SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
BAB II

         TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

                        HIPOTESIS PENELLITIAN


2.1.   Perencanaan Stratejik

2.1.1 Pengertian Perencanaan Stratejik

       Pengertian manajemen strategis tidak dapat dilepaskan dari

perkembangan sebelumnya terutama berkaitan dengan perencanaan

strategis. Berry dan Wechsler menjelaskan pengertian perencanaan

strategis sebagai suatu proses sistematis untuk mengelola organisasi dan

arah mendatang dalam hubungan dengan lingkungan dan permintaan

stakeholder eksternal, mencakup perumusan strategi, analisis kekuatan

dan kelemahan agensi, identifikasi stakeholder agensi, implementasi

tindakan strategis, dan manajemen isu.

       Perencanaan stratejik hadir sekitar pertengahan tahun 1960-an dan

para pimpinan perusahaan mengakui bahwa perencanaan stratejik

merupakan       โ€the   one   best     wayโ€   untuk   memutuskan     dan

mengimplementasikan strategi yang dapat meningkatkan kompetitif pada

setiap unit bisnis.

       Seperti yang diungkapkan oleh ahli penelitian Frederick Taylor,

perencanaan stratejik merupakan cara yang melibatkan pemikiran melalui

sebuah karya, penciptaan dari fungsi manajemen staf baru yaitu

munculnya ahli perencanaan. Dimana sistem perencanaan ini merupakan

strategi yang bagus sebagai suatu tahapan strategi yang akan diterapkan
para pelaku bisnis, manajer perusahaan dan mengarahkan agar tidak

membuat kekeliruan (Mintzberg,H.1996).

      Menurut (Allison, Kaye, 2005) definisi perencanaan stratejik adalah

proses sistematik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan

diantara stakeholder utama-tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan

tanggap terhadap lingkungan operasi.

      Perencanaan stratejik khususnya digunakan untuk mempertajam

fokus organisasi, agar semua sumber organisasi digunakan secara

optimal untuk melayani misi organisasi itu. Artinya bahwa perencanaan

stratejik menjadi pedoman sebuah organisasi harus tanggap terhadap

lingkungan yang dinamis dan sulit diramal. Perencanaan stratejik

menekankan      pentingnya     membuat      keputusan-     keputusan   yang

menempatkan      organisasi    untuk    berhasil   menanggapi      perubahan

lingkungan. Fokus perencanaan stratejik adalah pada pengelolaan

stratejik, artinya penerapan pemikiran stratejik pada tugas memimpin

sebuah organisasi guna mencapai maksudnya.

      Pengertian lain dari perencanaan stratejik menurut (Shrader,Taylor

dan Dalton,1984) adalah perencanaan jangka panjang yang tertulis

dimana didalamnya terdiri dari kesepakatan misi dan tujuan perusahaan.

Beberapa    dimensi   dari    perencanaan    stratejik   telah   dikemukakan

(Frederickson,1986) menurut kategori yaitu : inisiasi proses, aturan tujuan,

arti dan akhir dari hubungan, penjelasan dari pelaksanaan stratejik dan

tingkat keputusan yang terintergrasi.
Menurut    Philips   (2000)   perencanaan      stratejik   yang   efektif

pengaruhnya pada kinerja keuangan pada contoh kasus pada hotel,

ditunjukkan   pada    peranan    perilaku   manajer     dalam     pengambilan

keputusan. Studi lanjutan dari Bracker et al (1997) menyatakan hubungan

antara proses perencanaan dengan kinerja keuangan pada perusahaan

kecil yang terseleksi menunjukkan hasil yang signifikan.

       Studi lain dari Robinson dan Pearce (1988) menganalisa pengaruh

moderating dari perencanaan stratejik dalam kinerja strategi di 97

perusahaan manufaktur dengan 60 industri yang berbeda menghasilkan

efek moderasi positif dan signifikan.

       Formulasi dari perencanaan stratejik dipengaruhi oleh budaya

perusahaan dan perilaku manajer (Bailey,Johnson dan Daniels,2000;

Haberberg dan Rieple, 2001; Hart        dan Banbury, 1994; Lynch, 2000;

Miesling dan Wolfe, 1985; Venkatraman, 1989). Sehingga pengaruhnya

dapat dilihat pada perubahan dan pengembangan suatu organisasi.

       Kaitan selanjutnya mengenai pengembangan perencanaan stratejik

adalah pada penciptaan keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Hal ini

tercapai ketika kemampuan manajemen dan menggunakan kreasi dan

mengimplentasikan strategi agar tahan pada keunggulan yang banyak

terjadi peniruan, mampu menciptakan faktor hambatan dalam jangka

waktu yang lama (Bharawaj, Varadarajan dan Fahy, 1993; Grant, 1995;

Mahoney dan Pandian, 1992; Rumelt, 1984).
Berdasarkan penelitian para pakar secara umum, disimpulkan

bahwa perencana mengalahkan non-perencana, pemikirannya adalah

bahwa     perusahaan      yang   memiliki   rencana    formal     lebih   unggul

dibandingkan dengan rencana informal, karena proses penulisan rencana

mengharuskan untuk menuangkan ide-ide dan tujuan-tujuan untuk

dipikirkan    secara    matang (Hopkins     and    Hopkins,1997; Rue        dan

Ibrahim,1998; Shrader et al.1989). Pendapat ini juga didukung oleh

Robinson dan pearce (1984) yang dikutip oleh Shrader et al. (1989)

bahwa makin rumit proses perencanaan maka makin baik pula kinerja

organisasi.

        Proses perencanaan terdiri dari tiga komponen utama (Armstrong,

1982 dalam Shrader et al, 1989; Robinson and pearce, 1984) yaitu: (1)

perumusan, yang meliputi pengembangan misi, penentuan tujuan utama,

penilaian lingkungan eksternal dan internal dan evaluasi serta pemilihan

alternatif; (2) penerapan; dan (3) pengendalian.

        Orpen (1985) menyatakan bahwa perencanaan menguntungkan

perusahaan-perusahaan kecil dengan mendorong mereka untuk mencari

alternatif-alternatif   baru   guna   meningkatkan    penjualan     dan   posisi

kompetitif mereka. Menurut Bracker et al (1988) mengemukakan bahwa

perencanaan yang matang menguntungkan perusahaan kecil dalam

industri dinamis yang berkembang pesat.

        Berdasar hasil penelitian Rue dan Ibrahim (1998) dan Shrader et.al.

(1989), menyatakan bahwa top manajer atau CEO dalam perusahaan
kecil   menengah         mengindikasikan      perencanaan      perusahaan      pada

umumnya dikerjakan sendiri, yang artinya top manajer atau CEO

sekaligus perencana.

        Perencanaan        strategi     pada berbagai keadaan usaha            yang

seharusnya dimiliki oleh perusahaan baik besar atau kecil. Karena dengan

manajemen strategi akan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

mengkomunikasikan tujuan perusahaan serta alternatif jalan yang akan

ditempuh guna pencapaian tujuan tersebut (Nurwening,1997).

        Perlu diingat bahwa proses perencanaan strategi ini adalah suatu

pemikiran    stratejik     (strategic    thinking)   dari   para   pemilik    usaha.

Perencanaan strategi tidak harus bersifat formal namun pemikiran stratejik

ini setidaknya mensistesiskan intuisi dan kreativitas wirausaha kedalam

visi masa depan (Rambat,2002).

        Perencanaan strategi merupakan sebuah rencana tertulis jangka

panjang, yang didalamnya menyatakan misi perusahaan dan pernyataan

tujuan organisasi. Perencanaan strategi juga dianggap memberikan

substansi dimana kinerja perusahaan dapat dikontrol dan diukur (Rue dan

Ibrahim,1998; Shrader et al.1989). Ditambahkan pula menurut (Hopkins

and Hopkins, 1997) perencanaan strategi adalah sebagai proses

penggunaan kriteria sistematis dan investigasi yang sangat teliti untuk

merumuskan,       menetapkan            dan    mengendalikan       strategi    serta

mendokumentasikan harapan-harapan organisasi secara formal.
Perencanaan strategik biasanya mencakup periode waktu satu

sampai lima tahun (Matthews & Scott, 1995; Rue & Ibrahim,1998;

Robinson and pearce, 1997; Shrader et al, 1984). Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa perencanaan stratejik menjadi pedoman sebuah

organisasi untuk tanggap terhadap lingkungan yang dinamis dan sulit

diramal.   Perencanaan    stratejik    menekankan      pentingnya     membuat

keputusan-keputusan yang menempatkan organisasi untuk berhasil

menanggapi perubahan lingkungan.

      Perencanaan     strategis     tidak   mengenal    standar     baku,   dan

prosesnya mempunyai variasi yang tidak terbatas. Tiap penerapan perlu

merancang variasinya sendiri sesuai kebutuhan, situasi dan kondisi

setempat. Meskipun demikian, secara umum proses perencanaan

strategis memuat unsur-unsur: (1) perumusan visi dan misi, (2) pengkajian

lingkungan eksternal, (3) pengkajian lingkungan internal, (4) perumusan

isu-isu strategis, dan (5) penyusunan strategi pengembangan (yang dapat

ditambah dengan tujuan dan sasaran).

      Sebagai upaya untuk meningkatkan keunggulan bersaing, perlu

ditelaah lebih jauh mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

sebuah perencanaan stratejik sehingga mampu menciptakan nilai

keunggulan yang kompetitif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

tersebut dihipotesiskan terdiri dari variabel faktor manajerial, faktor

lingkungan dan kultur organisasi.
2.2.   Manajerial

2.2.1. Pengertian Manajerial

       Kompetensi dalam perencanaan strategi dapat menentukan derajat

dimana perusahaan menjadi terkait dengan perencanaan strategis.

Proses    perencanaan         strategis     bergantung     pada   sumber-sumber

manajerial tertentu. Faktor personalitas manajerial yang berpengaruh

pada perencanaan strategis dan keyakinan terhadap adanya hubungan

antara perencanaan โ€“ kinerja (Hopkins and Hopkins,1997).

       Henry (1980) dalam (Hopkins and Hopkins,1997) menduga bahwa

keterlibatan manajemen dalam perencanaan strategi adalah karena

pemahaman untuk menyakinkan bahwa proses perencanaan strategi

dilaksanakan secara kompehensif, sangat sedikit atau tidak ada perhatian

tergantung apakah manajemen memiliki keahlian untuk menjalankan

proses.

       Eastlack     &   McDonald          (1970)     menemukan    bahwa    kinerja

perusahaan akan lebih baik pada perusahaan yang melibatkan proses

perencanaan       strategi.   Penemuan        tersebut    menunjukkan     terdapat

keyakinan pada para manajer bahwa perencanaan strategis dapat

memberikan    kemanfaatan         terhadap         perusahaan   yang   dipimpinnya

(Hopkins and Hopkins,1997).

       Keahlian dalam perencanaan strategi ini termasuk didalamnya

adalah pengetahuan dan keahlian untuk penerapan perencanaan

strategis. Pada penelitian yang terdahulu ditemukan bahwa kompetensi

dalam perencanaan strategis dapat menentukan derajat perusahaan
untuk menerapkan perencanaan strategis (Higgins, 2001).

