Dokumen tersebut berisi analisis tentang adanya perbedaan fonem dalam bahasa Bugis Soppeng berdasarkan distribusi bunyi-bunyinya dalam lingkungan yang sama, mirip, dan berbeda. Terdapat beberapa contoh bunyi seperti /a-e/, /e-u/, /o-u/, /e-i/, /o-e/, /o-i/, /a-u/, serta analisis perbedaan fonem konsonan seperti /n-m/, /r-c/, /n-t/, /w
Skripsi ini membahas interferensi morfologi dan sintaksis bahasa Jawa dalam penggunaan bahasa Indonesia pada kolom "piye ya?" harian Suara Merdeka. Penelitian ini bertujuan menganalisis bentuk interferensi bahasa Jawa yang terjadi dalam tuturan bahasa Indonesia serta mengetahui penyebab dan fungsi interferensi tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi p
Skripsi ini membahas interferensi morfologi dan sintaksis bahasa Jawa dalam penggunaan bahasa Indonesia pada kolom "piye ya?" harian Suara Merdeka. Penelitian ini bertujuan menganalisis bentuk interferensi bahasa Jawa yang terjadi dalam tuturan bahasa Indonesia serta mengetahui penyebab dan fungsi interferensi tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi p
Analisis kesalahan leksikal yang ditemukan pada karangan mahasiswa Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Program Darmasiswa di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.
Dokumen tersebut membahas tentang pengucapan dan artikulasi huruf dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap, vokal, konsonan, dan gugus konsonan.
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufSMAN 01 GIRI
Dokumen tersebut membahas tentang pengucapan dan artikulasi huruf dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan tentang bunyi bahasa, vokal, konsonan, diftong, gugus konsonan, fonem, grafem, suku kata, dan tata bahasa bunyi bahasa Indonesia.
Maateri ini berbentuk powerpoint. Hasil sosialisasi pendalaman materi UN bahasa Indonesia SMP di MGMP bahasa Indonesia Kabupaten Lumajang, Selasa, 22 Maret 2016
Makalah ini membahas struktur fonologi bahasa Indonesia. Fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa yang terdiri dari fonetik dan fonemik. Fonetik membahas produksi bunyi, sedangkan fonemik membahas perbedaan makna akibat perbedaan bunyi. Makalah ini menjelaskan fonem-fonem bahasa Indonesia yang terdiri dari 6 vokal, 3 diftong, dan 23 konsonan.
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan fonologi dalam linguistik mikrolinguistik dan makrolinguistik. Fonologi dibagi menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari pembentukan bunyi bahasa, sedangkan fonemik mempelajari bunyi sebagai pembeda arti. Fonetik sendiri dibagi lagi menjadi fonetik artikulatoris, akustis, dan auditoris.
1. Penerjemahan merupakan proses penting dalam era globalisasi untuk memfasilitasi komunikasi antarbangsa. Namun, terdapat berbagai kesulitan yang dihadapi penerjemah.
2. Kesulitan utama meliputi perbedaan makna kata antarbahasa dan konteks sosial-budaya yang berbeda. Penerjemah harus mampu menangkap makna sebenarnya dari teks sumber dan menerjemahkannya secara tepat ke bahasa sasaran.
Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan.
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip kesantunan dalam berbahasa. Secara garis besar membahas tentang pengertian kesantunan, jenis-jenis kesantunan menurut beberapa ahli yang meliputi maksim kebijaksanaan, kedermawanan, penghargaan, kesederhanaan, pemufakatan dan kesimpatian serta model kesantunan menurut Brown dan Levinson yang meliputi keinginan wajah, negative dan positive face, serta negative dan positive
Dokumen tersebut membahas berbagai aliran drama beserta ciri-ciri utamanya, yaitu: Klasik, Neo Klasik, Romantik, Realisme, Simbolisme, Ekspresionisme, dan Absurdisme. Aliran-aliran tersebut berkembang sesuai perkembangan zaman dan pandangan seni pada masing-masing periode.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian linguistik secara umum dan beberapa sistem bahasa yang menjadi objek kajian linguistik seperti sistem fonetik, fonologi, dan alat ucap manusia.
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
This document discusses the consonant sounds of English. It describes 5 categories of consonants: friction consonants like f and v; stop consonants like p and b; nasal consonants like m, n, and ng; lateral consonants like l; and gliding consonants like w, y, and r. For each category, it provides details on place and manner of articulation, voiced and voiceless pairs, distribution patterns, and examples to illustrate key points. The goal is to explain the production of all the consonant phonemes in English.
