Bahan Belajar (Hanjar) Pelatihan Menejemen Kewilayahan (Kapolsek)
1. 1
SILABUS DAN DESAIN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN
LATIHAN MANAJEMEN KEWILAYAHAN (KAPOLSEK)
BAHAN BELAJAR (HANJAR)
Disusun dalam rangka Pelatihan Manajemen Kewilayahan Para Kapolsek
TIM GADIK GEL. III (TIGA)
KA TIM AKBP DADANG DK,SIP,SH,MH.
SEKOLAH POLISI NEGARA POLDA JAMBI
JAMBI
2016
2. 2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyusun materi bahan belajar (hanjar) pelatihan
manajemen kewilayahan bagi para kapolsek yang berjudul “Pelatihan Manajemen Kewilayahan (
Kapolsek) ”.
Penulisan materi Hanjar ini bertujuan untuk memenuhi atau sebagai prosedur, syarat
dan ketentuan yang harus dilengkapi oleh tenaga pendidik (Gadik) SPN Polda Jambi, sebelum
menyampaikan program latihan pembelajaran kepada siswa latihan para Kapolsek pada waktu
yang telah ditentukan. Perlu diketahui bersama bahwa materi ini adalah materi hanjar perdana,
artinya baru pertama kali diselenggarakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran manajemen
kewilayahan bagi para Kapolsek, dan sebagai dasar ataupun rujukan materi belum ada serta
belum dibuat. Oleh karena itu sebagai wujud rasa tanggung jawab dan pengabdian pada dunia
pendidikan terutama pendidikan Polri, maka penulis / penyusun memberanikan diri untuk tampil
mempersembahkan naskah bahan belajar (Hanjar) ini
Tersusunnya bahan belajar (hanjar) ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada:
1. Kepala Sekolah Polisi Negara (KA SPN) Polda Jambi, AKBP TJUK WINARKO,SH,MH.
selalu motivator yang secara tulus dan ikhlas memberikan bimbingan dan arahan dalam
dalam penyelesaian penulisan bahan belajar (Hanjar) ini;
2. Rekan para tenaga pendidik (Gadik) SPN Polda Jambi, yang turut memberikan saran
masukan untuk lebih berbobotnya bahan belajar ini;
Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua rekan-
rekan tenaga pendidik (gadik) , yang telah memberikan semangat dan motivasi yang diiringi doa
tulus-ikhlas, sehingga kegiatan pendidikan Penulis berjalan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas pengertiannya,
semua tim yang telah mempercayakan kepada ketua tim untuk menyelesaikan bahan mengajar
tersebut. Berkat kesabaran dan ketulusannya selalu memberikan semangat agar segera
menyelesaikan hanjar tepat pada waktunya.
3. 3
Dengan semua dorongan semangat dan doanya sehingga kegiatan pembelajaran,
pengajaran dan pelatihan yang Penulis selenggarakan berjalan sesuai dengan rencana.
Akhirnya materi bahan belajar (hanjar) pelatihan manajemen kewilayahan bagi para kapolsek
yang berjudul “Pelatihan Manajemen Kewilayahan ( Kapolsek)” ini Penulis persembahkan
kepada semua pihak / rekan Gadik SPN Polda Jambi yang berkenan untuk menggunakan bahan
belajar (hanjar) ini.
Penulis berusaha berbuat nyata untuk dunia pendidikan Polri, dengan semboyan “
Berbuat, dan berbuat daripada berdiam diri, lebih baik menghasilkan sesuatu yang bermanfaat
daripada merenungkan diri dan tidak bergerak alias tidak menghasilkan sesuatu apapun”, “Tidak
ada gading yang tak retak”, artinya penulis merasa jauh dari kesempurnaan dan itulah apa
adanya saya berusaha untuk mempersembahkan karya Hanjar ini. Semoga amal dan partisipasi
semua pihak, baik yang tidak dapatpenulis sebutkan satu persatu dapatmendapatkan keridhoan
dari Allah SWT.
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
walaupun hanya berupa pemikiran-pemikiran yang sederhana, namun paling tidak dapat
menambah cakrawala pemikiran, pandangan dalam penyempurnaan materi bahan belajar
(hanjar) pelatihan manajemen kewilayahan bagi para kapolsek yang berjudul “Pelatihan
Manajemen Kewilayahan ( Kapolsek) Amin.
Jambi, 7 April 2016
GADIK MADYA
selaku
Ketua Tim
Dadang Djoko Karyanto,SIP,SH,MH.
AKBP NRP.72120646
4. 4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR…....…........…….......……….....…….....….........…...................................2
DAFTAR ISI……………………………………….……….............. ............................................3
BAB I TUGAS POKOK FUNGSI DAN PERAN-PERAN KAPOLSEK DAN PARA
PEJABATNYA PADA LEVEL POLSEK/TA
A. Kompetensi Dasar ................................................................................................11
B. Indikator Hasil Belajar ...........................................................................................11
C. Apa Tugas Pokok Kapolsek/Ta?..........................................................................12
D. Apa fungsi Kapolsek?..........................................................................................12
E. Apa saja kegiatan yang harus dilakukan oleh Kapolsek/Ta?................................13
BAB II PENJABARAN PEMAHAMAN KAPOLSEK TENTANG MANAJEMEN OPERASIONAL
POLSEK
A. Kompetensi Dasar................................................................................................19
B. Indikator Hasil Belajar...........................................................................................19
C. Jelaskan bagian-bagian apa saja yang menunjukkan Manajemen Operasional
Polsek tugas pokok dan fungsi Polsek/ta mendasari Perkap No. 23 Tahun
2010,tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja(SOTK) :
..............................................................................................................................20
D. Apakah itu manajemen, Jelaskan fungsi dasar Menejemen (POAC) menurut teori
dan konsep George R Terry? ..............................................................................34
E. Pertanyaan berikutnya adalah jelaskan fungsi dasar Menejemen (POAC) George R
Terry terkait manajemen operasional polsek?..35
1. Planning (Perencanaan)..................................................................................36
2. Organizing (Pengorganisasian).......................................................................37
3. Actuating (Penggerakan).................................................................................39
4. Controlling (Pengendalian/ Pengawasan).......................................................39
F. Jelaskan manajemen operasional Polri (MOP) mendasari Perkap No.9 tahun 2011
tentang manajemen operasi kepolisian; .............................................................42
5. 5
BAB III KEPEMIMPINAN
A. Kompetensi Dasar...........................................................................................78
B. Indikator Hasil Belajar.....................................................................................78
C. Jelaskan teori, dan prinsip kepemimpinan .....................................................79
1. Teori-teori kepemimpinan............................................................................79
2. Prinsip Kepemimpinan................................................................................81
E. Pendekatan Kepemimpinan...............................................................................82
F. Jelaskan tentang arti pemimpin dan kepemimpinan..........................................83
1. Faktor-faktor penting...................................................................................87
2. Unsur-unsur yang mendasari kepemimpinan.............................................88
J. Jelaskan tugas, dan peranan pemimpin.............................................................90
1. Tugas pemimpin.........................................................................................90
2. Peranan Pemimpin.....................................................................................91
BAB V KARAKTERISTIK WILAYAH TUGAS
A. Kompetensi Dasar................................................................................................101
B. Indikator Hasil Belajar...........................................................................................101
C. Jelaskan Profil dan Letak Wilayah dalam Provinsi Jambi, Letak Wilayah dan
Topografi, Klimatologi, Penggunaan Lahan, Potensi Wilayah, Demografi
Penduduk............................................................................................................102
1. Profil dan Letak Wilayah dalam Provinsi Jambi...................................102
2. Letak Wilayah dan Topografi...................................................................103
3. Klimatologi...............................................................................................105
4. Penggunaan Lahan..................................................................................106
5. Potensi Wilayah........................................................................................107
6. Demografi Penduduk................................................................................108
D. Mengapa Polisi perlu mengetahui Adat Istiadat suatu daerah/tempat....................109
1. Pengertian Adat Istiadat............................................................................110
2. Polisi perlu ( harus ) mengetahui Adat Istiadat suatu daerah /
setempat...................................................................................................110
3. Latar Belakang Hukum Adat Jambi...........................................................110
4. Tujuan Hukum Adat Jambi.......................................................................112
5. Dasar-dasar Hukum Adat Jambi...............................................................113
6. Hukum Tanah Adat..................................................................................116
6. 6
7. Tanah Margo...........................................................................................117
8. Semboyan masing-masing daerah dalam wilayah Provinsi Jambi
................................................................................................................119
BAB VI TERAMPIL MELAKSANAKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KAPOLSEK
A. Kompetensi Dasar...............................................................................................120
B. Indikator Hasil Belajar..........................................................................................121
C. Jelaskan apa itu Polsek dan mengapa perlu adanya komunikasi sosial serta
manajemen kesan.............................................................................................122
D. Polsek menerapkan Sistem manajemen bagi pelayanan umum.........................126
E. Penerapan Analisa SWOTdalam Menganalisa Permasalahan..................127
1. Strenghts (kekuatan)..........................................................................128
2. Weaknesses (Kelemahan)..................................................................128
3. Opportunity (kesempatan)..................................................................129
4. Threat (ancaman)...............................................................................129
5. SWOT untuk organisasi......................................................................130
F. Perihal Terampil dalam melaksanakan tupoksi Kapolsek.....................................131
1. Kapolsek.........................................................................................................131
2. Kanit Intel Polsek............................................................................................132
3. Kanit Binmas (Babinkamtibmas).....................................................................132
4. Kanit Sabhara (Turjawali)...............................................................................132
5. Kanit Reskrim (Upaya Pengalihan Hukum)..................................................132
G. Studi kasus sebagai bahan diskusi.....................................................................133
1. Sengketa Lahan.............................................................................................133
2. Sengketa Agama............................................................................................134
3. Sengketa Adat................................................................................................134
4. Konflik Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Di Desa Sumber Mulya Dengan Desa Kota
Raja Kecamatan Pelepat Ilir, Bungo...............................................................135
5. Konflik Agama Kehadiran Tarekat Naqsabandiah..........................................136
BAB V P E N U T U P
A. Kesimpulan...............................................................................................137
B. Saran........................................................................................................137
7. 7
DAFTAR PUSTAKA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH JAMBI
SEKOLAH POLISI NEGARA POLDA JAMBI
LATIHAN MANAJEMEN KEWILAYAHAN (KAPOLSEK)
Umum
Bahwa berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Polres dan Polsek, kesatuan Polri tingkat Polsek/Ta sebagai kesatuan tingkat
kewilayahan menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, pemberian perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat, serta tugas-tugas Polri lain dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Terkait peran strategis Polsek/Ta sebagai salah satu unsur pelaksana tugas tingkat
Kewilayahan yang berada di bawah Kapolres/Ta, yang bertugas menyelenggarakan tugas pokok
Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pemberian
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta tugas-tugas Polri lain
dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka tugas
Polsek saat ini dan kedepan dihadapkan kepada tantangan tugas yang tidak semakin ringan
namun sebaliknya semakin multi kompleks sehingga menambah spektrum beban tugas
Polres/Ta kedepan, antara lain menyangkut peran Polsek/Ta sebagai pelaksana tugas pokok
Polri ditingkat kewilayahan.
Dalam rangka kesamaan visi persepsi dan pola tindak yang sama terhadap
implementasi penyelenggaraan dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, pemberian perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat,
serta tugas-tugas Polri lain dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, maka dipandang perlu membuat/ menyusun naskah Latihan Manajemen
Kewilayahan (Kapolsek), artinya bagaimana tentang tata cara menerapkan strategi manajemen
dalam pengelolaan Polsek, bagaimana cara bertindaknya Kapolsek, bagaimana personil
8. 8
seksi/fungsi polsek/ta, selain itu juga membahas bagaimana cara mengatur secara tegas dan
jelas reaktualisasi kegiatan harkamtibmas dan pelayanan terhadap masyarakat secara terpadu,
tertib dan terkoordinasi setiap seksi dan fungsi/unit Polsek.
