Tabel penghitung keseimbangan energi panas permukaan tanah, berdasarkan panas...
Manajemen rencana preventif antisipatif dan mitigasi bencana
1. MANAJEMEN RENCANA PREVENTIF , ANTISIPATIF
DAN MITIGASI BENCANA
B A D A N L I N G K U N G A N H I D U P , P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N
K A B U P A T E N S A M O S I R , P R O V I N S I S U M A T E R A U T A R A
Sebuah inspirasi yang dituangkan ke dalam tulisan dan digunakan sebagai referensi pribadi . Semoga bermanfaat.
O L E H :
H E L M U T T O D O T U A S I M A M O R A , M . S I
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
2. INDONESIA RAWAN BENCANA
1. Indonesia memang rawan bencana. Hal ini terkait dengan
posisi Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng
tektonik, yakni Aurasia, Indo-Australia dan Lempeng
Pasifik. Sebanyak 80% dari wilayah Indonesia, terletak di
lempeng Aurasia, yang meliputi Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Banda.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
3. 2. Lempeng benua ini hidup, Lempeng Indo-Australia
misalnya menumbuk lempeng Aurasia sejauh 7 cm per
tahun. Atau Lempeng Pasifik yang bergeser secara relatif
terhadap lempeng Aurasia sejauh 11 cm per tahun. Dari
pergeseran itu, muncullah rangkaian gunung, termasuk
gunung berapi Toba. Jika ada tumbukan, lempeng lautan
yang mengandung lapisan sedimen menyusup di
bawahnya lempeng benua. Proses ini lantas dinamakan
subduksi atau penyusupan.
INDONESIA RAWAN BENCANA
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
4. DEFINISI BENCANA
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
5. PENANGGULANGAN BENCANA
DALAM SITUASI TIDAK TERJADI BENCANA
1. Perencanaan penanggulangan bencana.
2. Pengurangan risiko bencana.
3. Pencegahan.
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan.
5. Persyaratan analisis risiko bencana.
6. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang.
7. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
6. PENYEBAB BENCANA ALAM
Bencana alam seakan tidak henti-hentinya menimpa Indonesia,
sehingga sudah tidak asing lagi bagi kita jika mendengar
terjadinya peristiwa gempa bumi, tsunami, letusan gunung
berapi, banjir, kekeringan, longsor, dan lain-lain.
Wilayah Indonesia, termasuk daerah rawan terjadinya bencana,
terutama bencana alam geologi, yang disebabkan karena posisi
Indonesia yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng
tektonik di dunia yaitu: Lempeng Australia di selatan, Lempeng
Euro-Asia di bagian barat dan Lempeng Samudra Pasifik di
bagian timur, yang dapat menunjang terjadinya sejumlah
bencana,
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
7. Berdasarkan posisinya tersebut, maka hampir di seluruh
Indonesia kecuali daerah Kalimantan yang relatif stabil,
kejadian bencana akan sangat mungkin terjadi setiap
saat dan sangat sukar diperkirakan kapan dan dimana
persisnya bencana tersebut akan terjadi.
Pulau Sumatera terutama Sumatera Utara khususnya
Pulau Samosir termasuk daerah rawan terjadinya
bencana seperti halnya daerah lain di Indonesia,karena
di wilayah ini selain kondisi geologinya menunjang
terjadinya sejumlah bencana, juga banyak terdapat
gunung berapi yang masih aktif.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
8. GAMBAR 1. WILAYAH GEMPA INDONESIA
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
9. PERTANYAAN DASAR FENOMENA MITIGASI BENCANA
Peristiwa bencana tersebut tidak mungkin dihindari, tetapi yang
dapat kita dilakukan adalah memperkecil terjadinya korban jiwa,
harta maupun lingkungan. Banyaknya korban jiwa maupun
harta benda dalam peristiwa bencana yang selama ini terjadi,
lebih sering disebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman
pemerintah maupun masyarakat terhadap potensi kerentanan
bencana serta upaya mitigasinya.
Mengamati fenomena-fenomena di atas, pertanyaan mendasar
yang muncul adalah :
1. apakah kita yang hidup di wilayah rawan bencana alam harus
selalu mendapatkan kerugian yang besar, dalam hal korban
jiwa maupun harta benda, dalam setiap kejadian bencana?
2. Apakah pembangunan yang ada justru makin memperparah
dampak bencana akibat tidak diperhatikannya kaidah-kaidah
kebencanaan dalam pelaksanaan pembangunan?
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
10. Pembangunan semestinya bukanlah proses modernisasi
saja tetapi harus juga memperhatikan peningkatan
kualitas hidup dari berbagai aspek seperti ekonomi,
sosial dan lingkungan yang harus dijalankan dalam
pelaksanaan pembangunan secara seimbang,
diantaranya dengan memperhatikan kaidah-kaidah
kebencanaan dalam pelaksanaan pembangunan.
Bagi kita yang hidup di daerah rawan bencana, sudah
seharusnya memiliki kebijakan, strategi,perencanaan
atau program-program yang dilakukan sebagai upaya
meningkatkan kewaspadaan menghadapi bencana.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
11. MITIGASI BENCANA
Mitigasi Bencana
Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah mitigasi
bencana yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan
oleh bencana.
Mitigasi bencana mencakup antara lain :
1. perencanaan dan
2. pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko dampak dari
suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan
dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang.
Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi struktur dengan
memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi terkena bencana,
seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan konstruksi untuk menahan
serta memperkokoh struktur ataupunmembangun struktur bangunan penahan
longsor, penahan dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat
dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti menghindari
wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat
diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan
memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
12. TEORI MITIGASI BENCANA
YANG EFEKTIF
Mitigasi Bencana yang Efektif
Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu
penilaian bahaya, peringatan dan persiapan.