Dokumen tersebut merangkum perkembangan psikolinguistik dari berbagai pakar mulai dari Wilhelm Von Humboldt hingga psikolinguistik generasi ketiga. Beberapa pokok bahasan utama adalah kontribusi para pakar terhadap hubungan antara bahasa dan psikologi, serta pergeseran orientasi psikolinguistik dari behaviorisme menjadi linguistik."
Dokumen tersebut merangkum analisis fonem vokal dan konsonan dalam bahasa Bangka Belitung. Dokumen tersebut menyimpulkan bahwa bahasa Bangka Belitung mempunyai fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/ serta fonem konsonan /k/, /t/, dan /l/ berdasarkan contoh-contoh perbedaan bunyi dalam kata-kata bahasa tersebut.
Analisis kesalahan leksikal yang ditemukan pada karangan mahasiswa Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Program Darmasiswa di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta.
Dokumen tersebut membahas tentang pengucapan dan artikulasi huruf dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap, vokal, konsonan, dan gugus konsonan.
Bahasa indonesia - pengucapan dan artikulasi hurufSMAN 01 GIRI
Dokumen tersebut membahas tentang pengucapan dan artikulasi huruf dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan tentang bunyi bahasa, vokal, konsonan, diftong, gugus konsonan, fonem, grafem, suku kata, dan tata bahasa bunyi bahasa Indonesia.
Maateri ini berbentuk powerpoint. Hasil sosialisasi pendalaman materi UN bahasa Indonesia SMP di MGMP bahasa Indonesia Kabupaten Lumajang, Selasa, 22 Maret 2016
Makalah ini membahas struktur fonologi bahasa Indonesia. Fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa yang terdiri dari fonetik dan fonemik. Fonetik membahas produksi bunyi, sedangkan fonemik membahas perbedaan makna akibat perbedaan bunyi. Makalah ini menjelaskan fonem-fonem bahasa Indonesia yang terdiri dari 6 vokal, 3 diftong, dan 23 konsonan.
Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan fonologi dalam linguistik mikrolinguistik dan makrolinguistik. Fonologi dibagi menjadi fonetik dan fonemik. Fonetik mempelajari pembentukan bunyi bahasa, sedangkan fonemik mempelajari bunyi sebagai pembeda arti. Fonetik sendiri dibagi lagi menjadi fonetik artikulatoris, akustis, dan auditoris.
1. Penerjemahan merupakan proses penting dalam era globalisasi untuk memfasilitasi komunikasi antarbangsa. Namun, terdapat berbagai kesulitan yang dihadapi penerjemah.
2. Kesulitan utama meliputi perbedaan makna kata antarbahasa dan konteks sosial-budaya yang berbeda. Penerjemah harus mampu menangkap makna sebenarnya dari teks sumber dan menerjemahkannya secara tepat ke bahasa sasaran.
Diglosia (diglossia) adalah situasi bahasa dengan pembagian fungsional atas varian-varian bahasa yang ada. Satu varian diberi status “tinggi” dan dipakai untuk penggunaan resmi atau pengggunaan publik dan mempunyai ciri-ciri yang lebih kompleks dan konservatif, varian lain mempunyai status “rendah” dan dipergunakan untuk komunikasi tak resmi dan strukturnya disesuaikan dengan saluran komunikasi lisan.
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip kesantunan dalam berbahasa. Secara garis besar membahas tentang pengertian kesantunan, jenis-jenis kesantunan menurut beberapa ahli yang meliputi maksim kebijaksanaan, kedermawanan, penghargaan, kesederhanaan, pemufakatan dan kesimpatian serta model kesantunan menurut Brown dan Levinson yang meliputi keinginan wajah, negative dan positive face, serta negative dan positive
Dokumen tersebut membahas berbagai aliran drama beserta ciri-ciri utamanya, yaitu: Klasik, Neo Klasik, Romantik, Realisme, Simbolisme, Ekspresionisme, dan Absurdisme. Aliran-aliran tersebut berkembang sesuai perkembangan zaman dan pandangan seni pada masing-masing periode.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian linguistik secara umum dan beberapa sistem bahasa yang menjadi objek kajian linguistik seperti sistem fonetik, fonologi, dan alat ucap manusia.
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
This document discusses the consonant sounds of English. It describes 5 categories of consonants: friction consonants like f and v; stop consonants like p and b; nasal consonants like m, n, and ng; lateral consonants like l; and gliding consonants like w, y, and r. For each category, it provides details on place and manner of articulation, voiced and voiceless pairs, distribution patterns, and examples to illustrate key points. The goal is to explain the production of all the consonant phonemes in English.
