Dokumen tersebut berisi analisis tentang pengelompokan 10 pasang fonem dalam bahasa Bugis berdasarkan data kata setempat. Setiap pasang fonem dianalisis berdasarkan contoh kata yang membedakan fonem tersebut baik dalam kontrakss yang sama maupun berbeda. Analisis ini bertujuan untuk membuktikan bahwa bahasa Bugis memiliki dan mengenal setiap pasang fonem yang diujikan.
Kalimat berita dalam bahasa Bugis dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung. Kalimat berita langsung menyatakan peristiwa secara langsung, sedangkan kalimat berita tidak langsung menyatakan peristiwa secara tidak langsung."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut merupakan makalah tentang penulisan laporan penelitian yang membahas struktur, isi, dan aspek kebahasaan dalam penulisan laporan hasil penelitian.
Langkah-langkah submit artikel di OJS (Open Journal System) meliputi registrasi penulis, unggah naskah dan berkas tambahan, lengkapi metadata naskah, dan konfirmasi pengiriman. Penulis harus mendaftar, unggah file MS Word, isi informasi judul, penulis, abstrak, kata kunci, dan referensi, sebelum mengirim naskah untuk ditelaah. Setelah itu, penulis dapat memantau status penelaahan melalui halaman "Active Submission
Kalimat berita dalam bahasa Bugis dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung. Kalimat berita langsung menyatakan peristiwa secara langsung, sedangkan kalimat berita tidak langsung menyatakan peristiwa secara tidak langsung."
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut merupakan makalah tentang penulisan laporan penelitian yang membahas struktur, isi, dan aspek kebahasaan dalam penulisan laporan hasil penelitian.
Langkah-langkah submit artikel di OJS (Open Journal System) meliputi registrasi penulis, unggah naskah dan berkas tambahan, lengkapi metadata naskah, dan konfirmasi pengiriman. Penulis harus mendaftar, unggah file MS Word, isi informasi judul, penulis, abstrak, kata kunci, dan referensi, sebelum mengirim naskah untuk ditelaah. Setelah itu, penulis dapat memantau status penelaahan melalui halaman "Active Submission
Aturan penulisan artikel jurnal ilmiah ugMuhammad Zen
Dokumen tersebut merupakan format standar untuk penulisan skripsi/tesis yang mencakup bagian administrasi penulis, abstrak, pendahuluan, metode penelitian, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka.
Dokumen tersebut membahas tentang geguritan, yaitu susastra lisan Jawa yang bersifat spontan, bebas dan tidak terikat aturan. Terdiri dari 3 bagian utama yaitu pengertian dan asal geguritan, unsur-unsur geguritan, dan cara menulis geguritan.
Teks tersebut memberikan informasi mengenai aspirasi sumsum tulang dan interpretasinya. Teks ini menjelaskan tentang:
1. Lokasi sumsum tulang dan indikasi aspirasi sumsum tulang untuk diagnosis penyakit.
2. Langkah-langkah pelaksanaan aspirasi sumsum tulang.
3. Teknik pemeriksaan preparat aspirasi dan pelaporan hasilnya.
Kompetensi dan performansi merupakan konsep penting dalam teori bahasa yang diperkenalkan oleh Noam Chomsky pada tahun 1957. Kompetensi mengacu pada pengetahuan internal seseorang tentang bahasa, sedangkan performansi merupakan realisasi atau penggunaan bahasa dalam berinteraksi. Perbedaan antara kompetensi dan performansi masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Rangkaian tugas mahasiswa mata kuliah Profesi Keguruan membahas pengajaran bahasa, pembinaan bahasa Indonesia dalam media massa, dan penyuluhan bahasa. Tugas-tugas tersebut bertujuan membantu mahasiswa memahami konsep-konsep tersebut dan diharapkan dapat diterapkan dalam praktik kedepannya.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, klasifikasi, gejala klinis, temuan laboratorium, dan pengobatan dari tiga jenis utama anemia hemolitik yaitu anemia hemolitik defek imun, defek membran eritrosit seperti sferositosis dan eliptositosis herediter, dan paroksismal nokturnal hemoglobinuria.