1. Penilaian bahaya (hazard assestment); diperlukan untuk
mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, serta tingkat
ancaman. Penilaian ini memerlukan pengetahuan tentang karakteristik
sumber bencana, probabilitas kejadian bencana, serta data kejadian
bencana di masa lalu. Tahapan ini menghasilkan Peta Potensi Bencana
yang sangat penting untuk merancang kedua unsur mitigasi lainnya;
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
13. 2. Peringatan (warning); diperlukan untuk memberi peringatan
kepada masyarakat tentang bencana yang akan mengancam
(seperti bahaya tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi,
aliran lahar akibat letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir
bandang, dsb). Sistem peringatan didasarkan pada data bencana
yang terjadi sebagai peringatan dini serta menggunakan
berbagai saluran komunikasi untuk memberikan pesan kepada
pihak yang berwenang maupun masyarakat.
Peringatan
Peringatan terhadap bencana yang akan mengancam harus
dapat dilakukan secara cepat, tepat dan dipercaya.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
14. 3. Persiapan (preparedness). Kegiatan kategori ini tergantung kepada
unsur mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang
membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan
terkena bencana dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk
mengetahui kapan harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya
kembali ketika situasi telah aman.
Tingkat kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah dan
pemahamannya sangat penting pada tahapan ini untuk dapat
menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi
dampak akibat bencana.
Selain itu jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang
menempatkan lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona
bahaya bencana (mitigasi non struktur), serta usaha-usaha keteknikan
untuk membangun struktur yang aman terhadap bencana dan
melindungi struktur akan bencana (mitigasi struktur).
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
15. HAL-HAL PRINSIP
DALAM MITIGASI BENCANA
Hal yang perlu dipersiapkan, diperhatikan dan dilakukan bersama-sama
oleh pemerintahan, swasta maupun masyarakat dalam mitigasi
bencana, antara lain:
1. Kebijakan yang mengatur tentang pengelolaan kebencanaan atau
mendukung usaha preventif kebencanaan seperti kebijakan tataguna
tanah agar tidak membangun di lokasi yang rawan bencana;
2. Kelembagaan pemerintah yang menangani kebencanaan, yang
kegiatannya mulai dari :
a. identifikasi daerah rawan bencana,
b. penghitungan perkiraan dampak yang ditimbulkan oleh bencana,
perencanaan penanggulangan bencana, hingga penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya preventif kebencanaan;
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
16. HAL-HAL PRINSIP
DALAM MITIGASI BENCANA
3. Indentifikasi lembaga-lembaga yang muncul dari inisiatif
masyarakat yang sifatnya menangani kebencanaan, agar dapat
terwujud koordinasi kerja yang baik;
4. Pelaksanaan program atau tindakan ril dari pemerintah yang
merupakan pelaksanaan dari kebijakan yang ada, yang bersifat
preventif kebencanaan;
5. Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang ciri-ciri
alam setempat yang memberikan indikasi akan adanya ancaman
bencana.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
17. YANG HARUS DIBUTUHKAN DAN MENDESAK UNTUK
DILAKSANAKAN
Penyusunan :
1. Kebijakan Mitigasi Bencana yang mengatur tentang
pengelolaan kebencanaan atau mendukung usaha preventif
kebencanaan seperti kebijakan tataguna tanah agar tidak
membangun di lokasi yang rawan bencana;
2. Identifikasi daerah rawan bencana;
Penelitian dan Diskusi :
1. Penelitian berkaitan dengan penghitungan perkiraan dampak
yang ditimbulkan oleh bencana;
2. Penelitian tentang perencanaan penanggulangan bencana,
hingga penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
preventif kebencanaan;
3. Pembentukan Siaga Tangguh Desa;
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
18. YANG HARUS DIBUTUHKAN DAN MENDESAK UNTUK
DILAKSANAKAN
4. Pelaksanaan teknis melalui Diskusi Ilmiah yang dihadiri oleh :
Bupati, DPRD (dalam hal ini Kab. Samosir) dan SKPD terkait
bersama dengan tim Tenaga Ahli Geoteknologi tentang Kebijakan
Mitigasi untuk mengkaji yang bersifat preventif kebencanaan;
5. Pembuatan Peta Potensi/Rawan Bencana;
6. Pengadaan Alat Bantu modern di dalam Identifikasi Peringatan Dini
dengan sensitivitas tinggi, antara lain : kebakaran hutan yang
terjadi secara alami karena kemarau panjang, gempa bumi, aliran
lahar akibat letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir bandang,
dsb yang dipasang dalam bentuk fisik ditempatkan di setiap lokasi
Rawan Bencana.
7. Anggaran Kegiatan dibebankan pada APBD (dalam hal ini Kab.
Samosir).
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
19. DASAR PERUMUSAN KRITERIA (MAKRO) DALAM
PENETAPAN KAWASAN RAWAN BENCANA LONGSOR
1. Kondisi kemiringan lereng dari 15 % hingga 70 %.
2. Tingkat curah hujan rata-rata tinggi ( > 2500 mm/tahun).
3. Kondisi tanah, lereng tersusun oleh tanah penutup tebal (> 2
meter).
4. Struktur batuan tersusun dengan bidang diskontinuitas atau
struktur retakan.
5. Daerah yang dilalui struktur patahan (sesar).
6. Adanya gerakan tanah; dan/atau
7. Jenis tutupan lahan/vegetasi (jenis tumbuhan, bentuk tajuk, dan
sifat pemekaran).
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
20. KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR
a. Zona Tipe A
1. Lereng (gunung,pegunungan, bukit, perbukitan dan tebing sungai).
2. Kemiringan lereng > 40 %.
3. Ketinggian > 2000 mdpl.
4. Curah hujan yang tinggi (70 mm/jam atau 100 mm/hari, >2500
mm/tahun, berkisar 70 mm/jam tetapi berlangsung terus-menerus
selama lebih 2 (dua) jam hingga beberapa hari.
