ilmu forensik lainnya adalah: kedokteran forensik, toksikologi forensik, odontologi forensik, psikiatri forensik, entomologi forensik, antrofologi forensik, balistik forensik, fotografi forensik, dan serologi / biologi molekuler forensik. Biologi molekuler forensik lebih dikenal dengan ” DNA-forensic”. 1. Criminalistics Adalah subdivisi dari ilmu forensik yang menganalisa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bukti-bukti biologis, bukti jejak, bukti cetakan (seperti sidik jari, jejak sepatu, dan jejak ban mobil), controlled substances (zat-zat kimia yang dilarang oleh pemerintah karena
  • 9. 5 bisa menimbulkan potensi penyalahgunaan atau ketagihan), ilmu balistik (pemeriksaan senjata api) dan bukti-bukti lainnya yang ditemukan pada TKP. Biasanya, bukti-bukti tersebut diproses didalam sebuah laboratorium (crime lab). Pakar kriminalistik adalah tentunya seorang ilmuwan forensik yang bertanggung jawab terhadap pengujian (analisis) berbagai jenis bukti fisik, dia melakukan indentifikasi kuantifikasi dan dokumentasi dari bukti-bukti fisik. Dari hasil analisisnya kemudian dievaluasi, diinterpretasi dan dibuat sebagai laporan (keterangan ahli) dalam atau untuk kepentingan hukum atau peradilan (Eckert 1980). Kriminalistik memiliki berbagai spesilisasi, seperti analisis (pengujian) senjata api dan bahan peledak, pengujian perkakas (”toolmark examination”), pemeriksaan dokumen,pemeriksaan biologis (termasuk analisis serologi atau DNA), analisis fisika, analisiskimia, analisis tanah, pemeriksaan sidik jari laten, analisis suara, analisis bukti impresidan identifikasi. 2. Kedokteran Forensik Kedokteran forensik adalah penerapan atau pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum dan pengadilan. Kedokteran forensik mempelajari halikhwal manusia atau organ manusia dengan kaitannya peristiwa kejahatan.Di Inggris kedokteran forensik pertama kali dikenal dengan ”Coroner ”. Seorang coroner adalah seorang dokter yang bertugas melalukan pemeriksaan jenasah, melakukanotopsi mediko legal apabila diperlukan, melakukan penyidikan dan penelitian semua kematian yang terjadi karena kekerasan, kemudian melalukan penyidikan untuk menentukan sifat kematian tersebut. Dalam prakteknya kedokteran forensik tidak dapat dipisahkan dengan bidang ilmu yang lainnya seperti toksikologi forensik, serologi / biologi molekuler forensik, odontologi forensik dan juga dengan bidang ilmu lainnya.
  • 10. 6 3. Forensic Anthropology Forensik Anthropology adalah subdivisi dari ilmu forensik yang menerapkan ilmu antropologi fisik (yang mana dalam arti khusus adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba menelusuri pengertian tentang sejarah terjadinya beraneka ragam manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya) dan juga menerapkan ilmu osteologi (yang merupakan ilmu anatomi dalam bidang kedokteran yang mempelajari tentang struktur dan bentuk tulang khususnya anatomi tulang manusia) dalam menganalisa dan melakukan pengenalan terhadap bukti-bukti yang ada (contoh penerapan dari ilmu forensik ini adalah misalnya melakukan pengenalan terhadap tubuh mayat yang sudah membusuk, terbakar, dimutilasi atau yang sudah tidak dapat dikenali). 4. Digital Forensic yang juga dikenal dengan nama Computer Forensic Digital forensik adalah salah satu subdivisi dari ilmu forensik yang melakukan pemeriksaan dan menganalisa bukti legal yang ditemui pada komputer dan media penyimpanan digital, misalnya seperti flash disk, hard disk, CD-ROM, pesan email, gambar, atau bahkan sederetan paket atau informasi yang berpindah dalam suatu jaringan komputer. 5. Forensic Enthomology Forensik enthomology adalah aplikasi ilmu serangga untuk kepentingan hal-hal kriminal terutama yang berkaitan dengan kasus kematian. Entomologi forensik mengevaluasi aktifitas serangga dengan berbagai teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian dan menentukan apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari suatu lokasi ke lokasi lain. Entomologi tidak hanya bergelut dengan biologi dan histologi artropoda, namun saat ini entomologi dalam metode-metodenya juga menggeluti ilmu lain seperti kimia dan genetika. Dengan penggunaan pemeriksaan dan pengidentifikasi DNA pada tubuh serangga dalam entomologi forensik, maka kemungkinan deteksi akan semakin besar seperti