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori PsikolinguistikRicky Subagya
Mata Kuliah Psikolinguistik
Teori-Teori Psikolinguistik kelompok 1
Dosen Pengampu: Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
2018
Mucoepidermoid carcinoma adalah keganasan dari kelenjar liur yang terdiri dari tiga jenis sel, yaitu sel mucinous, sel intermediate, dan sel squamoid. Neoplasma ini umumnya terjadi pada kelenjar parotis dan insidensinya lebih tinggi pada perempuan. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan histopatologi, sedangkan terapi utamanya adalah bedah disertai radioterapi sesuai stadium penyakitnya.
Aturan penulisan artikel jurnal ilmiah ugMuhammad Zen
Dokumen tersebut merupakan format standar untuk penulisan skripsi/tesis yang mencakup bagian administrasi penulis, abstrak, pendahuluan, metode penelitian, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka.
Dokumen tersebut membahas tentang geguritan, yaitu susastra lisan Jawa yang bersifat spontan, bebas dan tidak terikat aturan. Terdiri dari 3 bagian utama yaitu pengertian dan asal geguritan, unsur-unsur geguritan, dan cara menulis geguritan.
Teks tersebut memberikan informasi mengenai aspirasi sumsum tulang dan interpretasinya. Teks ini menjelaskan tentang:
1. Lokasi sumsum tulang dan indikasi aspirasi sumsum tulang untuk diagnosis penyakit.
2. Langkah-langkah pelaksanaan aspirasi sumsum tulang.
3. Teknik pemeriksaan preparat aspirasi dan pelaporan hasilnya.
Kompetensi dan performansi merupakan konsep penting dalam teori bahasa yang diperkenalkan oleh Noam Chomsky pada tahun 1957. Kompetensi mengacu pada pengetahuan internal seseorang tentang bahasa, sedangkan performansi merupakan realisasi atau penggunaan bahasa dalam berinteraksi. Perbedaan antara kompetensi dan performansi masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Rangkaian tugas mahasiswa mata kuliah Profesi Keguruan membahas pengajaran bahasa, pembinaan bahasa Indonesia dalam media massa, dan penyuluhan bahasa. Tugas-tugas tersebut bertujuan membantu mahasiswa memahami konsep-konsep tersebut dan diharapkan dapat diterapkan dalam praktik kedepannya.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, klasifikasi, gejala klinis, temuan laboratorium, dan pengobatan dari tiga jenis utama anemia hemolitik yaitu anemia hemolitik defek imun, defek membran eritrosit seperti sferositosis dan eliptositosis herediter, dan paroksismal nokturnal hemoglobinuria.
Kelompok 1 Psikolinguistik - Teori PsikolinguistikRicky Subagya
Mata Kuliah Psikolinguistik
Teori-Teori Psikolinguistik kelompok 1
Dosen Pengampu: Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Jakarta
2018
Mucoepidermoid carcinoma adalah keganasan dari kelenjar liur yang terdiri dari tiga jenis sel, yaitu sel mucinous, sel intermediate, dan sel squamoid. Neoplasma ini umumnya terjadi pada kelenjar parotis dan insidensinya lebih tinggi pada perempuan. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan histopatologi, sedangkan terapi utamanya adalah bedah disertai radioterapi sesuai stadium penyakitnya.
