SlideShare a Scribd company logo
ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH
    PADA BANK UMUM DI DIY TAHUN 1986 - 2005




                       SKRIPSI




                     Disusun Oleh :

           Nama               : Yunita Fitri Wahyuningtyas
           No. Mahasiswa      : 04 313 014
           Jurusan            : Ilmu Ekonomi




           UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
                  FAKULTAS EKONOMI
                     YOGYAKARTA
                           2008
ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH
     PADA BANK UMUM DI DIY TAHUN 1986 - 2005




                         SKRIPSI


  Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir
      guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1
                Program Studi Ilmi Ekonomi,
                  pada Fakultas Ekonomi
                Universitas Islam Indonesia




                           Oleh
         Nama                     : Yunita Fitri Wahyuningtyas
         Nomor Mahasiswa          : 04 313 014
         Program Studi            : Ilmu Ekonomi




        UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
                FAKULTAS EKONOMI
                    YOGYAKARTA
                           2008




                             i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME



“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari

terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman

/ sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.”




                           Yogyakarta, Desember 2007

                                     Penulis,




                           Yunita Fitri Wahyuningtyas




                                        ii
PENGESAHAN


ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH
    PADA BANK UMUM DI DIY TAHUN 1986 – 2005




     Nama                 : Yunita Fitri Wahyuningtyas
     Nomor Mahasiswa : 04 313 014
     Program Studi        : Ilmu Ekonomi




             Yogyakarta, 26 Desember 2007
            Telah disetujui dan disahkan oleh
                     Dosen Pembimbing,




               Dr. Jaka Sriyana SE., M.Si




                            iii
iv
MOTTO



Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kemampuannya.

                                                 (QS. Al Mu’minun:62)

Sesungguhnya sesudah Kesulitan itu ada kemudahan.

                                                             (Al Hadist)

Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan

menjadi indah, dan dengan agama kehidupan menjadi terarah dan

bermakna.

                                                       (H. A. Mukti Ali)

Kemalasan tidak lebih dari kebiasaan beristirahat saat belum letih.

                                                          (Jules Renard)

Wong Pinter Kalah Karo Wong Bejo

                                                       (Falsafah Jawa)




                                v
HALAMAN PERSEMBAHAN




      Skripsi ini Kupersembahkan untuk :
   ♦ Allah SWT, arti hadirmu dalam setiap langkah-
      langkahku sangat berarti.
   ♦ Alm. Ayahanda dan Ibunda, pengukir jiwa
      ragaku yang selalu mendo’akanku.
   ♦ Kakak-kakakku tersayang
   ♦ My Sweet Heart yang kusayangi yang selalu
      mendampingiku dan memberikan kasih sayang
      yang tak ternilai harganya.




             vi
KATA PENGANTAR




       Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas kekuatan yang diberikan Allah

padaku untuk bisa berjuang menyelesaikan amanah dan segala kewajibanku

sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS

PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK UMUM

DI DIY (1986 – 2005). Skripsi ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas

Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

       Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan yang penulis miliki. Terima kasih atas segala kritik dan saran yang

bersifat membangun yang telah dan akan penulis terima. Penulis menghaturkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Jaka Sriyana SE.,M.Si. selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, waktu, tenaga,

arahan, dan motivasi dengan segala ketelitian dan kesabarannya sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

       Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan

berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

   1. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi

       Universitas Islam Indonesia




                                       vii
2. Dr. Jaka Sriyana, SE., M.Si. selaku Kaprodi Ekonomi Pembangunan

   Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

3. Ibu Diana Wijayanti, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik,

   terima kasih atas bimbingan dan nasehatnya selama ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia khususnya

   jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan Ilmu yamg sangat berharga.

5. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia,

   khususnya kepada pak Anjar yang telah banyak membantuku.

6. Alm. Bapak & Ibu tercinta yang selalu menguatkan diriku dengan do’a,

   yang selalu memberiku kasih sayang, dukungan moril maupun materiil

   yang tak ternilai harganya, serta menasehatiku dan membimbingku untuk

   keberhasilan dalam segala hal.

7. Kakak-kakakku tersayang Mas Vembri & Mba Mia, makasih atas

   perhatian dan kasih sayangnya selama ini.

8. Mas Huda tersayang yang selalu memberiku semangat dan dukungan,

   serta kesabarannya memdampingiku dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Eyang-eyangku (eyang pujo & eyang birin) dan keluarga besarku. Atas

   do’a dan kasih sayangnya selama ini.

10. Keluarga “Mas Huda”, makasih atas do’anya.

11. Sahabat- sahabatku,, eca, mega, tice, te2h, reka, maya, meta, dini, dita,

   indah, tari”centil” yang t’lah memberi warna dalam hidupku. Thanks

   girl’s...!!!




                                    viii
12. Temen-temen IE ’04 Hendra, Andre, Helmy “ciplux”, Mu2n, Rendy,

       Bagus, Ucup, A2n, Riesza, Asty”onenk”, Uci, Tari, semua anak-anak IE

       2004 kalian semua selalu menjadi salah satu cerita terindah dihati.

   13. Kakak-kakak IE ’02 dan ’03 Donny, Yayak, Agung, C’Thol, m’Duro,

       Tile, Asep, Mz Gondrong, Mb Nelly, Mb Ria, Mb Dewi, Mb Hana.

       Makasih atas bantuannya selama ini.

   14. Teman-teman KKN unit 106 angkatan 34, Indri, Mb Ody, Mz n’Cep,

       Dody, Mz Alfin, Imam, Ari, Udenk, Yuni. Sebuah kegilaan yang nggak

       mungkin tergantikan.

   15. My Vega, yang selalu setia mengantarku kemanapun hehehe...!!!

   16. Semua pihak yang penyusun tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah

       memberi masukan-masukan dan bantuan guna penyelesaian skripsi ini.

       Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan

rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan

keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak

menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan.

       Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi yang berkepentingan.



                                                      Yogyakarta, Desember 2007

                                                                 Penulis




                                                             Yunita Fitri W



                                        ix
DAFTAR ISI




Halaman Judul....................................................................................................... i
Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme............................................................... ii
Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................ iii
Halaman Berita Acara Ujian Skripsi..................................................................... iv
Halaman Motto ..................................................................................................... v
Halaman Persembahan .......................................................................................... vi
Halaman Kata Pengantar....................................................................................... vii
Daftar Isi ............................................................................................................... x
Daftar Tabel .......................................................................................................... xiv
Daftar Gambar....................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 10
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................... 12
2.1. Kajian Pustaka................................................................................................ 12
2.2 Landasan Teori ............................................................................................... 17
     2.2.1. Pengertian Permintaan. ......................................................................... 17
               2.2.1.1. Hukum permintaan .................................................................. 18
               2.2.1.2. Fungsi Permintaan ................................................................... 19
               2.2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ....................... 20
     2.2.2. Deposito Berjangka............................................................................... 22
     2.2.3. Produk Domestik Bruto ........................................................................ 26
     2.2.4. Teori Tingkat Suku Bunga.................................................................... 27




                                                              x
2.2.4.1. Teori Klasik ............................................................................. 28
              2.2.4.2. Teori Irving Fisher ................................................................... 30
              2.2.4.3. Teori Keynesian ....................................................................... 32
     2.2.5. Inflasi. ................................................................................................... 32
              2.2.5.1. Jenis-jesis Inflasi...................................................................... 33
              2.2.5.2. Teori Inflasi.............................................................................. 35
              2.2.5.3. Indikator Inflasi........................................................................ 37
2.3. Hubungan variabel Dependen dengan Variabel Independen ........................ 38
     2.3.1. Hubungan PDRB dengan Simpanan..................................................... 38
     2.3.2. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Simpanan .............................. 39
     2.3.3. Hubungan Laju Inflasi dengan Simpanan............................................. 40
2.4. Hipotesis Penelitian........................................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 42
3.1. Jenis Dan Sumber Data .................................................................................. 42
3.2. Definisi Variabel ............................................................................................ 42
     3.2.1. Variabel Dependen ............................................................................... 42
     3.2.2. Variabel Independen ............................................................................. 43
3.3. Metode Analisis Data..................................................................................... 44
     3.3.1. Pendekatan Error Correction Model (ECM) ........................................ 44
     3.3.2. Analisa Ddeskriptif ............................................................................... 45
              3.3.2.1. Uji Akar Unit Dan Uji Derajat Integrasi.................................. 45
              3.3.2.2. Uji Kointegrasi......................................................................... 48
     3.3.3. Analisa Statistik .................................................................................... 53
              3.3.3.1. Uji t (uji signifikansi secara individu)...................................... 53
              3.3.3.2. Uji F (uji secara bersama-sama)............................................... 54
              3.3.3.3. Koefisien determinasi (R2)....................................................... 55
     3.3.4. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................................... 55
              3.3.4.1. Uji Korelasi Parsial Antar Variabel Independen...................... 56
              3.3.4.2. Uji Heteroskedastisitas (Metode White) .................................. 56
              3.3.4.3. Autokorelasi ............................................................................. 57
BAB IV HASIL DAN ANALISIS ...................................................................... 59



                                                           xi
4.1. Deskripsi Data Penelitian............................................................................... 59
4.2. Hasil dan Analisis .......................................................................................... 61
     4.2.1. Uji Akar Unit dan Uji Integrasi............................................................. 61
     4.2.2. Uji Kointegrasi ...................................................................................... 64
     4.2.3. Pendekatan Error Correction Model (ECM) ........................................ 65
     4.2.4. Analisis Statistik Jangka Pendek........................................................... 68
             4.2.4.1. Uji Secara Individual (Uji t)...................................................... 68
                        4.2.4.1.1. Uji t terhadap parameter β1 (DX1)............................. 70
                        4.2.4.1.2. Uji t terhadap parameter β2 (DX2)............................. 70
                        4.2.4.1.3. Uji t terhadap parameter β3 (DX3)............................. 71
             4.2.4.2. Uji Secara serempak (Uji F) .................................................... 72
             4.2.4.3. Koefisien Determinasi (R2) ..................................................... 72
             4.2.4.4. Pengujian Asumsi Klasik ........................................................ 73
                        4.2.4.4.1. Uji Multikolinieritas Jangka Pendek ........................ 73
                        4.2.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas Jangka Pendek..................... 74
                        4.2.4.4.3. Uji Autokorelasi Jangka Pendek .............................. 76
     4.2.5. Anallisis Statistik Jangka Panjang.........................................................77
             4.2.5.1. Uji Secara Individual (Uji t)...................................................... 78
                        4.2.5.1.1. Uji t terhadap parameter β1 (X1) ................................ 79
                        4.2.5.1.2. Uji t terhadap parameter β2 (X2)................................ 80
                        4.2.5.1.3. Uji t terhadap parameter β3 (X3) ................................ 80
             4.2.5.2. Uji Secara Serempak (Uji F) ..................................................... 81
             4.2.5.3. Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 82
     4.2.6. Analisis Ekonomi.................................................................................. 82
             4.2.6.1. Pengaruh PDRB Terhadap Deposito Berjangka Rupiah........... 83
             4.2.6.2. Pengaruh Suku bunga Deposito Terhadap Deposito Berjangka
                         Rupiah ...................................................................................... 84
             4.2.6.3. Pengaruh Laju Inflasi Terhadap Deposito Berjangka Rupiah... 85
BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI............................................................ 87
  5.1 Simpulan ...................................................................................................... 87
  5.2 Implikasi ...................................................................................................... 89



                                                          xii
Daftar Pustaka
Lampiran




                 xiii
DAFTAR TABEL


Tabel                                                                                                Halaman

1.1 Posisi Dana Simpanan Rupiah dan Valuta Asing Pada Bank Umum
       Menurut Kelompok Bank di DIY .............................................................. 4
1.2 Posisi Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum Menurut
       Kelompok Bank di DIY ............................................................................. 7
3.1. Nilai CRDW/DW Stat Untuk Uji Kointergrasi...........................................50
3.2    Nilai DF Untuk Uji Kointegrasi................................................................. 51
3.3. Nilai ADF Untuk Uji Kointegrasi .............................................................. 51
3.4. Uji Statistik Durbin-Watson....................................................................... 57
4.1. Data Observasi ........................................................................................... 59
4.2. Hasil Estimasi Akar-Akar Unit Pada Ordo Nol ......................................... 62
4.3. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Pertama Dengan Nilai Kritis
       MacKinnon 10% ........................................................................................ 63
4.4. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Kedua Dengan Nilai Kritis
       MacKinnon 10% ........................................................................................ 64
4.5. Nilai Regresi Uji Kointegrasi..................................................................... 65
4.6. Hasil Estimasi Model Dinamis ECM......................................................... 67
4.7. Hasil Uji t Jangka Pendeek ........................................................................ 69
4.8. Hasil Uji Multikolinieritas Jangka pendek................................................. 74
4.9. Hasil Heteroskedastisitas Jangka Pendek................................................... 75
4.10. Hasil Autokorelasi...................................................................................... 76
4.11. Hasil Analisis Regresi ................................................................................ 77
4.12. Hasil Uji t Jangka Panjang ......................................................................... 79




                                                       xiv
DAFTAR GAMBAR



Gambar                                                                                            Halaman

1.1. Hukum Permintaan ....................................................................................... 19
1.2. Grafik Keseimbangan Tingkat Bunga............................................................ 29
3.1. Statistik Durbin-Watson d.............................................................................. 57




                                                      xv
DAFTAR LAMPIRAN



lampiran

   I.    Data Observasi

   II.   Hasil Estimasi Akar-akar Unit Pada Ordo Nol

   III. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Pertama Dengan Nilai Kritis

         MacKinnon 10%

   IV. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Kedua Dengan Nilai Kritis

         MacKinnon 10%

   V.    Hasil Estimasi Regresi Linier

   VI. Hasil Estimasi Model Dinamis ECM

   VII. Uji Multikolinieritas Jangka Pendek

   VIII. Uji Heteroskedastisitas Jangka Pendek

   IX. Uji Autokorelasi Jangka Pendek




                                         xvi
BAB I

                              PENDAHULUAN




1.1 Latar Belakang Masalah

           Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang membangun,

   memiliki    banyak    permasalahan     yang    dihadapi   dalam    melekukan

   pembangunan. Salah satu masalah tersebut adalah kecilnya modal yang

   dimiliki. Modal sebagai sumber pembiayaan pembangunan bisa berasal dari

   dalam negeri maupun luar negeri.

           Modal pembangunan yang berasal dari luar negeri mempunyai fungsi

   sebagai pelengkap dana domestik yang belum memadai untuk membiayai

   seluruh proses pembangunan di Indonesia. Namun demikian, modal

   pembangunan yang berasal dari luar negeri sangatlah besar resikonya. Tidak

   hanya membebani anggaran penerimaan dan belanja negara tiap tahunnya,

   tetapi biasanya juga disertai campur tangan urusan dalam negeri oleh negara

   donor. Menciptakan ketergantungan terhadap negara-negara/ lembaga donor,

   menimbulkan beban hutanh yang semakin berat, dan juga turut andil dalam

   terjadinya krisis nilai tukar dan krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan

   1997. Hal ini memuat bayak pihak tidak menyukai sumber modal dari luar

   negeri. Dengan kata lain sumber modal luar negeri merupakan alternatif

   terakhir.
Modal pembangunan yang berasal dari dalam negeri biasanya

dihimpun dari dana masyarakat. Lembaga perbankan merupakan salah satu

lembaga yang mempunyai potensi untuk menghimpun dana masyarakat.

Masyarakat akan menyisihkan sebagian dari pendapatannya yang tidak

dikonsumsi untuk menabung. Tabungan inilah yang akan dihimpun oleh

pihak bank sebagai dana pihak ketiga (DPK). Dimana tabungan ini hanya

akan terjadi jika perkembangan ekonomi Indonesia bisa berjalan dengan

lancar dan memungkinkan rakyat Indonesia buat menabung. Dana yang

dihimpun bank biasanya dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan.

       Indonesia barangkali termasuk salah satu negara yang swampai saat

ini belum mempunyai sisitem pengamanan atas dana masyarakat yang

disimpan di bank. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila pada saat

pemerintah melikuidasi 16 bank swasta, terjadi rush dalam bentuk penarikan

uang oleh masyarakat dalam jumlah yang besar di berbagai bank. Hal

tersebut dilakukan karena masyarakat merasa tidak aman kalau terus

menyimpan uangnya di bank.

       Masalah keamanan dana yang disimpan di bank baru disadari oleh

masyarakat pada saat pemerintah melikuidasi sejumlah bank yang

bermasalah. Para nasabah bank yang dilikuidasi ternyata mengalami kesulitan

untuk menarik dananya. Atas sara IMF pemerintah diwajibkan untuk

memberikan apa yang disebut blanket guarantee, yaitu berupa program

penjaminan atas dana masyarakat yang disimpan di bank.Lembaga yang

bertugas untuk menjamin dana masyarakat yang di simpan di bank adalah
insurance deposit scheme (IDS). IDS adalah suatu skema penjaminan yang

disediakan oleh perusahaan asuransi untuk menjamin dana masyarakat yang

disimpan di suatu bank. Jadi bentuk penjaminan atas resiko dana masyarakat

yang disimpan di bank dilaksanakan dengan menggunakan prinsip asuransi.

       Mekanisme penjaminan tersebut tentunya dilakukan oleh bank

terhadap perusahaan asuransi deposito dengan membayar sejumlah premi.

Besar kecilnya premi tergantung kepada cakupan pertanggungan yang akan

dipikul oleh perusahaan asuransi deposito. Keikutsertaan bank terhadap

program penjaminan deposito sudah seharusnya bersikap wajib. Wajib dalam

arti semua bank yang beroperasi di Indonesia harus mengasuransikan

deposito dari masyarakat. Dengan adanya IDS tersebut maka masyarakat

tidak perlu mengkwatirkan dana yang sudah disimpan di bank, karena sudah

ada penjaminan asurnsu deposito dari bank yang bersangkutan.

       Perkembangan dana simpanan perbankan menunjukkan peningkatan

yang tinggi selama tahun 1986-1987, yaitu Rp 171.353 juta ditahun 1986 dan

Rp 215.861 juta ditahun 1987. Posisi dana simpanan dari tahun ke tahun

mengalami kenaikan secara bertahap. Dana simpanan mengalami kenaikan

yang cukup tinggi pada tahun1996-1998, dari posisi Rp 2.157.057 juta pada

tahun 1996 menjadi Rp 2.598.171 juta pada tahun 1997 dan Rp 4.529.470

juta pda tahun 1998. Posisi dana simpanan dari tahun 1999-2005 terus

meningkat, yaitu Rp 5.420.702 juta pada tahun 1999 dan Rp 11.450.510 juta

pada tahun 2005.
Tabel 1.1
Posisi Dana Simpanan Rupiah dan Valuta Asing Pada Bank Umum
                Menurut Kelompok Bank di DIY
                   1986-2005 (Juta Rupiah)
                                     Bank

       Akhir        Bank            Swasta      Bank

      Periode    Pemerintah        Nasional     Umum

       1986        131.348          40.005     171.353

       1987        146.088          69.773     215.861

       1988        194.127          87.941     282.068

       1989        266.728          183.977    450.705

       1990        363.252          277.347    640.599

       1991        456.814          348.291    805.105

       1992        593.156          365.316    958.472

       1993        757.258          436.772    1.194.030

       1994        884.243          551.544    1.435.787

       1995        994.018          715.270    1.709.288

       1996       1.182.478         974.579    2.157.057

       1997       1.582.965        1.015.206   2.598.171

       1998       2.949.807        1.579.663   4.529.470

       1999       3.372.500        2.048.202   5.420.702

       2000       3.799.205        2.313.403   6.113.211

       2001       4.824.049        2.728.932   7.552.981
2002         5.226.429      3.002.162       8.228.591

         2003         6.036.798      3.120.492       9.157.290

         2004         6.626.738      3.586.363      10.213.101

         2005         7.356.775      4.103.735      11.450.510

      Sumber: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah,
             Berbagai Tahun Terbitan.


       Guna mendukung peningkatan kinerja perbankan, pemerinyah telah

banyak mengeluarkan kebijakan di bidang keuangan. Paket 1 Juni 1983

(PAKJUN ’83) dapat dikatakan sebagai kebijakan liberalisasi perbankan.

Bank dapat menentukan tingkat bunga yang dianggap memadai dengan

mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain perbedaan tingkat inflasi

antar negra, disparitas mata uang domestik dengan mata uang negara lain,

perbedaan suku bunga domestik dengan suku bunga internasional, dan

perbedaan pendapatan nasional antar negara. Dengan berhasilnya liberalisasi

perbankan, maka arus pengalihan Rupiah ke mata uang asing dapat

dibendung. Dalam lingkup yang lebih luas, keberhasilan liberalisasi

perbankan dipengaruhi oleh sistem dana masyarakat untuk tujuan investsi

jangka panjang dan peningkatan ekspor.

       Pada tahun 1988, disusul dengan dikeluarkannya paket Oktober 1988

(PAKTO ’88). Dalam paket ini pada intinya pemerintah menjamin dana

masyarakat yang ada di bank secara preventif dan memberi kesempatan yang

sama antar bank swasta dan bank pemerintah untuk dapat bersaing dalam
menghimpun dana masyarakat. Hasil kebijakan tersebut cukup memuaskan

dengan meningkatnya dana deposito, giro, tabungan.

       Sesuai dengan Undang-Undang perbankan no 10 tahun 1998,

penghimpunan dana yang berupa simpanan masyarakat yang salah satunya

adalah dilakukan oleh Bank Umum. Bentuk simpanan masyarakat tersebut

dapat berupa: Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan

bentuk lain yang dapat dipersamakan

       Dari berbagai jenis simpanan masyarakat baik dalam rupiah maupun

valuta asing yang palin besar porsinya adalah komponen deposito berjangka.