  • 11. 7 akan memungkinkan untuk mengidentifikasi jaringan tubuh atau mayat seseorang melalui serangga yang ditemukan pada tempat kejadian perkara. 6. Forensic Archaeology Forensic archeology adalah ilmu forensik yang merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip arkeologi, teknik-teknik dan juga metodologi- metodologi yang legal / sah. Arkeolog biasanya dipekerjakan oleh polisi atau lembaga-lembaga hukum yang ada untuk membantu menemukan, menggali bukti-bukti yang sudah terkubur pada tempat kejadian perkara. 7. Forensic Pathology Forensik patologi adalah cabang dari ilmu forensik yang berkaitan dengan mencari penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan pada mayat (otopsi). Ahli patologi secara khusus memusatkan perhatian pada posisi jenazah korban, bekas-bekas luka yang tampak, dan setiap bukti material yang terdapat di sekitar korban, atau segala sesuatu yang mungkin bisa memberikan petunjuk awal mengenai waktu dan sebab-sebab kematian. Gambar 2. Forensik Enthomology Gambar 3. Forensik Archaeology
  • 12. 8 8. Forensic Psychiatry dan Psychology Adalah ilmu forensik yang menyangkut keadaan mental tersangka atau para pihak dalam perkara perdata. Ilmu forensik sangat dibutuhkan jika di dalam suatu kasus kita menemukan orang yang pura-pura sakit, anti sosial, pemerkosa, pembunuh, dan masalah yang menyangkut seksual lainnya seperti homoseksual, waria, operasi ganti kelamin, pedofilia, dan maniak. 9. Forensic Toxicology Adalah penggunaan ilmu toksikologi dan ilmu-ilmu lainnya seperti analisis kimia, ilmu farmasi dan kimia klinis untuk membantu penyelidikan terhadap kasus kematian, keracunan, dan penggunaan obat-obat terlarang. Fokus utama pada forensik toksikologi bukan pada hasil dari investigasi toksikologi itu sendiri, melainkan teknologi atau teknik-teknik yang digunakan untuk mendapatkan dan memperkirakan hasil tersebut. B. Komponen yang Terdapat pada Teknologi Forensik Dahulu kala, para peneliti menyatakan bahwa materi genetik berada di dalam struktur yang disebut kromosom dalam inti sel (nukleus). Pada tahun 1927, Griffith dan Avery mengungkapkan bahwa bakteri memiliki suatu senyawa mengekspresikan sifat-sifat yang berbeda tetapi belum mengetahui dengan jelas penyebabnya. Penelitian lebih lanjut oleh Avery, MacLeod, dan McCarthy pada tahun 1944 menunjukkan bahwa perbedaan ekspresi sifat tersebut karena struktur seperti tangga, terdiri dari dua pita yang berlawanan arah, yang akhirnya dikenal dengan DNA. Penemuan struktur DNA oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953 merupakan temuan penting dalam perkembangan genetika di dunia. Model struktur DNA hasil analisis Watson dan Crick mampu menjelaskan bagaimana DNA membawa informasi genetis sebagai cetak biru (blueprint) yang dapat dicopy dan diperbanyak saat sel membelah sehingga sel-sel baru juga mengandung informasi genetis yang
  • 13. 9 sama. Inilah mengapa sifat dan ciri fisik seseorang berasal dari pewarisan orang tua dan nantinya akan diturunkan ke anak cucunya. Terjadinya pewarisan sifat dari kedua orang tua, ayah dan ibu ke anak turunannya adalah akibat terjadinya peleburan kromosom dari sel sperma dan sel telur. Masing-masing sel kelamin memiliki 22 autosom dan satu gonosom yaitu X atau Y. Peleburan dua set sel kelamin sekaligus menyatukan kromosom pada sel sperma dan sel telur. Sel telur yang telah dibuahi, bakal calon anak atau zigot, mengandung dua set gen dalam kromosom dengan demikian untuk setiap pasangan kromosom yang bersesuaian, kita