       Miller 1987 serta Hopkins and Hopkins (1997) mengembangkan

dua variabel utama yaitu faktor personalitas manajerial yaitu keyakinan

terhadap adanya hubungan perencanaan โ€“ kinerja dan keahlian

perencanaan    strategis.   Penjelasan   ini   berfokus   pada   pimpinan

perusahaan. Keahlian dalam perencanaan strategis adalah pengetahuan

dan keahlian pimpinan perusahaan untuk menerapkan perencanaan

strategis. Keyakinan akan hubungan perencanaan strategis dan kinerja

didefinsikan sebagai seberapa besar keyakinan pimpinan perusahaan

terhadap perencanaan strategis dapat meningkatkan kinerja perusahaan

yang berujung pada keunggulan bersaing.


2.3.   Lingkungan

2.3.1. Pengertian Lingkungan

       Dalam konteks manajemen strategi, lingkungan didefinisikan

berdasarkan dekat dan jauhnya lingkungan dari organisasi atau langsung

dan tidak langsungnya lingkungan mempengaruhi organisasi. Lingkungan

yang paling dekat dengan organisasi atau disebut juga task environment,

industry environment (Hitt et al., 2001; Pearce dan Robinson, 2000),

specific environment (Robbins, 1994) yaitu lingkungan yang langsung

mempengaruhi strategi, mencakup pesaing, pemasok, pelanggan dan

serikat dagang. Selanjutnya lingkungan yang secara tidak langsung

mempengaruhi strategi atau disebut juga general environment; Robbins,

1997), remote environment (Pearce dan Robinson, 2000).
Lebih lanjut Robbins (1994) membedakan lingkungan organisasi

atas lingkungan umum versus lingkungan khusus dan lingkungan aktual

versus lingkungan yang dipersepsikan. Robbins (1994) membedakan

lingkungan   organisasi   berdasarkan   sumber    informasi    yang   dapat

diberikannya yaitu, yang stabil dan pasti dengan lingkungan yang berubah

secara cepat dan dinamis. Robbins (1994) mengidentifikasi empat macam

lingkungan yang mungkin dihadapi organisasi, yaitu placid-randomized,

placid-clustered, disturbed-reactive dan turbulent field. Pearce and

Robinson (1998) membedakan lingkungan atas lingkungan jauh (remote

environment), lingkungan industri dan lingkungan operasional. Wheleen

dan Hunger (2002) membedakannya atas lingkungan eksternal (external

environment) dan lingkungan internal (internal environment).

      Lingkungan bisnis merupakan lingkungan yang dihadapi organisasi

dan harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis

(perusahaan). Aktivitas keseharian organisasi mencakup interaksi dengan

lingkungan kerja Hal ini termasuk hubungannya dengan pelanggan,

supliers, serikat dagang dan pemegang saham. Lingkungan bisnis

berperan dalam mempengaruhi penetapan strategi organisasi.

      Lingkungan organisasi dapat dibedakan atas lingkungan internal

(internal environment) dan lingkungan eksternal (external environment)

(Wright et al.,1996; Wheleen dan Hunger, 2000; Hitt, 1995). Lingkungan

internal terdiri dari struktur (structure), budaya (culture), sumber daya

(resources) (Wheelen dan Hunger, 2000). Lingkungan internal perlu
dianalisis   untuk   mengetahui    kekuatan   (strength)   dan   kelemahan

(weaknesses) yang ada dalam perusahaan. Struktur adalah bagaimana

perusahaan     diorganisasikan    yang   berkenaan   dengan      komunikasi,

wewenang dan arus kerja. Struktur sering juga disebut rantai perintah dan

digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi.

Budaya merupakan pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang

dibagikan oleh anggota organisasi. Norma-norma organisasi secara

khusus memunculkan dan mendefinisikan perilaku yang dapat diterima

anggota dari manajemen puncak sampai karyawan operatif.

       Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi

produksi barang dan jasa organisasi. Aset ini dapat meliputi keahlian

seseorang, kemampuan, dan bakat manajerial seperti aset keuangan dan

fasilitas pabrik dalam wilayah fungsional. Peter et al., (1996) menjelaskan

bahwa:

     โ€œA firmโ€™s resources constitute its strengths and weaknesses. They
     include human resources (the experience, capabilities, knowledge,
     skills, and judgment of all the firmโ€™s employees) organizational
     resources (the firmโ€™s systems and processes, including its strategies,
     structure, culture, purchasing/materials management, production/
     operations, financial base, research and development, marketing,
     information system, and control systems), and physical resources
     (plant and equipment, geographic locations, access to raw materials,
     distribution network, and technology).

     Menurut Peter et al., (1996) lingkungan internal perusahaan
     merupakan sumber daya perusahaan (the firmโ€™s resources) yang
     akan menentukan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sumber
     daya perusahaan ini meliputi sumber daya manusia (human
     resources) seperti pengalaman (experiences), kemampuan
     (capabilities), pengetahuan (knowledge), keahlian (skill), dan
     pertimbangan (judgment) dari seluruh pegawai perusahaan, sumber
     daya perusahaan (organizational resources) seperti proses dan
sistem perusahaan, termasuk strategi perusahaan, struktur, budaya,
     manajemen pembelian material, produksi/operasi, keuangan, riset
     dan pengembangan, pemasaran, sistem informasi, dan sistem
     pengendalian), dan sumber daya fisik seperti (pabrik dan peralatan,
     lokasi geografis, akses terhadap material, jaringan distribusi dan
     teknologi). Jika perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan
     sumber daya tersebut, maka ketiga sumber daya di atas
     memberikan perusahaan sustained competitive advantage.

      Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar

organisasi   dan     perlu   dianalisis    untuk   menentukan   kesempatan

(opportunities) dan ancaman (threath) yang akan dihadapi perusahaan.

Terdapat dua perspektif untuk meng-konseptualisasikan lingkungan

eksternal.

      Pertama,      perspektif   yang     memandang    lingkungan   eksternal

sebagai wahana yang menyediakan sumber daya (resources) (Clark et

al., 1994: Tan dan Litschert, 1994). Kedua perspektif yang memandang

lingkungan eksternal seba-gai sumber informasi. Perspektif pertama

berdasar     pada      premis     bahwa lingkungan eksternal merupakan

wahana yang menyediakan sumber daya yang kritikal bagi kelangsungan

hidup perusahaan (Tan dan Litschert, 1994). Perspektif ini juga

mengandung makna potensi eksternal dalam mengancam sumber daya

internal yang dimiliki perusahaan. Pemogokan, deregulasi, perubahan

undang-undang, misalnya, berpotensi merusak sumber daya internal yang

dimiliki perusahaan (Clark et al., 1994). Perspektif kedua mengaitkan

informasi dengan ketidakpastian lingkungan (environmental uncertainty).

Ketidakpastian lingkungan mengacu pada kondisi lingkungan eksternal

yang sulit diramalkan perubahannya (Clark et al., 1994). Hal ini
berhubungan dengan kemampuan anggota organisasi dalam pengambilan

keputusan (decision making) (Clark et al., 1994).

          Kaitan lingkungan eksternal dengan organisasi dapat dijelaskan

dengan teori-teori seperti, teori ekologi-populasi (population ecology

theory), teori kontinjensi (contingency theory), dan teori ketergantungan

pada sumber daya (resource dependence theory). Teori pendekatan

ekologi     populasi   menjelaskan     bahwa      kelangsungan      hidup    dan

keberhasilan perusahaan ditentukan oleh karak-teristik lingkungan di

mana perusahaan berada (Child, 1997). Model pendekatan ini membawa

implikasi bahwa lingkungan eksternal mempunyai pengaruh langsung

(direct effect) terhadap kinerja perusahaan tanpa memandang pilihan

strategi yang dijalankan perusahaan (Wiklund, 1999).

      Teori     kontingensi     (contingency   theory)   menyatakan       bahwa

keselarasan     antara    strategi   dengan    lingkungan      bisnis   eksternal

menentukan kelangsungan hidup dan kinerja perusahaan (Child, 1997).

Teori kontijensi juga bermakna bagaimana perencanaan strategi mampu

memenuhi tuntutan lingkungan, yang mana jika tidak tercipta keselarasan

antara perencanaan strategi dengan lingkungan bisnis eksternal dapat

berakibat turunnya kinerja sehingga munculnya krisis organisasi atau

perusahaan (Elenkov, 1997). Keselarasan antara strategi organisasi

dengan lingkungan eksternalnya merupakan fokus kajian manajemen

strategik. Pendekatan dengan menggunakan teori kontijensi ini mendapat

dukungan dari banyak pakar. Bukti empiris yang ada pada umumnya

menunjukkan       bahwa       perusahaan   yang     berhasil     menyelaraskan
strateginya     dengan       lingkungan   eksternal   yang   dihadapinya   akan

memperlihatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan-

perusahaan yang kurang berhasil menyelaraskan strateginya. (Elenkov,

1997).

         Krajewski, et al., (1987) dalam Masood, et al., (2000) berpendapat

bahwa terdapat tujuh dimensi dalam pengukuran lingkungan eksternal,

yaitu:

         1.Kondisi perekonomian

         2.Kecenderungan yang terjadi

         3.Perubahan teknologi

         4.Kondisi politik

         5.Perubahan sosial

         6.Ketersediaaan sumber daya utama

         7.Gabungan kekuatan antara konsumen dan pemasok

         Penelitian lain yang dilakukan oleh Heizer dan Render (dalam

Masood et al, 2000) menyatakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

lingkungan adalah kondisi perekonomian, budaya, teknologi, demografi,

dan peraturan pemerintah. Lain halnya dengan Bourgeois (dalam Masood

et al, 2000) yang mengatakan bahwa lingkungan dipengaruhi oleh

konsumen, pesaing, pemasok, dan peraturan pemerintah.

         Ada dua pendekatan untuk mengukur lingkungan bisnis eksternal,

yaitu ukuran objektif (objectif environmental measures) dan ukuran

subjektif/persepsi (perceptual environmental measures) (Boyd et al.,
1993). Pengukuran lingkungan bisnis eksternal dengan pendekatan

objektif dilakukan dengan rasio konsentrasi industri Boyd et al., 1993).

Sementara pengukuran lingkungan bisnis eksternal dengan pendekatan

subjektif dilakukan dengan menggunakan atensi dan interpretasi manajer

sebagai informan kunci (key informan) dari lingkungan yang dihadapi

perusahaan. Hal ini memungkinkan para peneliti menggambarkan

lingkungan bisnis eksternal berdasarkan perspektif anggota organisasi

dalam hal ini manajer dan top manajer (Boyd dan Fulk, 1996; Boyd et al.,

1993).

