SlideShare a Scribd company logo
ISOMORPHISMA
بِسْمِ اللهِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم 
Kelompok 10 
1. Kama Nur Annisa 11310022 
2. Devriana Dwi Lestari 113100 
3. Devy Indayani 113100 
4. Rini Fitriani 113100 
5. Siska Hidayati 113100
Isomorpisma 
Homomorpisma Ø : G→ G’ disebut 
epimorpisma apabila setiap g’ Є G’ ada g Є G 
sehingga Ø (g) = g’. Dengan kata lain setiap 
elemen G’ mempunyai kawan elemen G. Dapat 
pula dikatakan bahwa homomorpisma Ø dari G 
onto G atau disingkat homomorpisma Ø onto. 
Homomorpisma Ø : G→ G’ disebut 
monomorpisma jika Ø suatu pemetaan satu-satu 
dari G ke G’. Dengan kata lain, jika Ø (x) 
= Ø (y) maka x = y untuk x, y Є G.
Definisi 3.6 
• Homomorpisma Ø : G→ G’ disebut isomorpisma jika Ø 
sekaligus epimorpisma dan monomorpisma, yaitu Ø suatu 
homomorpisma satu-satu dari G onto G’ 
• Grup G dan grup G’ dikatakan isomorpik jika ada isomorpisma 
dari G ke G’. Selanjutnya notasi G ≈ G’ dibaca G isomorpik 
dengan G’. 
• Pada contoh 3.8, G = { 0, 1, 2, 3 } suatu grup dengan operasi 
penjumlahan modulo 4 dan G’ = { 1, 2, 3, 4 } suatu grup dengan 
operasi perkalian modulo 5, maka G ≈ G’.
Contoh 3.12 
B = {0, 1, 2} yaitu himpunan bilangan bulat modulo 3. B = terhadap 
operasi penjumlahan modulo 3 merupakan suatu grup. G = {I = S³, 
S, S² } yaitu suatu grup operasi simetri dari segitiga samasisi 
dengan S adalah rotasi terhadap pusat segitiga dengan suatu 
sudut putar 120°. Tabel operasi pada B dengan G adalah sebagai 
berikut : 
+ 0 1 2 
0 
0 1 2 
1 
1 2 0 
2 
2 2 1 
+ I S S² 
I 
S 
S² 
I S S² 
S S² 0 
S² I S 
Tabel 3.3 (B: +) Tabel 3.4 (G: -)
Pemetaan Ø : B  G didefinisikan oleh Ø (0) = I, 
Ø (1) =S dan Ø (2) = S². 
Ø(1+2) = Ø (0) = i = S.S² = Ø(1). Ø(2) 
Selidikilah bahwa Ø(0+1) = Ø (0). Ø(1) 
Ø(0+2) = Ø(0). Ø(2) 
Jadi Ø suatu homomorpisma. Nampak bahwa Ø suatu 
pemetaan satu-satu dan onto maka Ø suatu 
isomorpisma. Jadi B ~ G.
Contoh 3.13 
B  1,2,3,4 terhadap operasi perkalian modulo 5 merupakan suatu grup. 
C = { 0,1,2,3} terhadap operasi penjumlahan modulo 4 adalah suatu grup. 
Pemetaan ⱷ memetakan setiap elemen B ke elemen C yang mempunyai 
periode sama. Tunjukkan bahwa ⱷ suatu isomorpisma. Disusun tabel operasi 
bagi tiap-tiap grup. 
∙ 1 2 3 4 
1 1 2 3 4 
2 2 4 1 3 
3 3 1 4 2 
4 4 3 2 1 
+ 0 1 2 3 
0 0 1 2 3 
1 1 2 3 0 
2 2 3 0 1 
3 3 0 1 2 
Tabel 3.5 (B; - ) mod 5 Tabel 3.6 ( C; + ) mod 4
• Periode elemen-elemen dalam 8 adalah p (1) = 1, 
p (2) = 4, p (3) = 4 dan p (4) = 2. Periode elemen-elemen 
dalam 0 adalah p (0) = 1, p (1) = 1, p (2) = 
2, dan p (3) = 4,. 
• Mengingat definisi pemetaan ∅ di atas, yaitu 
pengawasan elemen-elemen yang berperiode 
sama, maka peta (bayangan) setiap elemen B ke C 
dapat diambil sebagai berikut: 퐵 → 퐶 
didefinisikan oleh ∅ 0 = 0, ∅ 2 = 3, ∅ 3 = 
1, 푑푎푛 ∅ 4 = 2.
Ambil elemen-elemen dalam B untuk menunjukan bahwa ∅ 
suatu Homomorpisma. 
• 2; 3 ∈ 퐵, ∅ 2,3 = ∅ 1 = 0 = 3 + 1 = ∅ 2 + ∅ 3 
• 2; 4 ∈ 퐵, ∅ 4,2 = ∅ 3 = 1 = 2 + 3 = ∅ 4 + ∅ 2 
• 3; 4 ∈ 퐵, ∅ 3,4 = ∅ 2 = 3 = 1 + 2 = ∅ 3 + ∅ 4 
• Dan sebagainya. 
Jadi ∅ suatu homomorpisma. 
Kiranya jelas bahwa ∅ suatu pemetaan satu-satu dan onto, 
maka ∅ suatu isomorpisma.
The And……….   

