SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak*
Oleh:
Manik Sukoco**
Kontributor pada Center for e-Accountability System
Globalisasi ekonomi telah menjadi mainstream yang memengaruhi perkembangan konsep dan
praktik perpajakan dan akuntansi. Paradigma lama yang memandang pajak dan akuntansi
sebagai domain yang berbeda dan sulit untuk diharmonisasikan tampaknya akan berubah dalam
mainstream globalisasi tersebut.
***
Sistem perekonomian antar-bangsa yang semakin terintegrasi merupakan bentuk liberalisasi
ekonomi yang berkembang pada saat ini. Salah satu bentuk integrasi ekonomi tersebut adalah
integrasi pasar modal dunia dalam sistem ekonomi yang berorientasi pasar.
Rupanya, integrasi pasar modal tersebut telah menjadi faktor utama yang mendorong upaya kearah
penyeragaman (convergency) standar akuntansi keuangan menuju pada satu standar akuntansi
global yang dikenal sebagai International Financial Reporting Standard (IFRS), sebagai produk
dari International Accounting Standard Board (IASB).1
Negara maju, dalam hal ini adalah negara-negara Uni Eropa merupakan pihak yang lebih awal
mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansinya. Mereka telah mewajibkan semua perusahaan
yang go public dan berdomisili di negara-negara Uni Eropa untuk menyusun laporan keuanganya
berdasarkan IFRS per 1 Januari 2005. Dikecualikan dari itu, perusahaan-perusahaan tertentu diberi
penangguhan hingga 2007.2
Kemudian, negara-negara maju lainya, seperti Amerika Serikat juga
telah merencanakan untuk mengadopsi penuh IFRS yang akan berlaku efektif pada 2014 nanti.
Di samping harmonisasi akuntansi, negara-negara Uni Eropa juga tengah melakukan upaya
harmonisasi disektor perpajakan. Salah satu upaya harmonisasi tersebut adalah inisiatif dari
Komisi Eropa (European Commission) pada 2008, yang mengusulkan penggunaan Common
Consolidated Corporate Tax Base (CCCTB) bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang
beroperasi di negara-negara Uni Eropa.3
Adapun level minimal harmonisasi pajak yang diharapkan adalah basis pajak (tax base) yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi pajak yang menggunakan IFRS. Hal ini
mengindikasikan adanya upaya (effort) yang dilakukan oleh negara-negara maju—khususnya Uni
Eropa—dalam menyelaraskan akuntansi, perpajakan, dan antara keduanya.
Indonesia pun tampaknya tidak dapat menghindar dari mainstream liberalisasi ekonomi dunia.
Dalam ASEAN Economic Community Blueprint4
, negara-negara ASEAN—termasuk Indonesia—
sedang berupaya mewujudkan suatu sistem perekonomian yang dinyatakan sebagai “a single
market and production base, a highly competitive economic region, a region of equitable
economic development, and a region fully integrated into global economy”.
	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  
1
Frederick D.S. Choi dan Gary K. Meek, International Accounting-Six Edition, (USA: Pearson
Education, Inc.), 2008, 44.
2
Marisi P. Purba, International Financial Reporting Standards-Konvergensi dan Kendala
Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta : Graha Ilmu), 2009, 13.
3
	
  Wolfgang Schon, International Accounting Standards-A Starting Point for a Common European
Tax Bas”, Research Paper, (Amsterdam: Internatinonal Bureau of Fiscal Documentation), 2004,
428, tidak diterbitkan.
4
www.aseansec.org/21083.pdf
Sedangkan untuk perkembangan akuntansinya, berdasarkan proposal konvergensi yang telah
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), proses adopsi IFRS dalam standar akuntansi
keuangan Indonesia dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap adopsi (2008-2010), tahap persiapan
(2011), dan tahap implementasi (2012).5
Berkaca pada dinamika perkembangan akuntansi pajak di negara-negara yang telah lebih dulu
mengintegrasikan ekonominya, tulisan ini mencoba membahas bagaimana proses harmonisasi
akuntansi komersial dan akuntansi pajak di negara-negara Uni Eropa. Semoga tulisan ini dapat
menjadi bahan pemikiran bagi negara yang sedang dalam proses integrasi ekonomi seperti
Indonesia.
Akuntansi Pajak
Pada umumnya, Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha wajib menyelengarakan pembukuan.
Pengaturan teknis penyelenggaraan pembukuan tersebut diserahkan sepenuhnya pada masyarakat
profesi, dalam hal ini adalah profesi akuntan.
Namun dalam hal tertentu, untuk mengamankan kebijakan dan tujuan sistem perpajakan, terdapat
ketentuan-ketentuan yang digariskan di dalam aturan perpajakan, di mana ketentuan tersebut boleh
jadi berbeda dengan ketentuan yang diatur oleh masyarakat profesi.
Wajib Pajak yang mempunyai kewajiban menyelengarakan pembukuan juga diwajibkan untuk
melampirkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh)-nya dengan
laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta keterangan-keterangan
lain yang diperlukan guna penghitungan besarnya penghasilan kena pajak. Dalam hal laporan
keuangan merupakan output dari suatu proses akuntansi, maka laporan keuangan yang
dimaksudkan untuk penghitungan besarnya penghasilan kena pajak tersebut adalah output dari
proses akuntansi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan perpajakan.
Walter F.O’Connor (dalam Gunadi : 2009) menjelaskan, akuntansi pajak merupakan metode dan
praktik akuntansi khusus untuk memenuhi ketentuan perpajakan, termasuk penyusunan laporan
keuangan fiskal dan pengisian Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) serta perencanaan dalam rangka
mengefisienkan beban pajak.6
Sedangkan akuntansi komersial adalah akuntansi yang mengacu
sepenuhnya kepada ketentuan yang diatur oleh masyarakat profesi akuntansi, yaitu standar
akuntansi keuangan yang berlaku umum di suatu negara.
Kesenjangan antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak bertolak dari perbedaan tujuan,
pengguna, dan prinsip yang mendasarinya. Akuntansi pajak, secara prinsip dipengaruhi oleh
fungsi perpajakan karena merupakan implementasi ketetentuan perpajakan. Oleh karena fungsi
utama pajak adalah penerimaan negara maka fungsi utama akuntansi pajak adalah melindungi hak
penerimaan negara tersebut (public fiscal).7
Sementara itu, akuntansi komersial bertujuan untuk menyajikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
(umum) pengguna laporan keuangan dalam rangka pembuatan keputusan-keputusan ekonomi serta
menunjukan pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan kepada
mereka.8
Pengertian ini juga menjelaskan bahwa laporan keuangan komersial ditujukan kepada
pengguna informasi yang bersifat umum.
	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  
5
Purba, op. cit., 42.
6
	
  Gunadi, Akuntansi Pajak Sesuai Dengan Undang-Undang Pajak Terbaru, (Jakarta: Penerbit
Grasindo), 2009, 4.	
  
7
Ibid, 14.
8
IAS Framework, paragraf 12.	
  
 
	
  
	
  
	
  
	
  
	
  
	
  
	
  
	
  
	
  
	
  
Wilayah	
  Kritis	
  
	
  
	
  
	
  
	
  
	
  
	
  
	
  
	
  
Asumsi:	
  
1. Tujuan	
  
2. Prinsip	
  
	
  
Asumsi:	
  
1. Tujuan	
  
2. Prinsip	
  
	
  
SAK	
  
ATURAN	
  HUKUM	
  
PERPAJAKAN	
  
Akuntansi	
  Komersial	
   Akuntansi	
  Pajak	
  
LK.	
  Komersial	
   Rekonsiliasi	
  Fiskal	
  
LK.	
  Fiskal	
  
SPT/PPh	
  Akuntansi	
  PPh	
  
LK.	
  Final	
  
Pengguna	
  Umum	
   Fiskus	
  
	
  
	
  
	
  
Gap	
  
Dari sisi perpajakan, laporan keuangan memiliki tujuan sebagai dasar penghitungan pajak bagi
pembayar pajak, di mana aplikasinya adalah dengan menyelenggarakan pembukuan guna
penghitungan pajak dan melampirkan laporan keuangan pada saat menyerahkan SPT kepada
otoritas pajak. Dalam hal ini, pengguna laporan keuangan bersifat khusus, yaitu otoritas pajak.
Perbedaan akuntansi komersial dan akuntansi pajak juga bersumber dari prinsip-prinsip akuntansi
yang berbeda. Terdapat empat prinsip akuntansi yang sering menjadi fokus perbedaan, yaitu
penentuan beban dan pendapatan, konsistensi, konservatisme, dan substansi mengesampingkan
bentuk formal.9
Untuk singkatnya, perhatikan skema alur fikir akuntansi komersial dan akuntansi
pajak.
Skema Alur Fikir Akuntansi Pajak dan Akuntansi Komersial
Adanya perbedaan asumsi antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak berpotensi
menyebabkan terjadinya perbedaan. Pertama, dalam hal pengakuan pendapatan dan beban antara
standar akuntansi dan aturan perpajakan. Kedua, penafsiran aturan perpajakan.10
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam
pelaksanaan kewajibanya (tax compliance). Dari sudut pandang otoritas pajak, kepatuhan Wajib
Pajak merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan administrasi pajak yang menggunakan self
assestment system.
	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  
9
	
