Hipertensi merupakan tekanan darah yang tinggi yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan. Dokumen ini menjelaskan definisi, penyebab, gejala, dan penatalaksanaan hipertensi secara umum serta kasus pasien wanita 81 tahun dengan diagnosa hipertensi dan gangguan jantung.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Askep hipertensi
1. HIPERTENSI
N A M A : I M A M A R YA N A
N I S : 1 0 1 4 1 5 0 1 1
2. DEFINISI HIPERTENSI MENURUT PARA AHLI ADA
BEBERAPA PENGERTIAN DIANTARANYA
• Menurut udjianti : hipertensi merupakan meningkatnya tekanan darah yang lebih dari
normal dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus dari suatu periode tertentu
.
• Menurut kamus kedokteran dorlan : bahwa hipertensi merupakan tekanan darah arteri
yang tinggi tidak mempuyai sebab esential ,idiopatic,atau primary hypertension.
• Menurut ignatavicus : hipertensi atau darah tinggi adala tekanan darah yang sistolik
atau diastolik yang terjadi pada seseorang.
3. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan menurut Dr.Iskandar Junaidi, 2010
yaitu
• Hipertensi Primer/esensial
• Hipertensi sekunder
4. PATOFISIOLOGI
• Angiotensin Converting Enzyme (ACE), Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi di hati selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi angiotensin
1, oleh ACE yang terdapat di paru-paru ,angiotensin 1 diubah menjadi angiotensin II,
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama, yaitu
Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus (Astawan, 2005).
• ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat sedikit urin
yang dieksresikan keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya
untuk mengencerkanya volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan di bagian intra seluler akibatnya volume darah meningkat yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Astawan, 2005).
5. TANDA DAN GEJALA
• Meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg
• sakit kepala
• epistaksis
• pusing/migrain
• sukar tidur
• lemah dan lelah
• mata berkunang kunang
• muka pucat
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. diet
2. aktivitas
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
kita ambil salah satu contoh obat anti hipertensi
1. diuretik
jenis obat-obatan ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
melalui kencing . Dengan demikian volume cairan dalam tubuh
berkurang sehingga daya pompa jantung lebih ringan
8. Pengkajian
Identitas Pasien
• Nama : Ny. S
• Umur : 81 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Status : Menikah
• Pendidikan : SMP
• Pekerjaan : Swasta
• Suku : sunda
• Alamat : singaparna
• Diagnosa Medis : HHD ( Hipertensi Heart Disease)
• No. RM : 16014xxx
• Tanggal masuk RS : 25 juli 2016 Jam 16.00
• Tanggal / Waktu pengkajian : 26 juli 2016 Jam 08.00
9. Identitas Penanggung Jawab
• Nama : Ny. E
• Umur : 33 tahun
• Pekerjaan : Swasta
• Alamat : singaparna
• Hubungan dengan pasien : anak
10. Keluhan utama
• Pasien merasa sering sakit kepala ( pusing)
Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sekarang
• Pasien datang ke ruangan madinah pada tanggal 25 juli 2016 jam 16.00 WIB Dengan diantar
keluarganya, pasien mengatakan kepalanya sakit seperti di Remas- remas sakit kepala di
rasakan setiap saat, badannya Lemas dan pinggang terasa sakit, keluarga pasien mengatakan
bahwa Sebelumnya di bawa ke rs pasien jatuh saat ke kamar mandi skala nyeri 5 ( 0-5) dengan
TTV , TD: 220/100 MMHg,N : 87 𝑥/ menit , R :23 𝑥/ menit, S: 36,6 °c
Riwayat penyakit dahulu
• Pasien sudah lama menderita hipertensi, dan sering mengeluh sakit kepala, Tetapi belum
di rawat ke RS.
Riwayat penyakit keluarga
• Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular dan hanya mempunyai Penyakit
yaitu hipertensi keluarga pasien mengatakan ada salah satu Keluarganya yang memiliki
hipertensi.
