SlideShare a Scribd company logo
i
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dalam kesempatan yang berbahagia ini penyusun masih diberikan
kesempatan untuk menyelesaikan Laporan Praktikum Lapangan mata kuliah
Botani Tingkat Rendah Identifikasi Tumbuhan Tingkat Rendah.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penyusun melakukan pengamatan di
kawasan Pantai Carita dan Pantai Karang Bolong di Banten, Grafika Cikole di
Lembang Bandung, dan di Kebun Raya Bogor. Untuk menyusun laporan,
penyusun menggunakan buku panduan dan internet. Penyusun laporan bermaksud
untuk memperdalam pemahaman sebagai seorang mahasiswa dan melatih
kemandirian agar tidak hanya menerima dari dosen, tetapi harus mengembangkan
sendiri dengan cara mencari informasi yang bersangkutan.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, untuk itu diharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa
saja yang membaca dan memerlukannya.
Samarinda, 21 Desember 2016
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
IDENTIFIKASI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH .......................................... 1
A. Tujuan........................................................................................................... 1
B. Dasar Teori................................................................................................... 1
1. Paku (Pteridophyta) .................................................................................. 2
2. Lumut (Briophyta).................................................................................... 3
3. Jamur (Fungi) ........................................................................................... 6
C. Alat dan Bahan........................................................................................... 10
D. Prosedur Kerja............................................................................................ 10
E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan ........................................................... 11
1. Asplenium nidus ..................................................................................... 11
2. Polypodium vulgare ................................................................................ 12
3. Polypodium glycyrrhiza.......................................................................... 12
4. Tectaria crenata....................................................................................... 14
5. Angiopteris evecta................................................................................... 16
6. Davallia denticulata................................................................................. 17
7. Polystichum setiferum ............................................................................ 18
8. Nephrolepis sp......................................................................................... 19
9. Ganoderma applanatum .......................................................................... 20
10. Auricularia auricula................................................................................. 21
11. Pleurotus ostreatus .................................................................................. 23
12. Gymnopus dryophilus............................................................................. 24
13. Polytrichastrum formosum...................................................................... 24
14. Usnea subfloridina .................................................................................. 25
15. Flavoparmelia caperata ........................................................................... 26
16. Bryum gemmiferum................................................................................ 27
17. Funaria hygrometrica .............................................................................. 28
F. Kesimpulan................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
1
IDENTIFIKASI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH
A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengidentifikasi tumbuhan tingkat rendah yang berada
di kawasan Pantai Carita dan Pantai Karang Bolong di Banten, Grafika Cikole
di Lembang Bandung, dan di Kebun Raya Bogor.
B. Dasar Teori
Botani Tingkat Rendah dapat didefinisikan sebuah cabang dari ilmu
biologi yang mempelajari tentang tumbuhan–tumbuhan tingkat rendah.
Dikatakan tumbuhan tingkat rendah karena jenis-jenis tumbuhan ini tidak bisa
dibedakan antara akar, batang, dan daunnya.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup banyak, baik
flora maupun fauna. Kita boleh berbangga dengan kekayaan tumbuhan yang
tidak dimiliki negara lain. Akan tetapi lebih kurang 30.000 sampai 40.000 jenis
tumbuhan yang tersebar dari Aceh sampai Papua, dari daratan rendah hingga
dataran tinggi dari daerah tropik hingga daerah sejuk, jenis-jenis pohon di
Indonesia sangat banyak. Oleh Endert, seorang pakar tumbuh-tumbuhan
Belanda yang pernah bekerja di Indonesia ditaksir ada kira-kira 4.000 jenis
pohon dan dari 4.000 jenis ini belumlah kita kenal semua baik namanya
maupun sifatnya.
Beragamnya mahkluk hidup yang ada di bumi ini yang ditunjukkan
dengan adanya variasi bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang lainnya, maka
mendorong diperlukannya suatu cara untuk mengelompokkan mahkluk hidup
agar mudah dipelajari dan dipahami. Para ilmuwan dari bidang biologi
mengembangkan suatu sistem pengelompokan yang memudahkan untuk
memahami, mempelajari, dan mengenali mahkluk hidup dengan suatu sistem
klasifikasi. Cabang ilmu biologi yang mempelajari klasifikasi suatu mahkluk
hidup disebut dengan taksonomi atau sistematik. Bergantung pada golongan
makhluk hidup yang dijadikan obyek studi, apabila yang merupakan obyek
studinya adalah tumbuhan maka istilah yang digunakan adalah Taksonomi atau
2
Sistematik Tumbuhan, begitu juga berlaku pada obyek studi hewan. Unsur
utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan
(identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi.
1. Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan
tingkat rendah, namun sekelompok tumbuhan ini telah memiliki sistem
pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya.
Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat
perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.
Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Jadi
penempatan tumbuhan paku ke dalam golongan tingkat rendah atau tinggi bisa
berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar. Jika didasarkan
pada macam alat perkembangbiakannya, maka sebagai tumbuhan berspora
tergolong tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika didasarkan pada ada atau
tidaknya sistem pembuluh, tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai
tumbuhan tingkat tinggi karena sudah mempunyai berkas pembuluh.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang sebagian besar hidup di
tempat-tempat yang lembap. Tumbuhan paku diduga merupakan tumbuhan
berkormus tertua yang menghuni daratan bumi. Cara hidupnya bermacam-
macam ada yang epifit (menempel pada tumbuhan lain), saprofit (di sisa-sisa
tumbuhan lain atau sampah), higrofit (tempat lembab) maupun hidrofit (hidup
di air). Tumbuhan paku juga memiliki banyak manfaat untuk kehidupan
manusia.
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju
abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000
(diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh
di daerah tropika basah yang lembap. Tumbuhan ini cenderung menyukai
kondisi air yang melimpah karena salah satu tahap hidupnya tergantung dari
keberadaan air, yaitu sebagai tempat media bergerak sel sperma menuju sel
telur. Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon
sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah
3
hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi
sekarang ditambang orang sebagai batu bara.
Bentuk luar (morfologi) tumbuhan paku bermacam-macam, sesuai
dengan hasil evolusi adaptasinya. Penampilan luar paku ada yang
berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), semak, epifit,
tumbuhan merambat, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya
berupa terna dengan rimpang yang menjalar di tanah atau humus.
Organ fotosintetik dan reproduktif paku disebut ental (bahasa
Inggris frond) dengan ukuran yang bervariasi, dari beberapa milimeter
sampai enam meter. Ental paku sejati yang masih muda selalu menggulung
seperti gagang biola dan menjadi satu ciri khas.
Sebagian besar anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah.
Paku-pakuan cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal, seperti
lantai hutan yang lembab, tebing perbukitan, menempel atau merayap
pada batang pohon atau bebatuan, di dalam airkolam/danau, daerah
sekitar kawah vulkanik, serta sela-sela bangunan yang tidak terawat..
Ketersediaan air yang mencukupi pada rentang waktu tertentu diperlukan
karena salah satu tahap hidupnya tergantung pada keberadaan air, yaitu
sebagai media bergeraknya sel sperma menuju sel telur. Karena itulah,
tumbuhan ini juga lebih banyak dijumpai di kawasan pegunungan yang
basah dan teduh.
2. Lumut (Briophyta)
Pada umumnya kita menyebut "lumut" untuk semua tumbuhan yang
hidup di permukaan tanah, batu, tembok atau pohon yang basah, bahkan
yang hidup di air. Padahal tidak semuanya benar. Kalau kita cermati,
mereka semua masih berupa talus jadi belum memiliki kormus yang jelas.
Semua lumut merupakan tumbuhan autotrop fotosintetik, tak berpembuluh,
tetapi sudah memiliki batang dan daun yang jelas dapat diamati meskipun
akarnya masih berupa rizoid. Maka lumut dianggap sebagai peralihan antara
tumbuhan thallus ke tumbuhan berkormus, karena memiliki ciri thallus
4
berupa rizoid dan kormus yang telah menampakkan adanya bagian batang
dan daun. Bryophyta tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin,
oleh karenanya memiliki profil yang rendah, tingginya hanya 1–2 cm dan
yang paling besar tingginya tidak lebih dari 20 cm.
Lumut merupakan organisme multi seluler eukariotik yang
menunjukkan peralihan ciri thalus ke kormus yang telah beradaptasi dengan
kehidupan darat, sehingga dimasukkan ke dalam Kingdom Plantae. Lumut
dapat dengan mudah dijumpai di tempat yang lembap atau basah, seperti
menempel pada pohon dan di permukaan batu bata. Di kutub, lumut
merupakan penyusun ekosistem tundra (padang lumut). Lumut yang hidup
di permukaan batu bata berbentuk seperti beludru yang berwarna hijau. Ada
juga yang berupa lembaran menempel pada tebing atau dinding sumur.
Lumut yang hidup di pohon, tubuhnya menjulur panjang, menggantung.
Lumut kering yang dijual sebagai media tanaman disebut moss. Lumut
mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya, lumut
mengalami dua fase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase
sporofit (diploid). Alat perkembangbiakan jantan berupa antheridium dan
alat perkembangbiakan betina berupa arkegonium.
Alat perkembangbiakan lumut
Dalam daur hidup lumut, misalnya lumut daun, generasi gametofit
(haploid) merupakan generasi yang dominan. Generasi sporofitnya lebih
kecil dan hidup lebih pendek. Generasi sporofit (diploid) menghasilkan
spora haploid melalui pembelahan meiosis dalam suatu struktur yang
disebut sporangium. Spora yang kecil, apabila menyebar dan menemukan
5
tempat yang sesuai akan berkembang menjadi tumbuhan gametofit yang
baru.
Umumnya lumut daun berumah dua (dioesious) yang berarti satu
individu hanya memiliki satu jenis kelamin. Jika arkegonium telah masak,
sel telur siap untuk dibuahi, dan seluruh sel di dalam arkegonium melebur
menjadi semacam lendir. Sel dinding yang terdapat di ujung akan terlepas
dan bagian atas arkegonium akan menjadi corong. Begitu juga dinding
anteridium akan pecah sehingga spermatozoid dapat keluar. Spermatozoid
dapat menuju ke sel telur jika ada air dan baru terjadi pembuahan pada
musim hujan. Arkegonium menghasilkan suatu zat (gula atau protein) untuk
menarik spermatozoid agar bergerak menuju ke sel telur. Gerak
spermatozoid ini disebut kemotaksis. Pembuahan menghasilkan zigot yang
diselubungi oleh arkegonium yang akan tumbuh dan berkembang menjadi
sporogo-nium yang merupakan sporofit. Di dalam kotak spora terjadi
pembentukan spora melalui pembelahan meiosis sehingga dihasilkan spora
yang haploid. Kotak spora berbentuk periuk dengan suatu cincin yang
melingkar sepanjang tepi atasnya, disebut operkulum. Di bawah operkulum
terdapat dua baris gigi peristom yang jika keadaan lembap akan menutup
sehingga spora tidak dapat keluar. Jika kadar air rendah kaliptra (tudung
kotak spora) dan operkulum terlepas, gigi peristom membukan (menghadap
ke luar) dan spora keluar. Jika spora jatuh di tempat yang sesuai, akan
tumbuh menjadi protonema. Dari protonema tumbuh tunas-tunas yang
