SlideShare a Scribd company logo
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Tim
Menurut Snow (1992), Johnson dan Johnson (2000) dan Cummings dan Worley
(2001), tim (team) adalah satu set interaksi interpersonal yang terstruktur
untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Tim terdiri dari dua orang atau
lebih individu yang menyadari adanya interdependensi yang positif dalam
mencapai sasaran bersama, saling berinteraksi, menyadari siapa saja yang
menjadi anggota dan bukan anggota tim, memiliki peran atau fungsi spesifik dalam
menampilkan performa, dan memiliki masa keanggotaan yang terbatas.
2.1.1 Pembentukan Tim
Organisasi yang berhasil sering kali adalah organisasi yang mengembangkan
kemampuan anggotanya untuk bekerja dalam tim. Untuk meningkatkan produktivitas
organisasi, produktivitas setiap tim yang berada di dalamnya juga harus
meningkat.
Berdasarkan Robbins (2003), organisasi atau tim dikatakan produktif jika
dapat mencapai sasaran dan mengubah input menjadi output dengan cost yang
rendah. Dalam hal ini, produktivitas mengimplikasikan efektivitas dan efisiensi.
Produktivitas tim bukan hanya fungsi dari kemampuan teknis dan kemampuan
melaksanakan tugas para anggota tim, melainkan juga, menurut Johnson dan Johnson
(2000), pembentukan tim perlu dilakukan secara hati-hati.
2.1.2 Kategori Tim
a) Executive Team
Sebuah tim eksekutif adalah tim manajemen yang membuat rencana untuk kegiatan
dan kemudian mengarahkan kegiatan tersebut (Devine, 2002). Contoh dari tim
eksekutif akan menjadi tim konstruksi merancang Kerangka Kerja untuk sebuah
bangunan baru, dan kemudian membimbing pembangunan gedung menggunakan Kerangka
Kerja tersebut.
b) Command Team
Tujuan dari tim perintah untuk menggabungkan instruksi dan mengkoordinasikan
tindakan di antara manajemen. Dengan kata lain, tim perintah berfungsi sebagai
"Penengah" dalam tugas (Devine, 2002). Misalnya, beberapa utusan konstruksi,
menyampaikan instruksi dari tim eksekutif untuk pembangunan sesuai dengan
instruksi dari tim komando.
c) Project Team
Sebuah tim yang digunakan hanya untuk jangka waktu tertentu, yang lebih
dikenal sebagai tim proyek. Kategori ini meliputi tim negosiasi, komisi dan tim
desain subtipe. Secara umum, jenis tim yang multi-talented dan terdiri dari
individu-individu dengan keahlian dalam berbagai bidang. Anggota tim ini mungkin
milik kelompok yang berbeda, tetapi menerima tugas untuk kegiatan untuk proyek
yang sama, sehingga memungkinkan orang luar untuk melihat mereka sebagai satu
kesatuan. Dengan cara ini, menyiapkan sebuah tim diduga memfasilitasi
penciptaan, pelacakan dan tugas dari sekelompok orang berdasarkan proyek di
tangan.
d) Advisory Team
Tim Penasehat memberikan saran tentang suatu hasil akhir (Devine, 2002).
Misalnya, kelompok kontrol kualitas pada jalur perakitan akan menjadi contoh
dari sebuah tim penasehat: mereka akan memeriksa produk yang dihasilkan dan
membuat saran tentang bagaimana meningkatkan kualitas barang yang dibuat.
e) Work Team
Tim kerja bertanggung jawab atas tindakan yang sebenarnya menciptakan produk
dan jasa (Devine, 2002). Para pekerja yang sebenarnya pada jalur perakitan akan
menjadi contoh dari tim produksi, sedangkan pelayan dan pelayan di restoran akan
menjadi contoh dari tim layanan.
f) Action Team
Tim Action adalah tim yang sangat khusus dan terkoordinasi yang tindakannya
sangat terfokus Untuk menghasilkan produk atau jasa (Devine, 2002). Sebuah tim
sepak bola NFL akan menjadi contoh dari sebuah tim aksi. Contoh lain adalah
militer, paramedis, dan transportasi (kru Eg. Flight di pesawat terbang).
g) Sport Team
Sebuah tim olahraga adalah sekelompok orang yang bermain olahraga Secara Tim.
Anggotanya mencakup semua pemain (bahkan mereka yang sedang menunggu giliran
untuk bermain) serta anggota pendukung seperti manajer tim atau pelatih.
h) Virtual Team
Dengan teknologi komunikasi modern telah datang tim virtual, teknologi baru
dan canggih yang menyediakan sarana untuk pekerjaan yang tersebar (dilakukan di
lokasi yang berbeda) dan sinkronisasi (dilakukan pada waktu yang berbeda) masih
dilakukan dalam pengaturan tim. Struktur kerja disebut tim virtual dan dapat
diatur sepanjang garis fungsional atau lintas-fungsional. Sebuah tim virtual
adalah salah satu yang anggotanya didistribusikan secara geografis, mereka
bekerja sama melalui sarana elektronik dengan minimal melalui interaksi face-to-
face.
i) Swakelola Tim
Untuk mempertahankan keunggulan perusahaan-perusanan diperlukan pengelolaan
timsecara swakelola agar dapat mengembangkan dan mempertahankan keunggulan
kompetitif dengan intensitas tidak terlihat sebelumnya, dan dengan pengetahuan
bahwa lingkungan bisnis telah menjadi semakin bergejolak. Untuk memenuhi
tantangan semua jenis dan ukuran yang mengakui perlunya perubahan dalam struktur
internal dan budaya. Mereka akan hams membuat alternatif untuk perintah dan
kontrol struktur hirarkis, mengubah cara keputusan dibuat, mendefinisikan
kembali pekerjaan, dan perubahan asumsi manajer memiliki sekitar bagaimana
memimpin.
Swakelola tim (SMTs) adalah tim yang relatif otonom yang anggotanya berbagi
atau memutar tanggung jawab kepemimpinan dan saling menahan diri bertanggung
jawab untuk menentukan tujuan kinerja yang diberikan oleh manajemen yang lebih
tinggi. Swakelola tim biasanya lintas-fungsional dalam keanggotaan, dan memiliki
rentang lebar di daerah keputusan seperti mengelola diri mereka sendiri,
perencanaan dan penjadwalan kerja, dan mengambil tindakan pada masalah. Dalam
tim, anggota menetapkan tujuan tugas untuk daerah tertentu dari tanggung jawab
yang mendukung pencapaian tujuan tim secara keseluruhan. Persepsi adalah bahwa
karakteristik ini membuat swakelola tim lebih adaptif dan proaktif dalam
perilaku mereka daripada tim tradisioal
2.2 Team Based Organization
Setiap perusahaan memiliki orientasi untuk tumbuh dan berkembang menjadi
besar. Namun demikian, evolusi dari suatu organisasi kecil menjadi besar
memiliki dampak yang bisa sangat merugikan bagi kelangsungan perusahaan. Goleman
(2005) dan beberapa ahli lain berpendapat bahwa ukuran perusahaan yang semakin
besar dengan sendirinya sangat berlawanan dengan pengungkapan ide-ide
individual. Padahal sebagai suatu community, perusahaan dapat dinamis bergerak
akibat mobilitas para individu di dalamnya. Mereka menyarankan bahwa
lingkungan kerja kreatif dibentuk pada kebersamaan kelompok di mana
individu bisa saling mengenal satu sama lain.
Perusahaan besar yang cenderung monolitis dan birokratis adalah
hambatan terbesar dari optimalisasi pengembangan kreativitas individu. Jim
Collins dari Stanford University mengemukakan bahwa dalam kondisi
tersebut penyeragaman cenderung tumbuh, celah kreativitas menghilang dan
inovasi menjadi terkekang. Birokrasi panjang juga akan menghambat efektivitas
kerja, karena begitu banyak yang harus dilewati dari top leader (atau top
manager) sebagai konseptor dan perencana, sampai ke karyawan sebagai ujung
tombak pelaksana. Collins menganjurkan untuk ”memecah” perusahaan semacam ini
menjadi unit-unit yang lebih kecil dan semi otonom. Efisiensi dan efektivitas
dalam menghadapi masa yang dinamis, serba global dan serba cepat, memerlukan
transformasi dari perusahaan berdasar pada fungsi (functional-based
organization) yang sangat hierarkis dan bergerak lamban, menuju organisasi yang
berdasarkan tim (team-based organization). Tim-tim tersebut berupa Strategic
Bussiness Unit (SBU) yang lebih ramping, semi otonom, dan lebih lincah bergerak
sesuai dengan kondisi bisnis yang dialami.
Tim dengan kapasitas tersebut di atas tentu saja bukan sekedar
sekelompok individu yang ”bekerja bersama”. Stamatis (1996) mendefinisikan tim
sebagai sekelompok individu yang bekerja sama demi pencapaian tujuan bersama,
bertemu secara teratur untuk mengidentifikasikan masalah, memecahkan masalah
serta memperbaiki proses, dengan interaksi secara terbuka dan efektif dan
menghasilkan keluaran ekonomis serta dapat memotivasi organisasi. Secara
sederhana definisi tersebut dituangkan dalam akronim TEAM, Together
Everyone Achives More. Ada prinsip gestalt (kebulatan) berlaku di sini, bahwa
dalam kesatuan tim terdapat dinamika dan hasil yang tidak dapat dipenuhi