Dokumen tersebut membahas pengelompokan fonem berdasarkan data kata dalam bahasa Bugis. Terdapat 9 analisis yang membedakan berbagai pasangan fonem, yaitu /a-e/, /e-i/, /o-i/, /u-i/, /u-e/, /a-i/, /o-e/, /u-o/, dan /o-a/. Setiap analisis membandingkan data kata yang memuat fonem tersebut dan menyimpulkan bahwa fonem-fonem tersebut merup
Dokumen tersebut berisi analisis tentang adanya perbedaan fonem dalam bahasa Bugis Soppeng berdasarkan distribusi bunyi-bunyinya dalam lingkungan yang sama, mirip, dan berbeda. Terdapat beberapa contoh bunyi seperti /a-e/, /e-u/, /o-u/, /e-i/, /o-e/, /o-i/, /a-u/, serta analisis perbedaan fonem konsonan seperti /n-m/, /r-c/, /n-t/, /w
Dokumen tersebut berisi analisis fonem vokal dan konsonan dalam bahasa Mandar. Analisis dilakukan dengan membandingkan bunyi-bunyi dalam konteks yang sama dan mirip untuk menentukan apakah bunyi tersebut merupakan fonem yang berbeda. Hasilnya, bahasa Mandar memiliki fonem vokal a, i, u, e, o dan fonem konsonan b, d, k, l, m, s, p, t.
Dokumen tersebut merangkum analisis fonem vokal dan konsonan dalam bahasa Bangka Belitung. Dokumen tersebut menyimpulkan bahwa bahasa Bangka Belitung mempunyai fonem vokal /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/ serta fonem konsonan /k/, /t/, dan /l/ berdasarkan contoh-contoh perbedaan bunyi dalam kata-kata bahasa tersebut.
Dokumen tersebut merangkum analisis fonem-fonem bahasa Bima melalui kontras bunyi dalam lingkungan yang sama berdasarkan 15 contoh data. Dokumen menyimpulkan bahwa bahasa Bima memiliki 15 pasang fonem, yaitu /a-e/, /a-i/, /a-o/, /a-u/, /u-o/, /i-o/, /i-u/, /c-w/, /m-n/, /b-p/, /l-p/, /c-k/, /k-b/, /
Dokumen tersebut memberikan analisis tentang fonem vokal dan konsonan dalam bahasa Makassar. Berdasarkan beberapa contoh kata dan analisisnya, dokumen menyimpulkan bahwa bahasa Makassar mempunyai fonem vokal A, I, U, E, O dan fonem konsonan S, T, D, L, B, K, T, M.
Dokumen tersebut membahas tentang fonologi bahasa Bugis-Bone. Ia menganalisis distribusi fonem vokal dan konsonan dalam berbagai konteks lingual, seperti lingkungan yang sama, mirip, berbeda, dan komplementer. Dokumen ini menyimpulkan bahwa bahasa Bugis-Bone memiliki sejumlah fonem vokal dan konsonan yang bervariasi makna bergantung pada konteks lingualnya. Lebih lanjut penelitian diperlukan unt
Similar to Analisis bahasa bugis wajo dan sinjai (10)
2. ANGGOTA KELOMPOK
Nur Handayani (1451140015)
Nurfa Rahin Nabila (1451140014)
Yesitiana.S (1451141017)
Muh As’ad (1451142015)
Herman (1151140011)
3. 1. Data bunyi /a/ dan /e/
- [mate] /mate/ ‘mati’
[mata] /mata/ ‘mata’
Analisis :
Bunyi /a/ dan /e/ dalam kedua data tersebut merupakan dua
bunyi yang berada pada kontraks dalam lingkungan yang
sama, karna itu /a/ dan /e/ adalah kedua fonem yang berbeda.