menjadi tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut merupakan gametofit yang
berumur panjang, sedangkan sporogonium merupakan sporofit yang
berumur pendek.
Lumut yang dihidup di bumi ini dapat di klasifikasikan sebagai
berikut:
a. Lumut Daun
Lumut ini dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang basah
atau lembap, menempel pada permukaan batu bata, tembok dan tempat-
tempat terbuka. Tubuhnya berukuran kecil, berbatang semu tegak dan
6
lembaran daunnya tersusun spiral. Pada pangkal batang terdapat rizoid
yang bercabang dan bersepta berfungsi sebagai akar.
Contoh lumut daun
b. Lumut Hati
Lumut hati berbentuk lembaran (talus), rizoidnya tidak bercabang
terdapat di bawah tangkai atau lembarannya. Letak antheridium dan
archegonium terpisah. Pada umumnya lumut hati mudah ditemukan pada
tebing-tebing yang basah.
c. Lumut Tanduk
Lumut tanduk sering dijumpai hidup di tepi danau, sungai atau di
sepanjang selokan. Lumut ini juga mengalami pergiliran keturunan antara
generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofitnya
membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk.
3. Jamur (Fungi)
Jamur (fungi) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau
banyak dengan tidak memiliki klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang
tersusun atas kitin. Karena sifat-sifatnya tersebut dalam klasifikasi makhluk
hidup, jamur dipisahkan dalam kingdom nya tesendiri, ia tidak termasuk
dalam kindom protista, monera, maupun plantae. Karena tidak berklorofil,
jamur temasuk ke dalam makhluk hidup heterotof (memperoleh makanan
dari organisme lainnya), dalam hal ini jamur hidup dengan jalan
menguraikan bahan-bahan organik yang ada di lingkungannya. Umumnya
jamur hidup secara saprofit (hidup dengan mengurai sampah oganik seperti
7
bankai menjadi bahan anoganik). Ada juga jamur yang hidup secara parasit
(memperoleh bahan organik dari inangnya), adapula yang hidup dengan
simbiosis mutualisme(yaitu hidup dengan organisme lain agar sama-sama
mendapatkan untung).
Jamur uniseluler berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk
tunas, dan secara seksual dengan membentuk spora askus. Sedangkan jamur
multiseluler yang terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti
kapas, yang disebut benang hifa. Dalam perkembangbiakkannya secara
aseksual ia memutuskan benang hifa (fragmentasi), membentuk spora
aseksual yaitu zoospora, endospora, dan konidia. Secara seksual melalui
pelebuan anatara inti jantan dan inti bentina sehingga terbentuk spora askus
atau spora sidium.
Jamur diklasifikasikan berdasarkan cara reproduksi dan struktur
tubuhnya. Dalam klasifikasi dengan lima kingdom, jamur dibagi menjadi 4
divisi yaitu:
a. Divisi Zygomycota
Tubuh Zygomycota terdiri dari benng hifa yang bersekat
melintang, ada pula yang tidak bersekat melintang. Hifa bercabang-
cabang banyak dan dinding selnya mengandung kitin.
Contoh jamur ini adalah jamur yang tumbuh pada tempe, selain itu
ada juga yang hidup secara saprofit pada rotin, nasi, dan bahan makanan
lainnya. Ada pula yang hidup secara parasit, misalnya penyebab penyakit
busuk pada ular jalar.
Jamur Zygomycota berkembangbiak secara aseksual dengan spora.
Beberapa hifa akan tumbuh ke atas dan ujungnya menggembung
membentuk sporangium.
Reproduksi secara seksual dilakukan sebagai berikut: dua hifa
yakni hifa betina (hifa -) dan hifa jantan (hifa +) betemu, kemudian inti
jantan dan inti betina melebu, terbentuk zigot yang berdinding tebal.
Zigot menghasilkan kota spora yang disebut zigosporangium dan
sporanya disebut zygospora. Zygospora mengalamai dormansi (istirahat)
8
selama 1-3 bulan. Setelah itu zigospora akan berkecambah membentuk
hifa. Hifa jantan dan betina hanya istilah saja, dan disebut jantan, jika
hifanya memberi isi sel, disebut betina kalau menerima isi sel.
b. Divisi Ascomycota
Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat menghasilkan
spora askus (askospora), yaitu spora hasil repoduksi seksual, berjumlah 8
spora yang tersimpan di dalam kotak spoa. Kotak spora ini menyerupai
kantong sehigngga disebut askus, untuk mengetahui bentuk dan stuktu
askus dibutuhkan pengamatan yang teliti. Reproduksi aseksual dengan
tunas, fragmentasi, konidia. Reproduksi seksual dengan menghasilkan
spora askus.
c. Divisi Basidiomycota
Jamur Basidiomycota umumnya merupakan jamur makroskopik,
dapat dilihat dengan mata karena ukuannya yang besar. Pada musim
penghujan dapat kita temukan pada pohon, misalnya jamur kuping, jamur
pohon, atau di tanah yang banyak mengandung bahan oganik, misalnya
jamur barat.
Bentuk tubuh buahnya kebanyakan mirip payung misalnya pada
jamur merang yang kalian amati. Basidiomycota ada yang dibudayakan
misalnya jamur merang, jamur tiram, jamur shiltake, dan lainnya, jamur-
jamur tersebut merupakan makan yang bergizi tinggi.
Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu
(monokaiotik) atau dua (dikariotik). Miseliumnya berada pada substrat.
Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk payung atau
bentuk lain yang menjulang di atas substrat. Bagian tubuh buah inilah
yang enak dimakan. Tubuh buah atau basidiokarp merupakan tempat
tumbuhnya basidium. Setiap basidium menghasilkan 4 spora basidum.
d. Divisi Deutromycota
Belum semua jamur yang dijumpai di alam telah diketahui cara
repoduksi seksualnya. Kira-kira terdapat sekitar 1500 jenis jamur yang
belum diketahui cara reproduksi seksualnya. Akibat dari hal ini Tidak
9
ada yang bisa menggolongkan 1500 jamur tersebut. Jamur yang demikian
untuk sementara waktu digolongkan ke dalam Deuteromycota atau
“jamur tak tentu”. Jadi Deuteromycota bukanlah penggolongan yang
sejati atau bukan takson. Jika kemudian menurut penelitian ada jenis dari
jamur ini yang diketahui proses reproduksi seksualnya, maka akan
dimasukkan ke dalam ascomycota atau basidiomycota.
10
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat Tulis
b. Kamera
2. Bahan
Tumbuhan tingkat rendah yang berada dikawasan Pantai Carita dan
Pantai Karang Bolong di Banten, Grafika Cikole di Lembang Bandung, dan
di Kebun Raya Bogor.
D. Prosedur Kerja
1. Dicari tumbuhan tingkat rendah yang ada di tempat lokasi yang ditetapkan.
2. Difoto sebanyak mungkin tumbuhan tingkat rendah yang dilihat.
3. Diidentifikasi foto tumbuhan tingkat rendah yang didapat menjadi tiga
golongan yaitu, paku (Pteridophyta), jamur ( Fungi ), lumut (Bryophyta).
11
E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Asplenium nidus
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Aspleniaceae
Genus : Asplenium
Spesies : Asplenium nidus
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, paku sarang
burung (Asplenium nidus) merupakan jenis tumbuhan paku populer
sebagai tanaman hias halaman. Paku ini ditemukan saat melakukan
pengamatan di Kebun Raya Bogor.
Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat
mencapai panjang 150 cm dan lebar 20 cm, menyerupai daun pisang.
Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah, dan
menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi
bawah helai, pada urat-urat daun, dengan sori tertutup semacam kantung
memanjang. Ental-ental yang mengering akan membentuk semacam
"sarang" yang menumpang pada cabang-cabang pohon. "Sarang" ini bersifat
menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya.
12
2. Polypodium vulgare
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Polypodium
Spesies : Polypodium vulgare
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, Polypodium
vulgare adalah pakis berkembang di sepanjang rimpang horizontal. Daun
dengan bentuk selebaran segitiga ukuran 10 sampai 50 cm. Pada daun paku
ini terdapat spora berwarna hijau. Habitat pakis ini ditemukan saat
melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor, di lokasi yang teduh dan
semi-teduh.
3. Polypodium glycyrrhiza
13
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Polypodium
Spesies : Polypodium glycyrrhiza
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan,
habitat Polypodium glycyrriza adalah epifit di tanah. Rimpang yang
menjalar di tanah atau batang pohon dan juga batu-batuan . Biasanya
terdapat pada daerah pegunungan hutan basah (lembab), di daerah tropis dan
sub tropis. Polypodium glycyrriza merupakan Pterydophyta yang memiliki
perawakan herba tapi sedikit berkayu. Karena batangnya sedikit berair dan
agak keras.
Bangun daun pada Polypodium glycyrriza yaitu linier bentuk
ujungnya meruncing dan tepi daunnya beringgit. Berbentuk pisau
membedah dan simetris. Ukuran daunnya berupa isofil yakni mempunyai
ukuran sama atau serupa, sektar kurang lebih 75 cm. Biasanya tangkai daun
langsing, 0,5-2 mm. Warna daunnya hijau muda, pada permukaan daunnya
halus mempunyai ramenta.
Daun Polypodium glycyrriza memiliki urat daun menyirip, tulang
daunnya memiliki tipe makrofil, yakni tulang daunnya bercabang dari
pangkal ke ujung.
Daun pada Polypodium glycyrriza ini memiliki tipe sporofil, karena
terdapat spora yang digunakan sebagai reproduksi (perkembangbiakannya),
jadi fungsi daun disini tidak hanya digunakan sebagai fotosintesis atau biasa
disebut daun tropofil.
Batang paku-pakuan ini nampak dengan jelas berupa rimpang (batang
saling mengait), bentuk batangnya bulat beralur dan berusuk secara
longitudinal. Pada permukaan batangnya halus ramenta yakni terdapat
rambut-rambut atau sisik berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Ukuran
14
batang pada Polypodium glycyrriza berkisar antara 2-5 mm. Pada batang
muda memiliki diameter berkisar 1,5-2 mm saja. Warna batangnya merah
kecoklatan pada batang yang masih muda. Tetapi pada batang dewasanya
dapat berwarna merah kecoklatan hingga kehitaman.
Akar Polypodium glycyrriza ini memiliki sistem perakaran serabut
yang bercabang cabang secara dikotom. Karena spesies ini utmbuh di tanah
(epifit). Akar-akar manis s tapi berserat dan tipis. Rhizomes berisi ostadin,
sebuah senyawa steroid 3000 kali lebih manis dari pada sukrosa. Pesisir
penduduk asli menggunakan rhizomes sebagai pemanis dan untuk
mengobati penyakit tenggorokan.
Polypodium glycyrriza ini memiliki spora yang terletak di bagian
ventral daun teratur berjajar di tengah dekat urat daun.
Perkembangbiakan Polypodium glycyrriza sama dengan tumbuhan paku
lainnya yaitu dengan menggunakan spora.
4. Tectaria crenata
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridops
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Tectaria
Spesies : Tectaria crenata Cav.
15
Spesies Tectaria sp. diperoleh dari Kebun Raya Bogor, habitatnya
yaitu di tanah atau biasanya juga dapat ditemukan di bebatuan. Jenis paku
ini mempunyai rimpang yang ramping dan panjang, berakar dalam tanah,
memanjat pohon tetapi tidak epifit, atau ada sebagian yang rimpangnya
menjalar pada permukaan bebatuan, menyukai keteduhan. Perawakan paku
ini termasuk semak atau bisa dikatakan agak berkayu.
Daunnya tidak ental. Bentuk daun lanset yaitu semakin ke ujung
semakin mengecil atau bisa dikatakan ujungnya runcing. Warnanya hijau
tapi tidak hijau pekat karena habitatnya yang dibawah dan tidak begitu
tinggi sehingga cukup terhalang oleh spesies lain yang lebih tinggi untuk
memperoleh sinar matahari dalam berfotosintesis. Urat daunnya menyirip,
tetapi urat daunnya tersebut tidak bercabang-cabang. Tekstur daun Tectaria
crenata seperti selaput dengan permukaan yang cukup halus. Daun spesies
ini termasuk daun tunggal karena pada tangkai yang keluar langsung dari
akar hanya terdapat 1 helaian daun saja, tidak bercabang atau tidak
majemuk.
Bentuk batang adalah bulat, dengan permukaan yang halus tidak
mempunyai ramenta. Ukuran panjang batangnya sekitar 33 cm, berwarna
coklat, tanpa adanya percabangan karena batang pada akarnya langsung
keluar dari atas tanah. Bentuk batang atau cabang bermacam-macam, antara
lain bulat beralur dan berusuk secara longitudinal, beruas-ruas panjang dan
kaku. Ada yang panjang ramping, bulat dengan simetri dorsiventral.
Permukaan batang paku-pakuan tidak selalu halus, tetapi kadang-kadang
dihiasi dengan bentuk tertentu, seperti duri, rambut-rambut uniseluler,
ramenta, lapisan lilin, dan sebagainya.
Spesies ini mempunyai akar serabut dikotom. Pada umumnya akar
paku-pakuan adalah serabut yang bercabang-cabang secara dikotom.
Adapula yang bercabang monopodial atau tidak bercabang. Namun tidak
semua paku-pakuan mempunyai akar, misalnya pada bangsa Psilotales,
fungsi akarnya digantikan oleh rizoid.
16
5. Angiopteris evecta
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Kelas : Marttiopsida
Ordo : Marttiales
Famili : Marattiaceae
Genus : Angiopteris
Spesies : Angiopteris evecta
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di Grafika Cikole
Lembang Bandung, didapatkan spesies paku yaitu Angiopteris evecta.
Tanaman jenis paku ini memiliki ciri-ciri mempunyai ukel yang berukuran
