Analisa risiko merupakan instrumen penting dalam melindungi wilayah dari penyakit eksotik lintas batas. Analisa risiko mencakup identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko, dan komunikasi risiko. Penilaian risiko terdiri atas penilaian pemasukan, eksposur, dan konsekuensi untuk memperkirakan risiko secara kuantitatif atau kualitatif. Analisis alur penting untuk memahami jalur masuknya penyakit
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Tata Naipospos
Dokumen ini membahas analisis risiko penyakit hewan dengan menjelaskan kerangka kerja analisis risiko menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dan implementasinya dalam perdagangan internasional dan impor hewan serta produk hewannya.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis risiko dalam epidemiologi veteriner dengan fokus pada penyakit hewan lintas batas. Dokumen menjelaskan konsep analisis risiko, komponen-komponen analisis risiko termasuk identifikasi bahaya dan penilaian risiko, serta contoh-contoh penerapannya dalam konteks impor hewan dan produk hewan.
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak di Indonesia, termasuk gejala, epidemiologi, penularan, pencegahan, dan tantangan pengendaliannya."
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit mulut dan kuku (PMK), termasuk penjelasan tentang penyakit tersebut, dampaknya, epidemiologi, dan kesiagaan darurat untuk penanggulangannya.
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Tata Naipospos
Potensi kerugian ekonomi yang besar apabila terjadi wabah penyakit mulut dan kuku di Indonesia. Populasi ternak yang rentan sangat besar dengan biaya pengendalian yang tinggi, termasuk biaya pemusnahan ternak terinfeksi. Keterlambatan deteksi akan memperburuk dampak ekonominya dengan meluasnya wilayah wabah.
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...Tata Naipospos
Dokumen ini membahas tentang penyakit-penyakit hewan yang wajib dilaporkan secara internasional dan nasional serta kewajiban melaporkan penyakit hewan menular di Indonesia."
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan
kepada Menteri Kesehatan (Menkes) untuk
meningkatkan pencegahan dan pengendalian zoonosis
(infeksi yang ditularkan di antara hewan vertebrata dan
manusia atau sebaliknya), resistensi antimikroba, dan
keamanan pangan.
Analisa Risiko Penyakit Hewan - BUTTMKP, 11 Februari 2019Tata Naipospos
Dokumen ini membahas analisis risiko penyakit hewan dengan menjelaskan kerangka kerja analisis risiko menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dan implementasinya dalam perdagangan internasional dan impor hewan serta produk hewannya.
Dokumen tersebut membahas tentang analisis risiko dalam epidemiologi veteriner dengan fokus pada penyakit hewan lintas batas. Dokumen menjelaskan konsep analisis risiko, komponen-komponen analisis risiko termasuk identifikasi bahaya dan penilaian risiko, serta contoh-contoh penerapannya dalam konteks impor hewan dan produk hewan.
Masuk dan Menyebarnya LSD dan PMK di Indonesia - PDHI Riau-KEMIN Indonesia - ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak di Indonesia, termasuk gejala, epidemiologi, penularan, pencegahan, dan tantangan pengendaliannya."
Kesiagaan dan Respons Darurat Wabah Penyakit Mulut dan Kuku - Dr. B The Vet S...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit mulut dan kuku (PMK), termasuk penjelasan tentang penyakit tersebut, dampaknya, epidemiologi, dan kesiagaan darurat untuk penanggulangannya.
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Tata Naipospos
Potensi kerugian ekonomi yang besar apabila terjadi wabah penyakit mulut dan kuku di Indonesia. Populasi ternak yang rentan sangat besar dengan biaya pengendalian yang tinggi, termasuk biaya pemusnahan ternak terinfeksi. Keterlambatan deteksi akan memperburuk dampak ekonominya dengan meluasnya wilayah wabah.
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...Tata Naipospos
Dokumen ini membahas tentang penyakit-penyakit hewan yang wajib dilaporkan secara internasional dan nasional serta kewajiban melaporkan penyakit hewan menular di Indonesia."
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan
kepada Menteri Kesehatan (Menkes) untuk
meningkatkan pencegahan dan pengendalian zoonosis
(infeksi yang ditularkan di antara hewan vertebrata dan
manusia atau sebaliknya), resistensi antimikroba, dan
keamanan pangan.
Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi - Kementan, Tangerang, 14...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang risiko masuknya virus African Swine Fever ke Indonesia, dampak ekonominya, dan upaya antisipasi. Virus ASF sangat berbahaya bagi industri babi dan dapat menyebar melalui produk daging babi ilegal yang dibawa penumpang pesawat udara internasional. Upaya kontrol perlu diperketat, seperti penggunaan anjing deteksi di bandara.
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas rencana aksi global, regional, dan nasional untuk eliminasi rabies melalui tiga tujuan perubahan sosial yaitu (1) menggunakan vaksin, obat-obatan, alat dan teknologi secara efektif, (2) menghasilkan, menginovasi dan mengukur dampak, serta (3) mempertahankan komitmen dan sumber daya untuk mencapai target eliminasi rabies pada 2030.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
Tiga penyakit hewan penting yaitu African Swine Fever (ASF), Lumpy Skin Disease (LSD), dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah menyebar ke beberapa negara dan wilayah di Indonesia. Untuk mengendalikan penyebarannya diperlukan kerja sama antar instansi terkait melalui penguatan sistem surveilans, penerapan tindakan biosekuriti yang ketat, serta manajemen risiko dan komunikasi yang tepat.