Dokumen tersebut merangkum perkembangan psikolinguistik dari berbagai pakar mulai dari Wilhelm Von Humboldt hingga psikolinguistik generasi ketiga. Beberapa pokok bahasan utama adalah kontribusi para pakar terhadap hubungan antara bahasa dan psikologi, serta pergeseran orientasi psikolinguistik dari behaviorisme menjadi linguistik."
Dokumen tersebut merangkum analisis fonem vokal dan konsonan dalam bahasa Bangka Belitung. Dokumen tersebut menyimpulkan bahwa bahasa Bangka Belitung mempunyai fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/ serta fonem konsonan /k/, /t/, dan /l/ berdasarkan contoh-contoh perbedaan bunyi dalam kata-kata bahasa tersebut.
Dokumen tersebut berisi analisis fonem vokal dan konsonan dalam bahasa Mandar. Analisis dilakukan dengan membandingkan bunyi-bunyi dalam konteks yang sama dan mirip untuk menentukan apakah bunyi tersebut merupakan fonem yang berbeda. Hasilnya, bahasa Mandar memiliki fonem vokal a, i, u, e, o dan fonem konsonan b, d, k, l, m, s, p, t.
Dokumen tersebut merangkum analisis fonem-fonem bahasa Bima melalui kontras bunyi dalam lingkungan yang sama berdasarkan 15 contoh data. Dokumen menyimpulkan bahwa bahasa Bima memiliki 15 pasang fonem, yaitu /a-e/, /a-i/, /a-o/, /a-u/, /u-o/, /i-o/, /i-u/, /c-w/, /m-n/, /b-p/, /l-p/, /c-k/, /k-b/, /
Dokumen tersebut memberikan analisis tentang fonem vokal dan konsonan dalam bahasa Makassar. Berdasarkan beberapa contoh kata dan analisisnya, dokumen menyimpulkan bahwa bahasa Makassar mempunyai fonem vokal A, I, U, E, O dan fonem konsonan S, T, D, L, B, K, T, M.
Dokumen tersebut berisi analisis tentang pengelompokan 10 pasang fonem dalam bahasa Bugis berdasarkan data kata setempat. Setiap pasang fonem dianalisis berdasarkan contoh kata yang membedakan fonem tersebut baik dalam kontrakss yang sama maupun berbeda. Analisis ini bertujuan untuk membuktikan bahwa bahasa Bugis memiliki dan mengenal setiap pasang fonem yang diujikan.
Dokumen tersebut membahas tentang fonologi bahasa Bugis-Bone. Ia menganalisis distribusi fonem vokal dan konsonan dalam berbagai konteks lingual, seperti lingkungan yang sama, mirip, berbeda, dan komplementer. Dokumen ini menyimpulkan bahwa bahasa Bugis-Bone memiliki sejumlah fonem vokal dan konsonan yang bervariasi makna bergantung pada konteks lingualnya. Lebih lanjut penelitian diperlukan unt
Dokumen tersebut membahas pengelompokan fonem berdasarkan data kata dalam bahasa Bugis. Terdapat 9 analisis yang membedakan berbagai pasangan fonem, yaitu /a-e/, /e-i/, /o-i/, /u-i/, /u-e/, /a-i/, /o-e/, /u-o/, dan /o-a/. Setiap analisis membandingkan data kata yang memuat fonem tersebut dan menyimpulkan bahwa fonem-fonem tersebut merup
Dokumen tersebut membahas tentang fonologi bahasa Dayak Uud Danum di Kalimantan Barat, yang meliputi bunyi vokal dan konsonan serta fonem-fonemnya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan aspek fonetik dan fonemik bahasa tersebut."
Dokumen tersebut membahas tentang cara mengetahui fonem dalam bahasa melalui pembuktian secara empiris dengan membandingkan bentuk linguistik yang mirip namun memiliki makna yang berbeda. Fonem dapat dibuktikan jika terdapat pasangan minimal yang hanya berbeda satu bunyi namun memiliki makna yang berbeda. Dokumen juga menjelaskan tentang distribusi komplementer dan variasi bebas sebagai cara mengetahui fonem.