5. Gerakan tanah sebesar 2 m s.d 25 m / menit.
6. Jenis batuan dasarnya : andesit, tuf, napal dan batu lempung.
b. Zona Tipe B
1. Daerah kaki (gunung,pegunungan, bukit, perbukitan dan tebing sungai).
2. Kemiringan lereng 21 % - 40 %.
3. Ketinggian 500 mdpl – 2000 mdpl.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
21. KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR
b. Zona Tipe B
4. Curah hujan yang tinggi (70 mm/jam atau 100 mm/hari, >2500
mm/tahun.
5. Kawasan yang rawan terhadap gempa.
6. Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng, terutama
pada bidang kontak antara batuan kedap air dengan lapisan tanah
yang lebih permeable.
7. Vegetasi terbentuk dari tumbuhan berdaun jarum dan berakar
serabut.
8. Lereng pada daerah yang rawan terhadap rawan gempa.
9. Kerapatan gerakan tanah berkisar 2 (dua) meter/hari.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
22. KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR
Zona Tipe B
10. Pencetakan kolam yang mengakibatkan perembesan air ke dalam
lereng.
11. Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu berat.
12. Sistem drainase yang tidak memadai.
c. Zona Tipe C.
1. Pada daerah dataran (tinggi, rendah, dataran), tebing sungai, dan
lembah sungai.
2. Kemiringan lereng berkisar 0 % - 20 %.
3. Ketinggian 0 mdpl – 500 mdpl.
4. Curah hujan yang tinggi (70 mm/jam atau 100 mm/hari, >2500
mm/tahun.
5. Kawasan yang rawan terhadap gempa.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
23. KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR
Zona Tipe C
6. Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng, terutama
pada bidang kontak antara batuan kedap air dengan lapisan tanah
yang lebih permeable.
7. Vegetasi terbentuk dari tumbuhan berdaun jarum dan berakar
serabut.
8. Lereng pada daerah yang rawan terhadap rawan gempa.
9. Kerapatan gerakan tanah berkisar 2 (dua) meter/hari yang
mengakibatkan retakan dan amblesan tanah.
10. Pencetakan kolam yang mengakibatkan perembesan air ke dalam
lereng.
11. Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu berat.
12. Sistem drainase yang tidak memadai.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
24. PENANAMAN VEGETASI DENGAN JENIS
DAN POLA TANAM YANG TEPAT
1. Jenis tanaman yang disarankan pada kawasan rawan bencana
longsor : Akasia, pinus, mahoni, hohar, jati, kemiri, dan damar serta
di daerah berlereng curam di lembah dapat ditanami bambu.
2. Pola penanaman yang dapat dikembangkan pada daerah lereng
pegunungan dan tebing yaitu : tanaman berakar dalam, bertajuk
ringan, cabang mudah tumbuh dan mudah dipangkas.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
25. 14 (EMPAT BELAS) FAKTOR PENDORONG YANG DAPAT
MENYEBABKAN LONGSOR
1. Curah hujan yang tinggi.
2. Lereng yang terjal.
3. Lapisan tanah yang kurang padat dan tebal.
4. Jenis batuan (litologi) yang kurang kuat.
5. Jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung
penguatan lereng.
6. Getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik,
kenderaan bermotor);
7. Susutnya muka air danau/bendungan.
8. Beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan
kenderaan angkutan.
MANAJEMEN PRAKIRAAN CURAH HUJAN
TERHADAP POTENSI BENCANA TANAH LONGSOR DAN BANJIR
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
26. 9. Terjadinya pengikisan tanah atau erosi.
10. Adanya material timbunan pada tebing.
11. Bekas longsoran lama yang tidak segera
ditangani.
12. Adanya bidang diskontinuitas.
13. Penggundulan hutan; dan/atau
14. Daerah pembuangan sampah.
MANAJEMEN PRAKIRAAN CURAH HUJAN
TERHADAP POTENSI BENCANA TANAH LONGSOR DAN BANJIR
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
27. Fokus dalam tindakan preventif dan antisipatif terhadap
potensi bencana banjir dan tanah longsor adalah
manajemen prakiraan curah hujan.
Beberapa parameter ilmiah dalam Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan wajib disertai sebagai bahan
pertimbangan yang baku dan sahih di dalam
memutuskan suatu kebijakan. Salah satu pertimbangan
ilmiah tersebut adalah Hidrologi.
Berikut beberapa prakiraan yang dituangkan dalam tabel
penghitung .
MANAJEMEN PRAKIRAAN CURAH HUJAN
TERHADAP POTENSI BENCANA TANAH LONGSOR DAN BANJIR
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
28. Petunjuk :
1. Klik Tabel berikut.
2. Klik tabel dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada Kolom B : (5)
Input data
Curah hujan 500,00 mm
2.795.084,97 m2
2,80 km2
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi
Luas / lebar sebaran curah hujan
TABEL PENGHITUNG
CURAH HUJAN TERHADAP LUAS SEBARAN CURAH HUJAN
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
29. Petunjuk :
1. Klik Tabel Berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai hasil treatment penelitian di lapangan pada Kolom B : (5)
Curah hujan 120,00 mm
Curah hujan gerimis 25.200,00 mm
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi
TABEL PENGHITUNG CURAH HUJAN GERIMIS
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
30. Petunjuk :
1. Klik Tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada Kolom B : (5)
Curah hujan 110 mm
Besaran bentuk terstruktur curah hujan (Stratiform rain) 369.197,11
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi.
