Dokumen tersebut menjelaskan pengertian Al Mudharabah sebagai kerja sama antara pemodal dan pengelola modal dimana pemodal menyerahkan modalnya kepada pengelola untuk dijalankan usaha dagang dengan pembagian keuntungan. Dokumen tersebut juga membahas dasar hukum dan hikmah disyariatkannya sistem Al Mudharabah dalam Islam serta jenis dan rukun-rukun Al Mudharabah."
Makalah ini membahas tentang hukum perdagangan dalam Islam, mulai dari pengertian jual beli, rukun-rukun jual beli, syarat-syarat jual beli, dan macam-macam jual beli yang dijelaskan melalui ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi."
Dokumen tersebut membahas tentang pasar dalam perspektif Islam, termasuk definisi pasar dan pembentukannya, pandangan ulama Islam terhadap mekanisme pasar, regulasi harga, pasar uang, pasar modal, dan perbedaan antara pasar modal konvensional dan syariah. "
Dokumen tersebut menjelaskan pengertian Al Mudharabah sebagai kerja sama antara pemodal dan pengelola modal dimana pemodal menyerahkan modalnya kepada pengelola untuk dijalankan usaha dagang dengan pembagian keuntungan. Dokumen tersebut juga membahas dasar hukum dan hikmah disyariatkannya sistem Al Mudharabah dalam Islam serta jenis dan rukun-rukun Al Mudharabah."
Makalah ini membahas tentang hukum perdagangan dalam Islam, mulai dari pengertian jual beli, rukun-rukun jual beli, syarat-syarat jual beli, dan macam-macam jual beli yang dijelaskan melalui ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi."
Dokumen tersebut membahas tentang pasar dalam perspektif Islam, termasuk definisi pasar dan pembentukannya, pandangan ulama Islam terhadap mekanisme pasar, regulasi harga, pasar uang, pasar modal, dan perbedaan antara pasar modal konvensional dan syariah. "
Dokumen ini membahas tentang sikap umat Islam dalam menghadapi kezaliman. Menurut Syeikh Wael dari Palestina, kaum Rohingya di Myanmar dan rakyat Palestina sama-sama mengalami penderitaan sebagai kaum terzalimi. Walaupun terzalimi, umat Islam disarankan untuk bersabar sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. Dengan sikap sabar dan menjalin ukhuwah, umat Islam akan menjadi pemenang tanpa menciptakan pec
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang pentingnya membersihkan hati dari korupsi. Korupsi disebabkan oleh sifat manusia yang tamak serta lemahnya penegakan hukum dan transparansi. Untuk membersihkan hati dari korupsi, perlu komitmen untuk tidak melakukan korupsi dan menciptakan koalisi anti korupsi yang kuat.
Teks ini membahas tentang pemberhalaan terhadap uang dan kekuasaan sebagai berhala modern yang dapat menyebabkan korupsi. Nabi Ibrahim A.S. mencontohkan sikap kritis terhadap berhala dengan menghancurkan patung ayahnya sendiri, demikian pula sikap antisyirik perlu dijalankan terhadap uang dan kekuasaan yang sering menjadi tujuan utama politisi dan pejabat. Pemberian sesaji dalam bentuk uang untuk mendap
Pemimpin seharusnya menjadi teladan dan bertanggung jawab kepada rakyat dan Allah, bukan sebagai penguasa yang hanya mengejar kekuasaan. Pemimpin ideal adalah yang mengutamakan kemaslahatan rakyat dalam setiap kebijakannya. Nabi Muhammad contoh pemimpin sejati yang meskipun berkuasa besar tetapi lebih memilih menjadi teladan daripada penguasa otoriter.
Tulisan ini membahas tentang semangat berkompetisi secara positif dengan mengutip ayat Al-Quran yang memerintahkan umat Islam untuk saling memajukan kebaikan. Nabi Muhammad dijadikan contoh karena mampu bersaing dengan integritas tinggi tanpa mengusik orang lain. Umat Islam disarankan untuk terus meneladani sifat-sifat positif Nabi dalam menghadapi tantangan, bukan dengan sikap anarkis atau anti-toler
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian riba dan bunga serta perbedaan antara keduanya dalam perspektif Islam.