Surveilans Berbasis Risiko - BVet Lampung, Bandar Lampung, 2 April 2014Tata Naipospos
Surveilans berbasis risiko merupakan pendekatan surveilans yang memanfaatkan pengetahuan tentang faktor risiko penyakit untuk mengoptimalkan deteksi penyakit dengan mengambil sampel dari populasi berisiko tinggi. Pendekatan ini lebih efisien dibandingkan surveilans representatif karena fokus pada kelompok ternak yang berisiko tinggi terhadap penyakit.
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus pox dan menyebabkan demam, nodul pada kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi susu dan daging serta fertilitas ternak. LSD menyebar di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa melalui lalat dan nyamuk sebagai vektor. Strategi pengendalian meliputi vaksin
Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pertemuan koordinasi harmonisasi karantina dan kesehatan ikan di Jakarta pada 28 Oktober 2021. Dibahas tentang fakta kunci sektor perikanan, tren kesehatan hewan akuatik, standar kesehatan hewan akuatik OIE, dan daftar penyakit hewan akuatik OIE.
Peluang dan Risiko Impor Ternak dan Produk Hewan Dari Zona Bebas PMK - Pusli...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang peluang dan risiko impor ternak dan produknya dari negara yang memiliki zona bebas penyakit mulut dan kuku. Dokumen menjelaskan tentang situasi penyakit mulut dan kuku di berbagai negara, termasuk risiko penularan antar negara melalui perdagangan ternak hidup dan produknya. Dokumen juga membahas upaya pengendalian penyakit mulut dan kuku secara global.
Potensi Kerugian Ekonomi Akibat PMK - Suatu Laporan ke OIE - LSM PATAKA, Jaka...Tata Naipospos
Potensi Kerugian Ekonomi Akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menjelaskan bahwa PMK dapat menyebabkan kerugian finansial besar bagi peternak dan ekonomi nasional Indonesia. Estimasi kerugian tahunan akibat PMK di tingkat nasional mencapai Rp 9,9 triliun (US$ 761,3 juta), terdiri atas kerugian produksi, ekspor, dan dampak tidak langsung seperti pariwisata."
Dokumen tersebut membahas beberapa penyakit hewan yang strategis di Indonesia, termasuk anthrax, surra, paratuberkulosis, dan MCF. Informasi kunci mencakup gejala, diagnosis, terapi, dan upaya pencegahan penyakit-penyakit tersebut.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang zoonosis dan beberapa penyakit zoonosis pada hewan dan manusia, seperti rabies, avian influenza, swine flu, Japanese encephalitis, cowpox, anthrax, dan leptospirosis. Penyakit-penyakit tersebut ditularkan melalui kontak langsung atau vektor seperti nyamuk, dan menyebabkan gejala seperti demam, batuk, dan paralisis pada hewan maupun manusia. Pencegahannya melalui
Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya kompetensi biosekuriti dan kompartemen bebas penyakit di balai pembibitan ternak. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa biosekuriti dan kompartemen bebas penyakit diperlukan untuk mencegah penularan penyakit antar hewan dan meminimalkan kerugian ekonomi. Dokumen juga memberikan contoh praktik biosekuriti seperti isolasi hewan baru dan mengendalikan h
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
Kesejahteraan hewan memainkan peran penting dalam perdagangan internasional dan status kinerja layanan veteriner suatu negara. Standar kesejahteraan hewan internasional dipromosikan untuk maksimalkan implementasinya di seluruh dunia.
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. II - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...Tata Naipospos
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas kerangka analisis risiko menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) yang terdiri atas empat komponen yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko, dan komunikasi risiko.
2. Proses analisis risiko impor meliputi identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko, evaluasi risiko, evaluasi opsi, implementasi, dan monitoring & evaluasi ulang
Risiko Virus ASF, Rute Masuknya dan Dampak Ekonomi - Kementan, Tangerang, 14...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang risiko masuknya virus African Swine Fever ke Indonesia, dampak ekonominya, dan upaya antisipasi. Virus ASF sangat berbahaya bagi industri babi dan dapat menyebar melalui produk daging babi ilegal yang dibawa penumpang pesawat udara internasional. Upaya kontrol perlu diperketat, seperti penggunaan anjing deteksi di bandara.
One Health Roadmap Eliminasi Rabies 2030 - Kemenko PMK-Pandemic Preparedness ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas rencana aksi global, regional, dan nasional untuk eliminasi rabies melalui tiga tujuan perubahan sosial yaitu (1) menggunakan vaksin, obat-obatan, alat dan teknologi secara efektif, (2) menghasilkan, menginovasi dan mengukur dampak, serta (3) mempertahankan komitmen dan sumber daya untuk mencapai target eliminasi rabies pada 2030.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ASF, LSD, PMK, dan AI pada Burung Liar -...Tata Naipospos
Tiga penyakit hewan penting yaitu African Swine Fever (ASF), Lumpy Skin Disease (LSD), dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah menyebar ke beberapa negara dan wilayah di Indonesia. Untuk mengendalikan penyebarannya diperlukan kerja sama antar instansi terkait melalui penguatan sistem surveilans, penerapan tindakan biosekuriti yang ketat, serta manajemen risiko dan komunikasi yang tepat.
