Dokumen tersebut membahas tentang tiga aliran metafisika yaitu monisme, dualisme, dan pluralisme dalam melihat realitas kehidupan. Monisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental. Dualisme menyatakan bahwa realitas terdiri dari dua substansi yang berbeda. Sedangkan pluralisme menyatakan bahwa berbagai bentuk kenyataan semuanya nyata.
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Aliran Filsafat dalam Melihat Realitas Kehidupan
1. JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NAGERI PEKALONGAN
2021
1. Ayu Tazkiya Dini (2120237)
2. Rihaadatul Aisyi (2120253)
3. Fara Faida (2120278)
4. Aanisa Rahmalia Itsnaini (2120262)
Nama Anggota Kelompok:
ALIRAN FILSAFAT DALAM MELIHAT REALITAS KEHIDUPAN:
MONISME, DUALISME, DAN PLURALISME
3. Metafisika
Metafisika merupakan bagian dari aspek ontologi dalam
kajian filsafat. Istilah metafisika berasal dari kata Yunani meta
ta physica yang dapat diartikan sesuatu yang ada di balik atau di
belakang benda-benda fisik. Metafisika adalah cabang filsafat
yang membahas persoalan tentang keberadaan (being) atau
eksistensi (existence). Aristoteles tidak memakai istilah
metafisika melainkan proto philosophia (filsafat pertama).
Aristoteles menyebut beberapa istilah yang maknanya
setara dengan metafisika, yaitu: filsafat pertama (First
Philosophy), pengetahuan tentang sebab (knowledge of cause),
Studi tentang ada sebagai ada (the study of Being as Being),
Studi tentang Ousia (Being), studi tentang hal-hal abadi dan
yang tidak dapat bergerak (the study of the eternal and
immovable), dan Theology.
4. Aliran-Aliran Metafisika
Dalam perkembangannya, seorang filosof Jerman bernama
Christian Wolff (1679-1745 M) membagi filsafat pertama
Aristoteles (metafisika) menjadi dua, yaitu: metafisika umum
(metaphysica generalis) dan metafisika khusus (metaphysica
Specialis). Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain
dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi
adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling
dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada.
Metafisika umum membahas mengenai yang ada sebagai yang
ada, artinya prinsip-prinsip umum yang menata realitas.
Sedangkan metafisika khusus membahas penerapan prinsip-
prinsip umum ke dalam bidang-bidang khusus, yaitu:
kosmologi, psikologi, dan teologi.
5. Metafisika umum (untuk seterusnya digunakan istilah ontologi) mengkaji realitas sejauh dapat
diserap melalui indera sedang metafisika khusus (metafisika) mengkaji realitas yang tidak dapat
diserap indera, apakah itu realitas ketuhanan (teologi), semesta sebagai keseluruhan (kosmologi)
maupun kejiwaan (psikologi). Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan
tentang alam semesta. Psikologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan tentang
jiwa manusia. Teologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan Tuhan. Di dalam
pemahaman ontologi dapat dikemukakan pandangan-pandangan pokok pemikiran tentang
monisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnostisisme.
Persoalan metafisika dalam hal keberadaan menimbulkan beberapa aliran metafisika. Ada yang
melihat persoalan keberadaan itu dari segi kualitas dan kuantitas.
a) Aliran metafisika yang melihat keberadaan dari segi kualitas yaitu: materialisme dan
spiritualisme
b) Aliran metafisika yang melihat keberadaan dari segi kuantitas adalah
monisme, dualisme, dan pluralisme.
Aliran yang dilihat dari segi kuantitas inilah yang akan dibahas dalam
pembahasan berikut ini.
6. Monisme
a) Monisme adalah Aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan
fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi
lainnya yang tidak dapat diketahui. Monosime ini berasal dari kata monas-adis,
padanan kata dari monade yang artinya kesatuan.
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
adalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber asal,
baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat
masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber
yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya.
Istilah monisme oleh Thomas Davidson disebut dengan block universe. Paham ini
kemudian terbagi kedalam dua aliran, yaitu: materialisme dan idealisme.
7. b) Idealisme
Idealisme sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme yang dinamakan juga dengan
spiritualisme. Idealisme berarti serba cita, sedang spiritualisme berarti serba ruh. Idealisme
diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa
hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis
dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu
hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani.
a) Materialisme
Aliran materialisme menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi bukan
rohani. Aliran ini sering disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan
kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya seperti jiwa dan
ruh bukan merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau ruh itu hanyalah
merupakan akibat dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu.
8. Paham ini merupakan kebalikan dari paham monisme. Kalau paham
monisme menyatakan bahwa hakikat yang ada itu adalah satu, maka paham
paralelisme/ dualisme menyatakan bahwa hakikat yang ada itu ada dua.