More Related Content

What's hot

8.ruas garis berarah
8.ruas garis berarah8.ruas garis berarah
8.ruas garis berarah
Diana Anggraeni
 
Matematika smp-uts-viii-ok 2
Matematika smp-uts-viii-ok 2Matematika smp-uts-viii-ok 2
Matematika smp-uts-viii-ok 2
dwi wahyu
 
Matematik Tambahan: Fungsi
Matematik Tambahan: FungsiMatematik Tambahan: Fungsi
Matematik Tambahan: Fungsi
Cikgu Marzuqi
 
Komposisi dua-fungsi
Komposisi dua-fungsiKomposisi dua-fungsi
Komposisi dua-fungsi
said hannaf
 
makalah Matematika Parabola
makalah Matematika Parabolamakalah Matematika Parabola
makalah Matematika Parabola
Akhmad Puryanto
 
Polar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesPolar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar Curves
Diponegoro University
 
Bab xiii fungsi komposisi dan fungsi invers
Bab xiii  fungsi komposisi dan fungsi inversBab xiii  fungsi komposisi dan fungsi invers
Bab xiii fungsi komposisi dan fungsi invers
himawankvn
 
Integral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentuIntegral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentu
Fitri Indahsari
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
gunturdrop
 
Matematika desi
Matematika desiMatematika desi
Matematika desigunturdrop
 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIPERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIAYANAH SEPTIANITA
 
Matematika desi
Matematika desiMatematika desi
Matematika desigunturdrop
 
Pertemuan 11 integral
Pertemuan 11 integralPertemuan 11 integral
Pertemuan 11 integral
Pelita Bangsa University
 
Geometri analitik-datar1
Geometri analitik-datar1Geometri analitik-datar1
Geometri analitik-datar1
Sriwijaya University
 
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8kreasi_cerdik
 

What's hot (17)

8.ruas garis berarah
8.ruas garis berarah8.ruas garis berarah
8.ruas garis berarah
 
Matematika smp-uts-viii-ok 2
Matematika smp-uts-viii-ok 2Matematika smp-uts-viii-ok 2
Matematika smp-uts-viii-ok 2
 
Matematik Tambahan: Fungsi
Matematik Tambahan: FungsiMatematik Tambahan: Fungsi
Matematik Tambahan: Fungsi
 
Komposisi dua-fungsi
Komposisi dua-fungsiKomposisi dua-fungsi
Komposisi dua-fungsi
 
makalah Matematika Parabola
makalah Matematika Parabolamakalah Matematika Parabola
makalah Matematika Parabola
 
Polar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesPolar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar Curves
 
Bab xiii fungsi komposisi dan fungsi invers
Bab xiii  fungsi komposisi dan fungsi inversBab xiii  fungsi komposisi dan fungsi invers
Bab xiii fungsi komposisi dan fungsi invers
 
Integral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentuIntegral-tak-tentu-integral-tentu
Integral-tak-tentu-integral-tentu
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
Matematika desi
Matematika desiMatematika desi
Matematika desi
 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIPERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Matematika desi
Matematika desiMatematika desi
Matematika desi
 
Pertemuan 11 integral
Pertemuan 11 integralPertemuan 11 integral
Pertemuan 11 integral
 
Geometri analitik-datar1
Geometri analitik-datar1Geometri analitik-datar1
Geometri analitik-datar1
 
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
(8.3.1) soal dan pembahasan relasi fungsi, matematika sltp kelas 8
 