Dengan penyusunan membuat/ menyusun naskah Latihan Manajemen Kewilayahan
(Kapolsek), terkait manajemen operasional polsek (MOP)” dimaksud adalah terkandung sebagai
media pembelajaran dan pedoman dasar manajemen untuk mengatur polsek/Ta , kemudian
sebagai acuan / kerangka kerja bagi unsur pelaksanaan dilapangan maupun staf pada tingkat
Polsek dalam melaksanakan berbagai kegiatan harkamtibmas dan pelayanan terhadap
masyarakat untuk menciptakan situasi yang kondusif dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat yang mempedomani kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
terintegrasi.
Sebagai dasar dan pedoman implementasi bagi unsur pelaksana tugas tingkat
Kewilayahan Polsek/ Ta dalam pelaksanaan manajemen operasional (MOP) dan tata cara
bertindak bagi personil seksi/fungsi pada tingkat Polsek, sehingga lebih terkoordinasi, efektif,
efisien dan dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakatumum di wilayah hukum Polsek/ta
pada Polres/ta jajaran Polda Jambi.
Selain itu untuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar dari Manajemen Operasional Polsek
(MOP) ini agar dapat dengan mudah dipahami oleh seluruh personil Polsek/ Ta.
Dengan diberikannya materi Pelatihan Manajemen Operasional Polsek (MOP)
diharapkan mampu menerapkan dasar manajemen untuk mengatur polsek/Ta , kemudian
sebagai acuan / kerangka kerja bagi unsur pelaksanaan dilapangan maupun staf pada tingkat
Polsek dalam melaksanakan berbagai kegiatan harkamtibmas dan pelayanan terhadap
masyarakat.
Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk menjamin pemahaman tentang Manajemen
Operasional Polsek (MOP) hubungan tata cara kerja dan bertindak personil Seksi/Fungsi Polsek/
Ta, sehingga tidak ragu-ragu dalam melakukan tindakan. Untuk memastikan penerapan Prinsip
dasar Manajemen Operasional Polsek (MOP) guna terwujudnya persamaaan Visi, Persepsi,
Kesatuan Tindak dan Keseragaman dalam tindakan dilapangan pada pelaksanaan Tata Cara
Bertindak Personil Seksi/Fungsi Polsek/ Ta.
Sebagai Pedoman atau kerangka kerja Polsek /Ta pada Polres/Ta jajaran Polda Jambi
agar selalu mendasari prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Naskah Latihan Manajemen
Kewilayahan (Kapolsek) mendasari pedoman manajemen operasional polsek (mop) dan
hubungan tata cara kerja dan bertindak personil Seksi/Fungsi Polsek/Ta ” dalam setiap kegiatan,
tugas pokok,fungsi dan perannya. Untuk mengintegrasikan berbagai kegiatan harkamtibmas dan
9. 9
pelayanan yang diberikan oleh Polsek/ Ta yang sudah sesuai dengan keinginan masyarakat
dalam mendukung terciptanya situasi kamtibmas yang kondusif dan mendapatkan pelayanan
yang prima.
Harapannya semoga dengan dibuatnya Bahan Ajar Latihan Manajemen Kewilayahan
(Kapolsek), ini dapatmenghasilkan personel yang memilikikemampuan mengendalikan, menata,
menjalankan manajemen operasional polsek secara tertib dan profesional.
Standar Kompetensi
Standar kompetensi untuk lulusannya yang diharapkan adalah :
1. Memahami tugas pokok dan fungsi para Kapolsek.
2. Memahami dan mampu melaksanakan Manajemen Operasional Polri (MOP), baik dalam
kegiatan Kepolisian dan operasional Kepolisian;
3. Memahami teori dan prinsip kepemimpinan.
4. Memahami manajemen fungsi teknis Polri.
5. Memahami karakteristik wilayah tugas.
6. Terampil melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai Kapolsek.
10. 10
BAB I
TUGAS POKOK FUNGSI DAN PERAN-PERAN KAPOLSEK DAN PARA PEJABATNYA
PADA LEVEL POLSEK/TA
A. Kompetensi Dasar
Memahami tentang memahami tugas pokok dan fungsi para Kapolsek/Ta, artinya para
Kapolsek harus mengetahui tupoksinya dan memiliki kemampuan dasar Manajemen Operasional
Polsek bagi para Kapolsek dalam mengendalikan peran dan tugas personilnya serta
harkamtibmas pada wilayah hukumnya di tingkatan kewilayahan.
B. Indikator Hasil Belajar
Indikator hasil belajar, merupakan penunjukkan pada batasan atas rambu-rambu atau
parameter yang telah dilaksanakan, terlihat hasil yang dicapai (capaian dalam proses) dalam
peristiwa belajar mengajar yang sudah dilakukan dan telah ditentukan dalam program
pendidikan dan pelatihan tahun anggaran (prodiklat T.A.) antara lain :
1. Mampu menyebutkan, memahami dan menjelaskan, apa tugas pokok Kapolsek/ Ta?
2. Mampu menyebutkan, memahami dan menjelaskan, apa fungsi Kapolsek?
3. Mampu menyebutkan, memahami dan menjelaskan, apa saja kegiatan yang harus
dilakukan oleh Kapolsek/Ta?
4. Mampu menyebutkan, memahami dan menjelaskan apa Tugas Pokok Polsek/ Ta jajaran
Polres/Ta diwilayah hukum Polda Jambi?
5. Mampu menyebutkan, memahami dan menjelaskan masing-masing Seksi dan Unit?
Polsek adalah lini institusi Polri terdepan pada satuan kewilayahan, yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat, berkewajiban untuk memberikan pelayanan terdepan setiap ada
kejadian pelanggaran masyarakat, kasus kriminal, permasalahan konflik sosial, sengketa lahan
dan pertanahan, termasuk segala aktifitas undangan dan perijinan yang menyangkut urusan
dinamika kegiatan masyarakat.1
1 AKBP Dadang Djoko Karyanto, Latihan Manajemen Kewilayahan (Kapolsek), SPN Polda Jambi,Jambi,
2016, hal. 14.
11. 11
Polsek adalah institusi Polri yang berada pada tingkat kecamatan yang berkewajiban
memberikan perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat, dan melalui perangkat
Babinkamtibmas berperan untuk menampung segala permasalahan dan memberikan solusinya
sehingga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) dapat terjaga.
C. Apa Tugas Pokok Kapolsek/ Ta?
Tugas pokok Kapolsek/Ta adalah bertugas memimpin, membina, mengatur dan
mengendalikan satuan Organisasi di lingkungan Polsek dan unsur pelaksanaan kewilayahan
dalam jajarannya termasuk kegiatan pengamanan markas serta memberikan saran pertimbangan
kepada Kapolres yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya.2
D. Apa fungsi Kapolsek?
Fungsi Kapolsek adalah Pengawasan, pengendalian, pemimpin dan pembina satuan
organisasi di lingkungan Polsek dan unsur pelaksana kewilayahan dalam jajarannya termasuk
kegiatan pengamanan markas. Kemudian memberikan saran pertimbangan kepada Kapolres
yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya.
E. Apa saja kegiatan yang harus dilakukan oleh Kapolsek/Ta?
Kegiatan yang harus dilakukan oleh Kapolsek/Ta antara lain adalah sebagai berikut:
1. Memberikan arahan dan kebijakan strategis Polsek di bidang pembinaan maupun
operasional di lingkungan unsur Pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas
pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan.
2. Memberikan perintah/tugas kepada unsur pengawas dan pembantu pelaksana pimpinan,
unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan.
3. Menerima laporan pelaksanaan tugas baik di bidang pembinaan maupun di bidang
operasional dari unsur pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok,
unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan.
4. Pimpinan Gelar Tingkat Polsek : Kapolsek/Waka/Kaunit(disesuaikan dengan kebutuhan dan
kepentingan gelar perkara).
F. Tugas Pokok Polsek/Ta jajaran Polres/Ta jajaran diwilayah hukum Polda Jambi.
2 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort Dan Kepolisian Sektor, Mabes Polri, Jakarta.
12. 12
Tugas pokok Polsek/Ta adalah bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pemberian
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta tugas-tugas Polri lain
dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.3
Secara umum pelaksanaan Tugas Pokok, Fungsi dan Peran Polsek/ Ta Polres/Ta diwilayah
hukum Polda Jambi tersebutdiatas, diselenggarakan secara terkoordinasi, terintegrasi dan efektif
selaras dengan kewenangan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan Tata Cara Bertindak
Personil Seksi/Fungsi Polsek /Ta dengan perincian tugas selektif di masing-masing Seksi dan
Unit. Pelaksanaan Tata Cara Bertindak Personil Seksi/Fungsi Polsek /Ta dengan perincian
tugas selektif di masing-masing Seksi dan Unit sebagai berikut :4
1. Unit Provos memiliki peran dan fungsi antara lain adalah:
a. Berfungsi sebagai unsur pelayanan pengaduan masyarakat tentang
penyimpangan perilaku dan tindakan personel Polri.
b. Berfungsi sebagai unsur penegakan disiplin dan ketertiban personel Polsek.
c. Berfungsi sebagai unsur pengamanan internal, dalam rangka penegakan disiplin
dan kode etik profesi Polri.
d. Berfungsi sebagai unsur pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap
personel Polsek yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan kode
etik profesi.
e. pengusulan rehabilitasi personel Polsek yang telah melaksanakan hukuman
berdasarkan hasil pengawasan dan penilaian yang dilakukan
2. Seksi Umum memiliki fungsi antara lain adalah:
a. perencanaan kegiatan, pelayanan administrasi umum serta ketatausahaan dan
urusan dalam antara lain kesekretariatan dan kearsipan di lingkungan Polsek.
b. pelayanan administrasi personel dan sarpras.
c. pelayanan markas antara lain pelayanan fasilitas kantor, rapat, protokoler untuk
upacara, dan urusan dalam di lingkungan di lingkungan Polsek.
d. perawatan tahanan dan pengelolaan barang bukti.
3.Seksi Humas memiliki fungsi antara lain adalah: :
a. pengumpulan dan pengolahan data serta peliputan dan dokumentasi kegiatan
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas Polsek.
3 Ibid, hal 32.
4 Ibid, hal 36.
13. 13
b. pengelolaan dan penyajian informasi sebagai bahan publikasi kegiatan Polsek.
6. Seksi Hukum :
a. pemberian pelayanan bantuan hukum kepada kesatuan dan personel Polsek
beserta keluarganya.
b. pemberian pendapat dan saran hukum.
c. penyuluhan hukum kepada personel Polsek dan masyarakat serta pembinaan
hukum di lingkungan Polsek.
5. Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) :
a. pelayanan kepolisian kepada masyarakat secara terpadu, antara lain dalam
bentuk Laporan Polisi (LP), Surat Tanda Terima Laporan Polisi (STTLP), Surat
Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP), Surat Keterangan
Tanda Lapor Kehilangan (SKTLK), Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK), Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP), dan Surat Izin Keramaian.
b. pengkoordinasian dan pemberian bantuan serta pertolongan, antara lain
Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara (TPTKP), Turjawali, dan
pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah.
c. pelayanan masyarakat melalui surat dan alat komunikasi, antara lain telepon,
pesan singkat, faksimile, jejaring sosial (internet).
d. pelayanan informasi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. penyiapan registrasi pelaporan, penyusunan dan penyampaian laporan harian
kepada Kapolsek.
6. Unit Intelkam :
a. pembinaan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan dan produk intelijen di
lingkungan Polsek.
b. pelaksanaan kegiatan operasional intelijen keamanan guna terselenggaranya
deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning), pengembangan
jaringan informasi melalui pemberdayaan personel pengemban fungsi intelijen.
c. pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau
informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah tingkat
kecamatan/kelurahan.
d. pendokumentasian dan penganalisisan terhadap perkembangan lingkungan
serta penyusunan produk intelijen.
14. 14
e. penyusunan intel dasar, prakiraan intelijen keamanan, dan menyajikan hasil
analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.
f. pemberian pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya, penerbitan SKCK kepada masyarakat yang memerlukan,
serta melakukan pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya.
7. Unit Reskrim :
a. pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana.
b. pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan wanita baik
sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan.