bila masing-masing individu berdiri sendiri. Tim bukan semata-mata
kumpulan individu sebagai pribadi, jumlah bagian-bagian tidak sama dengan
keseluruhan. Sebuah tim yang mampu memanfaatkan kekuatan dan ketrampilan khusus
setiap anggotanya, bisa menjadi lebih cerdas dan efektif daripada setiap
individu dalam tim tersebut.
Robert Sternberg, psikolog dari Universitas Yale, menyebutnya
sebagai IQ kelompok, yang merupakan keseluruhan talenta dari setiap anggota
tim. Ketika sebuah tim harmonis dan anggotanya tidak saling
berkompetisi secara negative, maka IQ kelompoknya menjadi tinggi dan
kemungkinan besar dapat mendorong kreativitas dari masing-masing anggota.
Menurut De Janasz, Dowd & Schneider (2000), terdapat banyak bukti yang
memperlihatkan bahwa tim dapat berfungsi lebih efektif, terutama bila
tugas-tugasnya sangat kompleks dan saling ketergantungan antar tugas
sangat tinggi. Tidak semua pekerjaan cocok dilaksanakan oleh tim. Namun
bila struktur tim telah dilaksanakan, banyak keuntungan yang dapat diperoleh
organisasi dan anggota tim itu sendiri, yaitu :
1. Meningkatkan kreativitas, pemecahan masalah dan inovasi.
2. Meningkatkan kualitas keputusan menjadi lebih baik.
3. Memperbaiki proses-proses.
4. Menjadi kompetitif secara global.
5. Meningkatkan kualitas.
6. Meningkatkan komunikasi.
7. Mengurangi turnover dan kemangkiran,serta meningkatkan moral karyawan.
Penyatuan ide, perspektif, pengetahuan, serta ketrampilan yang
berbeda dari individu di dalam tim, bisa menghasilkan sinergi dimana
ide-ide baru bisa dipertimbangkan. Bekerja dengan keragaman perbedaaan
individu, memungkinkan mereka menggabungkan ketrampilan dan bakat, guna
menciptakan pendekatan baru terhadap masalah.
De Janasz dkk., selanjutnya mengungkapkan bahwa hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan global (besar dan kompleks) yang telah
mentransformasikan diri menjadi team based organization menunjukkan
peningkatan dalam produktivitas, tanggung jawab atas pekerjaan, ketepatan waktu,
efisiensi serta pelayanan pada pelanggan. Sehingga dihasilkan standar
kualitas lebih tinggi daripada ketika masing-masing individu, atau sekelompok
individu yang tidak memiliki tujuan bersama, melakukan pekerjaan tersebut.
2.3 Perubahan Paradigma Kepemimpinan
Pelaksanaan team-based organization mengharuskan adanya pergeseran
paradigma kepemimpinan yang sudah ada. Salah satu tujuan pembentukan SBU adalah
menciptakan pembagian tanggung jawab pada setiap anggota tim, sehingga
tanggung jawab tunggal yang selama ini cenderung dibebankan kepada top
leader menjadi tidak relevan. Team Based Organization membutuhkan konsep
kepemimpinan sebagai kapasitas internal dalam diri setiap anggotanya.
Sehingga tugas seorang top leader adalah memberikan visi, dukungan, serta
membina hubungan perseorangan dengan orang-orang disekitarnya, dan setiap
individu dapat memberdayakan diri dan mengaktualisasikan dirinya.
Lebih lanjut Parker (1996) berpendapat bahwa kepemimpinan sebuah
tim harus dibagi bersama antar anggotanya. Setiap individu harus merasa dan
mengambil tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tugas dan
proses dalam tim. Tim efektif adalah tim yang melaksanakan kepemimpinan
bersama (shared leadership). Fungsi kepemimpinan dapat berganti dari waktu ke
waktu antar anggota tim, sesuai dengan pola kebutuhan tim dan ketrampilan para
anggotanya. Meskipun demikian, tanggung jawab pemimpin formal yang ada tidak
dapat diabaikan. Adanya transformasi terhadap masing- masing individu dalam
perusahaan dan transformasi perusahaan itu sendiri sebagai organisasi,
sesuai dengan konsep yang ditawarkan Bass (dalam Yukl, 2005) sebagai bentuk
kepemimpinan transformasional.
Dalam kepemimpinan transformasional, para karyawan akan merasakan
kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin
(formal) mereka, serta termotivasi untuk melakukan lebih dari apa yang
diharapkan dari dirinya. Kondisi tersebut dapat terbentuk karena pengaruh
beberapa perilaku pemimpin transformasional utama, yaitu:
1. Idealisasi Pengaruh
Pemimpin memberi makna pada apa yang diharapkan dari pengikutnya. Sesuatu yang
bermakna bagi perusahaan harus mampu ditanamkan dan menjadi bermakna pula bagi
karyawan.
2. Konsiderasi Pribadi
Mempedulikan kesejahteraan psiko-sosial para pengikut. Kesukaan, kebutuhan,
bahkan kehidupan pribadi karyawan harus menjadi perhatian bagi pemimpin,
sebagai jalan bagi pemberian dukungan atau sponsor bagi mereka.
3. Stimulasi Intelektual
Membangkitkan gairah belajar dan berbagi pengetahuan di antara para
pengikut. Proses tersebut dapat dibangun dengan budaya leading by question.
4. Motivasi Inspirasional
Membangkitkan gairah kerja secara inspirasional, bukan melalui
pertimbangan kalkulatif.
Keempat perilaku tersebut perlu dimantapkan dengan pembentukan
budaya apresiasi kepada karyawan. Sehingga terbangun self efficacy, yang
akan mengantarkan pada aktualisasi inovasi dan kreativitas karyawan.
Kepemimpinan transformasional dianggap efektif dalam situasi
dan budaya manapun. Bass mengungkapkan bahwa para pemimpin transformasional
sesuai dalam organisasi apapun, dan dalam tingkatan kerja manapun. Inti dari
kepemimpinan ini adalah pemberian inspirasi, pengembangan dan pendelegasian
wewenang kepada karyawan, sehingga mereka tidak terlalu bergantung pada
pemimpin. Pemimpin transformasional menjadikan setiap pengikutnya seorang
pemimpin. Kepemimpinan transformasional percaya bahwa orang-orang pada
umumnya cerdas dan memiliki potensi yang siap untuk digunakan bila mereka yakin
bahwa kerja mereka bermanfaat bagi mereka dan pihak lain yang mereka hargai.
Pengembangan keyakinan dan ketrampilan diri dilakukan bersamaan dengan
pembentukan tim dengan kemampuan mengelola diri sendiri, memberikan akses
langsung pada informasi sensitif, menghilangkan pengendalian yang
tidak diperlukan dan membangun sebuah budaya yang kuat untuk mendukung
pendelegasian wewenang.
2.4 Kreativitas dan Eployability Karyawan
Konsekuensi dari pendelegasian wewenang pada organisasi berbasis tim
adalah keharusan setiap anggota tim untuk selalu menjadi pemikir kreatif
yang mengambil tanggung jawab atas sikap dan respon mereka terhadap setiap
peluang kemajuan.
Kreativitas, sering kali dimaknai secara tumpang tindih
dengan inovasi, berkembang dari hasil proses interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Individu dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan di mana dia berada, sehingga pengubah di dalam diri individu dan
lingkungan sama-sama menunjang atau menghambat upaya kreatif. Untuk menciptakan
perusahaan kreatif, diperlukan individu-individu yang kreatif pula.
Sebaliknya, individu kreatif dapat terbentuk dari iklim dan budaya perusahaan
yang memungkinkan perkembangan kreativitas.
Rhodes (1961) mengemukakan Four P’s of Creativity: Person, Process, Press,
Product dari analisisnya pada empat puluh definisi tentang kreativitas. Saling
keterkaitan dari keempat P tersebut adalah: pribadi kreatif akan mencari dan
melibatkan diri dalam proses kreatif yang aman dan bebas secara psikologis,
dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan yang memungkinkan pengembangan
kreativitasnya secara optimal dan memungkinkan adanya produk-produk kreatif
bermakna.
1. Pribadi. Kreativitas terkait dengan dijumpainya karakteristik
kreativitas pada diri individu baik yang bersifat aptitude (kognitif),
seperti, keluwesan, keunikan, dan kelancaran, maupun karakteristik yang bersifat
non aptitude (afektif) seperti, ingin mencoba hal baru, rasa ingin tahu, berani
menghadapi resiko dan tidak takut berbuat salah.
2. Pendorong. Pendorong internal dari dalam individu berupa motivasi yang kuat
pada diri sendiri. Sedangkan pendorong eksternal, berasal dari luar diri
individu, seperti, didapatkannya berbagai macam pengalaman kerja,
lingkungan perusahaan yang cenderung kondusif menghargai berbagai ide dari
individu dan sarana dan prasarana di perusahaan yang mendukung pengembangan
sikap kreatif.
3. Proses. Kreativitas dari segi proses merupakan aktivitas-
aktivitas kreatif dari karyawan. Penekanannya pada bagaimana karyawan
melibatkan diri pada kegiatan- kegiatan kreatif dan apa yang dihasilkan
proses tersebut melalui gagasan-gagasan dalam pikiran.
4. Produk. Arti kreativitas mengacu pada kemampuan karyawan untuk