         Banyak terjadi perdebatan dalam hal mengukur lingkungan bisnis

eksternal, apakah lingkungan eksternal seharusnya diperlakukan sebagai

suatu kenyataan (objective reality) atau sebagai fenomena berdasarkan

persepsi saja (perceptual phenomenon) (Boyd dan Fulk, 1996). Hal yang

utama adalah bukan pada apakah lingkungan harus diukur secara objektif

atau berdasarkan persepsi, tetapi yang harus diperhatikan adalah

masalah relevansinya. Dalam proses pengambilan keputusan (decision

making), untuk mempelajari perilaku dan tindakan manejerial serta

formulasi dan perencanaan strategik ukuran subjektif lebih relevan

digunakan (Boyd dan Fulk, 1996). Sementara ukuran objektif relevan

untuk     memahami     dan   mengukur      hambatan    eksternal   (external

constraints) yang dihadapi perusahaan dan kualitas peluang yang tersedia

(Boyd dan Fulk, 1996; Boyd et al., 1993). Oleh karena itu ukuran objektif

lebih    tepat   digunakan   oleh   peneliti   yang   menggunakan    model

ketergantungan pada sumber daya dan model pendekatan ekologi
populasi.
Sedangkan kajian tentang tindakan perusahaan seperti dalam

persepsi (Boyd et al., 1993). Ukuran berdasarkan persepsi lebih penting

karena persepsi dapat membentuk perilaku managerial (managerial

behavior) yang pada gilirannya, akan mempengaruhi pilihan manajerial

(managerial choice). Elenkov (1997) menjelaskan bahwa persepsi dan

interpretasi manajer terhadap lingkungannya merupakan dasar bagi

tindakan strategik (strategic action). Argumen di atas mendukung

pengukuran lingkungan berdasarkan persepsi (subjective measure), dalam

hal ini persepsi manajer secara metodologi adalah valid, serta mempunyai

tingkat akurasi yang tidak kalah dengan ukuran objektif.

   Variabel selanjutnya dalam penelitian ini, sebuah perencanaan stratejik

dapat dipengaruhi oleh variabel faktor lingkungan sebagai upaya untuk

menganalisa, mengevaluasi, mengimplementasi strategi atas kekuatan

eksternal dan internal dari sebuah organisasi.

      Faktor lingkungan sangat berperan terhadap kondisi usaha, karena

faktor lingkungan ini sangat menentukan strategi yang akan dijalankan

(Covin and Covin,1990; Miller and Friesen,1982). Mengikuti lini pemikiran

ini , premis dasar dari studi yang dilakukan oleh Miller,1997 adalah

strategi usaha secara meningkat telah ditentukan oleh kekuatan-kekuatan

lingkungan. Akibatnya fokus dari penelitian tersebut adalah menguji

keterkaitan   antara    faktor-faktor   lingkungan    sebagai   pengaruh

perencanaan strategi dalam mencapai keunggulan bersaing yang

maksimal.
Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa perumusan

strategi memedomani eksekutif dalam menetapkan kebijakan organisasi

untuk mencapai tujuan akhir serta cara yang akan digunakan untuk

mencapai tujuan akhir tersebut. Perumusan strategi yang efektif dan

efisien adalah perumusan yang memadukan perspektif yang berorientasi

kedepan dengan lingkungan internal dan lingkungan eksternal organisasi.

      Lingkungan eksternal diketahui mempunyai peranan besar dalam

mempengaruhi pengambilan keputusan manajerial, proses dan struktur

organisasi (Keats & Hitt,1988), maka lingkungan eksternal penting untuk

selalu dipantau dan dianalisis. Pengamatan lingkungan merupakan suatu

proses penting    dalam manajemen yang strategis, sebab pengamatan

adalah mata rantai yang pertama dalam rantai tindakan dan persepsi yang

memungkinkan suatu organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya (Hambrick, 1982 dalam Abdalla dan Sammy,1995)

      Snyder      (1981)   juga   mengemukakan      bhawa    pengamatan

lingkungan sebagai monitoring, evaluasi dan penyebaran informasi pada

lingkungan eksternal merupakan kunci para manajer dalam organisasinya

(Wheelen    dan    Hunger,1992    dalam   Abdalla    dan    Sammy,1995)

menyatakan bahwa sebelum CEO merumuskan strategi organisasi,

mereka perlu meneliti lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi

ancaman dan peluang organisasi.

      Melihat lebih jauh lingkungan operasi terdekat organisasi bagi

industri dimana ia berkompetisi telah lama dianjurkan, para manajer harus
merubah pandangan penelitian mereka terhadap lingkungan pada โ€œdaerah

terdekat dimana organisasi bersaing dalam industri secara keseluruhanโ€.

Porter (1980) mencatat bahwa isi dari formulasi strategi kompetitif adalah

menguntungkan organisasi dengan lingkungannya dan aspek inti dari

faktor lingkungan organisasi dalah industri-industri dimana organisasi itu

bersaing.

       Dalam beberapa literatur dikenal beragam dimensi lingkungan,

pada lingkungan eksternal dikonseptualisasikan sebagai konstuk yang

bersifat    multi   dimensi   (Tan   &   Lischert,1994;    Van   Egeren   dan

Oโ€™Connor,1998 dalam tesis Nomastuti Junita Dewi,2005) terdapat

dimensi-dimensi lingkungan eksternal yang masuk dalam literatur-literatur

manajemen strategi dan teori organisasi terdiri dari 3 dimensi yaitu : (a)

Dukungan lingkungan (environmental munifence) adalah sejauh mana

sumber daya yang diberikan lingkungan dapat mendukung pertumbuhan

& stabilitas yang diperlukan oleh organisasi. (b) Dinamika lingkungan

(environmental dynamism) adalah tingkat perubahan yang tidak dapat

diprediksi dan sulit direncanakan sebelumnya dalam elemen-elemen

lingkungan, misal sektor pelanggan, pesaing, pemerintah dan teknologi.

(c)   Kompleksitas      lingkungan   (environmental       complexity)   adalah

heterogenitas dari rangkaian aktivitas-aktivitas lingkungan. Penilaian

lingkungan dianggap sebagai aktivitas pendahuluan bagi formulasi tujuan-

tujuan tertentu.Bagian dari aktifitas ini mempunyai landasan dari literatur

normatif pada formulasi strategi.
2.4.   Budaya Organisasi

2.4.1. Pengertian Budaya Organisasi

       Tingginya tingkat persaingan antar perusahaan membuat para

pengambil keputusan perlu melakukan kajian yang mendalam tentang

budaya perusahaan atas 4 (empat) elemen yang saling berkaitan yaitu

faktor manajerial, faktor lingkungan, budaya organisasi, perencanaan

stratejik dan keunggulan bersaing.

       Sebuah      paper   menyatakan    bahwa    sebuah       kultur/budaya

perusahaan    dapat menjadi alat praktis     manajemen         dan     mampu

mendukung perubahan proses manajemen dalam memanaje perubahan

strategi. Bagi sebagian orang berpendapat bahwa budaya perusahaan

sama antara satu dengan yang lain, tapi perlu diketahui bahwa budaya

perusahaan secara akademik dapat digunakan sebagai jembatan antara

analisis level mikro dan makro. Penghubung antara perilaku organisasi

pada level operasional dalam perusahaan dan manajemen stratejik. Bagi

para praktisi, budaya merupakan pilihan seseorang dalam memahami

dunia organisasi mereka dengan mempelajari pengalaman mereka sehari-

hari dalam organisasi dengan perubahan secara nyata dalam dunia bisnis

(Wilkins,1993).

       Budaya      perusahaan    mencakup    mengenai         nilai,    aturan,

kepercayaan       didalamnya   yang   membentuk   perilaku,     sikap     yang

menguntungkan (Schein,1992) sehingga budaya perusahaan dapat

mempengaruhi kepuasan karir seseorang dan komitmen organisasi.

Karena ada persamaan mengenai tipologi dan dimensi dari budaya

organisasi.
Menurut (Chen,2004) budaya perusahaan memberikan efek

signifikan terhadap tanggung jawab dan komitmen karyawan pada

organisasi mereka. Sikap dan perilaku langsung dari pimpinan akan

mempengaruhi tanggung jawab dan komitmen karyawan serta perilaku

mereka dalam berinteraksi untuk menciptakan budaya perusahaan.

      Sebuah survey ditemukan mengenai hal yang mempengaruhi

perilaku   diindikasikan   bahwa   responden     percaya   bahwa     budaya

perusahaan merupakan faktor penting dalam kunci keberhasilan dalam

kapabilitas   ini   (Anonymous,1998)   memberikan      pentingnya    budaya

perusahaan dan dampaknya pada perubahan organisasi.

      Merujuk pada (Modway et.al,1979) komitmen organisasi terdiri dari

tiga faktor yaitu kepercayaan yang kuat dan penerimaan dalam tujuan dan

nilai perusahaan, kemauan yang keras dalam memperhatikan hasil tidak

setengah-tengah pada perusahaan, keinginan yang kuat dalam mengatur

keanggotaan dalam organisasi. Kepuasan kerja mempengaruhi dalam

tugas khusus pada lingkungan dimana karyawan bekerja (Modway,Porter

& Steers,1982), kepuasan      dapat dilihat secara instrinsik, ekstrinsik dan

kepuasan total (Weiss,Dawis, England & Lofquist,1967).

      Harris dan Mossholder (1996) menggarisbawahi bahwa budaya

perusahaan merupakan dasar dari seluruh faktor manajemen sumber

daya manusia. Ini juga mempengaruhi perilaku yang merujuk pada hasil

yaitu, komitmen, motivasi, moral dan kepuasan.
2.5.   Kinerja Perusahaan

2.5.1. Pengertian Kinerja Perusahaan

       Kinerja berasal dari kata .to perform. yang artinya melakukan suatu

kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawabnya

dengan hasil seperti yang diharapkan. Sementara itu dalam praktek

manajemen sumber daya manusia banyak terminologi yang muncul

dengan kata kinerja yaitu evaluasi kinerja (performance evaluation),

dikenal juga dengan istilah penilaian kinerja (performance appraisal,

performance rating, performance assessment, employe evaluation, rating,

efficiency rating, service rating) pada dasarnya merupakan proses yang

digunakan perusahaan untuk mengevaluasi job performance.

       Kinerja adalah suatu konsep dasar yang bersifat umum. Konsep ini

biasanya dipahami secara implisit sehingga sulit untuk diungkapkan

secara eksplisit. Kinerja yang terkait dengan konsep tertentu melahirkan

pendekatan atau pengukuran khusus (Chakravarthy, 1986).

       Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang

ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat

diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari

berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai

maka dilakukan penilaian kinerja.

       Kata   penilaian   sering    diartikan   dengan   kata   assessment.

Sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar

yang   ditetapkan.     Dengan     demikian      penilaian   kinerja   perusahaan

(companies performance assessment) mengandung makna suatu proses

atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu

perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan

Norton, 2004).

       Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel

mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah

ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang

diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan

manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana

strategik, program dan anggaran organisasi. Penilaian kinerja juga

digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk

merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan,

melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik

yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

       Penilaian     kinerja   perusahaan    dapat     diukur   dengan       ukuran

keuangan dan non keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil

tindakan yang telah dilakukan di masa lalu dan ukuran keuangan tersebut

dilengkapi dengan ukuran non keuangan tentang kepuasan customer,

produktivitas    dan    cost    effectiveness     proses     bisnis/intern    serta

produktivitas dan komitmen personel yang akan menentukan kinerja

keuangan masa yang akan datang. Ukuran keuangan menunjukkan akibat
dari berbagai tindakan yang terjadi        di luar masalah     keuangan.

