SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN 
Draf 
untuk 
Komentar 
Publik 
Periode 
Pertama 
(13 
Agustus 
2014 
-­‐ 
13 
Oktober 
2014) 
Disiapkan oleh: 
Komite Pengarah - 
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN 
Agustus 2014 
Pertemuan 
dan 
produksi 
materi 
ini 
dimungkinkan 
oleh 
dukungan 
dari 
United 
States 
Agency 
for 
International 
Development 
(USAID) 
Maximizing 
Agricultural 
Revenue 
through 
Knowledge, 
Enterprise 
Development, 
and 
Trade 
Project. 
Pendapat 
yang 
dinyatakan 
dalam 
dokumen 
ini 
tidak 
mencerminkan 
pandangan 
USAID 
atau 
pemerintah 
Amerika 
Serikat.
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
2 
Daftar 
Isi 
1 
Pendahuluan 
.................................................................................................................................. 
3 
1.1 
Konteks 
dan 
Peluang 
...................................................................................................................... 
3 
1.2 
Visi 
dan 
Ruang 
Lingkup 
............................................................................................................. 
4 
2 
Tata 
Kelola 
Standar 
Udang 
untuk 
Kawasan 
ASEAN 
.......................................................... 
4 
2.1 
Komite 
Pengarah 
............................................................................................................................. 
4 
3 
Jalan 
Menuju 
Standar 
Udang 
untuk 
Kawasan 
ASEAN 
....................................................... 
6 
3.1 
Kemajuan 
sampai 
bulan 
Juli 
2014 
.......................................................................................................................... 
6 
3.2 
Kegiatan 
untuk 
Menyelesaikan 
Standar 
Udang 
................................................................................................ 
7 
4 
Standar 
Udang 
untuk 
Kawasan 
ASEAN 
.................................................................................. 
8 
4.1 
Bagian 
I 
-­‐ 
Standar 
Level 
Peternakan…………………………………………………………………………8 
1. 
Ketertelusuran…………………………………………………………………………………………………….8 
2. 
Kesehatan 
Udang………………………………………………………………………………………………...9 
3. 
Sumber 
Persediaan……………………………………………………………………………………………10 
4. 
Sumber 
Pakan 
dan 
Manajemen….……………………………………………………………………….10 
5. 
Manajemen 
Dampak 
Udang…………………………………..……………………………………………10 
6. 
Aspek 
Sosial 
Ekonomi……………………………………………………………………………..………….10 
4.2 
Bagian 
II 
-­‐ 
Standar 
Pengetasan………………………………………………………………………………15 
7. 
Penggunaan 
Spesies……………………………………………………………………………..…………….15 
4.3 
Bagian 
II 
-­‐ 
Standar 
Pabrik 
Pakan……………………………………………………………………………16 
8. 
Sumber 
Bahan 
Pakan…………………………………………………………………………..…………….16
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
1 
Pendahuluan 
1.1 Konteks 
dan 
Peluang 
Ikan dan produk ikan memberikan peluang mata pencaharian dan pendapatan bagi 48 juta orang 
di kawasan Asia, memberikan kontribusi yang penting untuk pasokan pangan dan output 
ekonomi di wilayah ini. Meningkatnya konsumsi global terhadap ikan dan menurunnya hasil 
tangkapan dari persedian ikan alami telah menyebabkan peningkatan dan intensifikasi produksi 
perikanan budidaya (akuakultur) di Asia, khususnya di negara-negara ASEAN. Produksi produk 
makanan laut melalui sistem budidaya dipandang sebagai solusi potensial untuk memenuhi 
permintaan yang meningkat atas makanan laut, dengan hanya kurang dari setengah saja dari 
keseluruhan ikan yang dikonsumsi secara global saat ini berasal dari akuakultur. 
Pergeseran dalam produksi, dari lautan ke peternakan, telah membuka peluang mata pencaharian 
baru di daerah pedesaan, tetapi perkembangan cepat juga telah meciptakan tantangan baru bagi 
lingkungan sekitarnya dan menimbulkan dampak sosial ekonomi bagi pengguna lain dari sumber 
daya bersama ini. Industri akuakultur di kawasan ASEAN menghadapi tantangan besar yang 
membahayakan keberlanjutan jangka panjang dari operasi peternakan ini, dan mata pencaharian 
jutaan operasi skala kecil yang mewakili 80 persen dari budidaya peternakan Asia. Tantangan-tantangan 
ini meliputi wabah penyakit hewan akuatik, masalah ketenagakerjaan, pencemaran air, 
penggunaan tepung ikan sebagai bahan pakan, pembukaan mangrove (hutan bakau) dan 
gangguan atas mata pencaharian masyarakat. 
Jumlah pembeli besar makanan laut di Amerika Utara dan Eropa yang memiliki komitmen untuk 
produk bertanggung jawab secara sosial dan berkelanjutan telah meningkat menjadi sekitar 90% 
dalam beberapa tahun terakhir. Perubahan ini difasilitasi melalui kemitraan antara organisasi non-pemerintah 
3 
yang bergerak dalam masalah lingkungan dan pembeli makanan laut besar. Di balik 
kecenderungan ini ada organisasi non-pemerintah yang bergerak dalam masalah lingkungan 
yang memiliki pengaruh besar di pasar ekspor melalui kemitraan dengan pembeli besar dan yang 
menyarankan pembeli untuk mengukur akseptabilitas sumber makanan laut berdasarkan standar 
dan sertifikasi. Terdapat peningkatan kesadaran di kawasan ASEAN akan pentingnya standar 
lingkungan dan standar sosial; namun, terdapat kesenjangan yang signifikan yang dihadapi para 
petani untuk memenuhi standar tersebut dan menanggung biaya program sertifikasi. 
Saat ini, terdapat lebih dari 30 standar akuakultur, semua dengan ruang lingkup yang berbeda 
dalam mengatasi isu-isu sosial dan lingkungan melalui metode yang berbeda dan tidak ada yang 
secara eksplisit diperuntukkan untuk wilayah ASEAN. Hal ini membuat sulit dan mahal bagi 
petani dan prosesor untuk memilih jalur sertifikasi yang diakui di pasar. Akibatnya, masing-masing 
bekerja berdasarkan atas beberapa standar yang berbeda untuk memenuhi tuntutan 
pembeli. Hal ini menambah biaya secara signifikan. Karena biaya yang tinggi terkait dengan 
kepatuhan terhadap standar yang diakui - termasuk proses audit - dan kurangnya keuntungan 
finansial yang nyata, sejumlah besar produsen ASEAN berjuang untuk mendapatkan sertifikasi 
apapun karena mereka benar-benar tertarik. Sebagian kecil peternakan yang sudah disertifikasi 
dengan menggunakan standar internasional belum merasakan adanya peningkatan pendapatan 
yang signifikan sebagai akibat dari kepatuhan mereka terhadap standar. Kurangnya insentif ini 
telah mematahkan semangat petani lain untuk melakukan perbaikan praktek mereka. 
Solusi sementara, sebuah standar udang kawasan yang dikembangkan berdasarkan realitas 
kawasan ASEAN dan ditambah dengan persyaratan akan keberlanjutan pasar, seperti Monterey 
Bay Aquarium Seafood Watch®, dapat membuka jalur yang lebih diharapkan oleh petani udang
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan sosial di seluruh kawasan. Dengan terbentuknya 
Komunitas Ekonomi ASEAN tahun 2015, kawasan ini akan menjadi salah satu dari 10 ekonomi 
terbesar di dunia dan pemain utama dalam industri makanan laut global. Penciptaan pasar tunggal 
di ASEAN membuka peluang pada industri dan pemangku kepentingan lainnya untuk bekerja 
sama untuk meningkatkan kesinambungan budidaya udang dan mempromosikan praktek-praktek 
budidaya yang bertanggung jawab dengan cara yang terus mendukung ketahanan pangan dan 
pengamanan mata pencaharian petani udang skala kecil. Pada pertemuan kedua Taskforce for 
Sustainable Fisheries and Aquaculture (Taskforce Perikanan Berkelanjutan dan Akuakultur) yang 
diadakan tahun 2013, Taskforce Swasta-Pemerintah, perwakilan sektor publik dan swasta, 
mengidentifikasi harmonisasi standar udang dan upaya untuk mengurangi biaya yang berkaitan 
dengan sertifikasi, terutama untuk produsen skala kecil, sebagai sebuah isu prioritas untuk 
kawasan ini. 
1.2 
Visi 
dan 
Ruang 
Lingkup 
Draf Standar Udang untuk Kawasan ASEAN dirancang untuk menjadi sebuah alat yang dapat 
diterapkan untuk industri udang di kawasan ini guna meningkatkan kesinambungan, kinerja 
lingkungan dan sosial dari peternakan, terutama tingkat skala kecil, dan mendapat pengakuan di 
pasar ekspor utama. Standar ini terdiri dari sasaran sementara yang digabungkan dari praktek 
akuakultur yang baik tingkat nasional (GAP), dan persyaratan yang benar-benar dapat dicapai 
dan penting dari skema lingkungan and sertifikasi sosial akuakultur yang diakui internasional dan 
sistem penilaian seperti sistem Seafood Watch. Membangun standar yang melengkapi realitas 
ASEAN dengan persyaratan keberlanjutan yang terpenting akan memberikan petani pengalaman 
langsung berikut meraih manfaat dari perbaikan; dan idealnya mengarah pada keinginan yang 
lebih besar dari petani dan pelaku supply chain (rantai pasokan) lain untuk menanam investasi 
yang dibutuhkan guna lebih memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek produksi yang 
berkelanjutan dan bertanggung jawab. Adalah penting sekali bahwa setiap benchmark yang 
ditetapkan dapat dicapai oleh petani udang di kawasan ASEAN dalam jumlah yang cukup, 
termasuk pada tingkat skala kecil, dan akan menawarkan target yang dapat dikelola. Hal ini nanti 
akan berfungsi sebagai katalis dalam mendorong kepatuhan terhadap serangkaian persyaratan 
yang ditetapkan. 
2. 
Tata 
Kelola 
Standar 
Udang 
untuk 
Kawasan 
ASEAN 
2.1 
Komite 
Pengarah 
Draf pertama dari standar ini merupakan hasil dari sebuah proses konsultasi yang dipimpin oleh 
relawan Komite Pengarah yang berasal dari sektor industri dan non-pemerintah yang memiliki 
komitmen untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan sosial budidaya udang di kawasan 
ASEAN. Sebuah Komite Pengarah didirikan bulan Desember 2013 sebagai badan penyelenggara 
utama untuk mengembangkan Standar Udang untuk Kawasan ASEAN. Komite Pengarah yang 
beranggotakan14 orang terdiri dari beragam kelompok pemangku kepentingan dari keseluruhan 
industri akuakultur, 90% persen dari kawasan ASEAN, termasuk perwakilan petani, para 
prosesor, NGO (LSM), auditor, pembeli dan para akademisi. Daftar anggota Komite Pengarah 
per tanggal 31 Juli 2014 disajikan pada halaman berikutnya. 
Tujuan utama dari Komite Pengarah adalah untuk mengatur proses perumusan konsensus dan 
penerimaaan untuk pengembangan Standar Udang Kawasan ASEAN. Komite Pengarah 
bertanggung jawab atas semua keputusan yang berhubungan dengan proses termasuk konten 
standar, proses dan ruang lingkup pengembangan, dan skema sertifikasi. Komite Pengarah 
4
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
membuat semua keputusan dengan konsensus seperti yang ditentukan oleh Organisasi Standar 
Internasional1: 
Kesepakatan umum, yang ditandai dengan tidak adanya oposisi yang berkelanjutan terhadap isu 
substansial oleh bagian apapun yang penting dari pihak-pihak yang kepentingan dan oleh 
sebuah proses yang berusaha untuk mempertimbangkan pandangan dari para pihak yang 
berkepentingan, terutama pihak-pihak yang terkena dampak langsung, dan untuk menyesuaikan 
setiap argumen yang bertentangan. Konsensus tidak mesti berarti sebagai kebulatan suara. 
Sampai tanggal 31 Juli 2014 keanggotaan Komite Pengarah tetap terbuka bagi calon baru tetapi 
setiap calon baru harus mengajukan permohonan untuk keanggotaan. Untuk melamar, anggota 
yang berminat harus menyerahkan pernyataan yang menjelaskan mengapa calon berminat, sektor 
yang mereka wakili, dan informasi terkait lainnya yang perlu dipertimbangkan. Semua anggota 
Komite Pengarah yang diusulkan harus disetujui secara konsensus. 
1 
ISO 
adalah 
Organisasi 
Internasional 
untuk 
Standardisasi-­‐ 
ini 
adalah 
asosiasi 
hukum 
yang 
terdiri 
dari 
lembaga 
standar 
nasional 
dari 
157 
negara 
anggota. 
ISO 
memfasilitasi 
pengembangan 
standar 
internasional 
(mulai 
dari 
standar 
industri 
sampai 
standar 
teknis 
dan 
manajemen 
mutu) 
dan 
penerimaan 
yang 
luas 
dalam 
rangka 
untuk 
mendobrak 
hambatan 
perdagangan. 
5 
Negara Nama Organisasi Tipe 
Stakeholder 
Indonesia 
Ms. Cut Desyana Surya University Akademisi 
Mr. Johan Suryadarma Indonesian Fishery Product Processing and 
Marketing Association Industri 
Mr. Muhammed Ilman Wetlands International NGO 
Philippines 
Ms. Dinna Umengan Tambuyong Development Center NGO 
Ms. Rosanna Contreras Socsksargen Federation of Fishing & Allied 
Industries Industri 
Regional Mr. Eduardo Leaño, Network of Aquaculture Centers Asia 
Pacific 
Organisasi antar 
pemerintah 
Thailand 
Mr. Kriengkrai 
Satapornanit Kasetsart University Akademisi 
Dr. Wit Soontaranun Thai Union Frozen Industri 
Ms. Emmanuelle 
Bourgoise FAIRAGRO Auditor 
Mr. Pinyo Kiatpinyo Federation of Shrimp Cooperatives of 
Thailand Perwakilan Petani 
Vietnam 
Dr. Le Thanh Luu International Collaborating Center for 
Aquaculture & Fisheries Sustainability Perwakilan Petani 
Mr. Truong Dinh Hoe Vietnam Association of Seafood Exporters 
& Producers Industri 
United 
States of 
America 
Ms. Wendy Norden Monterey Bay Aquarium Seafood Watch® NGO 
Mr. Lawnin Crawford Chicken of the Sea Industri
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
3. 
Jalan 
Menuju 
Standar 
Udang 
untuk 
Kawasan 
ASEAN 
Standar ini dikembangkan melalui sebuah proses multi-stakeholder, yaitu proses yang transparan 
dan inklusif. Proses untuk mengembangkan Standar Udang untuk Kawasan ASEAN ditujukan 