cukup besar, akarnya menjalar (creeping), mempunyai stipula dengan lebar
10 cm ketika kering penasi daunnya yaitu tipe bipinnatus, sorus terletak di
marginal atau ujung sekali dari pinggir daunnya, ukuran tanaman ini pada
saat diamati yaitu mempunyai tinggi batang kira – kira 220 cm dengan
ukuran lebar ukel kira-kira 10 cm, namun tinggi paku ini bisa mencapai
hingga 7m oleh sebab itu spesies ini sering disebut sebagai raja paku atau
paku raksasa. Angiopteris evecta berwarna hijau pada daun dan batangnya
serta hidup terrestrial diatas tanah. Pada ukel terdapat rambut – rambut
17
berwarna coklat ,rambut ini muncul mulai dari bagian bawah ukel dekat
tanah hingga ujung ukel ke atas.
Agiopteris evecta termasuk kelompok paku tanah. Tumbuhan yang
termasuk kelompok ini adalah paku-pakuan yang hidup ditanah, tembok dan
tebing terjal.
Sampai dengan saat ini tumbuhan pakis telah banyak dimanfaatkan
bagi kepentingan manusia, salah satunya adalah tumbuhan paku Angiopteris
evecta. Pakis gajah ini sering dimanfaatkan orang sebagai tanaman hias
karena keindahannya memiliki nilai jual yang tinggi. Selain itu dapat
dijadikan pula sebagai bahan baku obat dan antibiotik.
6. Davallia denticulata
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Kelas : Filicinae
Ordo : Davalliales
Famili : Polypodiceae
Genus : Davallia
Spesies : Davallia denticulata
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Kebun Raya Bogor,
didapatkan spesies Davallia denticulata yang daunnya berbentuk segitiga
18
60-100 x 40 – 70, seperti kulit, menyirip rangkap, tangkai 15 – 60 cm, anak
daun bulat telur memanjang, beringgit, bergerigi dengan urat-urat yang
bebas. Tangkai berwarna coklat gelap mengkilap. Bila tumbuhan ini masih
muda rimpangnya ditutupi sisik-sisik padat. Bentuk entalnya segitiga,
menyirip ganda tiga atau empat. Helaian daun berbentuk segitiga dan tepi
yang bergerigi serta daun yang kaku.
Termasuk jenis paku yang umumnya menumpang pada tumbuhan
lain. Meskipun demikian tidak berarti tumbuhnya hanya menumpang saja.
Paku ini dapat pula tumbuh pada tanah-tanah cadas, karang atau batu-batu.
Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada batang jenis palem. Tumbuh
bersama-sama dengan paku cecerenean, paku sarang burung atau jenis-jenis
paku lainnya.
7. Polystichum setiferum
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Dryopterydaceae
Genus : Polystichum
Spesies : Polystichum setiferum
Berdasarkah hasil identifikasi yang dilakukan, panjang daun
Polystichum setiferum adalah 30-120 cm, dan biasanya bagian pucuknya
19
terkulai. Daunnya bertektur lembut, tipis, dan berbulu, dengan tepi daunnya
yang bergerigi. Pinnae pada tangkai saling berlawanan arah, yang panjang
pinnaenya 4-14 cm.
8. Nephrolepis sp.
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicinae
Ordo : Polypodiales
Famili : Lomariopsidaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis exaltata
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, Nephrolepis exaltata
mudah dijumpai tumbuh di tepi-tepi sungai, tebing, atau pada
batang palem serta pohon lain. Nephrolepis mudah dijumpai di rumah-
rumah atau kebun. Tumbuhan ini mudah beradaptasi karena
bersifat epifit dan memiliki rimpang yang tahan kering yang menjalar ke
mana-mana, dan entalnya memanjang berbentuk pedang.
Perawakan spesies Nephrolepis exaltata adalah herba. Tumbuh di
tempat tinggi atau dataran tinggi. Rimpangnya tipis, menyerupai akar. Dari
rimpangnya tumbuh ental yang memanjang, dapat mencapai 1,5m panjang,
dengan anak-anak daun tersusun menyirip tunggal, mirip pedang atau
mata tombak. Panjang daun adalah 50-250 cm dan 6-15 cm luas, dengan
20
alternatif pinnae, masing-masing pinna menjadi 2-8 cm, tepi daun terlihat
sedikit bergigi.
Batang menjalar dibawah permukaan tanah. Berbentuk panjang,
berupa rimpang, permukannya kasar dan terdapat ramenta. Tinggi batang
mencapai 33 cm warnanya coklat dan tidak bercabang. Memiliki perakaran
serabut, merambat di bawah permukaan tanah seperti rambut. Akar
berwarna coklat dan terdapat sisik. Sorus terdapat di peruratan daun bagian
tepi dan tengah, berbentuk bulat. Setiap sporangium mengandung spora
yang berwarna kuning dan jarang berwarna kahijauan, permukaanya lembut,
spora bertangkai 2 sampai 3 sel baris.
Berdasarkan literatur, daur hidup Nephrolepis exaltata terdiri dari dua
fase utama yaitu: gametofit dan sporofit. Nephrolepis exaltata yang kita
lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk
generasi fase gametofit dinamakan protalium. Gametofit tersebut
menghasilkan gamet (sel sperma dan sel telur) melalui pembelahan mitosis.
Selanjutnya sperma membuahi sel telur dengan cara manggabungkan diri
pada protalus. Pembuahan sel telur menghasilkan zigot yang diploid dan
berkembang melalui pembelahan miosis sehingga menjadi sporofit
(tumbuhan Nephrolepis).
9. Ganoderma applanatum
Klasifikasi
Kerajaan : Fungi
Divisi : Basidiomycota
21
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma applanatum
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, dinding sel Ganoderma
applanatum terdiri atas kitin, namun sel nya tidak memiliki klorofil. Fungi
ini didapatkan saat melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor. Kulitnya
keras dan berwarna hitam dengan tepinya berwarna putih. Ganoderma
applanatum yang ditemukan ini hidup menjadi parasit pada batang pohon
yang masih hidup. Ganoderma apllanatum mendapatkan makanan secara
heterotrof yaitu dengan mengambil makanan dari bahan organik di sekitar
tempat tumbuhnya. Bahan organik tersebut yang akan diubah menjadi
molekul-molekul sederhana dan diserap langsung oleh hifa.
Berdasarkan kajian literatur jamur Ganoderma sp. memiliki sifat
saprofit dan parasit tumbuhan. Sebagai patogen tumbuhan, Jamur
Ganoderma sp. dapat menyebabkan akar membusuk sehingga menyebabkan
kerugian. Sebagai saprofit, Jamur Ganoderma sp. telah lama digunakan
sebagai bahan obat bagi kesehatan manusia.
10. Auricularia auricula
Klasifikasi
Kerajaan : Fungi
Divisi : Basidiomycota
22
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Auriculariales
Famili : Auriculariaceae
Genus : Auricularia
Spesies : Auricularia auricula
Berdasarkan hasil identfikasi yang dilakukan Auricularia auricula
atau biasa disebut karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun
telinga manusia (kuping). Jamur ini ditemukan saat melakukan pengamatan
di Kebun Raya Bogor.
Karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang
kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun, pada keadaan
kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang.
Bagian tubuh buah dari jamur kuping berbentuk seperti mangkuk atau
kadang dengan cuping seperti kuping, memiliki diameter 2-15 cm, tipis
berdaging, dan kenyal. Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam
atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua.
Berdasarkan kajian literatur, cara reproduksi vegetatif dari jamur
kuping adalah dengan membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi
miselium. Sedangkan, reproduksi generatif jamur kuping adalah dengan
menggunakan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam badan
yang disebut basidiokarp, yang selanjutnya menghasilkan spora yang
disebut basidiospora.
Jamur kuping memiliki banyak manfaat kesehatan, di antaranya untuk
mengurangi penyakit panas dalam dan rasa sakit pada kulit akibat luka
bakar. Bila jamur kuping dipanaskan maka lendir yang dihasilkannya
memiliki khasiat sebagai penangkal (menonaktifkan) zat-zat racun yang
terbawa dalam makanan.
23
11. Pleurotus ostreatus
Klasifikasi
Kerajaan : Fungi
Divisi : Basqidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, tubuh buah jamur tiram
memiliki tangkai yang tumbuh menyamping dan bentuknya seperti tiram
sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.
Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu,
coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5–
20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram
juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm
serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di
hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk
di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon
yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.
Jamur tiram ini didapatkan saat melakukan pengamatan di Kebun Raya
Bogor.
24
12. Gymnopus dryophilus
Klasifikasi
Kerajaan : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Marasmiaceae
Genus : Gymnopus
Spesies : Gymnopus dryophilus
Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, jamur jenis ini tumbuh
di atas tumpukan jerami padi. Gymnopus dryophilus berwarna putih
kecoklatan dan hidup berkelompok. Gymnopus dryophilus didapatkan saat
melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor.
13. Polytrichastrum formosum
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
25
Divisi : Bryophyta
Kelas : Polytrichopsida
Ordo : Polytrichales
Famili : Polytrichaceae
Genus : Polytrichhastrum
Spesies : Polytrichhastrum formosum
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, Polytrichhastrum
formosum memiliki daun yang pelepahnya menyandang lamela pada
permukaan bagian atas. Batang Polytrichhastrum formosum sentral
menebal dengan sebuah rhizoma. Polytrichhastrum formosum merupakan
anggota keluarga Polytrichaceae, dimana hampir semua anggotanya
cenderung lebih besar dibandingkan lumut daun lainnya. Lumut ini
ditemukan saat melakukan pengamatan di Pantai Karang Bolong
14. Usnea subfloridina
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Ascomycota
Kelas : Acholiches
Ordo : Lecanorinneae
Famili : Zamiaceae
Genus : Usnea
Spesies : Usnea subfloridina
Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, ciri-ciri morfologi
Usnea subfloridina yaitu talus berbentuk benang, tegak ataupun
26
bergantungan tanpa rizhoid dan melekat pada substrat pada suatu cakram
pelekat yang berasal dari lapisan teras. Bila dilihat secara keseluruhan
menyerupai jaring laba-laba. Usnea subfloridina ini mengandung apotesium.
Lumut kerak ini biasa disebut sebagai lumut janggut dan hidup pada batang-
batang pohon di area pegunungan. Lumut ini didapatkan saat melakukan
pengamatan di Grafika Cikole Lembang Bandung.
15. Flavoparmelia caperata
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Famili : Parmeliaceae
Genus : Flavoparmelia
Spesies : Flavoparmelia caperata
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, warnanya bercak hijau
keputih putihan, sering ditemukan tepung yang berasal dari sel ganggang
yang terbungkus hifa, memiliki soredium, melekat pada batu atau pada
pohon-pohoanan. Oleh karena itu lumut kerak disebut juga tumbuhan
pioner atau vegetasi perintis.
Lumut kerak juga dikenal sangat sensitif terhadap zat zat polutan
berbahaya sehingga tidak dapat hidup di lingkungan yang tercemar.
Pertumbuhan talusnya lambat, Dalam satu tahun, pertumbuhan talusnya
27
kurang dari 1 centimeter. Bersifat autotrof dan mampu mengikat nitrogen di
udara.
16. Bryum gemmiferum
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Bryopsida
Ordo : Bryales
Famili : Bryaceae
Genus : Bryum
Spesies : Bryum gemmiferum
Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, spesies ini ditemukan
hidup tumbuh pada batang pohon yang lembab. Tubuh tumbuhan hijau,
lembut dan tegak. Spesies ini ditemukan saat melakukan pengamatan di
Kebun Raya Bogor
28
17. Funaria hygrometrica
Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Bryophyta
Kelas : Bryopsida
Ordo : Funariales
Famili : Funariaceae
Genus : Funaria
Spesies : Funaria hygrometrica
Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, spesies ini ditemukan
hidup tumbuh pada batu-batuan besar yang lembab. Tubuh tumbuhan hijau,
lembut dan tegak. Spesies ini ditemukan saat melakukan pengamatan di
Pantai Karang Bolong, Banten.
29
F. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa tumbuhan Asplenium nidus, Polypodim vulgare, Polypodium
glycyrriza,Tectaria crenata, Angiopteris evecta, Davallia denticulata,
Polystichum setiferum, dan Nephrolepis exaltata termasuk ke dalam tumbuhan
paku (Pteridophyta) karena memiliki pembuluh sejati dan berkembang biak
menggunakan spora. Ganoderma applanatum, Auricularia auricula, Pleurotus
ostreatus, dan Gymnopus dryophilus termasuk ke dalam jamur (fungi) karena
tidak memiliki klorofil dan hidup secara saprofit terhadap tumbuhan lain.
Sedangkan, Polytrichhastrum formosum, Usnea subfloridina, Flavoparmelia
caperata, Bryum gemmiferum, dan Funaria hygrometrica termasuk ke dalam
lumut karena mereka semua masih berupa talus jadi belum memiliki kormus
yang jelas. Semua lumut merupakan tumbuhan autotrop fotosintetik, tak
berpembuluh, tetapi sudah memiliki batang dan daun yang jelas dapat diamati
meskipun akarnya masih berupa rizoid.