Peningkatan financial returns yang ditunjukkan dengan ukuran ROE

merupakan akibat dari berbagai kinerja operasional seperti:

      1.   Meningkatnya kepercayaan customer terhadap produk yang

           dihasilkan perusahaan

      2.   Meningkatnya produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis

           yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk

           dan jasa

      3. Meningkatnya produktivitas dan komitmen personel.

      Jadi jika manejemen puncak berkehendak untuk melipatgandakan

kinerja keuangan perusahaannya, maka fokus perhatian seharusnya

ditujukan untuk memotivasi personel dalam melipatgandakan kinerja di

perspektif non keuangan atau operasional, karena disitulah terdapat

pemacu sesungguhnya (the real drivers) kinerja keuangan berjangka

panjang.

      Pada perspektif penilaian kinerja yang lebih luas, Hansen dan

Mowen (1997) menyatakan sebagai berikut:

      โ€œActivity performance measure exist in both financial and non
      financial forms. These measures are designed to assess how well
      an activity was performed and the result achieved. They are also
      designed to reveal if constant improvement is being realized.
      Measures of activity performance center on three major dimension:
      (1) efficiency, (2) quality, and (3) time.

      Hal di atas menjelaskan bahwa aktivitas penilaian kinerja terdapat

dua jenis pengukuran yaitu; keuangan dan non keuangan. Pengukuran ini

dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir yang
dicapai. Ada juga penilaian kinerja yang dirancang untuk menyingkap jika

terjadi kemandekan perbaikan yang akan dilakukan. Penilaian kinerja

aktivitas pusat dibagi kedalam tiga dimensi utama, yaitu: (1) effisiensi, (2)

kualitas, (3) waktu.

       Berdasar pada hasil penelitian terdahulu yang menyatakan adanya

hubungan antara perencanaan stratejik dengan kinerja perusahaan. Maka

berikut ini akan diuraikan penjelasan mengenai variabel dari kinerja

perusahaan seperti dibawah ini :

       Pengukuran kinerja merupakan sesuatu yang kompleks dan

merupakan tantangan besar bagi para peneliti (Beal, 2000) karena sebuah

konstruk kinerja yang bersifat multidimensional dan oleh karena itu

pengukuran kinerja dengan dimensi pengukuran tunggal tidak mampu

memberikan pemahaman yang komprehensif (Bhargava et al,1994).

Sehingga     pengukuran      kinerja   hendaknya      menggunakan       atau

mengintegrasikan       pengukuran   yang   beragam    (multiple   measures)

(Bhargava et al, 1994; Venkatraman & Ramunajam,1986).

       Beal (2000) mengemukakan bahwa belum ada konsensus tentang

ukuran kinerja yang paling layak dalam sebuah penelitian dan ukuran-

ukuran obyektif kinerja yang selama ini dipakai dalam banyak penelitian

masih banyak kekurangan. Misalnya ukuran ROI (Return On Investment)

mempunyai kelemahan, karena terdapat berbagai macam metode

pengukuran depresiasi, persediaan dan nilai fixed cost (Wright et al,

1995). Lebih jauh Sapienza et al (1988) mengemukakan bahwa ukuran
kinerja organisasi berbasis akuntansi dan keuangan memiliki kekurangan

selain disebabkan oleh bervariasinya metode akuntansi, juga disebabkan

oleh adanya kecenderungan manipulasi angka dari pihak manajemen

sehingga pengukuran menjadi tidak valid.

       Untuk menngantisipasi tidak tersedianya data-data kinerja obyektif

dalam sebuah penelitian, maka dimungkinkan untuk menggunakan ukuran

subyektif, yang mendasarkan pada persepsi manajer (Beal, 2000). Zahra

and Das (1993) membuktikan bahwa ukuran kinerja subyektif memiliki

tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi. Disamping itu penelitian Voss

& Voss (2000) menunjukkan adanya korelasi yang erat antara ukuran

kinerja subyektif dan ukuran kinerja obyektif.

       Berdasarkan uraian diatas, kinerja perusahaan diukur dengan

menggunakan pengukuran subyektif yang mendasarkan pada persepsi

staf dan manajer perusahaan atas berbagai dimensi pengukuran kinerja

perusahaan. Dimensi pengukuran kinerja yang lazim digunakan dalam

berbagai penelitian adalah pertumbuhan (growth), kemampulabaan

(profitability) dan efisiensi.

       Barkham, et.al (1996 dalam Wicklund (1999) menegaskan bahwa

pertumbuhan penjualan merupakan indikator kinerja yang sangat lazim

dan telah menjadi konsensus sebagai ukuran dimensi pertumbuhan

terbaik. Lebih lanjut, Wicklund (1999) menambahkan bahwa pertumbuhan,

dipicu oleh naiknya atas permintaan produk yang ditawarkan perusahaan

yang berarti naiknya penjualan.
Indikator pertumbuhan yang dipilih adalah pertumbuhan pangsa

pasar (market share). Menurut Bhargava, et.al (1994) pertumbuhan

pangsa pasar bisa digunakan untuk mengkur efektivitas pasar, disamping

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencapai skala efisiensi

dan kekuatan pasar (market power).



2.6.   Kerangka Pemikiran

       Berangkat dari kajian teori sebagaimana diungkap sebelumnya,

maka kerangka penelitian dibangun bentuk diagram sebagai berikut.




                                              e1                    e2
                  X1




             X2                               X4
                                                                    X5




                  X3


                    Gambar 1. Kerangka Penelitian
Keterangan :

     X1         = Perencanaan Strategik
     X2         = Manajerial
     X3         = Lingkungan
     X4         = Budaya Organisasii
     X5         = Kinerja Perusahaan
     e          = Variabel Lain

2.7.      Pengajuan Hipotesis

          Berdasarkan kerangka teori sebagaimana diuraikan di atas, maka

dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut.

1.   Terdapat pengaruh langsung perencanaan strategik terhadap kinerja

     perusahaan di PT. XX.

2.   Terdapat pengaruh langsung manajerial terhadap kinerja perusahaan

     di PT. XX.

3.   Terdapat pengaruh langsung lingkungan terhadap kinerja perusahaan

     di PT. XXX.

4.   Terdapat pengaruh langsung budaya organisasi terhadap kinerja

     perusahaan di PT. XX.

5.   Terdapat pengaruh tidak langsung perencanaan strategik terhadap

     kinerja perusahaan di PT. XX, melalui budaya organisasi.

6.   Terdapat pengaruh tidak langsung manajerial terhadap kinerja

     perusahaan di PT. XX melalui budaya organisasi.

7.   Terdapat pengaruh tidak langsung lingkungan terhadap kinerja

     perusahaan di PT. XX melalui budaya organisasi.

More Related Content

What's hot

Strategi merek
Strategi merekStrategi merek
Strategi merek
Indra Purba
ย 
M11 kekuasaan dan politik
M11 kekuasaan dan politikM11 kekuasaan dan politik
M11 kekuasaan dan politik
Josua Sitorus
ย 
Job desig nelearning
Job desig nelearningJob desig nelearning
Job desig nelearning
Tika Rahmawati
ย 
Perencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah - PENGANGGARAN
Perencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah - PENGANGGARANPerencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah - PENGANGGARAN
Perencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah - PENGANGGARAN
Falanni Firyal Fawwaz
ย 
Perencanaan strategis
Perencanaan strategisPerencanaan strategis
Perencanaan strategis
Indra Diputra
ย 
Manajemen keuangan perusahaan
Manajemen keuangan perusahaanManajemen keuangan perusahaan
Manajemen keuangan perusahaan
Dominicus Prabowo
ย 
Definisi manajemen strategik
Definisi  manajemen strategikDefinisi  manajemen strategik
Definisi manajemen strategik
nasruddien
ย 
Chapter 6 dasar dasar perilaku kelompok
Chapter 6 dasar dasar perilaku kelompokChapter 6 dasar dasar perilaku kelompok
Chapter 6 dasar dasar perilaku kelompok
Andi Iswoyo
ย 

What's hot (20)

Perubahan organisasi dan manajemen stress
Perubahan organisasi dan manajemen stressPerubahan organisasi dan manajemen stress
Perubahan organisasi dan manajemen stress
ย 
Manajemen keuangan part 1 of 5
Manajemen keuangan part 1 of 5Manajemen keuangan part 1 of 5
Manajemen keuangan part 1 of 5
ย 
Strategi merek
Strategi merekStrategi merek
Strategi merek
ย 
M11 kekuasaan dan politik
M11 kekuasaan dan politikM11 kekuasaan dan politik
M11 kekuasaan dan politik
ย 
Job desig nelearning
Job desig nelearningJob desig nelearning
Job desig nelearning
ย 
Perencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah - PENGANGGARAN
Perencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah - PENGANGGARANPerencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah - PENGANGGARAN
Perencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah - PENGANGGARAN
ย 
Perencanaan strategis
Perencanaan strategisPerencanaan strategis
Perencanaan strategis
ย 
Struktur Organisasi
Struktur OrganisasiStruktur Organisasi
Struktur Organisasi
ย 
BUSINESS UNIT STRATEGY
BUSINESS UNIT STRATEGYBUSINESS UNIT STRATEGY
BUSINESS UNIT STRATEGY
ย 
LONG TERM OBJECTIVE AND GRAND STRATEGY
LONG TERM OBJECTIVE AND GRAND STRATEGY LONG TERM OBJECTIVE AND GRAND STRATEGY
LONG TERM OBJECTIVE AND GRAND STRATEGY
ย 
Capital Asset Pricing Model & Arbitrage Pricing Theory by i gede auditta
Capital Asset Pricing Model & Arbitrage Pricing Theory by i gede audittaCapital Asset Pricing Model & Arbitrage Pricing Theory by i gede auditta
Capital Asset Pricing Model & Arbitrage Pricing Theory by i gede auditta
ย 
Mengelola Konflik Organisasi
Mengelola Konflik OrganisasiMengelola Konflik Organisasi
Mengelola Konflik Organisasi
ย 
Manajemen keuangan perusahaan
Manajemen keuangan perusahaanManajemen keuangan perusahaan
Manajemen keuangan perusahaan
ย 
Keragaman dalam organisasi ppt 1
Keragaman dalam organisasi ppt 1Keragaman dalam organisasi ppt 1
Keragaman dalam organisasi ppt 1
ย 
Definisi manajemen strategik
Definisi  manajemen strategikDefinisi  manajemen strategik
Definisi manajemen strategik
ย 
Chapter 6 dasar dasar perilaku kelompok
Chapter 6 dasar dasar perilaku kelompokChapter 6 dasar dasar perilaku kelompok
Chapter 6 dasar dasar perilaku kelompok
ย 
Manajemen Risiko 02 Enterprise Risk Management
Manajemen Risiko 02 Enterprise Risk ManagementManajemen Risiko 02 Enterprise Risk Management
Manajemen Risiko 02 Enterprise Risk Management
ย 
Manajemen Risiko
Manajemen RisikoManajemen Risiko
Manajemen Risiko
ย 
komunikasi dalam organisasi
 komunikasi dalam organisasi komunikasi dalam organisasi
komunikasi dalam organisasi
ย 
Perilaku Organisasi Bab 11 Komunikasi
Perilaku Organisasi Bab 11 KomunikasiPerilaku Organisasi Bab 11 Komunikasi
Perilaku Organisasi Bab 11 Komunikasi
ย 