Surveilans Berbasis Risiko - BVet Lampung, Bandar Lampung, 2 April 2014Tata Naipospos
Surveilans berbasis risiko merupakan pendekatan surveilans yang memanfaatkan pengetahuan tentang faktor risiko penyakit untuk mengoptimalkan deteksi penyakit dengan mengambil sampel dari populasi berisiko tinggi. Pendekatan ini lebih efisien dibandingkan surveilans representatif karena fokus pada kelompok ternak yang berisiko tinggi terhadap penyakit.
Kajian singkat Lumpy Skin Disease - Ditkeswan, Jakarta, 26 Februari 2019Tata Naipospos
Lumpy skin disease (LSD) adalah penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus pox dan menyebabkan demam, nodul pada kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Penyakit ini menyebabkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi susu dan daging serta fertilitas ternak. LSD menyebar di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa melalui lalat dan nyamuk sebagai vektor. Strategi pengendalian meliputi vaksin
Aquatic Animal Health Code dan ALOP - BKIPM-KKP, 29 Oktober 2021Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pertemuan koordinasi harmonisasi karantina dan kesehatan ikan di Jakarta pada 28 Oktober 2021. Dibahas tentang fakta kunci sektor perikanan, tren kesehatan hewan akuatik, standar kesehatan hewan akuatik OIE, dan daftar penyakit hewan akuatik OIE.
Peluang dan Risiko Impor Ternak dan Produk Hewan Dari Zona Bebas PMK - Pusli...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang peluang dan risiko impor ternak dan produknya dari negara yang memiliki zona bebas penyakit mulut dan kuku. Dokumen menjelaskan tentang situasi penyakit mulut dan kuku di berbagai negara, termasuk risiko penularan antar negara melalui perdagangan ternak hidup dan produknya. Dokumen juga membahas upaya pengendalian penyakit mulut dan kuku secara global.
Potensi Kerugian Ekonomi Akibat PMK - Suatu Laporan ke OIE - LSM PATAKA, Jaka...Tata Naipospos
Potensi Kerugian Ekonomi Akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menjelaskan bahwa PMK dapat menyebabkan kerugian finansial besar bagi peternak dan ekonomi nasional Indonesia. Estimasi kerugian tahunan akibat PMK di tingkat nasional mencapai Rp 9,9 triliun (US$ 761,3 juta), terdiri atas kerugian produksi, ekspor, dan dampak tidak langsung seperti pariwisata."
Dokumen tersebut membahas beberapa penyakit hewan yang strategis di Indonesia, termasuk anthrax, surra, paratuberkulosis, dan MCF. Informasi kunci mencakup gejala, diagnosis, terapi, dan upaya pencegahan penyakit-penyakit tersebut.
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang zoonosis dan beberapa penyakit zoonosis pada hewan dan manusia, seperti rabies, avian influenza, swine flu, Japanese encephalitis, cowpox, anthrax, dan leptospirosis. Penyakit-penyakit tersebut ditularkan melalui kontak langsung atau vektor seperti nyamuk, dan menyebabkan gejala seperti demam, batuk, dan paralisis pada hewan maupun manusia. Pencegahannya melalui
Kompetensi Biosekuriti dan Kompartemen Bebas Penyakit di Balai Pembibitan Ter...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya kompetensi biosekuriti dan kompartemen bebas penyakit di balai pembibitan ternak. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa biosekuriti dan kompartemen bebas penyakit diperlukan untuk mencegah penularan penyakit antar hewan dan meminimalkan kerugian ekonomi. Dokumen juga memberikan contoh praktik biosekuriti seperti isolasi hewan baru dan mengendalikan h
Dampak Penerapan Kesejahteraan Hewan Terhadap Perdagangan Internasional dan S...Tata Naipospos
Kesejahteraan hewan memainkan peran penting dalam perdagangan internasional dan status kinerja layanan veteriner suatu negara. Standar kesejahteraan hewan internasional dipromosikan untuk maksimalkan implementasinya di seluruh dunia.
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. II - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...Tata Naipospos
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas kerangka analisis risiko menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) yang terdiri atas empat komponen yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko, dan komunikasi risiko.
2. Proses analisis risiko impor meliputi identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko, evaluasi risiko, evaluasi opsi, implementasi, dan monitoring & evaluasi ulang
Bimtek Analisis Risiko Impor Bag. IV - Ditkeswan, Ditjen PKH, Bogor, 18-22 Fe...Tata Naipospos
Analisis risiko merupakan proses standar untuk mengevaluasi risiko secara objektif dan transparan. Dokumen menjelaskan proses penyusunan analisis risiko, termasuk mengidentifikasi bahaya, mengumpulkan informasi, menilai risiko, dan merekomendasikan tindakan manajemen risiko. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan agen patogen dan memfasilitasi perdagangan dengan mempertimbangkan faktor epidemiologi, sosial, dan ekonomi.
Surveilans epidemiologi meliputi konsep dasar, desain, analisis data, dan pelaksanaan untuk penyakit potensial wabah, yang dapat dicegah vaksinasi, dan berbasis masyarakat guna pencegahan dan penanggulangan penyakit.