  	
  Gunadi, op. cit, 28.
10
	
  Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 1999, 26.
Dalam penelitiannya, Hidayat menemukan bahwa level keseragaman akuntansi dan pajak
memiliki korelasi dengan kepatuhan pembayar pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
Semakin seragam akuntansi dan pajak, semakin meningkat kepatuhan Wajib Pajak.11
Harmonisasi Akuntansi dan Pajak
Perkembangan interaksi akuntansi dan perpajakan secara internasional dapat ditinjau dari berbagai
aspek. Di antaranya aspek legal dan aspek praktik.12
Berdasarkan aspek legal, sistem akuntansi di
berbagai negara dapat diklasifikasikan menjadi common law dan code law accounting.
Common law accounting memiliki karakteristik fair presentation, transparency and full
disclosure, serta adanya pemisahan yang jelas antara akuntansi keuangan dan akuntansi pajak.
Dalam sistem tersebut, pasar modal, sektor swasta, dan profesi akuntan memegang peranan yang
dominan dalam penentuan standar dan praktik akuntansi.
Hal itu tidak lepas dari peranan pasar modal dan swasta (investor) sebagai sumber utama
pendanaan ekonomi. Beberapa negara yang mengadopsi sistem common law accounting adalah
Inggris, Australia, Kanada, Hongkong, India, Malaysia, Pakistan, dan Amerika Serikat.
Sedangkan code law (continental/legalistic) accounting memiliki beberapa karakteristik, di
antaranya berorientiasi legalistik, kurang transparan, dan adanya keseragaman antara akuntansi
keuangan dan akuntansi pajak. Bank dan pemerintah sebagai sumber pendanaan ekonomi, lebih
berperan dalam penyusunan standar akuntansi dibandingkan pihak swasta dan profesi akuntan.
Sistem code law ini banyak diadopsi oleh negara-negara Eropa kontinental—seperti Prancis dan
Jerman—dan negara bekas jajahan mereka di Afrika, Asia, dan Amerika.
Klasifikasi sistem akuntansi berdasarkan praktik, mirip dengan klasifikasi legal. Pengecualian
terjadi di beberapa negara—misalnya Belanda dan Meksiko—yang sistem hukumnya berdasarkan
code law. Namun, sistem akuntansinya lebih condong pada sistem akuntansi common law.
Sementara itu, beberapa negara code law lainya—seperti Prancis, Jerman, dan Jepang—sedang
dalam proses perubahan sistem akuntansi menuju sistem akuntansi common law. Sehingga,
klasifikasi perkembangan akuntansi berdasarkan sistem hukum/legal dianggap kurang relevan lagi
pada saat ini.
Berdasarkan aspek praktik, pasar modal yang semakin terintegrasi dalam sistem ekonomi pasar
menjadi faktor utama yang mendorong terjadinya konvergensi standar akuntansi di berbagai
negara ke arah standar akuntansi berorientasi pasar, yang disebut sebagai fair presentation
accounting. Dalam hal ini negara-negara common law, yang perkembangan pasar modalnya lebih
maju, merupakan pelopor sistem akuntansi tersebut. Oleh karena pada sistem fair presentation
accounting terdapat perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansi pajak, maka beberapa
pihak—seperti European Commission—memandang perlu adanya upaya harmonisasi antara
akuntansi keuangan dan akuntansi pajak.13
Secara umum, ada tiga pandangan yang berbeda terhadap harmonisasi pajak dan akuntansi atau
antara akuntansi pajak dan akuntansi komersial. Ketiga pandangan tersebut adalah perlunya upaya
penyelarasan (conform) menyeluruh, melakukan penyelarasan secara parsial, dan sama sekali tidak
perlu penyelarasan, namun perlu upaya penyempurnan di sisi keduanya.14
	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  
11
Aris Hidayat, Analisis Hubungan Keseragaman Akuntansi dan Pajak dengan Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Tanah Abang Tiga, Tesis FISIP Universitas Indonesia, 2008,
15, tidak diterbitkan.
12
Choi, op. cit., 43.
13
Di sisi lain, sistem code law/legal compliance accounting menyeragamkan akuntansi
keuangan dan akuntansi pajak.
14
Disimpulkan dari tulisan Judith Freedman dan Wolfgang Schon.
Mereka yang berpendapat perlunya penyelarasan antara pajak dan akuntansi beralasan bahwa hal
itu dapat mengefisienkan biaya administrasi pajak, khususnya biaya kepatuhan. Jika basis laba
yang sama dapat digunakan untuk tujuan pelaporan keuangan dan sekaligus tujuan pajak, akan
dapat memperbaiki transparansi dan mengurangi biaya penghitungan dan pelaporan pajak serta
biaya kepatuhan lainya. Semakin transparan informasi keuangan Wajib Pajak, maka semakin kecil
risiko penghindaran pajak. Lebih dari itu, harmonisasi pajak dan akuntansi yang berlaku secara
internasional dapat mengurangi pajak berganda.15
Di sisi lain, menurut sebagian pakar perpajakan, secara teori dan praktik, antara akuntansi pajak
dan akuntansi komersial terdapat perbedaan yang hampir tidak mungkin untuk diselaraskan.
Kalaupun dipaksakan akan menimbulkan biaya, risiko, dan dampak penyelarasan yang cukup
besar. Salah satunya, upaya penyelarasan antara pajak dan akuntansi tidak cukup hanya melakukan
kajian yang bersifat konsepsual, namun juga harus mengkaji secara detail dampaknya terhadap
praktik perpajakan—baik yang bersifat unilateral, bilateral, maupun multilateral.
Di samping itu, penyelarasan tidak hanya melibatkan para akuntan dan fiskus saja, tapi juga
meliputi berbagai bidang lainya seperti ekonomi, hukum, dan politik. Oleh karena itu, pakar yang
menolak konvergensi ini berpendapat bahwa untuk meminimalkan kesenjangan informasi antara
pajak dan akuntansi tidak harus melalui konvergensi.16
Upaya lain yang dapat ditempuh misalnya
dengan memperjelas aturan-aturan mengenai relasi pajak dan akuntansi atau dengan memperbaiki
ketentuan pengungkapan akuntansi.
Pakar yang berpandangan perlunya harmonisasi pajak dan akuntansi—namun menyadari bahwa
upaya tersebut harus dilakukan secermat mungkin—berpendapat bahwa dengan melakukan kajian
yang menyeluruh terhadap semua aspek dan elemen pajak dan akuntansi, konvergensi secara
parsial mungkin dapat dilakukan.17
Sejauh ini, perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat dan
Eropa adalah adanya wacana dan upaya ke arah konvergensi pajak dan akuntansi, meski dalam
konteks yang berbeda.18
Isu utama di Amerika Serikat adalah sejauh mana konvergensi tersebut dapat meningkatkan tata
kelola usaha (corporate governance), sedangkan di negara-negara Eropa lebih fokus pada
penggunaan standar-standar akuntansi untuk tujuan pajak. Isu tata kelola usaha di Amerika Serikat
tidak lepas dari berbagai skandal bisnis yang terjadi seperti Worldcom dan Enron.
Sementara itu, bagi negara-negara Uni Eropa, integrasi ekonomi adalah target masa depan.
Dengan demikian, berbagai upaya harmonisasi telah atau akan mereka lakukan di antaranya
adalah harmonisasi pajak dan harmonisasi standar akuntansi berdasarkan IAS/IFRS. Salah satu
upaya harmonisasi di bidang perpajakan adalah dengan menggunakan basis pajak bersama
(common tax base), yang mana menurut European Commission, IAS/IFRS dipandang sebagai titik
awal upaya tersebut. Dengan kata lain, penggunaan IAS/IFRS sebagai basis pajak bersama
tersebut sekaligus merupakan upaya harmonisasi antara pajak dan akuntansi.
	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  
15
Otto H. Jacobs, et. al., EU Company Taxation in case of a Common Tax Base: A Computer-
based Calculation and Comparison Using the Enhanced Model of the European Tax Analyzer,
Research Paper, (Mannheim: Centre for European Economic Research), 2005, 7.
16
Salah satunya adalah Prof. Dr. Judith Freedman dari Oxford University Centre For Business and
Taxation
17
Salah Satunya adalah Prof. Dr. Wolfgang Schön dari Max Planck Institute, Munich.
18
	
