Sistem suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang berfungsi meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata yang dapat meningkatkan kenyamanan berkendara dan pengendalian kendaraan.
Sistem Kemudi adalah suatu sistem mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Cara kerja sistem kemudi ini saat steering wheel diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear yang memperbesar tenaga putar sehingga dihasilkan momen yang besar untuk menggerakkan roda depan melalui steering linkage.
Sistem Kemudi adalah suatu sistem mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Cara kerja sistem kemudi ini saat steering wheel diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear yang memperbesar tenaga putar sehingga dihasilkan momen yang besar untuk menggerakkan roda depan melalui steering linkage.
Sistem propeller shaft meruakan bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk memindahkan tenaga dari transmisi ke differential dengan demikian, tenaga dari mesin bisa diteruskan ke peggerak roda menggerakkan kendaraan
Modul ini menjelaskan tentang bagaimana komponen dari CVT, sistem kerja CVT, serta beberapa definisi2 dari CVT yang bisa dijadikan pedoman dalam praktek.
Sistem propeller shaft meruakan bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk memindahkan tenaga dari transmisi ke differential dengan demikian, tenaga dari mesin bisa diteruskan ke peggerak roda menggerakkan kendaraan
Modul ini menjelaskan tentang bagaimana komponen dari CVT, sistem kerja CVT, serta beberapa definisi2 dari CVT yang bisa dijadikan pedoman dalam praktek.
15. Kesimpulan. Setelah melaksanakan kegiatan praktikum dan menganalisa dari tiap – tiap materi, Sistem kemudi dan suspensi dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkasn kestabilan yang diinginkan harus adanya kestabilan antara sistem kemudi dan suspensi.
16. Saran.
a. Dalam pelaksanaan praktikum Sistem kemudi dan suspensi ini hendaknya diberikan alat instruksi yang lebih lengkap dan dari berbagai jenis kendaraan sehingga Bintara siswa dapat lebih memahami tentang sistem kemudi dan suspensi pada berbagai jenis kendaraan.
b. Dimohon agar para Bintara siswa Jurusan Teknik Otomotif Ranpur #XXIII diberi bekal praktek tentang Sistem kemudi dan Suspensi yang ada pada kendaraan tempur, sehingga apabila mengalami permasalahan pada kendaraan tempur yang ada pada satuan masing-masing dapat diaplikasikan dengan baik dan benar.
LAPORAN PRAKTEK KONSTRUKSI RANPUR I
TENTANG
SISTEM KEMUDI DAN SUSPENSI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Pada saat ini kemajuan teknologi pada bidang otomotif sudah berkembang sangat pesat. Hal tersebut dibutuhkan kemampuan teknisi untuk merawat serta memperbaiki bila terjadi suatu kendala pada mesin. Salah satu hal yang harus dikuasai dalam memperbaiki pemeliharaan dan perawatan kendaraan adalah pemahaman tentang konstruksi kendaraan.
b. Dalam pelaksanaan praktek konstruksi ranpur I ini, diperlukan beberapa prosedur yang harus dilaksanakan agar proses praktek konstruksi ranpur I tersebut dalam berjalan dengan lancar. Pelaksanaan praktek memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga kualitas dan kondisi suatu kendaraan. Hal ini yang menjadi dasar Bintara siswa D3 Jurusan Teknik Otomotif Ranpur #XXIII melaksanakan praktek konstruksi ranpur I.
c. Berdasarkan fakta diatas, maka dibuat laporan pelaksanaan konstruksi ranpur I tentang Sistem Kemudi dan Suspensi yang dilaksanakan di bengkel otomotif Lemjiantek Kodiklat TNI Angakatan Darat.
2. Maksud dan Tujuan.
a. Maksud. Penulisan laporan ini dimaksud untuk laporan pelaksanaan praktek pada mata kuliah praktek Konstruksi Ranpur I.
b. Tujuan. Laporan pelaksanaan praktikum Konstruksi Ranpur bertujuan untuk melatih siswa dalam memahami sistem kemudi dan suspensi.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.
a. Ruang Lingkup. Lingkup pembahasan laporan praktek Konstruksi Ranpur I tentang sistem kemudi dan suspensi.
b. Tata Urut. Laporan praktikum praktek Konstruksi Ranpur I ini disusun dengan tata urut sebagai berikut:
a. Bab I Pendahuluan
b. Bab II Sistem kemudi
c. Bab III Sistem suspensi
c. Bab IV Kesimpulan dan saran
d. Bab V Penutup
4. Metode Penulisan.
a. Literatur. Penyusun mengumpulkan data-data dari buku sebagai petunjuk serta referensi didalam penyusunan laporan.
b. Observasi. Penyusun mencari keterangan serta praktek di lapangan.
c. Interview. Penyusun mengadakan konsultasi langsung dengan teknisi orang-orang yang mengetahui sistem tersebut.