8. Unit Binmas :
a. pelaksanaan koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam
rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan.
b. pembinaan dan penyuluhan di bidang ketertiban masyarakatterhadap komponen
masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita, dan anak.
c. pemberdayaan peran serta masyarakat dalam kegiatan Polmas yang meliputi
pengembangan kemitraan dan kerja sama antara Polsek dengan masyarakat
dan pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan serta organisasi non pemerintah.
9. Unit Sabhara :
a. pelaksanaan tugas Turjawali;
b. penyiapan personel dan peralatan untuk kepentingan tugas patroli, pengamanan
unjuk rasa, dan pengendalian massa.
c. pemeliharaan ketertiban umum berupa penegakan hukum Tipiring dan
pengamanan TPTKP.
d. penjagaan dan pengamanan markas.
10. Unit Lantas :
a. pembinaan partisipasi masyarakat di bidang lalu lintas melalui kerja sama lintas
sektoral dan Dikmaslantas.
b. pelaksanaan Turjawali lalu lintas dalam rangka Kamseltibcarlantas
c. pelaksanaan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas
dalam rangka penegakan hukum.
15. 15
11. Unitpolair :
a. menyelenggarakan fungsi kepolisian perairan, yang meliputi patroli perairan,
penegakan hukum di perairan, pembinaan masyarakat pantai dan perairan
lainnya.
b. Unitpolair menyelenggarakan fungsi pelaksanaan patroli, pengawalan,
penegakan hukum di wilayah perairan, dan pembinaan masyarakat pantai di
daerah hukum Polsek, dan pelaksanaan transportasi kepolisian di perairan.
Unitpolair dipimpin oleh Kanitpolair yang bertanggung jawab kepada Kapolsek
dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
16. 16
BAB II
PENJABARAN PEMAHAMAN KAPOLSEK TENTANG MANAJEMEN OPERASIONAL
POLSEK
A. Kompetensi Dasar
Para Kapolsek harus memahami dan mampu melaksanakan Manajemen Operasional
Polri (MOP), baik dalam kegiatan Kepolisian dan operasional Kepolisian. Artinya para Kapolsek
wajib memahami dan memiliki kemampuan dasar Manajemen Operasional Polri serta mampu
melaksanakan dalam mengendalikan peran dan tugas personilnya serta harkamtibmas pada
wilayah hukumnya di tingkatan kewilayahan baik dalam kegiatan Kepolisian dan operasional
Kepolisian.
B. Indikator Hasil Belajar.
Indikator hasil belajar, merupakan penunjukkan pada batasan atas rambu-rambu atau
parameter yang telah dilaksanakan, terlihat hasil yang dicapai (capaian dalam proses) dalam
peristiwa belajar mengajar yang sudah dilakukan dan telah ditentukan dalam program
pendidikan dan pelatihan tahun anggaran (prodiklat T.A.) antara lain :
1. Mampu menjelaskan bagian-bagian yang menunjukkan Manajemen Operasional Polsek,
tugas pokok dan fungsi Polsek/ta mendasari Perkap No. 23 Tahun 2010,tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja(SOTK)?
2. Mampu menjelaskan fungsi dasar Manajemen (POAC) George R Terry, terkait manajemen
operasional polsek(MOP);
3. Mampu menjelaskan manajemen operasional Kepolisian (MOK) mendasari Perkap No.9
tahun 2011 tentang manajemen operasi kepolisian;
Polsek merupakan lini institusi Polri terdepan pada satuan kewilayahan, yang
bertugas bersentuhan langsung dengan masyarakat, berkewajiban untuk memberikan pelayanan
terdepan setiap ada kejadian pelanggaran masyarakat, kasus kriminal, permasalahan konflik
sosial, sengketa lahan dan pertanahan, termasuk segala aktifitas undangan dan perijinan yang
menyangkut urusan dinamika kegiatan masyarakat. Sehubungan perihal diatas maka Polsek
sengaja dibentuk dan patut berada di tengah kehidupan masyarakat pada tingkatan kecamatan,
maka Polsek tersebut memiliki perangkat organisasi.
17. 17
Karena Polsek adalah sebuah organisasi pada tataran kewilayahan tingkat kecamatan,
maka Polsek harus diisi dengan personil yang memiliki kualifikasi kemampuan komunikasi
sosial (komsos).
Polsek merupakan institusi Polri yang berada pada tingkat kecamatan yang
berkewajiban memberikan perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat, dan melalui
perangkat Babinkamtibmas berperan untuk menampung segala permasalahan dan memberikan
solusinya sehingga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat. Sehubungan dengan bahasan
tersebut diatas, maka keberadaan organisasi Polsek juga memiliki dasar yang tertera di dalam
Peraturan Kaplri Nomor. 23 Tahun 2010,tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja(SOTK)
tingkat Polres.
C. Jelaskan bagian-bagian apa saja yang menunjukkan Manajemen Operasional Polsek
tugas pokok dan fungsi Polsek/ta mendasari Perkap No. 23 Tahun 2010,tentang Susunan
Organisasi Dan Tata Kerja(SOTK) :
Bagian yang menunjukkan Manajemen Operasional Polsek tugas pokok dan fungsi
Polsek/ta mendasari Perkap No. 23 Tahun 2010,tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja
(SOTK) adalah sebagai berikut Manajemen Operasional Polsek/ta tertera di dalam Bagian
Kedua, tentang Susunan Organisasi pada pasal 80, susunan organisasi Polsek terdiri dari,
unsur pimpinan, unsur pengawas, unsur pelayanan dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana
tugas pokok, dan unsur pelaksana tugas Kewilayahan.
Pada pasal 81, unsur pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf a, terdiri dari
Kepala Polsek (Kapolsek) dan Wakil Kepala Polsek (Wakapolsek).
Pasal 82 unsur pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf b, yaitu Unit Provos.
Pasal 83, unsur pelayanan dan pembantu pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80
huruf c, terdiri dari, Seksi Umum (Sium), Seksi Hukum (Sikum), dan Seksi Hubungan
Masyarakat (Sihumas).
Pasal 84 unsur pelaksana tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf d, terdiri
dari SPKT, Unit Intelijen Keamanan (Unitintelkam), Unit Reserse Kriminal (Unitreskrim), Unit
Pembinaan Masyarakat (Unitbinmas), Unit Samapta Bhayangkara (Unitsabhara), Unit Lalu Lintas
(Unitlantas), dan Unit Polisi Perairan (Unitpolair).
Pasal 85 unsur pelaksana tugas Kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf e
yaitu Kepolisian Subsektor (Polsubsektor).
18. 18
Bagian ketiga unsur pimpinan paragraf 1 Kapolsek pasal 87(1) Kapolsek sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 81 huruf a merupakan pimpinan Polsek yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kapolres. (2) Kapolsek bertugas memimpin, membina, mengawasi, mengatur dan
mengendalikan
satuan organisasi di lingkungan Polsek dan unsur pelaksana kewilayahan dalam jajarannya
termasuk kegiatan pengamanan
markas, dan memberikan saran pertimbangan kepada Kapolres yang terkait dengan
pelaksanaan tugasnya.
Paragraf 2 Wakapolsek pasal 88 (1) Wakapolsek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 huruf
b merupakan unsur pimpinan Polsek yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kapolsek. (2) Wakapolsek bertugas membantu Kapolsek dalam melaksanakan tugasnya dengan
mengawasi, mengatur, mengendalikan, dan mengkoordinir pelaksanaan tugas seluruh satuan
organisasi Polsek, dalam batas kewenangannya memimpin Polsek dalam hal Kapolsek
berhalangan, dan memberikan saran pertimbangan kepada Kapolsek dalam hal pengambilan
keputusan berkaitan dengan tugas pokok Polsek.
Pasal 89 menyebutkan tipe polsek antara lain Polsek Tipe Metropolitan, Polsek Tipe Urban, dan
Polsek Tipe Rural, Kapolsek
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Wakapolsek.
Bagian Keempat adalah unsur pengawas yaitu Unit Provos pasal 90 (1) Unit Provos
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 merupakan unsur pengawas yang berada di bawah
Kapolsek. (2) Unit Provos bertugas melaksanakan pembinaan disiplin, pemeliharaan ketertiban,
termasuk pengamanan internal, dalam rangka penegakan disiplin dan kode etik profesi Polri dan
pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan tindakan personel Polri,
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Unit Provos
menyelenggarakan fungsi pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku
dan tindakan personel Polri, penegakan disiplin dan ketertiban personel Polsek, pengamanan
internal, dalam rangka penegakan disiplin dan kode etik profesi Polri, pelaksanaan pengawasan
dan penilaian terhadap personel Polsek yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin
dan kode etik profesi, dan pengusulan rehabilitasi personel Polsek yang telah melaksanakan
hukuman berdasarkan hasil pengawasan dan penilaian yang dilakukan.
Pasal 91Unit Provos dipimpin oleh KanitProvos yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
19. 19
Pasal 93 Unit Provos dalam melaksanakan tugas dibantu oleh perwira, Unit Pengamanan
Internal (Unitpaminal), yang bertugas melakukan pengamanan internal dalam rangka penegakan
disiplin dan/atau kode etik profesi Polri, pengusulan rehabilitasi personel Polsek yang telah
melaksanakan hukuman berdasarkan hasil pengawasan dan penilaian, dan Unit Provos, yang
bertugas melakukan pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan
tindakan personel Polri, penegakan
disiplin dan ketertiban personel Polsek, serta pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap
personel Polsek yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan/atau kode etik profesi
Polri. Pasal 94 Unit Paminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 huruf a, hanya terdapat
pada Polsek Tipe Metropolitan.
Bagian Kelima unsur Pelayanan dan Pembantu Pimpinan Paragraf 1 Sium Pasal 95 (1) Sium
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf a merupakan unsur staf pembantu pimpinan dan
pelayanan yang berada di bawah Kapolsek. (2) Sium bertugas menyelenggarakan perencanaan,
pelayanan administrasi umum, ketatausahaan dan urusan dalam, pelayanan markas, perawatan
tahanan serta pengelolaan barang bukti di lingkungan Polsek. (3) Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Sium menyelenggarakan fungsi perencanaan kegiatan,
pelayanan administrasi umum serta ketatausahaan dan urusan dalam antara lain kesekretariatan
dan kearsipan di lingkungan Polsek, pelayanan administrasi personel dan sarpras, pelayanan
markas antara lain pelayanan fasilitas kantor, rapat, protokoler untuk upacara, dan urusan dalam
di lingkungan di lingkungan Polsek; dan perawatan tahanan dan pengelolaan barang bukti. Pasal
96 Sium dipimpin oleh Kasium yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 97 Sium dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Urusan Perencanaan Administrasi
(Urrenmin), yang bertugas melakukan
perencanaan kegiatan dan administrasi personel serta sarpras, Urusan Tata Urusan Dalam
(Urtaud), yang bertugas melakukan pelayanan administrasi umum, ketatausahaan dan urusan
dalam, kearsipan, dan pelayanan markas di lingkungan Polsek. Kemudian Urusan Tahanan dan
Barang Bukti (Urtahti), yang bertugas melakukan perawatan tahanan dan pengelolaan barang
bukti.
Paragraf 2 Sikum Pasal 98 (1) Sikum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf b merupakan
unsur pelayanan dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolsek. (2) Sikum bertugas
memberikan pelayanan bantuan hukum, pendapat dan
20. 20
saran hukum, penyuluhan hukum serta pembinaan hukum di lingkungan Polsek. (3) Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Sikum menyelenggarakan fungsi
pemberian pelayanan bantuan hukum kepada kesatuan dan personel Polsek beserta
keluarganya, pemberian pendapat dan saran hukum, dan penyuluhan hukum kepada personel
Polsek dan masyarakat serta pembinaan hukum di lingkungan Polsek. Pasal 99 Sikum dipimpin
oleh Kasikum yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 100 Sikum dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Sub Seksi Bantuan Hukum
(Subsibankum), yang bertugas memberikan
pelayanan bantuan hukum kepada kesatuan dan personel Polsek beserta keluarganya, dan Sub
Seksi Penerapan Hukum (Subsirapkum), yang bertugas memberikan pendapat dan saran
hukum, pembinaan serta penyuluhan hukum. Pasal 101 Sikum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 83 huruf b, hanya terdapat pada Polsek Tipe Metropolitan dan Polsek Tipe Urban.