11. • Pemeriksaan Fisik Dan Tanda-Tanda Vital
• - Keadaan umum
• - Penampilan
Pasien terlihat lemas
• Kesadaran
Compos metis
Pemeriksaan tanda-tanda vital
• TD : 220/100 MMHg
• N :87 𝑥 / menit
• R : 23 𝑥 / menit
• S : 36,6 °c
12. Pemeriksaan fisik (head to toe)
Kepala
• Rambut : bersih , beruban dan potongan pendek
• Mata : replek terhadap cahaya baik , conjungtiva merah muda, sklera putih
• Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
• Hidung : bersih tidsak ada polip
• Mulut : mulut bersih, kemampuan bicara baik
• Dada : tidak ada retaksi dada
• Abdomen : bising usus 22 kali /menit , simetris, bunyi perut normal ( timpani ) tidak
ada nyeri tekan
• Ekstremitas atas : kekuatan otot lemah tangan kanan terpasang infus RL 20 TPM
• Ekstremitas bawah : tidak ada oedema
• Punggung : tida ada lecet
• Genetalia : berjenis kelamin perempuan dan terpasang dc
• Kulit : bersih , turgor baik
13. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM HEMATOLOGI
PADA TANGGAL 28 JULI 2016
Jenis pemeriksaan
( hematologi )
Hasil Satuan Normal
GDS
Creatinin
HB
Leukosit
Eosonofil
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
106
1,0
13,7
6,800
2,00
3,60
30,00
172,00
mg/dl
mg/dl
gr %
/mk
%
juta/ml
%
ribu/ml
< 200
0,5 – 0, 9
12 – 14
400 – 11000
1,00 – 3,00
4,60 – 5,50
31,00 – 45,00
150,00 – 450,00
17. 1. Nyeri akut (gangguan rasa nyaman nyeri )
• DS : pasien mengatakan , kepalanya terasa sakit dan lehernya terasa kaku, nyeri seperti di remas.
• DO : pasien terlihat menahan nyeri skala nyeri 5 ( 0-5 )
Intervensi :
• Kaji skala nyeri
• Observasi keaadaan umum pasien
• Kolaborasi pemberian obat analgetik
• Observasi TTV
Implementasi ,jam 08:00 ,(26/07/2016)
• Mengkaji skala nyeri pasien
• Mengobservasi keaadaan umum pasien
• Mengkolaborasikan pemberian obat analgetik
• Mengobservasi TTV : TD: 220/100 MMHg ,N: 86 /Menit ,R: 23 /Menit , S: 36,7
Evaluasi : jam 13:25
• S : pasien mengatakan kepala sakit seperti di remas –remas saat berjalan
• O : pasien terlihat menahan nyeri, skala nyeri
• A : masalah nyeri belum teratasi
• P : lanjutkan intervensi
18. 2. Intoleransi aktivitas
• DS : pasien mengatakan badannya terasa lemas dan susah untuk melakukan aktivitas
mandiri
• DO : pasien terlihat bedres pasien terlihat di bantu orang lain saat melakukan aktivitas karena
lelah
Intervensi
• Berikan dorongan untuk beraktivitas
• Observasi keaadan umum pasien
• Anjurkan pasien untuk istirahat
Implementasi , jam 10:00, ( 26/07/2016 )
• Memberikan dorongan untuk beraktivitas
• mengobservasi keadaan umum pasien
• menganjurkan pasien untuk istirahat
Evaluasi : jam 14:00
• S : pasien mengatakan badannya lemas dan belum bisa melakukan aktivitas secara mandiri
• O : pasien tampak lemas
• A : intoleransi aktivitas belum teratasi
19. 3. resiko injuri
• DS : pasien mengatakan pandangan terlihat kabur dan berkunang – kunang saat berdiri
dan berjalan
• DO : pasien terlihat sempoyongan saat berjalan dan selalu berpegangan
Intervensi
• orientasikan pasien terhadap lingkungan
• pertahankan tirah baring ketat
• anjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata
• observasi keadaan umum pasien
Implementasi ,jam 11:35, ( 26/07/2016)