mewarisi satu kromosom dari ayah dan satu kromosom dari ibu. Ini menjelaskan mengapa ada sifat dan karakter tubuh kita yang mirip ayah dan di sisi lain ada sifat dan karakter tubuh kita yang mirip ibu (Griffiths dkk., 1996). Sepanjang pita DNA berisi struktur yang terdiri dari gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat dan basa nitrogen, bersusun membentuk rantai panjang dan berpasangan secara teratur seperti terlihat pada gambar 2. Semua kandungan DNA yang ada pada sel dinamakan genom. Genom manusia terdiri dari genom inti sel (nukleus) dan genom mitokondria. Genom mitokondria (ekstranuklear), mengandung lebih banyak kromosom, sehingga jika pada kromosom inti, masing-masing hanya terdiri dari 2 copy, maka kromosom mitokondria tersusun dari ribuan copy. Penyakit yang disebabkan oleh mutasi pada gen di dalam mitokondria biasanya diwariskan dari ibu ke Gambar 4. DNA double helix dan rantai tunggal DNA
  • 14. 10 anak karena mitokondria seorang manusia adalah hasil pewarisan dari ibu. Hal ini disebabkan mitokondria lebih banyak ditemukan di dalam sel telur daripada sperma. Setelah fertilisasi mitokondria dari spermatozoa juga akan mati sehingga hanya meninggalkan mitokondria dari sel telur. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sampel untuk analisis DNA dapat diperoleh dari berbagai jaringan, seperti bagian tulang, darah, sperma, dan sebagainya. Setiap jenis sampel yang berbeda mempunyai teknik penyiapan sampel yang berbeda dan teknik isolasi DNA yang berbeda pula. Beberapa teknik pengambilan sampel dan isolasi sebagai berikut: 1. Tulang Pertama, hancurkan tulang sampai berupa bubukan halus dan mesin bor dengan kecepatan tertentu sehingga diperoleh bubukan tulang berukuran 100 µm. Gambar 5. Genom dan kromosom pada manusia Gambar 6. Penghancuran tulang dengan mesin bor
  • 15. 11 Dekalsifikasi 1gr bubuk tulang dengan 10 ml EDTA 0,5 M (pH 7,5), selanjutnya divorteks, diinkubasi pada suhu 56ºC dalam alat ultrasonik selama 2 jam. Proses tersebut dipantau dengan menambahkan larutan amonium oksalat pH 3.0 jenuh dan proses dihentikan setelahlarutan jernih. Kedua, DNA diisolasi dari tulang yang didekalsifikasi menggunakan 4 metode, yaitu metode Maxim (Silika/guanidium tiosianat), peranti DNAZol, pirant Ready AMP, dan ekstraksi menggunakan garam dapur NaCl. ketiga, dilakukan visualisasi DNA pada gel agarosa konvensional menggunakan metode pengecatan perak dan perancangan primer menggunakan perangkat lunak. 2. Jaringan Sejumlah kecil contoh jaringan (=1.0-mm persegi) dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf yang berisi 500 larutan 5% chelex (berat/ vol dlm H20) dan dihancurkan dengan ujung pipet. Sampel ini kemudian diputar (divortex) selama 1 menit, dan diinkubasikan pada suhu 56C selama 15 menit. Vortex kembali selama 1 menit, dan panaskan pada suhu 95C selama 10 menit. Sekali lagi dilakukan pemusingan (vortex) selama1 menit, dan disentrifus pada kecepatan 12,000g selama 3 menit. Supernatan yang diperoleh (sekitar15 µl) siap digunakan untuk PCR. 3. Darah dan Bercak darah Darah yang diambil adalah darah vena. Darah diambil minimal 2 ml dengan menggunakan antikoagulan EDTA. EDTA akan menjaga agar DNA tidak terjadi degradasikarena DNAse akan dinonaktifkan. Tahapan isolasi DNA menggunakan darah adalah pemisahan sel darah putih dengan darah yang memiliki komponen-komponen lengkap, tahap purifikasi bertujuan untuk membersihkan sel darah putih dari zat-zat lainnya, tahap selanjutnya dalah presipitasi dilakukan dengan cara meneteskan larutan presipitasi protein dan kemudian divortex yang bertujuan untuk