agar tercipta keselarasan dengan pedoman ISEAL Alliance yang diakui secara global untuk 
menetapkan standar lingkungan dan sosial. ISEAL Alliance adalah sebuah organisasi global yang 
menyusun kode etik untuk pengembangan standar keberlanjutan. Banyak pembeli dan NGO 
menyebut Kode Etik ISEAL sebagai referensi terbaik untuk yang menentukan proses penetapan 
standar yang kredibel. 
3.1 
Kemajuan 
sampai 
bulan 
Juli 
2014 
ü Proses awal konsultasi di negara-negara kunci ASEAN. Pada akhir tahun 2013 diadakan 
6 
serangkaian pertemuan stakeholder kawasan dari seluruh industri akuakultur udang di 
Thailand, Indonesia, dan Vietnam. Tujuan utamanya adalah untuk menyampaikan latar 
belakang dan dasar pemikiran atas inisiatif untuk mengatur pengembangan budidaya udang 
yang berkelanjutan, dan meminta anggota Komite Pengarah untuk melakukan sesuatu guna 
menyempurnakan draf-draf kerja. 
ü Benchmarking Praktek Baik Akuakultur dan Skema Sertifikasi lainnya di Kawasan 
ASEAN dan Draf Pertama Standar Udang untuk Kawasan ASEAN. Pada akhir tahun 
2013, penilaian terhadap kesesuaian atas Good Aquaculture Practices (GAP) yang 
dikembangkan oleh masing-masing negara Anggota ASEAN (Thai GAP, Indo GAP, Viet 
GAP, dan Thai Code of Conduct [Kode Etik Thai]) dan GAP udang kawasan ASEAN dengan 
persyaratan utama keberlanjutan telah selesai. Semua Standar GAP yang ada dikompilasi 
secara bersama-sama untuk menciptakan draf kerja pertama Standar Udang untuk Kawasan 
ASEAN yang disampaikan kepada stakeholder (pemangku kepentingan) yang tertarik untuk 
ditinjau pada pertemuan Komite Pengarah pertama bulan Desember 2013. 
ü Rapat Komite Pengarah Pertama. Tanggal 13-14 Desember 2013, Rapat Komite Pengarah 
pertama diadakan di Bangkok, Thailand. Empat belas orang yang mewakili NGO, lembaga 
sertifikasi, prosesor, petani udang, dan anggota asosiasi bertemu untuk membahas proses dan 
draf standar kerja pertama. Masukan yang substansial dan revisi dikumpulkan dan digunakan 
untuk mengembangkan draf standar kerja kedua. 
ü Draf Kerja Standar Udang Kedua untuk Kawasan ASEAN. Setelah pertemuan komite 
pengarah bulan Desember 2013, draf kerja kedua dari standar disusun berdasarkan masukan 
yang dikumpulkan dari para pemangku kepentingan yang hadir. Penyuntingan dan modifikasi 
dilakukan untuk meningkatkan palang kinerja lingkungan berdasarkan Monterey Bay 
Aquarium’s Seafood Watch® Program tentang kriteria penilaian keberlanjutan. 
ü Konsultasi Publik Tingkat Nasional atas Draf Kerja Kedua. Tujuan dari pertemuan publik 
adalah untuk menumbuhkan kesadaran yang lebih luas dan penerimaan atas tujuan dari 
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN, langkah untuk pengembangan, dan untuk 
mengumpulkan umpan balik tentang draf standar kedua. Dalam pertemuan-pertemuan 
tersebut, 130 pemangku kepentingan dari industri budidaya udang di kawasan ASEAN diberi 
penjelasan singkat tentang langkah-langkah pengembangan, timeline, dan tujuan dari proses. 
Semua komentar dikumpulkan dan dibagi kepada Komite Pengarah untuk pertimbangan 
mereka dalam mengembangkan draf berikutnya dari standar untuk periode komentar publik 
pertama. Pertemuan publik diadakan di: 
• General Santos, Filipina tanggal 18 Februari 2014 
• Can Tho, Vietnam tanggal 26 Februari 2014 
• Surabaya, Indonesia tanggal 23 April, 2014
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
ü Rapat Komite Pengarah Kedua. Rapat Komite Pengarah kedua diselenggarakan di Ho Chi 
Minh City, Vietnam tanggal 14-15 Juli, 2014. Dua belas anggota komite pengarah bertemu 
untuk mengkonfirmasi ruang lingkup Standar Udang untuk Kawasan ASEAN, membahas 
masukan yang disampaikan selama konsultasi publik nasional, mengusahakan kesepakatan 
mengenai kerangka acuan dan prosedur kerja untuk Komite Pengarah, dan membuat rencana 
selama 60 hari periode komentar publik. Komite Pengarah mengembangkan draf kerja ketiga 
dari standar yang akan dirilis untuk komentar publik periode pertama bulan Agustus 2014. 
3.2 
Kegiatan 
untuk 
Menyelesaikan 
Standar 
Udang 
Untuk memfasilitasi konsensus selanjutnya dan komitmen terhadap proses pengembangan 
standar kegiatan berikut dijadwalkan akan dilangsungkan: 
7 
• Komentar Publik Periode Pertama (60-hari). Selama periode komentar 60 hari, para 
pemangku kepentingan diminta untuk mengirim komentar atas setiap bagian dari draf 
dokumen. Semua komentar yang disampaikan selama periode komentar publik akan 
memperoleh jawaban resmi dari komite pengarah yang akan ditaruh pada domain publik. 
Komite pengarah diperlukan untuk meninjau semua komentar publik yang diterima, tetapi 
sebagai badan pengambilan keputusan, mereka memiliki hak untuk memutuskan apakah 
komentar akan dimasukkan ke dalam standar atau tidak. 
• Rapat Komite Pengarah Ketiga. Tentatif pertemuan komite pengarah ketiga akan 
diselenggarakan bulan Oktober 2014 untuk meninjau hasil komentar publik dan untuk 
menghasilkan draf revisi yang akan digunakan selama fase uji lapangan. 
• Uji Lapangan. Fase ini memungkinkan Komite Pengarah untuk memahami aplikasi praktis 
dari standar yang diterapkan pada seting praktis, real time dengan petani udang terpilih di 
kawasan tersebut. Ini akan memungkinkan pemahaman yang lebih baik terhadap masalah 
apapun yang muncul dari aplikasi lapangan yang mungkin memerlukan modifikasi standar itu 
sendiri. Ini adalah bagian penting dari upaya untuk memastikan agar diskusi dan kerja dari 
Komite Pengarah lebih mudah diterapkan setelah selesainya proses. Tujuannya adalah untuk 
melakukan mock-up audit tambak udang dan koperasi/ kelompok tani dengan berhasil dalam 
setidaknya dua atau tiga negara ASEAN. Aspek penting dari uji lapangan akan menentukan 
seberapa baik produsen memahami dan mampu memanfaatkan standar, dan mengidentifikasi 
cara-cara dan metodologi dalam rangka lebih memperkuat standar atau kapasitas pengguna 
untuk melaksanakan. 
• Rapat Komite Pengarah Keempat. Pertemuan komite pengarah keempat akan 
diselenggarakan sekitar bulan Februari 2015 untuk meninjau hasil dari fase uji lapangan dan 
untuk menghasilkan draf yang sudah direvisi yang akan digunakan selama komentar publik 
periode kedua (30 hari). 
• Komentar Publik Periode Kedua (30 hari). Komentar publik periode kedua diperlukan 
untuk memungkinkan para pemangku kepentingan melihat bagaimana komentar awal mereka 
dipertimbangkan, dan kemudian membuka kesempatan kedua untuk mengomentari draf. 
Seperti dengan komentar publik periode pertama, komite pengarah akan menyampaikan 
jawaban resmi untuk semua komentar yang dikumpulkan selama periode komentar publik.
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
4. 
Standar 
Udang 
untuk 
Kawasan 
ASEAN 
Draf kerja ketiga dari Standar Udang untuk Kawasan ASEAN disajikan di bawah ini. Standar 
yang diusulkan pertama kali disusun dengan mengkonsolidasikan GAP nasional yang ada di 
negara-negara yang ada di kawasan ASEAN termasuk GAP Thailand, Indo GAP, Viet GAP, Thai 
Code of Conduct dan ASEAN Shrimp GAP (GAP Udang ASEAN) (Draf ke 1). Komite Pengarah 
juga mempertimbangkan dan memasukkan indikator tambahan dari Kriteria Penilaian 
Keberlanjutan Seafood Watch Aquaculture (SFW) dan untuk meningkatkan level kinerja 
lingkungan standar secara keseluruhan. 
Draf standar mengasumsikan bahwa GAP nasional yang digunakan mencakup dasar-dasar dari 
legalitas pertanian, registrasi, dll. Komite Pengarah berusaha untuk mengembangkan draf Standar 
Udang untuk Kawasan ASEAN untuk menentukan indikator yang lebih penting dari lingkungan, 
sosial, dan ketertelusuran yang relevan dengan petani udang di kawasan ASEAN, dan pembeli 
global yang bersedia untuk mengakui dan menghargai kepatuhan. 
Souce listing yang ditemukan dalam draf standar termasuk dokumen sumber dan nomor standar 
yang terkait (jika tersedia). Gambar 1 pada halaman berikutnya termasuk akronim yang 
digunakan untuk referensi dokumen sumber. 
8 
Gambar 1 – Akronim untuk Standar GAP dan COC 
Sumber Kode 
Thai GAP Major Requirement TGM 
Thai GAP Minor Requirement TGm 
Thai GAP Recommendation TGR 
Thai Code of Conduct TCOC 
Indonesia GAP ING 
VietGAP VG 
ASEAN Shrimp GAP AG 
Monterey Bay Aquarium’s Seafood Watch® SFW 
4.1 
Bagian 
I 
– 
Standar 
Level 
Peternakan 
1. Ketertelusuran 
Ketertelusuran didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengikuti pergerakan udang setelah 
panen atau input seperti pakan dan benih, melalui tahap produksi tertentu. Ini adalah komponen 
penting ketika mengimplementasikan perbaikan atas keberlanjutan. Bagian ini mencoba 
menyoroti indikator ketertelusuran yang paling penting yang dapat diaudit pada tingkat 
peternakan. 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
1.1 Standar Praktek Baik 
Akuakultur Negara 
Dibutuhkan kepatuhan terhadap Standar 
Praktek Baik Akuakultur Negara 
N/A
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
2.1 Pemantauan kesehatan 
9 
1.2 Pencatatan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan 
metode2 yang kuat termasuk frekuensi 
sampel, titik pengumpulan data, kerangka 
waktu, dan tersedia dalam bentuk yang siap 
untuk diperiksa 
Kriteria 
SFW 1 
1.3 Identifikasi Pejabat 
Penegakan Hukum 
Pihak berwenang bisa diidentifikasi Kriteria 
SFW 
2.2 
1.4 Sistem pemisahan yang 
efektif antara produk 
peternakan yang 
bersertifikat dan tidak-bersertifikat3 
Sebuah sistem harus dibuat untuk 
menghindari pencampuran produk 
bersertifikat dan tidak bersertifikat 
melalui prosedur identifikasi fisik atau 
prosedur penanganan produk, termasuk 
catatan yang relevan 
VG 
1.3.1 
1.5 Pergerakan produk udang 
hidup 
a) Pergerakan benur dan induk harus 
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang 
relevan seperti tertera dalam Pedoman 
Teknis ASEAN tentang pergerakan 
hewan akuatik hidup yang bertanggung 
jawab 
b) Pergerakan udang hidup yang dipanen 
harus dicatat 
AG1 
2. Manajemen Kesehatan Udang 
Mengoptimalkan kesehatan, meminimalisir stres, mengurangi risiko penyakit udang, dan 
memelihara lingkungan budaya sehat di semua fase siklus produksi adalah sangat penting untuk 
menimalisir dampak lingkungan dari penyakit. Bagian ini membahas pemantauan penyakit dan 
penggunaan bahan kimia, termasuk antibiotik. 
udang dan prevalensi 
penyakit 
Catatan dari sampling prevalensi dan 
intensitas penyakit 
Catatan dari analisis sebab-akibat dan 
tindakan korektif 
Catatan menunjukkan bahwa petani telah 
memberitahu pejabat yang berwenang atas 
bukti dari wabah 
TGm 
2.13, 
2.14, 
2.15, 
2.16 
2.2 Pemantauan kualitas air Petani udang harus secara rutin memeriksa 
kualitas air tambak udang dan catatan harus 
disimpan 
TCOC 
A2.2.7 
2.3 Penanganan dan 
pembuangan udang yang 
Harus ada catatan yang layak4 atas 
pembuangan udang yang mati /terinfeksi 
2 
Akan didefinisikan 
3 
Ini mencakup produk yang hanya ada pada peternakan sampai titik di mana mereka memasukike ndaraan truk pengolahan / kendaraan 
pengangkut. 
4 
Akan 
didefinisikan
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
mati / terinfeksi yang dilakukan sesuai dengan ketentuan 
3. Sumber Persediaan 
Bagian ini berusaha untuk mengatasi penggunaan spesies udang dalam produksi dan memastikan 
bahwa spesies yang digunakan berasal dari sumber yang berkelanjutan. 
10 
4. Sumber Pakan dan Manajemen 
Bagian ini berusaha untuk mengatasi keberlanjutan dan penggunaan yang efisien dari sumber 
daya ikan liar untuk pakan udang budidaya yang dapat diverifikasi pada tingkat peternakan. 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
4.1 Penggunaan 
pakan 
pellet 
komersial 
Pakan 
pellet 
komersial 
harus 
dibeli 
dari 
produsen 
/ 
penjual 
/ 
importir 
yang 
memiliki 
izin 
operasional 
dari 
pemerintah 
pusat 
VG 
3.2.4 
4.2 Penggunaan 
zat 
aditif 
dan 
suplemen 
yang 
telah 
disetujui 
Peternakan 
hanya 
boleh 
menggunakan 
zat 
aditif 
dan 
suplemen 
yang 
telah 
disetujui, 
sesuai 
dengan 
ketentuan 
hukum 
VG 
3.2.5 
4.3 Rasio 
Ekonomis 
Konversi 
Pakan 
Harus 
kurang 
dari 
2 Kriteria 
SFW 
5 
4.4 Penggunaan 
pakan 
bersertifikat 
Petani 
harus 
menggunakan 
100% 
pakan 
bersertifikat 
ASEAN 
5 
Lihat 
Bagian 
II 
hukum 
2.4 Antibiotik sangat atau 
begitu penting bagi 
kesehatan manusia 
Dilarang 
Kriteria 
SFW 
4 
2.5 Penggunaan obat-obatan 
hewan, dan bahan kimia 
Harus ada catatan tentang penggunaan obat-obatan 
hewan, bahan kimia, pestisida dan 
probiotik 
TGM 
3.1 
2.6 Penggunaan obat-obatan 
terlarang dan bahan kimia 
Tidak diijinkan pemakaian obat-obatan atau 
bahan kimia yang dilarang oleh negara 
produksi maupun negara pengekspor 
TCOC 
3.1 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
3.1 Sourcing fry atau post larvae 
dari sumber liar 
Dilarang 
kecuali 
untuk 
keperluan 
yang 
bersifat 
pasif 
Kriteria 
SFW 
10 
3.2 Sourcing dari post larvae 
100% 
dari 
sumber 
ASEAN2 
yang 
bersertifikat5 
n/a
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
5. Manajemen Dampak Lingkungan 
Bagian ini berusaha untuk mengelola dampak operasi tambak udang atas keanekaragaman hayati 
melalui kegiatan seperti pembangunan kolam peternakan, pengendalian predator, atau kualitas air 
pembuangan. 
5.1 – Dampak Mangrove dan Habitat 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