2. Terdapat perbedaan pendapat ulama tentang apakah bunga bank dapat dikategorikan sebagai riba atau tidak.
3. Secara umum, riba dalam Islam meliputi pengambilan tambahan dari pinjaman tanpa adanya transaksi pengganti yang sah.
Dokumen ini membahas tentang sikap umat Islam dalam menghadapi kezaliman. Menurut Syeikh Wael dari Palestina, kaum Rohingya di Myanmar dan rakyat Palestina sama-sama mengalami penderitaan sebagai kaum terzalimi. Walaupun terzalimi, umat Islam disarankan untuk bersabar sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. Dengan sikap sabar dan menjalin ukhuwah, umat Islam akan menjadi pemenang tanpa menciptakan pec
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang pentingnya membersihkan hati dari korupsi. Korupsi disebabkan oleh sifat manusia yang tamak serta lemahnya penegakan hukum dan transparansi. Untuk membersihkan hati dari korupsi, perlu komitmen untuk tidak melakukan korupsi dan menciptakan koalisi anti korupsi yang kuat.
Teks ini membahas tentang pemberhalaan terhadap uang dan kekuasaan sebagai berhala modern yang dapat menyebabkan korupsi. Nabi Ibrahim A.S. mencontohkan sikap kritis terhadap berhala dengan menghancurkan patung ayahnya sendiri, demikian pula sikap antisyirik perlu dijalankan terhadap uang dan kekuasaan yang sering menjadi tujuan utama politisi dan pejabat. Pemberian sesaji dalam bentuk uang untuk mendap
Pemimpin seharusnya menjadi teladan dan bertanggung jawab kepada rakyat dan Allah, bukan sebagai penguasa yang hanya mengejar kekuasaan. Pemimpin ideal adalah yang mengutamakan kemaslahatan rakyat dalam setiap kebijakannya. Nabi Muhammad contoh pemimpin sejati yang meskipun berkuasa besar tetapi lebih memilih menjadi teladan daripada penguasa otoriter.
Tulisan ini membahas tentang semangat berkompetisi secara positif dengan mengutip ayat Al-Quran yang memerintahkan umat Islam untuk saling memajukan kebaikan. Nabi Muhammad dijadikan contoh karena mampu bersaing dengan integritas tinggi tanpa mengusik orang lain. Umat Islam disarankan untuk terus meneladani sifat-sifat positif Nabi dalam menghadapi tantangan, bukan dengan sikap anarkis atau anti-toler
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengertian riba dan bunga serta perbedaan antara keduanya dalam perspektif Islam.
2. Terdapat perbedaan pendapat ulama tentang apakah bunga bank dapat dikategorikan sebagai riba atau tidak.
3. Secara umum, riba dalam Islam meliputi pengambilan tambahan dari pinjaman tanpa adanya transaksi pengganti yang sah.
Dokumen tersebut membahas tentang etika bisnis dalam perspektif Al-Quran. Menurut Al-Quran, bisnis diperbolehkan asalkan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip etika seperti jujur, adil, dan tidak merugikan orang lain. Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Al-Quran meliputi tauhid, keadilan, kebajikan, amanah, kerjasama, dan saling tolong menolong. Tujuan bisnis bukan hanya untuk ke
4, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; marketin...petraaja
1. Dokumen tersebut membahas tentang etika bisnis dan pemasaran dalam Islam, termasuk prinsip-prinsip etika pemasaran seperti jujur, adil, dan menepati janji.
Etika bisnis dalam perspektif Islam menawarkan tiga paradigma utama:
1) Bisnis harus selaras dengan tauhid dan kepatuhan kepada Tuhan, bukan semata untuk kepentingan duniawi.
2) Bisnis dipandang sebagai ibadah untuk meraih pahala akhirat dengan tetap menjalankan etika dan moralitas.
3) Etika bisnis Islam mendorong perilaku positif di dunia dengan mengaitkan kecurangan dan ketidakadilan dengan kerusakan
Dokumen tersebut membahas konsep perniagaan menurut Islam yang mengakui pentingnya perniagaan bagi kehidupan manusia. Islam melihat setiap aktiviti, termasuk perniagaan, sebagai ibadah jika dilakukan dengan niat berkenan Allah dan mengikut syariat. Rasulullah SAW sendiri merupakan contoh teladan dalam bidang perniagaan.
1. Manajemen keuangan syariah berbeda dengan manajemen konvensional dimana manajemen syariah didasarkan pada nilai-nilai keagamaan untuk mencapai ridha Allah dan mencegah perilaku KKN.