  • 16. 12 menghomogenkan larutan. Langkah akhirnya adalah pemberian tris-EDTA yang bertujuan untuk melarutkan kembali DNA untuk dipreservasi. 4. Sperma dan bercak sperma Salah satu cara pengambilan langsung sperma adalah dengan secara fisik memisahkan sel-sel sperma pelaku dari sel-sel epitel korban. Sel-sel sperma dapat dikumpulkan dalam partikel-partikel magnetik atau butiran- butiran yang dapat dilapisi dengan antibodi khusus untuk protein sperma. Butiran-butiran tersebut kemudian dibersihkan untuk menyingkirkan sel-sel epitel korban. Akhirnya, sperma yang telah dimurnikan tersebut dimasukan ke dalam reaksi PCR untuk menghasilkan profil DNA pelaku. Cara ini sangat tergantung dari keutuhan sel sperma, yang sulit didapatkan pada kasus dengan bukti kekerasan seksual yang sudah lama. C. Mekanisme Teknologi Forensik 1. DNA Fingerprint Kita tahu bahwa setiap manusia memiliki gen bawaan yang unik. Struktur kimia DNA pada manusia selalu sama, tetapi pasangan basa kromosomnya yang berbeda satu sama lain. Kita tahu bahwa setiap sel mengandung duplikasi atau copy DNA yang mendefinisikan organisme secara keseluruhan, meskipun setiap sel memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada dua aspek DNA yang digunakan dalam DNA fingerprint yaitu, didalam satu individu terdapat DNA yang seragam dan variasi genetik terdapat di antara individu dan membuat pembacaan sidik jari menjadi mungkin. Karena setiap sel didalam tubuh membagi DNA yang sama. Gambar 7. Sidik jari manusia
  • 17. 13 DNA fingerprint adalah teknik untuk mengidentifikasi seseorang berdasarkan pada profil DNA nya. DNA fingerprint yang merupakan gambaran pola potongan DNA dari setiap individu karena setiap individu mempunyai DNA fingerprint yang berbeda, maka dalam kasus forensik info ini bisa digunakan sebagai bukti kuat kejahatan di sidang pengadilan. DNA fingerprint adalah salah satu teknik biologi molekuler penanda genetik yang dipakai untuk pengujian terhadap materi profil DNA, yaitu sehimpunan data yang menggambarkan susunan DNA yang dianggap khas untuk individu yang menjadi sampelnya. DNA Fingerprint yang pertama kali diadopsi pada 1985 oleh Alec Jeffreys dari Oxford University. Penemuan Jeffrey ini dapat memberikan metode baru yang dapat mengungkap karakteristik dari masing-masing orang, dengan penanda gennya karena dalam setiap tubuh manusia, binatang, serta tanaman, dan mikroorganisme, terdapat sebuah struktur DNA yang unik. Penggunaan DNA untuk pembuktian kasus kriminal pertama kali dilakukan pada tahun 1987, dalam sebuah kasus pemerkosaan di Inggris.Di Indonesia, istilah DNA fingerprint mulai mencuat sebagai cara identifikasi forensik setelah terjadi rentetan peristiwa peledakan bom di tanah air, Gambar 8. DNA fingerprint
  • 18. 14 seperti kasus bom Bali, bom JW Marriot, peledakan bom di depan Kedubes Australia dan lain-lain. DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA inti sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa berubah sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu, yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya. Kasus-kasus kriminal, penggunaan kedua tes DNA di atas, bergantung pada barang bukti apa yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa adalah DNA inti sel yang terdapat dalam epitel bibir karena ketika rokok dihisap dalam mulut, epitel dalam bibir ada yang tertinggal di puntung rokok. Epitel ini masih menggandung unsur DNA yang dapat dilacak. Misalnya dalam kasus korban ledakan bom, serpihan tubuh para korban yang sulit dikenali diambil sekuens genetikanya. Bentuk sidik DNA berupa garis-garis yang mirip seperti bar-code dikemasan makanan atau minuman. Membandingkan kode garis-garis DNA, antara 30 sampai 100 sekuens rantai kode genetika, dengan DNA anggota keluarga terdekatnya, biasanya ayah atau saudara kandungnya, maka identifikasi korban forensik atau kecelakaan yang hancur masih dapat dilacak. Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang lebih utama adalah kepala spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel di dalamnya. Jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka sampel ini Gambar 9. DNA mitokondria (kiri) dan DNA inti sel (kanan)