Posisi simpanan berjangka atau deposito berjangka pada bank umum di

Yogyakarta mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 1986-1990

yaitu Rp 78.678 juta dan Rp 349.700 juta pada tahun 1990. Akan tetapi posisi

deposito berjangka menunjukkan perkembangan yang tidak stabil pada tahun

1997-1999, yaitu Rp 1.477.973 juta pada tahun 1997, mengalami kenaikan

yang tinggi Rp 3.140.804 pada tahun 1998, dan mengalami penurunan

simpanan pada tahun 1999 yaitu sebesar Rp 2.649.307 juta. Posisi simpanan

berjangka kembali megalami kenaikan pada tahun 2004-2005, yaitu Rp

2.656.517 juta pada tahun 2004, menjadi Rp 3.907.451 pada tahun 2005.
Tabel 1.2
Posisi Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum
          Menurut Kelompok Bank di DIY
             1986-2005 (Juta Rupiah)



                            Bank

 Akhir         Bank         Swasta        Bank

Periode     Pemerintah     Nasional       Umum

  1986         51.981       26.697        78.678

  1987         62.734       54.274       117.008

  1988         83.436       66.616       150.052

  1989        106.113      103.761       209.874

  1990        176.996      172.704       349.700

  1991        191.765      190.776       382.541

  1992        216.475      157.614       374.089

  1993        208.072      194.937       403.009

  1994        221.361      286.661       508.022

  1995        250.072      347.376       597.448

  1996        306.619      492.418       799.037

  1997        856.362      621.611       1.477.973

  1998       1.909.773    1.231.031      3.140.804

  1999       1.546.550    1.147.757      2.694.307

  2000       1.391.601    1.007.316      2.398.917
2001      1.793.232      1.118.084      2.911.316

             2002      1.809.623      1.168.978      2.978.601

             2003      1.750.162      1.014.937      2.765.099

             2004      1.630.062      1.026.455      2.656.517

             2005      2.239.192      1.668.259      3.907.451

      Sumber: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah,
             Berbagai Tahun Terbitan


       Menurut kepemilikan sahamnya, bank umum di Indonesia dibagi

menjadi empat, yaitu Bank Persero, Bank Swasta Nasional, Bank Pemerintah

Daerah, Bank Asing dan Campuran. Akan tetapi di Daerah Istimewa

Yogyakarta dari keempat bank tersebut hanya Bank Pemerintah Daerah dan

Bank Swasta Nasional yang memiliki peranan dominan dalam penghimpunan

deposito berjagaka rupiah.

       Berdasarkan uraian diatas, penghimpunan deposito berjangka

terutama deposito dalam rupiah oleh bank umum, pada awalnya sangat

bergantung pada kemampuan masyarakat dalam menyimpan dananya,

dimana kemampuan ini tercermin dari Pendapatan Nasional. Sebelum

masyarakat    memutuskan     untuk menyimpan dananya pada lembaga

perbankan, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu tingkat

bunga nasional, nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS. Menurut teori klasik,

Tingkat bunga merupakan fungsi dari tabungan. Dimana pada tingkat bunga

yang lebih tinggi, masyarakat akan lebih terdorong untuk menyimpan

dananya pada lembaga perbankan.
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuaraikan

   tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Analisis

   Permintaan Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum di DIY

   Tahun 1986-2005”



1.2 Rumusan Masalah

          Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang akan

   diangkat dalam penelitian ini adalah :

       1. Apakah produk domestik regional bruto (PDRB) mempunyai

          pengaruh terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank

          umum di DIY?

       2. Apakah tingkat suku bunga deposito mempunyai pengaruh terhadap

          permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY?

       3. Apakah laju inflasi mempunyai pengaruh terhadap permintaan

          deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY?



1.3 Tujuan Penelitian

       1. Untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto

          (PDRB) terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank

          umum di DIY.

       2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito terhadap

          permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY.
3. Untuk menganalisis pengaruh laju inflasi terhadap permintaan

          deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY.



1.4 Manfaat Penelitian

      Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

       1. Sebagai bahan pembanding bagi pembaca yang tertarik untuk

          meneliti hal yang sama dimasa mendatang.

       2. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas

          Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

       3. Sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan, terkait

          dengan deposito berjangka bagi pihak yang berkepentingan.
1.5 Sistematika Penulisan

   BAB I     PENDAHULUAN

             1.1 Latar Belakang Masalah

             1.2 Rumusan Masalah

             1.3 Tujuan Penelitian

             1.4 Manfaat penelitian

   BAB II    KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

             Kajian Pustaka berisi pendokumentasian dan pengkajian hasil dari

             penelitian-penelitian yang pernah dilakukan pada area yang sama.

             Landasan Teori merupakan bagaimana cara peneliti menteorikan

             hubungan variabel yang terlibat dalam permasalahan yang

             diangkat pada penelitian tersebut.

   BAB III   METODE PENELITIAN

             Bab ini menguraikan tentang metode analisis yang digunakan

             dalam penelitian dan data-data yang digunakan beserta sumber

             data.

   BAB IV    HASIL DAN ANALISIS

             Bab ini berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam

             penelitian. Menguraikan tentang deskripsi data dan analisis hasil

             regresi.

   BAB V     SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berisi uraian mengenai kesimpulan dan implikasi yang dapat

penulis ajukan sehubungan dengan penelitian yang telah

dilakukan.
BAB II

             KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI




2.1 KAJIAN PUSTAKA

         U Tun Wai (1972) melakukan penelitian tentang variabel-variabel

  yang mempengaruhi simpanan nasional. Salah satu tujuan penting dari

  penelitian yang dilakukan oleh U Tun Wai adalah untuk menambah

  determinasi baru dari simpanan nasional, yaitu lembaga perantara keuangan.

  Penelitian ini menggunakan sampel 15 negara maju dan 35 negara

  berkembang. Variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui variasi

  variabel terikat (national saving) yaitu : pendapatan masyarakat, tingkat

  bunga riil, capital inflows, lembaga perantara keuangan dan variabel dummy

  (time dummy dan regional dummy).

         Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pendapatan masyarakat

  mempunyai pengaruh positif terhadap simpanan nasional. Tingkat keyakinan

  lebih besar apabila diterapkan di negara berkembang daripada di negara maju.

  Lembaga perantara keuangan juga mempunyai pengaruh positif terhadap

  simpanan nasional. Capital inflows mempunyai pengaruh negative terhadap

  simpanan nasional apabila diterapkan di negara berkembang, tetapi apabila

  diterapkan di negara maju akan mempunyai pengaruh positif. Tingkat bunga

  riil mempunyai pengaruh yang positif terhadap simpanan nasional.
Peneliti lain, Danoesapoetro,et.al. (1990) melekukan penelitian

mengenai “peranan dan prospek bank perkreditan rakyat dalam rangka

kebijakan pakto 1998”. Dengan meneliti jumlah bank perkreditan rakyat,

perkembangan dana yang dihimpun dan perkembangan pinjaman yang

diberikan oleh bank perkreditan rakyat di Indonesia, disimpulkan bahwa

bahwa kebijakan pakto 1988 mempermudah prosedur pembentukan bank-

bank sampai pada tingkat kecamatan. Dampak dari kondisi tersebut adalah

bertambahnya jumlah kantor bank perkreditan rakyat yang selanjutnya

menyebabkan peningkatan jumlah dana yang dihimpun dan kredit yang

disalurkan.

       Penelitian Sumaryati (1992) mengenai “analisis efisiensi pengelolaan

dana perbankan di Indonesia”. Tujuan penelitiannya adalah untuk

menganalisis pengaruh kebijaksanaan pemerintah di bidang keuangan,

moneter dan perbankan pada tanggal 27 oktober 1988 (PAKTO 88) terhadap

efisiensi pengelolaan dana perbankan khususnya bank swasta devisa. Analisis

dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan secara

makro dan mikro. Secara makro dengan melakukan estimasi fungsi deposito,

fungsi kredit, dan fungsi pendapatan. Sedangkan pendekatan secara mikro

dengan menganalisis beberapa rasio efisiensi usaha pada masing-masing bank

yang bersangkutan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terhadap pengaruh

positif yang bermakna dari tingkat suku bunga deposito, jumlah tenaga kerja,

pengeluaran lain-lain, serta jumlah aktiva terhadap jumlah deposito yang

berhasil dihimpun oleh bank.
Peneliti lain Kusdianto (1994) melakukan penelitian tentang pengaruh

beberapa factor terhadap dana deposito dan kredit bank-bank umum devisa di

Indonesia, sebelum dan sesudah pakto 1988. Dalam penelitian ini digunakan

variabel bebas suku bunga deposito, biaya promosi, dan total aktiva

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah deposito bank,

baik sebelum maupun sesudah pakto 1988.

       Shigeyuki Abe (1997) melekukan penelitian tentang simpanan

domestic (domestic saving). Penelitian ini dilakukan terhadap enam negara

Asia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto,

suku bunga deposito, pengharapan tingkat laju inflasi, dan pertumbuhan

simpanan valuta asing. Kesimpulan dari penelitian Abe adalah bahwa suku

bunga deposito dan produk domestic bruto mempunyai pengaruh positif

terhadap simpanan domestic.

       Deby Retno Damayanti (1999), Penelitian berjudul “Hubungan

kausalitas antara inflasi dan tingkat bunga deposito”. Penelitian ini

menggunakan uji Kausalitas Granger (1969), kemudian pengujian hipotesa

menggunakan Uji F dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan nilai

F tabel. Variabel yang digunakan yaitu suku bunga deposito 3 bulan dan

inflasi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah dari hasil regresi

fungsi suku bunga deposito terlihat bahwa hasil regresinya tersebut tidak

memberikan hasil yang signifikan, baik pada lag 3, lag 4 maupun lag 5,

Fhitung < Ftabel. Bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap suku bunga

deposito.
Edy Suandi Hamid (1999) dalam penelitiannya ”Analisis PAM dalam

permintaan deposito di Indonesia”. Data yang digunakan dalam bentuk data

kuartalan tahun 1984-1995. Variabel yang digunakan adalah tingkat bunga

nasional, reserve Requirement (Giro Wajib Minimum), nilai tukar tukar

Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan tingakat deposito tahun lalu.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah variabel tingkat suku

bunga nasional, reserve Requirement (Giro Wajib Minimum), nilai tukar

Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan tingkat deposito tahun lalu berpengaruh

positif dan signifikan terhadap permintaan deposito di Indonesia (Edy Suandi

Hamid, 1999: 19)

       Peneliti lain Budiono (2001) dengan judul “Faktor-faktor yang

mempengaruhi penghimpunan deposito berjangka pada bank umum

pemerintah dan bank swasta nasional di Indonesia”. Dalam penelitian ini

menggunakan metode regresi berganda double log atau natural log, dengan

menggunakan α = 0.05. berdasarkan hasil analisis dapat dilihat ada dua

variabel bebas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penghimpunan

deposito berjangka pada bank umum pemerintah dan bank umum swasta

nasional yaitu pendapatan nasional dan total aktiva bank. Sedangkan variabel

lain tingkat bunga, tingkat inflasi, dan jumlah kantor bank tidak mempunyai

pengaruh yang bermakna terhadap penghimpunan deposito berjangka pada

bank umum pemerintah dan bank umum swasta nasional.

       Penelitian Wahyu Setianingsih (2001) melakukan penelitian tentang

factor-faktor yang mempengaruhi deposito berjangka rupiah pada bank
pemerintah. Variabel yang digunakan adalah PDB riil per kapita, tingkat suku

bunga deposito, dan nilai rupiah terhadap dollar. Alat analisis yang digunakan

adalah PAM. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa PDB riil per kapita,

tingkat suku bunga deposito, dan tingkat deposito periode sebelumnya

berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito berjangka rupiah.

       Penelitian Titik Sulastri (2002) dengan judul penelitian “Analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi dana perbankan tahun 1978-1999” dalam

penelitian ini menggunakan metode kuadarat terkecil biasa disebut OLS.

Variabel yang digunakan adalah PDB, JUB, tingkat suku bunga dan IHK.

Dari penelitian ini disimpulkan ada dua variabel yang berpengaruh signifikan

terhadap dana perbankan yaitu PDB dan suku bunga.

       Siti Fatimah N dan Kurniawati Niladewi (2003) dalam penelitiannya

“Analisis permintaan deposito dalam valuta asing pada bank swasta di

Indonesia”. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis PAM dengan

variabel yang digunakan adalah PDB perkapita, suku bunga deposito, nilai

tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, LIBOR. Hasil dari penelitian ini

menyebutkan bahwa variabel suku bunga deposito, LIBOR dan deposito

valuta asing periode sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap

permintaan Deposito dalam valuta asing.

       Peneliti Ikha Novianti (2004) meneliti tentang “Analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi deposito berjangka bank umum di Indonesia. Variabel

yang digunakan adalah Pendapatan Nasional, tingkat suku bunga deposito,

total aktiva bank umum, jumlah kantor bank umum. Alat analisis yang
digunakan adalah PAM. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada tiga

   variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap deposito berjangka

   bank umum di Indonesia, yaitu tingkat suku bunga deposito, total aktiva bank

   umum dan tingkat deposito sebelumnya.

          Peneliti Tuti (2006) meneliti tentang “Analisis permintaan deposito

   berjangka dalam negeri pada bank umum di Indonesia”. Variabel yang

   digunakan adalah tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika,

   suku bunga deposito dalam negeri. Alat analisis yang digunakan adalah

   PAM. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada dua variabel yang

   berpengaruh secara signifikan terhadap deposito berjangka dalam negeri bank

   umum di Indonesia, yaitu tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap

   Dollar Amerika.



2.2 Landasan Teori

 2.2.1 Pengertian Permintaan

           Permintaan dalam ilmu ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah

   suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga

   untuk suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi

   oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik

   sedangkan pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan

   turun. Sebaliknya, jika harga barang turun, sedang pendapatan tidak berubah

   maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau bertambah.
Konsep permintaan juga dibedakan antara permintaan individu dan

permintaan pasar. Permintaan pasar adalah permintaan-permintaan individu

setiap konsumen. Dalam analisis permintaan hanya satu faktor yang

berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta yaitu harga produk,

sedangkan faktor-faktor lain seperti selera, pendapatan dan faktor diluar itu

dianggap sebagai cateris paribus (tidak berubah). Dengan demikian dapat

diketahui hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan tingkat harga

tersebut. Berdasarkan uraian tersebut pengertian permintaan adalah suatu

fungsi yang digambarkan sebagai garis, kurva, suatu daftar atau skedul.

       Para ahli ekonomi membedakan pemakainan istilah fungsi permintaan

dan kurva permintaan. Fungsi permintaan menghubungkan kuantitas yang

diminta dengan harga barang tersebut juga dengan faktor-faktor lainnya yang

besar pengaruhnya terhadap permintaan, seperti: pendapatan konsumen yang

bersangkutan, harga barang pengganti, harga barng komplementer dan

citarasa. Kurva atau skedul permintaan hanya menghubungkan kuantitas yang

diminta dengan harga satuan barang tersebut.



2.2.1.1 Hukum Permintaan

     Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana ada

dalam hukum permintaan yang menyatakan bahwa, bila harga suatu barang

naik (cateris paribus) maka, jumlah yang diminta konsumen akan barang

tersebut turun dan sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka jumlah

barang tersebut yang diminta konsumen akan naik. Cateris paribus berarti
bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah barang yang

diminta dianggap tidak berubah (Boediono, 1998).



                           P




                                            A
                         P0
                                                  B
                         P1


                               0            Q0   Q1         Q

                              Gambar 1.1 Kurva Permintaan




2.2.1.2 Fungsi Permintaan

          Fungsi permintaan sesungguhnya menunjukan hubungan antara

variabel tidak bebas dengan semua variabel yang dapat mempengaruhi

besarnya variabel tidak bebas. Fungsi permintaan dapat ditulis sebagai

berikut (Suparmoko, 1990):

            Qa = f (PA, PB-Z, I, T, A, N)

   Keterangan:

   Qa       =      Jumlah barang yang diminta

   PA       =      Harga barang A

   PB-Z     =      Harga barang lain

   I        =      tingkat pendapatan konsumen
T      =       Selera konsumen

   A      =       Pengeluaran perusahaan untuk advertensi

   N      =       Jumlah penduduk



2.2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

       Menurut Faried Wijaya (1991) selain harga barang itu sendiri, faktor-

faktor lain yang menentukan permintaan individu maupun pasar adalah:

   a. Selera Konsumen

       Perubahan selera konsumen yang lebih menyenangi barang tersebut

       misalnya, akan berarti lebih banyak barang yang akan diminta pada

       setiap tingkat harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan

       akan bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen

       akan barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti

       kurva permintaan bergeser ke kiri.

   b. Banyaknya konsumen pembeli

       Bila volume pembelian oleh masing-masing konsumen adalah sama,

       maka kenaikan jumlah konsumen dipasar akan menyebabkan

       kenaikan permintaan, sehingga kurva bergeser ke kanan. Penurunan

       jumlah atau banyaknya konsumen akan menyebabkan penurunan

       permintaan.
c. Pendapatan konsumen

   Pengaruh perubahan pendapatan terhadap permintaan mempunyai dua

   kemungkinan. Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap

   pendapatan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan pendapatan akan

   menaikkan permintaan. Hal ini terjadi bila barang tersebut merupakan

   barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan efek

   banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus barang

   inferior, maka kenaikan pendapatan justru akan menurunkan

   permintaan.

d. Harga barang-barang lain yang bersangkutan

   Barang-barang lain yang bersangkutan biasanya merupakan barang

   subtitusi   (pengganti)   atau   barang   komplementer   (pelengkap).

   Kenaikan barang subtitusi berarti penurunan harga barang tersebut

   secara relatif meskipun harganya tetap, tidak berubah, sehingga

   barang tersebut bisa lebih murah secara relatif. Permintaan suatu

   barang akan naik bila harga barang penggantinya turun, maka

   permintaan akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang

   tersebut harganya lebih mahal dibandingkan harga penggantinya.

   Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang tertentu akan

   menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun, dan sebaliknya.

e. Ekspektasi (perkiraan harga-harga barang dan pendapatan di mdepan)

   Ekspektasi para konsumen bahwa harga-harga akan naik di masa

   depan mungkin menyebabkan mereka membeli barang tersebut
sekarang untuk menghindari kemungkinan kerugian akibat adanya

        kenaikan harga tersebut. Demikian juga halnya bila konsumen

        memperkirakan pendapatannya akan naik di masa depan. Sebaliknya,

        terjadi penurunan permintaan bila para konsumen memperkirakan

        bahwa di masa depan harga-harga akan naik atau pendapatannya akan

        turun.



2.2.2 Deposito Berjangka

        Sumber dana dari masyarakat (dana pihak ketiga) merupakan sumber

 dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran

 keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.

 Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan lebih mudah jika

 dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Penghimpunan dana dari

 masyarakat dapat dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang

 relatif lebih tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya

 seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana

 yang bersumber dari masyarakat adalah jumlahnya yang tidak terbatas baik

 berasal dari perorangan (rumah tangga), perusahaan, maupun lembaga

 masyarakat lainnya. Sedangkan kerugiannya adalah biayanya yang relatif

 lebih mahal jika dibandingkan dengan dana dari modal sendiri, misalnya

 untuk biaya bunga atau biaya promosi. Ada tiga jenis simpanan sebagi sarana

 untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu: simpanan Giro, tabungan,

 dan deposito (Martono, 2003:39)
Simpanan deposito dalam undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

dinyatakan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

Berbeda dengan giro dan tabungan, simpanan deposito mengandung unsur

jangka waktu (jatuh tempo) yang lebih panjang dan dapat ditarik atau

dicairkan hanya setelah jatuh tempo. Begitu pula dengan suku bunga relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan giro dan tabungan (Martono, 2003:40)

       Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito

sangat bergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito

mengandung beberapa perbedaan sehingga diperlukan sarana yang berbeda

pula. Sebagai contoh untuk deposito berjangka menggunakan Bilyet deposito,

sedangkan untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito. Dalam

prakteknya ada jenis deposito, yaitu deposito berjangka, sertifikat deposito,

deposit on call. Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan

menurut jngka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi

mulai dari 1,3,6,12, hingga 24 bulan. Deposito berjangka ini hanya dapat

ditarik atau diuangkan pada saat jatuh temponya, oleh pihak yang namanya

tercantum dalam bilyet deposito tersebut. Oleh karena itu, deposito berjangka

merupakan simpanan atas nama. Apabila jangka waktu yang telah ditentukan

habis maka deposan dapat menarik deposito berjangka atau memperpanjang

dengan suatu periode yang diinginkan. Deposito berjangka dapat diterbitkan

atas nama perorangan maupun lembaga.
Penetapan suku bunga untuk setiap jangka waktu ditetapkan masing-

masing bank sesuai dengan perhitungan kondisi bunga di pasar. Bunga

deposito berjangka dibayarkan setiap tanggal jatuh tempo (tanggal yang sama

dengan tanggal pembukuan) atau tanggal jatuh tempo pokok (tanggal

berakhirnya jangka waktu penyimpanan).