   Judith Freedman, Financial Accounting: Transparency and Truth, Research Paper, (Oxford:
Oxford University Centre for Business Taxation), 2008, 3.
Selain itu, Schon berpandangan bahwa ketika suatu set aturan akuntansi akan diadopsi sebagai
hukum pajak atau akuntansi pajak, maka sejumlah kriteria berikut harus dipenuhi, yaitu:19
1. Menjamin Penerimaan Pemerintah
Aturan akuntansi harus dapat menjadi dasar yang benar bagi pemerintah dalam menentukan
berapa jumlah pajak yang terutang oleh pembayar pajak dalam interval waktu tertentu, yang
merupakan penghasilan pemerintah. Dengan kata lain, aturan akuntansi yang tidak konsisten
dan dapat menyebabkan hilangnya potensi penerimaan pemerintah dari pajak seharusnya
dihindari.
2. Adil
Aturan akuntansi harus selaras dengan pinsip keadilan dalam perpajakan. Pembayar pajak
yang berada dalam kondisi ekonomi yang sama, seharusnya membayar pajak dengan jumlah
yang sama. Untuk itu, aturan akuntansi harus berpegang teguh pada prinsip kewajaran
(fairness), yaitu tidak boleh membeda-bedakan kelompok pengguna akuntansi (Wajib Pajak).
3. Kepastian Hukum
Aturan akuntansi harus dapat memberikan kepastian kepada otoritas pajak dan Wajib Pajak
dalam menentukan basis dan besarnya pajak yang terutang oleh pembayar pajak.
4. Netral
Aturan akuntansi seharusnya tidak berdampak negatif terhadap persaingan usaha dan
mendistorsi keputusan ekonomi para investor dan konsumen. Dalam hal ini, prinsip tersebut
sejalan dengan prinsip keadilan.
5. Efisiensi Biaya Kepatuhan
Aturan akuntansi yang selaras dengan ketentuan pajak seharusnya mampu mengefisienkan
biaya kepatuhan, karena tidak lagi perlu penghitungan, penyesuaian, dan dokumentasi
tambahan untuk tujuan perpajakan. Kalaupun dibutuhkan, haruslah seminimal mungkin.
6. Mencegah Penghindaran Pajak
Aturan dan teknik akuntansi tidak boleh memberikan kebebasan kepada Wajib Pajak untuk
memengaruhi penghasilan kena pajaknya dengan maksud menghindari pembayaran pajak.
Dalam hal ini, kaidah substance over form di dalam kerangka IAS sejalan dengan prinsip
dasar perpajakan.
7. Mencerminkan Penghasilan yang Sebenarnya
Aturan akuntansi seharusnya memberikan gambaran sebenarnya mengenai penghasilan dan
biaya, sehingga secara ekonomi mercerminkan kemampuan membayar (ability to pay) pajak
yang sesungguhnya.
8. Mengakui Kerugian dalam Penghitungan Pajak Penghasilan
Aturan akuntansi seharusnya mengakui kerugian yang dialami oleh Wajib Pajak dan
kemudian dapat dikompensasikan ke periode sebelumnya maupun sesudahnya.
9. Perlindungan Kepemilikan Kekayaan
Perbedaan mendasar antara akuntansi pajak dan akuntansi komersial bukanlah pada konsep
penghasilan, melainkan pada karakteristik pengungkapan penghasilan bagi manajemen,
investor, dan otoritas pajak. Pengungkapan informasi penghasilan bagi manajemen dan
investor tidak membawa konsekuensi penyediaan dana yang segera, sedangkan bagi otoritas
	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  
19
Wolfgang Schon, International Accounting Standards-A Starting Point for a Common European
Tax Base, Research Paper, (Amsterdam: Internatinonal Bureau of Fiscal Documentation), 2004,
428, tidak diterbitkan.
pajak membawa konsekuensi untuk segera menyediakan dana dalam rangka memenuhi
kewajiban pajak. Jika pada saat pemenuhan kewajiban tersebut, Wajib Pajak tidak memiliki
dana tunai, maka mereka terpaksa menjual aset atau menjaminkan aset untuk memperoleh
pinjaman. Oleh karena itu, aturan akuntansi seharusnya dapat melindungi kepemilikan
kekayaan Wajib Pajak dari kondisi tersebut. Penghasilan seharusnya tidak dikenakan pajak
sebelum benar-benar dikonversi menjadi uang kas, sedangkan biaya dapat diakui tanpa
melihat adanya arus kas yang keluar.
10. Memperhitungkan Keberadaan Pasar Modal
Dalam hal Wajib Pajak tidak memiliki dana untuk membayar kewajiban pajaknya, mereka
dapat menggunakan ekuitas atau hutang sebagai alternatif. Idealnya, penghasilan yang belum
dan sudah terealisasi memang harus dikenakan pajak. Namun, pada kenyataanya pembayaran
pajak tetap sangat bergantung pada ketersediaan dana, sehingga (sekali lagi) pendekatan
konservatif yang wajar terhadap akuntansi pajak seharusnya dapat diterima.
Lebih lanjut, menurut pendapat Schon, kendala penggunaan IAS/IFRS sebagai basis pajak
bukanlah suatu hal yang tidak teratasi. Namun demikian, harmonisasi tersebut akan membawa
konsekuensi ke penyesuaian substansi dan hukum serta perubahan terhadap kerangka konsepsual
akuntansi pajak, khususnya di Eropa.
Dalam penelitian lain, Oestreicher dan Spengel meneliti sejauh mana IFRS memenuhi kelayakan
sebagai basis pajak bersama bagi negara-negara Eropa.20
Mereka mengkaji kesesuaian konsep dan
aturan akuntansi menurut IFRS dengan tujuan dan prinsip-prinsip perpajakan, serta dampaknya
terhadap beban pajak (tax burden) efektif di beberapa negara Eropa. Prisip-prinsip perpajakan
yang digunakan hampir sama dengan yang disebutkan oleh Schon, yaitu keadilan (equity),
kepastian hukum (legal certainty), kesederhanaan (simplicity), dan netralitas (neutrality).
Dari tinjauan prinsip keadilan, Oestreicher dan Spengel lebih menyoroti konsep dan aturan IFRS
yang berdasarkan prinsip kemampuan membayar (ability to pay). Sementara itu, mengenai prinsip
kesederhanaan, adanya standardisasi dipandang dapat menyederhanakan proses administrasi pajak,
baik bagi Wajib Pajak maupun otoritas pajak.
Adapun yang perlu diperhatikan adalah penyederhanaan dapat berakibat kekurangcermatan dalam
menganalisis substansi transaksi perpajakan. Sejalan dengan Schon, standardisasi dapat membuka
peluang penghindaran pajak melalui perencanaan pajak (tax planning), yang pada giliranya akan
mengganggu efisiensi ekonomi dan meningkatkan biaya perencanaan bagi Wajib Pajak dan
otoritas pajak.
Prinsip-pinsip akuntansi pada IFRS yang dianalisis yaitu (1) pengakuan penghasilan, (2) akuntansi
beban yang meliputi kapitalisasi aset, pengakuan kewajiban, penentuan nilai perolehan, dan
amortisasi, dan (3) antisipasi kerugian yang meliputi akuntansi potensi kerugian, impairment
(penurunan nilai aset), dan provisi. Berdasarkan penelitian tersebut, IFRS dapat menjadi sarana
bagi harmonisasi dan basis pajak bersama bagi negara-negara Eropa, khususnya pada bagian-
bagian tertentu.
Bagian-bagian yang dimaksudkan di sini adalah pengakuan aset dan kewajiban, penentuan nilai
perolehan, amortisasi, impairment, dan perlakuan kontrak-kontrak yang rumit. Sedangkan
akuntansi nilai wajar dipandang kurang sejalan dengan prinsip-prinsip perpajakan, karena dapat
menyebabkan ketidakpastian dan diskresi yang besar terhadap pembayar pajak dan administrasi
pajak, sehingga berisiko bagi penerimaan negara dan keadilan pembayar pajak.
Kesimpulan
Liberalisasi ekonomi melalui sistem ekonomi pasar, termasuk pasar modal, telah menarik pajak
dan akuntansi mendekati pusaran yang sama, yaitu kepentingan pasar. Meskipun tidak dapat
	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  	
  
20
Andreas Oestreicher dan Christopher Spengel, Tax Harmonization in Europe-The
Determination of Corporate Taxable Income in the EU Member States, Research Paper,
(Mannheim: Centre for European Economic Research), 2007.
dipungkiri bahwa tarik menarik kepentingan, antara masing-masing negara atau antara
kepentingan publik dan swasta akan tetap ada.
Akibat dari perkembangan ekonomi global, sistem akuntansi di dunia yang sebelumnya terbagi
menjadi code law dan common law accounting, bergeser menjadi legalistic dan fair presentation
accounting. Liberalisasi pasar modal telah mendorong fair presentation accunting (yang
digunakan oleh negara-negara common law) lebih mendominasi perkembangan sistem akuntansi
di banyak negara dibandingkan sistem legalistic accounting. Konvergensi standar akuntansi di
berbagai negara dengan standar akuntansi IAS/IFRS merupakan kondisi yang mencerminkan
dominasi sistem fair presentation accounting pada saat ini.
Perbedaan akuntansi komersial dan akuntansi pajak yang terdapat pada sistem fair presentation
accounting dianggap memiliki dampak kontra-produktif terhadap perekonomian, seperti
inefisiensi biaya administrasi pajak dan timbulnya pajak berganda. Oleh karena itu, sebagian ahli
akuntansi pajak memandang perlu upaya harmonisasi antara akuntansi komersial dan akuntansi
pajak.
Salah satu bentuk harmonisasi yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan standar
akuntansi komersial—misalnya IAS/IFRS—sebagai basis penghitungan pajak, sepanjang standar
akuntansi komersial tersebut memenuhi kriteria tertentu. Dengan adanya harmonisasi, diharapkan
biaya administrasi pajak dapat lebih efisien, mengurangi risiko penghindaran pajak dan
meminimalkan pajak berganda antar negara.
Selain itu, harmonisasi akuntansi komersial dan akuntansi pajak dipandang dapat meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakanya. Indonesia yang pada saat
ini dalam proses konvergensi standar akuntansi dengan IFRS dan akan memulai implementasinya
pada 2012 nanti, serta menuju ASEAN Economic Community pada 2015, sebaiknya mulai
memikirkan pelajaran yang dapat diambil dari upaya harmonisasi antara akuntansi komersial dan
akuntansi pajak di negara-negara Uni Eropa.
*Tulisan pernah dimuat pada majalah Inside Indonesia
**Penulis adalah kontributor pada Center for e-Accountability System