  • 19. 15 dapat diperiksa asal ada akarnya. Namun untuk DNA mitokondria tidak harus ada akar, cukup potongan rambut karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat DNA mitokondria sedangkan akar rambut terdapat DNA inti sel (Lutfig and Richey, 2000). Teknologi DNA memiliki keunggulan mencolok dalam hal potensi diskriminasinya dan sensitifitasnya maka tes sidik DNA menjadi pilihan dalam penyelidikan kasus-kasus forensik dibanding teknologi konvensional seperti serologi dan elektroforesis. Kedua tes ini hanya mampu menganalisis perbedaan ekspresi protein dan membutuhkan sampel dengan jumlah relatif besar. Tes sidik DNA sebaliknya hanya membutuhkan sampel yang relatif sedikit. Metode Southern Blots misalnya sudah mampu menedeteksi loki polimorfisme dengan materi DNA sekecil 60 nanogram, sedangkan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) hanya memerlukan DNA sejumlah beberapa nanogram saja. Pada kasus kriminal dengan jumlah sampel barang bukti yang diambil di TKP sangat kecil dan kemungkinan mengalami degradasi maka metode yang cocok dan sensitif adalah PCR (Marks dkk. 1996). Adapun jenis-jenis analisa DNA yang dapat dilakukan pada tes DNA fingerprint adalah sebagai berikut: a. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) Pada prinsipnya, RFLP merupakan semua mutasi yang menghilangkan atau menciptakan sekuen rekognisi baru bagi enzim restriksi. Penyisipan (inersi), penghilangan (delesi), maupun subtitusi nukleotida yang terjadi pada daerahrekognisi suatu enzim restriksi menyebabkan tidak lagi dikenalinya situspemotongan enzim restriksi dan terjadinya perbedaan pola pemotogan DNA. Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensik adalah RFLP. Polimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP) adalah suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat variasi panjang fragmen DNAsetelah dipotong dengan enzim retriksi tertentu menjadi fragmen Variable Number OfTandem
  • 20. 16 Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan suatu enzim restriksi yang mampu mengenal urutan basa tertentu dan memotong DNA (biasanya 4-6 urutan basa). Enzim restriksi ini dihasilkan oleh bakteri dan dinamakan menurut spesies bakteri yang menghasilkannya. Enzim yang berbeda memiliki recognition sequence yang berbeda sehingga panjang segmen tersebut bervariasi pada tiap orang, hal ini disebabkankarena titik potong enzim yang berbeda dan panjang segmen antara titik potong juga berbeda. Analisa yang dihasilkan adalah variasi pada panjang fragmen DNA yang telah ditentukan. Setelah selesai, pola RFLP tampak seperti kode batang (bar code) Saat membandingkan hasil analisa dua sampel, pola batang pada autoradiograf dibandingkan untuk menentukan apakah kedua sampel tersebut berasal dari sumber yang sama. Gambar 10. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
  • 21. 17 Proses pada teknik RFLP diawali dengan proses pemotongan dengan menggunakan enzim restriksi tertentu menjadi segmen-segmen yang berbeda. Kemudian dengan menggunakan gel yang dialiri arus listrik, potongan DNA diurutkan berdasarkan panjangnya. Proses ini dinamakan electroforensis dan prinsip pada proses in adalah potongan DNA yang lebih pendek bergerak lebih cepat daripada yang lebih panjang. Kemudian dengan menggunakan fragmen pendek DNA (DNA probe) yang mengandung petanda radioaktif maka akan dideteksi DNA yang berasal dari lokasi pada genome yang memiliki ciri yang jelas dan sangat polimorfik. Pada proses ini DNA probe akan berikatan dengan potongan DNA rantai tunggal dan membentuk DNA rantai ganda pada bahan nilon. DNA probe yang tidak berikatan akan dicuci. Membran nilon yang berisi potongan DNA yang telah ditandai dengan DNA probe selanjutnya ditransfer pada selembar film X-ray. Pada proses ini akan tampak hasil berupa kode batang yang disebut autorad. Pola inilah yang dibandingkan untuk mengetahui apakah kedua sampel bersal dari sumber yang sama. b. Polymerase Chain Reaction (PCR) Metode PCR adalah suatu metode untuk memperbanyak DNA template tertentu dengan enzim polymerase DNA. Gambar 11. Polymerase Chain Reaction (PCR)