       Jenis deposito kedua yaitu sertifikat deposito. Sertifikat deposito

adalah simpanan berjangka atas pembawa atau atas tunjuk, yang dengan ijin

Bank Indonesia dikeluarkan oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapat

diperjualbelikan kepada pihak ketiga (Thomas Suyatno dkk, 1993:38)

       Pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka, perbedaannya

hanyalah bawa sertifikat deposito diterbitkan atas tunjuk dalam bentuk

sertifikat, sedangkan deposito berjangka dikeluarkan atas nama. Jadi,

sertifikat deposito yang ditunjukan harus dibayar oleh bank yang

menerbitkannya. Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka

dalam ari dipotong dari harga nominalnya pada waktu sertifikat deposito itu

dibeli, baik tunai maupun nontunai. Selain itu bunga juga dapat dicairkan

setiap bulan atau jatuh tempo.

       Sebagi catatan tambahan, perlu diperhatikan bahwa bank umum, bnk

pembangunan, ataupun Bank Perkreditan Rakyat, dapat menyelenggarakan

deposito berjangka, artinya dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan berjangka. Tetapi untuk menerbitkan sertifikat deposito,

hanya bank umum dan bank pembangunan yang diperbolehkan. Itupun harus

memperoleh ijin Bank Indonesiasetelah memenuhi syarat tertentu, antara lain
dari segi kesehatan dan kemampuan bank dari segi kebutuhan permodalanya

(Thomas Suyatno, 1993:39).

       Deposit on call yang merupakan jenis deposto ketiga hanya

digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang dalam jumlah besar,

misalnya Rp 25 juta dan sementara waktu belum digunakan. Penerbitan

Deposit on call memiliki jangka waktu minimal 7 (tujuh) hari dan paling

lama kurang dari satu bulan. Deposit on call diterbitkan atas nama. Pencairan

bunga dilakukan pada saat pencairan Deposit on call. Apabila deposan ingin

mencairkan depositonya sebelum Deposit on call tersebut dicairkan sesuai

jangka waktunya, tiga hari sebelumnya deposan terlebih dahulu harus sudah

memberitahukan kepada pihak bank penerbit bahwa yang bersangkutan akan

mencairkan Deposit on call-nya.

       Pada dasarnya deposito tidak dapat ditarik atau dicairkan deposan

sebelum deposito yang bersangkutan tersebut jatuh tempo. Bila hal ini

terpaksa dilakukan, maka penabung dikenakan denda atau biasa disebut

dengan penalty. Denda atau penalty yang dikenakan yaitu sebesar selisih

antara bunga yang diperoleh selama deposito belum jatuh tempo dengan

bunga yang berlaku sesuai dengan lamanya deposito mengendap. Disamping

dikenakan penalty, nasabah juga dikenai biaya administrasi, tergantung dari

besarnya nilai nominal deposito yang bersangkutan.
2.2.3 Produk Domestik Bruto

        Produk Domestik Bruto (GDP- Gross Domestic Products) adalah nilai

 total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian baik

 yang dilakukan oleh penduduk domestik maupun penduduk asing maupun

 orang-orang dari negara lain yang bermukim di negara yang bersangkutan.

 Jadi GNP sama dengan GDP ditambah pendapatan milik penduduk domestik

 yang dikirim dari negara lain berkat kepemilikan mereka atas faktor produksi

 di luar negeri dikurangi pendapatan milik orang asing atas faktor produksi

 yang ada di negara domestik..

         Pendapatan nasional dalam hal ini tercermin dalam PDB. Produk

 Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah Output total yang dihasilkan dalam

 batas wilayah suatu negara selama satu tahun.

        PDB terbagi atas PDB harga berlaku atau nominal dan PDB harga

 konstan atau riil. PDB pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan

 jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dan dinilai menurut

 harga yang berlaku pada tahun tersebut. PDB pada harga konstan, yaitu harga

 yang berlaku pada satu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk

 menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain.

        Produk domestik bruto merupakan ukuran terbaik dari kinerja

 perekonomian karena tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam

 nilai uang tunggal dalam periode waktu tertentu (Mankiw; 1999). Terdapat

 beberapa cara untuk menilai PDB sebagai kinerja sebuah perekonomian, (1)

 dengan melihat PDB sebagai perekonomian total (pendekatan pendapatan)
dari setiap orang yang berada di dalam perekonomian,(2) dengan melihat

 PDB sebagai pengeluaran total (pendekatan pengeluaran) pada output barang

 dan jasa perekonomian. Dari sudut pandang lain, jelaslah mengapa PDB

 merupakan cerminan dari kinerja ekonomi karena mengukur sesuatu yang

 dipedulikan banyak orang (pendapatan) demikian pula dengan output barang

 dan jasa yang memuaskan permintaan rumah tangga, perusahaan dan

 pemerintah. PDB mengukur pendapatan dan pengeluaran perekonomian pada

 outputnya dengan alasan bahwa jumlah keduanya adalah sama dan fakta yang

 mendasar : karena setiap transaksi memiliki penjual dan pembeli, setiap uang

 yang dikeluarkan seorang pembeli menjadi pendapatan seorang penjual yang

 lain.



2.2.4 Teori Tingkat Suku Bunga

         Pengertian dasar dari tingkat bunga yaitu sebagai harga dari

 penggunaaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga

 sebagai “ harga” ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar

 apabila terjadi “pertukaran” antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah

 nanti (misalnya setahun lagi. Hutang piutang timbul karena terjadi

 “pertukaran” semacam ini. “pembeli” dari satu rupiah sekarang dan

 sekaligus “penjual” dari satu rupiah nanti dalah peminjam (debitur),

 sedangkan “penjual” dari satu rupiah sekarang yang sekaligus juga

 “pembeli” satu rupiah nanti, adalah orang yang meminjamkan (kreditur).

 Debitur harus membayar kepada kreditur “harga” dari pertukaran tersebut,
dan harga ini adalah bunga yang dibayar debitur dan yang diterima kreditur

(Boediyono, 1998:75-76)

       Tingkat bunga tidak pernah stabil; hari ini naik besok turun dan

demikian seterusnya. Sejak awal Februari 1984, Bank Indonesia mulai

memperkenalkan fasilitas diskonto dan melalui operasi pasar terbukanya

mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk mengendalikan jumlah

uang beredar. Dampak dari kebijakan tersebut, bank-bank umum pemerintah

bebas menaikkan suku bunga deposito. Hal ini dimaksudkan agar dana

masyarakat dapat digunakan untuk investasi sehingga terjadi kenaikan output.

Langkah kebijakan ini mulai mengarah tercipta dan berfungsinya pasar uang

lebih bebas. Perkembangan selanjutnya yaitu mulai dikenalkan pula Surat

Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai salah satu alat pengendali jumlah uang

beredar.




2.2.4.1 . Teori Klasik

       Bunga adalah “harga” dari (penggunaan) loanable funds. secara bebas

loanable funds diterjemahkan sebaagai dana investasi atau dana yang tersedia

untuk dipinjamkan. Menurut teori klasik merupakan fungsi dari tingkat

bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan seseorang

atau masyarakat untuk menabung uangnya dibank. Artinya, pada tingkat

bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi

atau mengorbankan pengeluaran konsumsinya guna menambah tabungnnya.
Investasi juga tergantung/merupakan fungsi dari tingkat bunga.

Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin

kecil.   Alasannya,     seorang   pengusaha   akan   menambah   pengeluaran

investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar

dari tingkat bunga yang harus ia bayar untuk dana investasi tersebut yang

merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Sebaliknya

makin rendah tingkat suku bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong

untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.

         Tingkat bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan

untuk melakukan investasi. Hal ini tercapai pada saat penabung dan investor

(dalam hal ini pengusaha) untuk melakukan tawar menawar yang pada

akhirnya akan menghasilkan tingkat bunga kesepakatan (keseimbangan).

Scara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan seperti dalam

gambar 1.2.



                     Tingkat Bunga


                                              Tabungan


                i1

                i0
                                             Investasi 1
                                          Investasi 0


                                     F   Dana Investasi

                           Gambar 1. 2 Teori Tingkat Bunga
Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0, dimana jumlah

tabungan sama dengan investasinya. Apabila tingkat bunga diatas i0 maka

jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk investasi. Para

penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan

ini akan menekan tingkat bunga turun kembali ke posisi i0. sebaliknya,

apabila tingkat bunga dibawah ini, para pengusaha akan saling bersaing untuk

memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil. Persaingan ini akan

mendorong tingkat bunga naik lagi ke i0.

       Kenaikan    efisiensi   produksi    misalnya,   akan   mengakibatkan

keuntungan yang diharapkan naik. Sehingga, pada tingkat bunga yang sama

pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk meminjam dana lebih

besar untuk membiayai investasinya. Atau untuk dana investasi yang sama

jumlahnya, perusahaan bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi.

Keadaan ini ditunjukan dengan pergeseran kurva permintaan investasi ke

kanan atas, dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada i1.



2.2.4.2. Teori Irving Fisher

       Menurut Irving Fisher, bunga adalah premi yang harus dibayarkan

kepada pemilik dana agar ia mau meminjamkan uangnya. Fisher menyatakan

bahwa ada kaitan positif antara suku bunga nominal dengan inflasi. Dengan

suku bunga riil yang diperkirakan konstan dalam jangka panjang dan

ekspektasi inflasi yang menyesuaikan diri terhadap laju inflasi yang berlaku.
Suku bunga yang terjadi merupakan selisih antara suku bunga nominal

dengan laju inflasi aktual atau dinyatakan dalam simbol sebagai berikut :

                    i=r+πe               atau           r=i–πe

                    dimana r = suku bunga riil

                            i = suku bunga nominal

                          πe = Laju inflasi yang diharapkan

        Dengan r konstan, dalam jangka panjang apabila keseluruhan proses

penyesuaian telah terjadi, kenaikan laju inflasi akan sepenuhnya tercermin

pada suku bunga nominal. Dengan kata lain suku bunga nominal dalam

jangka panjang akan meningkat sebesar kenaikan inflasi. (Dornbusch, Fisher,

1989, hal. 592 ).

        Irving telah menganalisis penentuan tingakat bunga dalam ekonomi

dengan mengkaji mengapa orang-orang menabung (mengapa mereka tidak

mengkonsumsi semua sumber daya mereka) dan mengapa orang lain yang

meminjam.

        Dalam perekonomian dikenal konsep tingkat suku bunga nominal dan

tingkat suku bunga riil. Anggaplah seseorang mendepositokan uangnya dalam

rekening bank dengan bunga 8 persen pertahun. Pada tahun berikutnya, orang

tersebut memiliki uang 8 persen lebih banyak dari tahun sebelumnya. Tetapi

ketika harga meningkat, sehingga uang membeli lebih sedikit, maka daya beli

orang tersebut tidak meningkat sebesar 8 persen. Jika tingkat inflasi adalah 5

persen, maka jumlah barang yang dapat dibeli hanya meningkat 3 persen.
Apabila inflasi adalah 10 persen, maka daya beli orang tersebut secara nyata

  turun sampai 2 persen.



  2.2.4.3. Teori Keynesian

          Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh penawaran

  dan permintaan uang. Ada tiga motif (transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi)

  mengapa orang menghendaki memegang uang tunai. Tiga motif inilah yang

  menyebabkan timbulnya “ permintaan akan uang”, yang diberi nama

  Liquidity Preference. Nama ini mempunyai makna tertentu, yaitu bahw

  permintaan akan uang menurut teori keynes berlandaskan pada konsepsi

  bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk

  memenuhi tiga motif tersebut.



2.2.5 Inflasi

          Merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang

  hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan

  berjalannya waktu mengalami erosi.

          Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara

  umum dan terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu

  atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut

  meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang

  lain. (Boediono, 1985:161). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus

  dengan persentase yang sama. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan
tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara

terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang

terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar,

bukanlah merupakan inflasi. (Nopirin, 1987: 25). Atau dapat dikatakan,

kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat

dikatakan akan menyebabkan inflasi.




2.2.5.1 Jenis-jenis Inflasi

        Inflasi dapat digolongkan berdasarkan: sifat,        sebab dan asal

terjadinya (Nopirin, 1987). Inflasi menurut sifatnya digolongkan dalam tiga

kategori, yaitu:

1. Inflasi Merayap

        Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil

dan dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10% per tahun).

2. Inflasi Menengah

        Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam

waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi

3. Inflasi Tinggi

        Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat

tidak lagi berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam

sehingga ingin ditukar dengan barang. Perputaran uang makin cepat, sehingga

harga naik secara akselerasi.
Berdasarkan sebab terjadinya inflasi dibedakan menjadi:

1. Demand – pull Inflation

        Demand pull inflation ditandai dengan adanya inflationary gap.

Inflationary gap itu sendiri terjadi apabila keseimbangan GNP berada di atas

atau melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh (full employment). Inflasi

bermula dengan adanya kenaikan permintaan total (agregat demand),

sedangkan produksi telah berada pada kondisi full employment. Sehingga

kenaikan permintaan ini hanya akan menaikkan harga saja.

2. Cost – Push Inflation

        Proses kenaikan harga yang sering diikuti turunnya produksi disebut

dengan Cost Push Inflation. Serikat buruh yang menuntut kenaikan upah,

manajer dalam pasar monopolistis yang dapat menentukan harga (yang lebih

tinggi), atau kenaikan harga bahan baku, misalnya krisis minyak adalah

faktor yang dapat menaikkan biaya produksi. Kenaikan biaya ini pada

akhirnya akan menaikkan harga dan turunnya produksi, atau terjadi

penurunan penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya

produksi. Jika proses ini berlangsung terus maka timbul cost push inflation.

Menurut asalnya inflasi terdiri dari:

1. Domestic Inflation

        Inflasi yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti kenaikan

konsumsi masyarakat, ekspansi moneter dan lain sebagainya.
2. Imported Inflation

        Inflasi yang berasal dari luar negeri, seperti kenaikan harga-harga

barang di negara-negara langganan dagang kita, mekanismenya baik melalui

impor ataupun ekspor.



2.2.5.2. Teori Inflasi

        Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yang

masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu.

1. Teori Kuantitas

        Teori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena

2 hal, yaitu    jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat

mengenai kenaikan harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari teori

Kuantitas ini, adalah bahwa, pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan

volume uang beredar. Kedua, laju inflasi oleh harapan masyarakat mengenai

kenaikan harga di masa yang akan datang (Boediono, 1985).

2. Teori Keynes

        Teori ini menerangkan bahwa proses inflasi terjadi karena permintaan

masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang

tersedia. Hal ini yang disebut dengan inflationary gap. Inflationary gap

terjadi apabila jumlah dari permintaan-permintaan efektif dari semua

golongan tersebut, pada tingkat harga yang berlaku melebihi jumlah

maksimum dari barang-barang yang dihasilkan oleh masyarakat. Harga-harga

akan naik, karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia.
Adanya kenaikan harga-harga tersebut berarti bahwa kegiatan rencana

pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak terpenuhi,

selanjutnya mereka akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar

lagi, baik golongan pemerintah melalui pencetakan uang baru, atau para

pengusaha swasta melalui kredit dari bank, atau pekerja kenaikan tingkat

upah yang lebih besar. Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah

permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output

yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku.

3. Teori Strukturalis

       Teori Strukturalis lebih menekankan pada faktor-faktor struktural dari

perekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut juga

teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-faktor

struktural di sini adalah faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual

dan dalam jangka panjang.

       Teori struktural memberi tekanan pada ketegaran dari struktur

perekonomian negara-negara sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang

menyebabkan       inflasi, yaitu ketegaran berupa ketidakelastisan dari

penerimaan ekspor dan ketegaran berupa ketidakelastisan dari penawaran

bahan makanan dalam negeri. Kedua proses di atas pada umumnya berkaitan

dan memperkuat satu sama lain dalam menyebabkan inflasi.

       Ketegaran yang merupakan “ketidakelastisan” dari penerimaan

ekspor ini adalah ketegaran di mana nilai ekspor tumbuh secara lamban

dibanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Dasar penukaran yang
makin memburuk dan supply barang-barang ekspor yang tidak elastis ini

akan    menyebabkan      terjadinya     kelambanan    tersebut.   Kelambanan

pertumbuhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan pertumbuhan

kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan. Sedang bagi

suatu   negara   untuk       mencapai   target   pertumbuhannya    mengambil

kebijaksanaan pembangunan “import substitution strategy”. Inflasi terjadi

jika proses substitusi impor ini makin meluas, sehingga menaikkan biaya

produksi ke berbagai barang, sehingga makin banyak harga-harga yang naik.



2.2.5.3. Indikator Inflasi

        Ada beberapa indikator yang digunakan oleh para ekonom untuk

menggambarkan inflasi yaitu Indeks Biaya Hidup (IBH), Indeks Harga

Konsumen (IHK), Indeks Implisit Produk Domestik Bruto (GDP Deflator)

atau Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Dari berbagai indikator

tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, serta sangat

tergantung pada tujuan pemakaiannya. IBH dan IHK dimaksudkan untuk

penetapan upah buruh riil, karena dengan indeks ini bisa melihat sejauh

mana penurunan daya beli yang terjadi pada kaum buruh akibat inflasi. Untuk

pembuatan kontrak kerja dan penyesuaian harga yang dilakukan kontraktor

besar, biasanya menggunakan IHPB. GDP Deflator yang mempunyai

cakupan lebih luas dibandingkan kedua indeks terdahulu, sebenarnya

mencerminkan perkembangan tingkat harga umum.
Pengendalian laju inflasi tentu saja tidak lepas dari pengendalian yang

   dilakukan oleh otoritas moneter dari sisi intern dalam rangka mencari

   stabilitas ekonomi sebagai salah satu tujuan pembangunan. Laju inflasi

   sebelum tahun 1984 mendekati bahkan melebihi 10%, hal ini tentu saja tidak

   lepas dari berbagai pengaruh faktor ekstern terhadap perekonomian

   Indonesia.

           Deregulasi dan debirokratisasi 1 Juni 1983, merupakan langkah yang

   diambil pemerintah untuk mengadakan perubahan kebijaksanaan ekonomi.

   Perkembangan moneter tahun 1984 yang relatif stabil tercermin dari

   pertambahan uang beredar yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan

   tingkat laju inflasi yang dapat dikendalikan. Piranti-piranti kebijakan moneter

   untuk pengendalian jumlah uang beredar yang bisa dilakukan oleh

   pemerintah adalah sebagai berikut:

   (1) Perubahan tingkat bunga fasilitas diskonto

   (2) Perubahan rasio cadangan minimum

   (3) Perkreditan selektif

   (4) Operasi Pasar Terbuka

   (5) Pendekatan persuasif

2.3. Hubungan Variabel Dependen dengan Variabel Independen

   2.3.1. Hubungan PDRB dengan Deposito Berjangka Rupiah.

      Produk Domestik Regioanl Bruto merupakan jumlah nilai barang dan jasa

   akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu

   wilayah atau kabupaten, dengan cara mengurangkan biaya antara dari
masing-masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau

sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Produk domestik

regional bruto disini dengan pendekatan pendapatan perkapita masyarakat.

Simpanan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi. Menurut Keynes,

simpanan (saving) merupakan fungsi dari pendapatan. Simpanan atau saving

terutama ditentukan oleh pendapatan nasional ataupun regional. Tidak semua

pendapatan yang diterima oleh seseorang akan digunakan untuk konsumsi,

melainkan sebagian akan disisihkan sebagai simpanan (saving). Bila tingkat

pendapatan rendah, rumah tangga tidak dapat menabung atau hanya sedikit

menabung, karena harus membelanjakan semua atau sebagian besar

pedapatannya untuk memelihara tingkat kehidupan tertentu atau lebih untuk

konsumsi. Pada tingkat pendapatan lebih tinggi, konsumsi dan tabungan akan

lebih besar. Semakin besar pendapatan, semakin besar pula simpanan yang

dilakukan masyarakat. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian PDRB

berpengaruh terhadap deposito berjangka rupiah.



2.3.2. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Deposito Berjangka

       Rupiah.

   Hubungan antara tingkat bunga dengan simpanan bersifat positif. Menurut

Teori Klasik, semakin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginan

seseorang atau masyarakat untuk menabung uangnya dibank. Artinya, pada

tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk

mengurangi atau mengorbankan pengeluaran konsumsinya guna menambah
tabungannya. Semakin besar tingkat bunga akan meningkatkan kesediaan

   masyarakat untuk menyimpan dana pada bank, sehingga jumlah simpanan

   masyarakat pada bank akan naik.

   2.3.3. Hubungan Laju inflasi dengan Deposito Berjangka Rupiah.

       Inflasi berpengaruh terhadap simpanan. Dengan adanya inflasi maka

   diasumsikan suku bunga akan mengalami kenaikan. Teori Irving Fisher,

   Fisher mengatakann bahwa ada kaitan positif antara suku bunga dengan

   inflasi. Dengan suku bunga riil yang diperkirakan konstan dalam jangka

   panjang dan ekspektasi inflasi yang menyesuaikan diri terhadap laju inflasi

   yang berlaku. Dengan r konstan dalam jangka panjang apabila keseluruhan

   proses penyesuaian telah terjadi, kenaikan laju inflasi akan tercermin pada

   suku bunga nominal. Dengan kata lain suku bunga akan meningkat sebesar

   kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi yang menyebabkan kenaikan suku bunga

   deposito, akan menyebabkan kenaikan permintaan akan simpanan karena

   seseorang berasumsi akan memperoleh uang yang lebih banyak dengan

   adanya kenaikan tingkat bunga. Dengan demikian maka inflasi mempunyai

   pengaruh yang positif terhadap simpanan.