Seluruh kendaraan dituntut bisa dioperasikan atau dijalankan pada berbagai kondisi jalan. Namun demikian, mesin yang berfungsi sebagai penggerak utama pada suatu kendaraan tidak bisa melakukan dengan baik apa yang menjadi kebutuhan atau tuntutan kondisi jalan tersebut. Misalnya, pada saat jalan mendaki, kendaraan membutuhkan momen punter (torsi) yang besar, namun kecepatan atau laju kendaraan yang dibutuhkan rendah.
Pada saat ini walaupun putaran mesin tinggi karena katup trotel atau katup gas dibuka penuh namun putaran mesin tersebut harus dirubah menjadi kecepatan atau laju yang rendah. Sedangkan pada saat sepeda motor berjalan pada jalan yang rata, kecepatan diperlukan tapi tidak diperlukan torsi yang besar.
Dari pendahuluan diatas, sesuai dengan yang akan dibahas yakni tentang system kopling, maka sebagai kesimpulan awal bahwa system kopling masuk pada bagian system pemindah tenaga. Oleh karena itu pada pembahasan kali kita akan membahas secara terperinci yang erat kaitannya dengan system kopling.
1. 15
BAB III
SISTEM SUSPENSI
9. Umum Sistem suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang berfungsi
meredam kejutan, getaran yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang
tidak rata yang dapat meningkatkan kenyamanan berkendara dan pengendalian
kendaraan.
10. Fungsi Sistem Suspensi. Adapun fungsi sistem suspensi pada kendaraan
adalah sebagai berikut :
a. Selama kendaraan berjalan, kendaraan secara bersama-sama dengan
roda menyerap getaran, guncangan dan kejutan dari permukaan jalan, hal ini
untuk memberikan kenyamanan dan keamanan penumpang.
b. Memindahkan gaya pengereman dan gaya gerak ke bodi melalui gesekan
antara jalan dengan roda-roda.
c. Menopang bodi pada axle dan memelihara letak geometris antara bodi dan
roda-roda.
11. Prinsip Kerja Sistem Suspensi. Saat roda roda menerima kejutan dari
permukaan jalan, maka akan diteruskan ke lower maupun upper arm, lalu gaya tersebut
ditahan oleh pegas dan mengakibatkan terjadinya pemendekan dan pemanjangan
pegas, kemudian gaya pemegasan diperhalus oleh peredam getaran (shock absorber)
agar tidak terjadi oksilasi berlebihan. Hal ini memungkinkan roda roda tetap menapak
pada jalan.
12. Jenis-Jenis Suspensi Pada Kendaraan. Beberapa tipe pegas yang digunakan
pada sistem suspensi :
a. Pegas ulir (coil spring), dikenal juga dengan nama '’per keong’', jenis yang
digunakan adalah pegas ulir tekan atau pegas ulir untuk menerima beban tekan.
b. Pegas daun (leaf spring), umumnya digunakan pada kendaraan berat atau
niaga dengan sistem suspensi dependen.
c. Pegas puntir atau dikenal dengan nama pegas batang torsi (torsion bar
spring), umumnya digunakan pada kendaraan dengan beban tidak terlalu berat.
2. 16
13. Komponen suspensi.
a. Pegas. Pegas berfungsi menyerap kejutan dari jalan dan getaran roda-
roda agar tidak diteruskan ke bodi secara langsung, juga untuk mencegah daya
cengkeram ban terhadap permukaan jalan.
Gambar 3.1 Pegas
b. Shock Absorber. Dalam menyerap kejutan-kejutan, pegas harus bekerja
sama dengan Shock absorber . Tanpa shock absorber pegas akan bergetar naik
turun lébih lama. Shock absorber mampu meredamgetaran pegas Seketika dan
membuangnya menjadi energi panas.
c. Ball joint. Ball joint selain berfungsi sebagai sumbu putaran roda juga
menerima beban vertikal maupun lateral. di dalam ball joint terdapat gemuk untuk
melumasi bagian yang bergesekan. Pada setiap periode tertentu gemuk harus
diganti.