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi SetiyanaLaporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
dewisetiyana52
 
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Selly Noviyanty Yunus
 
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Maedy Ripani
 
Laporan genetika bab awal
Laporan genetika bab awalLaporan genetika bab awal
Laporan genetika bab awal
imat lisnawati
 
Laporan Praktikum Biologi Trikomata
Laporan Praktikum Biologi TrikomataLaporan Praktikum Biologi Trikomata
Laporan Praktikum Biologi Trikomata
Dhiarrafii Bintang Matahari
 
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Maedy Ripani
 
Morfologi Batang
Morfologi BatangMorfologi Batang
Morfologi Batang
Abulkhair Abdullah
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
Septian Muna Barakati
 
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
Botani uas pertemuan ke  1 (bunga)Botani uas pertemuan ke  1 (bunga)
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
Dokter Tekno
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ MetamorfosisPPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
Agustin Dian Kartikasari
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
fentyagustin1
 
Laporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi BurungLaporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Selly Noviyanty Yunus
 
Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4
Monalisa Pirade
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Rukmana Suharta
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Bryophyta
PPT Embriologi Tumbuhan - BryophytaPPT Embriologi Tumbuhan - Bryophyta
PPT Embriologi Tumbuhan - Bryophyta
Agustin Dian Kartikasari
 
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Maedy Ripani
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan BijiPPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
Agustin Dian Kartikasari
 
Laporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 AmphibiaLaporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 Amphibia
Selly Noviyanty Yunus
 
Mikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewi
Mikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewiMikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewi
Mikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewi
dewisetiyana52
 
9. laporan praktikum biologi struktur akar, batang, dan daun
9. laporan praktikum biologi struktur akar, batang, dan daun9. laporan praktikum biologi struktur akar, batang, dan daun
9. laporan praktikum biologi struktur akar, batang, dan daun
Sofyan Dwi Nugroho
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi SetiyanaLaporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
Laporan Praktikum Non-Embedding Citrus sp_Dewi Setiyana
 
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
 
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 7 rumus bunga dan diagram bunga (morfologi tumbuhan)
 
Laporan genetika bab awal
Laporan genetika bab awalLaporan genetika bab awal
Laporan genetika bab awal
 
Laporan Praktikum Biologi Trikomata
Laporan Praktikum Biologi TrikomataLaporan Praktikum Biologi Trikomata
Laporan Praktikum Biologi Trikomata
 
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 9 strobilus gymnospermae (morfologi tumbuhan)
 
Morfologi Batang
Morfologi BatangMorfologi Batang
Morfologi Batang
 
Makalah morfologi daun
Makalah  morfologi daunMakalah  morfologi daun
Makalah morfologi daun
 
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
Botani uas pertemuan ke  1 (bunga)Botani uas pertemuan ke  1 (bunga)
Botani uas pertemuan ke 1 (bunga)
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ MetamorfosisPPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
PPT Morfologi Tumbuhan - Organ Metamorfosis
 
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
Taksonomi Tumbuhan I DIVISI SCHIZOPHYTA ( Monera)
 
Laporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi BurungLaporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
Laporan Praktikum 6 Identifikasi Burung
 
Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4Praktikum ketiga kelompok 4
Praktikum ketiga kelompok 4
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Bryophyta
PPT Embriologi Tumbuhan - BryophytaPPT Embriologi Tumbuhan - Bryophyta
PPT Embriologi Tumbuhan - Bryophyta
 
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
Laporan praktikum 3 tata letak daun rumus daun dan diagram daun (morfologi tu...
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan BijiPPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
 
Laporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 AmphibiaLaporan Praktikum 3 Amphibia
Laporan Praktikum 3 Amphibia
 
Mikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewi
Mikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewiMikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewi
Mikroteknik BAB 1 Pengertian, Syarat, dan Macam preparat_dewi
 
9. laporan praktikum biologi struktur akar, batang, dan daun
9. laporan praktikum biologi struktur akar, batang, dan daun9. laporan praktikum biologi struktur akar, batang, dan daun
9. laporan praktikum biologi struktur akar, batang, dan daun
 

Viewers also liked

Handout materi-kuliah-taksonomi-tumbuhan-tingkat-rendah-hmbp(1)
Handout materi-kuliah-taksonomi-tumbuhan-tingkat-rendah-hmbp(1)Handout materi-kuliah-taksonomi-tumbuhan-tingkat-rendah-hmbp(1)
Handout materi-kuliah-taksonomi-tumbuhan-tingkat-rendah-hmbp(1)
Ummi Fitri
 
Taksonomi Tumbuhan Tinggi Kebun Raya Bogor
Taksonomi Tumbuhan Tinggi Kebun Raya BogorTaksonomi Tumbuhan Tinggi Kebun Raya Bogor
Taksonomi Tumbuhan Tinggi Kebun Raya Bogor
Bunga Naria
 
Makalah herbarium
Makalah herbariumMakalah herbarium
Makalah herbarium
Dian Luvia Adifaa
 
Ppt Poltekkes taksonomi tumbuhan
Ppt Poltekkes taksonomi tumbuhanPpt Poltekkes taksonomi tumbuhan
Ppt Poltekkes taksonomi tumbuhan
Muhammad Abdul Rohman
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkap
Septian Muna Barakati
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Maedy Ripani
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
Novia Dwi
 
Laporan praktikum fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis
Surya Citra Tri Vina
 
Laporan praktikum kimfis kel ix
Laporan praktikum kimfis kel ixLaporan praktikum kimfis kel ix
Laporan praktikum kimfis kel ixDede Suhendra
 
Mengamati jaringan tumbuhan
Mengamati jaringan tumbuhanMengamati jaringan tumbuhan
Mengamati jaringan tumbuhan
Rizqi Maulana
 
Laporan praktikum 1 pemrograman mobile
Laporan praktikum 1 pemrograman mobileLaporan praktikum 1 pemrograman mobile
Laporan praktikum 1 pemrograman mobile
Ali Ikhsan
 
Laporan praktikum semster 7
Laporan praktikum semster 7Laporan praktikum semster 7
Laporan praktikum semster 7Defri Susanto
 
Kunci lks vertebrata
Kunci lks vertebrataKunci lks vertebrata
Kunci lks vertebrataEra Tarigan
 
Lks v er tebrata
Lks v er tebrataLks v er tebrata
Lks v er tebrataEra Tarigan
 
Klasifikasi, identifikasi tata nama tumbuhan kelompok 5
Klasifikasi, identifikasi tata nama tumbuhan  kelompok 5Klasifikasi, identifikasi tata nama tumbuhan  kelompok 5
Klasifikasi, identifikasi tata nama tumbuhan kelompok 5
AnhariSA
 
Pengukuran kecepatan respirasi pada organ tumbuhan
Pengukuran kecepatan respirasi pada organ tumbuhanPengukuran kecepatan respirasi pada organ tumbuhan
Pengukuran kecepatan respirasi pada organ tumbuhan
Ekal Kurniawan
 
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Nida Chofiya
 
Sejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Sejarah dan Perkembangan Taksonomi TumbuhanSejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Sejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Agustin Dian Kartikasari
 

Viewers also liked (20)

Handout materi-kuliah-taksonomi-tumbuhan-tingkat-rendah-hmbp(1)
Handout materi-kuliah-taksonomi-tumbuhan-tingkat-rendah-hmbp(1)Handout materi-kuliah-taksonomi-tumbuhan-tingkat-rendah-hmbp(1)
Handout materi-kuliah-taksonomi-tumbuhan-tingkat-rendah-hmbp(1)
 
Taksonomi Tumbuhan Tinggi Kebun Raya Bogor
Taksonomi Tumbuhan Tinggi Kebun Raya BogorTaksonomi Tumbuhan Tinggi Kebun Raya Bogor
Taksonomi Tumbuhan Tinggi Kebun Raya Bogor
 
Makalah herbarium
Makalah herbariumMakalah herbarium
Makalah herbarium
 
Ppt Poltekkes taksonomi tumbuhan
Ppt Poltekkes taksonomi tumbuhanPpt Poltekkes taksonomi tumbuhan
Ppt Poltekkes taksonomi tumbuhan
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkap
 
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidaeLaporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
Laporan praktikum botani tumbuhan tinggi 8 sub classis zingiberidae dan liliidae
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Laporan praktikum fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis
 
Laporan praktikum kimfis kel ix
Laporan praktikum kimfis kel ixLaporan praktikum kimfis kel ix
Laporan praktikum kimfis kel ix
 
Mengamati jaringan tumbuhan
Mengamati jaringan tumbuhanMengamati jaringan tumbuhan
Mengamati jaringan tumbuhan
 
