Himpunan H = {0, 2, 4} merupakan subgrup dari grup G = {0, 1, 2, 3, 4, 5} terhadap operasi penjumlahan modulo 6 karena H memenuhi sifat-sifat tertutup, asosiatif, adanya unsur identitas dan balikan.
1. Himpunan Q = {4,3} termasuk semigrup untuk operasi a * b = b.a karena tertutup dan asosiatif.
2. Operasi * dengan a*b = 1⁄2(a+b) tidak termasuk monoid untuk bilangan bulat karena tidak tertutup.
3. Himpunan A = {1,2,3,4} termasuk semigrup untuk operasi penjumlahan karena tertutup dan asosiatif.
1. Makalah ini membahas tentang irisan kerucut dan lingkaran.
2. Ada beberapa jenis irisan kerucut yaitu parabola, elips, dan hiperbola, tergantung posisi bidang yang mengirisnya.
3. Lingkaran dibahas melalui persamaannya, garis singgungnya, dan garis singgung persekutuan luar dan dalam.
Himpunan H = {0, 2, 4} merupakan subgrup dari grup G = {0, 1, 2, 3, 4, 5} terhadap operasi penjumlahan modulo 6 karena H memenuhi sifat-sifat tertutup, asosiatif, adanya unsur identitas dan balikan.
1. Himpunan Q = {4,3} termasuk semigrup untuk operasi a * b = b.a karena tertutup dan asosiatif.
2. Operasi * dengan a*b = 1⁄2(a+b) tidak termasuk monoid untuk bilangan bulat karena tidak tertutup.
3. Himpunan A = {1,2,3,4} termasuk semigrup untuk operasi penjumlahan karena tertutup dan asosiatif.
1. Makalah ini membahas tentang irisan kerucut dan lingkaran.
2. Ada beberapa jenis irisan kerucut yaitu parabola, elips, dan hiperbola, tergantung posisi bidang yang mengirisnya.
3. Lingkaran dibahas melalui persamaannya, garis singgungnya, dan garis singgung persekutuan luar dan dalam.
Dokumen tersebut berisi soal-soal latihan mengenai ruas garis berarah. Soal-soal tersebut meliputi menentukan titik-titik tertentu agar memenuhi kondisi panjang ruas garis, menentukan pernyataan yang benar mengenai rumus-rumus ruas garis berarah, dan menyelesaikan soal-soal yang melibatkan penentuan titik-titik agar memenuhi kondisi panjang ruas garis tertentu berdasarkan titik-titik yang diketah
Dokumen ini membahas soalan latihan mengenai fungsi. Ia menjelaskan definisi beberapa fungsi dan meminta untuk mencari nilai pemalar, hasil fungsi dan graf fungsi yang diberi. Soalan-soalan termasuk mencari nilai p dan q bagi fungsi komposisi, hasil fungsi bagi input tertentu, dan nilai input yang memenuhi syarat tertentu. Ia juga meminta untuk melakar graf fungsi dan nyatakan julatnya.
Fungsi komposisi dan fungsi invers merupakan konsep penting dalam matematika. Fungsi komposisi terbentuk dari komposisi dua fungsi atau lebih, sedangkan fungsi invers merupakan fungsi yang memetakan domain menjadi kodomain dan sebaliknya.
1. Materi ini membahas sistem koordinat polar dan kurva polar dalam kalkulus peubah banyak.
2. Sistem koordinat polar menggunakan jarak (r) dan sudut (θ) untuk merepresentasikan posisi suatu titik dalam bidang dua dimensi.
3. Kurva polar didefinisikan oleh persamaan r = f(θ) yang menggambarkan hubungan antara jarak dan sudut.
Bab xiii fungsi komposisi dan fungsi invershimawankvn
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi komposisi dan fungsi invers. Fungsi komposisi terjadi ketika fungsi satu dilanjutkan fungsi lain, misalnya (g o f)(x) = g(f(x)). Fungsi invers dari f ditulis f-1 dan merupakan fungsi terbalik dari f. Rumus hubungan antara komposisi dan invers juga dijelaskan.