Hal ini dapat kita buktikan dengan data lainnya, yaitu :
- [baǰa] /baja/ ‘besok’ - [ala] /ala/ ‘ambil’
[baǰe] /baje/ ‘baje’ [ale] /ale/ ‘diri’
- [mandre] /mandre/ ‘makan’
[mendre]/mendre/ ‘naik’
4. Kontraks dalam lingkungan yang mirip
- [ ǰakka] /jakka / ‘sisir - [tendre] /tendre/ ‘gemetar’
[děkka] /dekka/ ‘haus’ [mandre] /mandre/ ‘makan’
- [mataǰaŋ] /matajang/ ‘silau’ - [sessa] /sessa/ ‘siksa’
[mataǰěŋ] /matareng/ ‘tajam’ [kassa] /kassa/ ‘jago’
- [těppu] /teppu/ ‘sebut’
[tappa] /tappa/ ‘wajah’
Kontraks dalam lingkungan yang berbeda
- [tonaŋěŋ] /tonangeng/ ‘kendaraan’
[toanaŋ] /toanang/ ‘tamu’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahasa bugis mempunyai fonem /a/ dan /e/
5. 2. Data bunyi /e/ dan /i/
- [andre] /andre/ ‘makan’
[andri] /andri/ ‘adik’
Analisis :
Bunyi /e/ dan /i/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang
berada pada kontraks dalam lingkungan yang sama, karna itu /e/ dan /i/
adalah kedua fonem yang berbeda. Hal ini dapat kita buktikan dengan data
lainnya, yaitu :
-[če?di] /ce’di/ ‘satu’ - [tasě?] /tase’/ ‘tas’
[či?di]/ci’di/ ‘jijik’ [tasi?]/tasi’/ ‘pantai’
- [čělla] /cella/ ‘merah’ - [mitti] /mitti/ ‘menetes’
[čilla] /cilla/ ‘pensil alis’ [mětti] /metti/ ‘kering’
-[isě] /ise/ ‘isi’
[isi] /isi/ ‘gigi’
6. Kontraks dalam lingkungan yang mirip
- [čěnniŋ] /cenning/ ‘manis’
[činnoŋ] /cinnong/ ‘bening’
- [tindro] /tindro/ ‘tidur’
[tendre] /tendre/ ‘gemetar’
- [paččiŋ] /Paccing/ ‘membersihkan’
[piččeŋ] /Picceng/ ‘mengadu’
Kontraks dalam lingkungan yang berbeda
- [tindro] /tindro/ ‘tidur’
[mandre] /mandre/ ‘makan’
- [mandre] /mandre/ ‘makan’
[mindrěŋ] /mindreng/ ‘pinjam’
7. 3. Data bunyi /o/ dan /i/
- [poso] /poso/ ‘sesak nafas’
[piso] /piso/ ‘pisau’
Analisis :
Bunyi /o/ dan /i/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi yang
berada pada kontraks dalam lingkungan yang sama, karna itu /o/ dan /i/
adalah kedua fonem yang berbeda. Hal ini dapat kita buktikan dengan data
lainnya, yaitu :
- [čommo] /commo/ ‘gemuk’ - [poso] /poso/ ‘sesak nafas’
[čommi] /commi/ ‘mengecap’ [piso] /piso/ ‘pisau
- [mondro] /mondro/ ‘tinggal’
[mondri] /mondri/ ‘belakang’
Kontraks dalam lingkungan yang mirip
- [čěnniŋ] cenning/ ‘manis’ - [guli] /guli/ ‘kelereng’
[činnoŋ] /cinnong/ ‘bening’ [golo] /golo/ ‘parang’
Kontraks dalam lingkungan yang berbeda
- [malino] /malino/ ‘malino’
[matoǰo] /matojo/ ‘kaku’
8. 4. Data bunyi /u/ dan /i/
- [ulu] /ulu/ ‘kepala’
[uli] /uli/ ‘kulit’
Analisis :
Bunyi /u/ dan /i/ dalam kedua data tersebut merupakan dua bunyi
yang berada pada kontraks dalam lingkungan yang sama, karna itu
/u/ dan /i/ adalah kedua fonem yang berbeda. Hal ini dapat kita
buktikan dengan data lainnya, yaitu :
- [masigi ] /masigi/ ‘mesjid’ - [utti] /utti/ ‘pisang’
[masugi] /masugi/ ‘nakal’ [uttu] /uttu/ ‘lutut’
Kontraks dalam lingkugan yang mirip
- [kaluku] /kaluku/ ‘kelapa’ - [tindro] /tindro/‘tidur’
[kaliki ]/kaliki/‘pepaya’ [tandru] /tandru/‘tanduk’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahasa bugis mempunyai dan mengenal fonem /u/ dan /i/.