TABEL PENGHITUNG CURAH HUJAN TERHADAP
BESARAN BENTUK TERSTRUKTUR CURAH HUJAN
(STRATIFORM RAIN)
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
31. Petunjuk :
1. Klik Tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada Kolom B : (5)
Input data
Curah hujan 115,00 mm
Curah hujan di dataran tinggi (Orographic rain) 6.096,15 mm
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi
TABEL PENGHITUNG
CURAH HUJAN TERHADAP CURAH HUJAN
DI DATARAN TINGGI (OROGRAPHIC RAIN)
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
32. Petunjuk :
1. Klik Tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada Kolom B : (5)
Curah hujan 110,00 mm
73.240,20 mm
82.500,00 mm
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi.
Curah hujan badai (Thunderstorm rain)
TABEL PENGHITUNG CURAH HUJAN TERHADAP
KEJADIAN CURAH HUJAN BADAI
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
33. Petunjuk :
1. Klik Tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil penelitian di lapangan pada Kolom B : (5)
Input data
Curah Hujan 200 mm
499.531,92 mm
144.269,99 mm
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi
Curah hujan tropis umumnya
TABEL PENGHITUNG
CURAH HUJAN TROPIS UMUMNYA
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
34. Petunjuk :
1. Klik tabel berikut.
2. Klik tabel dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada Kolom B : (6) ; (7) dan (8)
Kedalaman Curah hujan < 0,2 berdasarkan Potensial Kedalaman maksimum genangan air setelah Air larian mulai terjadi (Potential maximum retent
Nilai kandungan air pada tanah saat kondisi rata-rata (Average-Soil water condition values) 45,00 mm
Kedalaman (Tebal) Curah hujan (Rainfall depth) 250,00 mm
Persentase Penggunaan lahan 15% %
Kedalaman Air Larian (Estimated runoff depth) 8.314,06 mm
Potensial Kedalaman maksimum genangan air setelah Air larian mulai terjadi (Potential maximum
retention after runoff begins)
169.079,33 mm
Nilai kandungan air pada tanah saat kondisi kering (Dry-Soil water condition values) 25,58 mm
Nilai kandungan air pada tanah saat kondisi basah (Wet-Soil water condition values) 65,30 mm
Potensial kedalaman maksimum genangan air setelah Air larian mulai terjadi (Potential maximum
retention after runoff begins) - Kondisi Basah
65,30 mm
Potensial kedalaman maksimum genangan air setelah Air larian mulai terjadi (Potential maximum
retention after runoff begins) - Kondisi Kering/Kemarau
25,58 mm
Kedalaman Air Larian (Estimated runoff depth)-Kondisi Basah 185,75 mm
Kedalaman Air Larian (Estimated runoff depth)-Kondisi Kering / Kemarau 221,73 mm
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi
TABEL PENGHITUNG KEDALAMAN AIR LARIAN DARI
CURAH HUJAN PADA SAAT KONDISI BASAH (MUSIM
HUJAN) DAN KONDISI KERING (MUSIM KEMARAU)
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
35. Petunjuk :
1. Klik Tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada Kolom B : (5) ; (6) dan (7)
Kedalaman curah hujan (Rainfall depth) 200,00 mm
Kedalaman air larian terukur (Depth of measured runoff) 120,00 mm
Nilai potensial maksimum air tergenang (values of potensial maximum retention) 492,87 mm
Percentase penggunaan lahan (Land use percentages) 34,01 %
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi.
TABEL PENGHITUNG KEDALAMAN CURAH HUJAN
TERHADAP PERSENTASE PENGGUNAAN LAHAN
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
36. Petunjuk :
1. Klik Tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada Kolom B : (5)
Input data
90,00 cm
0,90 m
Kecepatan jatuh curah hujan (Raindrop speed) 16,55 mm h-1
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi
Tebal/tinggi genangan air hujan
TABEL PENGHITUNG
TEBAL (TINGGI) GENANGAN AIR HUJAN
TERHADAP KECEPATAN JATUH CURAH HUJAN
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
37. Jumlah tahun pengamatan curah hujan 4,00
Curah hujan 110,00 mm/jam
Curah hujan efektif :
< 250 mm 249,00 mm
Curah hujan efektif < 250 mm 248,60 mm
> 250 mm 251,00 mm
Curah hujan efektif > 250 mm 150,10 mm
Jumlah curah hujan bulanan 1,26 mm/hari
Curah hujan andalan tengah bulan 1,80 mm/hari
Ukuran diameter butiran curah hujan 450,14 mm
Kecepatan jatuh curah hujan 1.164,15 mm
TABEL PENGHITUNG
JUMLAH TAHUN PENGAMATAN CURAH HUJAN, CURAH HUJAN
(EFEKTIF, ANDALAN TENGAH BULAN, BULANAN)
DAN UKURAN DIAMETER BUTIRAN CURAH HUJAN
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
38. Petunjuk :
1. Klik tabel berikut.
2. Klik tabel dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada kolom B : (5) dan (6).
Suhu 37,00 o
C
Tekanan parsial uap air 1.000,00 mb
Tekanan uap jenuh dan tekanan parsial air 21.237,47 In Cs
Koefisien difusi untuk uap air dalam udara 0,27 Cm2/detik
Nisbah tekanan uap dan kerapatan 0,17
Berat isi konsentrasi uap air 5.864,86 Gram/m3
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi.
TABEL PENGHITUNG
UAP AIR DALAM UDARA
BERDASARKAN NILAI SUHU (TEMPERATUR) CELSIUS (o C )
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
39. Petunjuk :
1. Klik tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada Kolom B : (6) dan (7)
Input data
Lama waktu kejadian hujan 2 Jam
4.550.000.000,00 m2
1.124.350,50 acre
4.550,00 km2
1,25 Inches
12,50 cm3
0,00001 m3/detik
1096241,7 CFS (Cubic Feet/Second)
10,962417 m3/detik
35.280,00 Kaki kubik (Cubic feet)
0,81 Acre-feet
0,02 m3
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi.