1. Integral tak tentu adalah antiderivatif dari suatu fungsi. Integral tak tentu selalu ditambah konstanta C.
2. Jika dua fungsi memiliki derivatif yang sama, maka integral tak tentunya hanya berbeda konstanta.
3. Integral tentu mendefinisikan luas daerah terbatas oleh kurva dan sumbu x.
Dokumen tersebut membahas tentang grup dan subgrup dalam aljabar. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi grup, sifat-sifatnya, contoh grup, teorema tentang grup, order grup dan elemen, serta definisi subgrup beserta teoremanya.
Pelabelan graf memberikan pemetaan satu-satu antara elemen graf (titik atau sisi) dengan bilangan bulat positif. Terdapat empat jenis pelabelan graf yaitu pelabelan titik, pelabelan sisi, pelabelan total, dan pelabelan total titik ajaib. Pelabelan total titik ajaib memetakan titik dan sisi graf dengan bilangan sedemikian rupa sehingga jumlah label setiap titik ditambah label sisi yang menghubungkannya adalah bilangan kon
Dokumen tersebut membahas tentang pembuktian teorema secara deduktif dan induktif serta prinsip induksi matematika. Secara deduktif pembuktian didasarkan pada aksioma, definisi, atau teorema yang telah ada, sedangkan secara induktif didasarkan pada beberapa kasus awal kemudian diasumsikan untuk kasus berikutnya. Prinsip induksi matematika mengharuskan pembuktian untuk kasus terkecil kemudian mengasumsikan benar unt
Dokumen tersebut berisi soal-soal latihan mengenai ruas garis berarah. Soal-soal tersebut meliputi menentukan titik-titik tertentu agar memenuhi kondisi panjang ruas garis, menentukan pernyataan yang benar mengenai rumus-rumus ruas garis berarah, dan menyelesaikan soal-soal yang melibatkan penentuan titik-titik agar memenuhi kondisi panjang ruas garis tertentu berdasarkan titik-titik yang diketah
Dokumen ini membahas soalan latihan mengenai fungsi. Ia menjelaskan definisi beberapa fungsi dan meminta untuk mencari nilai pemalar, hasil fungsi dan graf fungsi yang diberi. Soalan-soalan termasuk mencari nilai p dan q bagi fungsi komposisi, hasil fungsi bagi input tertentu, dan nilai input yang memenuhi syarat tertentu. Ia juga meminta untuk melakar graf fungsi dan nyatakan julatnya.
Fungsi komposisi dan fungsi invers merupakan konsep penting dalam matematika. Fungsi komposisi terbentuk dari komposisi dua fungsi atau lebih, sedangkan fungsi invers merupakan fungsi yang memetakan domain menjadi kodomain dan sebaliknya.
1. Materi ini membahas sistem koordinat polar dan kurva polar dalam kalkulus peubah banyak.
2. Sistem koordinat polar menggunakan jarak (r) dan sudut (θ) untuk merepresentasikan posisi suatu titik dalam bidang dua dimensi.
3. Kurva polar didefinisikan oleh persamaan r = f(θ) yang menggambarkan hubungan antara jarak dan sudut.
Bab xiii fungsi komposisi dan fungsi invershimawankvn
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi komposisi dan fungsi invers. Fungsi komposisi terjadi ketika fungsi satu dilanjutkan fungsi lain, misalnya (g o f)(x) = g(f(x)). Fungsi invers dari f ditulis f-1 dan merupakan fungsi terbalik dari f. Rumus hubungan antara komposisi dan invers juga dijelaskan.
1. Integral tak tentu adalah antiderivatif dari suatu fungsi. Integral tak tentu selalu ditambah konstanta C.
2. Jika dua fungsi memiliki derivatif yang sama, maka integral tak tentunya hanya berbeda konstanta.
3. Integral tentu mendefinisikan luas daerah terbatas oleh kurva dan sumbu x.
Dokumen tersebut membahas tentang grup dan subgrup dalam aljabar. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi grup, sifat-sifatnya, contoh grup, teorema tentang grup, order grup dan elemen, serta definisi subgrup beserta teoremanya.