Laporan praktikum 1 pemrograman mobile
Laporan praktikum 1 pemrograman mobileLaporan praktikum 1 pemrograman mobile
Laporan praktikum 1 pemrograman mobile
 
Laporan praktikum semster 7
Laporan praktikum semster 7Laporan praktikum semster 7
Laporan praktikum semster 7
 
Kunci lks vertebrata
Kunci lks vertebrataKunci lks vertebrata
Kunci lks vertebrata
 
Bryophyta 2012 1
Bryophyta 2012 1Bryophyta 2012 1
Bryophyta 2012 1
 
Lks v er tebrata
Lks v er tebrataLks v er tebrata
Lks v er tebrata
 
Klasifikasi, identifikasi tata nama tumbuhan kelompok 5
Klasifikasi, identifikasi tata nama tumbuhan  kelompok 5Klasifikasi, identifikasi tata nama tumbuhan  kelompok 5
Klasifikasi, identifikasi tata nama tumbuhan kelompok 5
 
Pengukuran kecepatan respirasi pada organ tumbuhan
Pengukuran kecepatan respirasi pada organ tumbuhanPengukuran kecepatan respirasi pada organ tumbuhan
Pengukuran kecepatan respirasi pada organ tumbuhan
 
Tata nama tumbuhan
Tata nama tumbuhanTata nama tumbuhan
Tata nama tumbuhan
 
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
Laporan praktikum bio (uji zat makanan)
 
Sejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Sejarah dan Perkembangan Taksonomi TumbuhanSejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
Sejarah dan Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
 

Similar to Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Tingkat Rendah

Makalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalasMakalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalasmoe2l
 
Kantong semar
Kantong semarKantong semar
Kantong semar
Dettha Sumbayak
 
alga, lumut dan paku
alga, lumut dan pakualga, lumut dan paku
alga, lumut dan paku
Suhadi Danuarta
 
Kelas XI_Geografi_KD 3.2 (4).pdf
Kelas XI_Geografi_KD 3.2 (4).pdfKelas XI_Geografi_KD 3.2 (4).pdf
Kelas XI_Geografi_KD 3.2 (4).pdf
alhaerik
 
4. rpp kelangsungan hidup mh
4. rpp kelangsungan hidup mh4. rpp kelangsungan hidup mh
4. rpp kelangsungan hidup mh
Sugeng Pamudji
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
Operator Warnet Vast Raha
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
Septian Muna Barakati
 
Sumber Daya Alam Hayati Rumput Laut
Sumber Daya Alam Hayati Rumput LautSumber Daya Alam Hayati Rumput Laut
Sumber Daya Alam Hayati Rumput Laut
Widya arsy
 
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhanMakalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
Septian Muna Barakati
 
Makalah Geografi
Makalah GeografiMakalah Geografi
E Magazine Klasifikasi Tumbuhan
E Magazine Klasifikasi TumbuhanE Magazine Klasifikasi Tumbuhan
E Magazine Klasifikasi Tumbuhan
rame group
 
Jurnal Praktikum Lapangan Cryptogamae Kelompok 5 A
Jurnal Praktikum Lapangan Cryptogamae Kelompok 5 AJurnal Praktikum Lapangan Cryptogamae Kelompok 5 A
Jurnal Praktikum Lapangan Cryptogamae Kelompok 5 A
Mulawarman University
 
Deskripsi bioekologis
Deskripsi bioekologisDeskripsi bioekologis
Deskripsi bioekologis
Operator Warnet Vast Raha
 
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sescoAdaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
Wong Cilik
 
Lumut ( bryophyta)
Lumut ( bryophyta)Lumut ( bryophyta)
Lumut ( bryophyta)
SMAN 3 Jombang
 
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
Fransisco Rahmat Longa Muku
 
Bryophyta Presentasi Kel 1.pptx
Bryophyta Presentasi Kel 1.pptxBryophyta Presentasi Kel 1.pptx
Bryophyta Presentasi Kel 1.pptx
aglitoprawoto
 
Laporan biologi
Laporan biologiLaporan biologi
Laporan biologi
Zhee Fauziyah Auliyah
 

Similar to Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Tingkat Rendah (20)

Makalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalasMakalahbudidaya ttalas
Makalahbudidaya ttalas
 
Kantong semar
Kantong semarKantong semar
Kantong semar
 
Tumbuhan paku
Tumbuhan pakuTumbuhan paku
Tumbuhan paku
 
alga, lumut dan paku
alga, lumut dan pakualga, lumut dan paku
alga, lumut dan paku
 
Kelas XI_Geografi_KD 3.2 (4).pdf
Kelas XI_Geografi_KD 3.2 (4).pdfKelas XI_Geografi_KD 3.2 (4).pdf
Kelas XI_Geografi_KD 3.2 (4).pdf
 
4. rpp kelangsungan hidup mh
4. rpp kelangsungan hidup mh4. rpp kelangsungan hidup mh
4. rpp kelangsungan hidup mh
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Sumber Daya Alam Hayati Rumput Laut
Sumber Daya Alam Hayati Rumput LautSumber Daya Alam Hayati Rumput Laut
Sumber Daya Alam Hayati Rumput Laut
 
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhanMakalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
Makalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
 
Makalah Geografi
Makalah GeografiMakalah Geografi
Makalah Geografi
 
E Magazine Klasifikasi Tumbuhan
E Magazine Klasifikasi TumbuhanE Magazine Klasifikasi Tumbuhan
E Magazine Klasifikasi Tumbuhan
 
Jurnal Praktikum Lapangan Cryptogamae Kelompok 5 A
Jurnal Praktikum Lapangan Cryptogamae Kelompok 5 AJurnal Praktikum Lapangan Cryptogamae Kelompok 5 A
Jurnal Praktikum Lapangan Cryptogamae Kelompok 5 A
 
Deskripsi bioekologis
Deskripsi bioekologisDeskripsi bioekologis
Deskripsi bioekologis
 
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sescoAdaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
Adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungan by sesco
 
Botani umum
Botani umumBotani umum
Botani umum
 
Lumut ( bryophyta)
Lumut ( bryophyta)Lumut ( bryophyta)
Lumut ( bryophyta)
 
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
PDF - XI - MODUL GEOGRAFI - MATERI PEMBELAJARAN - KD 3.1 - FLORA DAN FAUNA DI...
 
Bryophyta Presentasi Kel 1.pptx
Bryophyta Presentasi Kel 1.pptxBryophyta Presentasi Kel 1.pptx
Bryophyta Presentasi Kel 1.pptx
 
Laporan biologi
Laporan biologiLaporan biologi
Laporan biologi
 

More from Jessy Damayanti

Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptxRoom 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
Jessy Damayanti
 
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Jessy Damayanti
 
Laporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
Laporan PPL SMA Negeri 5 SamarindaLaporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
Laporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
Jessy Damayanti
 
Komunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhanKomunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhan
Jessy Damayanti
 
Fisiologi serangga
Fisiologi seranggaFisiologi serangga
Fisiologi serangga
Jessy Damayanti
 
Makalah entomologi
Makalah entomologiMakalah entomologi
Makalah entomologi
Jessy Damayanti
 
Bioteknologi di bidang forensik
Bioteknologi di bidang forensikBioteknologi di bidang forensik
Bioteknologi di bidang forensik
Jessy Damayanti
 
bioteknologi di bidang lingkungan
bioteknologi di bidang lingkunganbioteknologi di bidang lingkungan
bioteknologi di bidang lingkungan
Jessy Damayanti
 
Pencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
Pencirian, konsep sifat, dan sumber buktiPencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
Pencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
Jessy Damayanti
 
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Jessy Damayanti
 
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
Jessy Damayanti
 
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemakMakalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Jessy Damayanti
 

More from Jessy Damayanti (12)

Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptxRoom 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
Room 6_BE-073-336-DSA_Jessy Damayanti.pptx
 
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
Laporan KKN Universitas Mulawarman 43 Tahun 2017
 
Laporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
Laporan PPL SMA Negeri 5 SamarindaLaporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
Laporan PPL SMA Negeri 5 Samarinda
 
Komunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhanKomunitas tumbuhan
Komunitas tumbuhan
 
Fisiologi serangga
Fisiologi seranggaFisiologi serangga
Fisiologi serangga
 
Makalah entomologi
Makalah entomologiMakalah entomologi
Makalah entomologi
 
Bioteknologi di bidang forensik
Bioteknologi di bidang forensikBioteknologi di bidang forensik
Bioteknologi di bidang forensik
 
bioteknologi di bidang lingkungan
bioteknologi di bidang lingkunganbioteknologi di bidang lingkungan
bioteknologi di bidang lingkungan
 
Pencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
Pencirian, konsep sifat, dan sumber buktiPencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
Pencirian, konsep sifat, dan sumber bukti
 
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
 
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
Biologi sel "sifat fisika protoplasma"
 
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemakMakalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
Makalah fisiologi tumbuhan metabolisme sintesis karbohidrat dan lemak
 

Recently uploaded

PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 

Recently uploaded (8)

PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 

Laporan Praktikum Lapangan Botani Tingkat Rendah - Identifikasi Tumbuhan Tingkat Rendah

