2. Anatomi Vesika Urinaria
• Vesika urinaria adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot
detrusor yang saling beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot
longitudinal, di tengah merupakan otot sirkuler, dan paling luar
merupakan otot longitudinal.
• Mukosa vesika urinaria terdiri atas sel-sel transisional yang sama
seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra
posterior.
• Pada dasar vesika urinaria kedua muara ureter dan meatus uretra
internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum vesika.
• Vesica urinaria memiliki 5 bagian yaitu apex, body, fundus, neck, dan
uvula.
5. Cont...
• Dalam menampung urine, vesika urinaria mempunyai kapasitas
maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang lebih adalah
300 – 450 ml; sedangkan kapasitas vesika urinaria pada anak
menurut formula dari Koff adalah:
• Kapasitas buli-buli = {Umur (tahun) + 2} x 30 ml
6. Vaskularisasi Vesika Urinaria
• Vascularisasinya merupakan cabang dari superior dan inferior vesical
artery yang merupakan cabang dari internal iliac artery. Superior
vesical arteries mensuplai bagian anterosuperior bladder. Pada pria,
fundus dan collum vesica urinaria disuplai oleh inferior vesical
arteries. Pada wanita, inferior vesical arteries digantikan oleh vaginal
arteries, yang memiliki cabang kecil ke bagian posteroinferior bladder.
• Nama vena sesuai dengan arteri dan merupakan cabang dari internal
iliac veins.
7. Innervasi Vesika Urinaria
• Persyarafan bladder melibatkan sistem saraf otonom, yang terdiri dari
saraf simpatis dan parasimpatis.
• Saraf simpatis merangsang relaksasi otot dinding vesika urinaria dan
kontraksi sfingter uretra bagian bawah,
• sementara saraf parasimpatis merangsang kontraksi otot dinding
kandung kemih dan relaksasi sfingter uretra.
• Selain itu, saraf somatik berperan dalam kendali otot-otot rangka di
sekitar kandung kemih yang membantu dalam proses buang air kecil.
8.
9. Definisi Batu Buli (Vesicolithiasis)
• Vesikolithiasis adalah kondisi dimana batu
terbentuk di dalam kandung kemih. Batu ini
dapat terbentuk dari endapan mineral yang
ada di dalam urin atau berbagai jenis zat.
• Vesikolithiasis seringkali memerlukan
penatalaksanaan medis atau pembedahan
tergantung pada ukuran batu dan gejala
yang disebabkannya.
10. Cont...
• Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering
terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi atau terdapat benda asing
di buli-buli.
• Kateter yang terpasang pada buli-buli
dalam waktu yang lama, adanya benda
asing lain yang secara tidak sengaja
dimasukkan ke dalam buli-buli seringkali
menjadi inti untuk terbentuknya batu buli-
buli.
• Selain itu batu buli-buli dapat berasal dari
batu ginjal atau batu ureter yang turun ke
buli-buli.
11. Epidemiologi Batu Buli
• Di negara-negara berkembang masih sering dijumpai batu endemik
pada buli-buli yang banyak dijumpai pada anak-anak yang menderita
kurang gizi atau sering menderita dehidrasi atau diare.
• Pria memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami
vesikolithiasis dibandingkan dengan wanita.
• Kejadian vesikolithiasis bervariasi menurut lokasi geografis,
kemungkinan terkait dengan faktor diet dan iklim.
12. Etiologi Batu Buli
Faktor genetik dapat
memainkan peran penting
dalam pembentukan batu
kandung kemih.
Kondisi genetik tertentu
dapat meningkatkan risiko
seseorang mengalami
vesikolithiasis.
Diet yang tinggi garam
atau konsumsi rendah
cairan dapat
meningkatkan risiko
seseorang mengalami
pembentukan batu
kandung kemih.
Kondisi medis seperti
infeksi saluran kemih,
gangguan metabolik, atau
beberapa penyakit ginjal
juga dapat menjadi faktor
etiologi vesikolithiasis.