9. 5. Data Bunyi /u/ dan /e/:
- [paku] /paku/ ‘paku’
[pake] /pake/ ‘pakai’
Analisis:
Bunyi /u/ dan /e/ dalam kedua data di atas merupakan dua
bunyi yang berada pada dalam lingkungan yang
sama,karena itu /u/ dan /e/ adalah 2 fonem yang berbeda.
Hal ini dapat kita buktikan dengan data lainnya, yaitu:
- [asu] /asu/ ‘anjing’ - [luppě] /luppe/ ‘lompat’
[asě] /ase/ ‘atas’ [lěppě] /leppe/ ‘lepas’
-[aǰu ] /aju/ ‘kayu’ - [lampu] /lampu/ ‘lampu‘
[aǰe] /aje/ ‘kaki’ [lampe] /lampe/ ‘panjang’
10. -[měttu] /mettu/ ‘kentut’ - [pěnne] /penne/ ‘piring’
[mětte] /mette/ ‘bicara’ [pěnnu] /pennu/ ‘penuh’
- [balu] /balu/ ‘jual’ - [lette] /lette/ ‘pindah’
[bale] /bale/ ‘ikan’ [lěttu] /lettu/ ‘tiba’
- [matu] /matu/ ‘nanti’
[mate] /mate/ ‘mati’
Kontrakss dalam lingkugan yang berbeda
- [madureke] /madureke/ ‘mengeluh’
[madekeŋ] /madekeng/ ‘menghitung’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahasa bugis mempunyai dan mengenal fonem /u/ dan /e/.
11. 6. Data Bunyi /a/ dan /i/:
- [ita] /ita/ ‘melihat’
[iti] /iti/ ‘bebek’
Analisis:
Bunyi /a/ dan /i/ dalam kedua data di atas merupakan dua
bunyi yang berada pada kontraks dalam lingkungan yaang
sama, karena itu /a/ dan /i/ adalah 2 fonem yang berbeda.
Hal ini dapat kita buktikan dengan data lainnya, yaitu:
- [aga] /aga/ ‘apa’ - [kača] /kaca/ ‘gelas’
[iga] /iga/ ‘siapa’ [kači] /kaci/ ‘ kain kafan’
- [ula] /ula/ ‘ulat’
[uli] /uli/ ‘kulit’
12. - [biŋkuŋ] /bingkung/ ‘cangkul’ - [doa] /doa/ ‘doa’
[baŋkuŋ] /bangkung/ ‘parang [doi] /doi/ ‘uang’
- [lěppa] /leppa/ ‘tampar’ - [roti] /roti/ ‘roti’
[lěppi] /leppi/ ‘lipat’ [rota] /rota/ ‘kotor’
Kontraks dalam lingkugan yang berbeda
- [tindro] /tindro/ ‘tidur’
- [tandru] /tandru/ ‘tanduk’
Kontraks dalam lingkungan yang berbeda
- [marruki] /marruki/ ‘menulis’
- [marukka] /marukka/ ‘ribut’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa bahasa bugis mempunyai dan mengenal fonem /a/
dan /i/.
13. 7. Data Bunyi /a/ dan /i/
- [ita] /ita/ ‘melihat’
[iti] /iti/ ‘bebek’
Analisis:
Bunyi /a/ dan /i/ dalam kedua data di atas merupakan dua
bunyi yang berada pada kontraks dalam lingkungan yaang
sama, karena itu /a/ dan /i/ adalah 2 fonem yang berbeda.