Pelabelan graf memberikan pemetaan satu-satu antara elemen graf (titik atau sisi) dengan bilangan bulat positif. Terdapat empat jenis pelabelan graf yaitu pelabelan titik, pelabelan sisi, pelabelan total, dan pelabelan total titik ajaib. Pelabelan total titik ajaib memetakan titik dan sisi graf dengan bilangan sedemikian rupa sehingga jumlah label setiap titik ditambah label sisi yang menghubungkannya adalah bilangan kon
Dokumen tersebut membahas tentang pembuktian teorema secara deduktif dan induktif serta prinsip induksi matematika. Secara deduktif pembuktian didasarkan pada aksioma, definisi, atau teorema yang telah ada, sedangkan secara induktif didasarkan pada beberapa kasus awal kemudian diasumsikan untuk kasus berikutnya. Prinsip induksi matematika mengharuskan pembuktian untuk kasus terkecil kemudian mengasumsikan benar unt
1. Dokumen tersebut membahas tentang struktur aljabar khususnya subgrup normal dan grup faktor.
2. Subgrup normal didefinisikan sebagai subgrup H dimana untuk setiap g dalam G dan h dalam H, g-1hg masuk dalam H.
3. Grup faktor G/H didefinisikan sebagai himpunan koset G terhadap H dengan operasi (g1H)*(g2H)= (g1g2)H.
Dokumen tersebut membahas konsep jarak dan geometri analitis bidang, termasuk jarak antara dua titik, rasio pembagian segmen garis, titik tengah segmen garis, luas segitiga dan poligon beraturan, serta titik berat segitiga. Metode penyelesaian masalah dan contoh soal juga dijelaskan.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep pemetaan dalam matematika. Pemetaan adalah cara menghubungkan unsur-unsur dari satu himpunan ke himpunan lainnya. Ada beberapa jenis pemetaan seperti pemetaan injektif, surjektif, dan bijektif yang dijelaskan beserta contoh-contohnya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian parabola dan unsur-unsurnya seperti titik puncak, titik fokus, direktris, serta persamaan parabola berdasarkan posisi titik puncak dan fokusnya. Juga dibahas cara menentukan persamaan parabola dan garis singgungnya berdasarkan informasi yang diberikan.
Dokumen tersebut membahas beberapa buktian matematika terkait bilangan bulat, induksi matematika, dan keterbagian. Secara ringkas, dokumen tersebut membuktikan sifat-sifat dasar operasi bilangan bulat, menggunakan induksi untuk menghitung jumlah, dan membuktikan teorema keterbagian.
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 04KuliahKita
Dokumen tersebut membahas tentang notasi kompleksitas algoritma Omega-Besar dan Theta-Besar. Definisi Omega-Besar menyatakan bahwa suatu fungsi T(n) berorde paling kecil fungsi g(n), sedangkan definisi Theta-Besar menyatakan bahwa T(n) berorde sama dengan fungsi h(n). Diberikan contoh penentuan notasi Omega, Theta, dan O-Besar untuk beberapa fungsi waktu algoritma.
1. Dokumen ini membahas tentang geseran (translasi) sebagai transformasi geometri. Geseran adalah hasil kali dua pencerminan pada dua garis yang sejajar.
2. Beberapa teorema yang dijelaskan antara lain teorema yang menyatakan bahwa geseran adalah isometri, komposisi geseran dan setengah putaran adalah setengah putaran, dan balikan dari geseran GAB adalah GBA.
3. Contoh soal juga d
2. بِسْمِ اللهِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
Kelompok 10
1. Kama Nur Annisa 11310022
2. Devriana Dwi Lestari 113100
3. Devy Indayani 113100
4. Rini Fitriani 113100
5. Siska Hidayati 113100
3. Isomorpisma
Homomorpisma Ø : G→ G’ disebut
epimorpisma apabila setiap g’ Є G’ ada g Є G
sehingga Ø (g) = g’. Dengan kata lain setiap
elemen G’ mempunyai kawan elemen G. Dapat
pula dikatakan bahwa homomorpisma Ø dari G
onto G atau disingkat homomorpisma Ø onto.
Homomorpisma Ø : G→ G’ disebut
monomorpisma jika Ø suatu pemetaan satu-satu
dari G ke G’. Dengan kata lain, jika Ø (x)
= Ø (y) maka x = y untuk x, y Є G.