menciptakan produk-produk “baru“ dalam hal apapun.
Pengembangan kreativitas dalam diri individu sebenarnya berasal dan
bermuara pada kreativitas itu sendiri. Lingkaran kreativitas memperlihatkan
bagaimana kreativitas dapat menyebabkan kita diberi tanggung jawab yang
lebih oleh perusahaan (misalnya, kenaikan pangkat, jabatan, dan peningkatan
karir). Peningkatan tanggung jawab tersebut kemudian menjadi pendorong bagi
lahirnya kreativitas-kreativitas baru yang akan mendatangkan tanggung jawab baru
pula. Sekali kita melangkah dengan ide, proses dan hasil yang kreatif, dan
didukung oleh lingkungan kondusif, kita tidak akan pernah berhenti untuk terus
menjadi kreatif.
Kreativitas juga merupakan kunci bagi pengembangan employability
karyawan. Setiap perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang handal dan
kompetitif, serta mampu mengembangkan perusahaan. Karyawan dituntut agar
memiliki employability, kemampuan untuk dapat bekerja mengembangkan perusahaan
dan menghadapi kompetisi dalam dunia kerja saat ini. Untuk bersaing dalam
ekonomi global organisasi membutuhkan karyawan yang memiliki employability
melebihi persyaratan kerja dan melakukan pekerjaan secara proaktif
(dengan melalui inisiatif), serta secara aktif memiliki kemauan untuk belajar
(Sonnentag, 2003, h. 519).
Kreatifitas akan mendorong karyawan tidak hanya melakukan
seperti yang ditugaskan, mencari dan memanfaatkan kesempatan yang ada, serta
mampu menghasilkan perubahan konstruktif agar dapat memberi keuntungan pada
perusahaan dan konsumen. Tindakan-tindakan tersebut sangat dianjurkan oleh
Bateman & Snell (2004, h. 211) sebagai tindakan yang diperlukan dalam usaha
membentuk employability karyawan.
Penelitian Seibert, et al (1999, h. 423) terhadap sejumlah karyawan di
Amerika yang berasal dari berbagai pekerjaan dan perusahaan membuktikan bahwa
proaktivitas berkorelasi positif dengan kesuksesan karir individu baik karir
subjektif, berupa kepuasan karir (career satisfaction), maupun karir objektif,
meliputi peningkatan gaji dan promosi. Proaktivitas juga berkaitan dengan
kepemimpinan, sales performance, prestasi individu dan entrepreneurship
(atribut psikologis yangkental dengan kreativitas). Penelitian lain mengenai
proaktivitas, yang dilakukan oleh Kirkman dan Rosen (dalam Jong & Ruyter, 2004,
h. 463) juga membuktikan bahwa adanya proaktivitas dalam kelompok berkorelasi
positif terhadap komitmen organisasi, kepuasan kerja, customer service, dan
produktivitas.
Kreativitas yang tercermin dalam perilaku proaktif karyawan
tidak hanya berdampak pada kemajuan karir individu itu sendiri, tetapi secara
tidak langsung juga akan membawa pada kemajuan perusahaan. Terbukti dari hasil
penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan oleh Rust, et al pada tahun 2000
(dalam Jong & Ruyter, 2004, h. 463) menunjukkan bahwa proaktivitas dapat
berdampak pada peningkatan dalam penguasaan pasar (market share).
Employability, menurut Ramsey (dalam Mas“ud, 2002, h.206) harus
didukung dengan usaha karyawan untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi,
mengembangkan jaringan (network) dan mengembangkan hubungan manusia.
Sehingga karyawan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dinamika karir
yang terjadi. Paradigma karir dapat dikatakan mulai berubah. Karir tidak
lagi diartikan sebagai suatu peningkatan jabatan secara vertikal, tetapi
setiap perubahan jabatan atau posisi kerja seseorang dianggap suatu karir.
Cascio (2003, h. 373) mengemukakan bahwa dinamika karir tidak selalu bergerak
vertikal tetapi juga dapat horisontal misalnya melalui rotasi pekerjaan,
karena rotasi pekerjaan menyediakan tantangan kerja yang berbeda, lebih besar,
dan dapat memberikan kesempatan pengembangan diri yang lebih besar pula.
2.5 Lintas Fungsionai Tim Cross-Fungsional Team
Organisasi semakin berkembang menghadapi lingkungan eksternal yang
kompleks dan sangat dinamis membutuhkan struktur yang fleksibel dan kurang
hirarkis.Organisasi dalam menyeiesaikan tugas-tugas sering membutuhkan kerjasama
lintas batas seperti daerah fungsionai atau divisi. Individu terus-menerus
diminta untuk melewati batas fungsionai dan membentuk tim dengan individu dari
disiplin fungsionai lainnya untuk mencapai suatu tujuan umum. Tim multi fungsi
diajukan dari berbagai anggota dengan latar belakang yang berbeda, pengetahuan,
pengalaman,dan keahlian, yang dapat memecahkan masalah dan juga membantu dalam
pengambilan keputusan. Sebuah tim lintas-fungsional terdiri dari anggota dari
departemen fungsional yang berbeda dari sebuah organisasi yang dibawa bersama-
sama untuk melakukan tugas-tugas yang unik untuk menciptakan produk baru. Tim
para anggota juga dapat mencakup perwakilan dari organisasi-organisasi luar,
seperti sebagai pemasok, klien, dan joint-venture partners. Berikut ini ada enam
faktor kunci keberhasilan lintas fungsional tim yang efektif.
1. Mengembangkan kesepakatan Visi umum atau misi dan tujuan yang fokus pada
melaksanakan tim dalam organisasi.
2. Kepemimpinan dan dukungan manajemen (Tim lintas fungsional menawarkan banyak
manfaat potensial bagi organisasi)
3. Menyatukan orang yang tepat memberikan sumbangan tim dan beragam pengetahuan
dan potensi kreatif yang jauh melebihi apapun tim fungsional tunggal.
4. Koordinasi ditingkatkan dan hindarkan banyak masalah ketika orang-orang dari
fungsi yang berbeda.
5. Tim memberikan manfaat berbagai sumber informasi dan perspektif, kontak di
luar spesialisasi fungsional seseorang, dan kecepatan ke pasar, yang penting
untuk sukses dalam berdaya saing global, teknologi tinggi.
6. Anggota belajar keterampilan baru yang dibawa kembali ke unit fungsional
mereka dan untuk tim berikutnya
7. Sinergi positif yang terjadi untuk efektif tim lintas fungsional dapat
membantu mereka mencapai tingkat kinerja yang jauh lebih baik dari pada
individual.
John Chambers berpendapat lintas-divisi tim dan kolaborasi sebagai solusi
untuk masalah memecahkan masalah. Lintas-divisi tim mendorong interaksi,
kerjasama, koordinasi, berbagi informasi, dan lintas-fertilisasi ide antara
orang-orang dari divisi yang berbeda menghasilkan lebih baik dan memenuhi syarat
produk / jasa dengan siklus perkembangan lebih pendek.
5
4
disiplin fungsionai lainnya untuk mencapai suatu tujuan umum. Tim multi fungsi
diajukan dari berbagai anggota dengan latar belakang yang berbeda, pengetahuan,
pengalaman,dan keahlian, yang dapat memecahkan masalah dan juga membantu dalam
pengambilan keputusan. Sebuah tim lintas-fungsional terdiri dari anggota dari
departemen fungsional yang berbeda dari sebuah organisasi yang dibawa bersama-
sama untuk melakukan tugas-tugas yang unik untuk menciptakan produk baru. Tim
para anggota juga dapat mencakup perwakilan dari organisasi-organisasi luar,
seperti sebagai pemasok, klien, dan joint-venture partners. Berikut ini ada enam
faktor kunci keberhasilan lintas fungsional tim yang efektif.
1. Mengembangkan kesepakatan Visi umum atau misi dan tujuan yang fokus pada
melaksanakan tim dalam organisasi.
2. Kepemimpinan dan dukungan manajemen (Tim lintas fungsional menawarkan banyak
manfaat potensial bagi organisasi)
3. Menyatukan orang yang tepat memberikan sumbangan tim dan beragam pengetahuan
dan potensi kreatif yang jauh melebihi apapun tim fungsional tunggal.
4. Koordinasi ditingkatkan dan hindarkan banyak masalah ketika orang-orang dari
fungsi yang berbeda.
5. Tim memberikan manfaat berbagai sumber informasi dan perspektif, kontak di
luar spesialisasi fungsional seseorang, dan kecepatan ke pasar, yang penting
untuk sukses dalam berdaya saing global, teknologi tinggi.
6. Anggota belajar keterampilan baru yang dibawa kembali ke unit fungsional
mereka dan untuk tim berikutnya
7. Sinergi positif yang terjadi untuk efektif tim lintas fungsional dapat
membantu mereka mencapai tingkat kinerja yang jauh lebih baik dari pada
individual.
John Chambers berpendapat lintas-divisi tim dan kolaborasi sebagai solusi
untuk masalah memecahkan masalah. Lintas-divisi tim mendorong interaksi,
kerjasama, koordinasi, berbagi informasi, dan lintas-fertilisasi ide antara
orang-orang dari divisi yang berbeda menghasilkan lebih baik dan memenuhi syarat
produk / jasa dengan siklus perkembangan lebih pendek.
5
4