Tugas ini membahas import risk analysis pada produk akuakultur. Analisis risiko impor melibatkan identifikasi bahaya, penilaian risiko, manajemen risiko, dan komunikasi risiko untuk menentukan status produk yang diimpor. Langkah-langkahnya meliputi identifikasi patogen, penilaian peluang masuk dan dampaknya, serta penetapan tindakan karantina sesuai tingkat risiko. Tugas ini menjelaskan proses dan tujuan dari analisis risiko impor unt
Infection Control Risk Assessment (ICRA) membahas risiko infeksi akibat renovasi rumah sakit. Renovasi dapat menyebarkan debu dan jamur patogen melalui udara (airborne) yang dapat masuk paru-paru pasien dan petugas, meningkatkan risiko infeksi. Oleh karena itu, diperlukan rapat koordinasi antara divisi terkait dan vendor sebelum renovasi beserta pengkajian risiko dan izin renovasi.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat agar dapat mencegah penyakit. Pelayanan kesehatan lingkungan meliputi konseling, inspeksi lingkungan, dan intervensi lingkungan. Dokumen ini juga menjelaskan indikator kinerja program kesehatan lingkungan serta pentingnya sanitasi total berbasis masyarakat.
Seminar Pusat Kajian Pengendalian Zoonosis Nasional IPB - Bogor, 6 September ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang ancaman penyakit zoonosis secara global dan tantangan yang dihadapi oleh dokter hewan dalam menghadapi lonjakan penyakit zoonosis. Penyakit zoonosis merupakan penyakit menular yang ditularkan antara hewan dan manusia, dan lonjakannya dipengaruhi oleh perubahan ekologi, pertanian, dan lingkungan. Dokter hewan memiliki peran penting dalam memperkuat sistem kesehatan hewan,
Dokumen tersebut membahas tentang pembekalan tim kesehatan lingkungan yang mencakup penjelasan mengenai kontribusi faktor lingkungan terhadap penyakit, pelayanan kesehatan lingkungan, indikator kinerja program kesehatan lingkungan, dan pentingnya sanitasi total berbasis masyarakat untuk mencegah penyakit."
Dokumen tersebut membahas tentang pelaksanaan Tim Nusantara Sehat Batch XV yang mencakup penjelasan tentang kontribusi faktor lingkungan terhadap penyakit, kaitan antara faktor lingkungan dengan berbagai penyakit, pelaksanaan layanan kesehatan lingkungan di Indonesia, indikator kinerja program kesehatan lingkungan, dan pentingnya sanitasi total berbasis masyarakat."
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthAnggita Dewi
Tiga sistem utama yang digunakan untuk memantau penyakit menular di Indonesia adalah EWARS untuk kesehatan manusia, iSIKHNAS untuk kesehatan hewan, dan kerja sama antara berbagai kementerian untuk memantau penyakit zoonosis secara terpadu.
5 Jan 2021 - Kemenkes Strakom Vaksinasi COVID-19 Tahap Pertama-dikonversi.pptxBayuKhonjo1
Strategi komunikasi vaksinasi COVID-19 di Indonesia mencakup peningkatan penerimaan masyarakat terhadap vaksin melalui kampanye publik, sosialisasi di fasilitas kesehatan, dan kerja sama dengan pemangku kepentingan. Strategi ini bertujuan meningkatkan vaksinasi kelompok prioritas seperti tenaga kesehatan dengan memberikan informasi mengenai keamanan, manfaat, dan mekanisme pendaftaran vaksin."
Preparation PVS Evaluation Follow-up INDONESIA 2023Tata Naipospos
The document provides details regarding an upcoming PVS Evaluation Follow-Up mission in Indonesia from 2-13 October 2023 that will evaluate the country's Veterinary Services. The previous PVS Evaluation in 2007 assessed Indonesia at Level 2, and a 2011 Gap Analysis set a target of Level 3 within 5 years. The upcoming mission will evaluate progress towards this Level 3 target. It outlines the scope of the evaluation, procedures to be followed, and provides an overview of data and documents that will be reviewed. Ideal sampling sites across different categories are also listed.
The document discusses challenges that remained from the 2011 Gap Analysis, including legislation, management and coordination, staff development, surveillance capabilities, and disease control programs. It notes that reports
Update situasi epidemiologi Avian Influenza di Indonesia, CEVA Scientific Mee...Tata Naipospos
Virus influenza aviar tingkat patogenisitas tinggi (HPAI) dan rendah (LPAI) masih menyebar luas di Indonesia, terutama di sektor perunggasan skala kecil. Virus-virus baru seperti LPAI H9N2 pertama kali dideteksi pada 2017. Pasar unggas hidup (PUH) memainkan peran penting dalam penyebaran berulang virus melalui kontak erat antara unggas dari berbagai daerah. Dinamika evolusi virus H5N1 menunjukkan be
Keterlibatan WOAH dalam Peningkatan Kesadaran dan Pengetahun AMR di Indonesia...Tata Naipospos
1. WOAH bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang resistensi antimikroba melalui survei, pengembangan strategi komunikasi, dan materi edukasi.
2. Survei mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik peternak unggas menunjukkan perlu ditingkatkannya pemahaman tentang penggunaan antibiotik.