PPT Template-ICLLP 2023_Kinship in Lampung Cikoneng_Tito&Rai.pptxtitodimas
Bahasa daerah Desa Cikoneng berasal dari bahasa Lampung namun mengalami perubahan akibat pengaruh bahasa Jawa dan Sunda. Masyarakat Desa Cikoneng keturunan pendatang dari Lampung Selatan lebih dari 50 tahun lalu. Bahasa Cikoneng memiliki ciri berbeda dari bahasa Lampung asli tanpa bunyi /r/ dan mengganti bunyi /a/ akhir menjadi /o/ akibat pengaruh bahasa setempat.
2. A. Distribusi dalam lingkungan yang sama :
Data bunyi /a/ dan /e/
Contoh : /Mata/ ‘Mata’
/Matɛ/ ‘Mati’
Analisis : Bunyi /a/ dan /e/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi
yang berada pada kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /a/ dan /e/
adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh dari data lain yaitu :
/Bangkung/ ‘Parang’
/Bɛngkung/ ‘Cangkul’
/Ula/ ‘Ular’
/UlƏ/ ‘Ulat’
/Pusa/ ‘Kesasar’
/PusƏ/ ‘Keringat’
/Mɛnrɛ/ ‘Naik’
/Manrɛ/ ‘Makan’
/DarƏ/ ‘Kebun’
/Dara/ ‘Gadis’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng
mempunyai fonem /a/ dan /e/.
3. Data bunyi /e/ dan /u/
Contoh : /Aju/ ‘Kayu
/Ajɛ/ ‘Kaki’
Analisis : Bunyi /e/ dan /u/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang
berada pada kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /e/ dan /u/ adalah dua
fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Balɛ/ ‘Ikan’
/Balu/ ‘Jual’
/LƏttɛ/ ‘Petir’
/LƏttų/ ‘Sampai’
/Matɛ/ ‘Meninggal’
/Matų/ ‘Nanti’
/Tɛmų/ ‘Mulut’
/Tɛmɛ/ ‘Kencing’
/Lampų/ ‘Lampu’
/Lampɛ/ ‘Panjang’
/Fakų/ ‘Paku’
/Fakɛ/ ‘Pakai’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng
mempunyai fonem /e/ dan /u/.
4. Data bunyi /o/ dan /u/
Contoh : /Awo/ ‘Bambu’
/Awų/ ‘Debu’
Analisis : Bunyi /o/ dan /u/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang
berada pada kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /o/ dan /u/ adalah dua
fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/TƏllo/ ‘Telur’
/TƏllų/ ‘Tiga’
/MƏsso/ ‘Kenyang’
/MƏssų/ ‘Keluar’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai
fonem /o/ dan /u/.
5. Data bunyi /e/ dan /i/
Contoh : /TasƏ/ ‘Tas’
/Tasi/ ‘Laut’
Analisis : Bunyi /e/ dan /i/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada
pada kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /e/ dan /i/ adalah dua fonem yang
berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/IsƏ/ ‘Isi’
/Isi/ ‘Gigi’
/PƏddɛ/ ‘Padam’
/PƏddi/ ‘Sakit’
/MacƏnniŋ/ ‘Manis’
/Macinnoŋ/ ‘Jernih’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng
mempunyai fonem /e/ dan /i/.
6. Data bunyi /o/ dan /e/
Contoh : /Lalo/ ‘Lewat’
/LalƏ/ ‘Lalat’
Analisis : Bunyi /o/ dan /e/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang
berada pada kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /o/ dan /e/ adalah dua
fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/PƏnno/ ‘Penuh’
/PƏnnɛ/ ‘Piring’
/Sųro/ ‘Menyuruh’
/SųrƏ/ ‘Surat’
/Saro/ ‘Untung’
/SarƏ/ ‘Ubun-ubun’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng
mempunyai fonem /o/ dan /e/.
7. Data bunyi /o/ dan /i/
Contoh : /Golo/ ‘Bola’
/Goli/ ‘Kelereng’
Analisis : Bunyi /o/ dan /i/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /o/ dan /i/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
• /Doŋo/ ‘Bodoh’
Doŋi/ ‘Burung’
• /GƏtto/ ‘Jitak’
/GƏtti/ ‘Sentil’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai
fonem /o/ dan /i/.
8. Data bunyi /a/ dan /u/
Contoh : /Wajų/ ‘Baju’
/Waja/ ‘Bayar’
Analisis : Bunyi /a/ dan /u/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /a/ dan /u/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
• /Maggarų/ ‘Menggaruk’
/Maggųrų/ ‘Belajar’
• /Aja/ ‘Jangan’
/Ajų/ ‘Kayu’
• /Matų/‘Nanti’
/Mųtų/ ‘Malas’
• /Lampa/ ‘Preman’
/Lampų/ ‘Lampu’
• /ųla/ ‘Ular’
/ųlų/ ‘Kepala’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem /a/
dan /u/.