More Related Content

What's hot

Bekerjasama dengan tim (rm)
Bekerjasama dengan tim (rm)Bekerjasama dengan tim (rm)
Bekerjasama dengan tim (rm)Insan Al-fasiry
 
Bekerjasama Dalam Team
Bekerjasama Dalam TeamBekerjasama Dalam Team
Bekerjasama Dalam Team
Rossi Agisti
 
Grup dan tim
Grup dan timGrup dan tim
Grup dan tim
Zafira Nurjuwita
 
GROUP & TIM (PSIKOLOGI BISNIS 1)
GROUP & TIM (PSIKOLOGI BISNIS 1)GROUP & TIM (PSIKOLOGI BISNIS 1)
GROUP & TIM (PSIKOLOGI BISNIS 1)
ShellaBunga
 
Manajemen Perubahan Dasar
Manajemen Perubahan DasarManajemen Perubahan Dasar
Manajemen Perubahan Dasar
Haris Bahrudin
 
Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)
pjj_kemenkes
 
group and team group dynamic
 group and team group dynamic group and team group dynamic
group and team group dynamic
abdillafaishal
 
adila apriliani - working with groups-dikonversi
adila apriliani - working with groups-dikonversiadila apriliani - working with groups-dikonversi
adila apriliani - working with groups-dikonversi
AdilaApriliani1
 
pengembangan organisasi
pengembangan organisasipengembangan organisasi
pengembangan organisasi
barita
 
Grup dan Tim
Grup dan TimGrup dan Tim
Grup dan Tim
sarahardine
 
08 mma-bus 161b chapter 11 - transformasi organisasi - lahir, tumbuh, decline...
08 mma-bus 161b chapter 11 - transformasi organisasi - lahir, tumbuh, decline...08 mma-bus 161b chapter 11 - transformasi organisasi - lahir, tumbuh, decline...
08 mma-bus 161b chapter 11 - transformasi organisasi - lahir, tumbuh, decline...dinnianggra
 
group dynamic & team building psikologi bisnis
group dynamic & team building psikologi bisnisgroup dynamic & team building psikologi bisnis
group dynamic & team building psikologi bisnis
abdillafaishal
 
Perilaku Kelompok dan Tantangan bagi Para Manajer
Perilaku Kelompok dan Tantangan bagi Para ManajerPerilaku Kelompok dan Tantangan bagi Para Manajer
Perilaku Kelompok dan Tantangan bagi Para Manajer
Universitas Mercu Buana
 
Building Team & Group Dynamic
Building Team & Group DynamicBuilding Team & Group Dynamic
Building Team & Group Dynamic
Zafira Nurjuwita
 
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahan
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahanTeori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahan
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahan
Dayana Florencia
 
Bab 10
Bab 10Bab 10
Manajemen Perubahan
Manajemen PerubahanManajemen Perubahan
Manajemen Perubahan
feliciaanastasia
 
perubahan dan perkembangan organisasi
perubahan dan perkembangan organisasiperubahan dan perkembangan organisasi
perubahan dan perkembangan organisasiFattia Rakhmalianni
 
Team building
Team buildingTeam building

What's hot (20)

Organisasi Belajar
Organisasi BelajarOrganisasi Belajar
Organisasi Belajar
 
Bekerjasama dengan tim (rm)
Bekerjasama dengan tim (rm)Bekerjasama dengan tim (rm)
Bekerjasama dengan tim (rm)
 
Bekerjasama Dalam Team
Bekerjasama Dalam TeamBekerjasama Dalam Team
Bekerjasama Dalam Team
 
Grup dan tim
Grup dan timGrup dan tim
Grup dan tim
 
GROUP & TIM (PSIKOLOGI BISNIS 1)
GROUP & TIM (PSIKOLOGI BISNIS 1)GROUP & TIM (PSIKOLOGI BISNIS 1)
GROUP & TIM (PSIKOLOGI BISNIS 1)
 
Manajemen Perubahan Dasar
Manajemen Perubahan DasarManajemen Perubahan Dasar
Manajemen Perubahan Dasar
 
Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)Bekerja dalam Tim (Team Work)
Bekerja dalam Tim (Team Work)
 
group and team group dynamic
 group and team group dynamic group and team group dynamic
group and team group dynamic
 
adila apriliani - working with groups-dikonversi
adila apriliani - working with groups-dikonversiadila apriliani - working with groups-dikonversi
adila apriliani - working with groups-dikonversi
 
pengembangan organisasi
pengembangan organisasipengembangan organisasi
pengembangan organisasi
 
Grup dan Tim
Grup dan TimGrup dan Tim
Grup dan Tim
 
08 mma-bus 161b chapter 11 - transformasi organisasi - lahir, tumbuh, decline...
08 mma-bus 161b chapter 11 - transformasi organisasi - lahir, tumbuh, decline...08 mma-bus 161b chapter 11 - transformasi organisasi - lahir, tumbuh, decline...
08 mma-bus 161b chapter 11 - transformasi organisasi - lahir, tumbuh, decline...
 
group dynamic & team building psikologi bisnis
group dynamic & team building psikologi bisnisgroup dynamic & team building psikologi bisnis
group dynamic & team building psikologi bisnis
 
Perilaku Kelompok dan Tantangan bagi Para Manajer
Perilaku Kelompok dan Tantangan bagi Para ManajerPerilaku Kelompok dan Tantangan bagi Para Manajer
Perilaku Kelompok dan Tantangan bagi Para Manajer
 
Building Team & Group Dynamic
Building Team & Group DynamicBuilding Team & Group Dynamic
Building Team & Group Dynamic
 
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahan
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahanTeori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahan
Teori dan Pengembangan Organisasi - Perubahan organisasi & model perubahan
 
Bab 10
Bab 10Bab 10
Bab 10
 
Manajemen Perubahan
Manajemen PerubahanManajemen Perubahan
Manajemen Perubahan
 
perubahan dan perkembangan organisasi
perubahan dan perkembangan organisasiperubahan dan perkembangan organisasi
perubahan dan perkembangan organisasi
 
Team building
Team buildingTeam building
Team building
 

Viewers also liked

Colt Construction Canopy Cleaning
Colt Construction Canopy CleaningColt Construction Canopy Cleaning
Colt Construction Canopy CleaningBen Urry
 
Mygmarsaihan
MygmarsaihanMygmarsaihan
Mygmarsaihanojargal
 
Zasady publikacji w_internecie_n
Zasady publikacji w_internecie_nZasady publikacji w_internecie_n
Zasady publikacji w_internecie_nKrystynaCiupinska
 
Week 8+part4+workshop
Week 8+part4+workshopWeek 8+part4+workshop
Week 8+part4+workshopeducw200
 
Система KBE 88 мм.
Система KBE 88 мм.Система KBE 88 мм.
Система KBE 88 мм.hrushetskyy
 
1 a4 piattaforma trasporti-2
1 a4  piattaforma trasporti-21 a4  piattaforma trasporti-2
1 a4 piattaforma trasporti-2Marco Fabbietti
 
Affinity - Google Plans Book
Affinity - Google Plans BookAffinity - Google Plans Book
Affinity - Google Plans BookLaura Lubin
 

Viewers also liked (9)

Colt Construction Canopy Cleaning
Colt Construction Canopy CleaningColt Construction Canopy Cleaning
Colt Construction Canopy Cleaning
 
Seo indir
Seo indirSeo indir
Seo indir
 
Seo odevi
Seo odeviSeo odevi
Seo odevi
 
Mygmarsaihan
MygmarsaihanMygmarsaihan
Mygmarsaihan
 
Zasady publikacji w_internecie_n
Zasady publikacji w_internecie_nZasady publikacji w_internecie_n
Zasady publikacji w_internecie_n
 
Week 8+part4+workshop
Week 8+part4+workshopWeek 8+part4+workshop
Week 8+part4+workshop
 
Система KBE 88 мм.
Система KBE 88 мм.Система KBE 88 мм.
Система KBE 88 мм.
 