Similar to Bab ii

Pelan strategik lengkap
Pelan strategik lengkapPelan strategik lengkap
Pelan strategik lengkap
Osman Hj Mohamed
ย 
Makalah manajemen strategi
Makalah manajemen strategiMakalah manajemen strategi
Makalah manajemen strategi
andi arfan
ย 
Sm, ari prayogo, hapzi ali, overview strategic management process, universita...
Sm, ari prayogo, hapzi ali, overview strategic management process, universita...Sm, ari prayogo, hapzi ali, overview strategic management process, universita...
Sm, ari prayogo, hapzi ali, overview strategic management process, universita...
Ari Prayogo
ย 
Manajemen strategik Makalah 1
Manajemen strategik Makalah 1Manajemen strategik Makalah 1
Manajemen strategik Makalah 1
kurnia95
ย 

Similar to Bab ii (20)

Overview of Strategic Management - riki ardoni
Overview of Strategic Management  - riki ardoniOverview of Strategic Management  - riki ardoni
Overview of Strategic Management - riki ardoni
ย 
SM, Rame Priyanto, Hapzi Ali, Strategic Management Process, Universitas Mercu...
SM, Rame Priyanto, Hapzi Ali, Strategic Management Process, Universitas Mercu...SM, Rame Priyanto, Hapzi Ali, Strategic Management Process, Universitas Mercu...
SM, Rame Priyanto, Hapzi Ali, Strategic Management Process, Universitas Mercu...
ย 
Pelan strategik lengkap
Pelan strategik lengkapPelan strategik lengkap
Pelan strategik lengkap
ย 
Formulasi strategi
Formulasi strategiFormulasi strategi
Formulasi strategi
ย 
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MANAJEMEN STRATEGI
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MANAJEMEN STRATEGIPENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MANAJEMEN STRATEGI
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MANAJEMEN STRATEGI
ย 
ayi sujana 11150834
ayi sujana 11150834ayi sujana 11150834
ayi sujana 11150834
ย 
MakalahManajemen Strateji
MakalahManajemen StratejiMakalahManajemen Strateji
MakalahManajemen Strateji
ย 
Makalah Manajemen Stratejik Ke-1
Makalah Manajemen Stratejik Ke-1Makalah Manajemen Stratejik Ke-1
Makalah Manajemen Stratejik Ke-1
ย 
1, sm, sukrasno, hapzi ali, strategic management, overview of strategic manag...
1, sm, sukrasno, hapzi ali, strategic management, overview of strategic manag...1, sm, sukrasno, hapzi ali, strategic management, overview of strategic manag...
1, sm, sukrasno, hapzi ali, strategic management, overview of strategic manag...
ย 
Penyusunan rencana strategis
Penyusunan rencana strategisPenyusunan rencana strategis
Penyusunan rencana strategis
ย 
Makalah manajemen strategi
Makalah manajemen strategiMakalah manajemen strategi
Makalah manajemen strategi
ย 
SM, ari prayogo, Hapzi Ali, overview strategic management process, universita...
SM, ari prayogo, Hapzi Ali, overview strategic management process, universita...SM, ari prayogo, Hapzi Ali, overview strategic management process, universita...
SM, ari prayogo, Hapzi Ali, overview strategic management process, universita...
ย 
Anis fuad 11150749 makalah
Anis fuad 11150749 makalahAnis fuad 11150749 makalah
Anis fuad 11150749 makalah
ย 
Pengertian manajemen
Pengertian manajemenPengertian manajemen
Pengertian manajemen
ย 
Sm, ari prayogo, hapzi ali, overview strategic management process, universita...
Sm, ari prayogo, hapzi ali, overview strategic management process, universita...Sm, ari prayogo, hapzi ali, overview strategic management process, universita...
Sm, ari prayogo, hapzi ali, overview strategic management process, universita...
ย 
Tugas rangkuman msdm strategik semester 6
Tugas rangkuman msdm strategik semester 6Tugas rangkuman msdm strategik semester 6
Tugas rangkuman msdm strategik semester 6
ย 
Teori Manajemen Strategis
Teori Manajemen StrategisTeori Manajemen Strategis
Teori Manajemen Strategis
ย 
Manajemen perusahaan kurnia herdiani - matakuliah manajemen umum
Manajemen perusahaan   kurnia herdiani - matakuliah manajemen umumManajemen perusahaan   kurnia herdiani - matakuliah manajemen umum
Manajemen perusahaan kurnia herdiani - matakuliah manajemen umum
ย 
Manajemen strategik Makalah 1
Manajemen strategik Makalah 1Manajemen strategik Makalah 1
Manajemen strategik Makalah 1
ย 
Tugas manajemen strategik afrizon saputra
Tugas manajemen strategik afrizon saputraTugas manajemen strategik afrizon saputra
Tugas manajemen strategik afrizon saputra
ย 

Recently uploaded

Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
langkahgontay88
ย 
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptPelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
JhonSutarka1
ย 
Hub. 0821 4281 1002, Rekomendasi Restoran Rumah Makan Kulineran Warung Depot ...
Hub. 0821 4281 1002, Rekomendasi Restoran Rumah Makan Kulineran Warung Depot ...Hub. 0821 4281 1002, Rekomendasi Restoran Rumah Makan Kulineran Warung Depot ...
Hub. 0821 4281 1002, Rekomendasi Restoran Rumah Makan Kulineran Warung Depot ...
syafiraw266
ย 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
ย 
bahan paparan satgas penilaian kinerja tpps.pptx
bahan paparan satgas penilaian kinerja tpps.pptxbahan paparan satgas penilaian kinerja tpps.pptx
bahan paparan satgas penilaian kinerja tpps.pptx
ZainalArifin848408
ย 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
AnissaPratiwi3
ย 
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
sayangkamuu240203
ย 

Recently uploaded (20)

Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di IndonesiaPerkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
Perkembangan Perbankan di Indonesia Perkembangan Perbankan di Indonesia
ย 
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
analisa kelayakan bisnis aspek keuangan.
ย 
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdfPPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
PPT Klp 5 Sistem Informasi Manajemen.pdf
ย 
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita taniAdministrasi Kelompok Tani  atau kelompok wanita tani
Administrasi Kelompok Tani atau kelompok wanita tani
ย 
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptxASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ASKEP WAHAM KELOMPOK 4 vvvvvvvvvPPT.pptx
ย 
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)pptPelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
Pelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)ppt
ย 
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdgNilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
Nilai-Waktu-Uang.pptx kdgmkgkdm ksfmkdkmdg
ย 
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptxMedia Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
Media Pembelajaran Ekonomi XI - Bab 5.pptx
ย 
Pernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptx
Pernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptxPernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptx
Pernyataan SAK 1 Pelaporan Keuangan.pptx
ย 
Hub. 0821 4281 1002, Rekomendasi Restoran Rumah Makan Kulineran Warung Depot ...
Hub. 0821 4281 1002, Rekomendasi Restoran Rumah Makan Kulineran Warung Depot ...Hub. 0821 4281 1002, Rekomendasi Restoran Rumah Makan Kulineran Warung Depot ...
Hub. 0821 4281 1002, Rekomendasi Restoran Rumah Makan Kulineran Warung Depot ...
ย 
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
UNIKBET : Bandar Slot Gacor Pragmatic Play Deposit Pakai Bank Mega Bonus Berl...
ย 
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
ย 
bahan paparan satgas penilaian kinerja tpps.pptx
bahan paparan satgas penilaian kinerja tpps.pptxbahan paparan satgas penilaian kinerja tpps.pptx
bahan paparan satgas penilaian kinerja tpps.pptx
ย 
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptxBab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan   Penggajian.pptx
Bab 11 Liabilitas Jangka Pendek dan Penggajian.pptx
ย 
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotecabortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
abortion pills in Kuwait City+966572737505 get Cytotec
ย 
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docxLAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
LAPORAN HASIL OBSERVASI ENGLISH COURSE (1).docx
ย 
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot BesarBAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
BAMBUHOKI88 Situs Game Gacor Menggunakan Doku Mudah Jackpot Besar
ย 
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael RadaAPAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
APAKAH LOGISTIK SIAP UNTUK PERTUMBUHAN? Michael Rada
ย 
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARUATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ATRIUM GAMING : SLOT GACOR MUDAH MENANG 2024 TERBARU
ย 
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOTSTRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
STRATEGI BERSAING MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT
ย 