  • 1. i
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dalam kesempatan yang berbahagia ini penyusun masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan Laporan Praktikum Lapangan mata kuliah Botani Tingkat Rendah Identifikasi Tumbuhan Tingkat Rendah. Dalam menyelesaikan laporan ini, penyusun melakukan pengamatan di kawasan Pantai Carita dan Pantai Karang Bolong di Banten, Grafika Cikole di Lembang Bandung, dan di Kebun Raya Bogor. Untuk menyusun laporan, penyusun menggunakan buku panduan dan internet. Penyusun laporan bermaksud untuk memperdalam pemahaman sebagai seorang mahasiswa dan melatih kemandirian agar tidak hanya menerima dari dosen, tetapi harus mengembangkan sendiri dengan cara mencari informasi yang bersangkutan. Penyusun menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, untuk itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa saja yang membaca dan memerlukannya. Samarinda, 21 Desember 2016 Penyusun
  • 3. ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii IDENTIFIKASI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH .......................................... 1 A. Tujuan........................................................................................................... 1 B. Dasar Teori................................................................................................... 1 1. Paku (Pteridophyta) .................................................................................. 2 2. Lumut (Briophyta).................................................................................... 3 3. Jamur (Fungi) ........................................................................................... 6 C. Alat dan Bahan........................................................................................... 10 D. Prosedur Kerja............................................................................................ 10 E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan ........................................................... 11 1. Asplenium nidus ..................................................................................... 11 2. Polypodium vulgare ................................................................................ 12 3. Polypodium glycyrrhiza.......................................................................... 12 4. Tectaria crenata....................................................................................... 14 5. Angiopteris evecta................................................................................... 16 6. Davallia denticulata................................................................................. 17 7. Polystichum setiferum ............................................................................ 18 8. Nephrolepis sp......................................................................................... 19 9. Ganoderma applanatum .......................................................................... 20 10. Auricularia auricula................................................................................. 21 11. Pleurotus ostreatus .................................................................................. 23 12. Gymnopus dryophilus............................................................................. 24 13. Polytrichastrum formosum...................................................................... 24 14. Usnea subfloridina .................................................................................. 25 15. Flavoparmelia caperata ........................................................................... 26 16. Bryum gemmiferum................................................................................ 27 17. Funaria hygrometrica .............................................................................. 28 F. Kesimpulan................................................................................................. 29 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. 1 IDENTIFIKASI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH A. Tujuan Mahasiswa dapat mengidentifikasi tumbuhan tingkat rendah yang berada di kawasan Pantai Carita dan Pantai Karang Bolong di Banten, Grafika Cikole di Lembang Bandung, dan di Kebun Raya Bogor. B. Dasar Teori Botani Tingkat Rendah dapat didefinisikan sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang tumbuhan–tumbuhan tingkat rendah. Dikatakan tumbuhan tingkat rendah karena jenis-jenis tumbuhan ini tidak bisa dibedakan antara akar, batang, dan daunnya. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup banyak, baik flora maupun fauna. Kita boleh berbangga dengan kekayaan tumbuhan yang tidak dimiliki negara lain. Akan tetapi lebih kurang 30.000 sampai 40.000 jenis tumbuhan yang tersebar dari Aceh sampai Papua, dari daratan rendah hingga dataran tinggi dari daerah tropik hingga daerah sejuk, jenis-jenis pohon di Indonesia sangat banyak. Oleh Endert, seorang pakar tumbuh-tumbuhan Belanda yang pernah bekerja di Indonesia ditaksir ada kira-kira 4.000 jenis pohon dan dari 4.000 jenis ini belumlah kita kenal semua baik namanya maupun sifatnya. Beragamnya mahkluk hidup yang ada di bumi ini yang ditunjukkan dengan adanya variasi bentuk, penampilan serta ciri-ciri yang lainnya, maka mendorong diperlukannya suatu cara untuk mengelompokkan mahkluk hidup agar mudah dipelajari dan dipahami. Para ilmuwan dari bidang biologi mengembangkan suatu sistem pengelompokan yang memudahkan untuk memahami, mempelajari, dan mengenali mahkluk hidup dengan suatu sistem klasifikasi. Cabang ilmu biologi yang mempelajari klasifikasi suatu mahkluk hidup disebut dengan taksonomi atau sistematik. Bergantung pada golongan makhluk hidup yang dijadikan obyek studi, apabila yang merupakan obyek studinya adalah tumbuhan maka istilah yang digunakan adalah Taksonomi atau
  • 5. 2 Sistematik Tumbuhan, begitu juga berlaku pada obyek studi hewan. Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi. 1. Paku (Pteridophyta) Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat rendah, namun sekelompok tumbuhan ini telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Jadi penempatan tumbuhan paku ke dalam golongan tingkat rendah atau tinggi bisa berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar. Jika didasarkan pada macam alat perkembangbiakannya, maka sebagai tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika didasarkan pada ada atau tidaknya sistem pembuluh, tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah mempunyai berkas pembuluh. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang sebagian besar hidup di tempat-tempat yang lembap. Tumbuhan paku diduga merupakan tumbuhan berkormus tertua yang menghuni daratan bumi. Cara hidupnya bermacam- macam ada yang epifit (menempel pada tumbuhan lain), saprofit (di sisa-sisa tumbuhan lain atau sampah), higrofit (tempat lembab) maupun hidrofit (hidup di air). Tumbuhan paku juga memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembap. Tumbuhan ini cenderung menyukai kondisi air yang melimpah karena salah satu tahap hidupnya tergantung dari keberadaan air, yaitu sebagai tempat media bergerak sel sperma menuju sel telur. Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah
  • 6. 3 hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang sebagai batu bara. Bentuk luar (morfologi) tumbuhan paku bermacam-macam, sesuai dengan hasil evolusi adaptasinya. Penampilan luar paku ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), semak, epifit, tumbuhan merambat, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rimpang yang menjalar di tanah atau humus. Organ fotosintetik dan reproduktif paku disebut ental (bahasa Inggris frond) dengan ukuran yang bervariasi, dari beberapa milimeter sampai enam meter. Ental paku sejati yang masih muda selalu menggulung seperti gagang biola dan menjadi satu ciri khas. Sebagian besar anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah. Paku-pakuan cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal, seperti lantai hutan yang lembab, tebing perbukitan, menempel atau merayap pada batang pohon atau bebatuan, di dalam airkolam/danau, daerah sekitar kawah vulkanik, serta sela-sela bangunan yang tidak terawat.. Ketersediaan air yang mencukupi pada rentang waktu tertentu diperlukan karena salah satu tahap hidupnya tergantung pada keberadaan air, yaitu sebagai media bergeraknya sel sperma menuju sel telur. Karena itulah, tumbuhan ini juga lebih banyak dijumpai di kawasan pegunungan yang basah dan teduh. 2. Lumut (Briophyta) Pada umumnya kita menyebut "lumut" untuk semua tumbuhan yang hidup di permukaan tanah, batu, tembok atau pohon yang basah, bahkan yang hidup di air. Padahal tidak semuanya benar. Kalau kita cermati, mereka semua masih berupa talus jadi belum memiliki kormus yang jelas. Semua lumut merupakan tumbuhan autotrop fotosintetik, tak berpembuluh, tetapi sudah memiliki batang dan daun yang jelas dapat diamati meskipun akarnya masih berupa rizoid. Maka lumut dianggap sebagai peralihan antara tumbuhan thallus ke tumbuhan berkormus, karena memiliki ciri thallus
  • 7. 4 berupa rizoid dan kormus yang telah menampakkan adanya bagian batang dan daun. Bryophyta tidak memiliki jaringan yang diperkuat oleh lignin, oleh karenanya memiliki profil yang rendah, tingginya hanya 1–2 cm dan yang paling besar tingginya tidak lebih dari 20 cm. Lumut merupakan organisme multi seluler eukariotik yang menunjukkan peralihan ciri thalus ke kormus yang telah beradaptasi dengan kehidupan darat, sehingga dimasukkan ke dalam Kingdom Plantae. Lumut dapat dengan mudah dijumpai di tempat yang lembap atau basah, seperti menempel pada pohon dan di permukaan batu bata. Di kutub, lumut merupakan penyusun ekosistem tundra (padang lumut). Lumut yang hidup di permukaan batu bata berbentuk seperti beludru yang berwarna hijau. Ada juga yang berupa lembaran menempel pada tebing atau dinding sumur. Lumut yang hidup di pohon, tubuhnya menjulur panjang, menggantung. Lumut kering yang dijual sebagai media tanaman disebut moss. Lumut mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya, lumut mengalami dua fase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase sporofit (diploid). Alat perkembangbiakan jantan berupa antheridium dan alat perkembangbiakan betina berupa arkegonium. Alat perkembangbiakan lumut Dalam daur hidup lumut, misalnya lumut daun, generasi gametofit (haploid) merupakan generasi yang dominan. Generasi sporofitnya lebih kecil dan hidup lebih pendek. Generasi sporofit (diploid) menghasilkan spora haploid melalui pembelahan meiosis dalam suatu struktur yang disebut sporangium. Spora yang kecil, apabila menyebar dan menemukan
  • 8. 5 tempat yang sesuai akan berkembang menjadi tumbuhan gametofit yang baru. Umumnya lumut daun berumah dua (dioesious) yang berarti satu individu hanya memiliki satu jenis kelamin. Jika arkegonium telah masak, sel telur siap untuk dibuahi, dan seluruh sel di dalam arkegonium melebur menjadi semacam lendir. Sel dinding yang terdapat di ujung akan terlepas dan bagian atas arkegonium akan menjadi corong. Begitu juga dinding anteridium akan pecah sehingga spermatozoid dapat keluar. Spermatozoid dapat menuju ke sel telur jika ada air dan baru terjadi pembuahan pada musim hujan. Arkegonium menghasilkan suatu zat (gula atau protein) untuk menarik spermatozoid agar bergerak menuju ke sel telur. Gerak spermatozoid ini disebut kemotaksis. Pembuahan menghasilkan zigot yang diselubungi oleh arkegonium yang akan tumbuh dan berkembang menjadi sporogo-nium yang merupakan sporofit. Di dalam kotak spora terjadi pembentukan spora melalui pembelahan meiosis sehingga dihasilkan spora yang haploid. Kotak spora berbentuk periuk dengan suatu cincin yang melingkar sepanjang tepi atasnya, disebut operkulum. Di bawah operkulum terdapat dua baris gigi peristom yang jika keadaan lembap akan menutup sehingga spora tidak dapat keluar. Jika kadar air rendah kaliptra (tudung kotak spora) dan operkulum terlepas, gigi peristom membukan (menghadap ke luar) dan spora keluar. Jika spora jatuh di tempat yang sesuai, akan tumbuh menjadi protonema. Dari protonema tumbuh tunas-tunas yang menjadi tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut merupakan gametofit yang berumur panjang, sedangkan sporogonium merupakan sporofit yang berumur pendek. Lumut yang dihidup di bumi ini dapat di klasifikasikan sebagai berikut: a. Lumut Daun Lumut ini dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang basah atau lembap, menempel pada permukaan batu bata, tembok dan tempat- tempat terbuka. Tubuhnya berukuran kecil, berbatang semu tegak dan