Paragraf 3 Sihumas Pasal 102 (1) Sihumas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 huruf c
merupakan unsur pelayanan dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolsek. (2)
Sihumas bertugas mengumpulkan, mengolah data dan menyajikan informasi serta dokumentasi
yang berkaitan dengan tugas Polsek.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Sihumas
menyelenggarakan fungsi pengumpulan dan pengolahan data serta peliputan dan dokumentasi
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas Polsek; dan pengelolaan dan penyajian
informasi sebagai bahan publikasi kegiatan Polsek.
Pasal 103 Sihumas dipimpin oleh Kasihumas yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 104 Sihumas dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Sub Seksi Dokumentasi dan
Peliputan (Subsidokliput), yang bertugas mendokumentasikan dan meliput informasi yang
berkaitan dengan tugas Polsek, dan Sub Seksi Publikasi (Subsipublikasi), yang bertugas
melaksanakan pengelolaan informasi dan mempublikasikan informasi kegiatan yang berkaitan
dengan penyampaian berita di lingkungan Polsek. Pasal 105 Sihumas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 83 huruf c, hanya terdapat pada Polsek Tipe Metropolitan, Polsek Tipe Urban dan
Polsek Tipe Rural.
Bagian Keenam unsur Pelaksana Tugas Pokok Paragraf 1 SPKT Pasal 106 (1) SPKT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf a merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang
21. 21
berada di bawah Kapolsek. (2) SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian secara
terpadu terhadap laporan/pengaduan masyarakat, memberikan bantuan dan pertolongan, serta
memberikan pelayanan informasi. (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), SPKT menyelenggarakan fungsi pelayanan kepolisian kepada masyarakat secara
terpadu, antara lain dalam bentuk Laporan Polisi (LP), Surat Tanda Terima Laporan Polisi
(STTLP), Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP), Surat Keterangan
Tanda Lapor Kehilangan (SKTLK), Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), Surat Tanda
Terima Pemberitahuan (STTP), dan Surat Izin Keramaian, pengkoordinasian dan pemberian
bantuan serta pertolongan, antara lain Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara (TPTKP),
Turjawali, dan pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, c. pelayanan
masyarakat melalui surat dan alat komunikasi, antara lain telepon, pesan singkat, faksimile,
jejaring sosial (internet), pelayanan informasi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan penyiapan registrasi pelaporan,
penyusunan dan penyampaian laporan harian kepada Kapolsek. Pasal 107 SPKT dipimpin oleh
Ka SPKT yang bertanggung jawab kepada Kapolsek, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
di bawah kendali Wakapolsek.
Paragraf 2 Unitintelkam Pasal 108 (1) Unitintelkam sebagaimana dimaksud Pasal 84 huruf b
merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. (2) Unitintelkam
bertugas menyelenggarakan fungsi intelijen di bidang keamanan meliputi pengumpulan bahan
keterangan/informasi untuk keperluan deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early
warning), dalam rangka pencegahan terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat,
serta pelayanan perizinan, (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Unitintelkam menyelenggarakan fungsi pembinaan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan
dan produk intelijen di lingkungan Polsek, pelaksanaan kegiatan operasional intelijen keamanan
guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning),
pengembangan jaringan informasi melalui pemberdayaan personel pengemban fungsi intelijen,
pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau informal organisasi
sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan, pendokumentasian dan
penganalisisan terhadap perkembangan lingkungan serta penyusunan produk intelijen,
penyusunan intel dasar, prakiraan intelijen keamanan, dan menyajikan hasil analisis setiap
perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan, dan pemberian pelayanan dalam
bentuk izin keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya, penerbitan SKCK kepada
masyarakat yang memerlukan, serta melakukan pengawasan dan pengamanan atas
22. 22
pelaksanaannya. Pasal 109 Unitintelkam dipimpin oleh Kanitintelkam yang bertanggung jawab
kepada Kapolsek, dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 110 khusus untuk Polsek Tipe Metropolitan, Unitintelkam dalam melaksanakan tugas
dibantu oleh Perwira Unit Operasional (Panitopsnal), yang bertugas melakukan pembinaan
kegiatan intelijen dalam bidang keamanan, dan mengumpulkan, menyimpan, dan melakukan
pemutakhiran biodata tokoh formal atau informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan
pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan, pendokumentasian dan penganalisisan terhadap
perkembangan lingkungan serta penyusunan produk intelijen untuk mendukung kegiatan Polsek,
dan pemberdayaan personel pengemban fungsi intelijen Perwira Unit Administrasi (Panitmin),
yang bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi dan ketatausahaan, memberikan
pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya, surat
pemberitahuan kegiatan politik, dan SKCK kepada masyarakat yang membutuhkan, dan
melakukan pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya, dan Sub Unit (Subnit), yang
bertugas melaksanakan tugas-tugas operasional meliputi kegiatan operasional intelijen dasar
guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning),
pengembangan jaringan informasi dan penyusunan prakiraan intelijen dan menyajikan hasil
analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.
Paragraf 3 Unitreskrim Pasal 111 (1) Unitreskrim sebagaimana dimaksud Pasal 84 huruf c
merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. (2) Unitreskrim
bertugas melaksanakan penyelidikan dan penyidikan tindakpidana, termasuk fungsi identifikasi.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Unitreskrim
menyelenggarakan fungsi, pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, pelayanan
dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan wanita baik sebagai pelaku maupun korban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan pengidentifikasian untuk
kepentingan penyidikan. Pasal 112 Unitreskrim dipimpin oleh Kanitreskrim yang bertanggung
jawab kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 113 Khusus untuk Polsek Tipe Metropolitan, Unitreskrim dalam melaksanakan tugas
dibantu oleh Perwira Unit Operasional (Panitopsnal), yang bertugas melakukan pembinaan
pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, menganalisis kasus beserta
penanganannya, Perwira Unit Administrasi (Panitmin), yang bertugas melaksanakan kegiatan
administrasi penyidikan dan ketatausahaan, Sub Unit Identifikasi (Subnitident), yang bertugas
23. 23
melakukan identifikasi untuk kepentingan penyidikan, dan Sub Unit, yang bertugas melakukan
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana di daerah hukum Polsek, dan memberikan pelayanan
dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan wanita baik sebagai pelaku maupun korban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 4 Unitbinmas Pasal 114 (1) Unitbinmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf d
merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. (2) Unitbinmas
bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat meliputi kegiatan pemberdayaan Polmas,
ketertiban masyarakat dan kegiatan koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa,
serta kegiatan kerja sama dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. (3) Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Unitbinmas menyelenggarakan
fungsi a. pelaksanaan koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka
peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-
undangan, pembinaan dan penyuluhan di bidang ketertiban masyarakat terhadap komponen
masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita, dan anak, dan pemberdayaan peran serta
masyarakat dalam kegiatan Polmas yang meliputi pengembangan kemitraan dan kerja sama
antara Polsek dengan masyarakat dan pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan serta organisasi
non pemerintah.
Pasal 115 Unitbinmas dipimpin oleh Kanitbinmas yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 116 Khusus untuk Polsek Tipe Metropolitan, Unitbinmas dalam melaksanakan tugas
dibantu oleh Perwira Unit Operasional (Panitopsnal), yang bertugas merencanakan dan
menyelenggarakan administrasi kegiatan operasional pembinaan Masyarakat, Sub Unit
Pembinaan Perpolisian Masyarakat (Subnitbinpolmas), yang bertugas memberdayakan peran
serta masyarakat dan kegiatan Polmas, yang meliputi pengembangan kemitraan dan kerja sama
antara Polsek dengan masyarakat dan pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan serta organisasi
non pemerintah dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Sub Unit Pembinaan Ketertiban Masyarakat (Subnitbintibmas), yang
bertugas melakukan pembinaan di bidang ketertiban masyarakat terhadap komponen
masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita, dan anak; dan Sub Unit Pembinaan Keamanan
Swakarsa (Subnitbinkamsa), yang bertugas melaksanakan koordinasi dan pembinaan teknis
terhadap bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka meningkatkan kesadaran dan
ketaatan masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.
24. 24
Paragraf 5 Unitsabhara Pasal 117 (1) Unitsabhara sebagaimana dimaksud Pasal 84 huruf e
merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. (2) Unitsabhara
bertugas melaksanakan Turjawali dan pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi
pemerintah, objek vital, TPTKP, penanganan Tipiring, dan pengendalian massa dalam rangka
pemeliharaan keamanan
dan ketertiban masyarakat serta pengamanan markas. (3) Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat(2), Unitsabhara menyelenggarakan fungsi pelaksanaan tugas
Turjawali, penyiapan personel dan peralatan untuk kepentingan tugas patroli, pengamanan unjuk
rasa, dan pengendalian massa, pemeliharaan ketertiban umum berupa penegakan hukum
Tipiring dan pengamanan TPTKP, dan penjagaan dan pengamanan markas. Pasal 118
Unitsabhara dipimpin oleh Kanitsabhara yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Wakapolsek.
Pasal 119 Khusus untuk Polsek Tipe Metropolitan, Unitsabhara dalam melaksanakan tugas
dibantu oleh Perwira Unit Operasional (Panitopsnal), yang bertugas mengendalikan kegiatan
Turjawali, penegakan hukum Tipiring, TPTKP dan pengamanan markas, Perwira Unit
Administrasi (Panitmin), yang bertugas merencanakan dan menyelenggarakan administrasi
umum yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Unitsabhara, Sub Unit Patroli
(Subnitpatroli), yang bertugas melaksanakan kegiatan Turjawali, penegakkan hukum Tipiring dan
TPTKP, dan Sub Unit Pengendalian Massa (Subnitdalmas), yang bertugas melaksanakan
pengamanan unjuk rasa dan pengendalian massa serta melaksanakan kegiatan penjagaan dan
pengamanan markas.
Paragraf 6 Unitlantas Pasal 120 (1) Unitlantas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf f
merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. (2) Unitlantas
bertugas melaksanakan Turjawali bidang lalu lintas, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan
penegakan hukum di bidang lalu lintas. (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Unitlantas menyelenggarakan fungsi, pembinaan partisipasi masyarakatdi bidang
lalu lintas melalui kerja sama lintas sektoral dan Dikmaslantas, pelaksanaan Turjawali lalu lintas
dalam rangka Kamseltibcarlantas, dan pelaksanaan penindakan pelanggaran serta penanganan
kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum. Pasal 121 Unitlantas dipimpin oleh
Kanitlantas yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
di bawah kendali Wakapolsek.
25. 25
Pasal 122 Khusus untuk Polsek Tipe Metropolitan, Unitlantas dalam melaksanakan tugas
dibantu oleh, Perwira Unit Operasional (Panitopsnal), yang bertugas melaksanakan dan
mengendalikan Dikmaslantas dan kerja sama di bidang lalu lintas, Perwira Unit Administrasi
(Panitmin) yang bertugas merencanakan dan menyelenggarakan administrasi umum yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Unitlantas, Sub Unit Kecelakaan (Subnitlaka), yang
bertugas menangani kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, dan Sub Unit
Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, dan Patroli (Subnitturjawali), yang bertugas melaksanakan
kegiatan Turjawali dan penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas dalam rangka penegakan
hukum dan Kamseltibcarlantas.
Paragraf 7 Unitpolair Pasal 123 Unitpolair sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 huruf g
merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolsek. Unitpolair bertugas
menyelenggarakan fungsi kepolisian perairan, yang meliputi patroli perairan, penegakan hukum
di perairan, pembinaan masyarakat
pantai dan perairan lainnya. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Unitpolair menyelenggarakan fungsi pelaksanaan patroli, pengawalan, penegakan hukum di
wilayah perairan, dan pembinaan masyarakat pantai di daerah hukum Polsek, dan pelaksanaan
transportasi kepolisian di perairan. Pasal 124 Unitpolair dipimpin oleh Kanitpolair yang
bertanggung jawab kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali
Wakapolsek.