5. 1.1 Analisis Dampak 
11 
Lingkungan (AMDAL) atau 
ekuivalennya 
Peternakan harus memiliki Analisis 
Dampak Lingkungan (AMDAL) atau 
ekuivalennya sesuai dengan peraturan 
nasional 
VG 4. 
SFW 
Kriteria 3 
5.1.2 Siting (pembangunan kolam) 
di daerah mangrove (hutan 
bakau) 
Peternakan yang didirikan setelah bulan 
Mei 1999 TIDAK boleh berada di lokasi 
ekosistem hutan bakau atau lahan basah 
alami lain yang penting dari segi ekologi 
sebagaimana ditentukan oleh EIA, jika 
tersedia 
Peternakan memiliki surat pernyataan dari 
otoritas setempat yang menunjukkan 
penggunaan lahan dari bulan Mei 1999 
sampai pendirian peternakan atau peta 
sejarah penggunaan lahan / surat 
pernyataan. Peternakan dapat memberikan 
surat pernyataan yang menunjukkan waktu 
(bulan dan tahun) pembangunan kolam. 
Peternakan harus mengikuti peraturan 
pemerintah lokal, nasional tentang rencana 
tata ruang pesisir, jika tersedia 
VG 4.1.2 
5.1.3 Perluasan peternakan di 
habitat bernilai tinggi 
Dilarang kecuali untuk kanal6 dengan 
kewajiban memberikan bukti kegiatan 
restorasi termasuk bukti konfirmasi dari 
pemerintah, jika tersedia 
SFW 
Kriteria 3 
5.1.4 Siting (pembangunan kolam) 
di Kawasan Lindung (PA) 
Harus ada bukti bahwa lokasi peternakan 
atau fasilitas terkait tidak berada dalam 
kawasan lindung nasional atau 
internasional 
VG 4.1.3 
6 
Untuk 
penghapusan 
habitat 
bernilai 
tinggi 
guna 
pembuatan 
kanal, 
peternakan 
harus 
mengembalikan 
keadaan 
daerah 
yang 
digunakan 
ke 
kondisi 
semula 
sebisa 
mungkin. 
Pemulihan 
bisa 
berupa 
penghijauan 
di 
sepanjang 
tepi 
kanal 
atau 
penghijauan 
di 
tempat 
lain 
dengan 
kondisi 
dan 
ukuran 
yang 
sebanding. 
Restorasi 
ini 
perlu 
dilakukan 
berdasarkan 
atas 
rekomendasi 
AMDAL 
jika 
tersedia.
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
5.2 – Penggunaan dan Pembuangan Air 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
5.2.1 Penggunaan air tanah segar 
12 
(di bawah 5ppt) 
Tidak dapat digunakan untuk menurunkan 
konsentrasi garam dari air kolam (untuk 
kultur air payau) 
VG 
4.2.3 
5.2.2 Pembuangan air garam ke 
dalam tubuh air tawar alami 
Peternakan dirancang dan dikelola untuk 
memastikan bahwa air garam tidak dapat 
dibuang ke badan air tawar 
VG 
4.2.5 
5.2.3 Pertukaran air setiap hari Pertukaran air per peternakan tidak boleh 
melebihi 10% rata-rata tiap hari dihitung atas 
seluruh siklus produksi 
Catatan debit air harus disimpan 
SFW 
Kriteria 
6 
5.2.4 Monitoring kualitas dan 
pengolahan limbah 
Catatan pengujian mutu limbah dan 
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan 
peraturan yang relevan dengan: 
- Pemeriksaan visual terhadap prosedur 
pengambilan sampel 
- Catatan pengolahan limbah/ kontrol 
kualitas air sebelum dibuang. 
TGM 
4.1 
5.2.5 Pembuangan lumpur Sedimen yang dikeruk dari kanal, sungai dan 
kolam dicegah dan dideteksi secara benar 
untuk mencegah salinisasi tanah dan air 
tanah dan tidak menimbulkan gangguan 
ekologi lainnya, seperti menempatkannya di 
hutan bakau atau daerah sensitif lainnya. 
VG 
4.2.7 
5.2.6 Pengolahan air limbah Harus diolah sebelum dibuang jika 
densitasnya adalah XX 
SFW 
Kriteria 
2 
5.3 – Kontrol atas Predator 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
5.3.1 Kontrol atas predator Tidak boleh digunakan metode kontrol 
predator aktif yang mematikan (burung dan 
mamalia) 
VG 
4.3.1 
5.3.2 Perlindungan spesies yang 
terdaftar 
Kegiatan peternakan tidak boleh 
menyebabkan kematian spesies apapun yang 
ada dalam buku merah nasional dan IUCN 
(daftar spesies langka atau terancam punah) 
Perlindungan atas pelanggaran sekunder 
berlaku bila diketahui ada spesies yang 
menjadi perhatian di daerah itu 
VG 
4.3.2
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
5.4 - Manajemen escape (pelarian) 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
5.4.1 Catatan jumlah stok Jumlah stok udang, berat rata-rata dan jumlah 
13 
biomassa harus dipantau secara teratur pada 
tingkat unit produksi. Harus ada catatan 
monitoring dan dokumentasi 
VG 
3.4.1 
5.4.2 Pencegahan dari upaya 
melarikan diri 
Peternakan harus mengambil langkah yang tepat 
untuk mencegah keluarnya udang dari tambak. 
Harus ada langkah yang tepat. Langkah itu bisa 
mencakup saringan ganda dengan mekanisme 
tangkapan yang diperiksa secara teratur, dan 
catatan disimpan 
TCOC 
A4.3 
6. Aspek sosial ekonomi 
Budidaya udang harus dilakukan secara bertanggung jawab dari aspek sosial, tidak 
membahayakan mata pencaharian petani udang, dan masyarakat setempat. Kegiatan budidaya 
harus dilakukan sesuai dengan aturan dan peraturan nasional, serta, pedoman dan konvensi yang 
relevan tentang hak-hak tenaga kerja yang diatur oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO). 
6.1 - Kondisi Kerja Secara Umum 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
6. Pekerja anak Tidak mempekerjakan anak di bawah usia 
minimum sesuai dengan peraturan nasional dan 
ILO 
Pengecualian: Dalam hal bisnis keluarga 
(magang), anak-anak yang menjadi anggota 
keluarga dekat tidak boleh terlibat dalam 
pekerjaan berbahaya dan pekerjaan yang 
menancam kelangsungan pendidikan mereka 
6.1.2 Perjanjian kerja Pekerja dimasukkan dalam perjanjian kerja yang 
menjelaskan durasi kerja dan paket remunerasi 
6.1.3 Ketentuan pemutusan 
hubungan kerja 
Pekerja bebas untuk mengakhiri pekerjaan mereka 
dan menerima gaji penuh sampai hari terakhir, 
berdasarkan pemberitahuan yang wajar yang 
diberikan kepada majikan mereka 
VG 
5.1.3 
6.1.4 Kebebasan berserikat Pekerja memiliki hak untuk membentuk atau 
bergabung dengan organisasi untuk membela hak-hak 
mereka (termasuk hak mereka untuk 
perundingan kolektif), tanpa campur tangan dari 
majikan dan tanpa ada resiko berupa akibat 
negatif karena menggunakan hak ini 
VG 
5.1.4
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
14 
6.1.5 Non-diskriminasi Pekerja tidak mengalami diskriminasi apapun dari 
majikan atau pekerja lain 
Ada peraturan tertulis tentang anti-diskriminasi, 
yang menyatakan bahwa perusahaan tidak terlibat 
/ mendukung tindakan diskriminasi dalam proses 
rekrutmen, remunerasi, akses terhadap pelatihan, 
promosi, pemutusan hubungan kerja atau pensiun 
berdasarkan ras, kasta, asal kebangsaan, agama, 
kecacatan, jenis kelamin, orientasi seksual, 
keanggotaan serikat, afiliasi politik, usia atau 
kondisi lain yang dapat menimbulkan diskriminasi 
VG 
5.1.5 
6.1.6 Tindakan disiplin Tindakan disiplin tidak boleh dalam bentuk 
kekerasan fisik atau pengurangan upah untuk 
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan 
VG 
5.1.6 
6.1.7 Pendaftaran pekerja 
migran 
Buruh tani migran harus dipekerjakan secara 
legal. 
TGM 
8.1 
6.1.8 Mekanisme 
penyampaian keluhan 
Semua isu yang disampaikan oleh pekerja harus 
didaftar, dilacak dan ditanggapi oleh majikan. 
Tersedia register yang mencatat masalah yang 
disampaikan oleh pekerja (termasuk bentuk 
keluhan), tanggal dan tanggapan yang diambil. 
Wawancara dengan karyawan mengkonfirmasi 
kepatuhan 
VG 
5.4.2 
6.2 
-­‐ 
Kesehatan 
dan 
Keselamatan 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
6.2.1 Kondisi kerja yang 
aman 
Karyawan dilindungi secara memadai terhadap 
bahaya, seperti tersedia air yang siap minum / 
aman, terdapat kondisi sanitasi untuk pembuangan 
limbah manusia. 
Tersedia catatan atas semua kecelakaan dan 
tindakan korektif yang dilakukan. Bukti bahwa 
tindakan korektif, seperti faktur obat, masih ada. 
Peralatan keselamatan harus diberikan kepada 
pekerja yang melakukan kegiatan berbahaya 
VG 
5.2.2, 
5.2.4 
6.2.2 Fasilitas sanitasi Pekerja memiliki akses terhadap area 
penyimpanan makanan yang bersih, tempat 
istirahat yang ditentukan, fasilitas cuci tangan, dan 
air minum 
VG 
5.1.8 
6.2.3 Pelatihan keselamatan Pelatihan umum tentang praktek kerja yang aman, 
pencegahan kecelakaan, pengurangan resiko dan 
keselamatan harus diberikan kepada semua 
pekerja tambak udang 
AG 1
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
15 
6.2.4 Akomodasi pekerja Perumahan karyawan dibangun dari bahan-bahan 
yang mampu bertahan sesuai kondisi setempat. 
VG 
6.3 - Kontrak dan Upah 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
6.3.1 Upah Peternakan harus menunjukkan pembayaran upah 
yang wajar sesuai dengan kesepakatan yang telah 
disetujui. Tanda terima pembayaran upah dan 
wawancara dengan para pekerja mengkonfirmasi 
kepatuhan. 
VG 
5.3.3 
6.3.2 Kerja ekstra7 Karyawan memastikan bahwa pekerjaan 
tambahan bersifat sukarela dan dibayar 
VG 
5.1.7 
6.4 - Isu Komunitas 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
6.4.1 Manfaat 
untuk 
masyarakat 
-­‐ 
Peternakan 
udang 
harus 
menunjukkan 
tanggung 
jawab 
sosial 
yang 
bermanfaat 
bagi 
masyarakat 
setempat. 
-­‐ 
Berikan 
prioritas 
untuk 
mempekerjakan 
pekerja 
yang 
berasal 
dari 
masyarakat 
setempat. 
AG 3 
6.4.2 Manajemen 
konflik 
dengan 
masyarakat 
setempat 
-­‐ 
Peternakan 
udang 
tidak 
boleh 
membatasi 
akses 
terhadap 
sumber 
daya 
publik 
dan 
dampak 
negatif 
terhadap 
masyarakat 
setempat. 
-­‐ 
Peternakan 
udang 
harus 
memiliki 
mekanisme 
komunikasi 
dan 
keterlibatan 
dengan 
masyarakat 
setempat 
dan 
mengambil 
tindakan 
positif 
untuk 
menanggapi 
keluhan 
AG 4 
6.4.3 Penempatan 
peternakan 
pada 
komunitas 
setempat 
Lokasi 
peternakan 
tidak 
boleh 
menghalangi 
akses 
adat 
dan 
/ 
atau 
mengganggu 
kondisi 
hidup 
dan 
kegiatan 
masyarakat 
setempat 
TGR 9.1 
4.2 
Bagian 
II 
– 
Standar 
Pengetasan 
Salah satu cara terpenting untuk menimalisir dampak lingkungan budidaya udang adalah 
memastikan bahwa spesies yang digunakan dalam produksi berasal dari proses domestikasi dan 
jumlah yang memadai, serta, skrining untuk mencegah penyebaran penyakit. Bagian ini 
dirancang untuk diaudit di tempat pengetasan, dan mungkin memerlukan kunjungan oleh auditor 
atau deklarasi resmi. 
7 
Lembur 
tidak 
tepat 
karena 
buruh 
tani 
tinggal 
dan 
bekerja 
di 
peternakan 
dan 
dibayar 
dalam 
bentuk 
saham 
berdasarkan 
atas 
hasil 
panen. 
Bekerja 
ekstra 
= 
pekerjaan 
yang 
tidak 
sesuai 
dengan 
siklus 
produksi
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
16 
7. Penggunaan Spesies 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
7.1 Status kesehatan post 
larvae 
Harus sesuai dengan ketentuan yang relevan 
dalam Pedoman Teknis ASEAN tentang 
Responsible Movement of Live Aquatic 
Animals (Pergerakan Hewan Aquatic Hidup 
yang Bertanggung Jawab) 
VG 3.2.2 
7.2 Sourcing induk dari 
sumber liar 
Dilarang untuk vannamei 
Untuk monodon (windu), diperbolehkan 
sampai stok yang didomestikasi tersedia secara 
komersial di negara ini 
SFW 
Kriteria 10 
7.3 Penggunaan non-native 
species 
Non-native species tidak boleh digunakan 
untuk produksi kecuali sudah ditetapkan 
untuk produksi komersial 
SFW 
Kriteria 6 
4.3 
Bagian 
III 
– 
Standar 
Pabrik 
Pakan 
Penggunaan pakan ikan dan minyak ikan membawa dampak lingkungan yang paling merusak 
terkait dengan produksi udang. Bagian ini dirancang untuk diaudit di pabrik pakan, dan mungkin 
perlu dikunjungi auditor atau dibuat semacam deklarasi resmi. Penting untuk memastikan bahwa 
penggunaan minyak pakan ikan dan minyak ikan dari perikanan ilegal, tidak diatur, atau tidak 
dilaporkan bisa diminimalkan atau dihilangkan. 
8. Sumber Bahan Pakan 
# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 
8.1 
Sumber ikan liar yang digunakan 
sebagai pakan 
Sumber ikan liar harus bisa 
diidentifikasi, termasuk spesies, 
lokasi tangkapan, dan gear, yang 
dibuktikan dengan sertifikat 
tangkapan 
Asal ikan liar tidak boleh berasal 
sumber yang ilegal, tidak 
dilaporkan dan tidak diatur (IUU) 
SFW 
Kriteria 5 
8.2 Persen inklusi makanan ikan 
Harus kurang dari 25% 
SFW 
Kriteria 5 
8.3 Persen inklusi minyak ikan Harus kurang dari 5% 
SFW 
Kriteria 5 
8.4 Protein maksimal dalam pakan Harus kurang dari 50% 
SFW 
Kriteria 5 
8.5 Ketersediaan konten informasi 
tentang bahan tanaman 
Jumlah per jenis tanaman (misalnya 
kedelai, jagung, dll) yang 
ditentukan 
SFW 
Kriteria 5 
8.6 Ketersediaan konten informasi 
tentang penggunaan produk 
sampingan perikanan 
Jumlah per spesies yang ditentukan SFW 
Kriteria 5
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 
17 
8.7 Ketersediaan konten informasi 
mengenai penggunaan zat aditif 
Semua bahan di atas 1% harus 
dilaporkan 
Isu yang diberi tanda untuk input: Bagaimana memperhitungkan 
persyaratan sumber makanan ikan sesuai standar udang ASEAN? 
Terdapat beberapa isu signifikan seputar sumber pakan untuk udang, termasuk penggunaan 
"ikan rucah" dari perikanan yang tidak diatur atau tidak dilaporkan. Dalam beberapa kasus, 
pelanggaran hak asasi manusia telah dilaporkan dari operasi tersebut. 
Komite Pengarah mengharapkan proposal tentang bagaimana caranya mengintegrasikan 
persyaratan ini menjadi standar, termasuk opsi untuk mendapatkan serangkaian langkah 
yang perlu diupayakan oleh produsen untuk memenuhi sebagai bagian dari standar ini. 
Komite Pengarah juga mengharapkan masukan tentang seberapa jauh tingkat ketertelusuran 
juga diperlukan dari pelabuhan nelayan ke pabrik tepung ikan selanjutnya ke pabrik pakan 
ikan.