Bab ii

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELLITIAN 2.1. Perencanaan Stratejik 2.1.1 Pengertian Perencanaan Stratejik Pengertian manajemen strategis tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sebelumnya terutama berkaitan dengan perencanaan strategis. Berry dan Wechsler menjelaskan pengertian perencanaan strategis sebagai suatu proses sistematis untuk mengelola organisasi dan arah mendatang dalam hubungan dengan lingkungan dan permintaan stakeholder eksternal, mencakup perumusan strategi, analisis kekuatan dan kelemahan agensi, identifikasi stakeholder agensi, implementasi tindakan strategis, dan manajemen isu. Perencanaan stratejik hadir sekitar pertengahan tahun 1960-an dan para pimpinan perusahaan mengakui bahwa perencanaan stratejik merupakan โ€the one best wayโ€ untuk memutuskan dan mengimplementasikan strategi yang dapat meningkatkan kompetitif pada setiap unit bisnis. Seperti yang diungkapkan oleh ahli penelitian Frederick Taylor, perencanaan stratejik merupakan cara yang melibatkan pemikiran melalui sebuah karya, penciptaan dari fungsi manajemen staf baru yaitu munculnya ahli perencanaan. Dimana sistem perencanaan ini merupakan strategi yang bagus sebagai suatu tahapan strategi yang akan diterapkan
  • 2. para pelaku bisnis, manajer perusahaan dan mengarahkan agar tidak membuat kekeliruan (Mintzberg,H.1996). Menurut (Allison, Kaye, 2005) definisi perencanaan stratejik adalah proses sistematik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan diantara stakeholder utama-tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi. Perencanaan stratejik khususnya digunakan untuk mempertajam fokus organisasi, agar semua sumber organisasi digunakan secara optimal untuk melayani misi organisasi itu. Artinya bahwa perencanaan stratejik menjadi pedoman sebuah organisasi harus tanggap terhadap lingkungan yang dinamis dan sulit diramal. Perencanaan stratejik menekankan pentingnya membuat keputusan- keputusan yang menempatkan organisasi untuk berhasil menanggapi perubahan lingkungan. Fokus perencanaan stratejik adalah pada pengelolaan stratejik, artinya penerapan pemikiran stratejik pada tugas memimpin sebuah organisasi guna mencapai maksudnya. Pengertian lain dari perencanaan stratejik menurut (Shrader,Taylor dan Dalton,1984) adalah perencanaan jangka panjang yang tertulis dimana didalamnya terdiri dari kesepakatan misi dan tujuan perusahaan. Beberapa dimensi dari perencanaan stratejik telah dikemukakan (Frederickson,1986) menurut kategori yaitu : inisiasi proses, aturan tujuan, arti dan akhir dari hubungan, penjelasan dari pelaksanaan stratejik dan tingkat keputusan yang terintergrasi.
  • 3. Menurut Philips (2000) perencanaan stratejik yang efektif pengaruhnya pada kinerja keuangan pada contoh kasus pada hotel, ditunjukkan pada peranan perilaku manajer dalam pengambilan keputusan. Studi lanjutan dari Bracker et al (1997) menyatakan hubungan antara proses perencanaan dengan kinerja keuangan pada perusahaan kecil yang terseleksi menunjukkan hasil yang signifikan. Studi lain dari Robinson dan Pearce (1988) menganalisa pengaruh moderating dari perencanaan stratejik dalam kinerja strategi di 97 perusahaan manufaktur dengan 60 industri yang berbeda menghasilkan efek moderasi positif dan signifikan. Formulasi dari perencanaan stratejik dipengaruhi oleh budaya perusahaan dan perilaku manajer (Bailey,Johnson dan Daniels,2000; Haberberg dan Rieple, 2001; Hart dan Banbury, 1994; Lynch, 2000; Miesling dan Wolfe, 1985; Venkatraman, 1989). Sehingga pengaruhnya dapat dilihat pada perubahan dan pengembangan suatu organisasi. Kaitan selanjutnya mengenai pengembangan perencanaan stratejik adalah pada penciptaan keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Hal ini tercapai ketika kemampuan manajemen dan menggunakan kreasi dan mengimplentasikan strategi agar tahan pada keunggulan yang banyak terjadi peniruan, mampu menciptakan faktor hambatan dalam jangka waktu yang lama (Bharawaj, Varadarajan dan Fahy, 1993; Grant, 1995; Mahoney dan Pandian, 1992; Rumelt, 1984).
  • 4. Berdasarkan penelitian para pakar secara umum, disimpulkan bahwa perencana mengalahkan non-perencana, pemikirannya adalah bahwa perusahaan yang memiliki rencana formal lebih unggul dibandingkan dengan rencana informal, karena proses penulisan rencana mengharuskan untuk menuangkan ide-ide dan tujuan-tujuan untuk dipikirkan secara matang (Hopkins and Hopkins,1997; Rue dan Ibrahim,1998; Shrader et al.1989). Pendapat ini juga didukung oleh Robinson dan pearce (1984) yang dikutip oleh Shrader et al. (1989) bahwa makin rumit proses perencanaan maka makin baik pula kinerja organisasi. Proses perencanaan terdiri dari tiga komponen utama (Armstrong, 1982 dalam Shrader et al, 1989; Robinson and pearce, 1984) yaitu: (1) perumusan, yang meliputi pengembangan misi, penentuan tujuan utama, penilaian lingkungan eksternal dan internal dan evaluasi serta pemilihan alternatif; (2) penerapan; dan (3) pengendalian. Orpen (1985) menyatakan bahwa perencanaan menguntungkan perusahaan-perusahaan kecil dengan mendorong mereka untuk mencari alternatif-alternatif baru guna meningkatkan penjualan dan posisi kompetitif mereka. Menurut Bracker et al (1988) mengemukakan bahwa perencanaan yang matang menguntungkan perusahaan kecil dalam industri dinamis yang berkembang pesat. Berdasar hasil penelitian Rue dan Ibrahim (1998) dan Shrader et.al. (1989), menyatakan bahwa top manajer atau CEO dalam perusahaan
  • 5. kecil menengah mengindikasikan perencanaan perusahaan pada umumnya dikerjakan sendiri, yang artinya top manajer atau CEO sekaligus perencana. Perencanaan strategi pada berbagai keadaan usaha yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan baik besar atau kecil. Karena dengan manajemen strategi akan dapat berfungsi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan perusahaan serta alternatif jalan yang akan ditempuh guna pencapaian tujuan tersebut (Nurwening,1997). Perlu diingat bahwa proses perencanaan strategi ini adalah suatu pemikiran stratejik (strategic thinking) dari para pemilik usaha. Perencanaan strategi tidak harus bersifat formal namun pemikiran stratejik ini setidaknya mensistesiskan intuisi dan kreativitas wirausaha kedalam visi masa depan (Rambat,2002). Perencanaan strategi merupakan sebuah rencana tertulis jangka panjang, yang didalamnya menyatakan misi perusahaan dan pernyataan tujuan organisasi. Perencanaan strategi juga dianggap memberikan substansi dimana kinerja perusahaan dapat dikontrol dan diukur (Rue dan Ibrahim,1998; Shrader et al.1989). Ditambahkan pula menurut (Hopkins and Hopkins, 1997) perencanaan strategi adalah sebagai proses penggunaan kriteria sistematis dan investigasi yang sangat teliti untuk merumuskan, menetapkan dan mengendalikan strategi serta mendokumentasikan harapan-harapan organisasi secara formal.
  • 6. Perencanaan strategik biasanya mencakup periode waktu satu sampai lima tahun (Matthews & Scott, 1995; Rue & Ibrahim,1998; Robinson and pearce, 1997; Shrader et al, 1984). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan stratejik menjadi pedoman sebuah organisasi untuk tanggap terhadap lingkungan yang dinamis dan sulit diramal. Perencanaan stratejik menekankan pentingnya membuat keputusan-keputusan yang menempatkan organisasi untuk berhasil menanggapi perubahan lingkungan. Perencanaan strategis tidak mengenal standar baku, dan prosesnya mempunyai variasi yang tidak terbatas. Tiap penerapan perlu merancang variasinya sendiri sesuai kebutuhan, situasi dan kondisi setempat. Meskipun demikian, secara umum proses perencanaan strategis memuat unsur-unsur: (1) perumusan visi dan misi, (2) pengkajian lingkungan eksternal, (3) pengkajian lingkungan internal, (4) perumusan isu-isu strategis, dan (5) penyusunan strategi pengembangan (yang dapat ditambah dengan tujuan dan sasaran). Sebagai upaya untuk meningkatkan keunggulan bersaing, perlu ditelaah lebih jauh mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sebuah perencanaan stratejik sehingga mampu menciptakan nilai keunggulan yang kompetitif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dihipotesiskan terdiri dari variabel faktor manajerial, faktor lingkungan dan kultur organisasi.
  • 7. 2.2. Manajerial 2.2.1. Pengertian Manajerial Kompetensi dalam perencanaan strategi dapat menentukan derajat dimana perusahaan menjadi terkait dengan perencanaan strategis. Proses perencanaan strategis bergantung pada sumber-sumber manajerial tertentu. Faktor personalitas manajerial yang berpengaruh pada perencanaan strategis dan keyakinan terhadap adanya hubungan antara perencanaan โ€“ kinerja (Hopkins and Hopkins,1997). Henry (1980) dalam (Hopkins and Hopkins,1997) menduga bahwa keterlibatan manajemen dalam perencanaan strategi adalah karena pemahaman untuk menyakinkan bahwa proses perencanaan strategi dilaksanakan secara kompehensif, sangat sedikit atau tidak ada perhatian tergantung apakah manajemen memiliki keahlian untuk menjalankan proses. Eastlack & McDonald (1970) menemukan bahwa kinerja perusahaan akan lebih baik pada perusahaan yang melibatkan proses perencanaan strategi. Penemuan tersebut menunjukkan terdapat keyakinan pada para manajer bahwa perencanaan strategis dapat memberikan kemanfaatan terhadap perusahaan yang dipimpinnya (Hopkins and Hopkins,1997). Keahlian dalam perencanaan strategi ini termasuk didalamnya adalah pengetahuan dan keahlian untuk penerapan perencanaan strategis. Pada penelitian yang terdahulu ditemukan bahwa kompetensi dalam perencanaan strategis dapat menentukan derajat perusahaan
  • 8. untuk menerapkan perencanaan strategis (Higgins, 2001). Miller 1987 serta Hopkins and Hopkins (1997) mengembangkan dua variabel utama yaitu faktor personalitas manajerial yaitu keyakinan terhadap adanya hubungan perencanaan โ€“ kinerja dan keahlian perencanaan strategis. Penjelasan ini berfokus pada pimpinan perusahaan. Keahlian dalam perencanaan strategis adalah pengetahuan dan keahlian pimpinan perusahaan untuk menerapkan perencanaan strategis. Keyakinan akan hubungan perencanaan strategis dan kinerja didefinsikan sebagai seberapa besar keyakinan pimpinan perusahaan terhadap perencanaan strategis dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang berujung pada keunggulan bersaing. 2.3. Lingkungan 2.3.1. Pengertian Lingkungan Dalam konteks manajemen strategi, lingkungan didefinisikan berdasarkan dekat dan jauhnya lingkungan dari organisasi atau langsung dan tidak langsungnya lingkungan mempengaruhi organisasi. Lingkungan yang paling dekat dengan organisasi atau disebut juga task environment, industry environment (Hitt et al., 2001; Pearce dan Robinson, 2000), specific environment (Robbins, 1994) yaitu lingkungan yang langsung mempengaruhi strategi, mencakup pesaing, pemasok, pelanggan dan serikat dagang. Selanjutnya lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi strategi atau disebut juga general environment; Robbins, 1997), remote environment (Pearce dan Robinson, 2000).