Bagian Ketujuh unsur Pelaksana Tugas Kewilayahan Pasal 125
Polsubsektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 merupakan unsur pelaksana tugas
kewilayahan yang berada di bawah Kapolsek. Pasal 126 Polsubsektor bertugas
menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, dan pemberian perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat, serta tugas-tugas Polri lain dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pasal 127 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 126, Polsubsektor berfungsi penyelenggaraan patroli dan pengamanan kegiatan
masyarakat dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, serta penegakan
hukum Tipiring, pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk penerimaan
dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan pertolongan termasuk
pengamanan kegiatan masyarakat, pemberdayaan peran serta masyarakat melalui Polmas
dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, guna terwujudnya kemitraan
26. 26
serta membangun kepercayaan masyarakat terhadap Polri, dan penyelenggaraan administrasi
umum dan ketatausahaan. Pasal 128 Polsubsektor dipimpin oleh Kapolsubsektor yang
bertanggung jawab kepada Kapolsek.
Pasal 129 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126, Polsubsektor
dibantu oleh Urusan Administrasi (Urmin), yang bertugas menyelenggarakan administrasi umum
dan ketatausahaan di lingkungan Polsubsektor. Unit Patroli, yang bertugas melaksanakan patroli
dan pengamanan kegiatan masyarakat, serta penegakan hukum tindak pidana ringan, dan Unit
Pelayanan Masyarakat (Unityanmas), yang bertugas memberikan pelayanan kepolisian kepada
masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan
dan pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat, serta melakukan pemberdayaan
peran serta masyarakat melalui Polmas dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, guna terwujudnya kemitraan serta membangun kepercayaan masyarakat terhadap
Polri.
D. Apakah itu manajemen, Jelaskan fungsi dasar Menejemen (POAC) menurut teori dan
konsep George R Terry?
Manajemen adalah suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai
suatu tujuan dengan melibatkan orang lain. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber – sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan
tertentu. Ada banyak fungsi manajemen yang diungkapkan oleh para ahli manajemen, seperti :
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Commanding (Pemberian Komando),
Coordinating (Pengkoordinasian), Controlling (Pengawasan) oleh Henry Fayol; Planning
(Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Pegawai), Directing
(Pembinaan Kerja), Coordinating (Pengkoordinasian), Reporting (Pelaporan), Budgeting
(Anggaran) oleh Luther Gullick; Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing
(Penyusunan Pegawai),Directing (Pembinaan Kerja), Controlling (Pengawasan) oleh Harold
Koontz dan Cyril O’Donnel; dan beberapa ahli manajemen lagi.
27. 27
Namun dalam materi ini akan memuat fungsi manajemen yang lebih sederhana dan bersifat
menyeluruh oleh George R. Terry, yakni POAC (Planning, Organizing, Actuating & Controlling).
Mengapa POAC ? Karena POAC merupakan fungsi manajemen yang bersifat umum dan meliputi
keseluruhan proses manajerial. Banyak para ahli yang menambah banyak pengertian dari fungsi-
fungsi manajemen, namun diantara banyak tambahan tersebut, didalamnya sudah termasuk
keempatfungsi yang diperkenalkan oleh George R Terry, yakni Perencanaan, Pengorganisasian,
Penggerak dan Pengawasan.
Menejemen adalah tindakan memikirkan dan mencapai hasil-hasil yang diinginkan melalui
usaha kelompok yang terdiri dari tindakan mendayagunakan bakat-bakat manusia dan
sumber-sumber daya. Dengan kata lain menejemen tidak lain daripada usaha meleksanakan
hal-hal tertentu melalui manusia.5
Kapolsek harus berperan menjalankan manajemen dibidang pengorganisasian antara
lain berkewajiban menyatukan berbagai tipikal pemikiran manusia dalam hal ini adalah anggota
dan staf polsek yang dipimpinnya, Kapolsek harus mampu menumbuhkan pemikiran loyalitas
bawahan terhadap pekerjaannya, institusi dimana mereka bekerja (polsek), tumbuhnya loyalitas
anggota /staf kepada atasan/ Kapolsek, kemudian Kapolsek harus mampu membuat situasi
harmoni dalam kehidupan organisasi polsek.
E. Pertanyaan berikutnya adalah jelaskan fungsi dasar Menejemen (POAC) George R
Terry terkait manajemen operasional polsek?
Secara umum pelaksanaan Tugas Pokok, Fungsi dan Peran Polsek/ Ta Polres/Ta
diwilayah hukum Polda Jambi tersebutdiatas, diselenggarakan secara terkoordinasi, terintegrasi
dan efektif selaras dengan kewenangan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan Tata Cara
Bertindak Personil Seksi/Fungsi Polsek /Ta dengan perincian tugas selektif di masing-masing
Seksi dan Unit. Pelaksanaan Tata Cara Bertindak Personil Seksi/Fungsi Polsek /Ta dengan
perincian tugas selektif di masing-masing Seksi dan Unit sebagai berikut :
1. PLANNING (PERENCANAAN)
Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk
mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga diartikan
sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala
5 George R.Terry alih bahasa DR.Winardi,SE. by Richard D Irwin, Asas-Asas Menejemen, Edisi
Kedelapan, Penerbit Alumni/1986/Bandung Kota Pos 272.Bandung, 1977,hal.4
28. 28
keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Perencanaan merupakan langkah
awal dalam proses manajemen, karena dengan merencanakan aktivitas organisasi kedepan,
maka segala sumber daya dalam organisasi polsek difokuskan pada pencapaian tujuan
organisasi.
Seksi Umum memiliki fungsi antara lain adalah: perencanaan kegiatan, artinya Sium
berupaya membantu Kapolsek/ Wakapolsek didalam menyusun rencana kebutuhan dan kegiatan
dan sebagai bahan laporan masukan tentang berbagai rencana kebutuhan tingkat polsek ke
Kapolres terutama kepada Kabag perencanaan (Bagren Polres yang memiliki peran sebagai
subbagian Program dan Anggaran (Subbagprogar) membantu menyusun rencana jangka sedang
dan jangka pendek Polres, antara lain Renstra, Rancangan Renja, dan Renja; dan membantu
menyusun rencana kebutuhan anggaran Polres dalam bentuk RKA-KL, DIPA, penyusunan
penetapan kinerja, KAK atau TOR, dan RAB. Subbagian Pengendalian Anggaran
(Subbagdalgar), berperan membantu dalam membuat administrasi otorisasi anggaran tingkat
Polres dan menyusun LRA dan membuat laporan akuntabilitas kinerja Satker). Sium dipimpin
oleh Kasium yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-
hari di bawah kendali Wakapolsek
2. ORGANIZING (PENGORGANISASIAN)
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang
terlibat dalam aktivitas organisasi, sesuai dengan kompetensi SDM yang dimiliki. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan ini merupakan keseluruhan proses memilih orang-
orang serta mengalokasikannya sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu
dalam organisasi, serta mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat menjamin pencapaian
tujuan program dan tujuan organisasi. Menurut George R. Terry, tugas pengorganisasian adalah
mengharmonisasikan kelompok orang yang berbeda, mempertemukan macam-macam
kepentingan dan memanfaatkan seluruh kemampuan kesuatu arah tertentu.
Artinya seorang pemimpin dalam hal ini adalah Kapolsek harus mampu
mengorganisir dan mengakomodir seluruh kepentingan-kepentingan anggota, staf Polsek, baik
yang sejalan/ kooperatif ataupun personil yang berseberangan dengan kebijakan Kapolsek,
memberdayakan segenap kemampuan, mengatur mekanisme kerjanya, sehingga seluruh
komponen menjadi guyup, selaras, teratur, bersedia diperintah dan harmonis.
Tugas Kapolsek/Ta adalah memimpin, membina, mengatur dan mengendalikan satuan
Organisasi di lingkungan Polsek dan unsur pelaksanaan kewilayahan dalam jajarannya termasuk
29. 29
kegiatan pengamanan markas. Artinya Kapolsek menjalankan peran pengorganisasian
(Organizing), hal ini dapat dilihat secara rinci berbagai kegiatan yang harus dilakukan oleh
Kapolsek/Ta antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mempedomani dan melaksanakan Perkap No. 23 Tahun 2010,tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja(SOTK) adalah sebagai berikut Manajemen Operasional Polsek/ta tertera di
dalam bagian Kedua, tentang Susunan Organisasi pada pasal 80, susunan organisasi
Polsek terdiri dari, unsur pimpinan, unsur pengawas, unsur pelayanan dan pembantu
pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, dan unsur pelaksana tugas Kewilayahan. Aplikasi
dan wujud nyata dalam pelaksanaan tugas kesehariannya mendasari SOTK Perkap No. 23
tahun 2010 yang merupakan cerminan pelaksanaan struktur organisasi polsek yang
terpajang di dinding Mapolsek/Ta;
Pada pasal 81, unsur pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf a, terdiri dari
Kepala Polsek (Kapolsek) dan Wakil Kepala Polsek (Wakapolsek);
2. Memberikan arahan dan kebijakan strategis Polsek di bidang pembinaan maupun
operasional di lingkungan unsur Pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas
pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan.
3. Memberikan perintah/tugas kepada unsur pengawas dan pembantu pelaksana pimpinan,
unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan.
4. Menerima laporan pelaksanaan tugas baik di bidang pembinaan maupun di bidang
operasional dari unsur pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok,
unsur pendukung dan unsur pelaksana tugas kewilayahan.
5. Pimpinan Gelar Tingkat Polsek : Kapolsek/Waka/Kaunit (disesuaikan dengan
kebutuhan dan kepentingan gelar perkara).
3. ACTUATING (PENGGERAKAN)
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan
pelaksanaan kerja organisasi yang bertanggung jawab. Untuk itu maka semua Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja
organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun. Setiap
pelaku organisasi harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan
kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang
telah ditetapkan. Inti dari Actuating adalah menggerakkan semua anggota kelompok untuk
bekerja agar mencapai tujuan organisasi.
30. 30
Kegiatan yang harus dilakukan oleh Kapolsek/Ta yang sejalan dengan fungsi actuating
(penggerak) antara lain adalah Memberikan perintah/tugas kepada unsur pengawas dan
pembantu pelaksana pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan unsur
pelaksana tugas kewilayahan. Kapolsek menggerakkan unit-unit opsnal dalam menciptakan
situasi yang kondusif di wilayah hukum polsek tersebut.
4. CONTROLLING (PENGENDALIAN/ PENGAWASAN)
Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan pelaksanaan program dan aktivitas
organisasi, namun juga mengawasi sehingga bila diperlukan dapatmengadakan koreksi. Dengan
demikian apa yang dilakukan staff dapat diarahkan kejalan yang tepat dengan maksud
pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Inti dari controlling adalah proses memastikan
pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan tujuan organisasi dan program kerja maka
dibutuhkan pengontrolan, baik dalam bentuk pengawasan, inspeksi hingga audit. Kata-kata
tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak
dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan
antisipasi, koreksi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan
perkembangan lingkungan sekitar organisasi.
Proses pengawasan sebagai bagian dari pengendalian akan mencatat perkembangan
organisasi kearah tujuan yang diharapkan dan memungkinkan pemimpin mendeteksi
penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif
sebelum terlambat. Melalui pengawasan yang efektif, terhadap aktivitas organisasi, maka up aya
pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Polsek/Ta adalah sebuah organisasi, tugas Kapolsek adalah mengakomodir fungsi
pengawasan/ pengendalian (controlling) antara lain adalah Kapolsek menerima laporan
pelaksanaan tugas baik di bidang pembinaan maupun di bidang operasional dari unsur
pengawas dan pembantu pimpinan, unsur pelaksana tugas pokok, unsur pendukung dan unsur
pelaksana tugas kewilayahan. Melalui fungsi Unit Provos, Kapolsek melaksanakan peran dan
tugasnya antara lain adalah:
1. Berfungsi sebagai unsur pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku
dan tindakan personel Polri.
2. Berfungsi sebagai unsur penegakan disiplin dan ketertiban personel Polsek.
31. 31
3. Berfungsi sebagai unsur pengamanan internal, dalam rangka penegakan disiplin dan kode
etik profesi Polri.
4. Berfungsi sebagai unsur pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap personel Polsek
yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan kode etik profesi.
