1. 1
PENDAHULUAN
Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya
sumber daya air, udara, dan tanah. Kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar.
Kerusakan lingkungan adalah salah satu dari sepuluh ancaman yang secara resmi
diperingatkan oleh High Level Threat Panel dari PBB.
Ketika alam rusak
dihancurkan dan sumber daya menghilang, maka lingkungan sedang mengalami
kerusakan. Environmental Change and Human Health, bagian khusus dari laporan
World Resources 1998-99 menjelaskan bahwa penyakit yang dapat dicegah
dan kematian dini masih terdapat pada jumlah yang sangat tinggi.
Kerusakan pada lingkungan hidup terjadi karena dua faktor baik faktor
alami ataupun karena tangan-tangan jahil manusia. Pentingnya lingkungan hidup
yang terawat terkadang dilupakan oleh manusia, dan hal ini bisa menjadikan
ekosistem serta kehidupan yang tidak maksimal pada lingkungan tersebut.
Berikut beberapa faktor secara mendalam yang menjadikan kerusakan
lingkungan hidup :
a. Faktor alami. Banyaknya bencana alam dan cuaca yang tidak menentu menjadi
penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Bencana alam tersebut bisa
berupa banjir, tanah longsor, tsunami, angin puting beliung, angin topan,
gunung meletus, ataupun gempa bumi. Selain berbahaya bagi keselamatan
manusia maupun mahkluk lainnya, bencana ini akan membuat rusaknya
lingkungan.
b. Faktor buatan (tangan jahil manusia). Manusia sebagai makhluk berakal dan
memiliki kemampuan tinggi dibandingkan dengan makhluk lain akan terus
berkembang dari pola hidup sederhana menuju ke kehidupan yang modern.
2. 2
Dengan adanya perkembangan kehidupan, tentunya kebutuhannya juga akan
sangat berkembang termasuk kebutuhan eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan.
Keberadaan sejumlah danau di Indonesia sudah mengkhawatirkan, salah
satunya adalah Danau Toba di Sumatra Utara. Danau Toba dan beberapa danau
lainnya yang berada di Indonesia terancam akan hilang.
Ancaman hilangnya Danau Toba dan beberapa danau lain ini merupakan
akibat dari pencemaran dan kerusakan, baik kerusakan danau itu sendiri maupun
kerusakan lingkungan sekitar danau. Deputi Peningkatan Konservasi Sumber
Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan
Hidup, Masnellyarti Hilman, mengatakan bahwa Danau Toba dan beberapa danau
lain telah mengalami masalah dalam fungsinya sebagai daerah tangkapan air
akibat kerusakan hutan di sekitarnya yang menyebabkan sedimentasi di dasar
danau.
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis
Dampak Lingkungan dan sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3. 3
KERUSAKAN LINGKUNGAN PADA LINGKUNGAN SEKITAR
DANAU TOBA
Penggundulan Hutan Danau Toba
Kerusakan ekosistem hutan di sekitar Danau Toba di Sumatera Utara
dalam tingkat mencemaskan. Penggundulan hutan di sana, bukan hanya
menghilangkan keindahan alam, tetapi juga mengakibatkan permukaan air Danu
Toba tidak stabil dan cenderung menurun.
Penggundulan
hutan,
bisa
berdampak
fatal,
yakni
mengancam
kelangsungan proyek di sepanjang sungai Asahan, antara lain, pabrik aluminium
maupun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan 1, II, III, IV dan V.
Penggundulan hutan mengakibatkan tidak stabilnya debit air Danau Toba, bukan
hanya mencoreng wajah pariwisata, tetapi sudah mengancam kelangsungan
seluruh proyek Asahan.
Akibat kegiatan pemanfaatan hutan yang berkisar 70 hingga 80 persen.
Perambahan itu bukan hanya disebabkan pembalak liar, tetapi pemanfaatan hutan
oleh perusahaan tertentu sehingga memperparah kerusakan dan penggundulan
hutan. Penggundulan hutan di kawasan Danau Toba telah mengancam kehidupan
masyarakat yang bermukim di pinggiran Danau Toba. Pada musim hujan tiba,
sebagian besar daerah yang berada di sekitar kawasan danau terancam bencana
alam, seperti banjir bandang dan longsor, sebagaimana yang belum lama ini
menimpa masyarakat Desa Sabulan dan Desa Rangsang Bosi, Kecamatan Sitio-tio
Kabupaten Samosir.
Nurdin memperkirakan, penggundulan hutan juga sebagai salah satu
penyebab utama tidak berfungsinya proyek PLTA Lau Renun di Dairi. Beberapa
4. 4
sungai yang selama ini mengalir menggerakkan turbin PLTA Lau Renun tidak
bisa diharapkan lagi karena debit air sungai-sungai itu sudah tidak memadai untuk
menggerak turbin.