  • 9. Lebih lanjut Robbins (1994) membedakan lingkungan organisasi atas lingkungan umum versus lingkungan khusus dan lingkungan aktual versus lingkungan yang dipersepsikan. Robbins (1994) membedakan lingkungan organisasi berdasarkan sumber informasi yang dapat diberikannya yaitu, yang stabil dan pasti dengan lingkungan yang berubah secara cepat dan dinamis. Robbins (1994) mengidentifikasi empat macam lingkungan yang mungkin dihadapi organisasi, yaitu placid-randomized, placid-clustered, disturbed-reactive dan turbulent field. Pearce and Robinson (1998) membedakan lingkungan atas lingkungan jauh (remote environment), lingkungan industri dan lingkungan operasional. Wheleen dan Hunger (2002) membedakannya atas lingkungan eksternal (external environment) dan lingkungan internal (internal environment). Lingkungan bisnis merupakan lingkungan yang dihadapi organisasi dan harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis (perusahaan). Aktivitas keseharian organisasi mencakup interaksi dengan lingkungan kerja Hal ini termasuk hubungannya dengan pelanggan, supliers, serikat dagang dan pemegang saham. Lingkungan bisnis berperan dalam mempengaruhi penetapan strategi organisasi. Lingkungan organisasi dapat dibedakan atas lingkungan internal (internal environment) dan lingkungan eksternal (external environment) (Wright et al.,1996; Wheleen dan Hunger, 2000; Hitt, 1995). Lingkungan internal terdiri dari struktur (structure), budaya (culture), sumber daya (resources) (Wheelen dan Hunger, 2000). Lingkungan internal perlu
  • 10. dianalisis untuk mengetahui kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang ada dalam perusahaan. Struktur adalah bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang dan arus kerja. Struktur sering juga disebut rantai perintah dan digambarkan secara grafis dengan menggunakan bagan organisasi. Budaya merupakan pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi. Norma-norma organisasi secara khusus memunculkan dan mendefinisikan perilaku yang dapat diterima anggota dari manajemen puncak sampai karyawan operatif. Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi. Aset ini dapat meliputi keahlian seseorang, kemampuan, dan bakat manajerial seperti aset keuangan dan fasilitas pabrik dalam wilayah fungsional. Peter et al., (1996) menjelaskan bahwa: โ€œA firmโ€™s resources constitute its strengths and weaknesses. They include human resources (the experience, capabilities, knowledge, skills, and judgment of all the firmโ€™s employees) organizational resources (the firmโ€™s systems and processes, including its strategies, structure, culture, purchasing/materials management, production/ operations, financial base, research and development, marketing, information system, and control systems), and physical resources (plant and equipment, geographic locations, access to raw materials, distribution network, and technology). Menurut Peter et al., (1996) lingkungan internal perusahaan merupakan sumber daya perusahaan (the firmโ€™s resources) yang akan menentukan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sumber daya perusahaan ini meliputi sumber daya manusia (human resources) seperti pengalaman (experiences), kemampuan (capabilities), pengetahuan (knowledge), keahlian (skill), dan pertimbangan (judgment) dari seluruh pegawai perusahaan, sumber daya perusahaan (organizational resources) seperti proses dan
  • 11. sistem perusahaan, termasuk strategi perusahaan, struktur, budaya, manajemen pembelian material, produksi/operasi, keuangan, riset dan pengembangan, pemasaran, sistem informasi, dan sistem pengendalian), dan sumber daya fisik seperti (pabrik dan peralatan, lokasi geografis, akses terhadap material, jaringan distribusi dan teknologi). Jika perusahaan dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya tersebut, maka ketiga sumber daya di atas memberikan perusahaan sustained competitive advantage. Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar organisasi dan perlu dianalisis untuk menentukan kesempatan (opportunities) dan ancaman (threath) yang akan dihadapi perusahaan. Terdapat dua perspektif untuk meng-konseptualisasikan lingkungan eksternal. Pertama, perspektif yang memandang lingkungan eksternal sebagai wahana yang menyediakan sumber daya (resources) (Clark et al., 1994: Tan dan Litschert, 1994). Kedua perspektif yang memandang lingkungan eksternal seba-gai sumber informasi. Perspektif pertama berdasar pada premis bahwa lingkungan eksternal merupakan wahana yang menyediakan sumber daya yang kritikal bagi kelangsungan hidup perusahaan (Tan dan Litschert, 1994). Perspektif ini juga mengandung makna potensi eksternal dalam mengancam sumber daya internal yang dimiliki perusahaan. Pemogokan, deregulasi, perubahan undang-undang, misalnya, berpotensi merusak sumber daya internal yang dimiliki perusahaan (Clark et al., 1994). Perspektif kedua mengaitkan informasi dengan ketidakpastian lingkungan (environmental uncertainty). Ketidakpastian lingkungan mengacu pada kondisi lingkungan eksternal yang sulit diramalkan perubahannya (Clark et al., 1994). Hal ini
  • 12. berhubungan dengan kemampuan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan (decision making) (Clark et al., 1994). Kaitan lingkungan eksternal dengan organisasi dapat dijelaskan dengan teori-teori seperti, teori ekologi-populasi (population ecology theory), teori kontinjensi (contingency theory), dan teori ketergantungan pada sumber daya (resource dependence theory). Teori pendekatan ekologi populasi menjelaskan bahwa kelangsungan hidup dan keberhasilan perusahaan ditentukan oleh karak-teristik lingkungan di mana perusahaan berada (Child, 1997). Model pendekatan ini membawa implikasi bahwa lingkungan eksternal mempunyai pengaruh langsung (direct effect) terhadap kinerja perusahaan tanpa memandang pilihan strategi yang dijalankan perusahaan (Wiklund, 1999). Teori kontingensi (contingency theory) menyatakan bahwa keselarasan antara strategi dengan lingkungan bisnis eksternal menentukan kelangsungan hidup dan kinerja perusahaan (Child, 1997). Teori kontijensi juga bermakna bagaimana perencanaan strategi mampu memenuhi tuntutan lingkungan, yang mana jika tidak tercipta keselarasan antara perencanaan strategi dengan lingkungan bisnis eksternal dapat berakibat turunnya kinerja sehingga munculnya krisis organisasi atau perusahaan (Elenkov, 1997). Keselarasan antara strategi organisasi dengan lingkungan eksternalnya merupakan fokus kajian manajemen strategik. Pendekatan dengan menggunakan teori kontijensi ini mendapat dukungan dari banyak pakar. Bukti empiris yang ada pada umumnya menunjukkan bahwa perusahaan yang berhasil menyelaraskan
  • 13. strateginya dengan lingkungan eksternal yang dihadapinya akan memperlihatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan- perusahaan yang kurang berhasil menyelaraskan strateginya. (Elenkov, 1997). Krajewski, et al., (1987) dalam Masood, et al., (2000) berpendapat bahwa terdapat tujuh dimensi dalam pengukuran lingkungan eksternal, yaitu: 1.Kondisi perekonomian 2.Kecenderungan yang terjadi 3.Perubahan teknologi 4.Kondisi politik 5.Perubahan sosial 6.Ketersediaaan sumber daya utama 7.Gabungan kekuatan antara konsumen dan pemasok Penelitian lain yang dilakukan oleh Heizer dan Render (dalam Masood et al, 2000) menyatakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan adalah kondisi perekonomian, budaya, teknologi, demografi, dan peraturan pemerintah. Lain halnya dengan Bourgeois (dalam Masood et al, 2000) yang mengatakan bahwa lingkungan dipengaruhi oleh konsumen, pesaing, pemasok, dan peraturan pemerintah. Ada dua pendekatan untuk mengukur lingkungan bisnis eksternal, yaitu ukuran objektif (objectif environmental measures) dan ukuran subjektif/persepsi (perceptual environmental measures) (Boyd et al.,
  • 14. 1993). Pengukuran lingkungan bisnis eksternal dengan pendekatan objektif dilakukan dengan rasio konsentrasi industri Boyd et al., 1993). Sementara pengukuran lingkungan bisnis eksternal dengan pendekatan subjektif dilakukan dengan menggunakan atensi dan interpretasi manajer sebagai informan kunci (key informan) dari lingkungan yang dihadapi perusahaan. Hal ini memungkinkan para peneliti menggambarkan lingkungan bisnis eksternal berdasarkan perspektif anggota organisasi dalam hal ini manajer dan top manajer (Boyd dan Fulk, 1996; Boyd et al., 1993). Banyak terjadi perdebatan dalam hal mengukur lingkungan bisnis eksternal, apakah lingkungan eksternal seharusnya diperlakukan sebagai suatu kenyataan (objective reality) atau sebagai fenomena berdasarkan persepsi saja (perceptual phenomenon) (Boyd dan Fulk, 1996). Hal yang utama adalah bukan pada apakah lingkungan harus diukur secara objektif atau berdasarkan persepsi, tetapi yang harus diperhatikan adalah masalah relevansinya. Dalam proses pengambilan keputusan (decision making), untuk mempelajari perilaku dan tindakan manejerial serta formulasi dan perencanaan strategik ukuran subjektif lebih relevan digunakan (Boyd dan Fulk, 1996). Sementara ukuran objektif relevan untuk memahami dan mengukur hambatan eksternal (external constraints) yang dihadapi perusahaan dan kualitas peluang yang tersedia (Boyd dan Fulk, 1996; Boyd et al., 1993). Oleh karena itu ukuran objektif lebih tepat digunakan oleh peneliti yang menggunakan model ketergantungan pada sumber daya dan model pendekatan ekologi
  • 16. Sedangkan kajian tentang tindakan perusahaan seperti dalam persepsi (Boyd et al., 1993). Ukuran berdasarkan persepsi lebih penting karena persepsi dapat membentuk perilaku managerial (managerial behavior) yang pada gilirannya, akan mempengaruhi pilihan manajerial (managerial choice). Elenkov (1997) menjelaskan bahwa persepsi dan interpretasi manajer terhadap lingkungannya merupakan dasar bagi tindakan strategik (strategic action). Argumen di atas mendukung pengukuran lingkungan berdasarkan persepsi (subjective measure), dalam hal ini persepsi manajer secara metodologi adalah valid, serta mempunyai tingkat akurasi yang tidak kalah dengan ukuran objektif. Variabel selanjutnya dalam penelitian ini, sebuah perencanaan stratejik dapat dipengaruhi oleh variabel faktor lingkungan sebagai upaya untuk menganalisa, mengevaluasi, mengimplementasi strategi atas kekuatan eksternal dan internal dari sebuah organisasi. Faktor lingkungan sangat berperan terhadap kondisi usaha, karena faktor lingkungan ini sangat menentukan strategi yang akan dijalankan (Covin and Covin,1990; Miller and Friesen,1982). Mengikuti lini pemikiran ini , premis dasar dari studi yang dilakukan oleh Miller,1997 adalah strategi usaha secara meningkat telah ditentukan oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Akibatnya fokus dari penelitian tersebut adalah menguji keterkaitan antara faktor-faktor lingkungan sebagai pengaruh perencanaan strategi dalam mencapai keunggulan bersaing yang maksimal.
  • 17. Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa perumusan strategi memedomani eksekutif dalam menetapkan kebijakan organisasi untuk mencapai tujuan akhir serta cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir tersebut. Perumusan strategi yang efektif dan efisien adalah perumusan yang memadukan perspektif yang berorientasi kedepan dengan lingkungan internal dan lingkungan eksternal organisasi. Lingkungan eksternal diketahui mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi pengambilan keputusan manajerial, proses dan struktur organisasi (Keats & Hitt,1988), maka lingkungan eksternal penting untuk selalu dipantau dan dianalisis. Pengamatan lingkungan merupakan suatu proses penting dalam manajemen yang strategis, sebab pengamatan adalah mata rantai yang pertama dalam rantai tindakan dan persepsi yang memungkinkan suatu organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Hambrick, 1982 dalam Abdalla dan Sammy,1995) Snyder (1981) juga mengemukakan bhawa pengamatan lingkungan sebagai monitoring, evaluasi dan penyebaran informasi pada lingkungan eksternal merupakan kunci para manajer dalam organisasinya (Wheelen dan Hunger,1992 dalam Abdalla dan Sammy,1995) menyatakan bahwa sebelum CEO merumuskan strategi organisasi, mereka perlu meneliti lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi ancaman dan peluang organisasi. Melihat lebih jauh lingkungan operasi terdekat organisasi bagi industri dimana ia berkompetisi telah lama dianjurkan, para manajer harus