1 a4 piattaforma trasporti-2
1 a4  piattaforma trasporti-21 a4  piattaforma trasporti-2
1 a4 piattaforma trasporti-2
 
Affinity - Google Plans Book
Affinity - Google Plans BookAffinity - Google Plans Book
Affinity - Google Plans Book
 

Similar to Bab ii

OB2013 - chapter 9 memahami tim kerja
OB2013 - chapter 9 memahami tim kerjaOB2013 - chapter 9 memahami tim kerja
OB2013 - chapter 9 memahami tim kerjaAndi Iswoyo
 
Memahami Kerja Sama Tim
Memahami Kerja Sama TimMemahami Kerja Sama Tim
Memahami Kerja Sama TimMeida Midut
 
Group, team and group dynamic
Group, team and group dynamicGroup, team and group dynamic
Group, team and group dynamic
Seta Wicaksana
 
People, Leadership, and Structure for Innovation.pptx
People, Leadership, and Structure for Innovation.pptxPeople, Leadership, and Structure for Innovation.pptx
People, Leadership, and Structure for Innovation.pptx
ArdhaAslam
 
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi .pdf
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi .pdfKonteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi .pdf
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi .pdf
Zukét Printing
 
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi.docx
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi.docxKonteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi.docx
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi.docx
Zukét Printing
 
TEAMWORK.ppt
TEAMWORK.pptTEAMWORK.ppt
TEAMWORK.ppt
RamadhieArbansyah
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad Feisal
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad FeisalDinamika Kelompok - Daeng Muhammad Feisal
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad Feisal
Daeng Muhammad Feisal
 
Group Dynamic and Team Building
Group Dynamic and Team BuildingGroup Dynamic and Team Building
Group Dynamic and Team Building
HarMaisi
 
Muhammad ghifary 3 & 4
Muhammad ghifary 3 & 4Muhammad ghifary 3 & 4
Muhammad ghifary 3 & 4kewong14
 
Psikologi bisnis
Psikologi bisnisPsikologi bisnis
Psikologi bisnis
MariaHastiKartika
 
Group Dynamic and Team Building
Group Dynamic and Team BuildingGroup Dynamic and Team Building
Group Dynamic and Team Building
MariaHastiKartika
 
Karakter teamwork efektif
Karakter teamwork efektifKarakter teamwork efektif
Karakter teamwork efektifahdannf
 
Session 13 Teamwork
Session 13  TeamworkSession 13  Teamwork
Session 13 Teamwork
Ahmad Kurnia
 
Team dan Group dalam Interpersonal Skill
Team dan Group dalam Interpersonal SkillTeam dan Group dalam Interpersonal Skill
Team dan Group dalam Interpersonal Skill
HusnaWati22
 
Power Point Materi Team Building KK.pptx
Power Point Materi Team Building KK.pptxPower Point Materi Team Building KK.pptx
Power Point Materi Team Building KK.pptx
AjiMuhammadIlyas
 
Working With Groups - Interpersonal Skill - Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Working With Groups - Interpersonal Skill - Tasya Ilmelia Sabarwati SianturiWorking With Groups - Interpersonal Skill - Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Working With Groups - Interpersonal Skill - Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Tasyailmelia
 
4 knowledge management performance presentation-fix
4 knowledge management  performance presentation-fix4 knowledge management  performance presentation-fix
4 knowledge management performance presentation-fixnoe irredenta
 

Similar to Bab ii (20)

OB2013 - chapter 9 memahami tim kerja
OB2013 - chapter 9 memahami tim kerjaOB2013 - chapter 9 memahami tim kerja
OB2013 - chapter 9 memahami tim kerja
 
Memahami Kerja Sama Tim
Memahami Kerja Sama TimMemahami Kerja Sama Tim
Memahami Kerja Sama Tim
 
Group, team and group dynamic
Group, team and group dynamicGroup, team and group dynamic
Group, team and group dynamic
 
People, Leadership, and Structure for Innovation.pptx
People, Leadership, and Structure for Innovation.pptxPeople, Leadership, and Structure for Innovation.pptx
People, Leadership, and Structure for Innovation.pptx
 
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi .pdf
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi .pdfKonteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi .pdf
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi .pdf
 
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi.docx
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi.docxKonteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi.docx
Konteks Perubahan Tim Kepemimpina Dan Organisasi.docx
 
TEAMWORK.ppt
TEAMWORK.pptTEAMWORK.ppt
TEAMWORK.ppt
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad Feisal
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad FeisalDinamika Kelompok - Daeng Muhammad Feisal
Dinamika Kelompok - Daeng Muhammad Feisal
 
Group Dynamic and Team Building
Group Dynamic and Team BuildingGroup Dynamic and Team Building
Group Dynamic and Team Building
 
Muhammad ghifary 3 & 4
Muhammad ghifary 3 & 4Muhammad ghifary 3 & 4
Muhammad ghifary 3 & 4
 
Psikologi bisnis
Psikologi bisnisPsikologi bisnis
Psikologi bisnis
 
Group Dynamic and Team Building
Group Dynamic and Team BuildingGroup Dynamic and Team Building
Group Dynamic and Team Building
 
Karakter teamwork efektif
Karakter teamwork efektifKarakter teamwork efektif
Karakter teamwork efektif
 
Session 13 Teamwork
Session 13  TeamworkSession 13  Teamwork
Session 13 Teamwork
 
Kampanye teamwork
Kampanye teamworkKampanye teamwork
Kampanye teamwork
 
Team dan Group dalam Interpersonal Skill
Team dan Group dalam Interpersonal SkillTeam dan Group dalam Interpersonal Skill
Team dan Group dalam Interpersonal Skill
 
Power Point Materi Team Building KK.pptx
Power Point Materi Team Building KK.pptxPower Point Materi Team Building KK.pptx
Power Point Materi Team Building KK.pptx
 
Working With Groups - Interpersonal Skill - Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Working With Groups - Interpersonal Skill - Tasya Ilmelia Sabarwati SianturiWorking With Groups - Interpersonal Skill - Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
Working With Groups - Interpersonal Skill - Tasya Ilmelia Sabarwati Sianturi
 
4 knowledge management performance presentation-fix
4 knowledge management  performance presentation-fix4 knowledge management  performance presentation-fix
4 knowledge management performance presentation-fix
 

Recently uploaded

Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
HanifahCindyPratiwi
 
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
yennylampouw
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
ssuserd13850
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Tri Widodo W. UTOMO
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
adilaks
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
JOHANNESSIMANJUNTAK8
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
LtcLatif
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
HasmiSabirin1
 
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKATMANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
DinsosnakertransKota
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Muh Saleh
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
Tri Widodo W. UTOMO
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TariHappie
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
gabatgibut09
 
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptxPresentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
IpinTriono
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Muh Saleh
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
kemendagatang
 

Recently uploaded (16)

Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
 
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...manajemen kearsipan subjek  peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan  din...
manajemen kearsipan subjek peralatan dan perlengkapan tentang kearsipan din...
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
 
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
 
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKATMANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN SOSIAL BAGI MASYARAKAT
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
 
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptxPresentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
Presentasi Dokumentasi Saran Kebijakan.pptx
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
 