2.4. Hipotesis Penelitian

       Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

   1. Diduga PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan

       deposito berjangka rupiah pada bank umum di Yogyakarta.
2. Diduga tingkat suku bunga deposito berpengaruh positif dan signifikan

   terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di

   Yogyakarta.

3. Diduga laju inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

   permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di Yogyakarta.
BAB III

                          METODE PENELITIAN




3.1. Jenis dan Sumber Data

           Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

   diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank

   Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

        Adapun data yang digunakan adalah :

        a. Data deposito berjangka rupiah 3 bulanan pada bank umum di

            Yogyakarta tahun 1986-2005.

        b. Data Produk Domestik Regional Bruto di Yogyakarta tahun 1986-

            2005.

        c. Data tingkat suku bunga deposito di Yogykarta tahun 1986-2005.

        d. Data laju inflasi di Yogyakarta tahun 1986-2005.



3.2. Devinisi Variabel

           Variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

 3.2.1 Variabel Dependen

           Deposito berjangka rupiah (Y)

           Deposito berjangka adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank

   yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu

   menurut perjanjian antar pihak ketiga dn bank yang bersangkutan. Jangka
waktu jatuh tempo dapat dipilih sesuai kebutuhan, yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6

 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan.

          Deposito berjangka rupiah pada penelitian ini disajikan dalan jutaan

 rupiah pertahun.

3.2.2 Variabel Independen, terdiri dari :

     a. Produk Domestik Regional Bruto (X1)

          Data Produk Domestik Regional Bruto untuk Daerah Istimewa

 Yogyakarta atas dasar harga konstan 2000. Data operasional yang digunakan

 dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat

 Statistik berdasarkan perhitungan tahunan kemudian diolah dan dinyatakan

 dalam bentuk satuan juta rupiah.

     b. Suku Bunga Deposito berjangka rupiah (X2)

          Merupakan tingkat keuntungan minimum yang disyaratkan pemodal

 atau tingkat keuntungan yang diharapkan pemodal dari investasi dalam

 bentuk simpanan. Tingkat suku bunga yang dimaksud disini adalah rata-rata

 tertimbang tingkat bunga deposito dari seluruh simpanan deposito pada

 berbagai waktu jatuh tempo yang berlaku di bank umum dalam persen 3

 bulan.

     c. Laju Inflasi (X3)

          Data inflasi yang dipergunakan adalah data laju inflasi tahunan yang

 dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) berbagai edisi dengan olahan

 dengan satuan persen (%).
3.3. Metode Analisis Data

 3.3.1. Pendekatan Error Correction Model (ECM)

          Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara

   variabel dalam penelitian ini berupa pendekatan teori ekonomi, teori statistik

   dan teori ekonometrika dengan lebih menekankan pada pendekatan model

   analisis seri waktu (time series analysis). Model umum yang dipakai dalam

   penelitian ini adalah regresi linier berganda.

          Salah satu prasyarat penting untuk mengaplikasikan model seri waktu

   yaitu dipenuhinya asumsi data yang normal atau stabil (stasioner) dari

   variabel-variabel pembentuk persamaan regresi. Karena penggunaan data

   dalam penelitian ini dimungkinkan adanya data yang tidak stasioner, maka

   penelitian ini digunakan teknik kointegrasi ( Cointegration Tecnique ) dan

   model koreksi kesalahan atau Error Correction Model ( ECM ).

          Digunakan ECM karena mekanisme ECM memiliki keunggulan baik

   dari segi nilainya dalam menghasilkan persamaan yang diestimasi dengan

   property statistik yang diinginkan maupun dari kemudahan persamaan

   tersebut untuk diinterprestasi (Insukindro 1993: 65). Disamping itu ECM

   dapat pula dijadikan variabel proksi nalar asa dari model stok penyangga

   masa depan dengan cara membentuk estimasi jangka panjang dari ECM,

   ECM juga bias menghindari regresi lancung atau regresi semu yang

   menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan. Proses analisis yang akan

   dilakukan terdiri dari analisis deskriptif , uji akar unit (testing for unit root)

   dan uji derajat integrasi (testing for degree of integration), uji kointegrasi
(Cointegration test), pendekatan ECM (Error Correction Model), analisis

 statistik, uji asumsi klasik, serta analisis ekonomi.



3.3.2. Analisa Deskriptif

         Analisis Deskriptif merupakan suatu analisis yang memaparkan hasil

 secara kualitatif terhadap perkembangan data-data yang ada untuk

 memperkuat analisis empiris. Penelitian ini akan membahas perkembangan

 variabel dependen permintaan deposito berjangka rupiah, serta variabel

 independen yaitu PDRB, suku bunga deposito, inflasi.



 3.3.2.1 Uji Akar Unit Dan Uji Derajat Integrasi

         Uji akar unit dapat dipandang sebagai uji stasioneritas, karena pada

 intinya uji tersebut bentuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model

 otoregresi yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak.

         Langkah awal yang harus dilakukan pengujian ini adalah menaksir

 model otoregresi dari masing-masing variabel yang akan digunakan dalam

 penelitian dengan OLS. Ada beberapa prosedur untuk melakukan uji akar-

 akar unit namun yang banyak digunakan adalah uji Dickey- Fuller ( DF ) dan

 uji Philips Peron.

         Uji ADF adalah uji yang dikembangkan oleh Dickey Fuller untuk

 menyempurnakan uji DF yang sudah ada sebelumnya. Dalam prakteknya uji

 ADF inilah yang seringkali digunakan untuk mendeteksi apakah data

 stasioner atau tidak. Adapun formulasi uji ADF adalah sebagai berikut :
k
         DYt= ao + a1 +   ∑I =1
                                  b1 B1DYt                              (3.1)

                                          k
         DYt= co + c1T + C2 BYt +       ∑I =1
                                                  d1B1DYt               (3.2)




         Notasi :

         DYt = Yt – Yt-1

         BYt = Yt-1

         T    = trend waktu

         Yt   = Variabel yang diamati pada waktu t

         K    = Besarnya waktu kelambanan yang dihitung dengan rumus

         K    = N1/3 dengan N adalah jumlah sampel.

       Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai ADF tabel dengan

nilai ADF statistik. Nilai ADF ditunjukkan oleh nilai t pada koefisien regresi

BYt pada persamaan (1) dan (2).

       Bila data yang diamati pada uji akar unit ternyata tidak stationer,

maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji ini

dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapa derajat data yang

diamati stationer. Uji derajat integrasi ini mirip dengan uji akar unit. Untuk

melakukan uji tersebut juga dilakukan penaksiran model otoregresi dengan

OLS.

                                    k
         D2Yt =b0 + b1 BDYt +     ∑
                                  I =1
                                              f1B1D2Yt.                 (3.3)
k
         D2Yt = d0 + d1T + d2BDYt +     ∑I =1
                                                h1B1D2Yt                   (3.4)


         Dimana D2Yt = DYt – DYt-1, BDYt = DYt-1



        Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan

cara membandingkan antara nilai ADF dengan nilai kritis distribusi statistik

Mackinon. Jika nilai absolute statistic ADF lebih besar dari nilai kritisnya,

maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai

absolut statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.

Hal yang krusial dalam uji ADF adalah menentukan                     panjangnya

kelambanan.

        Selain uji ADF dalam penelitian ini juga menggunakan uji Philips

Peron untuk menentukan akar unit dan derajat integrasi. Uji PP memasukkan

unsur autokorelasi di dalam residual dengan memasukkan variabel

independen berupa kelambanan diferensi. Philips Peron membuat uji akar

unit dengan menggunakan metode statistik non parametik dalam menjelaskan

kelambanan diferensi sebagaimana uji ADF. Adapun uji akar unit dari Philips

Peron sebagai berikut :



         DYt = γ Yt-1 + et                                                 (3.5)

         DYt = ao + γYt-1 + et                                             (3.6)

         DYt = ao + a2T + γ Yt-1 + et                                      (3.7)
Keterangan :

          T adalah trend waktu



         Statistik distributif t tidak mengikuti statistic distribusi normal tetapi

mengikuti distribusi PP sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis yang

dikemukakan oleh Mackinon. Sebagaimana uji ADF, kita juga harus

menentukan apakah tanpa konstanta dan trend. Berbeda dengan uji ADF,

dalam menentukan panjangnya lag uji PP menggunakan truncation lag q dari

Newey-West. (Widarjono, 2005, 361-362)



3.3.2.2. Uji Kointegrasi

         Untuk dapat melakukan uji kointegrasi harus diyakini terlebih dahulu

bahwa variabel-variabel terkait dalam pendekatan ini memiliki derajat

integrasi yang sama atau tidak (Insukindro, 1993:132). Berkaitan dengan itu,

uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi perlu dilakukan terlebih dahulu.

         Untuk mendapatkan gambaran mengenai pendekatan kointegrasi,

anggaplah memiliki satu himpunan variabel runtun waktu X. Komponen X

dikatakan berkointegrasi pada derajat d, h atau ditulis ~ (d,h) bila (Sriyana

Jaka, 2003) :

    1.      Setiap komponen dari X berkointegrasi pada derajat d atau I (d)

    2.      Terdapat suatu vector α yang tidak sama dengan nol (α ≠ 0),

            sehingga       Zt = α1 X~1(d,b), dimana b:0 dan α adalah vektor

            kointegrasi.
Implikasi penting dari ilustrasi dan definisi diatas adalah bahwa jika

dua variabel atau lebih mempunyai derajat integrasi yang berbeda, katakanlah

X = I (1) dan Y = I (2), maka kedua variabel tersebut tidak dapat

berkointegrasi. (Insukindro, 1993:132)

       Uji ini dilakukan setelah uji stationeritas melalui uji akar-akar unit

dan derajat integrasi terpenuhi. Digunakan untuk mengetahui kemungkinan

terjadinya keseimbangan atau kestabilan jangka panjang diantara variabel-

variabel yang diamati. Setelah prasarat dari uji kointegrasi dilakukan, maka

dapat diketahui data yang diamati tersebut stasioner pada derajat keberapa.

Hal ini perlu diketengahkan mengingat adanya syarat dari uji kointegrasi

yaitu bahwa dalam melakukan uji kointegrasi data yang digunakan harus

berintegrasi pada derajat yang sama.

       Selanjutnya bersamaan dengan uji kointegrasi, Engle dan Granger

(1987:265-270)    berpendapat    bahwa    dari   tujuh   uji   statistik     yang

diketengahkan untuk menguji hipotesa nol tidak adanya kointegrasi, ternyata

uji CRDW (Cointegration-Regression Durbin-Watson), DF (Dickey-Fuller),

dan ADF (Augmented Dickey-Fuller) merupakan uji statistik yang paling

disukai. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan uji CRDW.



       Untuk menghitung statistic CRDW, DF, dan ADF ditaksir dengan

regresi kointegrasi berikut ini dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least

squares =OLS). (Insukindro,1993:132)

         Yt = mo + m1X1t+m2X2t+Et                                          (3.8)
Dimana :

Y           = Variabel tak bebas

X1, X2      = Variabel bebas

E           = Nilai residual

Kemudian regresi berikut ini ditaksir dengan OLS :

DEt = p1 Et-1                                                           (3.9)

                  p −1
DEt = q1 Et-1 +   ∑
                  i =1
                         w1 DEt-1                                       (3.10)


Dimana :

DEt = Et – Et-1



         Nilai statistic CRDW ditunjukan oleh nilai statistic DW (Durbin-

Watson) pada regresi persamaan (3.8) dan nilai statistic DF dan ADF

ditunjukan oleh nisbah pada koefisien Et-1 pada persamaan (3.9) dan (3.10).

Nilai kritis untuk ketiga uji tersebut dapat dilihat pada Engle dan yoo (1987).



           Tabel 3.1 Nilai CRDW / DW Stat Untuk Uji Kointegrasi

         Jumlah                     Tingkat Signifikansi
         Sampel          1%                 5%              10%
           50            1.00               0.78            0.69
          100            0.51               0.39            0.32
          200            0.29               0.20            0.16
      Sumber : Engle dan Yoo (1987,158)
Tabel 3.2 Nilai DF Untuk Uji Kointegrasi

Jumlah       Jumlah                     Tingkat Signifikansi
Variabel    Data (N)          1%                5%             10%
   2           50            4.32               3.67           3.28
               100           4.07               3.37           3.03
               200           4.00               3.37           3.02
   3           50            4.84               4.11           3.73
               100           4.45               3.93           3.59
               200           4.35               3.78           3.47
   4           50            4.49               4.38           4.02
               100           4.75               4.22           3.89
               200           4.70               4.18           3.89
   5           50            5.41               4.76           4.42
               100           5.18               4.58           4.26
               200           5.02               4.48           4.18


Sumber : Engle dan Yoo (1987,157)




              Tabel 3.3 Nilai ADF Untuk Uji Kointegrasi

Jumlah       Jumlah                     Tingkat Signifikansi
Variabel    Data (N)          1%                5%             10%
   2           50            4.12               3.29           2.90
               100           3.73               3.17           2.91
               200           3.78               3.25           2.98
   3           50            4.45               3.75           3.36
               100           4.22               3.62           3.32
               200           4.34               3.78           3.51
4              50         4.61               3.98               3.67
               100         4.61               4.02               3.71
               200         4.72               4.13               3.83
 5              50         4.80               4.15               3.85
               100         4.98               4.36               4.06
               200         4.97               4.43               4.14




        Sebagaimana telah disinggung diatas, tujuan utama dari uji

kointegrasi adalah untuk mengkaji apakah residual regresi kointegrasi

stasioner atau tidak. Pengujian ini sangat penting bila ingin dikembangkan

suatu model dinamis, khususnya model koreksi kesalahan (error correction

model = ECM), yang mencangkup variabel-variabel kunci pada regresi

kointegrasi terkait.

        Pada prinsipnya, model koreksi kesalahan terdapat keseimbangan

yang tetap dalam jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi. Bila

dalam jangka pendek terdapat ketidakseimbangan dalam satu periode, maka

model koreksi kesalahan akan mengoreksinya pada periode berikutnya (Engle

dan Granger, 1987:254). Mekanisme koreksi kesalahan ini dapat diartikan

sebagai penyelaras perilaku jangka pendek dan jangka panjang. Dengan

mekanisme ini pula, masalah regresi semrawut dapat dihindarkan melalui

penggunaan variabel perbedaan yang tetap di dalam model, namun tanpa

menghilangkan informasi jangka panjang yang diakibatkan oleh penggunaan

data perbedaan semata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model
koreksi kesalahan konsisten dengan konsep kointegrasi atau dikenal dengan

 Granger Representation Theorem. (Sriyana, Jaka, 2003)



3.3.3 Analisa Statistik

         Hubungan permintaan deposito berjangka rupiah dengan faktor-faktor

 yang mempengaruhi dapat diformulasikan sebagai berikut :

   Y = f(X1, X2, X3, X4)

   Dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut :

   DYt = β0 + β1 DX1t - β2 X2t + β3 DX3t + β4 + β5 ECT



 Dimana :

           DYt              = Deposito berjangka rupiah pada periode t

           β4               = Konstanta

           DX1              = Produk Domestik regional Bruto periode t

           DX2              = Suku bunga deposito periode t

           DX3              = Laju inflasi pada periode t

           ECT              = RESID (-1)

           β1, β2, β3, β4   = Koefisien regresi dari masing-masing variabel

           β5               = Koefisien ECT (error correction term)



 3.3.3.1 Uji t (uji signifikansi secara individu)

         Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel

 independen secara individual terhadap variabel dependen.
1. Hipotesis yang digunakan :

       a. Jika Hipotesis positif

                Ho : βi ≤ 0

                Ha : βi > 0

       b. Jika Hipotesis negatif

                Ho : βi ≥ 0

                Ha : βi < 0

   2. Pengujian satu sisi

       Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya

       variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara

       sigifikan.

       Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya

       variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara

       signifikan.



3.3.3.2 Uji F (uji secara bersama-sama)

       Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antara

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, yaitu

dengan cara sebagai berikut :

Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak

           mempengaruhi variabel dependen.

Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi

           variabel dependen.
Hasil pengujian adalah :

 Ho diterima ( tidak signifikan ) jika F hitung < F tabel (df = n – k)

 Ho ditolak ( signifikan ) jika F hitung > F tabel (df = n – k)

 Dimana :

 K : Jumlah variabel

 N : Jumlah pengamatan



 3.3.3.3 Koefisien determinasi (R2)

         R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel

 dependen yang dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar

 pengaruh model dalam menjelaskan variabel dependen.

         Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 , suatu R2 sebesar 1 berarti ada

 kecocokan sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan

 antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan.



3.3.4 Pengujian Asumsi Klasik

         Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

 klasik untuk melihat       apakah data terbebas dari maslah multikolinieritas,

 heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan

 untuk menghasilkan estimator       yang linier tidak bias dengan varian yang

 minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model

 regresi tidak mengandung masalah.
3.3.4.1 Uji Korelasi Parsial Antar Variabel Independen

       Salah satu untuk mendeteksi multikolinieritas adalah dengan menguji

koefisien korelasi (r) antar variabel independen. Sebagai aturan main yang

kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas

0,85 maka diduga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika

koefisien korelasi relative rendah (0,85) maka diduga model tidak

mengandung unsur multikolinieritas. (Widarjono, 2005, 135)

       Tanpa adanya perbaikan multikolinieritas tetap menghasilkan

estimator yang BLUE karena masalah estimator yang BLUE tidak

memerlukan asumsi tidak adanya korelasi antar variabel independen.

Multikolinieritas hanya menyebabkan kita kesulitan memperoleh estimator

dengan standard error yang kecil. (Widarjono, 2005, 139)



3.3.4.2 Uji Heterosledastisitas (Metode White)

       Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak

memiliki varian    yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi

residual kuadrat   ( Ui2 ) dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan

perkalian variabel bebas.

       Pedoman dalam penggunaan model white test adalah jika nilai Chi-

Square hitung      (n. R2) lebih besar dari nilai X2 kritis dengan derajat

kepercayaan tertentu (α) maka    ada heterokedasitisitas dan sebaliknya jika
Chi-Square hitung lebih kecil dari nilai X2 menunjukan tidak adanya

heterokedasitisitas.



3.3.4.3. Autokorelasi (metode Lagrange Multipier)

    Ho : tidak ada autokorelasi

    Ha : ada autokorelasi

       Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% dan menggunakan distribusi

 χ2, maka :

    Jika χ2 hitung < χ2 kritis, berarti Ho diterima

    Jika χ2 hitung > χ2 kritis, berarti Ho ditolak

        Atau dengan cara lain untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam

model bisa dilakukan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), yaitu dengan

cara membandingkan antara DW statistik ( d ) dengan dL dan dU, jika DW

statistik berada diantara dU dan 4- dU maka tidak ada autokorelasi.



        Autokorelasi     ragu-ragu    tidak ada autokorelasi     ragu-ragu     autokorelasi

           Positif                                                              negatif




       0               dl            du           2            4-du          4-dl             4

                       Gambar 3.1. Statistik Durbin-Watson d

        Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam

Tabel 3.4. berikut ini :
Tabel 3.4. Uji Statistik Durbin-Watson


Nilai Statistik                           Hasil


0<d<dl            Menolak hipotesa nul; ada autokorelasi positif
dl≤d≤du           Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
                  Menerima hipotesa nul; tidak ada autokorelasi
du≤d≤4-du         positif / negatif
4-du≤d≤4-dl       Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan
                  Menolak      hipotesa    nul;   ada   autokorelasi
4-dl≤d≤4          negative
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka
Analisis permintaan deposito berjangka

More Related Content

What's hot

Pengaruh kebijakan moneter di negara berkembang dan sektor umkm
Pengaruh kebijakan moneter di negara berkembang dan sektor umkmPengaruh kebijakan moneter di negara berkembang dan sektor umkm
Pengaruh kebijakan moneter di negara berkembang dan sektor umkmRizal Bagus Rahman
 
Ppt The Foreign Exchange Market, Exchange Rate Determination, and Currency De...
Ppt The Foreign Exchange Market, Exchange Rate Determination, and Currency De...Ppt The Foreign Exchange Market, Exchange Rate Determination, and Currency De...
Ppt The Foreign Exchange Market, Exchange Rate Determination, and Currency De...Iin Agustina
 
Mekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBNMekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBNJogo Hera
 
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesPerencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesDadang Solihin
 
Perencanaan pembangunan ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomiPerencanaan pembangunan ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomifiorenet
 
Akuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDAAkuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDAMahyuni Bjm
 
12 neraca pembayaran indonesia
12 neraca pembayaran indonesia12 neraca pembayaran indonesia
12 neraca pembayaran indonesiamuhammad muhaimin
 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraSujatmiko Wibowo
 
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARATINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARAAry Efendi
 
Uji kompetensi dan pelatihan JF Widyaiswara.pptx
Uji kompetensi dan pelatihan JF Widyaiswara.pptxUji kompetensi dan pelatihan JF Widyaiswara.pptx
Uji kompetensi dan pelatihan JF Widyaiswara.pptxSherwinMikhaelTobing
 
Analisis saham pt. unilever tbk
Analisis saham pt. unilever tbkAnalisis saham pt. unilever tbk
Analisis saham pt. unilever tbkYusuf Darismah
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Dadang Solihin
 
Unsur dasar pad
Unsur dasar padUnsur dasar pad
Unsur dasar padsuparmono
 
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)Poetra Chebhungsu
 

What's hot (20)

Pengaruh kebijakan moneter di negara berkembang dan sektor umkm
Pengaruh kebijakan moneter di negara berkembang dan sektor umkmPengaruh kebijakan moneter di negara berkembang dan sektor umkm
Pengaruh kebijakan moneter di negara berkembang dan sektor umkm
 
Ppt The Foreign Exchange Market, Exchange Rate Determination, and Currency De...
Ppt The Foreign Exchange Market, Exchange Rate Determination, and Currency De...Ppt The Foreign Exchange Market, Exchange Rate Determination, and Currency De...
Ppt The Foreign Exchange Market, Exchange Rate Determination, and Currency De...
 
Mekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBNMekanisme penyusunan APBN
Mekanisme penyusunan APBN
 
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesPerencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
 
Perencanaan pembangunan ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomiPerencanaan pembangunan ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomi
 
Apbn apbd
Apbn apbdApbn apbd
Apbn apbd
 
Akuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDAAkuntansi Investasi PEMDA
Akuntansi Investasi PEMDA
 
12 neraca pembayaran indonesia
12 neraca pembayaran indonesia12 neraca pembayaran indonesia
12 neraca pembayaran indonesia
 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan Negara
 
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARATINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
TINJAUAN UMUM KEUANGAN NEGARA
 
Uji kompetensi dan pelatihan JF Widyaiswara.pptx
Uji kompetensi dan pelatihan JF Widyaiswara.pptxUji kompetensi dan pelatihan JF Widyaiswara.pptx
Uji kompetensi dan pelatihan JF Widyaiswara.pptx
 
Analisis saham pt. unilever tbk
Analisis saham pt. unilever tbkAnalisis saham pt. unilever tbk
Analisis saham pt. unilever tbk
 
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
Sistem, Proses, Mekanisme, dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional Sesua...
 
makalah Barang publik dan eksternalitas
makalah Barang publik dan eksternalitasmakalah Barang publik dan eksternalitas
makalah Barang publik dan eksternalitas
 
Unsur dasar pad
Unsur dasar padUnsur dasar pad
Unsur dasar pad
 
Ppt bab 4 fix
Ppt bab 4 fixPpt bab 4 fix
Ppt bab 4 fix
 
Perencanaan Laba
Perencanaan LabaPerencanaan Laba
Perencanaan Laba
 
Paparan pp-90-2010-kemenkeu
Paparan pp-90-2010-kemenkeuPaparan pp-90-2010-kemenkeu
Paparan pp-90-2010-kemenkeu
 
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)
Skripsi akuntansi pengaruh income smoothing (perataan laba)
 
MANAJEMEN+PORTOFOLIO+OBLIGASI
MANAJEMEN+PORTOFOLIO+OBLIGASIMANAJEMEN+PORTOFOLIO+OBLIGASI
MANAJEMEN+PORTOFOLIO+OBLIGASI
 

Viewers also liked

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerahHubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerahPriyo Hari Adi
 
Uji korelasi dan regresi hubungan antara variabel, sbi rate, ihk, net ekspor...
Uji korelasi dan regresi hubungan antara variabel, sbi rate, ihk,  net ekspor...Uji korelasi dan regresi hubungan antara variabel, sbi rate, ihk,  net ekspor...
Uji korelasi dan regresi hubungan antara variabel, sbi rate, ihk, net ekspor...Awang Budi Kusumo
 
Jurnal, posting, neraca saldo & jurnal koreksi
Jurnal, posting, neraca saldo & jurnal koreksiJurnal, posting, neraca saldo & jurnal koreksi
Jurnal, posting, neraca saldo & jurnal koreksiberlianz
 
Sert deposito 1
Sert deposito 1Sert deposito 1
Sert deposito 1AgamJulli
 
Bahan buku bank dan lembaga keuangan 1
Bahan buku  bank dan lembaga keuangan 1Bahan buku  bank dan lembaga keuangan 1
Bahan buku bank dan lembaga keuangan 1Septiyan Hudan Fuadi
 
Ekonomi makro dalnis
Ekonomi makro dalnisEkonomi makro dalnis
Ekonomi makro dalnisgreeneyes85
 
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)indra herlangga
 
Analisis Korelasi dan Regresi *)not marked
Analisis Korelasi dan Regresi *)not markedAnalisis Korelasi dan Regresi *)not marked
Analisis Korelasi dan Regresi *)not markedsaiful ghozi
 
Statistika - Analisis regresi dan korelasi
Statistika - Analisis regresi dan korelasiStatistika - Analisis regresi dan korelasi
Statistika - Analisis regresi dan korelasiYusuf Ahmad
 

Viewers also liked (13)

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerahHubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah
 
Korelasi dan regresi
Korelasi dan regresiKorelasi dan regresi
Korelasi dan regresi
 
Uji korelasi dan regresi hubungan antara variabel, sbi rate, ihk, net ekspor...
Uji korelasi dan regresi hubungan antara variabel, sbi rate, ihk,  net ekspor...Uji korelasi dan regresi hubungan antara variabel, sbi rate, ihk,  net ekspor...
Uji korelasi dan regresi hubungan antara variabel, sbi rate, ihk, net ekspor...
 
Jurnal, posting, neraca saldo & jurnal koreksi
Jurnal, posting, neraca saldo & jurnal koreksiJurnal, posting, neraca saldo & jurnal koreksi
Jurnal, posting, neraca saldo & jurnal koreksi
 
Sert deposito 1
Sert deposito 1Sert deposito 1
Sert deposito 1
 
Bahan buku bank dan lembaga keuangan 1
Bahan buku  bank dan lembaga keuangan 1Bahan buku  bank dan lembaga keuangan 1
Bahan buku bank dan lembaga keuangan 1
 
Ekonomi makro dalnis
Ekonomi makro dalnisEkonomi makro dalnis
Ekonomi makro dalnis
 
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)
Tugas Akhir Indra Herlangga (1305030029)
 
Proposal calon nasabah
Proposal calon nasabahProposal calon nasabah
Proposal calon nasabah
 
Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2
 
Analisis Korelasi dan Regresi *)not marked
Analisis Korelasi dan Regresi *)not markedAnalisis Korelasi dan Regresi *)not marked
Analisis Korelasi dan Regresi *)not marked
 
Statistika - Analisis regresi dan korelasi
Statistika - Analisis regresi dan korelasiStatistika - Analisis regresi dan korelasi
Statistika - Analisis regresi dan korelasi
 
PROPOSAL PENELITIAN KOPERASI
PROPOSAL PENELITIAN KOPERASIPROPOSAL PENELITIAN KOPERASI
PROPOSAL PENELITIAN KOPERASI
 

Similar to Analisis permintaan deposito berjangka

Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerahPerimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerahyogieardhensa
 
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiFaktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiyogieardhensa
 
Ios dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanIos dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanyogieardhensa
 
Analisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongAnalisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongyogieardhensa
 
File fungsi pembangkit
File fungsi pembangkitFile fungsi pembangkit
File fungsi pembangkitBos Javanicus
 
Bab i v daftar pustaka
Bab i v  daftar pustakaBab i v  daftar pustaka
Bab i v daftar pustakaAbdul Majid
 
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdf
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdfKorelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdf
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdfFisikawandiHosting
 
Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap Lingkungan
Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap   LingkunganKearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap   Lingkungan
Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap LingkunganMu'iz Lidinillah
 
Tugas softskill 2 bab ii (wawasan nusantara)
Tugas softskill 2   bab ii (wawasan nusantara)Tugas softskill 2   bab ii (wawasan nusantara)
Tugas softskill 2 bab ii (wawasan nusantara)Yayu Ferdian
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Cha Aisyah
 
MEISYA DWI PUTRI-FSH.pdf
MEISYA DWI PUTRI-FSH.pdfMEISYA DWI PUTRI-FSH.pdf
MEISYA DWI PUTRI-FSH.pdfOnlineShop15
 

Similar to Analisis permintaan deposito berjangka (20)

Pma di indonesia
Pma di indonesiaPma di indonesia
Pma di indonesia
 
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerahPerimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
 
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiFaktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
 
Faktor alokasi kuk
Faktor alokasi kukFaktor alokasi kuk
Faktor alokasi kuk
 
Skripsi 12
Skripsi  12Skripsi  12
Skripsi 12
 
Ios dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanIos dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaan
 
Analisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potongAnalisis pendapatan industri ayam potong
Analisis pendapatan industri ayam potong
 
pembuatan yogurt
pembuatan yogurtpembuatan yogurt
pembuatan yogurt
 
Halaman depan
Halaman depanHalaman depan
Halaman depan
 
File fungsi pembangkit
File fungsi pembangkitFile fungsi pembangkit
File fungsi pembangkit
 
Bab i v daftar pustaka
Bab i v  daftar pustakaBab i v  daftar pustaka
Bab i v daftar pustaka
 
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdf
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdfKorelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdf
Korelasi Gaya Belajar dengan Multiple Intelegence.pdf
 
Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap Lingkungan
Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap   LingkunganKearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap   Lingkungan
Kearifan Lokal Masyarakat Suku Baduy Terhadap Lingkungan
 
Tugas softskill 2 bab ii (wawasan nusantara)
Tugas softskill 2   bab ii (wawasan nusantara)Tugas softskill 2   bab ii (wawasan nusantara)
Tugas softskill 2 bab ii (wawasan nusantara)
 
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
Jtptiain gdl-agustaufiq-4153-1-3103150 -p-2
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk101618 ida farida-fitk
101618 ida farida-fitk
 
MEISYA DWI PUTRI-FSH.pdf
MEISYA DWI PUTRI-FSH.pdfMEISYA DWI PUTRI-FSH.pdf
MEISYA DWI PUTRI-FSH.pdf
 

More from yogieardhensa

Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahSkripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahyogieardhensa
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahyogieardhensa
 
Pengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganPengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganyogieardhensa
 
Pengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamPengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamyogieardhensa
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangyogieardhensa
 
Pengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimPengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimyogieardhensa
 
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapPengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapyogieardhensa
 
Penerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiPenerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiyogieardhensa
 
Pedomanskripsijurakuntansi
PedomanskripsijurakuntansiPedomanskripsijurakuntansi
Pedomanskripsijurakuntansiyogieardhensa
 
Kinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiKinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiyogieardhensa
 
Kemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdaKemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdayogieardhensa
 
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...yogieardhensa
 
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginanFaktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginanyogieardhensa
 
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeuFaktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeuyogieardhensa
 
Faktor price earning ratio saham
Faktor price earning ratio sahamFaktor price earning ratio saham
Faktor price earning ratio sahamyogieardhensa
 
Faktor pembelian di cofee shop
Faktor pembelian di cofee shopFaktor pembelian di cofee shop
Faktor pembelian di cofee shopyogieardhensa
 
Dampak merger & akuisisi thdp lapkeu
Dampak merger & akuisisi thdp lapkeuDampak merger & akuisisi thdp lapkeu
Dampak merger & akuisisi thdp lapkeuyogieardhensa
 

More from yogieardhensa (20)

Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahSkripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
 
Situs skripsi
Situs skripsiSitus skripsi
Situs skripsi
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
 
Pengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganPengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuangan
 
Pengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamPengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp saham
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
 
Pengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimPengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatim
 
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapPengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
 
Penerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiPenerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagai
 
Pedomanskripsijurakuntansi
PedomanskripsijurakuntansiPedomanskripsijurakuntansi
Pedomanskripsijurakuntansi
 
Nasabahbanksyariah
NasabahbanksyariahNasabahbanksyariah
Nasabahbanksyariah
 
Kinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiKinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransi
 
Kemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdaKemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otda
 
Ipo dan underpriced
Ipo dan underpricedIpo dan underpriced
Ipo dan underpriced
 
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
 
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginanFaktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
 
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeuFaktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
Faktor faktor kelengkapan pengungkapan lapkeu
 
Faktor price earning ratio saham
Faktor price earning ratio sahamFaktor price earning ratio saham
Faktor price earning ratio saham
 
Faktor pembelian di cofee shop
Faktor pembelian di cofee shopFaktor pembelian di cofee shop
Faktor pembelian di cofee shop
 
Dampak merger & akuisisi thdp lapkeu
Dampak merger & akuisisi thdp lapkeuDampak merger & akuisisi thdp lapkeu
Dampak merger & akuisisi thdp lapkeu
 

