Dokumen tersebut memberikan rekomendasi untuk memasukkan kurikulum pendidikan lingkungan hidup dan anti pembakaran sampah di sekolah guna mencegah terulangnya bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan perkebunan di Provinsi Jambi. Beberapa saran yang diajukan antara lain merekrut tenaga pendidik yang peduli lingkungan, memantau pelatihan guru, memasukkan materi pentingnya kelestarian lingkungan di kurikulum, dan m
Kurikulum sadar lingkungan cegah kebakaran1;WORO HANDAYANI SPd
1. (NASKAH)
JUDUL
MEMUNCULKAN KURIKULUM SADAR LINGKUNGAN CEGAH BAKAR
SAMPAH, DAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN GUNA MENANAMKAN
MIDSET ANTI PEMBAKARAN PERKEBUNAN/HUTAN
Dengan kerendahan hati penulis bukan bermaksud menggurui, namun sebagai wujud
keprihatinan sebagai warga Provinsi Jambi yang sedang dilanda bencana asap kebakaran
lahan perkebunan, penulis berusaha memberikan sumbang saran dan sikap yang dapat
ditempuh oleh berbagai pihak, dengan harapan Provinsi Jambi bebas dari bencana asap
Ny.WORO HANDAYANI,SPd,MPd
Jambi, September 2015
2. 2
MEMUNCULKAN KURIKULUM SADAR LINGKUNGAN CEGAH BAKAR
SAMPAH, DAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN GUNA MENANAMKAN
MIDSET ANTI PEMBAKARAN PERKEBUNAN/HUTAN
Oleh Woro Handayani,SPd,MPd.
Perlu diketahui bersama bahwa kondisi udara Kota Jambi pada saat ini
terasa menyesakkan pernafasan pada setiap warga Jambi, penyakit ISPA sudah
menjangkiti masyarakat, demam, batuk, tenggorokan terasa panas, sakit, dan mata
terasa pedih apabila berada dihalaman ataupun dijalan raya. Hal ini menunjukkan
bahwa Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dalam kondisi semakin
meningkat dan sepertinya sudah barang tentu dalam kategori berbahaya,
sebagaimana yang telah informasi oleh BLHD Provinsi Jambi. Peningkatan ISPU
ini akan terus terjadi dalam beberapa hari ini bahkan diprediksi akan terus
berlangsung selama 1(satu) bulan kedepannya. Peningkatan ISPU cukup
meningkat drastis, kondisi seperti ini terpantau pada tanggal 3 September 2015
ISPU berada pada level 162 dengan kategori tidak sehat, Kemudian pada hari
Senin tanggal 6 September 2015 ISPU berada pada angka capaian 183 dengan
kategori tidak sehat, berlanjut lagi pada hari Selasa tanggal 7 September 2015
ISPU berada pada angka 216 dalam kategori tidak sehat. Hari Rabu tanggal 9
September 2015 posisi ISPU diangka 324, kemudian hari Kamis tanggal 10
September 2015 peringkat ISPU pada angka 306, Bahkan terjadi peningkatan ISPU
berlanjut pada hari berikutnya ISPU mencapai angka 291 sampai dengan angka
324 pada hari Jumat tanggal 11 September 2015 capaian ISPU pada angka 360,
hari Sabtu tanggal 12 September 2015 angka ISPU menjadi 409 dengan kategori
berbahaya. Berdasarkan keterangan BLHD Prov. Jambi angka capaian ISPU
kategori diatas 300 adalah kualitas udara yang berbahaya dan tentunya akan
sangat merugikan bagi kesehatan warga Prov.Jambi, mengganggu kegiatan
penerbangan dan pelayaran, aktifitas belajar mengajar (pendidikan) siswa dan guru
menjadi terhenti akibat sekolah diliburkan, mengganggu usaha dan budidaya
perikanan serta pertanian, mengganggu perekonomian masyarakat yang sekarang
ini sedang dilanda krisis ekonomi.
3. 3
ISPU didapat dari alat HVAS yang dioperasionalkan di Kota Baru Jambi,
kegiatan Update secara berkala setiap pukul 15.00 wib, Terpantau berdasarkan
laporan BLHD Prov Jambi
Seringnya kita lihat dijalan, sekolahan, perkantoran instansi pemerintahan,
lokasi pasar malam dan komedi putar, lokasi wisata, terminal, bandara, pelabuhan,
diatas kendaraan umum (bus, travel, kereta api dll) terpantau orang, oknum, warga
membuang sampah sembarangan, demikian pula ada yang sadar menyapu dan
membersihkan sampah dihalaman masing-masing warga, lokasi perkantoran,
sekolah, pasar yang mereka lakukan adalah menyalakan api dan membakar
sampah dilokasi tersebut, bayangkan apabila yang membakar lebih dari 100.000
(seratus ribu) warga masyarakat pastilah akan menimbulkan masalah asap terhadap
lingkungan. Setiap individu keluarga sudah barang tentu mereka memiliki anak,
apabila keberadaan ayah bundanya sering membakar sampah didepan mata sang
anak tentulah hal ini merupakan proses pembelajaran dan proses percontohan
yang akan selalu melekat pada diri sanubari anak tersebut sampai akhir hayat.