Bab ii

  • 1. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Tim Menurut Snow (1992), Johnson dan Johnson (2000) dan Cummings dan Worley (2001), tim (team) adalah satu set interaksi interpersonal yang terstruktur untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Tim terdiri dari dua orang atau lebih individu yang menyadari adanya interdependensi yang positif dalam mencapai sasaran bersama, saling berinteraksi, menyadari siapa saja yang menjadi anggota dan bukan anggota tim, memiliki peran atau fungsi spesifik dalam menampilkan performa, dan memiliki masa keanggotaan yang terbatas. 2.1.1 Pembentukan Tim Organisasi yang berhasil sering kali adalah organisasi yang mengembangkan kemampuan anggotanya untuk bekerja dalam tim. Untuk meningkatkan produktivitas organisasi, produktivitas setiap tim yang berada di dalamnya juga harus meningkat. Berdasarkan Robbins (2003), organisasi atau tim dikatakan produktif jika dapat mencapai sasaran dan mengubah input menjadi output dengan cost yang rendah. Dalam hal ini, produktivitas mengimplikasikan efektivitas dan efisiensi. Produktivitas tim bukan hanya fungsi dari kemampuan teknis dan kemampuan melaksanakan tugas para anggota tim, melainkan juga, menurut Johnson dan Johnson (2000), pembentukan tim perlu dilakukan secara hati-hati. 2.1.2 Kategori Tim a) Executive Team Sebuah tim eksekutif adalah tim manajemen yang membuat rencana untuk kegiatan dan kemudian mengarahkan kegiatan tersebut (Devine, 2002). Contoh dari tim eksekutif akan menjadi tim konstruksi merancang Kerangka Kerja untuk sebuah bangunan baru, dan kemudian membimbing pembangunan gedung menggunakan Kerangka Kerja tersebut. b) Command Team Tujuan dari tim perintah untuk menggabungkan instruksi dan mengkoordinasikan tindakan di antara manajemen. Dengan kata lain, tim perintah berfungsi sebagai "Penengah" dalam tugas (Devine, 2002). Misalnya, beberapa utusan konstruksi, menyampaikan instruksi dari tim eksekutif untuk pembangunan sesuai dengan instruksi dari tim komando. c) Project Team Sebuah tim yang digunakan hanya untuk jangka waktu tertentu, yang lebih dikenal sebagai tim proyek. Kategori ini meliputi tim negosiasi, komisi dan tim desain subtipe. Secara umum, jenis tim yang multi-talented dan terdiri dari individu-individu dengan keahlian dalam berbagai bidang. Anggota tim ini mungkin milik kelompok yang berbeda, tetapi menerima tugas untuk kegiatan untuk proyek yang sama, sehingga memungkinkan orang luar untuk melihat mereka sebagai satu kesatuan. Dengan cara ini, menyiapkan sebuah tim diduga memfasilitasi penciptaan, pelacakan dan tugas dari sekelompok orang berdasarkan proyek di tangan. d) Advisory Team Tim Penasehat memberikan saran tentang suatu hasil akhir (Devine, 2002). Misalnya, kelompok kontrol kualitas pada jalur perakitan akan menjadi contoh dari sebuah tim penasehat: mereka akan memeriksa produk yang dihasilkan dan membuat saran tentang bagaimana meningkatkan kualitas barang yang dibuat. e) Work Team Tim kerja bertanggung jawab atas tindakan yang sebenarnya menciptakan produk dan jasa (Devine, 2002). Para pekerja yang sebenarnya pada jalur perakitan akan menjadi contoh dari tim produksi, sedangkan pelayan dan pelayan di restoran akan menjadi contoh dari tim layanan. f) Action Team Tim Action adalah tim yang sangat khusus dan terkoordinasi yang tindakannya sangat terfokus Untuk menghasilkan produk atau jasa (Devine, 2002). Sebuah tim sepak bola NFL akan menjadi contoh dari sebuah tim aksi. Contoh lain adalah militer, paramedis, dan transportasi (kru Eg. Flight di pesawat terbang). g) Sport Team Sebuah tim olahraga adalah sekelompok orang yang bermain olahraga Secara Tim.
  • 2. Anggotanya mencakup semua pemain (bahkan mereka yang sedang menunggu giliran untuk bermain) serta anggota pendukung seperti manajer tim atau pelatih. h) Virtual Team Dengan teknologi komunikasi modern telah datang tim virtual, teknologi baru dan canggih yang menyediakan sarana untuk pekerjaan yang tersebar (dilakukan di lokasi yang berbeda) dan sinkronisasi (dilakukan pada waktu yang berbeda) masih dilakukan dalam pengaturan tim. Struktur kerja disebut tim virtual dan dapat diatur sepanjang garis fungsional atau lintas-fungsional. Sebuah tim virtual adalah salah satu yang anggotanya didistribusikan secara geografis, mereka bekerja sama melalui sarana elektronik dengan minimal melalui interaksi face-to- face. i) Swakelola Tim Untuk mempertahankan keunggulan perusahaan-perusanan diperlukan pengelolaan timsecara swakelola agar dapat mengembangkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif dengan intensitas tidak terlihat sebelumnya, dan dengan pengetahuan bahwa lingkungan bisnis telah menjadi semakin bergejolak. Untuk memenuhi tantangan semua jenis dan ukuran yang mengakui perlunya perubahan dalam struktur internal dan budaya. Mereka akan hams membuat alternatif untuk perintah dan kontrol struktur hirarkis, mengubah cara keputusan dibuat, mendefinisikan kembali pekerjaan, dan perubahan asumsi manajer memiliki sekitar bagaimana memimpin. Swakelola tim (SMTs) adalah tim yang relatif otonom yang anggotanya berbagi atau memutar tanggung jawab kepemimpinan dan saling menahan diri bertanggung jawab untuk menentukan tujuan kinerja yang diberikan oleh manajemen yang lebih tinggi. Swakelola tim biasanya lintas-fungsional dalam keanggotaan, dan memiliki rentang lebar di daerah keputusan seperti mengelola diri mereka sendiri, perencanaan dan penjadwalan kerja, dan mengambil tindakan pada masalah. Dalam tim, anggota menetapkan tujuan tugas untuk daerah tertentu dari tanggung jawab yang mendukung pencapaian tujuan tim secara keseluruhan. Persepsi adalah bahwa karakteristik ini membuat swakelola tim lebih adaptif dan proaktif dalam perilaku mereka daripada tim tradisioal 2.2 Team Based Organization Setiap perusahaan memiliki orientasi untuk tumbuh dan berkembang menjadi besar. Namun demikian, evolusi dari suatu organisasi kecil menjadi besar memiliki dampak yang bisa sangat merugikan bagi kelangsungan perusahaan. Goleman (2005) dan beberapa ahli lain berpendapat bahwa ukuran perusahaan yang semakin besar dengan sendirinya sangat berlawanan dengan pengungkapan ide-ide individual. Padahal sebagai suatu community, perusahaan dapat dinamis bergerak akibat mobilitas para individu di dalamnya. Mereka menyarankan bahwa lingkungan kerja kreatif dibentuk pada kebersamaan kelompok di mana individu bisa saling mengenal satu sama lain. Perusahaan besar yang cenderung monolitis dan birokratis adalah hambatan terbesar dari optimalisasi pengembangan kreativitas individu. Jim Collins dari Stanford University mengemukakan bahwa dalam kondisi tersebut penyeragaman cenderung tumbuh, celah kreativitas menghilang dan inovasi menjadi terkekang. Birokrasi panjang juga akan menghambat efektivitas kerja, karena begitu banyak yang harus dilewati dari top leader (atau top manager) sebagai konseptor dan perencana, sampai ke karyawan sebagai ujung tombak pelaksana. Collins menganjurkan untuk ”memecah” perusahaan semacam ini menjadi unit-unit yang lebih kecil dan semi otonom. Efisiensi dan efektivitas dalam menghadapi masa yang dinamis, serba global dan serba cepat, memerlukan transformasi dari perusahaan berdasar pada fungsi (functional-based organization) yang sangat hierarkis dan bergerak lamban, menuju organisasi yang berdasarkan tim (team-based organization). Tim-tim tersebut berupa Strategic Bussiness Unit (SBU) yang lebih ramping, semi otonom, dan lebih lincah bergerak sesuai dengan kondisi bisnis yang dialami. Tim dengan kapasitas tersebut di atas tentu saja bukan sekedar sekelompok individu yang ”bekerja bersama”. Stamatis (1996) mendefinisikan tim sebagai sekelompok individu yang bekerja sama demi pencapaian tujuan bersama, bertemu secara teratur untuk mengidentifikasikan masalah, memecahkan masalah serta memperbaiki proses, dengan interaksi secara terbuka dan efektif dan menghasilkan keluaran ekonomis serta dapat memotivasi organisasi. Secara sederhana definisi tersebut dituangkan dalam akronim TEAM, Together