More Related Content

What's hot

Tugas individu akuntansi internasional
Tugas individu akuntansi internasionalTugas individu akuntansi internasional
Tugas individu akuntansi internasionalerianaey
 
Kelompok 1 dimensi internasional dan akuntansi
Kelompok 1 dimensi internasional dan akuntansiKelompok 1 dimensi internasional dan akuntansi
Kelompok 1 dimensi internasional dan akuntansiAmrul Rizal
 
Sistem akuntansi keuangan lima negara
Sistem akuntansi keuangan lima negaraSistem akuntansi keuangan lima negara
Sistem akuntansi keuangan lima negaraFadelia Riscicha
 
Chastulus saguruwjuw 191600153 rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan fi...
Chastulus saguruwjuw 191600153 rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan fi...Chastulus saguruwjuw 191600153 rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan fi...
Chastulus saguruwjuw 191600153 rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan fi...ChastulusSaguruwjuw
 
Akuntansi internasional bab 3
Akuntansi internasional bab 3Akuntansi internasional bab 3
Akuntansi internasional bab 3Lukman Ariansyah
 
Makalahakuntansiinternasional 140521194520-phpapp01
Makalahakuntansiinternasional 140521194520-phpapp01Makalahakuntansiinternasional 140521194520-phpapp01
Makalahakuntansiinternasional 140521194520-phpapp01wuriastuti4
 
Bab 2 perkembangan dan klasifikasi softskill
Bab 2   perkembangan dan klasifikasi softskillBab 2   perkembangan dan klasifikasi softskill
Bab 2 perkembangan dan klasifikasi softskillzainah110294
 
Akuntansi Internasional, BAB IV AKUNTANSI KOMPARATIF:AMERIKA DAN ASIA
Akuntansi Internasional, BAB IV AKUNTANSI KOMPARATIF:AMERIKA DAN ASIAAkuntansi Internasional, BAB IV AKUNTANSI KOMPARATIF:AMERIKA DAN ASIA
Akuntansi Internasional, BAB IV AKUNTANSI KOMPARATIF:AMERIKA DAN ASIAEllvinna Marikar
 
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...Jiantari Marthen
 
Dimensi internasional
Dimensi internasionalDimensi internasional
Dimensi internasionalSylviadesthia
 
Akuntansi komparatif eropa_amerika_dan_a
Akuntansi komparatif eropa_amerika_dan_aAkuntansi komparatif eropa_amerika_dan_a
Akuntansi komparatif eropa_amerika_dan_aArju Al-Bantani
 
Akuntansi Internasional, BAB III AKUNTANSI KOMPARATIF : EROPA
Akuntansi Internasional, BAB III AKUNTANSI KOMPARATIF : EROPAAkuntansi Internasional, BAB III AKUNTANSI KOMPARATIF : EROPA
Akuntansi Internasional, BAB III AKUNTANSI KOMPARATIF : EROPAEllvinna Marikar
 
Akuntansi internasional rangkuman
Akuntansi internasional rangkumanAkuntansi internasional rangkuman
Akuntansi internasional rangkumanAmrul Rizal
 

What's hot (20)

Tugas individu akuntansi internasional
Tugas individu akuntansi internasionalTugas individu akuntansi internasional
Tugas individu akuntansi internasional
 
Kelompok 1 dimensi internasional dan akuntansi
Kelompok 1 dimensi internasional dan akuntansiKelompok 1 dimensi internasional dan akuntansi
Kelompok 1 dimensi internasional dan akuntansi
 
Standar akuntansi republik ceko
Standar akuntansi republik cekoStandar akuntansi republik ceko
Standar akuntansi republik ceko
 
Sistem akuntansi keuangan lima negara
Sistem akuntansi keuangan lima negaraSistem akuntansi keuangan lima negara
Sistem akuntansi keuangan lima negara
 
Chastulus saguruwjuw 191600153 rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan fi...
Chastulus saguruwjuw 191600153 rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan fi...Chastulus saguruwjuw 191600153 rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan fi...
Chastulus saguruwjuw 191600153 rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan fi...
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Kel. 4
Kel. 4Kel. 4
Kel. 4
 
Akuntansi internasional
Akuntansi internasionalAkuntansi internasional
Akuntansi internasional
 
Akuntansi internasional bab 3
Akuntansi internasional bab 3Akuntansi internasional bab 3
Akuntansi internasional bab 3
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Makalahakuntansiinternasional 140521194520-phpapp01
Makalahakuntansiinternasional 140521194520-phpapp01Makalahakuntansiinternasional 140521194520-phpapp01
Makalahakuntansiinternasional 140521194520-phpapp01
 
Bab 2 perkembangan dan klasifikasi softskill
Bab 2   perkembangan dan klasifikasi softskillBab 2   perkembangan dan klasifikasi softskill
Bab 2 perkembangan dan klasifikasi softskill
 
Akuntansi Internasional, BAB IV AKUNTANSI KOMPARATIF:AMERIKA DAN ASIA
Akuntansi Internasional, BAB IV AKUNTANSI KOMPARATIF:AMERIKA DAN ASIAAkuntansi Internasional, BAB IV AKUNTANSI KOMPARATIF:AMERIKA DAN ASIA
Akuntansi Internasional, BAB IV AKUNTANSI KOMPARATIF:AMERIKA DAN ASIA
 
Kel. 2
Kel. 2Kel. 2
Kel. 2
 
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...
Makalah akuntansi internasional kel. ii lingkungan audit di jepang dan beland...
 
Dimensi internasional
Dimensi internasionalDimensi internasional
Dimensi internasional
 
Akuntansi komparatif eropa_amerika_dan_a
Akuntansi komparatif eropa_amerika_dan_aAkuntansi komparatif eropa_amerika_dan_a
Akuntansi komparatif eropa_amerika_dan_a
 
Akuntansi Internasional, BAB III AKUNTANSI KOMPARATIF : EROPA
Akuntansi Internasional, BAB III AKUNTANSI KOMPARATIF : EROPAAkuntansi Internasional, BAB III AKUNTANSI KOMPARATIF : EROPA
Akuntansi Internasional, BAB III AKUNTANSI KOMPARATIF : EROPA
 
Ak komparatif eropa
Ak komparatif eropaAk komparatif eropa
Ak komparatif eropa
 
Akuntansi internasional rangkuman
Akuntansi internasional rangkumanAkuntansi internasional rangkuman
Akuntansi internasional rangkuman
 

Viewers also liked

Globalisasi ekonomi
Globalisasi ekonomiGlobalisasi ekonomi
Globalisasi ekonomiMujiono Tdl
 
Globalisasi ekonomi
Globalisasi ekonomi Globalisasi ekonomi
Globalisasi ekonomi anggapriktew
 
Globalisasi pada Kehidupan Ekonomi (SMP)
Globalisasi pada Kehidupan Ekonomi (SMP)Globalisasi pada Kehidupan Ekonomi (SMP)
Globalisasi pada Kehidupan Ekonomi (SMP)Adisa Alifya
 
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintahpersamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintahReza Yudhalaksana
 
GLOBALISASI EKONOMI DAN SALING BERGANTUNG ANTARA KAWASAN
GLOBALISASI EKONOMI DAN SALING BERGANTUNG ANTARA KAWASANGLOBALISASI EKONOMI DAN SALING BERGANTUNG ANTARA KAWASAN
GLOBALISASI EKONOMI DAN SALING BERGANTUNG ANTARA KAWASANAsmawi Abdullah
 

Viewers also liked (7)

makalah teori akuntansi
makalah teori akuntansimakalah teori akuntansi
makalah teori akuntansi
 
Globalisasi ekonomi
Globalisasi ekonomiGlobalisasi ekonomi
Globalisasi ekonomi
 
Globalisasi ekonomi
Globalisasi ekonomi Globalisasi ekonomi
Globalisasi ekonomi
 
Globalisasi pada Kehidupan Ekonomi (SMP)
Globalisasi pada Kehidupan Ekonomi (SMP)Globalisasi pada Kehidupan Ekonomi (SMP)
Globalisasi pada Kehidupan Ekonomi (SMP)
 