  • 9. 6 lembaran daunnya tersusun spiral. Pada pangkal batang terdapat rizoid yang bercabang dan bersepta berfungsi sebagai akar. Contoh lumut daun b. Lumut Hati Lumut hati berbentuk lembaran (talus), rizoidnya tidak bercabang terdapat di bawah tangkai atau lembarannya. Letak antheridium dan archegonium terpisah. Pada umumnya lumut hati mudah ditemukan pada tebing-tebing yang basah. c. Lumut Tanduk Lumut tanduk sering dijumpai hidup di tepi danau, sungai atau di sepanjang selokan. Lumut ini juga mengalami pergiliran keturunan antara generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofitnya membentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk. 3. Jamur (Fungi) Jamur (fungi) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dengan tidak memiliki klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang tersusun atas kitin. Karena sifat-sifatnya tersebut dalam klasifikasi makhluk hidup, jamur dipisahkan dalam kingdom nya tesendiri, ia tidak termasuk dalam kindom protista, monera, maupun plantae. Karena tidak berklorofil, jamur temasuk ke dalam makhluk hidup heterotof (memperoleh makanan dari organisme lainnya), dalam hal ini jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada di lingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit (hidup dengan mengurai sampah oganik seperti
  • 10. 7 bankai menjadi bahan anoganik). Ada juga jamur yang hidup secara parasit (memperoleh bahan organik dari inangnya), adapula yang hidup dengan simbiosis mutualisme(yaitu hidup dengan organisme lain agar sama-sama mendapatkan untung). Jamur uniseluler berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk tunas, dan secara seksual dengan membentuk spora askus. Sedangkan jamur multiseluler yang terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti kapas, yang disebut benang hifa. Dalam perkembangbiakkannya secara aseksual ia memutuskan benang hifa (fragmentasi), membentuk spora aseksual yaitu zoospora, endospora, dan konidia. Secara seksual melalui pelebuan anatara inti jantan dan inti bentina sehingga terbentuk spora askus atau spora sidium. Jamur diklasifikasikan berdasarkan cara reproduksi dan struktur tubuhnya. Dalam klasifikasi dengan lima kingdom, jamur dibagi menjadi 4 divisi yaitu: a. Divisi Zygomycota Tubuh Zygomycota terdiri dari benng hifa yang bersekat melintang, ada pula yang tidak bersekat melintang. Hifa bercabang- cabang banyak dan dinding selnya mengandung kitin. Contoh jamur ini adalah jamur yang tumbuh pada tempe, selain itu ada juga yang hidup secara saprofit pada rotin, nasi, dan bahan makanan lainnya. Ada pula yang hidup secara parasit, misalnya penyebab penyakit busuk pada ular jalar. Jamur Zygomycota berkembangbiak secara aseksual dengan spora. Beberapa hifa akan tumbuh ke atas dan ujungnya menggembung membentuk sporangium. Reproduksi secara seksual dilakukan sebagai berikut: dua hifa yakni hifa betina (hifa -) dan hifa jantan (hifa +) betemu, kemudian inti jantan dan inti betina melebu, terbentuk zigot yang berdinding tebal. Zigot menghasilkan kota spora yang disebut zigosporangium dan sporanya disebut zygospora. Zygospora mengalamai dormansi (istirahat)
  • 11. 8 selama 1-3 bulan. Setelah itu zigospora akan berkecambah membentuk hifa. Hifa jantan dan betina hanya istilah saja, dan disebut jantan, jika hifanya memberi isi sel, disebut betina kalau menerima isi sel. b. Divisi Ascomycota Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat menghasilkan spora askus (askospora), yaitu spora hasil repoduksi seksual, berjumlah 8 spora yang tersimpan di dalam kotak spoa. Kotak spora ini menyerupai kantong sehigngga disebut askus, untuk mengetahui bentuk dan stuktu askus dibutuhkan pengamatan yang teliti. Reproduksi aseksual dengan tunas, fragmentasi, konidia. Reproduksi seksual dengan menghasilkan spora askus. c. Divisi Basidiomycota Jamur Basidiomycota umumnya merupakan jamur makroskopik, dapat dilihat dengan mata karena ukuannya yang besar. Pada musim penghujan dapat kita temukan pada pohon, misalnya jamur kuping, jamur pohon, atau di tanah yang banyak mengandung bahan oganik, misalnya jamur barat. Bentuk tubuh buahnya kebanyakan mirip payung misalnya pada jamur merang yang kalian amati. Basidiomycota ada yang dibudayakan misalnya jamur merang, jamur tiram, jamur shiltake, dan lainnya, jamur- jamur tersebut merupakan makan yang bergizi tinggi. Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu (monokaiotik) atau dua (dikariotik). Miseliumnya berada pada substrat. Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk payung atau bentuk lain yang menjulang di atas substrat. Bagian tubuh buah inilah yang enak dimakan. Tubuh buah atau basidiokarp merupakan tempat tumbuhnya basidium. Setiap basidium menghasilkan 4 spora basidum. d. Divisi Deutromycota Belum semua jamur yang dijumpai di alam telah diketahui cara repoduksi seksualnya. Kira-kira terdapat sekitar 1500 jenis jamur yang belum diketahui cara reproduksi seksualnya. Akibat dari hal ini Tidak
  • 12. 9 ada yang bisa menggolongkan 1500 jamur tersebut. Jamur yang demikian untuk sementara waktu digolongkan ke dalam Deuteromycota atau “jamur tak tentu”. Jadi Deuteromycota bukanlah penggolongan yang sejati atau bukan takson. Jika kemudian menurut penelitian ada jenis dari jamur ini yang diketahui proses reproduksi seksualnya, maka akan dimasukkan ke dalam ascomycota atau basidiomycota.
  • 13. 10 C. Alat dan Bahan 1. Alat a. Alat Tulis b. Kamera 2. Bahan Tumbuhan tingkat rendah yang berada dikawasan Pantai Carita dan Pantai Karang Bolong di Banten, Grafika Cikole di Lembang Bandung, dan di Kebun Raya Bogor. D. Prosedur Kerja 1. Dicari tumbuhan tingkat rendah yang ada di tempat lokasi yang ditetapkan. 2. Difoto sebanyak mungkin tumbuhan tingkat rendah yang dilihat. 3. Diidentifikasi foto tumbuhan tingkat rendah yang didapat menjadi tiga golongan yaitu, paku (Pteridophyta), jamur ( Fungi ), lumut (Bryophyta).
  • 14. 11 E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1. Asplenium nidus Klasifikasi Kerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Famili : Aspleniaceae Genus : Asplenium Spesies : Asplenium nidus Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, paku sarang burung (Asplenium nidus) merupakan jenis tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman. Paku ini ditemukan saat melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor. Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat mencapai panjang 150 cm dan lebar 20 cm, menyerupai daun pisang. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi bawah helai, pada urat-urat daun, dengan sori tertutup semacam kantung memanjang. Ental-ental yang mengering akan membentuk semacam "sarang" yang menumpang pada cabang-cabang pohon. "Sarang" ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya.
  • 15. 12 2. Polypodium vulgare Klasifikasi Kerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Polypodiopsida Ordo : Polypodiales Famili : Polypodiaceae Genus : Polypodium Spesies : Polypodium vulgare Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, Polypodium vulgare adalah pakis berkembang di sepanjang rimpang horizontal. Daun dengan bentuk selebaran segitiga ukuran 10 sampai 50 cm. Pada daun paku ini terdapat spora berwarna hijau. Habitat pakis ini ditemukan saat melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor, di lokasi yang teduh dan semi-teduh. 3. Polypodium glycyrrhiza
  • 16. 13 Klasifikasi Kerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Polypodiopsida Ordo : Polypodiales Famili : Polypodiaceae Genus : Polypodium Spesies : Polypodium glycyrrhiza Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, habitat Polypodium glycyrriza adalah epifit di tanah. Rimpang yang menjalar di tanah atau batang pohon dan juga batu-batuan . Biasanya terdapat pada daerah pegunungan hutan basah (lembab), di daerah tropis dan sub tropis. Polypodium glycyrriza merupakan Pterydophyta yang memiliki perawakan herba tapi sedikit berkayu. Karena batangnya sedikit berair dan agak keras. Bangun daun pada Polypodium glycyrriza yaitu linier bentuk ujungnya meruncing dan tepi daunnya beringgit. Berbentuk pisau membedah dan simetris. Ukuran daunnya berupa isofil yakni mempunyai ukuran sama atau serupa, sektar kurang lebih 75 cm. Biasanya tangkai daun langsing, 0,5-2 mm. Warna daunnya hijau muda, pada permukaan daunnya halus mempunyai ramenta. Daun Polypodium glycyrriza memiliki urat daun menyirip, tulang daunnya memiliki tipe makrofil, yakni tulang daunnya bercabang dari pangkal ke ujung. Daun pada Polypodium glycyrriza ini memiliki tipe sporofil, karena terdapat spora yang digunakan sebagai reproduksi (perkembangbiakannya), jadi fungsi daun disini tidak hanya digunakan sebagai fotosintesis atau biasa disebut daun tropofil. Batang paku-pakuan ini nampak dengan jelas berupa rimpang (batang saling mengait), bentuk batangnya bulat beralur dan berusuk secara longitudinal. Pada permukaan batangnya halus ramenta yakni terdapat rambut-rambut atau sisik berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Ukuran
  • 17. 14 batang pada Polypodium glycyrriza berkisar antara 2-5 mm. Pada batang muda memiliki diameter berkisar 1,5-2 mm saja. Warna batangnya merah kecoklatan pada batang yang masih muda. Tetapi pada batang dewasanya dapat berwarna merah kecoklatan hingga kehitaman. Akar Polypodium glycyrriza ini memiliki sistem perakaran serabut yang bercabang cabang secara dikotom. Karena spesies ini utmbuh di tanah (epifit). Akar-akar manis s tapi berserat dan tipis. Rhizomes berisi ostadin, sebuah senyawa steroid 3000 kali lebih manis dari pada sukrosa. Pesisir penduduk asli menggunakan rhizomes sebagai pemanis dan untuk mengobati penyakit tenggorokan. Polypodium glycyrriza ini memiliki spora yang terletak di bagian ventral daun teratur berjajar di tengah dekat urat daun. Perkembangbiakan Polypodium glycyrriza sama dengan tumbuhan paku lainnya yaitu dengan menggunakan spora. 4. Tectaria crenata Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridops Ordo : Polypodiales Famili : Polypodiaceae Genus : Tectaria Spesies : Tectaria crenata Cav.
  • 18. 15 Spesies Tectaria sp. diperoleh dari Kebun Raya Bogor, habitatnya yaitu di tanah atau biasanya juga dapat ditemukan di bebatuan. Jenis paku ini mempunyai rimpang yang ramping dan panjang, berakar dalam tanah, memanjat pohon tetapi tidak epifit, atau ada sebagian yang rimpangnya menjalar pada permukaan bebatuan, menyukai keteduhan. Perawakan paku ini termasuk semak atau bisa dikatakan agak berkayu. Daunnya tidak ental. Bentuk daun lanset yaitu semakin ke ujung semakin mengecil atau bisa dikatakan ujungnya runcing. Warnanya hijau tapi tidak hijau pekat karena habitatnya yang dibawah dan tidak begitu tinggi sehingga cukup terhalang oleh spesies lain yang lebih tinggi untuk memperoleh sinar matahari dalam berfotosintesis. Urat daunnya menyirip, tetapi urat daunnya tersebut tidak bercabang-cabang. Tekstur daun Tectaria crenata seperti selaput dengan permukaan yang cukup halus. Daun spesies ini termasuk daun tunggal karena pada tangkai yang keluar langsung dari akar hanya terdapat 1 helaian daun saja, tidak bercabang atau tidak majemuk. Bentuk batang adalah bulat, dengan permukaan yang halus tidak mempunyai ramenta. Ukuran panjang batangnya sekitar 33 cm, berwarna coklat, tanpa adanya percabangan karena batang pada akarnya langsung keluar dari atas tanah. Bentuk batang atau cabang bermacam-macam, antara lain bulat beralur dan berusuk secara longitudinal, beruas-ruas panjang dan kaku. Ada yang panjang ramping, bulat dengan simetri dorsiventral. Permukaan batang paku-pakuan tidak selalu halus, tetapi kadang-kadang dihiasi dengan bentuk tertentu, seperti duri, rambut-rambut uniseluler, ramenta, lapisan lilin, dan sebagainya. Spesies ini mempunyai akar serabut dikotom. Pada umumnya akar paku-pakuan adalah serabut yang bercabang-cabang secara dikotom. Adapula yang bercabang monopodial atau tidak bercabang. Namun tidak semua paku-pakuan mempunyai akar, misalnya pada bangsa Psilotales, fungsi akarnya digantikan oleh rizoid.