5. pengusulan rehabilitasi personel Polsek yang telah melaksanakan hukuman berdasarkan
hasil pengawasan dan penilaian yang dilakukan
Melalui tugas dan fungsi Unit Intelkam, Kapolsek berperan :
1. pembinaan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan dan produk intelijen di lingkungan
Polsek.
2. pelaksanaan kegiatan operasional intelijen keamanan guna terselenggaranya deteksi dini
(early detection) dan peringatan dini (early warning), pengembangan jaringan informasi
melalui pemberdayaan personel pengemban fungsi intelijen.
3. pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau informal
organisasi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan.
4. pendokumentasian dan penganalisisan terhadap perkembangan lingkungan serta
penyusunan produk intelijen.
5. penyusunan intel dasar, prakiraan intelijen keamanan, dan menyajikan hasil analisis setiap
perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan.
6. pemberian pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya,
penerbitan SKCK kepada masyarakatyang memerlukan, serta melakukan pengawasan dan
pengamanan atas pelaksanaannya.
Petunjuk bagi suksesnya menejerial terkait 4 (empat) macam saran sederhana antara
lain adalah sebagai berikut: 1. Ketahuilah tujuan-tujuan institusi/organisasi, 2.pilihlah bawahan
yang efektif, 3. Lakukan tindakan delegasi dengan jalan menyuruh para bawahan mengambil
keputusan-keputusan dalam bidang pekerjaan mereka masing-masing dan, 4. Lakukanlah
penelitian untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang dicapai, memuaskan.
Daftar lain meliputi tindakan-tindakan antara lain adalah sebagai berikut:1. Pilihlah
anggota-anggota kelompok saudara dengan cermat, 2.memotivasikan mereka,3.kembangkanlah
komunikasi yang baik, 4. Usahakanlah untuk mencapai hubungan antar perorangan yang efektif
antar mereka, 5. Usahakanlah agar konflik-konflik antara para anggota kelompok seminimal
mungkin.6
6 Ibid, hal.10
32. 32
Kapolsek juga berperan menggerakkan unit-unit opsnal yang dimiliki oleh Polsek dalam
melakukan kegiatan pengawasan/ pengendalian (controlling) kegiatan masyarakat, artinya
pengawasan/ pengendalian (controlling) yang dilakukan oleh Kapolsek dan perangkat unit-unit
Polsek adalah dalam rangka cipta kondisi kamtibmas yang kondusif.
F. Jelaskan manajemen operasional Polri (MOP) mendasari Perkap No.9 tahun 2011
tentang manajemen operasi kepolisian;
Perkap Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Manajemen Operasi Kepolisian (Mok), Bab I
(satu) Ketentuan Umum Pasal 1 (ayat 2-16), dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
2. Manajemen Operasi Kepolisian adalah suatu proses penyusunan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam rangka melaksanakan operasi
kepolisian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
3. Rencana Operasi yang selanjutnya disingkat Renops adalah suatu produk perencanaan
yang akan dijadikan pedoman dalam melakukan operasi kepolisian yang berisi situasi,
tugas pokok, pelaksanaan, pengendalian, administrasi, personel, sarana prasarana dan
anggaran.
Operasi Kepolisian adalah serangkaian tindakan Polri dalam rangka pencegahan,
penanggulangan, penindakan terhadap gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat
(Kamtibmas), serta penanganan bencana yang diselenggarakan dalam kurun waktu,
sasaran, cara bertindak (CB), pelibatan kekuatan dan dukungan sumber daya tertentu oleh
beberapa fungsi kepolisian dalam bentuk satuan tugas (Satgas).
4. Sasaran Operasi Kepolisian adalah bentuk potensi gangguan, ambang gangguan dan
gangguan nyata tertentu yang ditanggulangi dengan operasi kepolisian.
5. Potensi Gangguan yang selanjutnya disingkat PG adalah situasi/kondisi yang merupakan
akar masalah dan/atau faktor stimulan/pencetus yang berkorelasi erat terhadap timbulnya
AG atau gangguan Kamtibmas.
6. Ambang Gangguan yang selanjutnya disingkatAG adalah suatu situasi/kondisi Kamtibmas
yang apabila tidak dilakukan tindakan kepolisian, dikhawatirkan akan menimbulkan GN.
7. Gangguan Nyata yang selanjutnya disingkat GN adalah gangguan berupa kejahatan,
pelanggaran hukum atau bencana yang dapat menimbulkan kerugian harta benda, jiwa-
raga maupun kehormatan.
8. Target Operasi yang selanjutnya disingkat TO adalah sasaran yang dipertajam
berdasarkan skala prioritas dan dapat diukur untuk ditangani, dicapai dalam
penyelenggaraan operasi kepolisian.
33. 33
10. Kontinjensi adalah suatu kejadian yang muncul secara tiba-tiba yang tidak dapat
diprediksikan (unpredictable), dapat menimbulkan gangguan Kamtibmas yang disebabkan
oleh faktor alam, manusia dan hewan.
11. Kuratif adalah CB yang dilakukan dalam operasi kepolisian berbentuk pertolongan dan
penyelamatan.
12. Rehabilitasi adalah suatu upaya yang dilakukan dalam operasi kepolisian untuk
memulihkan atau mengembalikan keadaan atau situasi keamanan dan ketertiban seperti
keadaan semula.
13. Direktif adalah persetujuan, petunjuk dan arahan dari penanggung jawab kebijakan operasi
mengenai bentuk operasi, sandi operasi, waktu operasi dan sumber anggaran yang akan
digunakan untuk menyelenggarakan operasi kepolisian.
14. Perintah Operasi yang selanjutnya disingkat PO adalah dokumen administrasi operasi
kepolisian yang berisikan jenis, sandi dan waktu dimulainya operasi kepolisian.
15. Surat perintah pelaksanaan operasi yang selanjutnya disingkat Sprinlakops adalah
perintah kepada para petugas yang dilibatkan dalam operasi kepolisian untuk
melaksanakan operasi kepolisian dengan sandi, waktu dan rincian tugas tertentu.
16. Latihan Praoperasi yang selanjutnya disingkat Latpraops adalah pelatihan yang berupa
teori dan praktek dalam rangka kesiapan sebelum pelaksanaan operasi kepolisian.
Tujuan peraturan MOK tertera di Pasal 2, Dapat kita lihat Tujuan peraturan MOK antara lain
adalah sebagai berikut:
a. sebagai pedoman bagi pelaksana fungsi operasional Polri dalam operasi kepolisian;
b. agar operasi kepolisian dapat terselenggara secara efektif dan efisien; dan
c. agar sasaran dan TO dapat dicapai sesuai rencana operasi.
Prinsip-prinsip dalam Manajemen Operasi Kepolisian tertera di dalam Pasal 3. Prinsip-prinsip
dalam Manajemen Operasi Kepolisian, meliputi:
a. integratif, yaitu melibatkan beberapa fungsi kepolisian dan unsur-unsur di luar Polri yang
dilandasi sikap saling memahami peran dan tugas masing-masing;
b. proporsional, yaitu segala upaya dan tindakan yang dilakukan harus seimbang dengan
tugas, sasaran dan target dalam operasi kepolisian;
c. akuntabilitas, yaitu segala upaya dan tindakan yang dilaksanakan harus dapat
dipertanggungjawabkan;
34. 34
d. efektif dan efisien, yaitu segala upaya dan tindakan yang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan keseimbangan yang wajar antara hasil yang akan dicapai dengan
upaya, sarana prasarana dan anggaran yang digunakan;
e. proaktif, yaitu pelaksanaan tugas operasi kepolisian dilakukan secara lebih aktif untuk
menuntaskan TO yang telah ditentukan; dan
f. non diskriminatif, yaitu setiap anggota Polri wajib menghormati dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia dan perlakuan yang sama kepada setiap orang yang dilayani.
Pedoman dasar manajemen operasi kepolisian, tertera didalam Bab 2 Manajemen Operasi
Kepolisian, Bagian Kesatu tentang , Pedoman Dasar , Pasal 4. Pedoman dasar manajemen
operasi kepolisian, meliputi:
a. penetapan sasaran;
b. waktu operasi;
c. penentuan CB;
d. pelibatan kekuatan;
e. dukungan anggaran; dan
f. pengawasan dan pengendalian.
Di dalam Pasal 5, ayat 1-4 antara lain adalah sebagai berikut:
(1) Penetapan sasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, merupakan kegiatan
yang direncanakan berdasarkan perkiraan khusus (Kirsus) intelijen, selanjutnya ditetapkan
sasaran atau objek yang akan dihadapi.
(2) Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan melalui analisis bentuk
sasaran, waktu, tempat dan aspek-aspek yang menyertainya, selanjutnya dipertajam
dalam TO.
(3) TO sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. orang;
b. benda atau barang;
c. lokasi atau tempat;
d. kegiatan;
e. perkara; dan
(4) TO sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. perkiraan keadaan khusus intelijen;
b. TO dapat dicapai dan dituntaskan selama operasi berlangsung; dan
35. 35
c. TO dapat diukur secara kuantitatif dan/atau kualitatif.
Pasal 6, menjelaskan tentang waktu operasi, dan penetapan lama waktu operasi kepolisian,
antara lain tertera di dalam ayat :
(1) Waktu operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, merupakan jumlah hari
yang ditetapkan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian.
(2) Penetapan lama waktu operasi kepolisian disesuaikan dengan bentuk, sasaran, TO dan
anggaran yang tersedia.
Di dalam Pasal 7 membahas tentang penentuan CB, CB digolongkan dalam bentuk CB tehnis,
CB taktis antara lain adalah sebagai berikut:
(1) Penentuan CB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, merupakan urutan tindakan
yang dipilih dalam pelaksanaan operasi kepolisian dengan memperhatikan resiko
kegagalan yang paling kecil.
(2) CB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. preemtif;
b. preventif;
c. represif;
d. kuratif; dan/atau
e. rehabilitasi.
(3) Cara Bertindak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digolongkan dalam bentuk :
a. Cara Bertindak tehnis; dan
b. Cara Bertindak taktis.
(4) CB tehnis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a merupakan CB yang telah diatur
dalam masing-masing Peraturan Fungsi Kepolisian.
(5) CB taktis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b merupakan CB dari Satgas yang
bersifat taktis kepolisian terhadap TO yang ditangani dan penerapannya disesuaikan
dengan situasi di lapangan.
Di dalam Pasal 8 menyatakan bahwa, Pelibatan kekuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf d yang diorganisir dalam setiap operasi kepolisian, harus memperhatikan:
a. Sasaran atau TO;
b. Cara Bertindak (CB);
c. kemampuan personel;
d. sarana dan prasarana; dan
36. 36
e. anggaran.
Di dalam Pasal 9 menyebutkan bahwa:
(1) Dukungan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, merupakan
anggaran yang mendukung kebutuhan operasi kepolisian.
(2) Anggaran penyelenggaraan operasi kepolisian sudah tersedia sebelum operasi
dilaksanakan (cash on hand).
Didalam Pasal 10 menyebutkan bahwa : Pengawasan dan pengendalian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, merupakan bagian dari kegiatan manajemen operasi agar
dinamika operasi kepolisian dapat terselenggara sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan.
Bagian Kedua, adalah Jenis, pada Pasal 11, menyatakan bahwa Jenis operasi kepolisian, terdiri
dari:
a. operasi kepolisian terpusat; dan
b. operasi kepolisian kewilayahan.
Didalam Pasal 12 menjelaskan bahwa
(1) Operasi Kepolisian Terpusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a merupakan
operasi kepolisian yang manajemen operasinya diselenggarakan oleh Mabes Polri.
(2) Operasi Kepolisian Terpusat meliputi operasi yang dilaksanakan oleh:
a. Mabes Polri secara mandiri;
b. Mabes Polri yang melibatkan personel satuan kewilayahan (Satwil); dan
c. Mabes Polri dan Satwil.
(3) Operasi Kepolisian Terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
operasi yang diselenggarakan oleh Mabes Polri tanpa melibatkan Satwil.
(4) Operasi Kepolisian Terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan
operasi yang diselenggarakan dan dikendalikan oleh Mabes Polri dengan melibatkan
personel dari Satwil sebagai anggota Satgas.