Tingginya tingkat kerusakan hutan dan perubahan fungsi lahan di sekitar
Danau Toba, baik yang dilakukan perorangan maupun kelompok telah menekan
jumlah vegetasi hingga ke angka 12 persen. Dengan semakin sempitnya daerah
tangkapan air di sekitar danau maka akan menyebabkan sedimentasi di dasar
danau, yang menjadi penyebab mendangkalnya danau dan penyusutan luas danau.
Kerusakan Vegetasi Danau Toba
Di samping itu, pencemaran danau juga harus mendapat perhatian yang
lebih. Pencemaran danau kebanyakan disebabkan sisa pakan ikan dan limbah
domestik dari pemukiman yang masuk ke danau. Sisa pakan ikan, yang secara
besar berasal dari keramba ikan jaring apung, akan menyebabkan terjadinya
eutropikasi, yaitu suatu keadaan tingginya konsentrasi fosfat yang terlatur di air
danau. Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga untuk dapat tumbuh dengan
sangat pesat (blooming).
Meningkatnya populasi eceng gondok, seperti yang juga terlihat di Danau
Toba, juga merupakan akibat dari kondisi eutrofik. Hal ini kemudian akan
menyebabkan menurunnya konsentrasi oksigen terlarut pada air danau, bahkan
hingga batas nol, sehingga makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lain tidak
dapat tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati.
Berdasar data yang diterima, dari 260.154 hektar daerah tangkapan air
Danau Toba, sebagian besar sudah menjadi lahan kritis atau mengalami
5. 5
penurunan kualitas lingkungan. Pemerintah mengambil sikap tegas dan berani
untuk bisa mengatasi penggundulan hutan di sana.
Jangan hanya menangkap pembalak liar, tetapi keberadaan perusahaan
yang diberi hak pemanfaatan hutan perlu ditinjau. Bila perlu perusahaan itu
dipindahkan ke daerah lain. Selama ini, selalu menjadi kontoversi di masyarakat.
Perusakan Terumbu Karang
Sepuluh tahun terakhir, kawasan Danau Toba mengalami kerusakan
ekologis yang mengkhawatirkan. Kerusakan itu dipicu oleh faktor alam maupun
manusia tidak bertanggungjawab. Kerusakan ini nyata-nyata mengancam ikon
budaya maupun ekologi Sumatera Utara
Ekosistem terumbu karang mempunyai peranan penting di wilayah pesisir,
karena terumbu karang merupakan habitat bagi perkembangan ikan-ikan
ekonomis penting, tempat perlindungan hewan langka, tempat untuk wisata bahari
dan melindungi garis pantai dari abrasi. Oleh sebab itu, terumbu karang perlu
dilestarikan.
Dewasa ini eksploitasi terumbu karang secara tidak bijaksana telah
menyebabkan kerusakan pada tingkat yang mengkhawatirkan, dimana sesuai data
tahun 2002, terumbu karang yang rusak di Indonesia telah mencapai 41,78 persen.
Salah satu upaya pemeliharaan terumbu karang di Danau Toba ini adalah menjaga
dan
melengkapi
berkembangnya,
memiliki
dan
mengembangkan
hasil
penelitiannya dengan cara mensosialisasikan di tengah-tengah masyarakat
sehingga penggunaan terumbu karang sangat bermanfaat sebagaimana yang di
harapkan.
6. 6
KESIMPULAN
1.
Kerusakan lingkungan adalah deteriorasi lingkungan dengan hilangnya
sumber daya air, udara, dan tanah. Ketika alam rusak dihancurkan dan
sumber daya menghilang, maka lingkungan sedang mengalami kerusakan.
2.
Ancaman hilangnya Danau Toba dan beberapa danau lain ini merupakan
akibat dari pencemaran dan kerusakan, baik kerusakan danau itu sendiri
maupun kerusakan lingkungan sekitar danau.
3.
Penggundulan hutan di kawasan Danau Toba telah mengancam kehidupan
masyarakat yang bermukim di pinggiran Danau Toba. Pada musim hujan
tiba, sebagian besar daerah yang berada di sekitar kawasan danau terancam
bencana alam, seperti banjir bandang dan longsor.
4.
Berdasar data yang diterima, dari 260.154 hektar daerah tangkapan air
Danau Toba, sebagian besar sudah menjadi lahan kritis atau mengalami
penurunan kualitas lingkungan. Pemerintah mengambil sikap tegas dan
berani untuk bisa mengatasi penggundulan hutan di sana.
5.
Salah satu upaya pemeliharaan terumbu karang di Danau Toba ini adalah
menjaga dan melengkapi berkembangnya, memiliki dan mengembangkan
hasil penelitiannya dengan cara mensosialisasikan di tengah-tengah
masyarakat sehingga penggunaan terumbu karang sangat bermanfaat
sebagaimana yang di harapkan.
7. 7
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil, dan Hendra Gunawan. 2006. Peranan Ekologis dan Sosial
Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah
Pesisir. Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi
dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006
Badan Eksekutif WALHI. 1998. Reformasi di Bidang Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Jakarta: WALHI.
Depdagri. 1997. Pengembangan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah. Jakarta: Dirjen Pembangunan Masyarakat
Desa Depdagri.