  • 19. 16 5. Angiopteris evecta Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Pterydophyta Kelas : Marttiopsida Ordo : Marttiales Famili : Marattiaceae Genus : Angiopteris Spesies : Angiopteris evecta Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di Grafika Cikole Lembang Bandung, didapatkan spesies paku yaitu Angiopteris evecta. Tanaman jenis paku ini memiliki ciri-ciri mempunyai ukel yang berukuran cukup besar, akarnya menjalar (creeping), mempunyai stipula dengan lebar 10 cm ketika kering penasi daunnya yaitu tipe bipinnatus, sorus terletak di marginal atau ujung sekali dari pinggir daunnya, ukuran tanaman ini pada saat diamati yaitu mempunyai tinggi batang kira – kira 220 cm dengan ukuran lebar ukel kira-kira 10 cm, namun tinggi paku ini bisa mencapai hingga 7m oleh sebab itu spesies ini sering disebut sebagai raja paku atau paku raksasa. Angiopteris evecta berwarna hijau pada daun dan batangnya serta hidup terrestrial diatas tanah. Pada ukel terdapat rambut – rambut
  • 20. 17 berwarna coklat ,rambut ini muncul mulai dari bagian bawah ukel dekat tanah hingga ujung ukel ke atas. Agiopteris evecta termasuk kelompok paku tanah. Tumbuhan yang termasuk kelompok ini adalah paku-pakuan yang hidup ditanah, tembok dan tebing terjal. Sampai dengan saat ini tumbuhan pakis telah banyak dimanfaatkan bagi kepentingan manusia, salah satunya adalah tumbuhan paku Angiopteris evecta. Pakis gajah ini sering dimanfaatkan orang sebagai tanaman hias karena keindahannya memiliki nilai jual yang tinggi. Selain itu dapat dijadikan pula sebagai bahan baku obat dan antibiotik. 6. Davallia denticulata Klasifikasi Kerajaan : Plantae Divisi : Pterydophyta Kelas : Filicinae Ordo : Davalliales Famili : Polypodiceae Genus : Davallia Spesies : Davallia denticulata Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Kebun Raya Bogor, didapatkan spesies Davallia denticulata yang daunnya berbentuk segitiga
  • 21. 18 60-100 x 40 – 70, seperti kulit, menyirip rangkap, tangkai 15 – 60 cm, anak daun bulat telur memanjang, beringgit, bergerigi dengan urat-urat yang bebas. Tangkai berwarna coklat gelap mengkilap. Bila tumbuhan ini masih muda rimpangnya ditutupi sisik-sisik padat. Bentuk entalnya segitiga, menyirip ganda tiga atau empat. Helaian daun berbentuk segitiga dan tepi yang bergerigi serta daun yang kaku. Termasuk jenis paku yang umumnya menumpang pada tumbuhan lain. Meskipun demikian tidak berarti tumbuhnya hanya menumpang saja. Paku ini dapat pula tumbuh pada tanah-tanah cadas, karang atau batu-batu. Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada batang jenis palem. Tumbuh bersama-sama dengan paku cecerenean, paku sarang burung atau jenis-jenis paku lainnya. 7. Polystichum setiferum Klasifikasi Kerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Famili : Dryopterydaceae Genus : Polystichum Spesies : Polystichum setiferum Berdasarkah hasil identifikasi yang dilakukan, panjang daun Polystichum setiferum adalah 30-120 cm, dan biasanya bagian pucuknya
  • 22. 19 terkulai. Daunnya bertektur lembut, tipis, dan berbulu, dengan tepi daunnya yang bergerigi. Pinnae pada tangkai saling berlawanan arah, yang panjang pinnaenya 4-14 cm. 8. Nephrolepis sp. Klasifikasi Kerajaan : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Filicinae Ordo : Polypodiales Famili : Lomariopsidaceae Genus : Nephrolepis Spesies : Nephrolepis exaltata Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, Nephrolepis exaltata mudah dijumpai tumbuh di tepi-tepi sungai, tebing, atau pada batang palem serta pohon lain. Nephrolepis mudah dijumpai di rumah- rumah atau kebun. Tumbuhan ini mudah beradaptasi karena bersifat epifit dan memiliki rimpang yang tahan kering yang menjalar ke mana-mana, dan entalnya memanjang berbentuk pedang. Perawakan spesies Nephrolepis exaltata adalah herba. Tumbuh di tempat tinggi atau dataran tinggi. Rimpangnya tipis, menyerupai akar. Dari rimpangnya tumbuh ental yang memanjang, dapat mencapai 1,5m panjang, dengan anak-anak daun tersusun menyirip tunggal, mirip pedang atau mata tombak. Panjang daun adalah 50-250 cm dan 6-15 cm luas, dengan
  • 23. 20 alternatif pinnae, masing-masing pinna menjadi 2-8 cm, tepi daun terlihat sedikit bergigi. Batang menjalar dibawah permukaan tanah. Berbentuk panjang, berupa rimpang, permukannya kasar dan terdapat ramenta. Tinggi batang mencapai 33 cm warnanya coklat dan tidak bercabang. Memiliki perakaran serabut, merambat di bawah permukaan tanah seperti rambut. Akar berwarna coklat dan terdapat sisik. Sorus terdapat di peruratan daun bagian tepi dan tengah, berbentuk bulat. Setiap sporangium mengandung spora yang berwarna kuning dan jarang berwarna kahijauan, permukaanya lembut, spora bertangkai 2 sampai 3 sel baris. Berdasarkan literatur, daur hidup Nephrolepis exaltata terdiri dari dua fase utama yaitu: gametofit dan sporofit. Nephrolepis exaltata yang kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalium. Gametofit tersebut menghasilkan gamet (sel sperma dan sel telur) melalui pembelahan mitosis. Selanjutnya sperma membuahi sel telur dengan cara manggabungkan diri pada protalus. Pembuahan sel telur menghasilkan zigot yang diploid dan berkembang melalui pembelahan miosis sehingga menjadi sporofit (tumbuhan Nephrolepis). 9. Ganoderma applanatum Klasifikasi Kerajaan : Fungi Divisi : Basidiomycota
  • 24. 21 Kelas : Agaricomycetes Ordo : Polyporales Famili : Ganodermataceae Genus : Ganoderma Spesies : Ganoderma applanatum Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, dinding sel Ganoderma applanatum terdiri atas kitin, namun sel nya tidak memiliki klorofil. Fungi ini didapatkan saat melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor. Kulitnya keras dan berwarna hitam dengan tepinya berwarna putih. Ganoderma applanatum yang ditemukan ini hidup menjadi parasit pada batang pohon yang masih hidup. Ganoderma apllanatum mendapatkan makanan secara heterotrof yaitu dengan mengambil makanan dari bahan organik di sekitar tempat tumbuhnya. Bahan organik tersebut yang akan diubah menjadi molekul-molekul sederhana dan diserap langsung oleh hifa. Berdasarkan kajian literatur jamur Ganoderma sp. memiliki sifat saprofit dan parasit tumbuhan. Sebagai patogen tumbuhan, Jamur Ganoderma sp. dapat menyebabkan akar membusuk sehingga menyebabkan kerugian. Sebagai saprofit, Jamur Ganoderma sp. telah lama digunakan sebagai bahan obat bagi kesehatan manusia. 10. Auricularia auricula Klasifikasi Kerajaan : Fungi Divisi : Basidiomycota
  • 25. 22 Kelas : Agaricomycetes Ordo : Auriculariales Famili : Auriculariaceae Genus : Auricularia Spesies : Auricularia auricula Berdasarkan hasil identfikasi yang dilakukan Auricularia auricula atau biasa disebut karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping). Jamur ini ditemukan saat melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor. Karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun, pada keadaan kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang. Bagian tubuh buah dari jamur kuping berbentuk seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping, memiliki diameter 2-15 cm, tipis berdaging, dan kenyal. Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua. Berdasarkan kajian literatur, cara reproduksi vegetatif dari jamur kuping adalah dengan membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi miselium. Sedangkan, reproduksi generatif jamur kuping adalah dengan menggunakan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam badan yang disebut basidiokarp, yang selanjutnya menghasilkan spora yang disebut basidiospora. Jamur kuping memiliki banyak manfaat kesehatan, di antaranya untuk mengurangi penyakit panas dalam dan rasa sakit pada kulit akibat luka bakar. Bila jamur kuping dipanaskan maka lendir yang dihasilkannya memiliki khasiat sebagai penangkal (menonaktifkan) zat-zat racun yang terbawa dalam makanan.
  • 26. 23 11. Pleurotus ostreatus Klasifikasi Kerajaan : Fungi Divisi : Basqidiomycota Kelas : Homobasidiomycetes Ordo : Agaricales Famili : Tricholomataceae Genus : Pleurotus Spesies : Pleurotus ostreatus Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping dan bentuknya seperti tiram sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5– 20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat. Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Jamur tiram ini didapatkan saat melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor.
  • 27. 24 12. Gymnopus dryophilus Klasifikasi Kerajaan : Fungi Divisi : Basidiomycota Kelas : Agaricomycetes Ordo : Agaricales Famili : Marasmiaceae Genus : Gymnopus Spesies : Gymnopus dryophilus Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, jamur jenis ini tumbuh di atas tumpukan jerami padi. Gymnopus dryophilus berwarna putih kecoklatan dan hidup berkelompok. Gymnopus dryophilus didapatkan saat melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor. 13. Polytrichastrum formosum Klasifikasi Kerajaan : Plantae
  • 28. 25 Divisi : Bryophyta Kelas : Polytrichopsida Ordo : Polytrichales Famili : Polytrichaceae Genus : Polytrichhastrum Spesies : Polytrichhastrum formosum Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, Polytrichhastrum formosum memiliki daun yang pelepahnya menyandang lamela pada permukaan bagian atas. Batang Polytrichhastrum formosum sentral menebal dengan sebuah rhizoma. Polytrichhastrum formosum merupakan anggota keluarga Polytrichaceae, dimana hampir semua anggotanya cenderung lebih besar dibandingkan lumut daun lainnya. Lumut ini ditemukan saat melakukan pengamatan di Pantai Karang Bolong 14. Usnea subfloridina Klasifikasi Kerajaan : Plantae Divisi : Ascomycota Kelas : Acholiches Ordo : Lecanorinneae Famili : Zamiaceae Genus : Usnea Spesies : Usnea subfloridina Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, ciri-ciri morfologi Usnea subfloridina yaitu talus berbentuk benang, tegak ataupun
  • 29. 26 bergantungan tanpa rizhoid dan melekat pada substrat pada suatu cakram pelekat yang berasal dari lapisan teras. Bila dilihat secara keseluruhan menyerupai jaring laba-laba. Usnea subfloridina ini mengandung apotesium. Lumut kerak ini biasa disebut sebagai lumut janggut dan hidup pada batang- batang pohon di area pegunungan. Lumut ini didapatkan saat melakukan pengamatan di Grafika Cikole Lembang Bandung. 15. Flavoparmelia caperata Klasifikasi Kingdom : Fungi Divisi : Ascomycota Kelas : Lecanoromycetes Ordo : Lecanorales Famili : Parmeliaceae Genus : Flavoparmelia Spesies : Flavoparmelia caperata Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, warnanya bercak hijau keputih putihan, sering ditemukan tepung yang berasal dari sel ganggang yang terbungkus hifa, memiliki soredium, melekat pada batu atau pada pohon-pohoanan. Oleh karena itu lumut kerak disebut juga tumbuhan pioner atau vegetasi perintis. Lumut kerak juga dikenal sangat sensitif terhadap zat zat polutan berbahaya sehingga tidak dapat hidup di lingkungan yang tercemar. Pertumbuhan talusnya lambat, Dalam satu tahun, pertumbuhan talusnya
  • 30. 27 kurang dari 1 centimeter. Bersifat autotrof dan mampu mengikat nitrogen di udara. 16. Bryum gemmiferum Klasifikasi Kerajaan : Plantae Divisi : Bryophyta Kelas : Bryopsida Ordo : Bryales Famili : Bryaceae Genus : Bryum Spesies : Bryum gemmiferum Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, spesies ini ditemukan hidup tumbuh pada batang pohon yang lembab. Tubuh tumbuhan hijau, lembut dan tegak. Spesies ini ditemukan saat melakukan pengamatan di Kebun Raya Bogor
  • 31. 28 17. Funaria hygrometrica Klasifikasi Kerajaan : Plantae Divisi : Bryophyta Kelas : Bryopsida Ordo : Funariales Famili : Funariaceae Genus : Funaria Spesies : Funaria hygrometrica Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, spesies ini ditemukan hidup tumbuh pada batu-batuan besar yang lembab. Tubuh tumbuhan hijau, lembut dan tegak. Spesies ini ditemukan saat melakukan pengamatan di Pantai Karang Bolong, Banten.
  • 32. 29 F. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tumbuhan Asplenium nidus, Polypodim vulgare, Polypodium glycyrriza,Tectaria crenata, Angiopteris evecta, Davallia denticulata, Polystichum setiferum, dan Nephrolepis exaltata termasuk ke dalam tumbuhan paku (Pteridophyta) karena memiliki pembuluh sejati dan berkembang biak menggunakan spora. Ganoderma applanatum, Auricularia auricula, Pleurotus ostreatus, dan Gymnopus dryophilus termasuk ke dalam jamur (fungi) karena tidak memiliki klorofil dan hidup secara saprofit terhadap tumbuhan lain. Sedangkan, Polytrichhastrum formosum, Usnea subfloridina, Flavoparmelia caperata, Bryum gemmiferum, dan Funaria hygrometrica termasuk ke dalam lumut karena mereka semua masih berupa talus jadi belum memiliki kormus yang jelas. Semua lumut merupakan tumbuhan autotrop fotosintetik, tak berpembuluh, tetapi sudah memiliki batang dan daun yang jelas dapat diamati meskipun akarnya masih berupa rizoid.