  • 3. Everyone Achives More. Ada prinsip gestalt (kebulatan) berlaku di sini, bahwa dalam kesatuan tim terdapat dinamika dan hasil yang tidak dapat dipenuhi bila masing-masing individu berdiri sendiri. Tim bukan semata-mata kumpulan individu sebagai pribadi, jumlah bagian-bagian tidak sama dengan keseluruhan. Sebuah tim yang mampu memanfaatkan kekuatan dan ketrampilan khusus setiap anggotanya, bisa menjadi lebih cerdas dan efektif daripada setiap individu dalam tim tersebut. Robert Sternberg, psikolog dari Universitas Yale, menyebutnya sebagai IQ kelompok, yang merupakan keseluruhan talenta dari setiap anggota tim. Ketika sebuah tim harmonis dan anggotanya tidak saling berkompetisi secara negative, maka IQ kelompoknya menjadi tinggi dan kemungkinan besar dapat mendorong kreativitas dari masing-masing anggota. Menurut De Janasz, Dowd & Schneider (2000), terdapat banyak bukti yang memperlihatkan bahwa tim dapat berfungsi lebih efektif, terutama bila tugas-tugasnya sangat kompleks dan saling ketergantungan antar tugas sangat tinggi. Tidak semua pekerjaan cocok dilaksanakan oleh tim. Namun bila struktur tim telah dilaksanakan, banyak keuntungan yang dapat diperoleh organisasi dan anggota tim itu sendiri, yaitu : 1. Meningkatkan kreativitas, pemecahan masalah dan inovasi. 2. Meningkatkan kualitas keputusan menjadi lebih baik. 3. Memperbaiki proses-proses. 4. Menjadi kompetitif secara global. 5. Meningkatkan kualitas. 6. Meningkatkan komunikasi. 7. Mengurangi turnover dan kemangkiran,serta meningkatkan moral karyawan. Penyatuan ide, perspektif, pengetahuan, serta ketrampilan yang berbeda dari individu di dalam tim, bisa menghasilkan sinergi dimana ide-ide baru bisa dipertimbangkan. Bekerja dengan keragaman perbedaaan individu, memungkinkan mereka menggabungkan ketrampilan dan bakat, guna menciptakan pendekatan baru terhadap masalah. De Janasz dkk., selanjutnya mengungkapkan bahwa hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan global (besar dan kompleks) yang telah mentransformasikan diri menjadi team based organization menunjukkan peningkatan dalam produktivitas, tanggung jawab atas pekerjaan, ketepatan waktu, efisiensi serta pelayanan pada pelanggan. Sehingga dihasilkan standar kualitas lebih tinggi daripada ketika masing-masing individu, atau sekelompok individu yang tidak memiliki tujuan bersama, melakukan pekerjaan tersebut. 2.3 Perubahan Paradigma Kepemimpinan Pelaksanaan team-based organization mengharuskan adanya pergeseran paradigma kepemimpinan yang sudah ada. Salah satu tujuan pembentukan SBU adalah menciptakan pembagian tanggung jawab pada setiap anggota tim, sehingga tanggung jawab tunggal yang selama ini cenderung dibebankan kepada top leader menjadi tidak relevan. Team Based Organization membutuhkan konsep kepemimpinan sebagai kapasitas internal dalam diri setiap anggotanya. Sehingga tugas seorang top leader adalah memberikan visi, dukungan, serta membina hubungan perseorangan dengan orang-orang disekitarnya, dan setiap individu dapat memberdayakan diri dan mengaktualisasikan dirinya. Lebih lanjut Parker (1996) berpendapat bahwa kepemimpinan sebuah tim harus dibagi bersama antar anggotanya. Setiap individu harus merasa dan mengambil tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tugas dan proses dalam tim. Tim efektif adalah tim yang melaksanakan kepemimpinan bersama (shared leadership). Fungsi kepemimpinan dapat berganti dari waktu ke waktu antar anggota tim, sesuai dengan pola kebutuhan tim dan ketrampilan para anggotanya. Meskipun demikian, tanggung jawab pemimpin formal yang ada tidak dapat diabaikan. Adanya transformasi terhadap masing- masing individu dalam perusahaan dan transformasi perusahaan itu sendiri sebagai organisasi, sesuai dengan konsep yang ditawarkan Bass (dalam Yukl, 2005) sebagai bentuk kepemimpinan transformasional. Dalam kepemimpinan transformasional, para karyawan akan merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin (formal) mereka, serta termotivasi untuk melakukan lebih dari apa yang diharapkan dari dirinya. Kondisi tersebut dapat terbentuk karena pengaruh beberapa perilaku pemimpin transformasional utama, yaitu: 1. Idealisasi Pengaruh
  • 4. Pemimpin memberi makna pada apa yang diharapkan dari pengikutnya. Sesuatu yang bermakna bagi perusahaan harus mampu ditanamkan dan menjadi bermakna pula bagi karyawan. 2. Konsiderasi Pribadi Mempedulikan kesejahteraan psiko-sosial para pengikut. Kesukaan, kebutuhan, bahkan kehidupan pribadi karyawan harus menjadi perhatian bagi pemimpin, sebagai jalan bagi pemberian dukungan atau sponsor bagi mereka. 3. Stimulasi Intelektual Membangkitkan gairah belajar dan berbagi pengetahuan di antara para pengikut. Proses tersebut dapat dibangun dengan budaya leading by question. 4. Motivasi Inspirasional Membangkitkan gairah kerja secara inspirasional, bukan melalui pertimbangan kalkulatif. Keempat perilaku tersebut perlu dimantapkan dengan pembentukan budaya apresiasi kepada karyawan. Sehingga terbangun self efficacy, yang akan mengantarkan pada aktualisasi inovasi dan kreativitas karyawan. Kepemimpinan transformasional dianggap efektif dalam situasi dan budaya manapun. Bass mengungkapkan bahwa para pemimpin transformasional sesuai dalam organisasi apapun, dan dalam tingkatan kerja manapun. Inti dari kepemimpinan ini adalah pemberian inspirasi, pengembangan dan pendelegasian wewenang kepada karyawan, sehingga mereka tidak terlalu bergantung pada pemimpin. Pemimpin transformasional menjadikan setiap pengikutnya seorang pemimpin. Kepemimpinan transformasional percaya bahwa orang-orang pada umumnya cerdas dan memiliki potensi yang siap untuk digunakan bila mereka yakin bahwa kerja mereka bermanfaat bagi mereka dan pihak lain yang mereka hargai. Pengembangan keyakinan dan ketrampilan diri dilakukan bersamaan dengan pembentukan tim dengan kemampuan mengelola diri sendiri, memberikan akses langsung pada informasi sensitif, menghilangkan pengendalian yang tidak diperlukan dan membangun sebuah budaya yang kuat untuk mendukung pendelegasian wewenang. 2.4 Kreativitas dan Eployability Karyawan Konsekuensi dari pendelegasian wewenang pada organisasi berbasis tim adalah keharusan setiap anggota tim untuk selalu menjadi pemikir kreatif yang mengambil tanggung jawab atas sikap dan respon mereka terhadap setiap peluang kemajuan. Kreativitas, sering kali dimaknai secara tumpang tindih dengan inovasi, berkembang dari hasil proses interaksi antara individu dengan lingkungannya. Individu dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia berada, sehingga pengubah di dalam diri individu dan lingkungan sama-sama menunjang atau menghambat upaya kreatif. Untuk menciptakan perusahaan kreatif, diperlukan individu-individu yang kreatif pula. Sebaliknya, individu kreatif dapat terbentuk dari iklim dan budaya perusahaan yang memungkinkan perkembangan kreativitas. Rhodes (1961) mengemukakan Four P’s of Creativity: Person, Process, Press, Product dari analisisnya pada empat puluh definisi tentang kreativitas. Saling keterkaitan dari keempat P tersebut adalah: pribadi kreatif akan mencari dan melibatkan diri dalam proses kreatif yang aman dan bebas secara psikologis, dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan yang memungkinkan pengembangan kreativitasnya secara optimal dan memungkinkan adanya produk-produk kreatif bermakna. 1. Pribadi. Kreativitas terkait dengan dijumpainya karakteristik kreativitas pada diri individu baik yang bersifat aptitude (kognitif), seperti, keluwesan, keunikan, dan kelancaran, maupun karakteristik yang bersifat non aptitude (afektif) seperti, ingin mencoba hal baru, rasa ingin tahu, berani menghadapi resiko dan tidak takut berbuat salah. 2. Pendorong. Pendorong internal dari dalam individu berupa motivasi yang kuat pada diri sendiri. Sedangkan pendorong eksternal, berasal dari luar diri individu, seperti, didapatkannya berbagai macam pengalaman kerja, lingkungan perusahaan yang cenderung kondusif menghargai berbagai ide dari individu dan sarana dan prasarana di perusahaan yang mendukung pengembangan sikap kreatif. 3. Proses. Kreativitas dari segi proses merupakan aktivitas- aktivitas kreatif dari karyawan. Penekanannya pada bagaimana karyawan