Bab i, ii, iii
Bab i, ii, iiiBab i, ii, iii
Bab i, ii, iii
 
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintahpersamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
 
GLOBALISASI EKONOMI DAN SALING BERGANTUNG ANTARA KAWASAN
GLOBALISASI EKONOMI DAN SALING BERGANTUNG ANTARA KAWASANGLOBALISASI EKONOMI DAN SALING BERGANTUNG ANTARA KAWASAN
GLOBALISASI EKONOMI DAN SALING BERGANTUNG ANTARA KAWASAN
 

Similar to Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak

Ppt Harmonisasi Akuntansi Internasional
Ppt Harmonisasi Akuntansi InternasionalPpt Harmonisasi Akuntansi Internasional
Ppt Harmonisasi Akuntansi InternasionalKhairunNisa290
 
PPT AKUNTANSI PAJAK - KLP 1 (1).pptx
PPT AKUNTANSI PAJAK - KLP 1 (1).pptxPPT AKUNTANSI PAJAK - KLP 1 (1).pptx
PPT AKUNTANSI PAJAK - KLP 1 (1).pptxDewiYuniari
 
Akuntansi dan-laporan-keuangan
Akuntansi dan-laporan-keuanganAkuntansi dan-laporan-keuangan
Akuntansi dan-laporan-keuanganIma Rosmiati
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikJunianto Junianto
 
PPT Softskill Standar Akuntansi Singapura
PPT Softskill Standar Akuntansi SingapuraPPT Softskill Standar Akuntansi Singapura
PPT Softskill Standar Akuntansi SingapuraIrfan Sanjaya
 
PPT Softskill Standar Akuntansi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Aku...
PPT Softskill Standar Akuntansi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Aku...PPT Softskill Standar Akuntansi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Aku...
PPT Softskill Standar Akuntansi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Aku...riosaputraa
 
Aminullah Assagaf_P3_Ak Internasional_22 September 2021.pptx
Aminullah Assagaf_P3_Ak Internasional_22 September 2021.pptxAminullah Assagaf_P3_Ak Internasional_22 September 2021.pptx
Aminullah Assagaf_P3_Ak Internasional_22 September 2021.pptxAminullah Assagaf
 
Dampak glibalisasi atas laporan keuangan
Dampak glibalisasi atas laporan keuanganDampak glibalisasi atas laporan keuangan
Dampak glibalisasi atas laporan keuanganErlangga Beta Samodera
 
Pptsoftskill 140418054823-phpapp01
Pptsoftskill 140418054823-phpapp01Pptsoftskill 140418054823-phpapp01
Pptsoftskill 140418054823-phpapp01Boumedin Akbar
 
PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI INDONESIA MENUJU KONVERGENSI IFRS
PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI INDONESIA MENUJU KONVERGENSI IFRSPERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI INDONESIA MENUJU KONVERGENSI IFRS
PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI INDONESIA MENUJU KONVERGENSI IFRSNur Kholisah
 
akuntansi pajak pertemuan 01-02 pengertian
akuntansi pajak pertemuan 01-02 pengertianakuntansi pajak pertemuan 01-02 pengertian
akuntansi pajak pertemuan 01-02 pengertianAmiLaksmi2
 
BAB-1-AKUNTANSI-XI.pptx
BAB-1-AKUNTANSI-XI.pptxBAB-1-AKUNTANSI-XI.pptx
BAB-1-AKUNTANSI-XI.pptxrivanasri
 
Standar akuntansi keuanga1
Standar akuntansi keuanga1Standar akuntansi keuanga1
Standar akuntansi keuanga1Efni Yulianti
 
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasi
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasiBab 1 akuntansi sebagai sistem informasi
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasiSuardiLantong1
 
Tugas 1 individu Akuntansi Internasional
Tugas 1 individu Akuntansi InternasionalTugas 1 individu Akuntansi Internasional
Tugas 1 individu Akuntansi Internasionalarahayu93
 
Pajak translate
Pajak translatePajak translate
Pajak translatedollyannex
 
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.ppt
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.pptPT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.ppt
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.pptWahyumiEkawanti1
 

Similar to Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak (20)

Ppt Harmonisasi Akuntansi Internasional
Ppt Harmonisasi Akuntansi InternasionalPpt Harmonisasi Akuntansi Internasional
Ppt Harmonisasi Akuntansi Internasional
 
Akuntansi komparatif
Akuntansi komparatifAkuntansi komparatif
Akuntansi komparatif
 
PPT AKUNTANSI PAJAK - KLP 1 (1).pptx
PPT AKUNTANSI PAJAK - KLP 1 (1).pptxPPT AKUNTANSI PAJAK - KLP 1 (1).pptx
PPT AKUNTANSI PAJAK - KLP 1 (1).pptx
 
Akuntansi dan-laporan-keuangan
Akuntansi dan-laporan-keuanganAkuntansi dan-laporan-keuangan
Akuntansi dan-laporan-keuangan
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publik
 
PPT Softskill Standar Akuntansi Singapura
PPT Softskill Standar Akuntansi SingapuraPPT Softskill Standar Akuntansi Singapura
PPT Softskill Standar Akuntansi Singapura
 
PPT Softskill Standar Akuntansi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Aku...
PPT Softskill Standar Akuntansi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Aku...PPT Softskill Standar Akuntansi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Aku...
PPT Softskill Standar Akuntansi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Aku...
 
Aminullah Assagaf_P3_Ak Internasional_22 September 2021.pptx
Aminullah Assagaf_P3_Ak Internasional_22 September 2021.pptxAminullah Assagaf_P3_Ak Internasional_22 September 2021.pptx
Aminullah Assagaf_P3_Ak Internasional_22 September 2021.pptx
 
Dampak glibalisasi atas laporan keuangan
Dampak glibalisasi atas laporan keuanganDampak glibalisasi atas laporan keuangan
Dampak glibalisasi atas laporan keuangan
 
Pptsoftskill 140418054823-phpapp01
Pptsoftskill 140418054823-phpapp01Pptsoftskill 140418054823-phpapp01
Pptsoftskill 140418054823-phpapp01
 
PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI INDONESIA MENUJU KONVERGENSI IFRS
PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI INDONESIA MENUJU KONVERGENSI IFRSPERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI INDONESIA MENUJU KONVERGENSI IFRS
PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI INDONESIA MENUJU KONVERGENSI IFRS
 
akuntansi pajak pertemuan 01-02 pengertian
akuntansi pajak pertemuan 01-02 pengertianakuntansi pajak pertemuan 01-02 pengertian
akuntansi pajak pertemuan 01-02 pengertian
 
BAB-1-AKUNTANSI-XI.pptx
BAB-1-AKUNTANSI-XI.pptxBAB-1-AKUNTANSI-XI.pptx
BAB-1-AKUNTANSI-XI.pptx
 
Standar akuntansi keuanga1
Standar akuntansi keuanga1Standar akuntansi keuanga1
Standar akuntansi keuanga1
 
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasi
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasiBab 1 akuntansi sebagai sistem informasi
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasi
 
Pengantar Akuntansi
Pengantar AkuntansiPengantar Akuntansi
Pengantar Akuntansi
 
1
11
1
 
Tugas 1 individu Akuntansi Internasional
Tugas 1 individu Akuntansi InternasionalTugas 1 individu Akuntansi Internasional
Tugas 1 individu Akuntansi Internasional
 
Pajak translate
Pajak translatePajak translate
Pajak translate
 
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.ppt
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.pptPT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.ppt
PT_01_Pengantar Akuntansi_FEB_2022_Pengantar Akuntansi dan Bisnis - RPS.ppt
 

More from Yogyakarta State University

The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...Yogyakarta State University
 
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp... Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...Yogyakarta State University
 
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Yogyakarta State University
 
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di IndonesiaPerkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di IndonesiaYogyakarta State University
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaYogyakarta State University
 
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaSebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaYogyakarta State University
 
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Yogyakarta State University
 
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute ResolutionJudirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute ResolutionYogyakarta State University
 
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di IndonesiaKajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di IndonesiaYogyakarta State University
 
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...Yogyakarta State University
 
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...Yogyakarta State University
 
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...Yogyakarta State University
 
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan HukumBeberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan HukumYogyakarta State University
 
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...Yogyakarta State University
 
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifBertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifYogyakarta State University
 

More from Yogyakarta State University (20)

The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
 
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp... Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi KontemporerIsu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
 
Literasi Politik (Political Literacy)
Literasi Politik (Political Literacy)Literasi Politik (Political Literacy)
Literasi Politik (Political Literacy)
 
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
 
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di IndonesiaPerkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
 
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaSebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
 
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
 
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute ResolutionJudirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
 
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di IndonesiaKajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
 
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
 
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
 
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
 
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan HukumBeberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
 
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa...
 