  • 18. merubah pandangan penelitian mereka terhadap lingkungan pada โ€œdaerah terdekat dimana organisasi bersaing dalam industri secara keseluruhanโ€. Porter (1980) mencatat bahwa isi dari formulasi strategi kompetitif adalah menguntungkan organisasi dengan lingkungannya dan aspek inti dari faktor lingkungan organisasi dalah industri-industri dimana organisasi itu bersaing. Dalam beberapa literatur dikenal beragam dimensi lingkungan, pada lingkungan eksternal dikonseptualisasikan sebagai konstuk yang bersifat multi dimensi (Tan & Lischert,1994; Van Egeren dan Oโ€™Connor,1998 dalam tesis Nomastuti Junita Dewi,2005) terdapat dimensi-dimensi lingkungan eksternal yang masuk dalam literatur-literatur manajemen strategi dan teori organisasi terdiri dari 3 dimensi yaitu : (a) Dukungan lingkungan (environmental munifence) adalah sejauh mana sumber daya yang diberikan lingkungan dapat mendukung pertumbuhan & stabilitas yang diperlukan oleh organisasi. (b) Dinamika lingkungan (environmental dynamism) adalah tingkat perubahan yang tidak dapat diprediksi dan sulit direncanakan sebelumnya dalam elemen-elemen lingkungan, misal sektor pelanggan, pesaing, pemerintah dan teknologi. (c) Kompleksitas lingkungan (environmental complexity) adalah heterogenitas dari rangkaian aktivitas-aktivitas lingkungan. Penilaian lingkungan dianggap sebagai aktivitas pendahuluan bagi formulasi tujuan- tujuan tertentu.Bagian dari aktifitas ini mempunyai landasan dari literatur normatif pada formulasi strategi.
  • 19. 2.4. Budaya Organisasi 2.4.1. Pengertian Budaya Organisasi Tingginya tingkat persaingan antar perusahaan membuat para pengambil keputusan perlu melakukan kajian yang mendalam tentang budaya perusahaan atas 4 (empat) elemen yang saling berkaitan yaitu faktor manajerial, faktor lingkungan, budaya organisasi, perencanaan stratejik dan keunggulan bersaing. Sebuah paper menyatakan bahwa sebuah kultur/budaya perusahaan dapat menjadi alat praktis manajemen dan mampu mendukung perubahan proses manajemen dalam memanaje perubahan strategi. Bagi sebagian orang berpendapat bahwa budaya perusahaan sama antara satu dengan yang lain, tapi perlu diketahui bahwa budaya perusahaan secara akademik dapat digunakan sebagai jembatan antara analisis level mikro dan makro. Penghubung antara perilaku organisasi pada level operasional dalam perusahaan dan manajemen stratejik. Bagi para praktisi, budaya merupakan pilihan seseorang dalam memahami dunia organisasi mereka dengan mempelajari pengalaman mereka sehari- hari dalam organisasi dengan perubahan secara nyata dalam dunia bisnis (Wilkins,1993). Budaya perusahaan mencakup mengenai nilai, aturan, kepercayaan didalamnya yang membentuk perilaku, sikap yang menguntungkan (Schein,1992) sehingga budaya perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan karir seseorang dan komitmen organisasi. Karena ada persamaan mengenai tipologi dan dimensi dari budaya organisasi.
  • 20. Menurut (Chen,2004) budaya perusahaan memberikan efek signifikan terhadap tanggung jawab dan komitmen karyawan pada organisasi mereka. Sikap dan perilaku langsung dari pimpinan akan mempengaruhi tanggung jawab dan komitmen karyawan serta perilaku mereka dalam berinteraksi untuk menciptakan budaya perusahaan. Sebuah survey ditemukan mengenai hal yang mempengaruhi perilaku diindikasikan bahwa responden percaya bahwa budaya perusahaan merupakan faktor penting dalam kunci keberhasilan dalam kapabilitas ini (Anonymous,1998) memberikan pentingnya budaya perusahaan dan dampaknya pada perubahan organisasi. Merujuk pada (Modway et.al,1979) komitmen organisasi terdiri dari tiga faktor yaitu kepercayaan yang kuat dan penerimaan dalam tujuan dan nilai perusahaan, kemauan yang keras dalam memperhatikan hasil tidak setengah-tengah pada perusahaan, keinginan yang kuat dalam mengatur keanggotaan dalam organisasi. Kepuasan kerja mempengaruhi dalam tugas khusus pada lingkungan dimana karyawan bekerja (Modway,Porter & Steers,1982), kepuasan dapat dilihat secara instrinsik, ekstrinsik dan kepuasan total (Weiss,Dawis, England & Lofquist,1967). Harris dan Mossholder (1996) menggarisbawahi bahwa budaya perusahaan merupakan dasar dari seluruh faktor manajemen sumber daya manusia. Ini juga mempengaruhi perilaku yang merujuk pada hasil yaitu, komitmen, motivasi, moral dan kepuasan.
  • 21. 2.5. Kinerja Perusahaan 2.5.1. Pengertian Kinerja Perusahaan Kinerja berasal dari kata .to perform. yang artinya melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Sementara itu dalam praktek manajemen sumber daya manusia banyak terminologi yang muncul dengan kata kinerja yaitu evaluasi kinerja (performance evaluation), dikenal juga dengan istilah penilaian kinerja (performance appraisal, performance rating, performance assessment, employe evaluation, rating, efficiency rating, service rating) pada dasarnya merupakan proses yang digunakan perusahaan untuk mengevaluasi job performance. Kinerja adalah suatu konsep dasar yang bersifat umum. Konsep ini biasanya dipahami secara implisit sehingga sulit untuk diungkapkan secara eksplisit. Kinerja yang terkait dengan konsep tertentu melahirkan pendekatan atau pengukuran khusus (Chakravarthy, 1986). Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja. Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Sedangkan kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh
  • 22. suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Dengan demikian penilaian kinerja perusahaan (companies performance assessment) mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 2004). Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategik, program dan anggaran organisasi. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan di masa lalu dan ukuran keuangan tersebut dilengkapi dengan ukuran non keuangan tentang kepuasan customer, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis/intern serta produktivitas dan komitmen personel yang akan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Ukuran keuangan menunjukkan akibat
  • 23. dari berbagai tindakan yang terjadi di luar masalah keuangan. Peningkatan financial returns yang ditunjukkan dengan ukuran ROE merupakan akibat dari berbagai kinerja operasional seperti: 1. Meningkatnya kepercayaan customer terhadap produk yang dihasilkan perusahaan 2. Meningkatnya produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa 3. Meningkatnya produktivitas dan komitmen personel. Jadi jika manejemen puncak berkehendak untuk melipatgandakan kinerja keuangan perusahaannya, maka fokus perhatian seharusnya ditujukan untuk memotivasi personel dalam melipatgandakan kinerja di perspektif non keuangan atau operasional, karena disitulah terdapat pemacu sesungguhnya (the real drivers) kinerja keuangan berjangka panjang. Pada perspektif penilaian kinerja yang lebih luas, Hansen dan Mowen (1997) menyatakan sebagai berikut: โ€œActivity performance measure exist in both financial and non financial forms. These measures are designed to assess how well an activity was performed and the result achieved. They are also designed to reveal if constant improvement is being realized. Measures of activity performance center on three major dimension: (1) efficiency, (2) quality, and (3) time. Hal di atas menjelaskan bahwa aktivitas penilaian kinerja terdapat dua jenis pengukuran yaitu; keuangan dan non keuangan. Pengukuran ini dirancang untuk menaksir bagaimana kinerja aktivitas dan hasil akhir yang
  • 24. dicapai. Ada juga penilaian kinerja yang dirancang untuk menyingkap jika terjadi kemandekan perbaikan yang akan dilakukan. Penilaian kinerja aktivitas pusat dibagi kedalam tiga dimensi utama, yaitu: (1) effisiensi, (2) kualitas, (3) waktu. Berdasar pada hasil penelitian terdahulu yang menyatakan adanya hubungan antara perencanaan stratejik dengan kinerja perusahaan. Maka berikut ini akan diuraikan penjelasan mengenai variabel dari kinerja perusahaan seperti dibawah ini : Pengukuran kinerja merupakan sesuatu yang kompleks dan merupakan tantangan besar bagi para peneliti (Beal, 2000) karena sebuah konstruk kinerja yang bersifat multidimensional dan oleh karena itu pengukuran kinerja dengan dimensi pengukuran tunggal tidak mampu memberikan pemahaman yang komprehensif (Bhargava et al,1994). Sehingga pengukuran kinerja hendaknya menggunakan atau mengintegrasikan pengukuran yang beragam (multiple measures) (Bhargava et al, 1994; Venkatraman & Ramunajam,1986). Beal (2000) mengemukakan bahwa belum ada konsensus tentang ukuran kinerja yang paling layak dalam sebuah penelitian dan ukuran- ukuran obyektif kinerja yang selama ini dipakai dalam banyak penelitian masih banyak kekurangan. Misalnya ukuran ROI (Return On Investment) mempunyai kelemahan, karena terdapat berbagai macam metode pengukuran depresiasi, persediaan dan nilai fixed cost (Wright et al, 1995). Lebih jauh Sapienza et al (1988) mengemukakan bahwa ukuran
  • 25. kinerja organisasi berbasis akuntansi dan keuangan memiliki kekurangan selain disebabkan oleh bervariasinya metode akuntansi, juga disebabkan oleh adanya kecenderungan manipulasi angka dari pihak manajemen sehingga pengukuran menjadi tidak valid. Untuk menngantisipasi tidak tersedianya data-data kinerja obyektif dalam sebuah penelitian, maka dimungkinkan untuk menggunakan ukuran subyektif, yang mendasarkan pada persepsi manajer (Beal, 2000). Zahra and Das (1993) membuktikan bahwa ukuran kinerja subyektif memiliki tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi. Disamping itu penelitian Voss & Voss (2000) menunjukkan adanya korelasi yang erat antara ukuran kinerja subyektif dan ukuran kinerja obyektif. Berdasarkan uraian diatas, kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan pengukuran subyektif yang mendasarkan pada persepsi staf dan manajer perusahaan atas berbagai dimensi pengukuran kinerja perusahaan. Dimensi pengukuran kinerja yang lazim digunakan dalam berbagai penelitian adalah pertumbuhan (growth), kemampulabaan (profitability) dan efisiensi. Barkham, et.al (1996 dalam Wicklund (1999) menegaskan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan indikator kinerja yang sangat lazim dan telah menjadi konsensus sebagai ukuran dimensi pertumbuhan terbaik. Lebih lanjut, Wicklund (1999) menambahkan bahwa pertumbuhan, dipicu oleh naiknya atas permintaan produk yang ditawarkan perusahaan yang berarti naiknya penjualan.
  • 26. Indikator pertumbuhan yang dipilih adalah pertumbuhan pangsa pasar (market share). Menurut Bhargava, et.al (1994) pertumbuhan pangsa pasar bisa digunakan untuk mengkur efektivitas pasar, disamping untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencapai skala efisiensi dan kekuatan pasar (market power). 2.6. Kerangka Pemikiran Berangkat dari kajian teori sebagaimana diungkap sebelumnya, maka kerangka penelitian dibangun bentuk diagram sebagai berikut. e1 e2 X1 X2 X4 X5 X3 Gambar 1. Kerangka Penelitian
  • 27. Keterangan : X1 = Perencanaan Strategik X2 = Manajerial X3 = Lingkungan X4 = Budaya Organisasii X5 = Kinerja Perusahaan e = Variabel Lain 2.7. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka teori sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut. 1. Terdapat pengaruh langsung perencanaan strategik terhadap kinerja perusahaan di PT. XX. 2. Terdapat pengaruh langsung manajerial terhadap kinerja perusahaan di PT. XX. 3. Terdapat pengaruh langsung lingkungan terhadap kinerja perusahaan di PT. XXX. 4. Terdapat pengaruh langsung budaya organisasi terhadap kinerja perusahaan di PT. XX. 5. Terdapat pengaruh tidak langsung perencanaan strategik terhadap kinerja perusahaan di PT. XX, melalui budaya organisasi. 6. Terdapat pengaruh tidak langsung manajerial terhadap kinerja perusahaan di PT. XX melalui budaya organisasi. 7. Terdapat pengaruh tidak langsung lingkungan terhadap kinerja perusahaan di PT. XX melalui budaya organisasi.