Kata dualisme (dualism) berasal dari bahasa Latin yaitu duo (dua). Dualisme
adalah ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang
berlainan dan bertolak belakang. Masing-masing substansi bersifat unik dan tidak
dapat direduksi, misalnya subtansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan dengan
alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan.
Dualisme
9. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk
merupakan keyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan
mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan
sebagai paham yang mneyatakan bahwa kenyataan alam ini
tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas.
Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras
dan Empedocles yang menyatakan bahwa susbtansi yang ada itu
terbentuk dan terdiri atas empat unsur. Yaitu tanah, air, api, dan
udara.
10. Monisme adalah konsep metafisika dan teologi bahwa hanya
ada satu substansi dalam alam. Konsep monisme sering kali
dihubungkan dengan panteisme dan konsep Tuhan yang kekal.
Baruch Spinoza (tokoh monisme modern) berpendapat bahwa
hanya ada satu substansi. Pengertian substansi dalam dengam
pengertian segala sesuatu yang ada, maka sama dengan
pengertian alam. Jadi, subtansi dalam pandangan Spinoza sama
dengan Tuhan sama dengan alam (Naturans Natural). Monisme
menolak kemungkinan pluralitas substansi, dan menyodorkan
istilah realitas absolut.
Monisme memiliki keunggulan dalam hal abstraksi dan daya
pengikat dengan perekat (kohesi) untuk menyatukan bagian-
bagian yang saling terpisah menjadi satu kesatuan dengan
menemukan titik kesamaan.
Aliran-aliran Filsafat dalam Memandang Realitas
dalam Menghadapi Problem Kekinian
11. Dualisme merupakan satu fenomena yang selalu terdiri dari dua bagian yang
keberadaannya terlihat saling melengkapi namun sebenarnya keduanya saling bertentangan.
Dualisme dapat ditemui di berbagai aspek. Semisal dalam ekonomi, pusat perbelanjaan di
kota modern menjadi contoh dualisme sektor ekonomi formal dan informal. Sementara itu,
dalam ruang kelas di sekolah-sekolah juga terdapat dualisme, yakni antara pendidikan ilmu
sains (rasionalitas) dan pembelajaran nilai-nilai (irasionalitas).
Ada jalan lebih baik dalam menghadapi berbagai dualisme tersebut, yakni melalui
kombinasi untuk bisa melahirkan sistem yang lebih baik. Contohnya, pernah diterapkan oleh
Ki Hajar Dewantoro dengan sistem pendidikan Taman Siswa yang mengombinasikan
pendidikan rasional dengan penanaman nilai di dalam sekolah. Taman Siswa berhasil
membentuk pendidikan rasa yang menonjolkan kesenian dan keterampilan dengan tetap
mengandalkan rasionalitas. Hasilnya muncul konsep pendidikan bergabung dengan
kebudayaan yang cocok dengan Indonesia. Sayangnya, sistem Taman Siswa tidak mampu
bertahan dari perubahan di kehidupan modern saat ini.
12. Dalam bidang filsafat, teori/paham pluralisme berbeda dengan monisme dan
dualisme setidaknya menyatakan dua ciri utama, yaitu realitas tidak tersusun dari
satu atau salah satu dari jenis substansi yang unik, dan realitas dapat
terpecahkan ke dalam sejumlah lingkungan yang sama sekali berbeda dan tidak
dapat direduksi menjadi satu kesatuan.
Implikasi lebih jauh dari pluralisme adalah pembenaran keberagaman filsafat
seraya menegaskan bahwa semua kebenaran bersifat nisbi, serta beranggapan
bahwa semua keyakinan filosofis dan keagamaan bersifat nisbi secara murni,
yang merupakan ungkapan pendapat pribadi yang memiliki nilai yang sama. Itu
berarti bahwa dianggap tidak ada satu sumber dari asas kebaikan, melainkan
yang ada adalah banyak kebaikan yang terpisah dari otonom, dan masing-masing
kebaikan itu tidak dapat direduksi ke dalam satu kesatuan.
13. Jika perspektif pluralisme ini digunakan untuk melihat gejala aliran
keagamaan, maka lahirlah pandangan bahwa:
1. Kebenaran yang diakui oleh setiap dan masing-masing aliran (agama) bersifat
nisbi (tidak ada kebenaran tunggal, jikapun ada hanyalah kebenaran yang ada
pada yang Esa).
2. Kebenaran (dan kebaikan) yang didaku oleh setiap dan masing-masing aliran
memiliki nilai yang sama, dan tidak satupun berada di atas atau di bawah yang
lain.
3. Aliran keagamaan harus diperlakukan sebagai entitas eksistensial mandiri yang
menganut pandangan filsafat dan sistem nilai sendiri yang dapat diungkapkan di
dalam berbagai bentuk dan tradisi.
Jika demikian, maka filsafat pluralisme yang pro-eksistensi dapat dijadikan
landasan yang kokoh bagi kemajemukan agama dan berbagai aliran keagamaan
serta kesuburan bagi perkembangan pemikiran keagamaan.