3. Upaya berkelanjutan dibutuhkan untuk mempromosikan penggunaan
Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku dan Lumpy Skin Disease serta Kewaspadaan...Tata Naipospos
PMK dan penyakit hewan lainnya seperti LSD dan PPR merupakan penyakit lintas batas yang berpotensi menyebar dengan cepat dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang signifikan. Strategi pengendalian utama untuk PMK adalah karantina, vaksinasi, surveilans epidemiologi, zonasi, depopulasi, dan biosekuriti. Vaksinasi massal digunakan untuk mengendalikan wabah PMK di Indonesia, namun vaksin yang tersedia belum d
Pengantar: Penilaian Bersama Implementasi Penatagunaan AMU Pada Peternakan U...Tata Naipospos
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas survei Knowledge, Attitude, and Practices (KAP) mengenai penggunaan antimikroba pada peternakan unggas di Indonesia.
2. Survei ini dilaksanakan di dua kabupaten di Jawa Timur, yaitu Blitar dan Malang, dengan target 60 peternak unggas.
3. Tujuan survei ini adalah untuk menilai pengetahuan, sikap, dan praktik peternak mengenai pen
Pentingnya Veterinary Statutory Body bagi Peningkatan Kualitas Profesi Kedokt...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya Veterinary Statutory Body (VSB) bagi peningkatan kualitas profesi kedokteran hewan di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan definisi profesi dokter hewan, peran pentingnya bagi masyarakat, serta unsur-unsur yang menentukan kualitas layanan kesehatan hewan seperti tenaga kerja kesehatan hewan dan kinerja layanan kesehatan hewan berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Hewan Dun
A - Z Lumpy Skin Disease - Perspektif Global - Dr. B. Show - 25 Maret 2023Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas tentang lumpy skin disease (LSD) dari perspektif global. LSD merupakan penyakit menular yang penting secara ekonomi yang menyerang sapi. Penyakit ini telah menyebar dari Afrika ke berbagai belahan dunia. Perubahan iklim diduga berperan dalam penyebaran internasional penyakit ini. Pengendalian LSD meliputi vaksinasi, pembatasan lalu lintas ternak, dan pemusnahan hewan terinfeksi.
Pengendalian Lalu Lintas dan Vaksinasi Khususnya di Daerah Bebas PMK - Rakor ...Tata Naipospos
Dokumen tersebut membahas pengendalian lalu lintas ternak dan vaksinasi khususnya di daerah bebas penyakit mulut dan kuku. Dokumen menjelaskan tentang pola lalu lintas ternak, klasifikasi zona berdasarkan risiko penyakit, dan aturan lalu lintas berdasarkan situasi penyakit di suatu daerah.
Kewaspadaan dan Antisipasi Peste des Petits Ruminants - Rakor Balai Veteriner...
Analisa Risiko Sebuah Instrumen - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Denpasar, 22 November 2016
1. Analisa Risiko: Sebuah Instrumen
Dalam Upaya Melindungi Wilayah Dari
Penyakit Eksotik Lintas Batas
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan dan
Kesehatan Masyarakat Veteriner
Denpasar, 22 November 2016
3. O u t l i n e
• Zona dan Kompartementalisasi
• Analisa Risiko (Risk Analysis)
• Penilaian Risiko (Risk Assessment)
• Analisis Alur (Pathway Analysis)
• Kuantitatif vs kualitatif Penilaian Risiko
• Contoh pemasukan ayam hidup dan/atau bibit
ayam ke Provinsi Bali
5. Definisi
• Pengakuan bahwa populasi hewan dengan
status kesehatan yang berbeda
– Zona/Regionalisasi
• Basis geografik
– Kompartementalisasi
• Manajemen dan biosekuriti
6. Zona dan Kompartemen
• Konsep keduanya hampir sama
• Perbedaannya adalah pada tanggung jawab dalam
penerapan tindakan-tindakan biosekuriti
– Zona bebas penyakit → Pemerintah
– Kompartemen → Sektor swasta
• Perlu supervisi dan akreditasi yang ketat oleh
Dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan
7. Zona (Regionalisasi)
• Region/Zona
– berarti batasan yang jelas dari suatu wilayah
geografis (provinsi, pulau, beberapa pulau) yang
memiliki suatu subpopulasi hewan dengan status
kesehatan yang berbeda terkait dengan suatu
penyakit tertentu yang memerlukan diterapkannya
surveilans, pengendalian dan tindakan-tindakan
biosekuriti untuk tujuan perdagangan
8. Perdagangan antar kabupaten/kota
Industri peternakan unggas di provinsi A
Zona/Regionalisasi = membentuk dan mempertahankan
suatu status bebas penyakit dari suatu subpopulasi hewan
berdasarkan basis geografis
Perdagangan antar kabupaten/kota
Zona (Regionalisasi)
9. Kompartementalisasi
• Kompartemen
– berarti satu atau lebih unit budidaya peternakan
yang berada dibawah sistim manajemen
biosekuriti yang sama yang memiliki suatu
subpopulasi hewan dengan status kesehatan
berbeda terkait dengan suatu penyakit tertentu atau
sejumlah penyakit tertentu yang memerlukan
diterapkannya surveilans, pengendalian dan
tindakan-tindakan biosekuriti untuk tujuan
perdagangan.
10. Kompartementalisasi = membentuk dan mempertahankan
suatu status bebas penyakit dari suatu subpopulasi hewan
berdasarkan sistem manajemen dikaitka dengan manajemen dan
biosekuriti
Kompartementalisasi
Industri peternakan unggas di provinsi A
Perdagangan antar kabupaten/kota
Perdagangan antar kabupaten/kota
12. Pengkajian Terhadap Konsep
• Apa itu risiko?