More Related Content

Viewers also liked

Athens ga quality of life
Athens ga quality of lifeAthens ga quality of life
Athens ga quality of lifeDenise Plemmons
 
Spring 2014 EDQ Newsletter
Spring 2014 EDQ NewsletterSpring 2014 EDQ Newsletter
Spring 2014 EDQ NewsletterDenise Plemmons
 
Athens, GA Quality of Life
Athens, GA Quality of LifeAthens, GA Quality of Life
Athens, GA Quality of LifeDenise Plemmons
 
Sosialisasi pmk 162 pmk.05 2013
Sosialisasi pmk 162 pmk.05 2013Sosialisasi pmk 162 pmk.05 2013
Sosialisasi pmk 162 pmk.05 2013Guruh Permadi
 
Presentation 27.03.2014
Presentation 27.03.2014Presentation 27.03.2014
Presentation 27.03.2014Andry Moncoz
 
нетрадиционное родительское собрание
нетрадиционное родительское собраниенетрадиционное родительское собрание
нетрадиционное родительское собраниеhordol
 
Bagaimana Menjadi Eksportir Perikanan
Bagaimana Menjadi Eksportir PerikananBagaimana Menjadi Eksportir Perikanan
Bagaimana Menjadi Eksportir PerikananAndry Moncoz
 
Potensi Ekspor Hasil Perikanan
Potensi Ekspor Hasil PerikananPotensi Ekspor Hasil Perikanan
Potensi Ekspor Hasil PerikananAndry Moncoz
 
All the slides of oral histology practicle
All the slides of oral histology practicleAll the slides of oral histology practicle
All the slides of oral histology practicleiraqi
 
Rpp Teorema Pythagoras K-13
Rpp Teorema Pythagoras K-13Rpp Teorema Pythagoras K-13
Rpp Teorema Pythagoras K-13tolaoke
 

Viewers also liked (10)

Athens ga quality of life
Athens ga quality of lifeAthens ga quality of life
Athens ga quality of life
 
Spring 2014 EDQ Newsletter
Spring 2014 EDQ NewsletterSpring 2014 EDQ Newsletter
Spring 2014 EDQ Newsletter
 
Athens, GA Quality of Life
Athens, GA Quality of LifeAthens, GA Quality of Life
Athens, GA Quality of Life
 
Sosialisasi pmk 162 pmk.05 2013
Sosialisasi pmk 162 pmk.05 2013Sosialisasi pmk 162 pmk.05 2013
Sosialisasi pmk 162 pmk.05 2013
 