Analisis permintaan deposito berjangka

  • 1. ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK UMUM DI DIY TAHUN 1986 - 2005 SKRIPSI Disusun Oleh : Nama : Yunita Fitri Wahyuningtyas No. Mahasiswa : 04 313 014 Jurusan : Ilmu Ekonomi UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2008
  • 2. ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK UMUM DI DIY TAHUN 1986 - 2005 SKRIPSI Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1 Program Studi Ilmi Ekonomi, pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Oleh Nama : Yunita Fitri Wahyuningtyas Nomor Mahasiswa : 04 313 014 Program Studi : Ilmu Ekonomi UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2008 i
  • 3. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME “ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman / sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.” Yogyakarta, Desember 2007 Penulis, Yunita Fitri Wahyuningtyas ii
  • 4. PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK UMUM DI DIY TAHUN 1986 – 2005 Nama : Yunita Fitri Wahyuningtyas Nomor Mahasiswa : 04 313 014 Program Studi : Ilmu Ekonomi Yogyakarta, 26 Desember 2007 Telah disetujui dan disahkan oleh Dosen Pembimbing, Dr. Jaka Sriyana SE., M.Si iii
  • 5. iv
  • 6. MOTTO Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. (QS. Al Mu’minun:62) Sesungguhnya sesudah Kesulitan itu ada kemudahan. (Al Hadist) Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi indah, dan dengan agama kehidupan menjadi terarah dan bermakna. (H. A. Mukti Ali) Kemalasan tidak lebih dari kebiasaan beristirahat saat belum letih. (Jules Renard) Wong Pinter Kalah Karo Wong Bejo (Falsafah Jawa) v
  • 7. HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini Kupersembahkan untuk : ♦ Allah SWT, arti hadirmu dalam setiap langkah- langkahku sangat berarti. ♦ Alm. Ayahanda dan Ibunda, pengukir jiwa ragaku yang selalu mendo’akanku. ♦ Kakak-kakakku tersayang ♦ My Sweet Heart yang kusayangi yang selalu mendampingiku dan memberikan kasih sayang yang tak ternilai harganya. vi
  • 8. KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas kekuatan yang diberikan Allah padaku untuk bisa berjuang menyelesaikan amanah dan segala kewajibanku sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS PERMINTAAN DEPOSITO BERJANGKA RUPIAH PADA BANK UMUM DI DIY (1986 – 2005). Skripsi ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang penulis miliki. Terima kasih atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun yang telah dan akan penulis terima. Penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Jaka Sriyana SE.,M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, waktu, tenaga, arahan, dan motivasi dengan segala ketelitian dan kesabarannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia vii
  • 9. 2. Dr. Jaka Sriyana, SE., M.Si. selaku Kaprodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. 3. Ibu Diana Wijayanti, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan dan nasehatnya selama ini. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia khususnya jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan Ilmu yamg sangat berharga. 5. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, khususnya kepada pak Anjar yang telah banyak membantuku. 6. Alm. Bapak & Ibu tercinta yang selalu menguatkan diriku dengan do’a, yang selalu memberiku kasih sayang, dukungan moril maupun materiil yang tak ternilai harganya, serta menasehatiku dan membimbingku untuk keberhasilan dalam segala hal. 7. Kakak-kakakku tersayang Mas Vembri & Mba Mia, makasih atas perhatian dan kasih sayangnya selama ini. 8. Mas Huda tersayang yang selalu memberiku semangat dan dukungan, serta kesabarannya memdampingiku dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Eyang-eyangku (eyang pujo & eyang birin) dan keluarga besarku. Atas do’a dan kasih sayangnya selama ini. 10. Keluarga “Mas Huda”, makasih atas do’anya. 11. Sahabat- sahabatku,, eca, mega, tice, te2h, reka, maya, meta, dini, dita, indah, tari”centil” yang t’lah memberi warna dalam hidupku. Thanks girl’s...!!! viii
  • 10. 12. Temen-temen IE ’04 Hendra, Andre, Helmy “ciplux”, Mu2n, Rendy, Bagus, Ucup, A2n, Riesza, Asty”onenk”, Uci, Tari, semua anak-anak IE 2004 kalian semua selalu menjadi salah satu cerita terindah dihati. 13. Kakak-kakak IE ’02 dan ’03 Donny, Yayak, Agung, C’Thol, m’Duro, Tile, Asep, Mz Gondrong, Mb Nelly, Mb Ria, Mb Dewi, Mb Hana. Makasih atas bantuannya selama ini. 14. Teman-teman KKN unit 106 angkatan 34, Indri, Mb Ody, Mz n’Cep, Dody, Mz Alfin, Imam, Ari, Udenk, Yuni. Sebuah kegilaan yang nggak mungkin tergantikan. 15. My Vega, yang selalu setia mengantarku kemanapun hehehe...!!! 16. Semua pihak yang penyusun tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah memberi masukan-masukan dan bantuan guna penyelesaian skripsi ini. Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan. Yogyakarta, Desember 2007 Penulis Yunita Fitri W ix
  • 11. DAFTAR ISI Halaman Judul....................................................................................................... i Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme............................................................... ii Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................ iii Halaman Berita Acara Ujian Skripsi..................................................................... iv Halaman Motto ..................................................................................................... v Halaman Persembahan .......................................................................................... vi Halaman Kata Pengantar....................................................................................... vii Daftar Isi ............................................................................................................... x Daftar Tabel .......................................................................................................... xiv Daftar Gambar....................................................................................................... xv Daftar Lampiran .................................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 9 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 10 1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ............................... 12 2.1. Kajian Pustaka................................................................................................ 12 2.2 Landasan Teori ............................................................................................... 17 2.2.1. Pengertian Permintaan. ......................................................................... 17 2.2.1.1. Hukum permintaan .................................................................. 18 2.2.1.2. Fungsi Permintaan ................................................................... 19 2.2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ....................... 20 2.2.2. Deposito Berjangka............................................................................... 22 2.2.3. Produk Domestik Bruto ........................................................................ 26 2.2.4. Teori Tingkat Suku Bunga.................................................................... 27 x
  • 12. 2.2.4.1. Teori Klasik ............................................................................. 28 2.2.4.2. Teori Irving Fisher ................................................................... 30 2.2.4.3. Teori Keynesian ....................................................................... 32 2.2.5. Inflasi. ................................................................................................... 32 2.2.5.1. Jenis-jesis Inflasi...................................................................... 33 2.2.5.2. Teori Inflasi.............................................................................. 35 2.2.5.3. Indikator Inflasi........................................................................ 37 2.3. Hubungan variabel Dependen dengan Variabel Independen ........................ 38 2.3.1. Hubungan PDRB dengan Simpanan..................................................... 38 2.3.2. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Simpanan .............................. 39 2.3.3. Hubungan Laju Inflasi dengan Simpanan............................................. 40 2.4. Hipotesis Penelitian........................................................................................ 40 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 42 3.1. Jenis Dan Sumber Data .................................................................................. 42 3.2. Definisi Variabel ............................................................................................ 42 3.2.1. Variabel Dependen ............................................................................... 42 3.2.2. Variabel Independen ............................................................................. 43 3.3. Metode Analisis Data..................................................................................... 44 3.3.1. Pendekatan Error Correction Model (ECM) ........................................ 44 3.3.2. Analisa Ddeskriptif ............................................................................... 45 3.3.2.1. Uji Akar Unit Dan Uji Derajat Integrasi.................................. 45 3.3.2.2. Uji Kointegrasi......................................................................... 48 3.3.3. Analisa Statistik .................................................................................... 53 3.3.3.1. Uji t (uji signifikansi secara individu)...................................... 53 3.3.3.2. Uji F (uji secara bersama-sama)............................................... 54 3.3.3.3. Koefisien determinasi (R2)....................................................... 55 3.3.4. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................................... 55 3.3.4.1. Uji Korelasi Parsial Antar Variabel Independen...................... 56 3.3.4.2. Uji Heteroskedastisitas (Metode White) .................................. 56 3.3.4.3. Autokorelasi ............................................................................. 57 BAB IV HASIL DAN ANALISIS ...................................................................... 59 xi
  • 13. 4.1. Deskripsi Data Penelitian............................................................................... 59 4.2. Hasil dan Analisis .......................................................................................... 61 4.2.1. Uji Akar Unit dan Uji Integrasi............................................................. 61 4.2.2. Uji Kointegrasi ...................................................................................... 64 4.2.3. Pendekatan Error Correction Model (ECM) ........................................ 65 4.2.4. Analisis Statistik Jangka Pendek........................................................... 68 4.2.4.1. Uji Secara Individual (Uji t)...................................................... 68 4.2.4.1.1. Uji t terhadap parameter β1 (DX1)............................. 70 4.2.4.1.2. Uji t terhadap parameter β2 (DX2)............................. 70 4.2.4.1.3. Uji t terhadap parameter β3 (DX3)............................. 71 4.2.4.2. Uji Secara serempak (Uji F) .................................................... 72 4.2.4.3. Koefisien Determinasi (R2) ..................................................... 72 4.2.4.4. Pengujian Asumsi Klasik ........................................................ 73 4.2.4.4.1. Uji Multikolinieritas Jangka Pendek ........................ 73 4.2.4.4.2. Uji Heteroskedastisitas Jangka Pendek..................... 74 4.2.4.4.3. Uji Autokorelasi Jangka Pendek .............................. 76 4.2.5. Anallisis Statistik Jangka Panjang.........................................................77 4.2.5.1. Uji Secara Individual (Uji t)...................................................... 78 4.2.5.1.1. Uji t terhadap parameter β1 (X1) ................................ 79 4.2.5.1.2. Uji t terhadap parameter β2 (X2)................................ 80 4.2.5.1.3. Uji t terhadap parameter β3 (X3) ................................ 80 4.2.5.2. Uji Secara Serempak (Uji F) ..................................................... 81 4.2.5.3. Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 82 4.2.6. Analisis Ekonomi.................................................................................. 82 4.2.6.1. Pengaruh PDRB Terhadap Deposito Berjangka Rupiah........... 83 4.2.6.2. Pengaruh Suku bunga Deposito Terhadap Deposito Berjangka Rupiah ...................................................................................... 84 4.2.6.3. Pengaruh Laju Inflasi Terhadap Deposito Berjangka Rupiah... 85 BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI............................................................ 87 5.1 Simpulan ...................................................................................................... 87 5.2 Implikasi ...................................................................................................... 89 xii
  • 15. DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Posisi Dana Simpanan Rupiah dan Valuta Asing Pada Bank Umum Menurut Kelompok Bank di DIY .............................................................. 4 1.2 Posisi Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum Menurut Kelompok Bank di DIY ............................................................................. 7 3.1. Nilai CRDW/DW Stat Untuk Uji Kointergrasi...........................................50 3.2 Nilai DF Untuk Uji Kointegrasi................................................................. 51 3.3. Nilai ADF Untuk Uji Kointegrasi .............................................................. 51 3.4. Uji Statistik Durbin-Watson....................................................................... 57 4.1. Data Observasi ........................................................................................... 59 4.2. Hasil Estimasi Akar-Akar Unit Pada Ordo Nol ......................................... 62 4.3. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Pertama Dengan Nilai Kritis MacKinnon 10% ........................................................................................ 63 4.4. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Kedua Dengan Nilai Kritis MacKinnon 10% ........................................................................................ 64 4.5. Nilai Regresi Uji Kointegrasi..................................................................... 65 4.6. Hasil Estimasi Model Dinamis ECM......................................................... 67 4.7. Hasil Uji t Jangka Pendeek ........................................................................ 69 4.8. Hasil Uji Multikolinieritas Jangka pendek................................................. 74 4.9. Hasil Heteroskedastisitas Jangka Pendek................................................... 75 4.10. Hasil Autokorelasi...................................................................................... 76 4.11. Hasil Analisis Regresi ................................................................................ 77 4.12. Hasil Uji t Jangka Panjang ......................................................................... 79 xiv
  • 16. DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1.1. Hukum Permintaan ....................................................................................... 19 1.2. Grafik Keseimbangan Tingkat Bunga............................................................ 29 3.1. Statistik Durbin-Watson d.............................................................................. 57 xv
  • 17. DAFTAR LAMPIRAN lampiran I. Data Observasi II. Hasil Estimasi Akar-akar Unit Pada Ordo Nol III. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Pertama Dengan Nilai Kritis MacKinnon 10% IV. Hasil Estimasi Uji Derajat Integrasi Kedua Dengan Nilai Kritis MacKinnon 10% V. Hasil Estimasi Regresi Linier VI. Hasil Estimasi Model Dinamis ECM VII. Uji Multikolinieritas Jangka Pendek VIII. Uji Heteroskedastisitas Jangka Pendek IX. Uji Autokorelasi Jangka Pendek xvi
  • 18. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang membangun, memiliki banyak permasalahan yang dihadapi dalam melekukan pembangunan. Salah satu masalah tersebut adalah kecilnya modal yang dimiliki. Modal sebagai sumber pembiayaan pembangunan bisa berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Modal pembangunan yang berasal dari luar negeri mempunyai fungsi sebagai pelengkap dana domestik yang belum memadai untuk membiayai seluruh proses pembangunan di Indonesia. Namun demikian, modal pembangunan yang berasal dari luar negeri sangatlah besar resikonya. Tidak hanya membebani anggaran penerimaan dan belanja negara tiap tahunnya, tetapi biasanya juga disertai campur tangan urusan dalam negeri oleh negara donor. Menciptakan ketergantungan terhadap negara-negara/ lembaga donor, menimbulkan beban hutanh yang semakin berat, dan juga turut andil dalam terjadinya krisis nilai tukar dan krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan 1997. Hal ini memuat bayak pihak tidak menyukai sumber modal dari luar negeri. Dengan kata lain sumber modal luar negeri merupakan alternatif terakhir.
  • 19. Modal pembangunan yang berasal dari dalam negeri biasanya dihimpun dari dana masyarakat. Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai potensi untuk menghimpun dana masyarakat. Masyarakat akan menyisihkan sebagian dari pendapatannya yang tidak dikonsumsi untuk menabung. Tabungan inilah yang akan dihimpun oleh pihak bank sebagai dana pihak ketiga (DPK). Dimana tabungan ini hanya akan terjadi jika perkembangan ekonomi Indonesia bisa berjalan dengan lancar dan memungkinkan rakyat Indonesia buat menabung. Dana yang dihimpun bank biasanya dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan. Indonesia barangkali termasuk salah satu negara yang swampai saat ini belum mempunyai sisitem pengamanan atas dana masyarakat yang disimpan di bank. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila pada saat pemerintah melikuidasi 16 bank swasta, terjadi rush dalam bentuk penarikan uang oleh masyarakat dalam jumlah yang besar di berbagai bank. Hal tersebut dilakukan karena masyarakat merasa tidak aman kalau terus menyimpan uangnya di bank. Masalah keamanan dana yang disimpan di bank baru disadari oleh masyarakat pada saat pemerintah melikuidasi sejumlah bank yang bermasalah. Para nasabah bank yang dilikuidasi ternyata mengalami kesulitan untuk menarik dananya. Atas sara IMF pemerintah diwajibkan untuk memberikan apa yang disebut blanket guarantee, yaitu berupa program penjaminan atas dana masyarakat yang disimpan di bank.Lembaga yang bertugas untuk menjamin dana masyarakat yang di simpan di bank adalah
  • 20. insurance deposit scheme (IDS). IDS adalah suatu skema penjaminan yang disediakan oleh perusahaan asuransi untuk menjamin dana masyarakat yang disimpan di suatu bank. Jadi bentuk penjaminan atas resiko dana masyarakat yang disimpan di bank dilaksanakan dengan menggunakan prinsip asuransi. Mekanisme penjaminan tersebut tentunya dilakukan oleh bank terhadap perusahaan asuransi deposito dengan membayar sejumlah premi. Besar kecilnya premi tergantung kepada cakupan pertanggungan yang akan dipikul oleh perusahaan asuransi deposito. Keikutsertaan bank terhadap program penjaminan deposito sudah seharusnya bersikap wajib. Wajib dalam arti semua bank yang beroperasi di Indonesia harus mengasuransikan deposito dari masyarakat. Dengan adanya IDS tersebut maka masyarakat tidak perlu mengkwatirkan dana yang sudah disimpan di bank, karena sudah ada penjaminan asurnsu deposito dari bank yang bersangkutan. Perkembangan dana simpanan perbankan menunjukkan peningkatan yang tinggi selama tahun 1986-1987, yaitu Rp 171.353 juta ditahun 1986 dan Rp 215.861 juta ditahun 1987. Posisi dana simpanan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan secara bertahap. Dana simpanan mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada tahun1996-1998, dari posisi Rp 2.157.057 juta pada tahun 1996 menjadi Rp 2.598.171 juta pada tahun 1997 dan Rp 4.529.470 juta pda tahun 1998. Posisi dana simpanan dari tahun 1999-2005 terus meningkat, yaitu Rp 5.420.702 juta pada tahun 1999 dan Rp 11.450.510 juta pada tahun 2005.
  • 21. Tabel 1.1 Posisi Dana Simpanan Rupiah dan Valuta Asing Pada Bank Umum Menurut Kelompok Bank di DIY 1986-2005 (Juta Rupiah) Bank Akhir Bank Swasta Bank Periode Pemerintah Nasional Umum 1986 131.348 40.005 171.353 1987 146.088 69.773 215.861 1988 194.127 87.941 282.068 1989 266.728 183.977 450.705 1990 363.252 277.347 640.599 1991 456.814 348.291 805.105 1992 593.156 365.316 958.472 1993 757.258 436.772 1.194.030 1994 884.243 551.544 1.435.787 1995 994.018 715.270 1.709.288 1996 1.182.478 974.579 2.157.057 1997 1.582.965 1.015.206 2.598.171 1998 2.949.807 1.579.663 4.529.470 1999 3.372.500 2.048.202 5.420.702 2000 3.799.205 2.313.403 6.113.211 2001 4.824.049 2.728.932 7.552.981
  • 22. 2002 5.226.429 3.002.162 8.228.591 2003 6.036.798 3.120.492 9.157.290 2004 6.626.738 3.586.363 10.213.101 2005 7.356.775 4.103.735 11.450.510 Sumber: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Berbagai Tahun Terbitan. Guna mendukung peningkatan kinerja perbankan, pemerinyah telah banyak mengeluarkan kebijakan di bidang keuangan. Paket 1 Juni 1983 (PAKJUN ’83) dapat dikatakan sebagai kebijakan liberalisasi perbankan. Bank dapat menentukan tingkat bunga yang dianggap memadai dengan mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain perbedaan tingkat inflasi antar negra, disparitas mata uang domestik dengan mata uang negara lain, perbedaan suku bunga domestik dengan suku bunga internasional, dan perbedaan pendapatan nasional antar negara. Dengan berhasilnya liberalisasi perbankan, maka arus pengalihan Rupiah ke mata uang asing dapat dibendung. Dalam lingkup yang lebih luas, keberhasilan liberalisasi perbankan dipengaruhi oleh sistem dana masyarakat untuk tujuan investsi jangka panjang dan peningkatan ekspor. Pada tahun 1988, disusul dengan dikeluarkannya paket Oktober 1988 (PAKTO ’88). Dalam paket ini pada intinya pemerintah menjamin dana masyarakat yang ada di bank secara preventif dan memberi kesempatan yang sama antar bank swasta dan bank pemerintah untuk dapat bersaing dalam
  • 23. menghimpun dana masyarakat. Hasil kebijakan tersebut cukup memuaskan dengan meningkatnya dana deposito, giro, tabungan. Sesuai dengan Undang-Undang perbankan no 10 tahun 1998, penghimpunan dana yang berupa simpanan masyarakat yang salah satunya adalah dilakukan oleh Bank Umum. Bentuk simpanan masyarakat tersebut dapat berupa: Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lain yang dapat dipersamakan Dari berbagai jenis simpanan masyarakat baik dalam rupiah maupun valuta asing yang palin besar porsinya adalah komponen deposito berjangka. Posisi simpanan berjangka atau deposito berjangka pada bank umum di Yogyakarta mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 1986-1990 yaitu Rp 78.678 juta dan Rp 349.700 juta pada tahun 1990. Akan tetapi posisi deposito berjangka menunjukkan perkembangan yang tidak stabil pada tahun 1997-1999, yaitu Rp 1.477.973 juta pada tahun 1997, mengalami kenaikan yang tinggi Rp 3.140.804 pada tahun 1998, dan mengalami penurunan simpanan pada tahun 1999 yaitu sebesar Rp 2.649.307 juta. Posisi simpanan berjangka kembali megalami kenaikan pada tahun 2004-2005, yaitu Rp 2.656.517 juta pada tahun 2004, menjadi Rp 3.907.451 pada tahun 2005.
  • 24. Tabel 1.2 Posisi Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum Menurut Kelompok Bank di DIY 1986-2005 (Juta Rupiah) Bank Akhir Bank Swasta Bank Periode Pemerintah Nasional Umum 1986 51.981 26.697 78.678 1987 62.734 54.274 117.008 1988 83.436 66.616 150.052 1989 106.113 103.761 209.874 1990 176.996 172.704 349.700 1991 191.765 190.776 382.541 1992 216.475 157.614 374.089 1993 208.072 194.937 403.009 1994 221.361 286.661 508.022 1995 250.072 347.376 597.448 1996 306.619 492.418 799.037 1997 856.362 621.611 1.477.973 1998 1.909.773 1.231.031 3.140.804 1999 1.546.550 1.147.757 2.694.307 2000 1.391.601 1.007.316 2.398.917
  • 25. 2001 1.793.232 1.118.084 2.911.316 2002 1.809.623 1.168.978 2.978.601 2003 1.750.162 1.014.937 2.765.099 2004 1.630.062 1.026.455 2.656.517 2005 2.239.192 1.668.259 3.907.451 Sumber: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Berbagai Tahun Terbitan Menurut kepemilikan sahamnya, bank umum di Indonesia dibagi menjadi empat, yaitu Bank Persero, Bank Swasta Nasional, Bank Pemerintah Daerah, Bank Asing dan Campuran. Akan tetapi di Daerah Istimewa Yogyakarta dari keempat bank tersebut hanya Bank Pemerintah Daerah dan Bank Swasta Nasional yang memiliki peranan dominan dalam penghimpunan deposito berjagaka rupiah. Berdasarkan uraian diatas, penghimpunan deposito berjangka terutama deposito dalam rupiah oleh bank umum, pada awalnya sangat bergantung pada kemampuan masyarakat dalam menyimpan dananya, dimana kemampuan ini tercermin dari Pendapatan Nasional. Sebelum masyarakat memutuskan untuk menyimpan dananya pada lembaga perbankan, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu tingkat bunga nasional, nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS. Menurut teori klasik, Tingkat bunga merupakan fungsi dari tabungan. Dimana pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan lebih terdorong untuk menyimpan dananya pada lembaga perbankan.
  • 26. Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuaraikan tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Analisis Permintaan Deposito Berjangka Rupiah Pada Bank Umum di DIY Tahun 1986-2005” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah produk domestik regional bruto (PDRB) mempunyai pengaruh terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY? 2. Apakah tingkat suku bunga deposito mempunyai pengaruh terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY? 3. Apakah laju inflasi mempunyai pengaruh terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto (PDRB) terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY. 2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY.
  • 27. 3. Untuk menganalisis pengaruh laju inflasi terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di DIY. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan pembanding bagi pembaca yang tertarik untuk meneliti hal yang sama dimasa mendatang. 2. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. 3. Sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan, terkait dengan deposito berjangka bagi pihak yang berkepentingan.