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di KampusMenumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
 
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di IndonesiaBenang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
 
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifBertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
 
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di SekolahDiskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
 

Recently uploaded

Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 

Recently uploaded (19)

Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 

Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak

  • 1. Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak* Oleh: Manik Sukoco** Kontributor pada Center for e-Accountability System Globalisasi ekonomi telah menjadi mainstream yang memengaruhi perkembangan konsep dan praktik perpajakan dan akuntansi. Paradigma lama yang memandang pajak dan akuntansi sebagai domain yang berbeda dan sulit untuk diharmonisasikan tampaknya akan berubah dalam mainstream globalisasi tersebut. *** Sistem perekonomian antar-bangsa yang semakin terintegrasi merupakan bentuk liberalisasi ekonomi yang berkembang pada saat ini. Salah satu bentuk integrasi ekonomi tersebut adalah integrasi pasar modal dunia dalam sistem ekonomi yang berorientasi pasar. Rupanya, integrasi pasar modal tersebut telah menjadi faktor utama yang mendorong upaya kearah penyeragaman (convergency) standar akuntansi keuangan menuju pada satu standar akuntansi global yang dikenal sebagai International Financial Reporting Standard (IFRS), sebagai produk dari International Accounting Standard Board (IASB).1 Negara maju, dalam hal ini adalah negara-negara Uni Eropa merupakan pihak yang lebih awal mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansinya. Mereka telah mewajibkan semua perusahaan yang go public dan berdomisili di negara-negara Uni Eropa untuk menyusun laporan keuanganya berdasarkan IFRS per 1 Januari 2005. Dikecualikan dari itu, perusahaan-perusahaan tertentu diberi penangguhan hingga 2007.2 Kemudian, negara-negara maju lainya, seperti Amerika Serikat juga telah merencanakan untuk mengadopsi penuh IFRS yang akan berlaku efektif pada 2014 nanti. Di samping harmonisasi akuntansi, negara-negara Uni Eropa juga tengah melakukan upaya harmonisasi disektor perpajakan. Salah satu upaya harmonisasi tersebut adalah inisiatif dari Komisi Eropa (European Commission) pada 2008, yang mengusulkan penggunaan Common Consolidated Corporate Tax Base (CCCTB) bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi di negara-negara Uni Eropa.3 Adapun level minimal harmonisasi pajak yang diharapkan adalah basis pajak (tax base) yang berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi pajak yang menggunakan IFRS. Hal ini mengindikasikan adanya upaya (effort) yang dilakukan oleh negara-negara maju—khususnya Uni Eropa—dalam menyelaraskan akuntansi, perpajakan, dan antara keduanya. Indonesia pun tampaknya tidak dapat menghindar dari mainstream liberalisasi ekonomi dunia. Dalam ASEAN Economic Community Blueprint4 , negara-negara ASEAN—termasuk Indonesia— sedang berupaya mewujudkan suatu sistem perekonomian yang dinyatakan sebagai “a single market and production base, a highly competitive economic region, a region of equitable economic development, and a region fully integrated into global economy”.                                                                                                                           1 Frederick D.S. Choi dan Gary K. Meek, International Accounting-Six Edition, (USA: Pearson Education, Inc.), 2008, 44. 2 Marisi P. Purba, International Financial Reporting Standards-Konvergensi dan Kendala Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta : Graha Ilmu), 2009, 13. 3  Wolfgang Schon, International Accounting Standards-A Starting Point for a Common European Tax Bas”, Research Paper, (Amsterdam: Internatinonal Bureau of Fiscal Documentation), 2004, 428, tidak diterbitkan. 4 www.aseansec.org/21083.pdf
  • 2. Sedangkan untuk perkembangan akuntansinya, berdasarkan proposal konvergensi yang telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), proses adopsi IFRS dalam standar akuntansi keuangan Indonesia dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap adopsi (2008-2010), tahap persiapan (2011), dan tahap implementasi (2012).5 Berkaca pada dinamika perkembangan akuntansi pajak di negara-negara yang telah lebih dulu mengintegrasikan ekonominya, tulisan ini mencoba membahas bagaimana proses harmonisasi akuntansi komersial dan akuntansi pajak di negara-negara Uni Eropa. Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan pemikiran bagi negara yang sedang dalam proses integrasi ekonomi seperti Indonesia. Akuntansi Pajak Pada umumnya, Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha wajib menyelengarakan pembukuan. Pengaturan teknis penyelenggaraan pembukuan tersebut diserahkan sepenuhnya pada masyarakat profesi, dalam hal ini adalah profesi akuntan. Namun dalam hal tertentu, untuk mengamankan kebijakan dan tujuan sistem perpajakan, terdapat ketentuan-ketentuan yang digariskan di dalam aturan perpajakan, di mana ketentuan tersebut boleh jadi berbeda dengan ketentuan yang diatur oleh masyarakat profesi. Wajib Pajak yang mempunyai kewajiban menyelengarakan pembukuan juga diwajibkan untuk melampirkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh)-nya dengan laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan guna penghitungan besarnya penghasilan kena pajak. Dalam hal laporan keuangan merupakan output dari suatu proses akuntansi, maka laporan keuangan yang dimaksudkan untuk penghitungan besarnya penghasilan kena pajak tersebut adalah output dari proses akuntansi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan perpajakan. Walter F.O’Connor (dalam Gunadi : 2009) menjelaskan, akuntansi pajak merupakan metode dan praktik akuntansi khusus untuk memenuhi ketentuan perpajakan, termasuk penyusunan laporan keuangan fiskal dan pengisian Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) serta perencanaan dalam rangka mengefisienkan beban pajak.6 Sedangkan akuntansi komersial adalah akuntansi yang mengacu sepenuhnya kepada ketentuan yang diatur oleh masyarakat profesi akuntansi, yaitu standar akuntansi keuangan yang berlaku umum di suatu negara. Kesenjangan antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak bertolak dari perbedaan tujuan, pengguna, dan prinsip yang mendasarinya. Akuntansi pajak, secara prinsip dipengaruhi oleh fungsi perpajakan karena merupakan implementasi ketetentuan perpajakan. Oleh karena fungsi utama pajak adalah penerimaan negara maka fungsi utama akuntansi pajak adalah melindungi hak penerimaan negara tersebut (public fiscal).7 Sementara itu, akuntansi komersial bertujuan untuk menyajikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan (umum) pengguna laporan keuangan dalam rangka pembuatan keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan kepada mereka.8 Pengertian ini juga menjelaskan bahwa laporan keuangan komersial ditujukan kepada pengguna informasi yang bersifat umum.                                                                                                                           5 Purba, op. cit., 42. 6  Gunadi, Akuntansi Pajak Sesuai Dengan Undang-Undang Pajak Terbaru, (Jakarta: Penerbit Grasindo), 2009, 4.   7 Ibid, 14. 8 IAS Framework, paragraf 12.  
  • 3.                       Wilayah  Kritis                   Asumsi:   1. Tujuan   2. Prinsip     Asumsi:   1. Tujuan   2. Prinsip     SAK   ATURAN  HUKUM   PERPAJAKAN   Akuntansi  Komersial   Akuntansi  Pajak   LK.  Komersial   Rekonsiliasi  Fiskal   LK.  Fiskal   SPT/PPh  Akuntansi  PPh   LK.  Final   Pengguna  Umum   Fiskus         Gap   Dari sisi perpajakan, laporan keuangan memiliki tujuan sebagai dasar penghitungan pajak bagi pembayar pajak, di mana aplikasinya adalah dengan menyelenggarakan pembukuan guna penghitungan pajak dan melampirkan laporan keuangan pada saat menyerahkan SPT kepada otoritas pajak. Dalam hal ini, pengguna laporan keuangan bersifat khusus, yaitu otoritas pajak. Perbedaan akuntansi komersial dan akuntansi pajak juga bersumber dari prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda. Terdapat empat prinsip akuntansi yang sering menjadi fokus perbedaan, yaitu penentuan beban dan pendapatan, konsistensi, konservatisme, dan substansi mengesampingkan bentuk formal.9 Untuk singkatnya, perhatikan skema alur fikir akuntansi komersial dan akuntansi pajak. Skema Alur Fikir Akuntansi Pajak dan Akuntansi Komersial Adanya perbedaan asumsi antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak berpotensi menyebabkan terjadinya perbedaan. Pertama, dalam hal pengakuan pendapatan dan beban antara standar akuntansi dan aturan perpajakan. Kedua, penafsiran aturan perpajakan.10 Perbedaan-perbedaan tersebut dapat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajibanya (tax compliance). Dari sudut pandang otoritas pajak, kepatuhan Wajib Pajak merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan administrasi pajak yang menggunakan self assestment system.                                                                                                                           9    Gunadi, op. cit, 28. 10  Sofyan Syafri Harahap, Teori Akuntansi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 1999, 26.