Presentation 27.03.2014
Presentation 27.03.2014Presentation 27.03.2014
Presentation 27.03.2014
 
нетрадиционное родительское собрание
нетрадиционное родительское собраниенетрадиционное родительское собрание
нетрадиционное родительское собрание
 
Bagaimana Menjadi Eksportir Perikanan
Bagaimana Menjadi Eksportir PerikananBagaimana Menjadi Eksportir Perikanan
Bagaimana Menjadi Eksportir Perikanan
 
Potensi Ekspor Hasil Perikanan
Potensi Ekspor Hasil PerikananPotensi Ekspor Hasil Perikanan
Potensi Ekspor Hasil Perikanan
 
All the slides of oral histology practicle
All the slides of oral histology practicleAll the slides of oral histology practicle
All the slides of oral histology practicle
 
Rpp Teorema Pythagoras K-13
Rpp Teorema Pythagoras K-13Rpp Teorema Pythagoras K-13
Rpp Teorema Pythagoras K-13
 

Similar to [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Logistik Maritim Ekspor Ikan Ver3
Logistik Maritim Ekspor Ikan Ver3Logistik Maritim Ekspor Ikan Ver3
Logistik Maritim Ekspor Ikan Ver3Togar Simatupang
 
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPA
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPASinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPA
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPASyauqy Nurul Aziz
 
Ekonomi_Biru_Sumber_Daya_Pesisir.pdf
Ekonomi_Biru_Sumber_Daya_Pesisir.pdfEkonomi_Biru_Sumber_Daya_Pesisir.pdf
Ekonomi_Biru_Sumber_Daya_Pesisir.pdfismunandarsaebani1
 
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...Himaka Unsyiah
 
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...Oswar Mungkasa
 
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...Tata Naipospos
 
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkungan perusahaan aqua, universitas mer...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkungan perusahaan aqua, universitas mer...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkungan perusahaan aqua, universitas mer...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkungan perusahaan aqua, universitas mer...adeayularassati
 
TATA LAKSANA PERIKANAN YANG BERTANGGUNG JAWAB.pdf
TATA LAKSANA PERIKANAN YANG BERTANGGUNG JAWAB.pdfTATA LAKSANA PERIKANAN YANG BERTANGGUNG JAWAB.pdf
TATA LAKSANA PERIKANAN YANG BERTANGGUNG JAWAB.pdfMuhammadRidhatullah
 
Hcvni m n m guide book
Hcvni m n m guide bookHcvni m n m guide book
Hcvni m n m guide bookEta Ar
 
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...Herry Rachmat Safi'i
 
Pendahuluan rumput laut
Pendahuluan rumput lautPendahuluan rumput laut
Pendahuluan rumput lautsridevi680058
 
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lingkungan perusahaan aqua,universitas merc...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lingkungan perusahaan aqua,universitas merc...Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lingkungan perusahaan aqua,universitas merc...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lingkungan perusahaan aqua,universitas merc...ramadhanti syifa
 
Potensi dan Peluang Ekspor
Potensi dan Peluang EksporPotensi dan Peluang Ekspor
Potensi dan Peluang EksporDr. Mauli Kasmi
 
KERANGKA KERJA LOGIS
KERANGKA KERJA LOGISKERANGKA KERJA LOGIS
KERANGKA KERJA LOGISriannoviana
 
Tugas kkl uas
Tugas kkl uasTugas kkl uas
Tugas kkl uasacengrian
 
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, disrupti...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, disrupti...1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, disrupti...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, disrupti...triwahyunugroho3
 

Similar to [Bahasa] shrimp standard for the asean region (20)

Logistik Maritim Ekspor Ikan Ver3
Logistik Maritim Ekspor Ikan Ver3Logistik Maritim Ekspor Ikan Ver3
Logistik Maritim Ekspor Ikan Ver3
 
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPA
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPASinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPA
Sinergitas KKP dan SCI Dalam Mempersiapkan Audit DG SANTE UNI EROPA
 
131355531 laporan-evaluasi-proyek-perikanan
131355531 laporan-evaluasi-proyek-perikanan131355531 laporan-evaluasi-proyek-perikanan
131355531 laporan-evaluasi-proyek-perikanan
 
Ekonomi_Biru_Sumber_Daya_Pesisir.pdf
Ekonomi_Biru_Sumber_Daya_Pesisir.pdfEkonomi_Biru_Sumber_Daya_Pesisir.pdf
Ekonomi_Biru_Sumber_Daya_Pesisir.pdf
 
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...
Pendayagunaan dan Optimalisasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Dala...
 
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
 
1. Perspective_CCRF.pptx
1. Perspective_CCRF.pptx1. Perspective_CCRF.pptx
1. Perspective_CCRF.pptx
 
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
 
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkungan perusahaan aqua, universitas mer...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkungan perusahaan aqua, universitas mer...Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkungan perusahaan aqua, universitas mer...
Hbl, ade ayu larassati, hapzi ali,lingkungan perusahaan aqua, universitas mer...
 
TATA LAKSANA PERIKANAN YANG BERTANGGUNG JAWAB.pdf
TATA LAKSANA PERIKANAN YANG BERTANGGUNG JAWAB.pdfTATA LAKSANA PERIKANAN YANG BERTANGGUNG JAWAB.pdf
TATA LAKSANA PERIKANAN YANG BERTANGGUNG JAWAB.pdf
 
Implementasi blue economy untuk kepri
Implementasi blue economy untuk kepriImplementasi blue economy untuk kepri
Implementasi blue economy untuk kepri
 
Hcvni m n m guide book
Hcvni m n m guide bookHcvni m n m guide book
Hcvni m n m guide book
 
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
PROPOSAL PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA BUDIDAYA LELE ORGANIK MEDIA TERPAL UNT...
 
Pendahuluan rumput laut
Pendahuluan rumput lautPendahuluan rumput laut
Pendahuluan rumput laut
 
Yonariza dampak mea thd pertanian indonesia
Yonariza dampak mea thd pertanian indonesiaYonariza dampak mea thd pertanian indonesia
Yonariza dampak mea thd pertanian indonesia
 
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lingkungan perusahaan aqua,universitas merc...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lingkungan perusahaan aqua,universitas merc...Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lingkungan perusahaan aqua,universitas merc...
Hbl, syifa ramadhanti, hapzi ali, lingkungan perusahaan aqua,universitas merc...
 
Potensi dan Peluang Ekspor
Potensi dan Peluang EksporPotensi dan Peluang Ekspor
Potensi dan Peluang Ekspor
 
KERANGKA KERJA LOGIS
KERANGKA KERJA LOGISKERANGKA KERJA LOGIS
KERANGKA KERJA LOGIS
 
Tugas kkl uas
Tugas kkl uasTugas kkl uas
Tugas kkl uas
 
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, disrupti...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, disrupti...1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, disrupti...
1, sm, tri wahyu nugroho, prof. dr. hapzi ali, strategic management, disrupti...
 

Recently uploaded

TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.pptTEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.pptssuserd13850
 
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan""PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"bayuputra151203
 
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konselingWawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konselingalisudrajat22
 
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...ayinaini27
 
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdfppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdfimad362574
 
Teknologi Pangan Kelas 3 SD, Mentahan Edit
Teknologi Pangan Kelas 3 SD, Mentahan EditTeknologi Pangan Kelas 3 SD, Mentahan Edit
Teknologi Pangan Kelas 3 SD, Mentahan EditJosuaSagala5
 

Recently uploaded (6)

TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.pptTEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
TEKNIK WAWANCARA dalam ilmu komunikasi.ppt
 
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan""PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
"PPT K1_pengantar komunikasi pendidikan"
 
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konselingWawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
Wawancara dan Observasi alat non tes bimbingan konseling
 
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan kepada khalayak yang luas, u...
 
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdfppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
ppt-bab-8-adab-menggunakan-media-sosial.pdf
 
Teknologi Pangan Kelas 3 SD, Mentahan Edit
Teknologi Pangan Kelas 3 SD, Mentahan EditTeknologi Pangan Kelas 3 SD, Mentahan Edit
Teknologi Pangan Kelas 3 SD, Mentahan Edit
 