4. Definisi 3.6
• Homomorpisma Ø : G→ G’ disebut isomorpisma jika Ø
sekaligus epimorpisma dan monomorpisma, yaitu Ø suatu
homomorpisma satu-satu dari G onto G’
• Grup G dan grup G’ dikatakan isomorpik jika ada isomorpisma
dari G ke G’. Selanjutnya notasi G ≈ G’ dibaca G isomorpik
dengan G’.
• Pada contoh 3.8, G = { 0, 1, 2, 3 } suatu grup dengan operasi
penjumlahan modulo 4 dan G’ = { 1, 2, 3, 4 } suatu grup dengan
operasi perkalian modulo 5, maka G ≈ G’.
5. Contoh 3.12
B = {0, 1, 2} yaitu himpunan bilangan bulat modulo 3. B = terhadap
operasi penjumlahan modulo 3 merupakan suatu grup. G = {I = S³,
S, S² } yaitu suatu grup operasi simetri dari segitiga samasisi
dengan S adalah rotasi terhadap pusat segitiga dengan suatu
sudut putar 120°. Tabel operasi pada B dengan G adalah sebagai
berikut :
+ 0 1 2
0
0 1 2
1
1 2 0
2
2 2 1
+ I S S²
I
S
S²
I S S²
S S² 0
S² I S
Tabel 3.3 (B: +) Tabel 3.4 (G: -)
6. Pemetaan Ø : B G didefinisikan oleh Ø (0) = I,
Ø (1) =S dan Ø (2) = S².
Ø(1+2) = Ø (0) = i = S.S² = Ø(1). Ø(2)
Selidikilah bahwa Ø(0+1) = Ø (0). Ø(1)
Ø(0+2) = Ø(0). Ø(2)
Jadi Ø suatu homomorpisma. Nampak bahwa Ø suatu
pemetaan satu-satu dan onto maka Ø suatu
isomorpisma. Jadi B ~ G.
7. Contoh 3.13
B 1,2,3,4 terhadap operasi perkalian modulo 5 merupakan suatu grup.
C = { 0,1,2,3} terhadap operasi penjumlahan modulo 4 adalah suatu grup.
Pemetaan ⱷ memetakan setiap elemen B ke elemen C yang mempunyai
periode sama. Tunjukkan bahwa ⱷ suatu isomorpisma. Disusun tabel operasi
bagi tiap-tiap grup.
∙ 1 2 3 4
1 1 2 3 4
2 2 4 1 3
3 3 1 4 2
4 4 3 2 1
+ 0 1 2 3
0 0 1 2 3
1 1 2 3 0
2 2 3 0 1
3 3 0 1 2
Tabel 3.5 (B; - ) mod 5 Tabel 3.6 ( C; + ) mod 4
8. • Periode elemen-elemen dalam 8 adalah p (1) = 1,
p (2) = 4, p (3) = 4 dan p (4) = 2. Periode elemen-elemen
dalam 0 adalah p (0) = 1, p (1) = 1, p (2) =
2, dan p (3) = 4,.
• Mengingat definisi pemetaan ∅ di atas, yaitu
pengawasan elemen-elemen yang berperiode
sama, maka peta (bayangan) setiap elemen B ke C
dapat diambil sebagai berikut: 퐵 → 퐶
didefinisikan oleh ∅ 0 = 0, ∅ 2 = 3, ∅ 3 =
1, 푑푎푛 ∅ 4 = 2.
9. Ambil elemen-elemen dalam B untuk menunjukan bahwa ∅
suatu Homomorpisma.
• 2; 3 ∈ 퐵, ∅ 2,3 = ∅ 1 = 0 = 3 + 1 = ∅ 2 + ∅ 3
• 2; 4 ∈ 퐵, ∅ 4,2 = ∅ 3 = 1 = 2 + 3 = ∅ 4 + ∅ 2
• 3; 4 ∈ 퐵, ∅ 3,4 = ∅ 2 = 3 = 1 + 2 = ∅ 3 + ∅ 4
• Dan sebagainya.
Jadi ∅ suatu homomorpisma.
Kiranya jelas bahwa ∅ suatu pemetaan satu-satu dan onto,
maka ∅ suatu isomorpisma.