  • 4. Dalam penelitiannya, Hidayat menemukan bahwa level keseragaman akuntansi dan pajak memiliki korelasi dengan kepatuhan pembayar pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Semakin seragam akuntansi dan pajak, semakin meningkat kepatuhan Wajib Pajak.11 Harmonisasi Akuntansi dan Pajak Perkembangan interaksi akuntansi dan perpajakan secara internasional dapat ditinjau dari berbagai aspek. Di antaranya aspek legal dan aspek praktik.12 Berdasarkan aspek legal, sistem akuntansi di berbagai negara dapat diklasifikasikan menjadi common law dan code law accounting. Common law accounting memiliki karakteristik fair presentation, transparency and full disclosure, serta adanya pemisahan yang jelas antara akuntansi keuangan dan akuntansi pajak. Dalam sistem tersebut, pasar modal, sektor swasta, dan profesi akuntan memegang peranan yang dominan dalam penentuan standar dan praktik akuntansi. Hal itu tidak lepas dari peranan pasar modal dan swasta (investor) sebagai sumber utama pendanaan ekonomi. Beberapa negara yang mengadopsi sistem common law accounting adalah Inggris, Australia, Kanada, Hongkong, India, Malaysia, Pakistan, dan Amerika Serikat. Sedangkan code law (continental/legalistic) accounting memiliki beberapa karakteristik, di antaranya berorientiasi legalistik, kurang transparan, dan adanya keseragaman antara akuntansi keuangan dan akuntansi pajak. Bank dan pemerintah sebagai sumber pendanaan ekonomi, lebih berperan dalam penyusunan standar akuntansi dibandingkan pihak swasta dan profesi akuntan. Sistem code law ini banyak diadopsi oleh negara-negara Eropa kontinental—seperti Prancis dan Jerman—dan negara bekas jajahan mereka di Afrika, Asia, dan Amerika. Klasifikasi sistem akuntansi berdasarkan praktik, mirip dengan klasifikasi legal. Pengecualian terjadi di beberapa negara—misalnya Belanda dan Meksiko—yang sistem hukumnya berdasarkan code law. Namun, sistem akuntansinya lebih condong pada sistem akuntansi common law. Sementara itu, beberapa negara code law lainya—seperti Prancis, Jerman, dan Jepang—sedang dalam proses perubahan sistem akuntansi menuju sistem akuntansi common law. Sehingga, klasifikasi perkembangan akuntansi berdasarkan sistem hukum/legal dianggap kurang relevan lagi pada saat ini. Berdasarkan aspek praktik, pasar modal yang semakin terintegrasi dalam sistem ekonomi pasar menjadi faktor utama yang mendorong terjadinya konvergensi standar akuntansi di berbagai negara ke arah standar akuntansi berorientasi pasar, yang disebut sebagai fair presentation accounting. Dalam hal ini negara-negara common law, yang perkembangan pasar modalnya lebih maju, merupakan pelopor sistem akuntansi tersebut. Oleh karena pada sistem fair presentation accounting terdapat perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansi pajak, maka beberapa pihak—seperti European Commission—memandang perlu adanya upaya harmonisasi antara akuntansi keuangan dan akuntansi pajak.13 Secara umum, ada tiga pandangan yang berbeda terhadap harmonisasi pajak dan akuntansi atau antara akuntansi pajak dan akuntansi komersial. Ketiga pandangan tersebut adalah perlunya upaya penyelarasan (conform) menyeluruh, melakukan penyelarasan secara parsial, dan sama sekali tidak perlu penyelarasan, namun perlu upaya penyempurnan di sisi keduanya.14                                                                                                                           11 Aris Hidayat, Analisis Hubungan Keseragaman Akuntansi dan Pajak dengan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Tanah Abang Tiga, Tesis FISIP Universitas Indonesia, 2008, 15, tidak diterbitkan. 12 Choi, op. cit., 43. 13 Di sisi lain, sistem code law/legal compliance accounting menyeragamkan akuntansi keuangan dan akuntansi pajak. 14 Disimpulkan dari tulisan Judith Freedman dan Wolfgang Schon.
  • 5. Mereka yang berpendapat perlunya penyelarasan antara pajak dan akuntansi beralasan bahwa hal itu dapat mengefisienkan biaya administrasi pajak, khususnya biaya kepatuhan. Jika basis laba yang sama dapat digunakan untuk tujuan pelaporan keuangan dan sekaligus tujuan pajak, akan dapat memperbaiki transparansi dan mengurangi biaya penghitungan dan pelaporan pajak serta biaya kepatuhan lainya. Semakin transparan informasi keuangan Wajib Pajak, maka semakin kecil risiko penghindaran pajak. Lebih dari itu, harmonisasi pajak dan akuntansi yang berlaku secara internasional dapat mengurangi pajak berganda.15 Di sisi lain, menurut sebagian pakar perpajakan, secara teori dan praktik, antara akuntansi pajak dan akuntansi komersial terdapat perbedaan yang hampir tidak mungkin untuk diselaraskan. Kalaupun dipaksakan akan menimbulkan biaya, risiko, dan dampak penyelarasan yang cukup besar. Salah satunya, upaya penyelarasan antara pajak dan akuntansi tidak cukup hanya melakukan kajian yang bersifat konsepsual, namun juga harus mengkaji secara detail dampaknya terhadap praktik perpajakan—baik yang bersifat unilateral, bilateral, maupun multilateral. Di samping itu, penyelarasan tidak hanya melibatkan para akuntan dan fiskus saja, tapi juga meliputi berbagai bidang lainya seperti ekonomi, hukum, dan politik. Oleh karena itu, pakar yang menolak konvergensi ini berpendapat bahwa untuk meminimalkan kesenjangan informasi antara pajak dan akuntansi tidak harus melalui konvergensi.16 Upaya lain yang dapat ditempuh misalnya dengan memperjelas aturan-aturan mengenai relasi pajak dan akuntansi atau dengan memperbaiki ketentuan pengungkapan akuntansi. Pakar yang berpandangan perlunya harmonisasi pajak dan akuntansi—namun menyadari bahwa upaya tersebut harus dilakukan secermat mungkin—berpendapat bahwa dengan melakukan kajian yang menyeluruh terhadap semua aspek dan elemen pajak dan akuntansi, konvergensi secara parsial mungkin dapat dilakukan.17 Sejauh ini, perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa adalah adanya wacana dan upaya ke arah konvergensi pajak dan akuntansi, meski dalam konteks yang berbeda.18 Isu utama di Amerika Serikat adalah sejauh mana konvergensi tersebut dapat meningkatkan tata kelola usaha (corporate governance), sedangkan di negara-negara Eropa lebih fokus pada penggunaan standar-standar akuntansi untuk tujuan pajak. Isu tata kelola usaha di Amerika Serikat tidak lepas dari berbagai skandal bisnis yang terjadi seperti Worldcom dan Enron. Sementara itu, bagi negara-negara Uni Eropa, integrasi ekonomi adalah target masa depan. Dengan demikian, berbagai upaya harmonisasi telah atau akan mereka lakukan di antaranya adalah harmonisasi pajak dan harmonisasi standar akuntansi berdasarkan IAS/IFRS. Salah satu upaya harmonisasi di bidang perpajakan adalah dengan menggunakan basis pajak bersama (common tax base), yang mana menurut European Commission, IAS/IFRS dipandang sebagai titik awal upaya tersebut. Dengan kata lain, penggunaan IAS/IFRS sebagai basis pajak bersama tersebut sekaligus merupakan upaya harmonisasi antara pajak dan akuntansi.                                                                                                                           15 Otto H. Jacobs, et. al., EU Company Taxation in case of a Common Tax Base: A Computer- based Calculation and Comparison Using the Enhanced Model of the European Tax Analyzer, Research Paper, (Mannheim: Centre for European Economic Research), 2005, 7. 16 Salah satunya adalah Prof. Dr. Judith Freedman dari Oxford University Centre For Business and Taxation 17 Salah Satunya adalah Prof. Dr. Wolfgang Schön dari Max Planck Institute, Munich. 18   Judith Freedman, Financial Accounting: Transparency and Truth, Research Paper, (Oxford: Oxford University Centre for Business Taxation), 2008, 3.