Faktor Genetik Faktor Diet Kondisi Medis Lainnya
13. Cont...
• Batu buli dapat diklasifikasikan menjadi penyebab primer dan
sekunder berdasarkan ada tidaknya penyakit yang menyertai.
• Pengertian primer yang dimaksud adalah pembentukan batu tanpa
adanya faktor anatomis, fungsional, dan infeksi yang dapat
menyebabkan pembentukan batu. Sedangkan pengertian sekunder
adalah adanya etiologi penyakit yang mendasarinya.
• Batu buli primer paling sering terjadi pada anak-anak. Etiologinya
masih belum jelas, namun sering terjadi pada daerah sosioekonomi
rendah, serta makanan yang dapat menyebabkan gangguan
metabolik seperti peningkatan kadar asam urat, penurunan produksi
urine, hipofosfaturia, dan hiperamonuria.
14. Cont...
• Batu buli sekunder sering berkaitan dengan gangguan pengosongan
buli yang dapat menjadi faktor predisposisi pembentukan batu dan
retensi. Pada laki-laki sering dikaitkan dengan BPH, pada perempuan
adanya sistokel atau Pelvic Organ Prolapse (POP).
• Neurogenic bladder dan infeksi saluran kemih berulang merupakan
penyebab tersering batu buli pada laki-laki dan perempuan
15. Gejala Batu Buli
• Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala
iritasi antara lain : Nyeri kencing/ disuria hingga
stranguri, perasaan tidak enak sewaktu kencing,
dan kencing tiba-tiba berhenti kemudian menjadi
lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh.
• Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan (referred
pain) pada ujung penis, skrotum, perineum,
pinggang, sampai kaki.
• Pada anak seringkali mengeluh adanya enuresis
nokturna, disamping sering menarik-narik penisnya
(pada anak laki-laki) atau menggosok-gosok vulva
(pada anak perempuan).
16. Diagnosis Batu Buli
• Seringkali komposisi batu buli-buli
terdiri atas asam urat atau struvit (jika
penyebabnya adalah infeksi), sehingga
tidak jarang pada pemeriksaan foto
polos abdomen tidak tampak sebagai
bayangan opak pada cavum pelvis.
17. • Dalam hal ini pemeriksaan PIV pada fase sistogram memberikan
gambaran sebagai bayangan negatif.
• Ultrasonografi dapat mendeteksi batu radiolusen pada buli-buli
18. Penatalaksanaan Batu Buli
• Batu buli dapat dipecahkan dengan litotrispi ataupun jika terlalu besar
memerlukan pembedahan terbuka (vesikolitotomi). Hal yang tidak
kalah penting adalah melakukan koreksi terhadap penyebab
timbulnya stasis urine
19.
20. Tindakan atau terapi untuk pencegahan timbulnya kembali batu saluran kemih
Jenis Batu Faktor penyebab
timbulnya batu
Jenis obat/ tindakan Mekanisme kerja obat
Kalsium
MAP
Urat
Hiperkalsiuri absorbtif
Hiperklasiuri renal
Hiperkalsiuri resorptif
Hipositraturi
Hipomagnesiuri
Hiperurikosuri
Hiperoksaluria
Infeksi
Dehidrasi
hiperurikosuri
Natrium selulosa fosfat
Thiazide, Orthoposphat
Thiazide
Paratiroidektomi
Potasium sitrat
Magnesium sitrat
Allopurinol, potasium
alkali
Allopurinol, pyridoxin,
kalsium suplemen
Antibiotika, AHA (amino
hydroxamic acid)
Hidrasi cukup
Potasium alkali
Allopurinol
Mengikat ca dalam usus →
absorbsi ↓
↑ reabsorbsi ca di tubulus, ↓
sintesa vit D, ↑ urine inhibitor
↑ reabsorbsi ca di tubulus
↓ reabsorbsi ca dari tulang
↓ph ↑sitrat ↓ca urine
↑ Mg urine
↓ urat
↑ pH
↓ urat
Eradikasi infeksi urease inhibitor
↑ pH
↓ urat