9. B. Distribusi dalam lingkungan yang mirip :
Data bunyi /u/ dan /i/
Contoh : /Kalųkų/ ‘Kelapa’
/Kaliki/ ‘Pepaya’
Analisis : Bunyi /u/ dan /i/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang mirip. Karena itu /u/ dan /i/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Cųrų/ ‘Menyelam’
/Ciri/ ‘Mencret’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem /a/
dan /e/.
10. Data bunyi /i/ dan /o/
Contoh : /Siri/ ‘Malu’
/Soro/ ‘Mundur’
Analisis : Bunyi /i/ dan /o/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang
berada pada kontras dalam lingkungan yang mirip. Karena itu /p/ dan /r/ adalah
dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Piri/ ‘Lincah’
/Poro/ ‘Menyembur’
/Boco/ ‘Kelambu’
/Bici/ ‘Bisik’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng
mempunyai fonem /i/ dan /o/.
11. Distribusi pada lingkungan yang berbeda :
Data bunyi /e/ dan /a/
Contoh : /Lɛnroŋ/ ‘Belut’
/Lanjoŋ/ ‘Tinggi’
Analisis : Bunyi /e/ dan /a/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi
yang berada pada kontras dalam lingkungan yang berbeda. Karena itu /e/ dan /a/
adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/NyamƏŋ/ ‘Nyaman’
/Nyaraŋ/ ‘Kuda’
/RƏnrƏŋ/ ‘Menetap’
/Ranjaŋ/ ‘Tempat Tidur’
/Labbų/ ‘Tepung’
/LƏbbi/ ‘Anggun’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng
mempunyai fonem /e/ dan /a/.
12. Data bunyi /e/ dan /i/
Contoh : /MinrƏŋ/ ‘Pinjam’
/MƏnrųŋ/ ‘Jatuh’
Analisis : Bunyi /e/ dan /i/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi
yang berada pada kontras dalam lingkungan yang berbeda. Karena itu /e/ dan /i/
adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Macinnoŋ/ ‘Jernih’
/MacƏnniŋ/ ‘Manis’
/GƏmmƏ/ ‘Rambut’
/Gammi/ ‘Sambal’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng
mempunyai fonem /e/ dan /i/.
13. Data bunyi /o/ dan /i/
Contoh : /Mompo/ ‘Muncul’
/Mampi/ ‘Mengembala’
Analisis : Bunyi /o/ dan /i/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang
berada pada kontras dalam lingkungan yang berbeda. Karena itu /o/ dan /i/
adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Macinnoŋ/ ‘Jernih’
/MacƏnniŋ/ ‘Manis’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng
mempunyai fonem /o/ dan /i/.
14. A. Distribusi dalam lingkungan sama
Data bunyi /n/ dan /m/
Contoh : /Tana/ ‘Tanah’
/Tama/ ‘Masuk’
Analisis : Bunyi /n/ dan /m/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /n/ dan /m/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data yang lain yaitu :
/Manrɛ/ ‘Makan’
/Nanrɛ/ ‘Nasi’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem /n/
dan /m/.
15. Data bunyi /r/ dan /c/
Contoh : /Marųa/ ‘Ramai’
/Macųa/ ‘Tua’
Analisis : Bunyi /r/ dan /c/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /r/ dan /c/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Caų/ ‘Tidak mau lagi’
/Raų/ ‘Raut’
/CƏmmɛ/ ‘Mandi’
/RƏmmɛ/ ‘Rendam’
/CƏkkɛ/ ‘Dingin’
/RƏkkɛ/ ‘Raket’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem /r/
dan /c/.
16. Data bunyi /n/ dan /t/
Contoh : /Manų/ ‘Ayam’
/Matų/ ‘Nannti’
Analisis : Bunyi /n/ dan /t/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /n/ dan /t/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Nanrɛ/ ‘Nasi’
/Tanrɛ/ ‘Tinggi’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem /n/
dan /t/.
17. Data bunyi /w/ dan /p/
Contoh : /WƏlla/ ‘Rumput’
/PƏlla/ ‘Panas’
Analisis : Bunyi /o/ dan /u/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /o/ dan /u/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Wai/ ‘Air’
/Pai/ ‘Pahit’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem
/w/ dan /p/.