(5) Operasi Kepolisian Terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan
operasi yang diselenggarakan oleh Mabes Polri dan Satwil, yang masing-masing
melaksanakan fungsi manajemen dengan bentuk dan waktu operasi ditetapkan oleh
Mabes Polri.
37. 37
Pada Pasal 13 menyebutkan bahwa:
(1) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b
dilaksanakan pada tingkat:
a. Polda; dan
b. Polres.
(2) Operasi Kepolisian Kewilayahan merupakan operasi kepolisian yang manajemen
operasinya diselenggarakan oleh Polda dan Polres.
(3) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi
operasi yang dilaksanakan oleh:
a. Polda secara mandiri;
b. Polda yang diback up Mabes Polri dan/atau melibatkan personel Polres; dan
c. Polda dan Polres.
(4) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a merupakan
operasi yang diselenggarakan secara mandiri oleh Polda.
(5) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b merupakan
operasi yang diselenggarakan dan dikendalikan oleh Polda dengan back up dari Mabes
Polri dan/atau melibatkan personel Polres sebagai anggota Satgas.
(6) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
merupakan operasi kepolisian yang manajemen operasinya diselenggarakan oleh Polda
dan Polres.
Pasal 14 menyebutkan bahwa :
(1) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b
meliputi operasi yang dilaksanakan oleh:
a. Polres secara mandiri; dan
b. Polres yang diback up Polda.
(2) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
operasi yang diselenggarakan secara mandiri oleh Polres.
(3) Operasi Kepolisian Kewilayahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
operasi yang diselenggarakan dan dikendalikan oleh Polres dengan back up dari Polda
sebagai anggota Satgas.
Sifat, Pasal 15, artinya pada pasal tersebut menyatakan “Sifat operasi kepolisian”:
a. terbuka; atau
b. tertutup.
38. 38
Didalam Pasal 16 menyebutkan bahwa:
(1) Operasi Kepolisian Terbuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a merupakan
operasi kepolisian yang dapat dipublikasikan dan mengedepankan tindakan preemtif dan
preventif.
(2) Operasi Kepolisian Tertutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b merupakan
operasi kepolisian yang dapat dipublikasikan secara terbatas dengan mengedepankan
tindakan intelijen dan/atau represif.
Bagian Keempat, ,Bentuk, Pasal 17 menyebutkan bahwa:
(1) Bentuk operasi kepolisian, meliputi:
a. operasi intelijen;
b. operasi pengamanan kegiatan;
c. operasi pemeliharaan keamanan;
d. operasi penegakan hukum;
e. operasi pemulihan keamanan; dan
f. operasi kontinjensi.
(2) Operasi intelejen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diselenggarakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.
Didalam Pasal 18, menyebutkan bahwa :
(1) Operasi pengamanan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b
merupakan operasi kepolisian yang diselenggarakan oleh Polri berkaitan dengan kegiatan
masyarakat dan/atau pemerintah yang berpotensi menimbulkan gangguan keamanan
secara nyata dan dapat mengganggu/menghambat perekonomian dan/atau sistem
pemerintahan.
(2) Operasi pengamanan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan operasi
kepolisian yang bersifat terbuka dengan mengedepankan polisi berseragam, diarahkan
pada sasaran AG, penentuan TO secara kualitatif dan/atau kuantitatif, dengan CB
preventif.
Didalam Pasal 19 menyebutkan bahwa:
(1) Operasi pemeliharaan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf c merupakan operasi kepolisian yang kegiatannya mengedepankan tindakan
39. 39
pencegahan dan penangkalan, melalui kegiatan pembinaan masyarakat, simpatik, dalam
rangka meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.
(2) Operasi pemeliharaan keamanan merupakan operasi kepolisian yang bersifat terbuka
dengan mengedepankan polisi berseragam, diarahkan pada sasaran PG, AG, dan TO
kualitatif dan/atau kuantitatif dengan CB preemtif, preventif, represif dan represif non
yustisial (persuasif edukatif).
Didalam Pasal 20 menyebutkan bahwa:
(1) Operasi penegakan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf d
merupakan operasi kepolisian yang dilaksanakan berkaitan dengan penanggulangan
berbagai gangguan keamanan berupa kejahatan konvensional, transnasional, kejahatan
terhadap kekayaan negara serta kejahatan yang berimplikasi kontinjensi.
(2) Operasi penegakan hukum merupakan operasi kepolisian yang bersifat tertutup dengan
mengedepankan polisi tidak berseragam, diarahkan pada sasaran GN, TO kuantitatif,
dengan CB represif (penegakan hukum).
Didalam Pasal 21 menyebutkan bahwa:
(1) Operasi pemulihan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf e
merupakan operasi kepolisian yang diselenggarakan untuk pemulihan situasi Kamtibmas
yang terganggu akibat konflik sosial yang meluas, kejahatan yang berintensitas tinggi dan
dapat mengganggu stabilitas Kamtibmas.
(2) Operasi pemulihan keamanan merupakan operasi kepolisian yang bersifat terbuka
dengan mengedepankan polisi berseragam, diarahkan pada sasaran AG dan GN, TO
kualitatif dan/atau kuantitatif dengan CB preventif dan represif (penegakan hukum).
Didalam Pasal 22 menyebutkan bahwa:
(1) Operasi kontinjensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf f merupakan
operasi kepolisian yang dilaksanakan untuk menangani kejadian/ peristiwa yang muncul
secara mendadak, berkembang secara cepatdan meluas sehingga mengganggu stabilitas
keamanan dalam negeri.
(2) Operasi kontinjensi merupakan operasi kepolisian yang bersifat terbuka dan/atau tertutup,
diarahkan pada sasaran AG, GN, TO kualitatif dan/atau kuantitatif dengan CB preventif,
represif, kuratif dan rehabilitatif.
40. 40
Pada Bagian Kelima, terdapat Fungsi Manajemen Operasi, Pasal 23 menyebutkan bahwa:
“Fungsi Manajemen Operasi Kepolisian diselenggarakan melalui tahap (Renorlakdal)”:
a. perencanaan;
b. pengorganisasian;
c. pelaksanaan; dan
d. pengendalian.
Pada Bab III Operasi Kepolisian Terpusat Bagian Kesatu Perencanaan Pasal 24 yang
menyebutkan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian terpusatyang dilaksanakan oleh Mabes
Polri secara mandiri, dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. penyusunan direktif Kapolri tentang rencana penyelenggaraan operasi kepolisian;
b. penyusunan Kirsus intelijen dibuat oleh Baintelkam Polri;
c. rapat koordinasi dengan fungsi-fungsi yang dilibatkan atau instansi terkait;
d. penyusunan rencana Teknologi Informasi (TI) dibuat oleh Divisi TI Polri;
e. penyusunan Renops atau Renops Kontinjensi;
f. penyusunan surat perintah pelaksanaan operasi (Sprinlakops);
g. penyusunan rencana latihan (Renlat) dan penyelenggaraan latihan praoperasi
(Latpraops);
h. penyusunan dan pengiriman PO;
i. penyiapan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan;
j. penyusunan hubungan dan tata cara kerja (HTCK) operasi kepolisian;
k. penyiapan tanda pengenal operasi kepolisian, bila diperlukan;
l. penyaluran anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;
m. pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi kepolisian sesuai
kebutuhan; dan
n. penyiapan ruang posko operasi yang berisi piranti lunak, piranti keras dan panel data
dalam bentuk digital.
Didalam Pasal 25 menyebutkan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian terpusat yang dilaksanakan oleh Mabes
Polri dengan melibatkan personel kewilayahan, dilaksanakan dengan tahapan kegiatan sebagai
berikut:
a. melaksanakan tahapan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;
41. 41
b. memerintahkan Kapolda untuk menyiapkan kebutuhan personel, sarana dan prasarana
yang akan dilibatkan dalam operasi;
c. menerima penyerahan personel kewilayahan yang dilibatkan dalam operasi kepolisian dari
Kapolda; dan
d. menetapkan personel yang dilibatkan dalam operasi kepolisian terpusat dengan surat
perintah yang ditandatangani oleh Asops Kapolri.
Didalam Pasal 26 menyebutkan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian terpusatyang dilaksanakan oleh Mabes
Polri dan Satwil, dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Mabes Polri melaksanakan tahapan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;
b. Satwil melaksanakan tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. penyusunan Kirsus intelijen oleh Dit Intelkam Polda dan/atau Satintelkam Polres;
2. rapat koordinasi dengan fungsi-fungsi yang dilibatkan atau instansi terkait;
3. penyusunan rencana TI dibuat oleh Bid TI Polda dan TI Polres;
4. penyusunan Renops atau Renops Kontinjensi;
5. penyusunan Sprinlakops;
6. penyusunan Renlat dan penyelenggaraan Latpraops;
7. penyusunan dan pengiriman PO;
8. penyiapan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan;
9. penyusunan HTCK operasi kepolisian;
10. penyiapan tanda pengenal operasi kepolisian, bila diperlukan;
11. penyaluran anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;
12. pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi kepolisian
sesuai kebutuhan; dan
13. penyiapan ruang posko operasi yang berisi piranti lunak, piranti keras dan panel
data dalam bentuk digital.
Didalam Pasal 27 menyebutkan bahwa :
Format-format mengenai administrasi operasi kepolisian terpusat tercantum dalam lampiran “A”
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pada Bagian Kedua, adalah Pengorganisasian Pasal 28 menyebutkan bahwa:
42. 42
Pengorganisasian penyelenggaraan operasi kepolisian terpusat meliputi:
a. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
b. Wakil Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
c. Kepala Perencanaan dan Pengendalian Operasi (Karendalops);
d. Kepala Operasi (Kaops);
e. Wakil Kepala Operasi (Wakaops);
f. Kepala Sekretariat Operasi (Kasetops);
g. Kepala Pusat Data Operasi (Kapusdataops); dan
h. Kepala Satuan Tugas (Kasatgas).
Didalam Pasal 29 menyebutkan bahwa:
Pejabat yang mengawaki operasi terpusat yang dilaksanakan oleh Mabes Polri secara mandiri
dan/atau melibatkan personel kewilayahan, sebagai berikut:
a. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Kapolri;
b. Wakil Penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Wakapolri;
c. Karendalops dijabat oleh Asops Kapolri;
d. Kaops dijabat oleh fungsi yang dikedepankan pada tingkat Mabes Polri; dan
e. Wakaops, Kasetops, Kapusdataops, dan Kasatgas dijabat oleh pejabat fungsi yang
dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
Didalam Pasal 30 menyebutkan bahwa:
(1) Sebutan pejabat operasi kepolisian terpusat yang dilaksanakan oleh Mabes Polri dan
Satwil, untuk membedakannya di belakang nama jabatan dalam struktur organisasi
operasi ditambahkan pusat (pus), daerah (da), atau Polres (res).
(2) Pejabat operasi tingkat Mabes Polri dan Satwil pada operasi kepolisian terpusat sebagai
berikut:
a. tingkat Mabes Polri:
1. Penanggung jawab kebijakan operasi dijabat oleh Kapolri;
2. Wakil penanggung jawab kebijakan operasi dijabat oleh Wakapolri;
3. Karendalopspus dijabat oleh Asops Kapolri;
4. Kaopspus dijabat oleh pejabat fungsi yang dikedepankan; dan
5. Wakaopspus, Kasetopspus, Kapusdataopspus dan Kasatgaspus dijabat oleh
pejabat fungsi yang dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
b. tingkat Polda:
1. Kaopsda dijabat oleh Kapolda;
43. 43
2. Wakaopsda dijabat oleh Wakapolda;
3. Karendalopsda dijabat oleh Karoops Polda; dan
4. Kasetopsda, Kapusdataopsda dan Kasatgasda dijabat oleh pejabat fungsi
yang dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
c. tingkat Polres:
1. Kaopsres dijabat oleh Kapolres;
2. Wakaopsres dijabat oleh Wakapolres;
3. Karendalopsres dijabat oleh Kabagopsres; dan
4. Kasetopsres, Kapusdataopsres dan Kasatgasres dijabat oleh pejabat fungsi
yang dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
Pada Pasal 31 menyatakan:
Struktur organisasi operasi kepolisian terpusat tercantum dalam lampiran ”B” yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pada Bagian Ketiga Pelaksanaan Pasal 32, menyebutkan bahwa
Pelaksanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian terpusat dilaksanakan dengan tahapan
kegiatan sebagai berikut:
a. gelar pasukan untuk operasi kepolisian yang bersifat terbuka;
b. membuat rencana kegiatan (Rengiat) Satgas operasi kepolisian;
c. menggerakkan Satgas operasi kepolisian untuk menangani TO yang telah ditetapkan;
d. memonitor, memetakan, dan ploting kegiatan operasi kepolisian;
e. menghimpun dan mendata laporan harian hasil operasi kepolisian;
f. membuat perkiraan cepat (Kirpat) apabila terjadi perubahan TO, yang diikuti perubahan
CB dan pelibatan kekuatan bila diperlukan;
g. membuat analisa dan evaluasi (Anev) harian atau mingguan; dan
h. melaporkan pelaksanaan dan hasil operasi secara berjenjang kepada penanggung jawab
kebijakan operasi kepolisian melalui Karendalops.