• mengorientasikan pasien terhadap lingkungan
• mempertahankan tirah baring ketat
• menganjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata
• mengobservasi keadaan umum pasien
Evaluasi jam 14:00
• S : pasien mengatakan pandangan kabur dan berkunang- kunang
• O : pasien masih berbaring di tempat tidur
• A : resiko injuri belum teratasi
• P : lanjutkan intervensi
21. 1. nyeri akut ( gangguan rasa nyaman nyeri )
• DS : pasien mengatakan kepalanya sakit dan berkurang dan tidak pusing lagi
• DO : pasien tampak rileks skal nyeri 0( 0-5)
Intervensi
• kaji skala nyeri
• observasi keadaan umum pasien
• kolaborasi pemberian analgetik
• observasi TTV
Implementasi ,jam 14: 00, ( 27/07/2016 )
• mengkaji skala nyeri pasien
• mengobservasi keadaan umum pasien
• mengkolaborasi pemberian obat analgetik
• mengobservasi TTV : TD : 180/70 MMHg ,N : 87 / Menit ,R : 24 / Menit ,S : 36,5 C
Evaluasi jam 19:30
• S : pasien mengatak sudah tidak pusing
• O : pasien sudah nampak rileks dan bertenaga skala nyeri
• A : nyeri akut pada pasien dapat teratasi
• P : hentikan intervensi
22. 2. intoleransi aktivitas
• DS : pasien mengatakan badanya sedikit lemas dan aktivitas sebagian dibantu
• DO : pasien tampak lemas sedikit lemas
Intervensi
• berikan dorongan untuk beraktivitas
• observasi keaadaan umu pasien
• anjurkan pasien untuk istirahat
Implementasi , jam 16:30, ( 27/07/2016 )
• memberikan dorongan untuk beraktivitas
• mengobservasi keadaan umum pasien
• menganjurkan pasien untuk iastirahat
Evaluasi : jam 18:45
• S : Pasein mengatakan badanya sudah tidak lemas lagi dan aktivitas mulai mandiri
• O ; pasien tampak bertenaga
• A : intoleransi aktivitas dapat teratasi
• P ; hentikan intervensi
23. 3.Resiko Injuri
• DS : pasien mengatakan pandangannya berkunang-kunang ketika berdiri terlalu lama
• DO : pasien lebih tenag jika dalam posisi tidur
Intervensi
• Orientasikan pasien terhadap lingkungan
• Pertahankan tirah baring ketat
• Anjurkan pasien untuk mengistirahatlkan mata
• Observasi keadaan umum pasien
Implementasi jam 19:30, (27/07/2016)
• Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan
• Mempertahankan tirah baring ketat
• Menganjurkan pasien untuk mengistirahatlkan mata
• Mengobservasi keadaan umum pasien
Evaluasi : jam 20:55
• S : Pasien mengatakan mata masih berkunag- kunang jika berdiri terlalu lama
• O : Pasien tampak tenang dalam posisi tidur
• A : Resiko injuri teratasi sebagian
• P : Lanjutkan intervesi
24. 1.resiko injuri
• DS : Pasien mengatakan pandangannya sedikit berkunang –kunang
• DO : Pasien tampak tenang jika dalam posisi tidur
Intervensi
• Orientasikan pasien terhadap lingkungan
• Pertahankan tirah baring
• Anjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata
• Mengobservasi keadaan umum pasien
Implemntasi jam 09:00, (28/07/2016)
• Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan
• Mempertahankan tirah baring
• Menganjurkan pasien untuk mengistirahkan mata
• Mengobservasi keadaan umum pasien
Evaluasi jam 13:45
• S : Pasien mengatakan pandangannya sudal mulai membaik
• O : Pasien tampak tenang
• A : Resiko injuri dapat teratasi
• P : Hetikan intervensi
•