Hal ini dapat kita buktikan dengan data lainnya, yaitu:
- [aga] /aga/ ‘apa’ -[lěppa] /leppa/ ‘tampar’
[iga] /iga/ ‘siapa’ [lěppi] /leppi/ ‘lipat’
- [ula] /ula/ ‘ulat’ -[doa] /doa/ ‘doa’
[uli] /uli/ ‘kulit’ [doi] /doi/ ‘uang’
14. - [kača] /kaca/ ‘gelas’ - [roti] /roti/ ‘roti’
[kači] /kaci/ ‘ kain kafan’ [rota] /rota/ ‘kotor’
- [biŋkuŋ] /bingkung/ ‘cangkul’
[baŋkuŋ] /bangkung/ ‘parang
Kontraks dalam lingkugan yang berbeda
-[tindro] /tindro/ ‘tidur’
[tandru] /tandru/ ‘tanduk’
Kontraks dalam lingkungan yang berbeda
- [marruki] /marruki/ ‘menulis’
[marukka] /marukka/ ‘ribut’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahasa bugis mempunyai dan mengenal fonem /a/ dan /i/.
15. 8. Data Bunyi /u/ dan /o/:
- [těllu] /tellu/ ‘tiga’
[těllo]/tello/ ‘telur’
Analisis:
Bunyi /u/ dan /o/ dalam kedua data di atas merupakan
dua bunyi yang berada pada kontraks dalam
lingkungan yaang sama, karena itu /u/ dan /o/ adalah
2 fonem yang berbeda. Hal ini dapat kita buktikan
dengan data lainnya, yaitu:
- [ěsso] /esso/ ‘hari’ -[pau] /pau/ ‘bilang’
[ěssu] /essu/ ‘keluar’ [pao] /pao/ ‘mangga’
- měsso] /messo/ ‘kenyan - [awo] /awo/ ‘bambu’
[měssu] /messu/ ‘keluar’ [awo] /awu/ ‘debu’
16. - [taru] /taru/ ‘tuli’
[taro] /taro/ ‘simpan,
- [sanro] /sanro/ ‘dukun’
[sanru] /sanru/ ‘sendok’
Kontraks dalam lingkungan yang berbeda
- [tindro] /tindro/ ‘tidur’ - [guli] /guli/ ‘kelereng’
[tandru] /tandru/ ‘tanduk’ [golo] /golo/ ‘parang’
- [moto] /moto/ ‘bangun’
[matu] /matu/ ‘sebentar’
Kontraks dalam lingkungan yang berbeda
- [magolo] /magolo/ ‘main bola’
[maguru] /maguru/ ‘belajar’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa bugis
mempunyai dan mengenal fonem /o/ dan /u/.
17. 9. Data Bunyi /o/ dan /a/:
- [ ǰokka] /jokka/ ‘jalan’
[ ǰalan] /jakka/ ‘sisir’
Analisis:
Bunyi /o/ dan /a/ dalam kedua data di atas merupakan
dua bunyi yang berada pada kontraks dalam lingkungan
yaang sama, karena itu /o/ dan /a/ adalah 2 fonem yang
berbeda. Hal ini dapat kita buktikan dengan data
lainnya, yaitu:
- [sappa] /sappa/ ‘cari’ - [soppa] /soppa/ ‘tusuk’
[sappo] /sappo/ ‘sepupu’ [sappa] /sappa/ ‘cari’
- [sanra] /sanra/ ‘gadai’
[sanro] /sanro/ ‘dukun’
18. [baǰa] /baja/ ‘besok’
[boǰo] /bojo/ ‘kerang’
[ǰokka] /jokka/ ‘jalan’
[ǰakka] /jakka/ ‘sisir’
Kontraks dalam lingkungan yang mirip
[moto] /moto/ ‘bangun’
[matu] /matu/ ‘sebentar’
[mondro] /mondro/ ‘tinggal’
[mandre] /mandre/ ‘makan’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahasa bugis mempunyai dan mengenal fonem /a/ dan o/.