[Bahasa] shrimp standard for the asean region

  • 1. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN Draf untuk Komentar Publik Periode Pertama (13 Agustus 2014 -­‐ 13 Oktober 2014) Disiapkan oleh: Komite Pengarah - Standar Udang untuk Kawasan ASEAN Agustus 2014 Pertemuan dan produksi materi ini dimungkinkan oleh dukungan dari United States Agency for International Development (USAID) Maximizing Agricultural Revenue through Knowledge, Enterprise Development, and Trade Project. Pendapat yang dinyatakan dalam dokumen ini tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
  • 2. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 2 Daftar Isi 1 Pendahuluan .................................................................................................................................. 3 1.1 Konteks dan Peluang ...................................................................................................................... 3 1.2 Visi dan Ruang Lingkup ............................................................................................................. 4 2 Tata Kelola Standar Udang untuk Kawasan ASEAN .......................................................... 4 2.1 Komite Pengarah ............................................................................................................................. 4 3 Jalan Menuju Standar Udang untuk Kawasan ASEAN ....................................................... 6 3.1 Kemajuan sampai bulan Juli 2014 .......................................................................................................................... 6 3.2 Kegiatan untuk Menyelesaikan Standar Udang ................................................................................................ 7 4 Standar Udang untuk Kawasan ASEAN .................................................................................. 8 4.1 Bagian I -­‐ Standar Level Peternakan…………………………………………………………………………8 1. Ketertelusuran…………………………………………………………………………………………………….8 2. Kesehatan Udang………………………………………………………………………………………………...9 3. Sumber Persediaan……………………………………………………………………………………………10 4. Sumber Pakan dan Manajemen….……………………………………………………………………….10 5. Manajemen Dampak Udang…………………………………..……………………………………………10 6. Aspek Sosial Ekonomi……………………………………………………………………………..………….10 4.2 Bagian II -­‐ Standar Pengetasan………………………………………………………………………………15 7. Penggunaan Spesies……………………………………………………………………………..…………….15 4.3 Bagian II -­‐ Standar Pabrik Pakan……………………………………………………………………………16 8. Sumber Bahan Pakan…………………………………………………………………………..…………….16
  • 3. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 1 Pendahuluan 1.1 Konteks dan Peluang Ikan dan produk ikan memberikan peluang mata pencaharian dan pendapatan bagi 48 juta orang di kawasan Asia, memberikan kontribusi yang penting untuk pasokan pangan dan output ekonomi di wilayah ini. Meningkatnya konsumsi global terhadap ikan dan menurunnya hasil tangkapan dari persedian ikan alami telah menyebabkan peningkatan dan intensifikasi produksi perikanan budidaya (akuakultur) di Asia, khususnya di negara-negara ASEAN. Produksi produk makanan laut melalui sistem budidaya dipandang sebagai solusi potensial untuk memenuhi permintaan yang meningkat atas makanan laut, dengan hanya kurang dari setengah saja dari keseluruhan ikan yang dikonsumsi secara global saat ini berasal dari akuakultur. Pergeseran dalam produksi, dari lautan ke peternakan, telah membuka peluang mata pencaharian baru di daerah pedesaan, tetapi perkembangan cepat juga telah meciptakan tantangan baru bagi lingkungan sekitarnya dan menimbulkan dampak sosial ekonomi bagi pengguna lain dari sumber daya bersama ini. Industri akuakultur di kawasan ASEAN menghadapi tantangan besar yang membahayakan keberlanjutan jangka panjang dari operasi peternakan ini, dan mata pencaharian jutaan operasi skala kecil yang mewakili 80 persen dari budidaya peternakan Asia. Tantangan-tantangan ini meliputi wabah penyakit hewan akuatik, masalah ketenagakerjaan, pencemaran air, penggunaan tepung ikan sebagai bahan pakan, pembukaan mangrove (hutan bakau) dan gangguan atas mata pencaharian masyarakat. Jumlah pembeli besar makanan laut di Amerika Utara dan Eropa yang memiliki komitmen untuk produk bertanggung jawab secara sosial dan berkelanjutan telah meningkat menjadi sekitar 90% dalam beberapa tahun terakhir. Perubahan ini difasilitasi melalui kemitraan antara organisasi non-pemerintah 3 yang bergerak dalam masalah lingkungan dan pembeli makanan laut besar. Di balik kecenderungan ini ada organisasi non-pemerintah yang bergerak dalam masalah lingkungan yang memiliki pengaruh besar di pasar ekspor melalui kemitraan dengan pembeli besar dan yang menyarankan pembeli untuk mengukur akseptabilitas sumber makanan laut berdasarkan standar dan sertifikasi. Terdapat peningkatan kesadaran di kawasan ASEAN akan pentingnya standar lingkungan dan standar sosial; namun, terdapat kesenjangan yang signifikan yang dihadapi para petani untuk memenuhi standar tersebut dan menanggung biaya program sertifikasi. Saat ini, terdapat lebih dari 30 standar akuakultur, semua dengan ruang lingkup yang berbeda dalam mengatasi isu-isu sosial dan lingkungan melalui metode yang berbeda dan tidak ada yang secara eksplisit diperuntukkan untuk wilayah ASEAN. Hal ini membuat sulit dan mahal bagi petani dan prosesor untuk memilih jalur sertifikasi yang diakui di pasar. Akibatnya, masing-masing bekerja berdasarkan atas beberapa standar yang berbeda untuk memenuhi tuntutan pembeli. Hal ini menambah biaya secara signifikan. Karena biaya yang tinggi terkait dengan kepatuhan terhadap standar yang diakui - termasuk proses audit - dan kurangnya keuntungan finansial yang nyata, sejumlah besar produsen ASEAN berjuang untuk mendapatkan sertifikasi apapun karena mereka benar-benar tertarik. Sebagian kecil peternakan yang sudah disertifikasi dengan menggunakan standar internasional belum merasakan adanya peningkatan pendapatan yang signifikan sebagai akibat dari kepatuhan mereka terhadap standar. Kurangnya insentif ini telah mematahkan semangat petani lain untuk melakukan perbaikan praktek mereka. Solusi sementara, sebuah standar udang kawasan yang dikembangkan berdasarkan realitas kawasan ASEAN dan ditambah dengan persyaratan akan keberlanjutan pasar, seperti Monterey Bay Aquarium Seafood Watch®, dapat membuka jalur yang lebih diharapkan oleh petani udang
  • 4. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan sosial di seluruh kawasan. Dengan terbentuknya Komunitas Ekonomi ASEAN tahun 2015, kawasan ini akan menjadi salah satu dari 10 ekonomi terbesar di dunia dan pemain utama dalam industri makanan laut global. Penciptaan pasar tunggal di ASEAN membuka peluang pada industri dan pemangku kepentingan lainnya untuk bekerja sama untuk meningkatkan kesinambungan budidaya udang dan mempromosikan praktek-praktek budidaya yang bertanggung jawab dengan cara yang terus mendukung ketahanan pangan dan pengamanan mata pencaharian petani udang skala kecil. Pada pertemuan kedua Taskforce for Sustainable Fisheries and Aquaculture (Taskforce Perikanan Berkelanjutan dan Akuakultur) yang diadakan tahun 2013, Taskforce Swasta-Pemerintah, perwakilan sektor publik dan swasta, mengidentifikasi harmonisasi standar udang dan upaya untuk mengurangi biaya yang berkaitan dengan sertifikasi, terutama untuk produsen skala kecil, sebagai sebuah isu prioritas untuk kawasan ini. 1.2 Visi dan Ruang Lingkup Draf Standar Udang untuk Kawasan ASEAN dirancang untuk menjadi sebuah alat yang dapat diterapkan untuk industri udang di kawasan ini guna meningkatkan kesinambungan, kinerja lingkungan dan sosial dari peternakan, terutama tingkat skala kecil, dan mendapat pengakuan di pasar ekspor utama. Standar ini terdiri dari sasaran sementara yang digabungkan dari praktek akuakultur yang baik tingkat nasional (GAP), dan persyaratan yang benar-benar dapat dicapai dan penting dari skema lingkungan and sertifikasi sosial akuakultur yang diakui internasional dan sistem penilaian seperti sistem Seafood Watch. Membangun standar yang melengkapi realitas ASEAN dengan persyaratan keberlanjutan yang terpenting akan memberikan petani pengalaman langsung berikut meraih manfaat dari perbaikan; dan idealnya mengarah pada keinginan yang lebih besar dari petani dan pelaku supply chain (rantai pasokan) lain untuk menanam investasi yang dibutuhkan guna lebih memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek produksi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Adalah penting sekali bahwa setiap benchmark yang ditetapkan dapat dicapai oleh petani udang di kawasan ASEAN dalam jumlah yang cukup, termasuk pada tingkat skala kecil, dan akan menawarkan target yang dapat dikelola. Hal ini nanti akan berfungsi sebagai katalis dalam mendorong kepatuhan terhadap serangkaian persyaratan yang ditetapkan. 2. Tata Kelola Standar Udang untuk Kawasan ASEAN 2.1 Komite Pengarah Draf pertama dari standar ini merupakan hasil dari sebuah proses konsultasi yang dipimpin oleh relawan Komite Pengarah yang berasal dari sektor industri dan non-pemerintah yang memiliki komitmen untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan sosial budidaya udang di kawasan ASEAN. Sebuah Komite Pengarah didirikan bulan Desember 2013 sebagai badan penyelenggara utama untuk mengembangkan Standar Udang untuk Kawasan ASEAN. Komite Pengarah yang beranggotakan14 orang terdiri dari beragam kelompok pemangku kepentingan dari keseluruhan industri akuakultur, 90% persen dari kawasan ASEAN, termasuk perwakilan petani, para prosesor, NGO (LSM), auditor, pembeli dan para akademisi. Daftar anggota Komite Pengarah per tanggal 31 Juli 2014 disajikan pada halaman berikutnya. Tujuan utama dari Komite Pengarah adalah untuk mengatur proses perumusan konsensus dan penerimaaan untuk pengembangan Standar Udang Kawasan ASEAN. Komite Pengarah bertanggung jawab atas semua keputusan yang berhubungan dengan proses termasuk konten standar, proses dan ruang lingkup pengembangan, dan skema sertifikasi. Komite Pengarah 4
  • 5. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) membuat semua keputusan dengan konsensus seperti yang ditentukan oleh Organisasi Standar Internasional1: Kesepakatan umum, yang ditandai dengan tidak adanya oposisi yang berkelanjutan terhadap isu substansial oleh bagian apapun yang penting dari pihak-pihak yang kepentingan dan oleh sebuah proses yang berusaha untuk mempertimbangkan pandangan dari para pihak yang berkepentingan, terutama pihak-pihak yang terkena dampak langsung, dan untuk menyesuaikan setiap argumen yang bertentangan. Konsensus tidak mesti berarti sebagai kebulatan suara. Sampai tanggal 31 Juli 2014 keanggotaan Komite Pengarah tetap terbuka bagi calon baru tetapi setiap calon baru harus mengajukan permohonan untuk keanggotaan. Untuk melamar, anggota yang berminat harus menyerahkan pernyataan yang menjelaskan mengapa calon berminat, sektor yang mereka wakili, dan informasi terkait lainnya yang perlu dipertimbangkan. Semua anggota Komite Pengarah yang diusulkan harus disetujui secara konsensus. 1 ISO adalah Organisasi Internasional untuk Standardisasi-­‐ ini adalah asosiasi hukum yang terdiri dari lembaga standar nasional dari 157 negara anggota. ISO memfasilitasi pengembangan standar internasional (mulai dari standar industri sampai standar teknis dan manajemen mutu) dan penerimaan yang luas dalam rangka untuk mendobrak hambatan perdagangan. 5 Negara Nama Organisasi Tipe Stakeholder Indonesia Ms. Cut Desyana Surya University Akademisi Mr. Johan Suryadarma Indonesian Fishery Product Processing and Marketing Association Industri Mr. Muhammed Ilman Wetlands International NGO Philippines Ms. Dinna Umengan Tambuyong Development Center NGO Ms. Rosanna Contreras Socsksargen Federation of Fishing & Allied Industries Industri Regional Mr. Eduardo Leaño, Network of Aquaculture Centers Asia Pacific Organisasi antar pemerintah Thailand Mr. Kriengkrai Satapornanit Kasetsart University Akademisi Dr. Wit Soontaranun Thai Union Frozen Industri Ms. Emmanuelle Bourgoise FAIRAGRO Auditor Mr. Pinyo Kiatpinyo Federation of Shrimp Cooperatives of Thailand Perwakilan Petani Vietnam Dr. Le Thanh Luu International Collaborating Center for Aquaculture & Fisheries Sustainability Perwakilan Petani Mr. Truong Dinh Hoe Vietnam Association of Seafood Exporters & Producers Industri United States of America Ms. Wendy Norden Monterey Bay Aquarium Seafood Watch® NGO Mr. Lawnin Crawford Chicken of the Sea Industri