Tinggi/Tebal
Air Larian/Air Limpasan (Run off)
Nilai puncak runoff
Luas Tangkapan Curah Hujan
TABEL PENGHITUNG
AIR LARIAN (RUNOFF) DARI CURAH HUJAN
BERDASARKAN METODE RASIONAL HYDROGRAPH RUNOFF DALAM AMDAL
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
40. Contoh plot Daerah Aliran Sungai (DAS) yang telah dideliniasi dengan metode
elevasi satuan grid digital dari Satuan data yang diterbitkan Negara (Example
watershed was deliniated with a (m) grid digital elevation model from the
national elevation data set).
30,00 meter (m) grid digital
Jumlah sel grid yang mendeliniasi DAS (The watershed as deliniated
comprises)
15.890,00 Sel grid (grid cell)
Prakiraan Jumlah Air Larian dari Kejadi Curah Hujan (Assume that base flow
prior to rainfall)
0,83 m3/detik (m3/s)
Sel grid D < 0 yang dikombinasikan dengan sel grid datar yang menunjukkan
daerah jenuh (Grid cell with D < 0 combined flat grid cells gives a saturated
area
1.246,00 sel grid (grid cells)
sel grid datar yang menunjukkan daerah jenuh/terendam air (flat grid cells
gives a saturated area)
81,00 Sel grid datar (Flat grid cells)
Luas daerah jenuh air/terendam air (A sturated area) 1,19 km2
Persentase DAS (Percentage of watershed) 8,35 %
0,000209 m/jam
0,209 mm/jam
Luas Daerah Air Larian (The drainage area) 14,301 Km2
Dasar daerah aliran per unit (The per unit area base flow) 0,00000006 m/detik
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi.
Prakiraan multiplikasi dari jumlah detik dalam satuan jam (Multiflying by
number of seconds in an hour)
TABEL PENGHITUNG
METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) TERHADAP DEFISIT
KELEMBABAN TANAH YANG TERENDAM AIR DAN PERSENTASE (%) DAERAH
ALIRAN SUNGAI (DAS) BERDASARKAN SEL GRID
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
41. Petunjuk :
1. Klik tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan berdasarkan peta GIS pada kolom B : (5)
Contoh plot Daerah Aliran Sungai (DAS) yang telah dideliniasi dengan metode
elevasi satuan grid digital dari Satuan data yang diterbitkan Negara (Example
watershed was deliniated with a (m) grid digital elevation model from the
national elevation data set).
30,00 meter (m) grid digital
Jumlah sel grid yang mendeliniasi DAS (The watershed as deliniated
comprises)
15.890,00 Sel grid (grid cell)
Prakiraan Jumlah Air Larian dari Kejadi Curah Hujan (Assume that base flow
prior to rainfall)
0,83 m3/detik (m3/s)
Luas Daerah Air Larian (The drainage area) 14,301 Km2
Dasar daerah aliran per unit (The per unit area base flow) 0,00000006 m/detik
0,000209
m/jam
0,209 mm/jam
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi.
Prakiraan multiplikasi dari jumlah detik dalam satuan jam (Multiflying by
number of seconds in an hour)
TABEL PENGHITUNG
METODE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (GIS) TERHADAP MULTIPLIKASI
KEMIRINGAN LERENG, LUAS DAERAH TANGKAPAN AIR DAN INDEKS BASAH
UNTUK TIAP SEL GRID
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
42. Petunjuk :
1. Klik tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada kolom B : (6) s.d (11)
Bidang longsor potensial :
Kohesi 15 kN/m2
Sudut gesek 15 O
Berat volume tanah 29 kN/m2
Sudut kemiringan lereng 48,5 O
Sudut lereng timbunan lama 40 O
Faktor aman terhadap longsoran 1,5 F
Tinggi maksimum tanah timbun baru 13,09 Meter
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi.
TABEL PENGHITUNG
TINGGI TANAH TIMBUNAN MAKSIMUM
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
43. Petunjuk :
1. Klik tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment di lapangan pada kolom B : (5) s.d (11)
Data tanah pada lereng 40 kN/m3
Tinggi Lereng dengan bidang longsor 4 H (m)
Sudut lereng dengan bidang longsor 22 o
α
Kuat geser tanah 9 kN/m2
Sudut kuat geser tanah 45 o
Berat volume tanah jenuh 27 kN/m3
Berat volume apung 10,19 kN/m3
Faktor aman 0,69 1 (Aman)
Keterangan
< 1 (Lereng tidak stabil)
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi.
TABEL PENGHITUNG
FAKTOR AMAN LERENG TERHADAP BAHAYA LONGSOR
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
44. Petunjuk :
1. Klik tabel berikut.
2. Klik dan ketik nilai/angka dari hasil treatment penelitian di lapangan pada Kolom B : (5)
Kemiringan Tanah 45 o
Total Kehilangan Tanah 18,89
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi.
TABEL PENGHITUNG
HUBUNGAN KEHILANGAN TANAH DAN KEMIRINGAN TANAH
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
45. Petunjuk :
1. Klik tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada kolom B : (5).
Intensitas Hujan 100 Inci/Jam
Energi Kinetik Hujan 1.167,98 Foot ton/acre/Inci Hujan
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi
TABEL PENGHITUNG
HUBUNGAN ENERGI KINETIK HUJAN DENGAN INTENSITAS HUJAN
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
46. Petunjuk :
1. Klik tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada kolom B : (5)
Sudut Lereng 45 0
Kehilangan Tanah 51,30
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi
TABEL PENGHITUNG
KORELASI ANTARA KEMIRINGAN LERENG
DAN KEHILANGAN TANAH AKIBAT EROSI
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
47. Petunjuk :
1. Klik tabel berikut.
2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada kolom B : (5)
Panjang Lereng 500 meter
Total tanah yang hilang akibat erosi 34
Nilai di atas merupakan prakiraan/estimasi.