2. Contoh manajemen syariah yang baik ditunjukkan oleh beberapa nabi seperti Nabi Adam, Nabi Yusuf, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad.
3. Prinsip-prinsip manajemen keuangan syariah menekankan pada
Dokumen tersebut membahas tentang kemudahan memahami al-Quran. Allah telah menjamin bahwa al-Quran mudah dipahami bagi siapa saja yang berkemauan kuat untuk mempelajarinya. Kebenaran agama juga jelas, meskipun diperlukan kesungguhan untuk memahaminya. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengklaim bahwa memahami al-Quran sulit.
1. Istighfar merupakan kunci utama untuk mendapatkan berkah dan kemudahan dalam kehidupan, termasuk rezeki yang melimpah. Teladan Nabi Muhammad SAW dan sahabat mencontohkan pentingnya istighfar.
2. Banyak manusia mengumpulkan harta dengan cara yang tidak benar tanpa istighfar dan mengundang murka Allah. Istighfar yang tulus dapat menyelesaikan masalah dan membuka jalan baru untuk rezeki.
3
Dokumen tersebut membahas etika dalam berdoa menurut pandangan Islam. Beberapa etika utama dalam berdoa antara lain memilih waktu-waktu mulia untuk berdoa seperti malam Jumat, bulan Ramadhan, dan sepertiga malam terakhir, tidak meninggikan suara, merendahkan hati dengan penuh khusyuk dan harap, mengawali doa dengan dzikir dan shalawat, serta berdoa dengan optimisme bahwa doa akan dikab
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas tentang kesalahan dalam mendidik anak generasi milenial di Indonesia yang mengakibatkan kecelakaan beruntun.
2. Orang tua kini terlalu fokus pada materi dan gaya hidup mewah tanpa memberikan fondasi hidup yang baik kepada anak-anak.
3. Anak-anak perlu dilatih keterampilan hidup seperti self-control, fleksib
Muhsin Hariyanto adalah dosen tetap Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan mubaligh kampung yang aktif mengajar, berdakwah, dan menulis di berbagai media. Ia menyelesaikan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi di berbagai lembaga pendidikan Islam. Saat ini ia juga menyelesaikan program doktoral dengan fokus Politik Islam.
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
Teks memberikan nasihat untuk berbahagia dengan cara membuang energi negatif melalui zakat dan sedekah, serta menabung energi positif melalui amal saleh seperti yang disarankan dalam beberapa ayat Al-Quran. Ayat-ayat tersebut mendorong umat Islam untuk memberikan sebagian harta mereka kepada orang-orang yang membutuhkan.
Teks ini membahas pentingnya menjadi diri sendiri tanpa topeng kepalsuan dan menyarankan untuk tampil sebagai diri sejati dengan kejujuran dan kerendahhatian. Sang penulis mengingatkan bahwa berpura-pura menjadi orang luar biasa akan menyebabkan tersiksa karena harus terus berbohong dan menyembunyikan diri sebenarnya.
1. BERBISNIS BERSAMA ALLAH
Oleh: Muhsin Hariyanto
Husain Syahatah (2005) -- mengutip sebuah hasil penelitian --
menyatakan bahwa perusahaan yang memegang etika bisnis,
mendapatkan keuntungannya rata-rata 11 persen per tahun, sedangkan
perusahaan yang mengabaikan etika bisnis hanya mendapatkan
keuntungannya berkisar enam persen . Kenapa? Karena, pada dasarnya,
etika bisnis akan sangat berpengaruh terhadap perilaku bisnis para
pelakunya. Etika bisnis yang tertuang menjadi perilaku para pelaku bisnis
akan sangat menentukan untung-tidaknya bisnis yang akan, tengah dan
telah dijalankan. Simpulan pentingnya adalah: "proses bisnis sebaik apa
pun tidak akan menghasilkan out-put yang signifikan dengan in-putnya, bila
tidak diiringi dengan perilaku-etis para pelaku bisnisnya." Inilah panduan
Islam yang selalu mengedepanpan prinsip transendensi: "berbisnis
bersama Allah".
Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam.
Bahkan, Rasulullah s.a.w. sendiri pun pernah menyatakan bahwa sembilan dari
sepuluh pintu rezeki adalah melalui pintu bisnis. Artinya, melalui jalan inilah
pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka sehingga karunia Allah terpancar darinya.