  • 6. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 3. Jalan Menuju Standar Udang untuk Kawasan ASEAN Standar ini dikembangkan melalui sebuah proses multi-stakeholder, yaitu proses yang transparan dan inklusif. Proses untuk mengembangkan Standar Udang untuk Kawasan ASEAN ditujukan agar tercipta keselarasan dengan pedoman ISEAL Alliance yang diakui secara global untuk menetapkan standar lingkungan dan sosial. ISEAL Alliance adalah sebuah organisasi global yang menyusun kode etik untuk pengembangan standar keberlanjutan. Banyak pembeli dan NGO menyebut Kode Etik ISEAL sebagai referensi terbaik untuk yang menentukan proses penetapan standar yang kredibel. 3.1 Kemajuan sampai bulan Juli 2014 ü Proses awal konsultasi di negara-negara kunci ASEAN. Pada akhir tahun 2013 diadakan 6 serangkaian pertemuan stakeholder kawasan dari seluruh industri akuakultur udang di Thailand, Indonesia, dan Vietnam. Tujuan utamanya adalah untuk menyampaikan latar belakang dan dasar pemikiran atas inisiatif untuk mengatur pengembangan budidaya udang yang berkelanjutan, dan meminta anggota Komite Pengarah untuk melakukan sesuatu guna menyempurnakan draf-draf kerja. ü Benchmarking Praktek Baik Akuakultur dan Skema Sertifikasi lainnya di Kawasan ASEAN dan Draf Pertama Standar Udang untuk Kawasan ASEAN. Pada akhir tahun 2013, penilaian terhadap kesesuaian atas Good Aquaculture Practices (GAP) yang dikembangkan oleh masing-masing negara Anggota ASEAN (Thai GAP, Indo GAP, Viet GAP, dan Thai Code of Conduct [Kode Etik Thai]) dan GAP udang kawasan ASEAN dengan persyaratan utama keberlanjutan telah selesai. Semua Standar GAP yang ada dikompilasi secara bersama-sama untuk menciptakan draf kerja pertama Standar Udang untuk Kawasan ASEAN yang disampaikan kepada stakeholder (pemangku kepentingan) yang tertarik untuk ditinjau pada pertemuan Komite Pengarah pertama bulan Desember 2013. ü Rapat Komite Pengarah Pertama. Tanggal 13-14 Desember 2013, Rapat Komite Pengarah pertama diadakan di Bangkok, Thailand. Empat belas orang yang mewakili NGO, lembaga sertifikasi, prosesor, petani udang, dan anggota asosiasi bertemu untuk membahas proses dan draf standar kerja pertama. Masukan yang substansial dan revisi dikumpulkan dan digunakan untuk mengembangkan draf standar kerja kedua. ü Draf Kerja Standar Udang Kedua untuk Kawasan ASEAN. Setelah pertemuan komite pengarah bulan Desember 2013, draf kerja kedua dari standar disusun berdasarkan masukan yang dikumpulkan dari para pemangku kepentingan yang hadir. Penyuntingan dan modifikasi dilakukan untuk meningkatkan palang kinerja lingkungan berdasarkan Monterey Bay Aquarium’s Seafood Watch® Program tentang kriteria penilaian keberlanjutan. ü Konsultasi Publik Tingkat Nasional atas Draf Kerja Kedua. Tujuan dari pertemuan publik adalah untuk menumbuhkan kesadaran yang lebih luas dan penerimaan atas tujuan dari Standar Udang untuk Kawasan ASEAN, langkah untuk pengembangan, dan untuk mengumpulkan umpan balik tentang draf standar kedua. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, 130 pemangku kepentingan dari industri budidaya udang di kawasan ASEAN diberi penjelasan singkat tentang langkah-langkah pengembangan, timeline, dan tujuan dari proses. Semua komentar dikumpulkan dan dibagi kepada Komite Pengarah untuk pertimbangan mereka dalam mengembangkan draf berikutnya dari standar untuk periode komentar publik pertama. Pertemuan publik diadakan di: • General Santos, Filipina tanggal 18 Februari 2014 • Can Tho, Vietnam tanggal 26 Februari 2014 • Surabaya, Indonesia tanggal 23 April, 2014
  • 7. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) ü Rapat Komite Pengarah Kedua. Rapat Komite Pengarah kedua diselenggarakan di Ho Chi Minh City, Vietnam tanggal 14-15 Juli, 2014. Dua belas anggota komite pengarah bertemu untuk mengkonfirmasi ruang lingkup Standar Udang untuk Kawasan ASEAN, membahas masukan yang disampaikan selama konsultasi publik nasional, mengusahakan kesepakatan mengenai kerangka acuan dan prosedur kerja untuk Komite Pengarah, dan membuat rencana selama 60 hari periode komentar publik. Komite Pengarah mengembangkan draf kerja ketiga dari standar yang akan dirilis untuk komentar publik periode pertama bulan Agustus 2014. 3.2 Kegiatan untuk Menyelesaikan Standar Udang Untuk memfasilitasi konsensus selanjutnya dan komitmen terhadap proses pengembangan standar kegiatan berikut dijadwalkan akan dilangsungkan: 7 • Komentar Publik Periode Pertama (60-hari). Selama periode komentar 60 hari, para pemangku kepentingan diminta untuk mengirim komentar atas setiap bagian dari draf dokumen. Semua komentar yang disampaikan selama periode komentar publik akan memperoleh jawaban resmi dari komite pengarah yang akan ditaruh pada domain publik. Komite pengarah diperlukan untuk meninjau semua komentar publik yang diterima, tetapi sebagai badan pengambilan keputusan, mereka memiliki hak untuk memutuskan apakah komentar akan dimasukkan ke dalam standar atau tidak. • Rapat Komite Pengarah Ketiga. Tentatif pertemuan komite pengarah ketiga akan diselenggarakan bulan Oktober 2014 untuk meninjau hasil komentar publik dan untuk menghasilkan draf revisi yang akan digunakan selama fase uji lapangan. • Uji Lapangan. Fase ini memungkinkan Komite Pengarah untuk memahami aplikasi praktis dari standar yang diterapkan pada seting praktis, real time dengan petani udang terpilih di kawasan tersebut. Ini akan memungkinkan pemahaman yang lebih baik terhadap masalah apapun yang muncul dari aplikasi lapangan yang mungkin memerlukan modifikasi standar itu sendiri. Ini adalah bagian penting dari upaya untuk memastikan agar diskusi dan kerja dari Komite Pengarah lebih mudah diterapkan setelah selesainya proses. Tujuannya adalah untuk melakukan mock-up audit tambak udang dan koperasi/ kelompok tani dengan berhasil dalam setidaknya dua atau tiga negara ASEAN. Aspek penting dari uji lapangan akan menentukan seberapa baik produsen memahami dan mampu memanfaatkan standar, dan mengidentifikasi cara-cara dan metodologi dalam rangka lebih memperkuat standar atau kapasitas pengguna untuk melaksanakan. • Rapat Komite Pengarah Keempat. Pertemuan komite pengarah keempat akan diselenggarakan sekitar bulan Februari 2015 untuk meninjau hasil dari fase uji lapangan dan untuk menghasilkan draf yang sudah direvisi yang akan digunakan selama komentar publik periode kedua (30 hari). • Komentar Publik Periode Kedua (30 hari). Komentar publik periode kedua diperlukan untuk memungkinkan para pemangku kepentingan melihat bagaimana komentar awal mereka dipertimbangkan, dan kemudian membuka kesempatan kedua untuk mengomentari draf. Seperti dengan komentar publik periode pertama, komite pengarah akan menyampaikan jawaban resmi untuk semua komentar yang dikumpulkan selama periode komentar publik.
  • 8. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 4. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN Draf kerja ketiga dari Standar Udang untuk Kawasan ASEAN disajikan di bawah ini. Standar yang diusulkan pertama kali disusun dengan mengkonsolidasikan GAP nasional yang ada di negara-negara yang ada di kawasan ASEAN termasuk GAP Thailand, Indo GAP, Viet GAP, Thai Code of Conduct dan ASEAN Shrimp GAP (GAP Udang ASEAN) (Draf ke 1). Komite Pengarah juga mempertimbangkan dan memasukkan indikator tambahan dari Kriteria Penilaian Keberlanjutan Seafood Watch Aquaculture (SFW) dan untuk meningkatkan level kinerja lingkungan standar secara keseluruhan. Draf standar mengasumsikan bahwa GAP nasional yang digunakan mencakup dasar-dasar dari legalitas pertanian, registrasi, dll. Komite Pengarah berusaha untuk mengembangkan draf Standar Udang untuk Kawasan ASEAN untuk menentukan indikator yang lebih penting dari lingkungan, sosial, dan ketertelusuran yang relevan dengan petani udang di kawasan ASEAN, dan pembeli global yang bersedia untuk mengakui dan menghargai kepatuhan. Souce listing yang ditemukan dalam draf standar termasuk dokumen sumber dan nomor standar yang terkait (jika tersedia). Gambar 1 pada halaman berikutnya termasuk akronim yang digunakan untuk referensi dokumen sumber. 8 Gambar 1 – Akronim untuk Standar GAP dan COC Sumber Kode Thai GAP Major Requirement TGM Thai GAP Minor Requirement TGm Thai GAP Recommendation TGR Thai Code of Conduct TCOC Indonesia GAP ING VietGAP VG ASEAN Shrimp GAP AG Monterey Bay Aquarium’s Seafood Watch® SFW 4.1 Bagian I – Standar Level Peternakan 1. Ketertelusuran Ketertelusuran didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengikuti pergerakan udang setelah panen atau input seperti pakan dan benih, melalui tahap produksi tertentu. Ini adalah komponen penting ketika mengimplementasikan perbaikan atas keberlanjutan. Bagian ini mencoba menyoroti indikator ketertelusuran yang paling penting yang dapat diaudit pada tingkat peternakan. # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 1.1 Standar Praktek Baik Akuakultur Negara Dibutuhkan kepatuhan terhadap Standar Praktek Baik Akuakultur Negara N/A
  • 9. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 2.1 Pemantauan kesehatan 9 1.2 Pencatatan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan metode2 yang kuat termasuk frekuensi sampel, titik pengumpulan data, kerangka waktu, dan tersedia dalam bentuk yang siap untuk diperiksa Kriteria SFW 1 1.3 Identifikasi Pejabat Penegakan Hukum Pihak berwenang bisa diidentifikasi Kriteria SFW 2.2 1.4 Sistem pemisahan yang efektif antara produk peternakan yang bersertifikat dan tidak-bersertifikat3 Sebuah sistem harus dibuat untuk menghindari pencampuran produk bersertifikat dan tidak bersertifikat melalui prosedur identifikasi fisik atau prosedur penanganan produk, termasuk catatan yang relevan VG 1.3.1 1.5 Pergerakan produk udang hidup a) Pergerakan benur dan induk harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang relevan seperti tertera dalam Pedoman Teknis ASEAN tentang pergerakan hewan akuatik hidup yang bertanggung jawab b) Pergerakan udang hidup yang dipanen harus dicatat AG1 2. Manajemen Kesehatan Udang Mengoptimalkan kesehatan, meminimalisir stres, mengurangi risiko penyakit udang, dan memelihara lingkungan budaya sehat di semua fase siklus produksi adalah sangat penting untuk menimalisir dampak lingkungan dari penyakit. Bagian ini membahas pemantauan penyakit dan penggunaan bahan kimia, termasuk antibiotik. udang dan prevalensi penyakit Catatan dari sampling prevalensi dan intensitas penyakit Catatan dari analisis sebab-akibat dan tindakan korektif Catatan menunjukkan bahwa petani telah memberitahu pejabat yang berwenang atas bukti dari wabah TGm 2.13, 2.14, 2.15, 2.16 2.2 Pemantauan kualitas air Petani udang harus secara rutin memeriksa kualitas air tambak udang dan catatan harus disimpan TCOC A2.2.7 2.3 Penanganan dan pembuangan udang yang Harus ada catatan yang layak4 atas pembuangan udang yang mati /terinfeksi 2 Akan didefinisikan 3 Ini mencakup produk yang hanya ada pada peternakan sampai titik di mana mereka memasukike ndaraan truk pengolahan / kendaraan pengangkut. 4 Akan didefinisikan
  • 10. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) mati / terinfeksi yang dilakukan sesuai dengan ketentuan 3. Sumber Persediaan Bagian ini berusaha untuk mengatasi penggunaan spesies udang dalam produksi dan memastikan bahwa spesies yang digunakan berasal dari sumber yang berkelanjutan. 10 4. Sumber Pakan dan Manajemen Bagian ini berusaha untuk mengatasi keberlanjutan dan penggunaan yang efisien dari sumber daya ikan liar untuk pakan udang budidaya yang dapat diverifikasi pada tingkat peternakan. # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 4.1 Penggunaan pakan pellet komersial Pakan pellet komersial harus dibeli dari produsen / penjual / importir yang memiliki izin operasional dari pemerintah pusat VG 3.2.4 4.2 Penggunaan zat aditif dan suplemen yang telah disetujui Peternakan hanya boleh menggunakan zat aditif dan suplemen yang telah disetujui, sesuai dengan ketentuan hukum VG 3.2.5 4.3 Rasio Ekonomis Konversi Pakan Harus kurang dari 2 Kriteria SFW 5 4.4 Penggunaan pakan bersertifikat Petani harus menggunakan 100% pakan bersertifikat ASEAN 5 Lihat Bagian II hukum 2.4 Antibiotik sangat atau begitu penting bagi kesehatan manusia Dilarang Kriteria SFW 4 2.5 Penggunaan obat-obatan hewan, dan bahan kimia Harus ada catatan tentang penggunaan obat-obatan hewan, bahan kimia, pestisida dan probiotik TGM 3.1 2.6 Penggunaan obat-obatan terlarang dan bahan kimia Tidak diijinkan pemakaian obat-obatan atau bahan kimia yang dilarang oleh negara produksi maupun negara pengekspor TCOC 3.1 # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 3.1 Sourcing fry atau post larvae dari sumber liar Dilarang kecuali untuk keperluan yang bersifat pasif Kriteria SFW 10 3.2 Sourcing dari post larvae 100% dari sumber ASEAN2 yang bersertifikat5 n/a