18. Data bunyi /l/ dan /t/
Contoh : /Bola/ ‘Rumah’
/Bota/ ‘Botak’
Analisis : Bunyi /l/ dan /t/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /l/ dan /t/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Lai/ ‘Jantan’
/Tai/ ‘Kotoran’
/Lųa/ ‘Menyala’
/Tųa/ ‘Tuak’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem /l/
dan /t/.
19. Data bunyi /c/ dan /g/
Contoh : /CƏmmɛ/ ‘Mandi’
/GƏmmƏ/ ‘Rambut’
Analisis : Bunyi /c/ dan /g/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /c/ dan /g/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Cani/ ‘Madu’
/Gani/ ‘Pura-pura’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem /c/
dan /g/.
20. Data Bunyi /l/ dan /b/
Contoh : /Losi/ ‘Buah Pinang’
/Bosi/ ‘Hujan’
Analisis : Bunyi /l/ dan /b/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang sama. Karena itu /l/ dan /b/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/LalƏ/ ‘Lalat’
/Balɛ/ ‘Ikan’
/Lampa/ ‘Preman’
/Bampa/ ‘Pukul’
/Lɛttɛ/ ‘Pindah’
/BƏttɛ/ ‘Menggoreng’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem /l/
dan /b/.
21. B. Distribusi dalam lingkungan mirip
Data bunyi /p/ dan /r/
Contoh : /SƏppi/ ‘Putus’
/SƏrri/ ‘Rumput’
Analisis : Bunyi /p/ dan /r/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang mirip. Karena itu /p/ dan /r/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Bɛppa/ ‘Kue’
/BƏrrƏ/ ‘Beras’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem /p/
dan /r/.
22. C. Distribusi lingkungan berbeda
Data bunyi /j/ dan /r/
Contoh : /LƏnroŋ/ ‘Belut’
/Lanjoŋ/ ‘Tinggi’
Analisis : Bunyi /j/ dan /r/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang berbeda. Karena itu /j/ dan /r/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/RƏnrƏŋ/ ‘Menetap’
/Ranjaŋ/ ‘Tempat Tidur/
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem /j/
dan /r/.
23. Data bunyi /m/ dan /r/
Contoh : /NyamƏŋ/ ‘Nyaman’
/Nyaraŋ/ ‘Kuda’
Analisis : Bunyi /m/ dan /r/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang berbeda. Karena itu /m/ dan /r/ adalah dua fonem yang berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
/Mɛkkɛ/ ‘Kedinginan’
/RƏllɛ/ ‘Jagung’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem
/m/ dan /r/.
24. D. Distribusi dalam lingkungan yang komplementer :
Data bunyi /f/ dan /p/
Contoh : /FɛfƏŋ/ ‘Papan’
/PɛpƏŋ/ ‘Papan’
Analisis : Bunyi /f/ dan /p/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang berada pada
kontras dalam lingkungan yang komplementer. Karena itu /f/ dan /p/ adalah dua fonem yang
berbeda.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan contoh data lain yaitu :
1. /FusƏ/ ‘Keringat’ 6. /FƏllƏŋ/ ‘Kemiri’
/PusƏ/ ‘Kerinhgat’ /PƏllƏŋ/ ‘Kemiri’
2. /FƏcca/ ‘Memeras’ 7. /Fotto/ ‘Gelang’
/PƏcca/ ‘memeras’ /Potto/ ‘Gelang’
3. /Fanniŋ/ ‘Kalelawar’ 8. /Kalɛfa/ ‘Ketiak’
/Panniŋ/ ‘Kalelawar’ /Kalɛpa/ ‘Ketiak’
4. /FƏnnɛ/ ‘Piring’ 9. /Lifa/ ‘Sarung’
/PƏnnɛ/ ‘Piring’ /Lipa/ ‘Sarung’
5. /Fakkɛ/ ‘Tokek’
/Pakkɛ/ ‘Tokek’
Jadi dari analisis tersebut dapat di simpulkan bahwa bahasa bugis soppeng mempunyai fonem /f/
dan /p/.
25. Jadi dari analisis bahasa Bugis Soppeng dapat
disimpulkan bahwa bahasa bugis soppeng
mempunyai fonem vokal /a/,/i/,/u/,/e/ dan /o/
dan untuk sementara yang kami temukan
mempunyai fonem konsonan /m/,/n/, /c/, /r/,
/t/, /g/, /w/, /p/, /l/, /j/, /b/, /f/