Berbisnis – dalam bahasa fikih – adalah sesuatu yang "mubâh (diperbolehkan),
dengan catatan selama dilakukan dengan tidak keluar dari koridor syari'ah. Dan
oleh karenanya semua orang diperkenankan, bahkan dianjurkan untuk
melakukannya sebatas tidak menabrak rambu-rambu yang telah dutetapkan oleh
Allah dan Rasul-Nya.
Satu ayat al-Quran yang yang menjadi pijakan awal dalam beretika bisnis
adalah QS al-Baqarah, 2: 275: "wa ahallâhu al-bai'a wa harrama ar-ribâ" (Allah
telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba). Ayat inilah yang kemudian
memberi inspirasi penting bagi Rasulullah s.a.w. untuk menetapkan larangan
"riba" secara tegas, yang elan-vitalnya adalah: "melarang umatnya untuk bersikap
zalim, dan sebaliknya memerintahkan untuk bersikap adil kepada siapa pun dalam
bentuk apa pun dalam berbisnis, termasuk kepada diri sendiri, "
Berkaitan dengan masalah bisnis, al-Quran dan as-Sunnah sangat
menekankan artipentingnya peranan akad (transaksi) bisnis dalam menentukan
keabsahan suatu perjanjian bisnis. Setiap akan yang mengandung unsur "riba"
sekecil apa pun dalam berbagai macam bentunknya, dalam sebuah transaksi bisnis
akan mencederai keabsahannya. Dan oleh karenanya bisa dianggap haram.
1
2. Sebagai salah satu contohnya adalah transaksi bisnis "utang-piutang" antara
kreditur dan debitur.
Seorang kreditur, kapan pun diperbolehkan bertransaksi utang-piutang
dengan debitur dengan transaksi yang jujur, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan, dengan asas "kerelaan" antarpihak yang bertransaksi.
Namun, harus juga diperhitungkan: apakah transaksi itu diniatkan untuk atau
berpeluang untuk mezalimi diri, mezalimi pihak lain, atau bahkan saling-mezalimi
atau tidak? Jika transaski itu diniatkan untuk atau berpeluang "mezalimi" semua
atau antar pihak yang bertransaksi, maka transaksi itu pun bisa disebut "riba", dan
oleh karenanya "diharamkan". Dan bila jawabnya: "tidak", maka transaksi itu pun
bisa disebut sebagai "al-bai'" (bisnis yang lazim), dan oleh karenya "dihalalkan".
Dalam utang-piutang yang mempersyaratkan "bunga" kepada debitur oleh
kreditur, yang bisa diprediksi (akan) berpotensi mezalimi setiap debitur yang
berpiutang, dan – sementara – berpotensi menguntungkan bagi setiap kreditur
yang berpiutang dengan cara mengambil keuntungan di atas kerugian pihak lain
(dalam hal ini kreditur terhadap debitur), berdasarkan hadis-hadis Rasulullah
s.a.w., ulama menyebutnya sebagai riba nasi'ah (penundaan pembayaraan yang
berpotensi mezalimi, karena adanya persyaratan penambahan pembayaran
melebihi apa yang seharusnya dibayar oleh para debitur kepada kreditur).
Ketentuan hukum ini pun bisa diterapkan, dengan prinsip qiyas -- dalam kasus
(transaksi) jual-beli kredit -- dengan logika bisnisnya
Demikian juga pada kasus jual-beli kontan. Islam mempersyaratkan
transaksi antara penjual dan pembeli untuk memenuhi kualifikasi "kesepadanan",
baik (kesepadanan) dari sisi kuantitas maupun kualitas terhadap semua bentuk
komoditas yang diperjualbelikan. Komoditas apa pun yang diperjualbelikan dan
berapa marjin keuntungan yang disepakati, harus diawali, berjalan dan berakhir
dengan kerelaan antarpihak yang bertransaksi, dengan menghadiri motif untuk
mencari keuntungan di atas kerugian orang lain, membiarkan dirinya untuk
dirugikan oleh mitra bisnisnya, maupun upaya bisnis yang berpotensi untuk saling-
merugikan. Karena semua itu termasuk dalam kategori zhulm (kezaliman) dilarang
oleh Islam, dan dipandang sebagai "riba" dalam pengertian substantif, yang oleh
ulama, dengan berpijak pada hadis –hadis rasulullah s.a.w., disebut sebagai riba
fadhl.