  • 6. Selain itu, Schon berpandangan bahwa ketika suatu set aturan akuntansi akan diadopsi sebagai hukum pajak atau akuntansi pajak, maka sejumlah kriteria berikut harus dipenuhi, yaitu:19 1. Menjamin Penerimaan Pemerintah Aturan akuntansi harus dapat menjadi dasar yang benar bagi pemerintah dalam menentukan berapa jumlah pajak yang terutang oleh pembayar pajak dalam interval waktu tertentu, yang merupakan penghasilan pemerintah. Dengan kata lain, aturan akuntansi yang tidak konsisten dan dapat menyebabkan hilangnya potensi penerimaan pemerintah dari pajak seharusnya dihindari. 2. Adil Aturan akuntansi harus selaras dengan pinsip keadilan dalam perpajakan. Pembayar pajak yang berada dalam kondisi ekonomi yang sama, seharusnya membayar pajak dengan jumlah yang sama. Untuk itu, aturan akuntansi harus berpegang teguh pada prinsip kewajaran (fairness), yaitu tidak boleh membeda-bedakan kelompok pengguna akuntansi (Wajib Pajak). 3. Kepastian Hukum Aturan akuntansi harus dapat memberikan kepastian kepada otoritas pajak dan Wajib Pajak dalam menentukan basis dan besarnya pajak yang terutang oleh pembayar pajak. 4. Netral Aturan akuntansi seharusnya tidak berdampak negatif terhadap persaingan usaha dan mendistorsi keputusan ekonomi para investor dan konsumen. Dalam hal ini, prinsip tersebut sejalan dengan prinsip keadilan. 5. Efisiensi Biaya Kepatuhan Aturan akuntansi yang selaras dengan ketentuan pajak seharusnya mampu mengefisienkan biaya kepatuhan, karena tidak lagi perlu penghitungan, penyesuaian, dan dokumentasi tambahan untuk tujuan perpajakan. Kalaupun dibutuhkan, haruslah seminimal mungkin. 6. Mencegah Penghindaran Pajak Aturan dan teknik akuntansi tidak boleh memberikan kebebasan kepada Wajib Pajak untuk memengaruhi penghasilan kena pajaknya dengan maksud menghindari pembayaran pajak. Dalam hal ini, kaidah substance over form di dalam kerangka IAS sejalan dengan prinsip dasar perpajakan. 7. Mencerminkan Penghasilan yang Sebenarnya Aturan akuntansi seharusnya memberikan gambaran sebenarnya mengenai penghasilan dan biaya, sehingga secara ekonomi mercerminkan kemampuan membayar (ability to pay) pajak yang sesungguhnya. 8. Mengakui Kerugian dalam Penghitungan Pajak Penghasilan Aturan akuntansi seharusnya mengakui kerugian yang dialami oleh Wajib Pajak dan kemudian dapat dikompensasikan ke periode sebelumnya maupun sesudahnya. 9. Perlindungan Kepemilikan Kekayaan Perbedaan mendasar antara akuntansi pajak dan akuntansi komersial bukanlah pada konsep penghasilan, melainkan pada karakteristik pengungkapan penghasilan bagi manajemen, investor, dan otoritas pajak. Pengungkapan informasi penghasilan bagi manajemen dan investor tidak membawa konsekuensi penyediaan dana yang segera, sedangkan bagi otoritas                                                                                                                           19 Wolfgang Schon, International Accounting Standards-A Starting Point for a Common European Tax Base, Research Paper, (Amsterdam: Internatinonal Bureau of Fiscal Documentation), 2004, 428, tidak diterbitkan.
  • 7. pajak membawa konsekuensi untuk segera menyediakan dana dalam rangka memenuhi kewajiban pajak. Jika pada saat pemenuhan kewajiban tersebut, Wajib Pajak tidak memiliki dana tunai, maka mereka terpaksa menjual aset atau menjaminkan aset untuk memperoleh pinjaman. Oleh karena itu, aturan akuntansi seharusnya dapat melindungi kepemilikan kekayaan Wajib Pajak dari kondisi tersebut. Penghasilan seharusnya tidak dikenakan pajak sebelum benar-benar dikonversi menjadi uang kas, sedangkan biaya dapat diakui tanpa melihat adanya arus kas yang keluar. 10. Memperhitungkan Keberadaan Pasar Modal Dalam hal Wajib Pajak tidak memiliki dana untuk membayar kewajiban pajaknya, mereka dapat menggunakan ekuitas atau hutang sebagai alternatif. Idealnya, penghasilan yang belum dan sudah terealisasi memang harus dikenakan pajak. Namun, pada kenyataanya pembayaran pajak tetap sangat bergantung pada ketersediaan dana, sehingga (sekali lagi) pendekatan konservatif yang wajar terhadap akuntansi pajak seharusnya dapat diterima. Lebih lanjut, menurut pendapat Schon, kendala penggunaan IAS/IFRS sebagai basis pajak bukanlah suatu hal yang tidak teratasi. Namun demikian, harmonisasi tersebut akan membawa konsekuensi ke penyesuaian substansi dan hukum serta perubahan terhadap kerangka konsepsual akuntansi pajak, khususnya di Eropa. Dalam penelitian lain, Oestreicher dan Spengel meneliti sejauh mana IFRS memenuhi kelayakan sebagai basis pajak bersama bagi negara-negara Eropa.20 Mereka mengkaji kesesuaian konsep dan aturan akuntansi menurut IFRS dengan tujuan dan prinsip-prinsip perpajakan, serta dampaknya terhadap beban pajak (tax burden) efektif di beberapa negara Eropa. Prisip-prinsip perpajakan yang digunakan hampir sama dengan yang disebutkan oleh Schon, yaitu keadilan (equity), kepastian hukum (legal certainty), kesederhanaan (simplicity), dan netralitas (neutrality). Dari tinjauan prinsip keadilan, Oestreicher dan Spengel lebih menyoroti konsep dan aturan IFRS yang berdasarkan prinsip kemampuan membayar (ability to pay). Sementara itu, mengenai prinsip kesederhanaan, adanya standardisasi dipandang dapat menyederhanakan proses administrasi pajak, baik bagi Wajib Pajak maupun otoritas pajak. Adapun yang perlu diperhatikan adalah penyederhanaan dapat berakibat kekurangcermatan dalam menganalisis substansi transaksi perpajakan. Sejalan dengan Schon, standardisasi dapat membuka peluang penghindaran pajak melalui perencanaan pajak (tax planning), yang pada giliranya akan mengganggu efisiensi ekonomi dan meningkatkan biaya perencanaan bagi Wajib Pajak dan otoritas pajak. Prinsip-pinsip akuntansi pada IFRS yang dianalisis yaitu (1) pengakuan penghasilan, (2) akuntansi beban yang meliputi kapitalisasi aset, pengakuan kewajiban, penentuan nilai perolehan, dan amortisasi, dan (3) antisipasi kerugian yang meliputi akuntansi potensi kerugian, impairment (penurunan nilai aset), dan provisi. Berdasarkan penelitian tersebut, IFRS dapat menjadi sarana bagi harmonisasi dan basis pajak bersama bagi negara-negara Eropa, khususnya pada bagian- bagian tertentu. Bagian-bagian yang dimaksudkan di sini adalah pengakuan aset dan kewajiban, penentuan nilai perolehan, amortisasi, impairment, dan perlakuan kontrak-kontrak yang rumit. Sedangkan akuntansi nilai wajar dipandang kurang sejalan dengan prinsip-prinsip perpajakan, karena dapat menyebabkan ketidakpastian dan diskresi yang besar terhadap pembayar pajak dan administrasi pajak, sehingga berisiko bagi penerimaan negara dan keadilan pembayar pajak. Kesimpulan Liberalisasi ekonomi melalui sistem ekonomi pasar, termasuk pasar modal, telah menarik pajak dan akuntansi mendekati pusaran yang sama, yaitu kepentingan pasar. Meskipun tidak dapat                                                                                                                           20 Andreas Oestreicher dan Christopher Spengel, Tax Harmonization in Europe-The Determination of Corporate Taxable Income in the EU Member States, Research Paper, (Mannheim: Centre for European Economic Research), 2007.
  • 8. dipungkiri bahwa tarik menarik kepentingan, antara masing-masing negara atau antara kepentingan publik dan swasta akan tetap ada. Akibat dari perkembangan ekonomi global, sistem akuntansi di dunia yang sebelumnya terbagi menjadi code law dan common law accounting, bergeser menjadi legalistic dan fair presentation accounting. Liberalisasi pasar modal telah mendorong fair presentation accunting (yang digunakan oleh negara-negara common law) lebih mendominasi perkembangan sistem akuntansi di banyak negara dibandingkan sistem legalistic accounting. Konvergensi standar akuntansi di berbagai negara dengan standar akuntansi IAS/IFRS merupakan kondisi yang mencerminkan dominasi sistem fair presentation accounting pada saat ini. Perbedaan akuntansi komersial dan akuntansi pajak yang terdapat pada sistem fair presentation accounting dianggap memiliki dampak kontra-produktif terhadap perekonomian, seperti inefisiensi biaya administrasi pajak dan timbulnya pajak berganda. Oleh karena itu, sebagian ahli akuntansi pajak memandang perlu upaya harmonisasi antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak. Salah satu bentuk harmonisasi yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan standar akuntansi komersial—misalnya IAS/IFRS—sebagai basis penghitungan pajak, sepanjang standar akuntansi komersial tersebut memenuhi kriteria tertentu. Dengan adanya harmonisasi, diharapkan biaya administrasi pajak dapat lebih efisien, mengurangi risiko penghindaran pajak dan meminimalkan pajak berganda antar negara. Selain itu, harmonisasi akuntansi komersial dan akuntansi pajak dipandang dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakanya. Indonesia yang pada saat ini dalam proses konvergensi standar akuntansi dengan IFRS dan akan memulai implementasinya pada 2012 nanti, serta menuju ASEAN Economic Community pada 2015, sebaiknya mulai memikirkan pelajaran yang dapat diambil dari upaya harmonisasi antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak di negara-negara Uni Eropa. *Tulisan pernah dimuat pada majalah Inside Indonesia **Penulis adalah kontributor pada Center for e-Accountability System