• Apa itu analisa risiko (risk analysis) ?
• Apa itu penilaian risiko (risk assessment)?
• Apa itu proses penilaian risiko?
13. Apa itu Risiko?
• Kemungkinan terjadinya dan kemungkinan
luasnya magnituda konsekuensi (biologik &
ekonomi) dari suatu peristiwa atau pengaruh
yang merugikan terhadap kesehatan hewan
atau manusia
Sumber: OIE Terrestrial Animal health Code 2011 (glossary)
14. Elemen Risiko
• Probabilitas (kemungkinan atau peluang) dari
terjadinya suatu peristiwa yang merugikan
(bahaya/hazard)
• Konsekuensi (atau dampak)
– Biologik
– Ekonomi
• Ketidakpastian (uncertainty)
• Kemampuan untuk mengelola
15. Pertanyaan-pertanyaan Kritis Yang Membentuk
Analisa Risiko Berbasis Kesehatan Hewan
• Apa yang bisa menjadi salah (What can go
wrong)?
• Seberapa mungkin suatu peristiwa atau
peristiwa-peristiwa itu terjadi?
• Jika peristiwa atau peristiwa-peristiwa terjadi,
apa yang menjadi konsekuensi dan besarnya
dampak?
16. Apa itu Analisa Risiko?
• Organisasikan bagaimana cara untuk
menjawab dan juga menggabungkan ke-tiga
pertanyaan di bawah ini:
– Apa yang bisa dilakukan untuk mengubah
(memitigasi) risiko?
– Siapa yang perlu diinformasikan?
– Apa/bagaimana informasi dikomunikasikan?
Sumber: OIE Terrestrial Animal Health Code (2016) - Vol I: Section 2; Chapter 2.1.
http://www.oie.int/index.php?id=169&L=0&htmfile=chapitre_1.2.1.htm
17. Analisa Risiko
Identifikasi
Bahaya
Penilaian
Risiko
Manajemen
Risiko
Komunikasi Risiko
Apa yang bisa menjadi salah?
Seberapa mungkin peristiwa itu terjadi?
Jika peristiwa itu terjadi, apa
konsekuensi biologik dan ekonomi-nya?
Apa yang bisa dilakukan untuk
mengubah (memitigasi) risiko?
Apa yang harus dilakukan
untuk menerapkan mitigasi?
Siapa yang perlu diinformasikan?
Apa/bagaimana informasi dikomunikasikan?
18. Analisa Risiko TIDAK:
• Menetapkan tingkat risiko yang dapat diterima
(acceptable risk level)
• Menerangkan dengan pasti kapan/jika suatu
suatu agen penyakit diintroduksi atau apa
konsekuensi yang akan terjadi
• Menetapkan kebijakan
• HANYA menyediakan input bagi pengambilan
keputusan
19. Agen
patogen
Kriteria identifikasi bahaya Bahaya
(hazard)
(Ya/tidak)
Dapat
menimbulkan
dampak
Ada di
negara
pengekspor
Kejadian
penyakit di
Indonesia
Agen 1 Ya Ya Tidak ada Ya
Agen 2 Tidak Ya Tidak ada Tidak
Agen 3 Ya Tidak Tidak ada Tidak
Agen 4 Ya Ya Ada: Tidak
dikontrol
Tidak
Lengkapi bahaya yang dapat diidentifikasi ….
Identifikasi Bahaya
(Hazard Identification)
• Penyakit diketahui akan menular terhadap hewan atau
bersumber dari komoditi yang akan dimasukkan
• Penyakit diketahui ada di provinsi/kabupaten/kota pengirim
20. Apa itu Penilaian Risiko?
• Evaluasi kemungkinan masuknya, berkembangnya,
dan menyebarnya suatu penyakit dan kaitannya dengan
potensi konsekuensi biologik dan ekonomi terhadap
kesehatan hewan dan/atau kesehatan masyarakat
Identifikasi
Bahaya
Penilaian
Risiko
Manajemen
Risiko
Komunikasi Risiko
22. Penilaian Pemasukan
Penilaian Eksposur
Penilaian Konsekuensi
Estimasi Risiko
Bagaimana penyakit tersebut dapat masuk ke
daerah lain?
─ Apa jenis komoditi yg diperdagangkan?
─ Apa komoditi tersebut membawa penyakit?
─ Bagaimana prevalensi penyakit?
─ Apakah ada program pengendalian?
Jika penyakit masuk ke daerah lain,
bagaimana hewan rentan dapat terdedah?
- Media pembawa penyakit
- Metode transport
- Populasi berisiko/rentan
- Cara penularan
Jika penyakit sudah muncul, apa dampak
yang ditimbulkan?