Gambar 3.2 Ball Joint
1
2
3
45
3. 17
Keterangan:
1. Stud.
2. Boot.
3. Seat.
4. Seat.
5. Housing.
6. Screw Plug.
d. Stabilizer bar. Stabilizer bar (batang penyetabil) berfungsi mengurangi
kemiringan mobil akibat gaya sentrifugal pada saat mobil membelok. Disamping
itu, untuk menambah daya jejak ban. Pada suspensi depan,stabllizer bar biasanya
dipasang pada kedua lower arm melalui bantalan karet dan linkage, Pada bagian
tengah diikat ke rangka atau bodi pada dua tempat melalui bushing.
Gambar 3.3 Stabilizer bar
4. 18
e. Strut bar. Strut bar berfungsi untuk menahan lower arm agar tidak bergerak
mundur pada saat menerima kejutan dari permukaan jalan yang tidak rata atau
dorongan akibat terjadi pengereman.
Gambar 3.4 Strut bar
f. Lateral control rod. Komponen ini dipasang di antara poros penyangga
(axel) dan bodi mobil. Fungsinya untuk menahan axel selalu pada posisinya bila
menerima beban samping.
Gambar 3.5 Lateral control rod
5. 19
14. Penggolongan suspensi.
a. Suspensi poros kaku (suspensi rigid). Semula semua suspensi mobil
menggunakan model ini, bahkan sekarang pun masih banyak digunakan pada
kendaraan berat. Poros kaku (yang tunggal) dihubungkan ke rangka atau bodi
dengan pegas (pagas daun atau pegas koil) dan shock absorber. Jadi, tidak ada
lengan-lengan suspensi seperti pada suspensi independen.
Gambar 3.6 Suspensi pada kendaraan mobil
1) Sifat-sifat suspensi rigid (kaku).
a) Gerakan salah satu roda mempengaruhi roda yang lain.
b) Konstruksi sederhana, perawatan mudah.
c) Gerakan pemegasan sedikit mempengaruhi geometri roda.
d) Memerlukan ruang pemegasan yang besar.
e) Titik berat kendaraan tidak dapat rendah (kenyamanan
kurang).
f) Massa tak berpegas (aksel, roda) berat (kenyamanan
kurang).
g) Bodi sedikit miring pada saat belok.
2) Keuntungan dan kekurangan suspensi rigid (kaku), yaitu
a) Keuntungan :
(1) Konstruksi sederhana dan kuat.
6. 20
(2) Perubahan tread atau chamber yang di sebabkan
oleh gerakan axle kecil.
b) Kerugian :
(1) Kualitas mengendarai serta stabilitas kemudi di
kurang.
(2) Kecenderungan terjadi gerakan horizontal.
b. Suspensi bebas (suspensi independen). Suspensi independen adalah
istilah untuk sistem suspensi mobil yang memungkinkan setiap roda pada poros
yang sama untuk bergerak secara vertikal (yaitu bereaksi terhadap gundukan di
jalan) independen ( bebas ) tidak bergantung satu sama lain. Perhatikan bahwa
"independen" mengacu pada gerakan atau jalur pergerakan roda/suspensi. Sisi
kiri dan kanan dari suspensi untuk dihubungkan dengan anti-roll bar atau
mekanisme seperti lainnya. Biasanya suspensi independen ini digunakan pada
roda mobil penumpang atau truk kecil. Tetapi sekarang suspensi bebas banyak
digunakan juga pada roda belakang mobil penumpang. Pada suspensi
independen roda-roda kiri dan kanan tidak dihubungkan secara langsung pada
poros tunggal. Kedua roda bergerak secara bebas tanpa saling mempengaruhi.
Dengan demikian, gangguan terhadap sebuah roda ditanggulangi hanya roda itu
saja.
Gambar 3.7 Suspensi independen
7. 21
1) Sifat-sifat suspensi independen.
a) Gerakan salah satu roda tidak mempengaruhi roda lain.
b) Konstruksi agak rumit.
c) Membutuhkan sedikit tempat.
d) Jarak roda dan geometri roda berubah saat pemegasan.
e) Titik berat kendaraan dapat rendah (nyaman dan aman).
f) Pegas dapat dikonstruksi lembut (pegas tidak membantu
mengantar gerakan roda).
g) Perawatan lebih sulit.
2) Keuntungan dan kekurangan suspensi independen (bebas), yaitu :
a) Keuntungan:
(1) Kwalitas mengendarai lebih baik.
(2) Memiliki kemampuan singgung jalan yang lebih baik (
road holding)
b) Kerugian. Konstruksinya lebih rumit.