Pada Bagian Keempat, Pengendalian, Pasal 33 menyebutkan bahwa:
Pengendalian dalam penyelenggaraan operasi kepolisian terpusat dilaksanakan dengan tahapan
kegiatan sebagai berikut:
a. pemantauan setiap pentahapan operasi dan hasil yang dicapai;
b. pemberian petunjuk dan arahan secara langsung, melalui surat atau voice data video
(teleconfrence);
44. 44
c. supervisi dan/atau asistensi;
d. konsolidasi sumber daya yang digunakan dalam operasi kepolisian;
e. penilaian yang berpedoman pada standar keberhasilan operasi kepolisian; dan
f. pelaporan hasil akhir operasi kepolisian kepada penanggung jawab operasi melalui
Karendalops dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari setelah operasi berakhir,
dengan memuat:
1. pendahuluan;
2. pelaksanaan;
3. hasil yang dicapai; dan
4. penutup.
Pada Bab IV, Operasi Kepolisian Kewilayahan Tingkat Polda, Bagian Kesatu, Perencanaan,
Pasal 34 menyebutkan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polda secara mandiri dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. melaporkan kepada Kapolri tentang rencana penyelenggaraan operasi kepolisian;
b. penyusunan dan pengiriman direktif Kapolda kepada Kasatwil dan/atau Kasatker yang
akan dilibatkan dalam operasi kepolisian;
c. penyusunan Kirsus intelijen dibuat oleh Ditintelkam Polda;
d. rapat koordinasi dengan fungsi-fungsi yang dilibatkan atau instansi terkait;
e. penyusunan rencana TI dibuat oleh Bidang TI Polda
f. penyusunan Renops atau Renops kontinjensi;
g. penyusunan Sprinlakops;
h. penyusunan Renlat dan penyelenggaraan Latpraops;
i. penyusunan dan pengiriman PO;
j. penyiapan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan;
k. penyusunan HTCK operasi kepolisian;
l. penyiapan tanda pengenal operasi kepolisian, bila diperlukan;
m. penyaluran anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;
n. pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi kepolisian sesuai
kebutuhan; dan
o. penyiapan ruang posko operasi yang berisi piranti lunak, piranti keras dan panel data
dalam bentuk digital.
45. 45
Pada Pasal 35, menyebutkan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polda yang diback up Mabes Polri dan/atau melibatkan personel Polres, dengan tahapan
kegiatan sebagai berikut:
a. operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh Polda yang diback up Mabes Polri:
1. Kapolda mengajukan permohonan bantuan kekuatan kepada Kapolri, terlebih
dahulu dikoordinasikan dengan Asops Kapolri;
2. permohonan disampaikan secara tertulis yang ditandatangani oleh Kapolda;
3. dalam hal permohonan disampaikan secara lisan, segera ditindaklanjuti dengan
permohonan secara tertulis;
4. menerima penyerahan personel Mabes Polri yang dilibatkan dalam operasi
kepolisian dari Asops Kapolri; dan
5. menetapkan personel yang dilibatkan dalam operasi kepolisian dengan surat
perintah yang ditandatangani oleh Kapolda.
b. operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh Polda dengan melibatkan personel
Polres:
1. Kapolda memerintahkan Kapolres untuk menyiapkan sarana prasarana dan
personel yang akan dilibatkan;
2. menerima penyerahan personel Polres yang dilibatkan dalam operasi kepolisian dari
Kapolres; dan
3. menetapkan personel yang dilibatkan dalam operasi kepolisian dengan surat
perintah yang ditandatangani oleh Kapolda.
Pada Pasal 36, menyebutkan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polda dan Polres dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. Polda melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34;
b. Polres melaksanakan kegiatan:
1. penyusunan Kirsus intelijen oleh Satintelkam Polres;
2. rapat koordinasi dengan fungsi-fungsi yang dilibatkan atau instansi terkait;
3. penyusunan rencana TI oleh Seksi Teknologi Informasi Kepolisian (SITIPOL);
4. penyusunan Renops atau Renops Kontinjensi;
5. penyusunan Sprinlakops;
6. penyusunan Renlat dan penyelenggaraan Latpraops;
7. penyusunan dan pengiriman PO;
46. 46
8. penyiapan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan;
9. penyusunan HTCK operasi kepolisian;
10. penyiapan tanda pengenal operasi kepolisian, bila diperlukan;
11. penyaluran anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;
12. pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi kepolisian
sesuai kebutuhan; dan
13. penyiapan ruang posko operasi yang berisi piranti lunak, piranti keras dan panel
data dalam bentuk digital.
Pasal 37
Format-format mengenai administrasi operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polda tercantum
dalam lampiran “C” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pada Bagian Kedua, Pengorganisasian, Pasal 38 menyebutkan bahwa:
Pengorganisasian dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan meliputi:
a. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
b. Wakil Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
c. Karendalops;
d. Kaops;
e. Wakaops;
f. Kasetops;
g. Kapusdataops; dan
h. Kasatgas.
Pada Pasal 39 menyebutkan bahwa:
Pejabatoperasi tingkatPolda pada operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh Polda
secara mandiri dan Polda yang diback up Mabes Polri dan/atau melibatkan personel Polres
sebagai berikut:
a. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Kapolda;
b. Wakil penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Wakapolda;
c. Karendalops dijabat oleh Karoops Polda;
d. Kaops dijabat oleh pejabat fungsi yang dikedepankan pada tingkat Polda; dan
e. Wakaops, Kasetops, Kapusdataops, dan Kasatgas dijabat oleh pejabat fungsi yang
dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
47. 47
Pada Pasal 40, menyebutkan bahwa :
(1) Sebutan pejabatoperasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh Polda dan Polres,
untuk membedakannya di belakang nama jabatan dalam struktur organisasi operasi
ditambahkan daerah (da) atau Polres (res).
(2) Pejabat operasi tingkat Polda dan Polres pada operasi kepolisian kewilayahan sebagai
berikut:
a. tingkat Polda, meliputi:
1. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Kapolda;
2. Wakil Penanggung Jawab Kebijakan Operasi dijabat oleh Wakapolda;
3. Karendalopsda dijabat oleh Karoops Polda;
4. Kaopsda dijabat oleh pejabat fungsi yang dikedepankan; dan
5. Wakaopsda, Kasetopsda, Kapusdataopsda dan Kasatgasda dijabat oleh
pejabat fungsi yang dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
b. tingkat Polres, meliputi:
1. Kaopsres dijabat oleh Kapolres;
2. Wakaopsres dijabat oleh Wakapolres;
3. Karendalopsres dijabat oleh Kabagopsres; dan
4. Kasetopsres, Kapusdataopsres dan Kasatgasres dijabat oleh pejabat fungsi
yang dikedepankan atau perwira Polri yang ditunjuk.
Pasal 41
Struktur organisasi operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polda tercantum dalam lampiran ”D”
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pada Bagian Ketiga, Pelaksanaan, Pasal 42 menyebutkan bahwa :
Pelaksanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan dilaksanakan dengan
tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. gelar pasukan untuk operasi kepolisian yang bersifat terbuka;
b. membuat Rengiat Satgas operasi kepolisian;
c. menggerakkan Satgas operasi kepolisian untuk menangani TO yang telah ditentukan;
d. memonitor, memetakan, dan ploting semua kegiatan operasi kepolisian;
e. menghimpun dan mendata laporan harian hasil operasi kepolisian;
48. 48
f. membuat Kirpat apabila terjadi perubahan TO, yang diikuti perubahan CB dan pelibatan
kekuatan, bila diperlukan;
g. membuat Anev harian atau mingguan; dan
h. melaporkan pelaksanaan dan hasil operasi secara berjenjang kepada penanggung jawab
kebijakan operasi kepolisian melalui Karendalops.
Pada Bagian Keempat, Pengendalian, Pasal 43 menyatakan bahwa:
Pengendalian dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan dilaksanakan dengan
tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. pemantauan setiap pentahapan operasi dan hasil yang dicapai;
b. pemberian petunjuk dan arahan secara langsung melalui surat dan/atau voice data video
(teleconference);
c. supervisi dan/atau asistensi;
d. konsolidasi kekuatan yang digunakan dalam operasi kepolisian;
e. penilaian keberhasilan operasi kepolisian berpedoman pada standar keberhasilan operasi
kepolisian; dan
f. pelaporan hasil akhir operasi kepolisian kepada Kapolri melalui Asops Kapolri dalam waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari setelah operasi berakhir, dengan memuat:
1. pendahuluan;
2. pelaksanaan;
3. hasil yang dicapai; dan
4. penutup.
Pada Bab V, Operasi Kepolisian Kewilayahan Tingkat Polres, Bagian Kesatu, Perencanaan,
Pasal 44, menyatakan bahwa:
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polres secara mandiri dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. pemberitahuan kepada Polda tentang rencana penyelenggaraan operasi kepolisian;
b. penyusunan Kirsus intelijen dibuat oleh Satintelkam Polres;
c. rapat koordinasi dengan fungsi-fungsi yang dilibatkan atau instansi terkait;
d. penyusunan rencana TI dibuat oleh Seksi TI Polres
e. penyusunan Renops atau Renops Kontinjensi;
f. penyusunan Sprinlakops;
g. penyusunan Renlat dan penyelenggaraan Latpraops;
49. 49
h. penyusunan dan pengiriman PO;
i. penyiapan format dan/atau belangko dan dokumen lain yang diperlukan;
j. penyusunan HTCK operasi kepolisian;
k. penyiapan tanda pengenal operasi kepolisian, bila diperlukan;
l. penyaluran anggaran kepada yang berhak sesuai ketentuan yang berlaku;
m. pengecekan akhir dan pembagian dukungan sarana prasarana operasi kepolisian sesuai
kebutuhan; dan
n. penyiapan ruang posko operasi yang berisi piranti lunak, piranti keras dan panel data
dalam bentuk digital.
Pasal 45
Perencanaan dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan yang dilaksanakan oleh
Polres yang diback up Polda, dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. Kapolres mengajukan permohonan bantuan kekuatan kepada Kapolda, yang terlebih
dahulu dikoordinasikan dengan Karoops Polda;
b. permohonan disampaikan secara tertulis yang ditandatangani oleh Kapolres;
c. dalam hal permohonan disampaikan secara lisan, segera ditindaklanjuti dengan
permohonan secara tertulis;
d. menerima penyerahan personel Polda yang dilibatkan dalam operasi kepolisian dari
Karoops Polda; dan
e. menetapkan personel Polda yang dilibatkan, dengan surat perintah yang ditandatangani
oleh Kapolres.
Pasal 46
Format-format mengenai administrasi operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polres tercantum
dalam lampiran “E” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pada Bagian Kedua, Pengorganisasian, Pasal 47, menyatakan bahwa:
Pengorganisasian dalam penyelenggaraan operasi kepolisian kewilayahan tingkat Polres:
a. Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
b. Wakil Penanggung Jawab Kebijakan Operasi;
c. Kaops;
d. Wakaops;
e. Karendalops;