TABEL PENGHITUNG
HUBUNGAN KEHILANGAN TANAH
DENGAN PANJANG LERENG
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
48. 2. Klik dan ketik angka/nilai dari hasil treatment penelitian di lapangan pada kolom B : (6), (8), (12), (13), (15) dan (17)
1,50 Inches
0,00002 m3
6,00 Acres
261.360,00 ft2
24.281,14 m2
5,95 acre-inc/hr
Luas daerah Impervious (Impervious area) 2,00 Acre of total area
Luas daerah Pervious (Pervious area) 2,00 Acre of total area
Campuran laun dan tegakan kayu (Mixture of lawn and woods) 65,00 Pervious CN
Asphalt 98,00 Impervious CN
Bobot Teknik Nilai Kurva (Weighted Average Curve Number Technique
(Weighted CN))
76,00 CN
Abstraksi Rata-rata (Average Initial) 3,16 Inches
0,63 Inches
2,53 Inches
Volume Air larian/Air limpasan (Runoff volume) 1,50 Inches
Volume Air larian/Air limpasan (Runoff volume) 0,19 Inches
Volume Air larian/Air limpasan tertempat total (Total site runoff volume) 4.079,54 Kaki kubik (Cubic feet)
Luas wilayah Impervious (Impervious area) 0,20 Inches
0,04 Inches
Luas inisial wilayahabstraksi Impervious (Impervious area initial abstraction)
Abstraksi inisial rata-rata (Average initial abstraction)
Design Kualitas Curah hujan dalam kejadian hujan (Stormwater Quality Design
Storm)
Total Luas Drainase (Total drainage area)
Cakupan Pervious (Pervious cover) :
Cakupan Impervious :
TABEL PENGHITUNG
VOLUME AIR LARIAN (RUNOFF) DRAINASE TOTAL
BERDASARKAN KUALITAS CURAH HUJAN
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
49. GUNUNG ERUPSI / GUNUNG MELETUS
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat
endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar
oleh gas yang bertekanan tinggi.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi
dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari
1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi
disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-
1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu
dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih,
sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang
sering meletus disebut gunung berapi aktif.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
50. CIRI GUNUNG API AKTIF
suka meletus; mengeluarkan lava atau abu volkanik, atau pasir,
kerikil dan bebatuan;
berpotensi meletus;
gunungnya umumnya berbentuk kerucut yang bagus (untuk type
strato);
memiliki kepundan;
mengeluarkan asap, gas belerang;
mengeluarkan bau belerang yang menyengat;
menghasilkan mata air panas;
menimbulkan gempa vulkanik (seringkali tidak dapat dirasakan
dan hanya dapat dideteksi menggunakan seismometer).
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
51. DEFINISI VULKANISME
Semua gejala di dalam bumi sebagai akibat adanya
aktivitas magmadisebut vulkanisme. Gerakan magma itu
terjadi karena magmamengandung gas yang merupakan
sumber tenaga magma untukmenekan batuan yang ada
di sekitarnya. Lalu apa yang disebut magma? Magma
adalah batuan cair pijar bertemperatur tinggi yang
terdapat di dalam kulit bumi, terjadi dari berbagai
mineral dan gas yang terlarut di dalamnya. Magma
terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat
besar, walaupunsuhunya cukup tinggi, tetapi batuan
tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya
adanya retakan, tekanannya punakan menurun sehingga
batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
52. MENGENAL MAGMA
Magma bisa bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai
kepermukaan bumi. Jika gerakan magma tetap di bawah
permukaanbumi disebut intrusi magma. Sedangkan
magma yang bergerak dan mencapai ke permukaan bumi
disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah yang
menyebabkan gunung api atau disebut jugavulkan.Hal
ini berarti intrusi magma tidak mencapai ke permukaan
bumi. Mungkin hanya sebagian kecil intrusi magma yang
bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang perlu
diingat bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan
kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk
tonjolan berupa pegunungan.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
53. INTRUSI MAGMA
Intrusi magma(atau disebut plutonisme)
menghasilkan bermacam-macam bentuk
(perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:
Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di
dalam dapurmagma, sebagai akibat penurunan
suhu yang sangat lambat.
Lakolit adalah magma yang menyusup di antara
lapisan batuanyang menyebabkan lapisan batuan di
atasnya terangkatsehingga menyerupai lensa
cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
54. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang
tipismenyusup di antara lapisan batuan.
Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi
magmamemotong lapisan-lapisan litosfer dengan
bentuk pipih atau lempeng.
Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang
namun lebih kecil.
Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan,
berbentuk silinder, mulai dari dapur magma sampai
ke permukaan bumi.
INTRUSI MAGMA
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
55. EKSTRUSI MAGMA
Ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1. Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah
retakan atau patahan memanjang sehingga membentuk
deretangunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di
Eslandia, danderetan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat
denganpermukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di
beberapatempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow
StoneNational Park di Amerika Serikat yang luasnya
mencapai 10.000 km persegi.
3. Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah
lubang(saluran magma) dan membentuk gunung-gunung
yang terpisah.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
56. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG API
Kawasan rawan bencana gunung api adalah
kawasan yang pernah terlanda atau diidentifikasikan
berpotensi terlanda bahaya erupsi baik langsung (primer)
maupun tidak langsung (sekunder).