- Biaya-biaya pengendalian wabah,
depopulasi, kompensasi
Estimasi Risiko = Penilaian Pemasukan x
Penilaian Eksposure x Penilaian Konsekuensi
Batas wilayah
23. Pengumpulan data untuk
Penilaian Risiko
Data yang dibutuhkan Siapa yang harus dihubungi dan darimana
data bisa diperoleh
Fakta dan sejarah penyakit Direktorat Kesehatan Hewan
Program pengendalian penyakit Direktorat Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan
Provinsi
Data terkini mengenai spesies
tertular, jumlah, dan lokasi
Dinas Peternakan Provinsi/Kabupaten/Kota
BBVet/BVet
Industri (sesuai komoditinya)
Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
Kapasitas surveilans BBVet/BVet – Infolab/iSIKHNAS
Dinas Peternakan – termasuk iSIKHNAS
Populasi Statistik peternakan (setiap tahun)
Dinas Peternakan – termasuk iSIKHNAS
Data lalu-lintas dari media
pembawa penyakit
Karantina – Qvet
Dinas Peternakan (lalu-lintas darat, iSIKHNAS)
Lalu-lintas ilegal Karantina, Dinas Peternakan, Kepolisian
24. Penilaian Pemasukan
(Entry/Release Assessment)
• Terangkan alur biologik (biological pathway)
yang diperlukan untuk suatu kegiatan
pemasukan dalam merilis (mengintroduksikan)
suatu patogen ke dalam suatu lingkungan
– Analisis Alur (Pathways analysis)
• Estimasikan probabilitas untuk terjadinya
suatu proses yang komplit, kualitatif (dalam
kata-kata) atau kuantitatif (sebagai suatu
estimasi numerik)
25. Analisis Alur (Pathways Analysis)
• Penilaian sistematis dari alur (pathways) dimana
suatu agen penyakit hewan eksotik kemungkinan
masuk ke Provinsi Bali dan berkembang menjadi
suatu wabah penyakit pada hewan dan/atau manusia
• Juga diterapkan untuk menggambarkan alur dimana
suatu agen penyakit domestik kemungkinan
menyebar dari suatu Provinsi lain ke Provinsi Bali
atau dari kabupaten/kota ke kabupaten/kota lain di
Provinsi Bali
27. Langkah-langkah Analisis Alur
Langkah 1:
Kembangkan pemahaman tentang interaksi
hospes, agen, dan lingkungan dari penyakit
eksotik yang telah diidentifikasi berdasarkan
literatur ilmiah, opini ahli (expert opinion),
pengalaman pribadi (personal experience)
atau sumber-sumber informasi lainnya
28. Langkah-langkah Analisis Alur
Langkah 2:
Kembangkan suatu daftar potensi alur
(pathways) masuknya agen penyakit dari
provinsi lain ke dalam suatu populasi hewan
peka dan/atau populasi manusia di Provinsi
Bali
30. Langkah-langkah Analisis Alur
Langkah 4:
Identifikasi populasi ‘at-risk’ untuk setiap alur
yang mungkin dilalui oleh agen penyakit untuk
bisa masuk ke Provinsi Bali
31. Gap dalam pengetahuan kita mengenai
penyakit eksotik tersebut akan mengurangi
kepastian dari kepercayaan terhadap kelayakan
suatu alur atau sejumlah alur (pathways)
32. Penilaian Eksposur
(Exposure assessment)
• Menerangkan alur biologik (biological pathway)
yang diperlukan untuk eksposur atau eksposur-
eksposur dari hewan dan manusia di wilayah
penerima (Provinsi Bali) terhadap bahaya (hazards)
yang dirilis dari suatu sumber risiko tertentu di
provinsi lain
• Estimasi probabilitas dari eksposur atau eksposur-
eksposur itu terjadi, baik secara kualitatif (dalam
kata-kata) atau kuantitatif (sebagai estimasi numerik)
– hewan dan/atau orang
33. Penilaian Konsekuensi
(Consequence assessment)
• Terangkan hubungan antara eksposur tertentu
dengan suatu agen biologik dan konsekuensi
daripada eksposur tersebut
– Konsekuensi langsung (Direct consequences)
• Infeksi hewan, kematian hewan dan kehilangan produksi
• Konsekuensi terhadap kesehatan masyarakat
– Konsekuensi tidak langsung (Indirect consequences)
• Biaya surveiland dan pengendalian
• Biaya kompensasi
• Kehilangan potensi perdagangan
• Konsekuensi yang merugikan terhadap lingkungan
38. Penilaian Risiko Kuantitatif
• suatu penilaian dimana output dari risiko
diekspresikan dalam bentuk numerik
– pada dasarnya objektif
– angka dapat merepresentasikan probabilitas
terjadinya suatu peristiwa selama suatu jangka
waktu tertentu
• Penyakit “X” masuk ke Provinsi Bali dengan
frekuensi satu kali dalam setiap 1000 pengapalan
dari produk hewan “a”
39. Studi-studi Kuantitatif
Kelebihan
• Lebih mendalam
• Pendapat tentang
probabilitas terjadinya
suatu peristiwa yang
merugikan
• Pengambil keputusan
terinformasikan
Kekurangan
• Perlu waktu
• Perlu kualitas data yang
baik
• Tidak mungkin
diterapkan pada semua
kondisi
41. Ketidakpastian (uncertainty)
• Tidak ada nilai yang pasti untuk setiap parameter