Aidil safitra
Aidil safitraAidil safitra
Aidil safitra
 

Similar to Aljabar abstract B

Aljabar
AljabarAljabar
KELOMPOK_1_GRUP FIKS.pptx
KELOMPOK_1_GRUP FIKS.pptxKELOMPOK_1_GRUP FIKS.pptx
KELOMPOK_1_GRUP FIKS.pptx
Amir917685
 
Teori Graph
Teori GraphTeori Graph
Teori Graph
DesiFatmawati7
 
PPT DEFINISI RING & CONTOHNYA_K.1 (1).pptx
PPT DEFINISI RING & CONTOHNYA_K.1 (1).pptxPPT DEFINISI RING & CONTOHNYA_K.1 (1).pptx
PPT DEFINISI RING & CONTOHNYA_K.1 (1).pptx
NoorIzzaKamila
 
Matdis-Induksi Matematika
Matdis-Induksi MatematikaMatdis-Induksi Matematika
Matdis-Induksi Matematika
Ceria Agnantria
 
Subgrup normal dan grup faktor
Subgrup normal dan grup faktorSubgrup normal dan grup faktor
Subgrup normal dan grup faktor
Sholiha Nurwulan
 
Teorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasarTeorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasar
Cholid2
 
Geometri analit bidang
Geometri analit bidangGeometri analit bidang
Geometri analit bidang
amoyrenyrosida
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
Nailul Hasibuan
 
Teorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangTeorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidang
okti agung
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grupwahyuhenky
 
Irisan kerucut parabola
Irisan kerucut parabolaIrisan kerucut parabola
Irisan kerucut parabola
Julius Nugroho
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
Andry Lalang
 
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 04
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 04Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 04
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 04
KuliahKita
 
Newton gregory mundur
Newton gregory mundurNewton gregory mundur
Newton gregory mundur
Adi Moel
 
STD BAB 1 mat das EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 mat das EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 mat das EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 mat das EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
YopyHp
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)
Nia Matus
 

Similar to Aljabar abstract B (20)

Aljabar
AljabarAljabar
Aljabar
 
KELOMPOK_1_GRUP FIKS.pptx
KELOMPOK_1_GRUP FIKS.pptxKELOMPOK_1_GRUP FIKS.pptx
KELOMPOK_1_GRUP FIKS.pptx
 
Teori Graph
Teori GraphTeori Graph
Teori Graph
 
PPT DEFINISI RING & CONTOHNYA_K.1 (1).pptx
PPT DEFINISI RING & CONTOHNYA_K.1 (1).pptxPPT DEFINISI RING & CONTOHNYA_K.1 (1).pptx
PPT DEFINISI RING & CONTOHNYA_K.1 (1).pptx
 
Matdis-Induksi Matematika
Matdis-Induksi MatematikaMatdis-Induksi Matematika
Matdis-Induksi Matematika
 
Subgrup normal dan grup faktor
Subgrup normal dan grup faktorSubgrup normal dan grup faktor
Subgrup normal dan grup faktor
 
Teori grup
Teori grupTeori grup
Teori grup
 
Teorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasarTeorema homomorfisme dasar
Teorema homomorfisme dasar
 
Geometri analit bidang
Geometri analit bidangGeometri analit bidang
Geometri analit bidang
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
 
Teorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangTeorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidang
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grup
 
Irisan kerucut parabola
Irisan kerucut parabolaIrisan kerucut parabola
Irisan kerucut parabola
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 04
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 04Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 04
Matematika Diskrit - 11 kompleksitas algoritma - 04
 
Newton gregory mundur
Newton gregory mundurNewton gregory mundur
Newton gregory mundur
 
Materi integral tak tentu
Materi integral tak tentuMateri integral tak tentu
Materi integral tak tentu
 
STD BAB 1 mat das EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 mat das EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 mat das EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 mat das EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)
 