19. 10. Data Bunyi /a/ dan /u/:
- [ulu] /ulu/ ‘kepala’
[ula] /ula/ ‘ular
Analisis:
Bunyi /a/ dan /u/ dalam kedua data di atas merupakan dua bunyi yangberada pada
kontraks dalam lingkungan yaang sama, karena itu /a/ dan /u/ adalah 2 fonem yang
berbeda. Hal ini dapat kita buktikan dengan data lainnya, yaitu:
- [bulu?] /bulu/ ‘gunung’ - [puru] /puru/ ‘cacar’
[balu?] /balu/ ‘menjual’ [pura] /pura/ ‘sudah’
- [lasana] /lasana/ ‘penyakit’ - [araŋ] /arang/ ‘arang’
[lasuna] /lasuna/ ‘bawang’ [aruŋ] /arung/ ‘raja’
- [ma?guru] /ma’guru/ ‘belajar’ - [mata] /mata/ ‘mata’
[ma?garu] /ma’garu/ ‘mengaduk’ [matu] /matu/ ‘nanti’
Kontraks dalam lingkugan yang mirip
- [těppu] /teppu/ ‘sebut -[mattumbu] /Mattumbu/‘menumbuk’
[tappa] /tappa/ ‘wajah’ -[mattampu] /mattampu/ ‘hamil’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa bugis
mempunyai dan mengenal fonem /a/ dan /u/.
20. 11. Data Bunyi /m/ dan /t/:
- [mandre] /mandre/ ‘makan’
[tandre] /tandre/ ‘tinggi’
Analisis:
Bunyi /m/ dan /t/ dalam kedua data di atas merupakan dua
bunyi yang berada pada kontraks dalam lingkungan yaang
sama, karena itu /m/ dan /t/ adalah 2 fonem yang berbeda.
Hal ini dapat kita buktikan dengan data lainnya, yaitu:
- [tětte]/tette/ ‘jam’
[mětte] /mette/ ‘bicara’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahasa bugis mempunyai dan mengenal fonem /a/ dan /u/.
21. 12. Data Bunyi /e/ dan /ě /:
- [sessa] /sessa/ ‘siksa’
[sěssa]/sessa/ ‘mencuci’
Analisis:
Bunyi /e/ dan / ě / dalam kedua data di atas merupakan dua
bunyi yang berada pada kontraks dalam lingkungan yaang
sama, karena itu /e/ dan / ě / adalah 2 fonem yang berbeda. Hal
ini dapat kita buktikan dengan data lainnya, yaitu:
- [lesse] /lesse/ ‘pindah’ - [lette] /lette/ ‘pindah’
[lěsse] /lesse/ ‘langsat’ [lěttu] /lettu/ ‘tiba’
- [měttu] /mettu/ ‘kentut’
[mětte] /mette/’bicara’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahasa bugis mempunyai dan mengenal fonem /e/ dan /ě/.
22. 13. Data Bunyi /m/ dan /n/:
- [čěnne] /cenne/ ‘jalan-jalan’
[čěmme] /cemme/ ‘mandi’
Analisis:
Bunyi /m/ dan /n/ dalam kedua data di atas merupakan
dua bunyi yang berada pada kontraks dalam lingkungan
yaang sama, karena itu /m/ dan /t/ adalah 2 fonem yang
berbeda. Hal ini dapat kita buktikan dengan data
lainnya, yaitu:
- [gěmmě] /gemme/ ‘rambut’
- gěnně] /genne/ ‘cukup’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa bahasa bugis mempunyai dan mengenal fonem
/m/ dan /n/.
23. 14. Data Bunyi /t/ dan /k/:
- [matoǰo] /matojo/ ‘kaku’
[nakojo] /makojo/ ‘kurus’
Analisis:
Bunyi /t/ dan /k/ dalam kedua data di atas merupakan
dua bunyi yang berada pada kontraks dalam lingkungan
yaang sama, karena itu /t/ dan /k/ adalah 2 fonem yang
berbeda. Hal ini dapat kita buktikan dengan data
lainnya, yaitu:
- [tasě?]/tase’/ ‘tas’
[kasě?] /kase’/ ‘kaset’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa bahasa bugis mempunyai dan mengenal fonem
/t/ dan /k/.