Oleh karenanya, Islam mengenalkan prinsip kejujuran, transparansi dan
etos-ta'âwun (saling-menolong) dalam setiap aktivitas transaksi bisnis. Sebab –
diasumsikan -- dengan berpijak pada prinsip kejujuran, transparansi dan dan etos-
ta'âwun (saling-menolong) antarpihak yang bertransaksi inilah berbagai bentuk
transaksi akan selalu berawal, berproses dan berakhir dengan kerelaan antarpihak,
sebab seluruhnhya berpotensi untuk "saling-menguntungkan". Dan sebaliknya
Islam melarang segala bentuk "dusta" (kebohongan) dalam segala bentuk transaksi
bisnis, yang pada akhirnya – cenderung – akan berawal, breproses dan berakhir
2
3. dengan kertidak-relaan (kekecewaan) antarpihak yang bertransaksi, sebab secara
keseluruhan berpotensi untuk "saling-merugikan". Inilah, yang oleh para mufassir
(pakar tafsir) dijelaskan secara panjang lebar ketika mereka menginterpretasikan
rangkaian kalimat dalam firman Allah: "lâ tudhlimûn wa lâ tudhlamûn" (janganlah
kamu semua mezalimi dan membiarkan dirimu dizalimi) dalam QS al-Baqarah, 2:
279.
Pengharaman "riba" dalam al-Quran maupun Hadis, menurut para faqih
(ulama fikih) dimaksudkan untuk memastikan terciptanya "keadilan" dalam
bertransaksi bisnis. Atau lebih tegasnya untuk menghilangkan semua bentuk
eksploitasi melalui aktivitas bisnis yang tidak adil. Dalam pandangan mereka, di
ketika Islam mengharamkan ketidakadilan (kezaliman), maka segala aktivitas
bisnis yang berpotensi untuk menciptakan ketidakadilan harus "diharamkan", tidak
terkecuali segala macam bentuk "riba", yang bisa berubah-ubah formatnya, tetapi
substansinya sama, yaitu: "segala macam tindakan yang berpotensi untuk
menciptakan ketidakadilan atau kezaliman".
Karena potensinya untuk menciptakan berbagai bentuk ketidakadilan,
maka Rasulullah s.a.w. pun pernah mengingatkan bahwa seorang Muslim bisa
terlibat di dalam riba dalam berbagai cara, bahkan sangat samar, dengan sebuah
pernyataan: ”Tinggalkan yang menimbulkan keraguan di dalam pikiranmu menuju
apa yang tidak menimbulkan keraguan di dalamnya”. Hadis tersebut dikutip oleh
Ibnu Katsir di dalam tafsirnya ketika beliau menafsirkan QS al-Baqarah, 2: 275.
Dia menyatakan bahwa makna hadis itu mencakup larangan terhadap semua
bentuk transaksi bisnis yang mengarah pada ketidakadilan atau eksploitasi
terhadap orang lain. Ketidakadilan yang diakibatkan melalui proses transaksi yang
mengandung unsur "riba" – sebagaimana yang juga dijelaskan oleh para faqih
(ulama fikih) dalam kajian fikih kontemporernya, dapat juga terjadi dalam
berbagai bentuk transaksi bisnis, termasuk transaksi bisnis MLM dan "mata uang"
(valas), yang seringkali diawali dengan motivasi – semata-mata -- untuk mencari
keuntungan pribadi atau kelompok dengan cara "mezalimi" pihak lain.
Untuk menghindari jatuhnya banyak korban, sebagai akibat dari berbagai
bentuk aktivitas bisnis yang tidak-etis, maka sudah saatnya setiap muslim
menghindari segala macam bentuk transaksi bisnis yang bermuatan "riba". Dan
untuk itu, diperlukan adanya kesadaran-etis yang memadai bagi para pelakunya.
"Jauhi semua praktik bisnis yang mengarah kepada eksploitasi oleh, untuk atau
antarpelaku bisnis. Seperti halnya Rasulullah s.a.w. dan para sahabat setianya telah
melakukannya, dan memberi contoh kongkret dalam wilayah praksis."
Penulis adalah: Dosen Tetap FAI-UMY dan Dosen Luar Biasa STIKES ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
3