  • 28. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Kajian Pustaka berisi pendokumentasian dan pengkajian hasil dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan pada area yang sama. Landasan Teori merupakan bagaimana cara peneliti menteorikan hubungan variabel yang terlibat dalam permasalahan yang diangkat pada penelitian tersebut. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang metode analisis yang digunakan dalam penelitian dan data-data yang digunakan beserta sumber data. BAB IV HASIL DAN ANALISIS Bab ini berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian. Menguraikan tentang deskripsi data dan analisis hasil regresi. BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI
  • 29. Berisi uraian mengenai kesimpulan dan implikasi yang dapat penulis ajukan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.
  • 30. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 KAJIAN PUSTAKA U Tun Wai (1972) melakukan penelitian tentang variabel-variabel yang mempengaruhi simpanan nasional. Salah satu tujuan penting dari penelitian yang dilakukan oleh U Tun Wai adalah untuk menambah determinasi baru dari simpanan nasional, yaitu lembaga perantara keuangan. Penelitian ini menggunakan sampel 15 negara maju dan 35 negara berkembang. Variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui variasi variabel terikat (national saving) yaitu : pendapatan masyarakat, tingkat bunga riil, capital inflows, lembaga perantara keuangan dan variabel dummy (time dummy dan regional dummy). Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pendapatan masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap simpanan nasional. Tingkat keyakinan lebih besar apabila diterapkan di negara berkembang daripada di negara maju. Lembaga perantara keuangan juga mempunyai pengaruh positif terhadap simpanan nasional. Capital inflows mempunyai pengaruh negative terhadap simpanan nasional apabila diterapkan di negara berkembang, tetapi apabila diterapkan di negara maju akan mempunyai pengaruh positif. Tingkat bunga riil mempunyai pengaruh yang positif terhadap simpanan nasional.
  • 31. Peneliti lain, Danoesapoetro,et.al. (1990) melekukan penelitian mengenai “peranan dan prospek bank perkreditan rakyat dalam rangka kebijakan pakto 1998”. Dengan meneliti jumlah bank perkreditan rakyat, perkembangan dana yang dihimpun dan perkembangan pinjaman yang diberikan oleh bank perkreditan rakyat di Indonesia, disimpulkan bahwa bahwa kebijakan pakto 1988 mempermudah prosedur pembentukan bank- bank sampai pada tingkat kecamatan. Dampak dari kondisi tersebut adalah bertambahnya jumlah kantor bank perkreditan rakyat yang selanjutnya menyebabkan peningkatan jumlah dana yang dihimpun dan kredit yang disalurkan. Penelitian Sumaryati (1992) mengenai “analisis efisiensi pengelolaan dana perbankan di Indonesia”. Tujuan penelitiannya adalah untuk menganalisis pengaruh kebijaksanaan pemerintah di bidang keuangan, moneter dan perbankan pada tanggal 27 oktober 1988 (PAKTO 88) terhadap efisiensi pengelolaan dana perbankan khususnya bank swasta devisa. Analisis dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan secara makro dan mikro. Secara makro dengan melakukan estimasi fungsi deposito, fungsi kredit, dan fungsi pendapatan. Sedangkan pendekatan secara mikro dengan menganalisis beberapa rasio efisiensi usaha pada masing-masing bank yang bersangkutan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terhadap pengaruh positif yang bermakna dari tingkat suku bunga deposito, jumlah tenaga kerja, pengeluaran lain-lain, serta jumlah aktiva terhadap jumlah deposito yang berhasil dihimpun oleh bank.
  • 32. Peneliti lain Kusdianto (1994) melakukan penelitian tentang pengaruh beberapa factor terhadap dana deposito dan kredit bank-bank umum devisa di Indonesia, sebelum dan sesudah pakto 1988. Dalam penelitian ini digunakan variabel bebas suku bunga deposito, biaya promosi, dan total aktiva mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah deposito bank, baik sebelum maupun sesudah pakto 1988. Shigeyuki Abe (1997) melekukan penelitian tentang simpanan domestic (domestic saving). Penelitian ini dilakukan terhadap enam negara Asia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto, suku bunga deposito, pengharapan tingkat laju inflasi, dan pertumbuhan simpanan valuta asing. Kesimpulan dari penelitian Abe adalah bahwa suku bunga deposito dan produk domestic bruto mempunyai pengaruh positif terhadap simpanan domestic. Deby Retno Damayanti (1999), Penelitian berjudul “Hubungan kausalitas antara inflasi dan tingkat bunga deposito”. Penelitian ini menggunakan uji Kausalitas Granger (1969), kemudian pengujian hipotesa menggunakan Uji F dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Variabel yang digunakan yaitu suku bunga deposito 3 bulan dan inflasi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah dari hasil regresi fungsi suku bunga deposito terlihat bahwa hasil regresinya tersebut tidak memberikan hasil yang signifikan, baik pada lag 3, lag 4 maupun lag 5, Fhitung < Ftabel. Bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap suku bunga deposito.
  • 33. Edy Suandi Hamid (1999) dalam penelitiannya ”Analisis PAM dalam permintaan deposito di Indonesia”. Data yang digunakan dalam bentuk data kuartalan tahun 1984-1995. Variabel yang digunakan adalah tingkat bunga nasional, reserve Requirement (Giro Wajib Minimum), nilai tukar tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan tingakat deposito tahun lalu. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah variabel tingkat suku bunga nasional, reserve Requirement (Giro Wajib Minimum), nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan tingkat deposito tahun lalu berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito di Indonesia (Edy Suandi Hamid, 1999: 19) Peneliti lain Budiono (2001) dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi penghimpunan deposito berjangka pada bank umum pemerintah dan bank swasta nasional di Indonesia”. Dalam penelitian ini menggunakan metode regresi berganda double log atau natural log, dengan menggunakan α = 0.05. berdasarkan hasil analisis dapat dilihat ada dua variabel bebas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penghimpunan deposito berjangka pada bank umum pemerintah dan bank umum swasta nasional yaitu pendapatan nasional dan total aktiva bank. Sedangkan variabel lain tingkat bunga, tingkat inflasi, dan jumlah kantor bank tidak mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penghimpunan deposito berjangka pada bank umum pemerintah dan bank umum swasta nasional. Penelitian Wahyu Setianingsih (2001) melakukan penelitian tentang factor-faktor yang mempengaruhi deposito berjangka rupiah pada bank
  • 34. pemerintah. Variabel yang digunakan adalah PDB riil per kapita, tingkat suku bunga deposito, dan nilai rupiah terhadap dollar. Alat analisis yang digunakan adalah PAM. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa PDB riil per kapita, tingkat suku bunga deposito, dan tingkat deposito periode sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito berjangka rupiah. Penelitian Titik Sulastri (2002) dengan judul penelitian “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dana perbankan tahun 1978-1999” dalam penelitian ini menggunakan metode kuadarat terkecil biasa disebut OLS. Variabel yang digunakan adalah PDB, JUB, tingkat suku bunga dan IHK. Dari penelitian ini disimpulkan ada dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap dana perbankan yaitu PDB dan suku bunga. Siti Fatimah N dan Kurniawati Niladewi (2003) dalam penelitiannya “Analisis permintaan deposito dalam valuta asing pada bank swasta di Indonesia”. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis PAM dengan variabel yang digunakan adalah PDB perkapita, suku bunga deposito, nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, LIBOR. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa variabel suku bunga deposito, LIBOR dan deposito valuta asing periode sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan Deposito dalam valuta asing. Peneliti Ikha Novianti (2004) meneliti tentang “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi deposito berjangka bank umum di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah Pendapatan Nasional, tingkat suku bunga deposito, total aktiva bank umum, jumlah kantor bank umum. Alat analisis yang
  • 35. digunakan adalah PAM. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada tiga variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap deposito berjangka bank umum di Indonesia, yaitu tingkat suku bunga deposito, total aktiva bank umum dan tingkat deposito sebelumnya. Peneliti Tuti (2006) meneliti tentang “Analisis permintaan deposito berjangka dalam negeri pada bank umum di Indonesia”. Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, suku bunga deposito dalam negeri. Alat analisis yang digunakan adalah PAM. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada dua variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap deposito berjangka dalam negeri bank umum di Indonesia, yaitu tingkat inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Permintaan Permintaan dalam ilmu ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik sedangkan pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan turun. Sebaliknya, jika harga barang turun, sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau bertambah.
  • 36. Konsep permintaan juga dibedakan antara permintaan individu dan permintaan pasar. Permintaan pasar adalah permintaan-permintaan individu setiap konsumen. Dalam analisis permintaan hanya satu faktor yang berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta yaitu harga produk, sedangkan faktor-faktor lain seperti selera, pendapatan dan faktor diluar itu dianggap sebagai cateris paribus (tidak berubah). Dengan demikian dapat diketahui hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan tingkat harga tersebut. Berdasarkan uraian tersebut pengertian permintaan adalah suatu fungsi yang digambarkan sebagai garis, kurva, suatu daftar atau skedul. Para ahli ekonomi membedakan pemakainan istilah fungsi permintaan dan kurva permintaan. Fungsi permintaan menghubungkan kuantitas yang diminta dengan harga barang tersebut juga dengan faktor-faktor lainnya yang besar pengaruhnya terhadap permintaan, seperti: pendapatan konsumen yang bersangkutan, harga barang pengganti, harga barng komplementer dan citarasa. Kurva atau skedul permintaan hanya menghubungkan kuantitas yang diminta dengan harga satuan barang tersebut. 2.2.1.1 Hukum Permintaan Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana ada dalam hukum permintaan yang menyatakan bahwa, bila harga suatu barang naik (cateris paribus) maka, jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun dan sebaliknya bila harga barang tersebut turun maka jumlah barang tersebut yang diminta konsumen akan naik. Cateris paribus berarti
  • 37. bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta dianggap tidak berubah (Boediono, 1998). P A P0 B P1 0 Q0 Q1 Q Gambar 1.1 Kurva Permintaan 2.2.1.2 Fungsi Permintaan Fungsi permintaan sesungguhnya menunjukan hubungan antara variabel tidak bebas dengan semua variabel yang dapat mempengaruhi besarnya variabel tidak bebas. Fungsi permintaan dapat ditulis sebagai berikut (Suparmoko, 1990): Qa = f (PA, PB-Z, I, T, A, N) Keterangan: Qa = Jumlah barang yang diminta PA = Harga barang A PB-Z = Harga barang lain I = tingkat pendapatan konsumen
  • 38. T = Selera konsumen A = Pengeluaran perusahaan untuk advertensi N = Jumlah penduduk 2.2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Faried Wijaya (1991) selain harga barang itu sendiri, faktor- faktor lain yang menentukan permintaan individu maupun pasar adalah: a. Selera Konsumen Perubahan selera konsumen yang lebih menyenangi barang tersebut misalnya, akan berarti lebih banyak barang yang akan diminta pada setiap tingkat harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen akan barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti kurva permintaan bergeser ke kiri. b. Banyaknya konsumen pembeli Bila volume pembelian oleh masing-masing konsumen adalah sama, maka kenaikan jumlah konsumen dipasar akan menyebabkan kenaikan permintaan, sehingga kurva bergeser ke kanan. Penurunan jumlah atau banyaknya konsumen akan menyebabkan penurunan permintaan.
  • 39. c. Pendapatan konsumen Pengaruh perubahan pendapatan terhadap permintaan mempunyai dua kemungkinan. Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap pendapatan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan pendapatan akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi bila barang tersebut merupakan barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus barang inferior, maka kenaikan pendapatan justru akan menurunkan permintaan. d. Harga barang-barang lain yang bersangkutan Barang-barang lain yang bersangkutan biasanya merupakan barang subtitusi (pengganti) atau barang komplementer (pelengkap). Kenaikan barang subtitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara relatif meskipun harganya tetap, tidak berubah, sehingga barang tersebut bisa lebih murah secara relatif. Permintaan suatu barang akan naik bila harga barang penggantinya turun, maka permintaan akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang tersebut harganya lebih mahal dibandingkan harga penggantinya. Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang tertentu akan menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun, dan sebaliknya. e. Ekspektasi (perkiraan harga-harga barang dan pendapatan di mdepan) Ekspektasi para konsumen bahwa harga-harga akan naik di masa depan mungkin menyebabkan mereka membeli barang tersebut
  • 40. sekarang untuk menghindari kemungkinan kerugian akibat adanya kenaikan harga tersebut. Demikian juga halnya bila konsumen memperkirakan pendapatannya akan naik di masa depan. Sebaliknya, terjadi penurunan permintaan bila para konsumen memperkirakan bahwa di masa depan harga-harga akan naik atau pendapatannya akan turun. 2.2.2 Deposito Berjangka Sumber dana dari masyarakat (dana pihak ketiga) merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya seperti hadiah dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana yang bersumber dari masyarakat adalah jumlahnya yang tidak terbatas baik berasal dari perorangan (rumah tangga), perusahaan, maupun lembaga masyarakat lainnya. Sedangkan kerugiannya adalah biayanya yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan dana dari modal sendiri, misalnya untuk biaya bunga atau biaya promosi. Ada tiga jenis simpanan sebagi sarana untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu: simpanan Giro, tabungan, dan deposito (Martono, 2003:39)
  • 41. Simpanan deposito dalam undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dinyatakan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Berbeda dengan giro dan tabungan, simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo) yang lebih panjang dan dapat ditarik atau dicairkan hanya setelah jatuh tempo. Begitu pula dengan suku bunga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan giro dan tabungan (Martono, 2003:40) Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito sangat bergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito mengandung beberapa perbedaan sehingga diperlukan sarana yang berbeda pula. Sebagai contoh untuk deposito berjangka menggunakan Bilyet deposito, sedangkan untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat deposito. Dalam prakteknya ada jenis deposito, yaitu deposito berjangka, sertifikat deposito, deposit on call. Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut jngka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1,3,6,12, hingga 24 bulan. Deposito berjangka ini hanya dapat ditarik atau diuangkan pada saat jatuh temponya, oleh pihak yang namanya tercantum dalam bilyet deposito tersebut. Oleh karena itu, deposito berjangka merupakan simpanan atas nama. Apabila jangka waktu yang telah ditentukan habis maka deposan dapat menarik deposito berjangka atau memperpanjang dengan suatu periode yang diinginkan. Deposito berjangka dapat diterbitkan atas nama perorangan maupun lembaga.
  • 42. Penetapan suku bunga untuk setiap jangka waktu ditetapkan masing- masing bank sesuai dengan perhitungan kondisi bunga di pasar. Bunga deposito berjangka dibayarkan setiap tanggal jatuh tempo (tanggal yang sama dengan tanggal pembukuan) atau tanggal jatuh tempo pokok (tanggal berakhirnya jangka waktu penyimpanan). Jenis deposito kedua yaitu sertifikat deposito. Sertifikat deposito adalah simpanan berjangka atas pembawa atau atas tunjuk, yang dengan ijin Bank Indonesia dikeluarkan oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapat diperjualbelikan kepada pihak ketiga (Thomas Suyatno dkk, 1993:38) Pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka, perbedaannya hanyalah bawa sertifikat deposito diterbitkan atas tunjuk dalam bentuk sertifikat, sedangkan deposito berjangka dikeluarkan atas nama. Jadi, sertifikat deposito yang ditunjukan harus dibayar oleh bank yang menerbitkannya. Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan di muka dalam ari dipotong dari harga nominalnya pada waktu sertifikat deposito itu dibeli, baik tunai maupun nontunai. Selain itu bunga juga dapat dicairkan setiap bulan atau jatuh tempo. Sebagi catatan tambahan, perlu diperhatikan bahwa bank umum, bnk pembangunan, ataupun Bank Perkreditan Rakyat, dapat menyelenggarakan deposito berjangka, artinya dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berjangka. Tetapi untuk menerbitkan sertifikat deposito, hanya bank umum dan bank pembangunan yang diperbolehkan. Itupun harus memperoleh ijin Bank Indonesiasetelah memenuhi syarat tertentu, antara lain
  • 43. dari segi kesehatan dan kemampuan bank dari segi kebutuhan permodalanya (Thomas Suyatno, 1993:39). Deposit on call yang merupakan jenis deposto ketiga hanya digunakan untuk deposan yang memiliki jumlah uang dalam jumlah besar, misalnya Rp 25 juta dan sementara waktu belum digunakan. Penerbitan Deposit on call memiliki jangka waktu minimal 7 (tujuh) hari dan paling lama kurang dari satu bulan. Deposit on call diterbitkan atas nama. Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan Deposit on call. Apabila deposan ingin mencairkan depositonya sebelum Deposit on call tersebut dicairkan sesuai jangka waktunya, tiga hari sebelumnya deposan terlebih dahulu harus sudah memberitahukan kepada pihak bank penerbit bahwa yang bersangkutan akan mencairkan Deposit on call-nya. Pada dasarnya deposito tidak dapat ditarik atau dicairkan deposan sebelum deposito yang bersangkutan tersebut jatuh tempo. Bila hal ini terpaksa dilakukan, maka penabung dikenakan denda atau biasa disebut dengan penalty. Denda atau penalty yang dikenakan yaitu sebesar selisih antara bunga yang diperoleh selama deposito belum jatuh tempo dengan bunga yang berlaku sesuai dengan lamanya deposito mengendap. Disamping dikenakan penalty, nasabah juga dikenai biaya administrasi, tergantung dari besarnya nilai nominal deposito yang bersangkutan.
  • 44. 2.2.3 Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto (GDP- Gross Domestic Products) adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian baik yang dilakukan oleh penduduk domestik maupun penduduk asing maupun orang-orang dari negara lain yang bermukim di negara yang bersangkutan. Jadi GNP sama dengan GDP ditambah pendapatan milik penduduk domestik yang dikirim dari negara lain berkat kepemilikan mereka atas faktor produksi di luar negeri dikurangi pendapatan milik orang asing atas faktor produksi yang ada di negara domestik.. Pendapatan nasional dalam hal ini tercermin dalam PDB. Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah Output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara selama satu tahun. PDB terbagi atas PDB harga berlaku atau nominal dan PDB harga konstan atau riil. PDB pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun dan dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. PDB pada harga konstan, yaitu harga yang berlaku pada satu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain. Produk domestik bruto merupakan ukuran terbaik dari kinerja perekonomian karena tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam nilai uang tunggal dalam periode waktu tertentu (Mankiw; 1999). Terdapat beberapa cara untuk menilai PDB sebagai kinerja sebuah perekonomian, (1) dengan melihat PDB sebagai perekonomian total (pendekatan pendapatan)
  • 45. dari setiap orang yang berada di dalam perekonomian,(2) dengan melihat PDB sebagai pengeluaran total (pendekatan pengeluaran) pada output barang dan jasa perekonomian. Dari sudut pandang lain, jelaslah mengapa PDB merupakan cerminan dari kinerja ekonomi karena mengukur sesuatu yang dipedulikan banyak orang (pendapatan) demikian pula dengan output barang dan jasa yang memuaskan permintaan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. PDB mengukur pendapatan dan pengeluaran perekonomian pada outputnya dengan alasan bahwa jumlah keduanya adalah sama dan fakta yang mendasar : karena setiap transaksi memiliki penjual dan pembeli, setiap uang yang dikeluarkan seorang pembeli menjadi pendapatan seorang penjual yang lain. 2.2.4 Teori Tingkat Suku Bunga Pengertian dasar dari tingkat bunga yaitu sebagai harga dari penggunaaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga sebagai “ harga” ini bisa juga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi “pertukaran” antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti (misalnya setahun lagi. Hutang piutang timbul karena terjadi “pertukaran” semacam ini. “pembeli” dari satu rupiah sekarang dan sekaligus “penjual” dari satu rupiah nanti dalah peminjam (debitur), sedangkan “penjual” dari satu rupiah sekarang yang sekaligus juga “pembeli” satu rupiah nanti, adalah orang yang meminjamkan (kreditur). Debitur harus membayar kepada kreditur “harga” dari pertukaran tersebut,
  • 46. dan harga ini adalah bunga yang dibayar debitur dan yang diterima kreditur (Boediyono, 1998:75-76) Tingkat bunga tidak pernah stabil; hari ini naik besok turun dan demikian seterusnya. Sejak awal Februari 1984, Bank Indonesia mulai memperkenalkan fasilitas diskonto dan melalui operasi pasar terbukanya mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Dampak dari kebijakan tersebut, bank-bank umum pemerintah bebas menaikkan suku bunga deposito. Hal ini dimaksudkan agar dana masyarakat dapat digunakan untuk investasi sehingga terjadi kenaikan output. Langkah kebijakan ini mulai mengarah tercipta dan berfungsinya pasar uang lebih bebas. Perkembangan selanjutnya yaitu mulai dikenalkan pula Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) sebagai salah satu alat pengendali jumlah uang beredar. 2.2.4.1 . Teori Klasik Bunga adalah “harga” dari (penggunaan) loanable funds. secara bebas loanable funds diterjemahkan sebaagai dana investasi atau dana yang tersedia untuk dipinjamkan. Menurut teori klasik merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan seseorang atau masyarakat untuk menabung uangnya dibank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi atau mengorbankan pengeluaran konsumsinya guna menambah tabungnnya.
  • 47. Investasi juga tergantung/merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus ia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Sebaliknya makin rendah tingkat suku bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan untuk melakukan investasi. Hal ini tercapai pada saat penabung dan investor (dalam hal ini pengusaha) untuk melakukan tawar menawar yang pada akhirnya akan menghasilkan tingkat bunga kesepakatan (keseimbangan). Scara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan seperti dalam gambar 1.2. Tingkat Bunga Tabungan i1 i0 Investasi 1 Investasi 0 F Dana Investasi Gambar 1. 2 Teori Tingkat Bunga
  • 48. Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0, dimana jumlah tabungan sama dengan investasinya. Apabila tingkat bunga diatas i0 maka jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun kembali ke posisi i0. sebaliknya, apabila tingkat bunga dibawah ini, para pengusaha akan saling bersaing untuk memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil. Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke i0. Kenaikan efisiensi produksi misalnya, akan mengakibatkan keuntungan yang diharapkan naik. Sehingga, pada tingkat bunga yang sama pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk meminjam dana lebih besar untuk membiayai investasinya. Atau untuk dana investasi yang sama jumlahnya, perusahaan bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi. Keadaan ini ditunjukan dengan pergeseran kurva permintaan investasi ke kanan atas, dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada i1. 2.2.4.2. Teori Irving Fisher Menurut Irving Fisher, bunga adalah premi yang harus dibayarkan kepada pemilik dana agar ia mau meminjamkan uangnya. Fisher menyatakan bahwa ada kaitan positif antara suku bunga nominal dengan inflasi. Dengan suku bunga riil yang diperkirakan konstan dalam jangka panjang dan ekspektasi inflasi yang menyesuaikan diri terhadap laju inflasi yang berlaku.
  • 49. Suku bunga yang terjadi merupakan selisih antara suku bunga nominal dengan laju inflasi aktual atau dinyatakan dalam simbol sebagai berikut : i=r+πe atau r=i–πe dimana r = suku bunga riil i = suku bunga nominal πe = Laju inflasi yang diharapkan Dengan r konstan, dalam jangka panjang apabila keseluruhan proses penyesuaian telah terjadi, kenaikan laju inflasi akan sepenuhnya tercermin pada suku bunga nominal. Dengan kata lain suku bunga nominal dalam jangka panjang akan meningkat sebesar kenaikan inflasi. (Dornbusch, Fisher, 1989, hal. 592 ). Irving telah menganalisis penentuan tingakat bunga dalam ekonomi dengan mengkaji mengapa orang-orang menabung (mengapa mereka tidak mengkonsumsi semua sumber daya mereka) dan mengapa orang lain yang meminjam. Dalam perekonomian dikenal konsep tingkat suku bunga nominal dan tingkat suku bunga riil. Anggaplah seseorang mendepositokan uangnya dalam rekening bank dengan bunga 8 persen pertahun. Pada tahun berikutnya, orang tersebut memiliki uang 8 persen lebih banyak dari tahun sebelumnya. Tetapi ketika harga meningkat, sehingga uang membeli lebih sedikit, maka daya beli orang tersebut tidak meningkat sebesar 8 persen. Jika tingkat inflasi adalah 5 persen, maka jumlah barang yang dapat dibeli hanya meningkat 3 persen.