• Diperlukan untuk menghasilkan suatu estimasi yang
menggabungkan ketidakpastian dan variabilitas
• Menggunakan program simulasi
42. Hasil Penilaian Risiko Kuantitatif
X <=0
5%
X <=0.01
95%
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0 3 6 9 12
Values in 10^-3
Probability
42
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
0
0.02
0.03
0.05
0.06
0.08
0.09
0.11
0.12
0.14
0.15
0.17
0.18
0.2
0.21
0.23
0.24
0.26
0.27
0.29
ProbofValue<=X-axisValue
• Bukan suatu estimasi
titik (point estimate)
tetapi suatu kisaran
probabilitas
• Hasil merefleksikan
variabilitas dan
ketidakpastian
43. Penilaian Risiko Kuantitatif
• Tidak mungkin risiko selalu dikuantifikasi, oleh
karena pada dasarnya tidak ada data yang memadai
untuk membuat kalkulasi yang dapat dipercaya
• Suatu penilaian dimana output dari suatu
kemungkinan dihasilkannya ‘outcome’ atau
magnituda dari konsekuensi diekspresikan dalam
terminologi kualitatif seperti ‘tinggi’ (‘high’),
‘sedang’ (‘medium’), ‘rendah’ (‘low’) atau
‘dapatdiabaikan’ (‘negligible’)
– Pada dasarnya subyektif
44. Studi-studi Kualitatif
Kelebihan
• Lebih cepat
• Dapat diterapkan untuk
suatu ruang lingkup
kondisi yang lebih luas
Kekurangan
• Kurang mendalam
• Tidak menyediakan
suatu probablitas yang
numerik dari suatu
peristiwa yang
merugikan
• Kurang dipraktekkan
dalam pengambil
keputusan
45. Interpretasi Kategori Probabilitas Yang
Digunakan Dalam Penilaian Risiko
Kategori Probabilitas Interpretasi
Dapat diabaikan (negligible) Peristiwa sangat jarang sekali terjadi
sehingga tidak perlu dipertimbangkan
Sangat rendah (Very Low) Peristiwa sangat jarang terjadi tapi tidak
bisa diabaikan
Rendah (Low) Peristiwa jarang tapi terjadi
Sedang (Medium) Peristiwa terjadi secara reguler
Tinggi (High) Peristiwa terjadi seringkali
Sangat tinggi (Very high) Peristiwa sudah pasti terjadi
Sumber: S. Kasemsuwan et al. (2009). Mekong Team Working Paper No. 7.
46. Matriks Untuk Mengkombinasikan
Risiko Pemasukan dan Eksposur
Penilaian Eksposure
Very high High Medium Low Very low Negligible
PenilaianPemasukan
Very high Very high High Medium Low Very low Negligible
High High Medium Medium Low Very low Negligible
Medium Medium Medium Medium Low Very low Negligible
Low Low Low Low Very low Negligible Negligible
Very low Very low Very low Very low Negligible Negligible Negligible
Negligible Negligible Negligible Negligible Negligible Negligible Negligible
Sumber: S. Kasemsuwan et al. (2009). Mekong Team Working Paper No. 7.
Very low
47. Analisa Alur Pemasukan Ayam
Dewasa/Bibit Ayam Ke Provinsi Bali
Provinsi tertular HPAI
Sumber: Kompartemen
bebas HPAI?
Hasil pengujian lab?
Tidak terdeteksi selama
masa karantina
Penilaian
Pemasukan
Tidak terdeteksi dalam
selama dilalulintaskan
Ayam terinfeksi
menulari ayam lain
Penilaian
Eskposur
Kematian ayam di
peternakan
Biaya biosekuriti ,
depopulasi dan
kompensasi
Penilaian
Konsekuensi
Estimasi Risiko =
= (Very high x Low x Low x
High) x (Very high x High) x
(High x High)
= Very low x High x Medium
= Very low
48. Penentuan Tingkatan Risiko Untuk
Masing-masing Proses Alur
Alur Penilaian Dasar atau justifikasi penilaian
Provinsi terinfeksi HPAI Very high Laporan kasus masih tinggi
Sumber: Kompartemen
Bebas HPAI
Low Ayam atau bibit ayam diambil dari
kompartemen yang bebas HPAI
Hasil pengujian lab Low Sudah dilakukan uji sampling terhadap HPAI
Tidak terdeteksi selama
masa karantina
High Kemungkinan ada virus HPAI dalam tubuh
hewan tetapi tidak ada gejala klinis
Tidak terdeteksi selama
dilalulintaskan
Very high Kemungkinan virus HPAI meningkat dalam
tubuh
Ayam terinfeksi menulari
ayam lain
High Kemungkinan penularan dari satu ayam ke
ayam yang lain
Kematian ayam di
peternakan
High Jumlah ayam yang mati tinggi.
Biaya biosekuriti, disposal
dan kompensasi
High Biaya ekonomi untuk menanggulangi wabah
HPAI yang timbul
49. R i n g k a s a n
• Pengetahuan atau kapabilitas Dinas di Provinsi Bali
mengenai fakta penyakit dan kapasitas Dinas di
wilayah pengirim sangat esensial untuk menyusun
suatu Penilaian Risiko yang dapat dipercaya
• Pertimbangan dalam menentukan tingkatan risiko
bergantung apakah hewan/produk bersumber dari
zona atau kompartemen bebas penyakit
• Pengetahuan mengenai bagaimana alur pemasukan
hewan/produk mulai dari wilayah pengirim ke lokasi
tujuan di Provinsi Bali
• Penentuan tingkatan risiko harus mampu diterangkan
dengan fakta ilmiah baik kuantitatif atau kualitatif