Aljabar abstract B

  • 2. بِسْمِ اللهِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم Kelompok 10 1. Kama Nur Annisa 11310022 2. Devriana Dwi Lestari 113100 3. Devy Indayani 113100 4. Rini Fitriani 113100 5. Siska Hidayati 113100
  • 3. Isomorpisma Homomorpisma Ø : G→ G’ disebut epimorpisma apabila setiap g’ Є G’ ada g Є G sehingga Ø (g) = g’. Dengan kata lain setiap elemen G’ mempunyai kawan elemen G. Dapat pula dikatakan bahwa homomorpisma Ø dari G onto G atau disingkat homomorpisma Ø onto. Homomorpisma Ø : G→ G’ disebut monomorpisma jika Ø suatu pemetaan satu-satu dari G ke G’. Dengan kata lain, jika Ø (x) = Ø (y) maka x = y untuk x, y Є G.
  • 4. Definisi 3.6 • Homomorpisma Ø : G→ G’ disebut isomorpisma jika Ø sekaligus epimorpisma dan monomorpisma, yaitu Ø suatu homomorpisma satu-satu dari G onto G’ • Grup G dan grup G’ dikatakan isomorpik jika ada isomorpisma dari G ke G’. Selanjutnya notasi G ≈ G’ dibaca G isomorpik dengan G’. • Pada contoh 3.8, G = { 0, 1, 2, 3 } suatu grup dengan operasi penjumlahan modulo 4 dan G’ = { 1, 2, 3, 4 } suatu grup dengan operasi perkalian modulo 5, maka G ≈ G’.
  • 5. Contoh 3.12 B = {0, 1, 2} yaitu himpunan bilangan bulat modulo 3. B = terhadap operasi penjumlahan modulo 3 merupakan suatu grup. G = {I = S³, S, S² } yaitu suatu grup operasi simetri dari segitiga samasisi dengan S adalah rotasi terhadap pusat segitiga dengan suatu sudut putar 120°. Tabel operasi pada B dengan G adalah sebagai berikut : + 0 1 2 0 0 1 2 1 1 2 0 2 2 2 1 + I S S² I S S² I S S² S S² 0 S² I S Tabel 3.3 (B: +) Tabel 3.4 (G: -)
  • 6. Pemetaan Ø : B  G didefinisikan oleh Ø (0) = I, Ø (1) =S dan Ø (2) = S². Ø(1+2) = Ø (0) = i = S.S² = Ø(1). Ø(2) Selidikilah bahwa Ø(0+1) = Ø (0). Ø(1) Ø(0+2) = Ø(0). Ø(2) Jadi Ø suatu homomorpisma. Nampak bahwa Ø suatu pemetaan satu-satu dan onto maka Ø suatu isomorpisma. Jadi B ~ G.
  • 7. Contoh 3.13 B  1,2,3,4 terhadap operasi perkalian modulo 5 merupakan suatu grup. C = { 0,1,2,3} terhadap operasi penjumlahan modulo 4 adalah suatu grup. Pemetaan ⱷ memetakan setiap elemen B ke elemen C yang mempunyai periode sama. Tunjukkan bahwa ⱷ suatu isomorpisma. Disusun tabel operasi bagi tiap-tiap grup. ∙ 1 2 3 4 1 1 2 3 4 2 2 4 1 3 3 3 1 4 2 4 4 3 2 1 + 0 1 2 3 0 0 1 2 3 1 1 2 3 0 2 2 3 0 1 3 3 0 1 2 Tabel 3.5 (B; - ) mod 5 Tabel 3.6 ( C; + ) mod 4
  • 8. • Periode elemen-elemen dalam 8 adalah p (1) = 1, p (2) = 4, p (3) = 4 dan p (4) = 2. Periode elemen-elemen dalam 0 adalah p (0) = 1, p (1) = 1, p (2) = 2, dan p (3) = 4,. • Mengingat definisi pemetaan ∅ di atas, yaitu pengawasan elemen-elemen yang berperiode sama, maka peta (bayangan) setiap elemen B ke C dapat diambil sebagai berikut: 퐵 → 퐶 didefinisikan oleh ∅ 0 = 0, ∅ 2 = 3, ∅ 3 = 1, 푑푎푛 ∅ 4 = 2.
  • 9. Ambil elemen-elemen dalam B untuk menunjukan bahwa ∅ suatu Homomorpisma. • 2; 3 ∈ 퐵, ∅ 2,3 = ∅ 1 = 0 = 3 + 1 = ∅ 2 + ∅ 3 • 2; 4 ∈ 퐵, ∅ 4,2 = ∅ 3 = 1 = 2 + 3 = ∅ 4 + ∅ 2 • 3; 4 ∈ 퐵, ∅ 3,4 = ∅ 2 = 3 = 1 + 2 = ∅ 3 + ∅ 4 • Dan sebagainya. Jadi ∅ suatu homomorpisma. Kiranya jelas bahwa ∅ suatu pemetaan satu-satu dan onto, maka ∅ suatu isomorpisma.