  • 5. melibatkan diri pada kegiatan- kegiatan kreatif dan apa yang dihasilkan proses tersebut melalui gagasan-gagasan dalam pikiran. 4. Produk. Arti kreativitas mengacu pada kemampuan karyawan untuk menciptakan produk-produk “baru“ dalam hal apapun. Pengembangan kreativitas dalam diri individu sebenarnya berasal dan bermuara pada kreativitas itu sendiri. Lingkaran kreativitas memperlihatkan bagaimana kreativitas dapat menyebabkan kita diberi tanggung jawab yang lebih oleh perusahaan (misalnya, kenaikan pangkat, jabatan, dan peningkatan karir). Peningkatan tanggung jawab tersebut kemudian menjadi pendorong bagi lahirnya kreativitas-kreativitas baru yang akan mendatangkan tanggung jawab baru pula. Sekali kita melangkah dengan ide, proses dan hasil yang kreatif, dan didukung oleh lingkungan kondusif, kita tidak akan pernah berhenti untuk terus menjadi kreatif. Kreativitas juga merupakan kunci bagi pengembangan employability karyawan. Setiap perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang handal dan kompetitif, serta mampu mengembangkan perusahaan. Karyawan dituntut agar memiliki employability, kemampuan untuk dapat bekerja mengembangkan perusahaan dan menghadapi kompetisi dalam dunia kerja saat ini. Untuk bersaing dalam ekonomi global organisasi membutuhkan karyawan yang memiliki employability melebihi persyaratan kerja dan melakukan pekerjaan secara proaktif (dengan melalui inisiatif), serta secara aktif memiliki kemauan untuk belajar (Sonnentag, 2003, h. 519). Kreatifitas akan mendorong karyawan tidak hanya melakukan seperti yang ditugaskan, mencari dan memanfaatkan kesempatan yang ada, serta mampu menghasilkan perubahan konstruktif agar dapat memberi keuntungan pada perusahaan dan konsumen. Tindakan-tindakan tersebut sangat dianjurkan oleh Bateman & Snell (2004, h. 211) sebagai tindakan yang diperlukan dalam usaha membentuk employability karyawan. Penelitian Seibert, et al (1999, h. 423) terhadap sejumlah karyawan di Amerika yang berasal dari berbagai pekerjaan dan perusahaan membuktikan bahwa proaktivitas berkorelasi positif dengan kesuksesan karir individu baik karir subjektif, berupa kepuasan karir (career satisfaction), maupun karir objektif, meliputi peningkatan gaji dan promosi. Proaktivitas juga berkaitan dengan kepemimpinan, sales performance, prestasi individu dan entrepreneurship (atribut psikologis yangkental dengan kreativitas). Penelitian lain mengenai proaktivitas, yang dilakukan oleh Kirkman dan Rosen (dalam Jong & Ruyter, 2004, h. 463) juga membuktikan bahwa adanya proaktivitas dalam kelompok berkorelasi positif terhadap komitmen organisasi, kepuasan kerja, customer service, dan produktivitas. Kreativitas yang tercermin dalam perilaku proaktif karyawan tidak hanya berdampak pada kemajuan karir individu itu sendiri, tetapi secara tidak langsung juga akan membawa pada kemajuan perusahaan. Terbukti dari hasil penelitian di bidang pemasaran yang dilakukan oleh Rust, et al pada tahun 2000 (dalam Jong & Ruyter, 2004, h. 463) menunjukkan bahwa proaktivitas dapat berdampak pada peningkatan dalam penguasaan pasar (market share). Employability, menurut Ramsey (dalam Mas“ud, 2002, h.206) harus didukung dengan usaha karyawan untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi, mengembangkan jaringan (network) dan mengembangkan hubungan manusia. Sehingga karyawan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dinamika karir yang terjadi. Paradigma karir dapat dikatakan mulai berubah. Karir tidak lagi diartikan sebagai suatu peningkatan jabatan secara vertikal, tetapi setiap perubahan jabatan atau posisi kerja seseorang dianggap suatu karir. Cascio (2003, h. 373) mengemukakan bahwa dinamika karir tidak selalu bergerak vertikal tetapi juga dapat horisontal misalnya melalui rotasi pekerjaan, karena rotasi pekerjaan menyediakan tantangan kerja yang berbeda, lebih besar, dan dapat memberikan kesempatan pengembangan diri yang lebih besar pula. 2.5 Lintas Fungsionai Tim Cross-Fungsional Team Organisasi semakin berkembang menghadapi lingkungan eksternal yang kompleks dan sangat dinamis membutuhkan struktur yang fleksibel dan kurang hirarkis.Organisasi dalam menyeiesaikan tugas-tugas sering membutuhkan kerjasama lintas batas seperti daerah fungsionai atau divisi. Individu terus-menerus diminta untuk melewati batas fungsionai dan membentuk tim dengan individu dari
  • 6. disiplin fungsionai lainnya untuk mencapai suatu tujuan umum. Tim multi fungsi diajukan dari berbagai anggota dengan latar belakang yang berbeda, pengetahuan, pengalaman,dan keahlian, yang dapat memecahkan masalah dan juga membantu dalam pengambilan keputusan. Sebuah tim lintas-fungsional terdiri dari anggota dari departemen fungsional yang berbeda dari sebuah organisasi yang dibawa bersama- sama untuk melakukan tugas-tugas yang unik untuk menciptakan produk baru. Tim para anggota juga dapat mencakup perwakilan dari organisasi-organisasi luar, seperti sebagai pemasok, klien, dan joint-venture partners. Berikut ini ada enam faktor kunci keberhasilan lintas fungsional tim yang efektif. 1. Mengembangkan kesepakatan Visi umum atau misi dan tujuan yang fokus pada melaksanakan tim dalam organisasi. 2. Kepemimpinan dan dukungan manajemen (Tim lintas fungsional menawarkan banyak manfaat potensial bagi organisasi) 3. Menyatukan orang yang tepat memberikan sumbangan tim dan beragam pengetahuan dan potensi kreatif yang jauh melebihi apapun tim fungsional tunggal. 4. Koordinasi ditingkatkan dan hindarkan banyak masalah ketika orang-orang dari fungsi yang berbeda. 5. Tim memberikan manfaat berbagai sumber informasi dan perspektif, kontak di luar spesialisasi fungsional seseorang, dan kecepatan ke pasar, yang penting untuk sukses dalam berdaya saing global, teknologi tinggi. 6. Anggota belajar keterampilan baru yang dibawa kembali ke unit fungsional mereka dan untuk tim berikutnya 7. Sinergi positif yang terjadi untuk efektif tim lintas fungsional dapat membantu mereka mencapai tingkat kinerja yang jauh lebih baik dari pada individual. John Chambers berpendapat lintas-divisi tim dan kolaborasi sebagai solusi untuk masalah memecahkan masalah. Lintas-divisi tim mendorong interaksi, kerjasama, koordinasi, berbagi informasi, dan lintas-fertilisasi ide antara orang-orang dari divisi yang berbeda menghasilkan lebih baik dan memenuhi syarat produk / jasa dengan siklus perkembangan lebih pendek. 5 4
  • 7. disiplin fungsionai lainnya untuk mencapai suatu tujuan umum. Tim multi fungsi diajukan dari berbagai anggota dengan latar belakang yang berbeda, pengetahuan, pengalaman,dan keahlian, yang dapat memecahkan masalah dan juga membantu dalam pengambilan keputusan. Sebuah tim lintas-fungsional terdiri dari anggota dari departemen fungsional yang berbeda dari sebuah organisasi yang dibawa bersama- sama untuk melakukan tugas-tugas yang unik untuk menciptakan produk baru. Tim para anggota juga dapat mencakup perwakilan dari organisasi-organisasi luar, seperti sebagai pemasok, klien, dan joint-venture partners. Berikut ini ada enam faktor kunci keberhasilan lintas fungsional tim yang efektif. 1. Mengembangkan kesepakatan Visi umum atau misi dan tujuan yang fokus pada melaksanakan tim dalam organisasi. 2. Kepemimpinan dan dukungan manajemen (Tim lintas fungsional menawarkan banyak manfaat potensial bagi organisasi) 3. Menyatukan orang yang tepat memberikan sumbangan tim dan beragam pengetahuan dan potensi kreatif yang jauh melebihi apapun tim fungsional tunggal. 4. Koordinasi ditingkatkan dan hindarkan banyak masalah ketika orang-orang dari fungsi yang berbeda. 5. Tim memberikan manfaat berbagai sumber informasi dan perspektif, kontak di luar spesialisasi fungsional seseorang, dan kecepatan ke pasar, yang penting untuk sukses dalam berdaya saing global, teknologi tinggi. 6. Anggota belajar keterampilan baru yang dibawa kembali ke unit fungsional mereka dan untuk tim berikutnya 7. Sinergi positif yang terjadi untuk efektif tim lintas fungsional dapat membantu mereka mencapai tingkat kinerja yang jauh lebih baik dari pada individual. John Chambers berpendapat lintas-divisi tim dan kolaborasi sebagai solusi untuk masalah memecahkan masalah. Lintas-divisi tim mendorong interaksi, kerjasama, koordinasi, berbagi informasi, dan lintas-fertilisasi ide antara orang-orang dari divisi yang berbeda menghasilkan lebih baik dan memenuhi syarat produk / jasa dengan siklus perkembangan lebih pendek. 5 4