24. 15. Data Bunyi /s/ dan /k/:
- [iso] /iso/ ‘hisap’
[iko] /iko/ ‘kamu’
Analisis:
Bunyi /s/ dan /k/ dalam kedua data di atas merupakan dua
bunyi yang berada pada kontraks dalam lingkungan yaang
sama, karena itu /s/ dan /k/ adalah 2 fonem yang berbeda.
Hal ini dapat kita buktikan dengan data lainnya, yaitu:
- [sessa] /sessa/ ‘siksa’
[kassa] /kassa/ ‘jago’
Jadi, dari rangkaian analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahasa bugis mempunyai dan mengenal fonem /s/ dan /k/.
25. 16. Data bunyi /t/ dan /r/:
- [tuppa] /tuppa/ ‘tumpah’
[rupa] /rupa/ ‘muka’
Analisis:
Bunyi /t dan /r/ dalam kedua data di atas
merupakan dua bunyi yang berada pada
kontraks dalam lingkungan yaang berbeda,
namun kedua data tersebut belum dapat
dipastikan sebagai 2 fonem yang berbeda
karena tidak adanya data yang mendukung.
26. BERDISTRIBUSI KOMPLEMENTER
1 Data berdistribusi komplementer dalam bahasa bugis mengenal fonem /p/ dan /f/. berikut
adalah data yang mendukung analisa kami:
- [pake]/pake/ dan [fake] /fake/ ‘pakai’
- [polopeŋ] /polopeng/ dan [polofeŋ] /polofeng/ ‘pulpen’
- [pěssu] /Pessu/ dan [fěssu] /fessu/ ‘kempes’
- [pao] /pao/ dan [fao] /fao/ ‘mangga.
- [paku] /paku/ dan [faku] /faku/ ‘paku’
Namun konteks /p/ merupakan sebuah fonem sedangkan /f/ termasuk dalam kategori variasi.
2. Data berdistribusi komplementer dalam bahasa bugis mengenal fonem /u/ dan /o/. berikut
adalah data yang mendukung analisa kami:
- [maruki] /Maruki/ dan [maroki] /maroki/ ‘menulis’
- [massunti] /Massunti/ dan [massonti] /massonti/ ‘menyuntik’
Namun konteks /u/ merupakan sebuah fonem sedangkan /o/ termasuk dalam kategori variasi.
3. Data berdistribusi komplementer dalam bahasa bugis mengenal fonem /c/ dan /sy/. berikut
adalah data yang mendukung analisa kami:
- [mačulE] /Macule/ dan [ma∫ulE] /masyule/ ‘bercanda’
- [čěnniŋ] /Cenning/ ‘manis’ [∫ěnniŋ] /syenning/ ‘manis’
Namun konteks /c/ merupakan sebuah fonem sedangkan /sy/ termasuk dalam kategori variasi.
27. KESIMPULAN :
Dari data yang telah kami temukan dalam mentranskripsi,
mengelompokkan dan Menganalisis korpus data dapat
disimpulkan bahwa bahasa bugis mempunyai fonem /a/ dan /e/,
/e dan /i/, /o/ dan /i/, /u/ dan /i/, /u/ dan /e/, /a/ dan /i/, /o/ dan /e/,
/u/ dan /o/, /o/ dan /a/, /a/ dan /u/, /m/ dan /t/, /e/ dan /ě /, /m/ dan
/n/, /t/ dan /k/, /s/ dan /k dan data yang tidak termasuk fonem
ialah /t/ dan /r sedangkan data yang termasuk kategori
berdistribusi komplementer ialah /p/ dan /f/, /u/ dan /o/, dan /c/
dan /sy/.