Kebiasaan rajin membakar sampah dilingkungan perumahan warga adalah
kebiasaan yang menyertai pada setiap anak (kecuali diperkotaan elit /pemukiman
kelas atas yang sudah tertata manajemen sampahnya dan prosentase lebih kecil),
artinya ada yang salah dalam pola perilaku warga, hal ini merupakan kebiasaan
yang memang tidak disadari akan berakibat merugikan dan mencemari udara yang
akhirnya berbalik merugikan warga itu sendiri.
Kondisi seperti ini sudah barang tentu siapapun tidak mau dipersalahkan,
langkah yang kurang bijak apalagi mencari kambing hitam atau dengan kata lain
sasaran atau korban yang harus dihujat , atau dipersalahkan. Mengambil sikap
politik marah, sikap emosional yang meledak dan menyalahkan pihak-pihak terkait
tidak akan menyelesaikan permasalahan bahkan cenderung akan memperkeruh
suasana kebatinan, yang pada ujungnya adalah terbentuknya sikap cerai berai,
masa bodoh, serta tidak kompak dalam mengatasi situasi serius ini diperlukan
langkah tindakan yang berani, cepat, tanggap dan taktis, serta membutuhkan
penanganan cepat tanggap darurat.
Dengan segala kerendahan hati, penulis bukan bermaksud menggurui
kepada siapapun, namun sebagai wujud keprihatinan penulis sebagai warga
Provinsi Jambi yang sedang dilanda kesedihan akibat dari bencana asap akibat
4. 4
dari kebakaran perkebunan, penulis berusaha memberikan sumbang saran dan
sikap yang harus ditempuh oleh para pemangku kebijakan dibidang pendidikan,
antara lain adalah sebagai berikut : 1). Dalam rekrutmen tenaga pendidik,
prioritaskan mereka yang memiliki skill /keahlian pengetahuan tentang kesadaran
terhadap lingkungan, utamakan para pelopor cinta lingkungan. 2). Lakukan
monitoring dan Evaluasi pada setiap kegiatan pelatihan yang bertujuan
meningkatkan kemampuan pendidik/mutu guru yang telah kita lakukan, siapkan skill
ahli lingkungan. 3). Sebagai pemangku kebijakan dibidang pendidikan mempunyai
tugas memanusiakan manusia sehingga dalam setiap diri anak didik diupayakan
cinta lingkungan alam, terpatri dalam sanubari anak didik untuk mempunyai jiwa
yang peduli terhadap mahluk lain sehingga memahami akan perbuatan yang
merugikan terhadap orang lain seperti empati terhadap penderitaan masyarakat
yang terkena bencana asap akibat membakar lading perkebunan / hutan. 4)
memasukan dalam kurikulum pendidikan tentang pentingnya kelestarian
hutan,reboisasi dan penanggulangan bencana kebakaran hutan sehingga generasi
yang akan datang mempunyai kesadaran akan arti pentingnya menjaga kelestarian
tanaman, lingkungan hidup/ hutan, taman hutan kota, taman nasional Kerinci
Seblat, taman nasional Bukit Dua Belas, taman nasional Bukit Tiga Puluh sebagai
paru-paru dunia dan bumi bergantung pada hutan sebagai penjaga suhu bumi agar
tetap stabil (mencegah global warming). 5). Menerapkan pendidikan tentang cinta
alam dan arti pentingnya lingkungan mulai dari pendidikan usia dini sampai
perguruan tinggi. Kita semua bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
alam, bertanggung jawab menjaga lingkungan hidup, menanamkan budaya perilaku
hemat air bersih dan daur ulang dimulai dengan yang paling sederhana,
menanamkan midset perilaku untuk tidak membuang sampah sembarangan dan
menanamkan kebiasaan/ kultur untuk menanam pohon. 6). Terobosan kreatatif
(breakthrough) dalam mencari formula mendidik anak untuk cinta tanaman, cinta
lingkungan hidup tidak buang dan membakar sampah sembarangan. Siswa didik
merasa nyaman dan tidak terpaksa dalam menerima doktrin cinta tanaman,
lingkungan hidup, rela dan ikhlas untuk merubah kultur buang dan membakar
sampah sembarangan yang mereka terima dari lingkungan masyarakat dimana
mereka tinggal.
5. 5
Ingat pepatah, ”jangan menjadi pemadam kebakaran pada setiap kasus
bencana, lebih baik mengedepankan upaya cegah tangkal atau upaya
preventif dalam capaian solusi tuntas”, menerapkan kurikulum yang berpihak ke
alam lingkungan, yang berpihak terhadap kelestarian hutan, siswa-siswi memahami
hukum sebab akibat (causalitas) bahwa bencana asap kebakaran adalah karena
ulah manusia, oleh karena itu peristiwa kebakaran lahan hutan dan perkebunan
menjadi pembelajaran yang sangat mahal bagi kita semua, artinya seharusnya
kejadian karlahut sekiranya tidak terulang pada setiap tahunnya karena peristiwa
tersebut akan berdampak buruk dan merugikan umat manusia dan semua mahkluk
yang ada dimuka bumi ini, merusak ekosistem lingkungan, menambah suasana
kekeringan. Semoga sumbang saran yang kami persembahkan menjadi
bermanfaat. Amin.