  • 22. 18 Reaksi teknik ini didesain seperti meniru penggandaan atau replikasi DNA yang terjadi dalam makhluk hidup, hanya pada segmen tertentu dengan bantuan enzim DNA polymerase sebanyak 20 hingga 40 siklus (umumnya 30 siklus), dengan tingkat akurasi yang tinggi. Proses yang terjadi pada teknik ini serupa dengan cara DNA memperbanyak jumlahnya dalam sel. Ada tiga tahap yang dilakukan di laboratorium yaitu: 1) Denaturation Denaturation yaitu dengan memanaskan segmen atau urutan DNArantai ganda pada suhu 96º, sehingga DNA rantai ganda akan memisah menjadi rantai tunggal. 2) Annealing atau Hybridization Pada proses ini setiap rantai tunggal tersebut dipersiapkan dengan cara mengikatkannya dengan DNA primer.Tahap ini dilakukan dengan menurunkan suhu hingga ke kisaran 40-60ºC selama 20-40detik. 3) Extension atau Elongasi Pada tahap ini, DNA polymerase ditambahkan dan dilakukan peningkatan suhu ke kisaran suhu kerja optimum enzim DNA polymerase, yaitu suhu 70-72ºC. Kemudian, DNA polymerase akan memasangkan dNTP yang sesuai dengan pasangannya, dilanjutkan dengan proses replikasi. Enzim akan memperpanjang rantai baru ini hingga ke ujung dan lamanya waktu ekstensi bergantung pada panjang daerah yang akan diamplifikasi. c. Short Tandem Repeats STRs (Short Tandem Repeat) adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2-5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs. Metode ini paling banyak dikembangkan karena metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan diskriminasi yang tinggi. Dengan metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak atau dibawah
  • 23. 19 standar karena ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya berkisar antara 200 - 500 pasangan basa. Selain itu pada metode ini dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STRs. 2. Analisa Hasil Tes DNA Fingerprint Analisis DNA untuk tes paternitas meliputi beberapa tahap yaitu tahap pengambilan spesimen, tahap proses laboratorium, tahap perhitungan statistik dan pengambilan kesimpulan. Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih memanfaatkan metode elektroforesis DNA. Intrepretasi hasilnya adalah dengan cara menganalisa pola DNA menggunakan marka STR (short tandem repeats). STR adalah lokus DNA yang tersusun atas pengulangan 2- 6 basa. Dalam genom manusia dapat ditemukan pengulangan basa yang bervariasi jumlah dan jenisnya. Dengan menganalisa STR ini, maka DNA tersebut dapat diprofilkan dan dibandingkan dengan sampel DNA terduga lainnya. Gambar 12. Short tandem repeats
  • 24. 20 Ketika sampel DNA yang telah dimurnikan dimasukkan ke dalam mesin PCR sebagai tahapan amplifikasi, maka hasil akhirnya berupa copy urutan DNA lengkap dari DNA sampel. Selanjutnya copy urutan DNA ini akan dikarakterisasi dengan elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang berbeda, maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu akan berbeda juga. Pola pita inilah yang disebut DNA sidik jari(DNA finger print) yang akan dianalisa pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA berada dalamt ahapan typing, proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA. Mesin PCR akan membaca data-data DNA dan menampilkannya dalam bentuk angka-angka dan gambar-gambar identifikasi DNA. Penetapan hasil tes DNA ini dilakukan mencocokkan tipe DNA korban dengan tipe DNA pihak tercurigai atau dengan tipe DNA yang telah tersedia dalam data base.Jika dari pembacaan, diperoleh tingkat homolog melebihi ambang yang ditetapkan (misal 90%),maka dapat dipastikan korban adalah kerabat pihak tercurigai. Adapun beberapa tahap analisa DNA fingerprint adalah sebagai berikut: a. Isolasi DNA Sistematika ini dimulai dari proses pengambilan sampel. Setelah sampel didapat dari bagian tubuh tertentu, DNA fingerprint dimulai dengan isolasi DNA, kemudian sampel DNA diamplifikasi dengan menggunakan PCR. Gambar 13. Isolasi DNA