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
57. CIRI-CIRI RAWAN GUNUNG API
1. terlihat cahaya terang di lubang letusan mulai teramati;
2. lava menyembul ke permukaan;
3. terjadi letusan kuat dengan tinggi asap disertai luncuran awan
panas dan guguran lava
4. Tampak lidah lava dan jumlah seluruh bahan material letusan
5. Pengaruh beratnya sendiri dan migrasi magma ke
6. permukaan maka longsoran tubuh kubah lava
7. dan luncuran awan panas sering terjadi
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
58. KEGIATAN VULKANIK
Kegiatan vulkanik berupa :
1. Hembusan asap solfatara dari lubang kubah lava.
2. Secara visual terlihat asap solfatara berwarna putih tipis
3. Beberapa jenis gempa yang terekam antara lain gempa
guguran, gempa vulkanik dalam (VA), vulkanik dangkal
(VB), gempa tektonik jauh, dan gempa tektonik lokal.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
59. ERUPSI MAGMATIK
Erupsi magmatik eksplosif dan efusif yang berasal dari
beberapa titik erupsi dan menghasilkan endapan
piroklastik dan lava. Berdasarkan jenis batuannya, secara
umum erupsi efusif lebih dominan terjadi yang dicirikan
dengan banyaknya kerucut kerucut dan kubah lava
dibandingkan dengan endapan piroklastika.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
60. PRODUK ERUPSI
1. Erupsi menghasilkan jatuhan piroklastika, aliran
piroklastika, dan lava. Endapan jatuhan piroklastika
merupakan endapan hasil erupsi awal yang eksplosif
kemudian diikuti oleh magmatik efusif yang volumenya
lebih besar, sehingga membentuk suatu kubah lava
2. Terjadi retakan-retakan serta dipicu oleh faktor gravitasi
lava baru yang masih panas dan retak-retak itu
berguguran ke arah lembah
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
61. POTENSI BAHAYA GUNUNG API
1. Terdiri dari bahaya langsung (bahaya primer) dan bahaya
tidak langsung (bahaya sekunder). Jenis bahaya primer terdiri
dari aliran piroklastika (awan panas), jatuhan piroklastika,
lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, dan aliran lava.
2. Sedangkan jenis bahaya sekunder adalah guguran dan lahar.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
62. BAHAYA ERUPSI
1. Derajat bahaya paling tinggi produk erupsi adalah aliran
piroklastika (awan panas), berupa suatu aliran massa yang
terdiri dari pencampuran antara gas dan material lepas
berbagai ukuran yang mengalir dengan kecepatan tinggi
(V=70-150 km/jam), bersuhu tinggi (300-5000 C) dan
bergumpal-gumpal seperti wujudnya awan.
2. Aliran piroklastika ini adalah produk erupsi magmatik atau
freato-magmatik eksplosif tipe Vukano.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
63. BAHAYA MAGMATIK EKSPLOSIF
Untuk jenis magmatik tipe vulkano yang bersifat eksplosif cukup
membahayakan, karena pada umumnya dapat menghasilkan :
1. volume endapan awan panas cukup besar, dan
2. menghasilkan endapan jatuhan piroklastika yang tersebar jauh
hingga berjarak beberapa km dari pusat erupsi.
3. Bahan lontaran batu (pijar) yang berukuran < 2 cm dapat
tersebar dalam radius lebih kurang 5 km.
4. Sementara bahan lontaran batu (pijar) yang berukuran >2 cm
tersebar dalam radius lebih kurang 3 km dari pusat erupsi.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
64. ALIRAN LAVA PRODUK EFUSIF MAGMATIK
Aliran lava adalah aliran massa pijar bersuhu tinggi (600-
1.0000 C) yang mengalir secara perlahan dan selalu
mengalir melalui lereng dan lembah menuju ke tempat-
tempat yang
lebih rendah. Oleh karenanya aliran lava bersuhu sangat
tinggi. Aliran lava merupakan produk efusif magmatik.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
65. AWAL ERUPSI GUNUNG API
Erupsi Gunung diawali oleh :
1. erupsi freato-magmatik yang menghasilkan
endapan jatuhan dan aliran piroklastika.
2. Selanjutnya kegiatan berupa erupsi efusif yang
menghasilkan aliran lava dan
3. Kubah lava.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
66. ERUPSI EFUSIF GUNUNG API
Erupsi efusif terjadi dengan :
1. Terlihatnya sinar api dari lubang erupsi selanjutnya terbentuk
kubah lava membentuk bukit baru.
2. Terlihat juga lidah lava diikuti oleh terjadinya guguran dari
lidah lava dan kubah lava.
3. Pada saat erupsi, tercium gas belerang atau terdeteksinya SO2
dari lokasi pusat erupsi.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
67. PRODUK ERUPSI GUNUNG API
Produk erupsi Gunung adalah aliran lava, jatuhan piroklastika,
dan aliran piroklastik (awan panas). Produk erupsi yang disebut
pertama berbentuk kubah di atas lubang erupsi yang masih
panas dan labil serta membentuk rekahan-rekahan berpotensi
terjadi guguran.
Endapan guguran ini dapat menjadi endapan awan panas
guguran dan endapan guguran biasa (Rock Fall).
Umumnya guguran batuan ini terjadi karena faktor gravitasi.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
68. PRODUK ERUPSI GUNUNG API
Erupsi Gunung menghasilkan :
1. jatuhan piroklastika,
2. aliran piroklastika (awan panas),
3. aliran lava serta guguran lava,
4. Endapan jatuhan dan aliran piroklastika,
5. guguran lava berpotensi sebagai bahan pembentuk lahar.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
69. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG API
Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa:
1. Kawasan yang sangat berpotensi terlanda aliran
piroklastika, aliran lava, guguran lava, dan gas beracun.
2. Kawasan yang sangat berpotensi tertimpa material
lontaran batu (pijar) dan jatuhan hujan abu lebat.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
70. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG API
Apabila erupsinya membesar maka kemungkinan aliran lava
akan tersebar pula ke arah lain dengan jarak yang lebih jauh dari
pusat erupsi.
Jarak jangkau maksimum aliran
lava (dengan asumsi berkomposisi andesit –
basal atau viskositas sedang-rendah) adalah
lebih kurang 3-4 km. Ketika terjadi guguran
lava, distribusinya diperkirakan di sekitar
puncak
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
71. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG API
Kawasan yang berpotensi terlanda bahan lontaran dan jatuhan
seperti lontaran fragmen batuan (pijar), dan hujan abu lebat.