  • 50. Apabila inflasi adalah 10 persen, maka daya beli orang tersebut secara nyata turun sampai 2 persen. 2.2.4.3. Teori Keynesian Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang. Ada tiga motif (transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi) mengapa orang menghendaki memegang uang tunai. Tiga motif inilah yang menyebabkan timbulnya “ permintaan akan uang”, yang diberi nama Liquidity Preference. Nama ini mempunyai makna tertentu, yaitu bahw permintaan akan uang menurut teori keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. 2.2.5 Inflasi Merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami erosi. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono, 1985:161). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan
  • 51. tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi. (Nopirin, 1987: 25). Atau dapat dikatakan, kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi. 2.2.5.1 Jenis-jenis Inflasi Inflasi dapat digolongkan berdasarkan: sifat, sebab dan asal terjadinya (Nopirin, 1987). Inflasi menurut sifatnya digolongkan dalam tiga kategori, yaitu: 1. Inflasi Merayap Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil dan dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10% per tahun). 2. Inflasi Menengah Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi 3. Inflasi Tinggi Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang. Perputaran uang makin cepat, sehingga harga naik secara akselerasi.
  • 52. Berdasarkan sebab terjadinya inflasi dibedakan menjadi: 1. Demand – pull Inflation Demand pull inflation ditandai dengan adanya inflationary gap. Inflationary gap itu sendiri terjadi apabila keseimbangan GNP berada di atas atau melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh (full employment). Inflasi bermula dengan adanya kenaikan permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi telah berada pada kondisi full employment. Sehingga kenaikan permintaan ini hanya akan menaikkan harga saja. 2. Cost – Push Inflation Proses kenaikan harga yang sering diikuti turunnya produksi disebut dengan Cost Push Inflation. Serikat buruh yang menuntut kenaikan upah, manajer dalam pasar monopolistis yang dapat menentukan harga (yang lebih tinggi), atau kenaikan harga bahan baku, misalnya krisis minyak adalah faktor yang dapat menaikkan biaya produksi. Kenaikan biaya ini pada akhirnya akan menaikkan harga dan turunnya produksi, atau terjadi penurunan penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Jika proses ini berlangsung terus maka timbul cost push inflation. Menurut asalnya inflasi terdiri dari: 1. Domestic Inflation Inflasi yang berasal dari dalam negeri sendiri seperti kenaikan konsumsi masyarakat, ekspansi moneter dan lain sebagainya.
  • 53. 2. Imported Inflation Inflasi yang berasal dari luar negeri, seperti kenaikan harga-harga barang di negara-negara langganan dagang kita, mekanismenya baik melalui impor ataupun ekspor. 2.2.5.2. Teori Inflasi Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yang masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu. 1. Teori Kuantitas Teori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena 2 hal, yaitu jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari teori Kuantitas ini, adalah bahwa, pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan volume uang beredar. Kedua, laju inflasi oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang (Boediono, 1985). 2. Teori Keynes Teori ini menerangkan bahwa proses inflasi terjadi karena permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Hal ini yang disebut dengan inflationary gap. Inflationary gap terjadi apabila jumlah dari permintaan-permintaan efektif dari semua golongan tersebut, pada tingkat harga yang berlaku melebihi jumlah maksimum dari barang-barang yang dihasilkan oleh masyarakat. Harga-harga akan naik, karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia.
  • 54. Adanya kenaikan harga-harga tersebut berarti bahwa kegiatan rencana pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak terpenuhi, selanjutnya mereka akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar lagi, baik golongan pemerintah melalui pencetakan uang baru, atau para pengusaha swasta melalui kredit dari bank, atau pekerja kenaikan tingkat upah yang lebih besar. Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku. 3. Teori Strukturalis Teori Strukturalis lebih menekankan pada faktor-faktor struktural dari perekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-faktor struktural di sini adalah faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang. Teori struktural memberi tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran berupa ketidakelastisan dari penerimaan ekspor dan ketegaran berupa ketidakelastisan dari penawaran bahan makanan dalam negeri. Kedua proses di atas pada umumnya berkaitan dan memperkuat satu sama lain dalam menyebabkan inflasi. Ketegaran yang merupakan “ketidakelastisan” dari penerimaan ekspor ini adalah ketegaran di mana nilai ekspor tumbuh secara lamban dibanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Dasar penukaran yang
  • 55. makin memburuk dan supply barang-barang ekspor yang tidak elastis ini akan menyebabkan terjadinya kelambanan tersebut. Kelambanan pertumbuhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan pertumbuhan kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan. Sedang bagi suatu negara untuk mencapai target pertumbuhannya mengambil kebijaksanaan pembangunan “import substitution strategy”. Inflasi terjadi jika proses substitusi impor ini makin meluas, sehingga menaikkan biaya produksi ke berbagai barang, sehingga makin banyak harga-harga yang naik. 2.2.5.3. Indikator Inflasi Ada beberapa indikator yang digunakan oleh para ekonom untuk menggambarkan inflasi yaitu Indeks Biaya Hidup (IBH), Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Implisit Produk Domestik Bruto (GDP Deflator) atau Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Dari berbagai indikator tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, serta sangat tergantung pada tujuan pemakaiannya. IBH dan IHK dimaksudkan untuk penetapan upah buruh riil, karena dengan indeks ini bisa melihat sejauh mana penurunan daya beli yang terjadi pada kaum buruh akibat inflasi. Untuk pembuatan kontrak kerja dan penyesuaian harga yang dilakukan kontraktor besar, biasanya menggunakan IHPB. GDP Deflator yang mempunyai cakupan lebih luas dibandingkan kedua indeks terdahulu, sebenarnya mencerminkan perkembangan tingkat harga umum.
  • 56. Pengendalian laju inflasi tentu saja tidak lepas dari pengendalian yang dilakukan oleh otoritas moneter dari sisi intern dalam rangka mencari stabilitas ekonomi sebagai salah satu tujuan pembangunan. Laju inflasi sebelum tahun 1984 mendekati bahkan melebihi 10%, hal ini tentu saja tidak lepas dari berbagai pengaruh faktor ekstern terhadap perekonomian Indonesia. Deregulasi dan debirokratisasi 1 Juni 1983, merupakan langkah yang diambil pemerintah untuk mengadakan perubahan kebijaksanaan ekonomi. Perkembangan moneter tahun 1984 yang relatif stabil tercermin dari pertambahan uang beredar yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan tingkat laju inflasi yang dapat dikendalikan. Piranti-piranti kebijakan moneter untuk pengendalian jumlah uang beredar yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai berikut: (1) Perubahan tingkat bunga fasilitas diskonto (2) Perubahan rasio cadangan minimum (3) Perkreditan selektif (4) Operasi Pasar Terbuka (5) Pendekatan persuasif 2.3. Hubungan Variabel Dependen dengan Variabel Independen 2.3.1. Hubungan PDRB dengan Deposito Berjangka Rupiah. Produk Domestik Regioanl Bruto merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah atau kabupaten, dengan cara mengurangkan biaya antara dari
  • 57. masing-masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Produk domestik regional bruto disini dengan pendekatan pendapatan perkapita masyarakat. Simpanan adalah pendapatan yang tidak dikonsumsi. Menurut Keynes, simpanan (saving) merupakan fungsi dari pendapatan. Simpanan atau saving terutama ditentukan oleh pendapatan nasional ataupun regional. Tidak semua pendapatan yang diterima oleh seseorang akan digunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian akan disisihkan sebagai simpanan (saving). Bila tingkat pendapatan rendah, rumah tangga tidak dapat menabung atau hanya sedikit menabung, karena harus membelanjakan semua atau sebagian besar pedapatannya untuk memelihara tingkat kehidupan tertentu atau lebih untuk konsumsi. Pada tingkat pendapatan lebih tinggi, konsumsi dan tabungan akan lebih besar. Semakin besar pendapatan, semakin besar pula simpanan yang dilakukan masyarakat. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian PDRB berpengaruh terhadap deposito berjangka rupiah. 2.3.2. Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Deposito Berjangka Rupiah. Hubungan antara tingkat bunga dengan simpanan bersifat positif. Menurut Teori Klasik, semakin tinggi tingkat bunga maka makin tinggi pula keinginan seseorang atau masyarakat untuk menabung uangnya dibank. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi atau mengorbankan pengeluaran konsumsinya guna menambah
  • 58. tabungannya. Semakin besar tingkat bunga akan meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menyimpan dana pada bank, sehingga jumlah simpanan masyarakat pada bank akan naik. 2.3.3. Hubungan Laju inflasi dengan Deposito Berjangka Rupiah. Inflasi berpengaruh terhadap simpanan. Dengan adanya inflasi maka diasumsikan suku bunga akan mengalami kenaikan. Teori Irving Fisher, Fisher mengatakann bahwa ada kaitan positif antara suku bunga dengan inflasi. Dengan suku bunga riil yang diperkirakan konstan dalam jangka panjang dan ekspektasi inflasi yang menyesuaikan diri terhadap laju inflasi yang berlaku. Dengan r konstan dalam jangka panjang apabila keseluruhan proses penyesuaian telah terjadi, kenaikan laju inflasi akan tercermin pada suku bunga nominal. Dengan kata lain suku bunga akan meningkat sebesar kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi yang menyebabkan kenaikan suku bunga deposito, akan menyebabkan kenaikan permintaan akan simpanan karena seseorang berasumsi akan memperoleh uang yang lebih banyak dengan adanya kenaikan tingkat bunga. Dengan demikian maka inflasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap simpanan. 2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di Yogyakarta.
  • 59. 2. Diduga tingkat suku bunga deposito berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di Yogyakarta. 3. Diduga laju inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan deposito berjangka rupiah pada bank umum di Yogyakarta.
  • 60. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Adapun data yang digunakan adalah : a. Data deposito berjangka rupiah 3 bulanan pada bank umum di Yogyakarta tahun 1986-2005. b. Data Produk Domestik Regional Bruto di Yogyakarta tahun 1986- 2005. c. Data tingkat suku bunga deposito di Yogykarta tahun 1986-2005. d. Data laju inflasi di Yogyakarta tahun 1986-2005. 3.2. Devinisi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini : 3.2.1 Variabel Dependen Deposito berjangka rupiah (Y) Deposito berjangka adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antar pihak ketiga dn bank yang bersangkutan. Jangka
  • 61. waktu jatuh tempo dapat dipilih sesuai kebutuhan, yaitu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan. Deposito berjangka rupiah pada penelitian ini disajikan dalan jutaan rupiah pertahun. 3.2.2 Variabel Independen, terdiri dari : a. Produk Domestik Regional Bruto (X1) Data Produk Domestik Regional Bruto untuk Daerah Istimewa Yogyakarta atas dasar harga konstan 2000. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan perhitungan tahunan kemudian diolah dan dinyatakan dalam bentuk satuan juta rupiah. b. Suku Bunga Deposito berjangka rupiah (X2) Merupakan tingkat keuntungan minimum yang disyaratkan pemodal atau tingkat keuntungan yang diharapkan pemodal dari investasi dalam bentuk simpanan. Tingkat suku bunga yang dimaksud disini adalah rata-rata tertimbang tingkat bunga deposito dari seluruh simpanan deposito pada berbagai waktu jatuh tempo yang berlaku di bank umum dalam persen 3 bulan. c. Laju Inflasi (X3) Data inflasi yang dipergunakan adalah data laju inflasi tahunan yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) berbagai edisi dengan olahan dengan satuan persen (%).
  • 62. 3.3. Metode Analisis Data 3.3.1. Pendekatan Error Correction Model (ECM) Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel dalam penelitian ini berupa pendekatan teori ekonomi, teori statistik dan teori ekonometrika dengan lebih menekankan pada pendekatan model analisis seri waktu (time series analysis). Model umum yang dipakai dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Salah satu prasyarat penting untuk mengaplikasikan model seri waktu yaitu dipenuhinya asumsi data yang normal atau stabil (stasioner) dari variabel-variabel pembentuk persamaan regresi. Karena penggunaan data dalam penelitian ini dimungkinkan adanya data yang tidak stasioner, maka penelitian ini digunakan teknik kointegrasi ( Cointegration Tecnique ) dan model koreksi kesalahan atau Error Correction Model ( ECM ). Digunakan ECM karena mekanisme ECM memiliki keunggulan baik dari segi nilainya dalam menghasilkan persamaan yang diestimasi dengan property statistik yang diinginkan maupun dari kemudahan persamaan tersebut untuk diinterprestasi (Insukindro 1993: 65). Disamping itu ECM dapat pula dijadikan variabel proksi nalar asa dari model stok penyangga masa depan dengan cara membentuk estimasi jangka panjang dari ECM, ECM juga bias menghindari regresi lancung atau regresi semu yang menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan. Proses analisis yang akan dilakukan terdiri dari analisis deskriptif , uji akar unit (testing for unit root) dan uji derajat integrasi (testing for degree of integration), uji kointegrasi
  • 63. (Cointegration test), pendekatan ECM (Error Correction Model), analisis statistik, uji asumsi klasik, serta analisis ekonomi. 3.3.2. Analisa Deskriptif Analisis Deskriptif merupakan suatu analisis yang memaparkan hasil secara kualitatif terhadap perkembangan data-data yang ada untuk memperkuat analisis empiris. Penelitian ini akan membahas perkembangan variabel dependen permintaan deposito berjangka rupiah, serta variabel independen yaitu PDRB, suku bunga deposito, inflasi. 3.3.2.1 Uji Akar Unit Dan Uji Derajat Integrasi Uji akar unit dapat dipandang sebagai uji stasioneritas, karena pada intinya uji tersebut bentuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model otoregresi yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak. Langkah awal yang harus dilakukan pengujian ini adalah menaksir model otoregresi dari masing-masing variabel yang akan digunakan dalam penelitian dengan OLS. Ada beberapa prosedur untuk melakukan uji akar- akar unit namun yang banyak digunakan adalah uji Dickey- Fuller ( DF ) dan uji Philips Peron. Uji ADF adalah uji yang dikembangkan oleh Dickey Fuller untuk menyempurnakan uji DF yang sudah ada sebelumnya. Dalam prakteknya uji ADF inilah yang seringkali digunakan untuk mendeteksi apakah data stasioner atau tidak. Adapun formulasi uji ADF adalah sebagai berikut :
  • 64. k DYt= ao + a1 + ∑I =1 b1 B1DYt (3.1) k DYt= co + c1T + C2 BYt + ∑I =1 d1B1DYt (3.2) Notasi : DYt = Yt – Yt-1 BYt = Yt-1 T = trend waktu Yt = Variabel yang diamati pada waktu t K = Besarnya waktu kelambanan yang dihitung dengan rumus K = N1/3 dengan N adalah jumlah sampel. Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai ADF tabel dengan nilai ADF statistik. Nilai ADF ditunjukkan oleh nilai t pada koefisien regresi BYt pada persamaan (1) dan (2). Bila data yang diamati pada uji akar unit ternyata tidak stationer, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapa derajat data yang diamati stationer. Uji derajat integrasi ini mirip dengan uji akar unit. Untuk melakukan uji tersebut juga dilakukan penaksiran model otoregresi dengan OLS. k D2Yt =b0 + b1 BDYt + ∑ I =1 f1B1D2Yt. (3.3)
  • 65. k D2Yt = d0 + d1T + d2BDYt + ∑I =1 h1B1D2Yt (3.4) Dimana D2Yt = DYt – DYt-1, BDYt = DYt-1 Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai ADF dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinon. Jika nilai absolute statistic ADF lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. Hal yang krusial dalam uji ADF adalah menentukan panjangnya kelambanan. Selain uji ADF dalam penelitian ini juga menggunakan uji Philips Peron untuk menentukan akar unit dan derajat integrasi. Uji PP memasukkan unsur autokorelasi di dalam residual dengan memasukkan variabel independen berupa kelambanan diferensi. Philips Peron membuat uji akar unit dengan menggunakan metode statistik non parametik dalam menjelaskan kelambanan diferensi sebagaimana uji ADF. Adapun uji akar unit dari Philips Peron sebagai berikut : DYt = γ Yt-1 + et (3.5) DYt = ao + γYt-1 + et (3.6) DYt = ao + a2T + γ Yt-1 + et (3.7)
  • 66. Keterangan : T adalah trend waktu Statistik distributif t tidak mengikuti statistic distribusi normal tetapi mengikuti distribusi PP sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis yang dikemukakan oleh Mackinon. Sebagaimana uji ADF, kita juga harus menentukan apakah tanpa konstanta dan trend. Berbeda dengan uji ADF, dalam menentukan panjangnya lag uji PP menggunakan truncation lag q dari Newey-West. (Widarjono, 2005, 361-362) 3.3.2.2. Uji Kointegrasi Untuk dapat melakukan uji kointegrasi harus diyakini terlebih dahulu bahwa variabel-variabel terkait dalam pendekatan ini memiliki derajat integrasi yang sama atau tidak (Insukindro, 1993:132). Berkaitan dengan itu, uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi perlu dilakukan terlebih dahulu. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pendekatan kointegrasi, anggaplah memiliki satu himpunan variabel runtun waktu X. Komponen X dikatakan berkointegrasi pada derajat d, h atau ditulis ~ (d,h) bila (Sriyana Jaka, 2003) : 1. Setiap komponen dari X berkointegrasi pada derajat d atau I (d) 2. Terdapat suatu vector α yang tidak sama dengan nol (α ≠ 0), sehingga Zt = α1 X~1(d,b), dimana b:0 dan α adalah vektor kointegrasi.
  • 67. Implikasi penting dari ilustrasi dan definisi diatas adalah bahwa jika dua variabel atau lebih mempunyai derajat integrasi yang berbeda, katakanlah X = I (1) dan Y = I (2), maka kedua variabel tersebut tidak dapat berkointegrasi. (Insukindro, 1993:132) Uji ini dilakukan setelah uji stationeritas melalui uji akar-akar unit dan derajat integrasi terpenuhi. Digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya keseimbangan atau kestabilan jangka panjang diantara variabel- variabel yang diamati. Setelah prasarat dari uji kointegrasi dilakukan, maka dapat diketahui data yang diamati tersebut stasioner pada derajat keberapa. Hal ini perlu diketengahkan mengingat adanya syarat dari uji kointegrasi yaitu bahwa dalam melakukan uji kointegrasi data yang digunakan harus berintegrasi pada derajat yang sama. Selanjutnya bersamaan dengan uji kointegrasi, Engle dan Granger (1987:265-270) berpendapat bahwa dari tujuh uji statistik yang diketengahkan untuk menguji hipotesa nol tidak adanya kointegrasi, ternyata uji CRDW (Cointegration-Regression Durbin-Watson), DF (Dickey-Fuller), dan ADF (Augmented Dickey-Fuller) merupakan uji statistik yang paling disukai. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan uji CRDW. Untuk menghitung statistic CRDW, DF, dan ADF ditaksir dengan regresi kointegrasi berikut ini dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least squares =OLS). (Insukindro,1993:132) Yt = mo + m1X1t+m2X2t+Et (3.8)
  • 68. Dimana : Y = Variabel tak bebas X1, X2 = Variabel bebas E = Nilai residual Kemudian regresi berikut ini ditaksir dengan OLS : DEt = p1 Et-1 (3.9) p −1 DEt = q1 Et-1 + ∑ i =1 w1 DEt-1 (3.10) Dimana : DEt = Et – Et-1 Nilai statistic CRDW ditunjukan oleh nilai statistic DW (Durbin- Watson) pada regresi persamaan (3.8) dan nilai statistic DF dan ADF ditunjukan oleh nisbah pada koefisien Et-1 pada persamaan (3.9) dan (3.10). Nilai kritis untuk ketiga uji tersebut dapat dilihat pada Engle dan yoo (1987). Tabel 3.1 Nilai CRDW / DW Stat Untuk Uji Kointegrasi Jumlah Tingkat Signifikansi Sampel 1% 5% 10% 50 1.00 0.78 0.69 100 0.51 0.39 0.32 200 0.29 0.20 0.16 Sumber : Engle dan Yoo (1987,158)
  • 69. Tabel 3.2 Nilai DF Untuk Uji Kointegrasi Jumlah Jumlah Tingkat Signifikansi Variabel Data (N) 1% 5% 10% 2 50 4.32 3.67 3.28 100 4.07 3.37 3.03 200 4.00 3.37 3.02 3 50 4.84 4.11 3.73 100 4.45 3.93 3.59 200 4.35 3.78 3.47 4 50 4.49 4.38 4.02 100 4.75 4.22 3.89 200 4.70 4.18 3.89 5 50 5.41 4.76 4.42 100 5.18 4.58 4.26 200 5.02 4.48 4.18 Sumber : Engle dan Yoo (1987,157) Tabel 3.3 Nilai ADF Untuk Uji Kointegrasi Jumlah Jumlah Tingkat Signifikansi Variabel Data (N) 1% 5% 10% 2 50 4.12 3.29 2.90 100 3.73 3.17 2.91 200 3.78 3.25 2.98 3 50 4.45 3.75 3.36 100 4.22 3.62 3.32 200 4.34 3.78 3.51
  • 70. 4 50 4.61 3.98 3.67 100 4.61 4.02 3.71 200 4.72 4.13 3.83 5 50 4.80 4.15 3.85 100 4.98 4.36 4.06 200 4.97 4.43 4.14 Sebagaimana telah disinggung diatas, tujuan utama dari uji kointegrasi adalah untuk mengkaji apakah residual regresi kointegrasi stasioner atau tidak. Pengujian ini sangat penting bila ingin dikembangkan suatu model dinamis, khususnya model koreksi kesalahan (error correction model = ECM), yang mencangkup variabel-variabel kunci pada regresi kointegrasi terkait. Pada prinsipnya, model koreksi kesalahan terdapat keseimbangan yang tetap dalam jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi. Bila dalam jangka pendek terdapat ketidakseimbangan dalam satu periode, maka model koreksi kesalahan akan mengoreksinya pada periode berikutnya (Engle dan Granger, 1987:254). Mekanisme koreksi kesalahan ini dapat diartikan sebagai penyelaras perilaku jangka pendek dan jangka panjang. Dengan mekanisme ini pula, masalah regresi semrawut dapat dihindarkan melalui penggunaan variabel perbedaan yang tetap di dalam model, namun tanpa menghilangkan informasi jangka panjang yang diakibatkan oleh penggunaan data perbedaan semata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model
  • 71. koreksi kesalahan konsisten dengan konsep kointegrasi atau dikenal dengan Granger Representation Theorem. (Sriyana, Jaka, 2003) 3.3.3 Analisa Statistik Hubungan permintaan deposito berjangka rupiah dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dapat diformulasikan sebagai berikut : Y = f(X1, X2, X3, X4) Dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut : DYt = β0 + β1 DX1t - β2 X2t + β3 DX3t + β4 + β5 ECT Dimana : DYt = Deposito berjangka rupiah pada periode t β4 = Konstanta DX1 = Produk Domestik regional Bruto periode t DX2 = Suku bunga deposito periode t DX3 = Laju inflasi pada periode t ECT = RESID (-1) β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel β5 = Koefisien ECT (error correction term) 3.3.3.1 Uji t (uji signifikansi secara individu) Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
  • 72. 1. Hipotesis yang digunakan : a. Jika Hipotesis positif Ho : βi ≤ 0 Ha : βi > 0 b. Jika Hipotesis negatif Ho : βi ≥ 0 Ha : βi < 0 2. Pengujian satu sisi Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara sigifikan. Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 3.3.3.2 Uji F (uji secara bersama-sama) Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, yaitu dengan cara sebagai berikut : Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen. Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
  • 73. Hasil pengujian adalah : Ho diterima ( tidak signifikan ) jika F hitung < F tabel (df = n – k) Ho ditolak ( signifikan ) jika F hitung > F tabel (df = n – k) Dimana : K : Jumlah variabel N : Jumlah pengamatan 3.3.3.3 Koefisien determinasi (R2) R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar pengaruh model dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 , suatu R2 sebesar 1 berarti ada kecocokan sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskan. 3.3.4 Pengujian Asumsi Klasik Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data terbebas dari maslah multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah.
  • 74. 3.3.4.1 Uji Korelasi Parsial Antar Variabel Independen Salah satu untuk mendeteksi multikolinieritas adalah dengan menguji koefisien korelasi (r) antar variabel independen. Sebagai aturan main yang kasar (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas 0,85 maka diduga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi relative rendah (0,85) maka diduga model tidak mengandung unsur multikolinieritas. (Widarjono, 2005, 135) Tanpa adanya perbaikan multikolinieritas tetap menghasilkan estimator yang BLUE karena masalah estimator yang BLUE tidak memerlukan asumsi tidak adanya korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas hanya menyebabkan kita kesulitan memperoleh estimator dengan standard error yang kecil. (Widarjono, 2005, 139) 3.3.4.2 Uji Heterosledastisitas (Metode White) Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 ) dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Pedoman dalam penggunaan model white test adalah jika nilai Chi- Square hitung (n. R2) lebih besar dari nilai X2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada heterokedasitisitas dan sebaliknya jika
  • 75. Chi-Square hitung lebih kecil dari nilai X2 menunjukan tidak adanya heterokedasitisitas. 3.3.4.3. Autokorelasi (metode Lagrange Multipier) Ho : tidak ada autokorelasi Ha : ada autokorelasi Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% dan menggunakan distribusi χ2, maka : Jika χ2 hitung < χ2 kritis, berarti Ho diterima Jika χ2 hitung > χ2 kritis, berarti Ho ditolak Atau dengan cara lain untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model bisa dilakukan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), yaitu dengan cara membandingkan antara DW statistik ( d ) dengan dL dan dU, jika DW statistik berada diantara dU dan 4- dU maka tidak ada autokorelasi. Autokorelasi ragu-ragu tidak ada autokorelasi ragu-ragu autokorelasi Positif negatif 0 dl du 2 4-du 4-dl 4 Gambar 3.1. Statistik Durbin-Watson d Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam Tabel 3.4. berikut ini :
  • 76. Tabel 3.4. Uji Statistik Durbin-Watson Nilai Statistik Hasil 0<d<dl Menolak hipotesa nul; ada autokorelasi positif dl≤d≤du Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan Menerima hipotesa nul; tidak ada autokorelasi du≤d≤4-du positif / negatif 4-du≤d≤4-dl Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan Menolak hipotesa nul; ada autokorelasi 4-dl≤d≤4 negative