  • 25. 21 Bahan kimia yang digunakan untuk isolasi adalah Phenolchloroform dan Chilex. Phenolchloroform digunakan untuk isolasi darah yang berbentuk cairan, sedangkan chilex digunakan untuk isolasi barang bukti berupa rambut. b. Memotong, mengukur dan mensortir Enzim yang khusus disebut enzim restriksi digunakan untuk memotong bagian-bagian tertentu. Misalnya enzim Eco Ri, yang ditemukan dalam bakteri akan memotong DNA yang mempunyai sequen GAATT. Potongan DNA disortir menurut ukuran dengan teknik penyaringan disebut elektrophoresis. Potongan DNA dilewatkan gel yang dibuat dari agarose Teknik ini untuk memisahkan pita-pita menurut berat molekulnya. c. Transfer DNA ke membran nilon Distribusi potongan DNA ditransfer pada sehelai nylon dengan menempatkan membran nylon diatas gel dan direndam selama 1 malam. d. Probing Dengan menambahkan radioaktif atau pewarna probe pada sehelai membran nylon menghasilkan DNA fingerprint, Setiap probe seperti batang pendek (pita) hanya 1 atau 2 tempat yang khas pada helaian membran nylon tersebut.
  • 26. 22 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Teknologi Forensik merupakan aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran maupun ilmu-ilmu lain yang terkait dalam suatu penyelidikan untuk memperoleh data-data dalam mengungkap kasus kriminal baik itu data post mortem berdasar pemeriksaan mayat maupun data dari pemeriksaan kasus hidup seperti perkosaan, pelecehan seksual dan sebagainya. Komponen yang terdapat dalam teknologi forensik ini adalah DNA. DNA membawa informasi genetis sebagai cetak biru (blueprint) yang dapat dicopy dan diperbanyak saat sel membelah sehingga sel-sel baru juga mengandung informasi genetis yang sama. Sampel untuk analisis DNA dapat diperoleh dari berbagai jaringan, seperti bagian tulang, darah, sperma, dan sebagainya. DNA fingerprint adalah teknik untuk mengidentifikasi seseorang berdasarkan pada profil DNA nya yang merupakan gambaran pola potongan DNA dari setiap individu karena setiap individu mempunyai DNA fingerprint yang berbeda. Adapun jenis-jenis analisa DNA yang dapat dilakukan pada tes DNA fingerprint adalah sebagai berikut: 1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), merupakan semua mutasi yang menghilangkan atau menciptakan sekuen rekognisi baru bagi enzim restriksi 2. Polymerase Chain Reaction (PCR), adalah suatu metode untuk memperbanyak DNA template tertentu dengan enzim polymerase DNA. 3. STRs (Short Tandem Repeat) adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2-5 pasangan basa) yang diulang.
  • 27. 23 Analisis DNA untuk tes paternitas meliputi beberapa tahap yaitu tahap pengambilan spesimen, tahap proses laboratorium, tahap perhitungan statistik dan pengambilan kesimpulan. Adapun beberapa tahap analisa DNA fingerprint adalah sebagai berikut: 1. Isolasi DNA 2. Memotong, mengukur dan mensortir 3. Transfer DNA ke membran nilon 4. Probing B. Saran Dengan adanya pemaparan mengenai teknologi forensik yang telah diuraikan, diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan mengenai mata kuliah Bioteknologi.
  • 28. 24 DAFTAR PUSTAKA Kartika Ratna Pertiwi dan Paramita Cahyaningrum. 2012. Buku ajar mata kuliah Genetika. Yogyakarta. Jurdik Biologi FMIPA UNY Munim, Abdul. 2008. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Kharisma. Yeni W. Hartati, Iman P. Maksum. 2004. Amplifikasi 0,4 Kb Daerah D-Loop DNA Mitokondria Dari Sel Epitel Rongga Mulut Untuk Keperluan Forensik. Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Padjadjaran. Hasil Penelitian. Tidak dipublikasi http://arisbio.blogspot.co.id/2008/10/bioteknologi-dalam-bidang-forensik.html https://raldorasuh.wordpress.com/2013/03/18/bioteknologi-pertanian/ https://id.scribd.com/document/331155126/Mekanisme-teknologi-forensik