Kawasan ini berpotensi terlanda oleh fragmen batuan (pijar)
dengan ukuran 2 – 6 cm.
Kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar, terletak di
sepanjang daerah aliran sungai atau di dekat lembah sungai atau
di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
72. Kawasan yang berpotensi terlanda jatuhan piroklastika
atau lontaran berupa hujan abu tanpa memperhatikan
arah tiupan angin saat terjadi letusan, dan kemungkinan
pula akan terkena lontaran batu. Kawasan ini berpotensi
terlanda oleh jatuhan abu dan fragmen batuan < 2 cm
dalam radius 5 km dari pusat erupsi.
KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG API
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
73. MENGENAL JENIS ERUPSI GUNUNG API
Erupsi freato-magmatik eksplosif tipe vulkanian dan
strombolian yang menghasilkan jatuhan piroklastika
(lontaran batu pijar dan abu vulkanik), aliran piroklastika
(awan panas) serta erupsi efusif magmatik yang
menghasilkan aliran lava dan kubah lava.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
74. Nilai Indeks Let usan Gunung api (VEI atau Volcanic
Explosivity Index): 0-3,tipe erupsi nya adalah Stromboli
(Strombolian) dan atau Vulkano (Vulkanian) disertai
dengan aliran lava yang berasal dari sumber erupsi.
Potensi bahayanya, terdiri dari aliran piroklastika (awan
panas), aliran lava, lontaran batu (pijar), serta hujan abu
dan pasir. Material letusan yang bersifat aliran seperti
aliran piroklastika (awan panas) dan aliran lava hanya
akan menjangkau daerah sempit di sekitar puncak Gunung
MENGENAL JENIS ERUPSI GUNUNG API
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
75. Sementara produk letusan berupa jatuhan piroklastika berupa abu
gunung api dapat menjangkau daerah yang lebih jauh.
Erupsi yang berskala besar mempunyai ciri-ciri berikut; nilai
Indeks Letusan Gunung Api (VEI): 4-5, tipe erupsi Vulkano kuat
hingga tipe Plini. Potensi bahayanya diperkirakan terdiri dari
aliran piroklastika (awan panas), lontaran batu (pijar) berukuran
lapili sampai bom vulkanik dapat mencapai 3-4 km dari pusat
erupsi, aliran lava, hujan pasir dan abu lebat serta lahar.
MENGENAL JENIS ERUPSI GUNUNG API
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
76. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK ERUPSI
Produk awan panasnya dapat mencapai belasan sampai
puluhan kilometer, hal ini sangat tergantung kepada tinggi
kolom erupsi dan arah jatuhnya kolom erupsi tersebut.
Bahan jatuhan piroklastika berbutir kasar dan bahan
lontaran batu (pijar), kemungkinan besar dapat mencapai
jarak 5-8 km dari pusat erupsi.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
77. PRODUK ERUPSI (LETUSAN) GUNUNG API
Hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :
Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas
tersebut antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon
dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur
dioksida(S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat
membahayakan manusia.
Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir
dari dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer
akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental
akan membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang
membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
78. Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan
material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng
gunung berapi.
Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat
terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa
angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan
ini bisa menganggu pernapasan.
Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam
gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas dan material
vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan panas
dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti
kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak
napas.
PRODUK ERUPSI (LETUSAN) GUNUNG API
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
79. KANDUNGAN UNSUR DEBU VULKANIK
1. Amelieron, atau Bahan pembenah tanah yang berfungsi
sama seperti pupuk (Soil conditioner),
2. > pH 7 – bersifat basah,
3. Unsur Hara, yang terdiri dari : Kalium (K),
Magenesium, Fosfat (P), Boron (B).
4. Unsur logam berat (Pb, Cu, Cd, dan Fe) yang bersifat
racun (toxic) pada tanaman bila menutupi permukaan
daun. Dalam kadar tertentu atau sangat rendah tidak
menimbulkan pencemaran pada tanaman.
5. Bahan Silicat (SiO2) berfungsi sebagai bahan
Amelioran.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
80. MANFAAT DEBU VULKANIK
1. Bahan pembenah tanah / sebagai pupuk.
2. Merehabilitasi atau meningkatkan kesuburan tanah di
wilayah yang terkena dampak debu vulkanik.
3. Mengandung unsur zat-zat jika mengalami pelapukan
akan membentuk mineral Alovan, lalu mineral ini
mengikat bahan organik sehingga tanah menjadi
hitam.
4. Unsur-unsur debu vulkanik cocok/sesuai untuk :
a. menyuburkan tanah.
b. Menaikkan kadar keasaman (pH) tanah pada lahan
persawahan dan gambut.
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
81. MANAJEMEN KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG API
1. Perencanaan penanggulangan bencana.
2. Pengurangan risiko bencana.
3. Pencegahan.
4. Pemaduan dalam perencanaan pembangunan.
5. Persyaratan analisis risiko bencana.
6. Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang.
7. Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
82. 1. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana.
2. Perencanaan partisipasi penanggulangan bencana.
3. Pengembangan budaya sadar bencana.
4. Peningkatan komitmen terhadap pelaku
penanggulangan bencana, dan
5. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan
penanggulangan bencana
TINDAKAN PREVENTIF DAN PENGURANGAN RISIKO
BENCANA
PRIVATE LIBRARY OF SIMAMORA, HELMUT TODO TUA
83. Thank You
Dedicated to :
1. My loving wife , Hutapea Olga Y.V, dr;
2. My loving daughter :
a. Simamora Michelle Renata Robertina;
b. Simamora Helga Martha Davina;
Also :
1. Environment, Research and Development Agency of Samosir Regency Government
of North Sumatera Province;
2. People of Samosir Regency
3. All of You
Alumni :
PSMIL – Universitas Padjadjaran
Bandung