  • 11. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 5. Manajemen Dampak Lingkungan Bagian ini berusaha untuk mengelola dampak operasi tambak udang atas keanekaragaman hayati melalui kegiatan seperti pembangunan kolam peternakan, pengendalian predator, atau kualitas air pembuangan. 5.1 – Dampak Mangrove dan Habitat # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 5. 1.1 Analisis Dampak 11 Lingkungan (AMDAL) atau ekuivalennya Peternakan harus memiliki Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) atau ekuivalennya sesuai dengan peraturan nasional VG 4. SFW Kriteria 3 5.1.2 Siting (pembangunan kolam) di daerah mangrove (hutan bakau) Peternakan yang didirikan setelah bulan Mei 1999 TIDAK boleh berada di lokasi ekosistem hutan bakau atau lahan basah alami lain yang penting dari segi ekologi sebagaimana ditentukan oleh EIA, jika tersedia Peternakan memiliki surat pernyataan dari otoritas setempat yang menunjukkan penggunaan lahan dari bulan Mei 1999 sampai pendirian peternakan atau peta sejarah penggunaan lahan / surat pernyataan. Peternakan dapat memberikan surat pernyataan yang menunjukkan waktu (bulan dan tahun) pembangunan kolam. Peternakan harus mengikuti peraturan pemerintah lokal, nasional tentang rencana tata ruang pesisir, jika tersedia VG 4.1.2 5.1.3 Perluasan peternakan di habitat bernilai tinggi Dilarang kecuali untuk kanal6 dengan kewajiban memberikan bukti kegiatan restorasi termasuk bukti konfirmasi dari pemerintah, jika tersedia SFW Kriteria 3 5.1.4 Siting (pembangunan kolam) di Kawasan Lindung (PA) Harus ada bukti bahwa lokasi peternakan atau fasilitas terkait tidak berada dalam kawasan lindung nasional atau internasional VG 4.1.3 6 Untuk penghapusan habitat bernilai tinggi guna pembuatan kanal, peternakan harus mengembalikan keadaan daerah yang digunakan ke kondisi semula sebisa mungkin. Pemulihan bisa berupa penghijauan di sepanjang tepi kanal atau penghijauan di tempat lain dengan kondisi dan ukuran yang sebanding. Restorasi ini perlu dilakukan berdasarkan atas rekomendasi AMDAL jika tersedia.
  • 12. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 5.2 – Penggunaan dan Pembuangan Air # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 5.2.1 Penggunaan air tanah segar 12 (di bawah 5ppt) Tidak dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi garam dari air kolam (untuk kultur air payau) VG 4.2.3 5.2.2 Pembuangan air garam ke dalam tubuh air tawar alami Peternakan dirancang dan dikelola untuk memastikan bahwa air garam tidak dapat dibuang ke badan air tawar VG 4.2.5 5.2.3 Pertukaran air setiap hari Pertukaran air per peternakan tidak boleh melebihi 10% rata-rata tiap hari dihitung atas seluruh siklus produksi Catatan debit air harus disimpan SFW Kriteria 6 5.2.4 Monitoring kualitas dan pengolahan limbah Catatan pengujian mutu limbah dan memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang relevan dengan: - Pemeriksaan visual terhadap prosedur pengambilan sampel - Catatan pengolahan limbah/ kontrol kualitas air sebelum dibuang. TGM 4.1 5.2.5 Pembuangan lumpur Sedimen yang dikeruk dari kanal, sungai dan kolam dicegah dan dideteksi secara benar untuk mencegah salinisasi tanah dan air tanah dan tidak menimbulkan gangguan ekologi lainnya, seperti menempatkannya di hutan bakau atau daerah sensitif lainnya. VG 4.2.7 5.2.6 Pengolahan air limbah Harus diolah sebelum dibuang jika densitasnya adalah XX SFW Kriteria 2 5.3 – Kontrol atas Predator # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 5.3.1 Kontrol atas predator Tidak boleh digunakan metode kontrol predator aktif yang mematikan (burung dan mamalia) VG 4.3.1 5.3.2 Perlindungan spesies yang terdaftar Kegiatan peternakan tidak boleh menyebabkan kematian spesies apapun yang ada dalam buku merah nasional dan IUCN (daftar spesies langka atau terancam punah) Perlindungan atas pelanggaran sekunder berlaku bila diketahui ada spesies yang menjadi perhatian di daerah itu VG 4.3.2
  • 13. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 5.4 - Manajemen escape (pelarian) # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 5.4.1 Catatan jumlah stok Jumlah stok udang, berat rata-rata dan jumlah 13 biomassa harus dipantau secara teratur pada tingkat unit produksi. Harus ada catatan monitoring dan dokumentasi VG 3.4.1 5.4.2 Pencegahan dari upaya melarikan diri Peternakan harus mengambil langkah yang tepat untuk mencegah keluarnya udang dari tambak. Harus ada langkah yang tepat. Langkah itu bisa mencakup saringan ganda dengan mekanisme tangkapan yang diperiksa secara teratur, dan catatan disimpan TCOC A4.3 6. Aspek sosial ekonomi Budidaya udang harus dilakukan secara bertanggung jawab dari aspek sosial, tidak membahayakan mata pencaharian petani udang, dan masyarakat setempat. Kegiatan budidaya harus dilakukan sesuai dengan aturan dan peraturan nasional, serta, pedoman dan konvensi yang relevan tentang hak-hak tenaga kerja yang diatur oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO). 6.1 - Kondisi Kerja Secara Umum # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 6. Pekerja anak Tidak mempekerjakan anak di bawah usia minimum sesuai dengan peraturan nasional dan ILO Pengecualian: Dalam hal bisnis keluarga (magang), anak-anak yang menjadi anggota keluarga dekat tidak boleh terlibat dalam pekerjaan berbahaya dan pekerjaan yang menancam kelangsungan pendidikan mereka 6.1.2 Perjanjian kerja Pekerja dimasukkan dalam perjanjian kerja yang menjelaskan durasi kerja dan paket remunerasi 6.1.3 Ketentuan pemutusan hubungan kerja Pekerja bebas untuk mengakhiri pekerjaan mereka dan menerima gaji penuh sampai hari terakhir, berdasarkan pemberitahuan yang wajar yang diberikan kepada majikan mereka VG 5.1.3 6.1.4 Kebebasan berserikat Pekerja memiliki hak untuk membentuk atau bergabung dengan organisasi untuk membela hak-hak mereka (termasuk hak mereka untuk perundingan kolektif), tanpa campur tangan dari majikan dan tanpa ada resiko berupa akibat negatif karena menggunakan hak ini VG 5.1.4
  • 14. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 14 6.1.5 Non-diskriminasi Pekerja tidak mengalami diskriminasi apapun dari majikan atau pekerja lain Ada peraturan tertulis tentang anti-diskriminasi, yang menyatakan bahwa perusahaan tidak terlibat / mendukung tindakan diskriminasi dalam proses rekrutmen, remunerasi, akses terhadap pelatihan, promosi, pemutusan hubungan kerja atau pensiun berdasarkan ras, kasta, asal kebangsaan, agama, kecacatan, jenis kelamin, orientasi seksual, keanggotaan serikat, afiliasi politik, usia atau kondisi lain yang dapat menimbulkan diskriminasi VG 5.1.5 6.1.6 Tindakan disiplin Tindakan disiplin tidak boleh dalam bentuk kekerasan fisik atau pengurangan upah untuk pekerjaan yang telah selesai dikerjakan VG 5.1.6 6.1.7 Pendaftaran pekerja migran Buruh tani migran harus dipekerjakan secara legal. TGM 8.1 6.1.8 Mekanisme penyampaian keluhan Semua isu yang disampaikan oleh pekerja harus didaftar, dilacak dan ditanggapi oleh majikan. Tersedia register yang mencatat masalah yang disampaikan oleh pekerja (termasuk bentuk keluhan), tanggal dan tanggapan yang diambil. Wawancara dengan karyawan mengkonfirmasi kepatuhan VG 5.4.2 6.2 -­‐ Kesehatan dan Keselamatan # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 6.2.1 Kondisi kerja yang aman Karyawan dilindungi secara memadai terhadap bahaya, seperti tersedia air yang siap minum / aman, terdapat kondisi sanitasi untuk pembuangan limbah manusia. Tersedia catatan atas semua kecelakaan dan tindakan korektif yang dilakukan. Bukti bahwa tindakan korektif, seperti faktur obat, masih ada. Peralatan keselamatan harus diberikan kepada pekerja yang melakukan kegiatan berbahaya VG 5.2.2, 5.2.4 6.2.2 Fasilitas sanitasi Pekerja memiliki akses terhadap area penyimpanan makanan yang bersih, tempat istirahat yang ditentukan, fasilitas cuci tangan, dan air minum VG 5.1.8 6.2.3 Pelatihan keselamatan Pelatihan umum tentang praktek kerja yang aman, pencegahan kecelakaan, pengurangan resiko dan keselamatan harus diberikan kepada semua pekerja tambak udang AG 1
  • 15. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 15 6.2.4 Akomodasi pekerja Perumahan karyawan dibangun dari bahan-bahan yang mampu bertahan sesuai kondisi setempat. VG 6.3 - Kontrak dan Upah # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 6.3.1 Upah Peternakan harus menunjukkan pembayaran upah yang wajar sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui. Tanda terima pembayaran upah dan wawancara dengan para pekerja mengkonfirmasi kepatuhan. VG 5.3.3 6.3.2 Kerja ekstra7 Karyawan memastikan bahwa pekerjaan tambahan bersifat sukarela dan dibayar VG 5.1.7 6.4 - Isu Komunitas # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 6.4.1 Manfaat untuk masyarakat -­‐ Peternakan udang harus menunjukkan tanggung jawab sosial yang bermanfaat bagi masyarakat setempat. -­‐ Berikan prioritas untuk mempekerjakan pekerja yang berasal dari masyarakat setempat. AG 3 6.4.2 Manajemen konflik dengan masyarakat setempat -­‐ Peternakan udang tidak boleh membatasi akses terhadap sumber daya publik dan dampak negatif terhadap masyarakat setempat. -­‐ Peternakan udang harus memiliki mekanisme komunikasi dan keterlibatan dengan masyarakat setempat dan mengambil tindakan positif untuk menanggapi keluhan AG 4 6.4.3 Penempatan peternakan pada komunitas setempat Lokasi peternakan tidak boleh menghalangi akses adat dan / atau mengganggu kondisi hidup dan kegiatan masyarakat setempat TGR 9.1 4.2 Bagian II – Standar Pengetasan Salah satu cara terpenting untuk menimalisir dampak lingkungan budidaya udang adalah memastikan bahwa spesies yang digunakan dalam produksi berasal dari proses domestikasi dan jumlah yang memadai, serta, skrining untuk mencegah penyebaran penyakit. Bagian ini dirancang untuk diaudit di tempat pengetasan, dan mungkin memerlukan kunjungan oleh auditor atau deklarasi resmi. 7 Lembur tidak tepat karena buruh tani tinggal dan bekerja di peternakan dan dibayar dalam bentuk saham berdasarkan atas hasil panen. Bekerja ekstra = pekerjaan yang tidak sesuai dengan siklus produksi
  • 16. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 16 7. Penggunaan Spesies # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 7.1 Status kesehatan post larvae Harus sesuai dengan ketentuan yang relevan dalam Pedoman Teknis ASEAN tentang Responsible Movement of Live Aquatic Animals (Pergerakan Hewan Aquatic Hidup yang Bertanggung Jawab) VG 3.2.2 7.2 Sourcing induk dari sumber liar Dilarang untuk vannamei Untuk monodon (windu), diperbolehkan sampai stok yang didomestikasi tersedia secara komersial di negara ini SFW Kriteria 10 7.3 Penggunaan non-native species Non-native species tidak boleh digunakan untuk produksi kecuali sudah ditetapkan untuk produksi komersial SFW Kriteria 6 4.3 Bagian III – Standar Pabrik Pakan Penggunaan pakan ikan dan minyak ikan membawa dampak lingkungan yang paling merusak terkait dengan produksi udang. Bagian ini dirancang untuk diaudit di pabrik pakan, dan mungkin perlu dikunjungi auditor atau dibuat semacam deklarasi resmi. Penting untuk memastikan bahwa penggunaan minyak pakan ikan dan minyak ikan dari perikanan ilegal, tidak diatur, atau tidak dilaporkan bisa diminimalkan atau dihilangkan. 8. Sumber Bahan Pakan # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 8.1 Sumber ikan liar yang digunakan sebagai pakan Sumber ikan liar harus bisa diidentifikasi, termasuk spesies, lokasi tangkapan, dan gear, yang dibuktikan dengan sertifikat tangkapan Asal ikan liar tidak boleh berasal sumber yang ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur (IUU) SFW Kriteria 5 8.2 Persen inklusi makanan ikan Harus kurang dari 25% SFW Kriteria 5 8.3 Persen inklusi minyak ikan Harus kurang dari 5% SFW Kriteria 5 8.4 Protein maksimal dalam pakan Harus kurang dari 50% SFW Kriteria 5 8.5 Ketersediaan konten informasi tentang bahan tanaman Jumlah per jenis tanaman (misalnya kedelai, jagung, dll) yang ditentukan SFW Kriteria 5 8.6 Ketersediaan konten informasi tentang penggunaan produk sampingan perikanan Jumlah per spesies yang ditentukan SFW Kriteria 5
  • 17. Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014) 17 8.7 Ketersediaan konten informasi mengenai penggunaan zat aditif Semua bahan di atas 1% harus dilaporkan Isu yang diberi tanda untuk input: Bagaimana memperhitungkan persyaratan sumber makanan ikan sesuai standar udang ASEAN? Terdapat beberapa isu signifikan seputar sumber pakan untuk udang, termasuk penggunaan "ikan rucah" dari perikanan yang tidak diatur atau tidak dilaporkan. Dalam beberapa kasus, pelanggaran hak asasi manusia telah dilaporkan dari operasi tersebut. Komite Pengarah mengharapkan proposal tentang bagaimana caranya mengintegrasikan persyaratan ini menjadi standar, termasuk opsi untuk mendapatkan serangkaian langkah yang perlu diupayakan oleh produsen untuk memenuhi sebagai bagian dari standar ini. Komite Pengarah juga mengharapkan masukan tentang seberapa jauh tingkat ketertelusuran juga diperlukan dari pelabuhan nelayan ke pabrik tepung ikan selanjutnya ke pabrik pakan ikan.