Makalah ini membahas tentang al-amr dan an-nahyu dalam tafsir Al-Quran. Al-amr adalah perintah atau permintaan untuk melakukan sesuatu dari yang berkedudukan lebih tinggi kepada yang lebih rendah, biasanya Allah memerintah manusia. An-nahyu adalah larangan untuk melakukan sesuatu. Makalah ini menjelaskan pengertian kedua konsep tersebut menurut para ulama dan contoh-contoh ayat Al
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Al-Amru Dan An-Nahyu Dalam Al-Qur An
1. AL-AMRU DAN AN-NAHYU
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri
Mata kuliah Quranic exegesis and hadits
Oleh :
Nurfadliyati
(21171200000035)
(fadliyati2803@gmail.com)
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
2. 1
Al-Amru dan An- Nahyu
Abstrak
Qawaid at-tafsir tidak bisa terlepas dengan ilmu ushul fiqh, dimana
ushul fiqh merupakan pengetahun tentang qaidah dan penjabarannya yang
dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum syariat Islam yang bersumber
dari dalil-dali al-Qur'an. Amr sebagaimana yang disampaikan khalid
abdurrahman, amar ialah kata yang menunjukkan permintaan melakukan apa
yang diperintahkan, dari arah yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. .
adapun nahyu perkataan yang menunjukkan permintaan berhenti dari suatu
perbuatan, dari orang yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Yang
dimaksud yang lebih tinggi kedudukannya dalam al-qur'an adalah Allah SWT
sebagai pemberi perintah atau larangan,sedangkan yang lebih rendah
kedudukannya adalah makhluk Allah sebagai pelaksana perintah atau
larangan.
Keywords : Al-Amr, An-Nahyu, Perbedaan Pendapat Ulama
Pendahuluan
Ayat-ayat Al-Qur'an dalam menunjukkan pengertiannya menggunakan
berbagai cara, ada yang tegas dan ada yang pula yang melalui maksud
hukumnya. Disamping itu di satu kali terdapat pula perbenturan antara satu
dalil dengan lain yang memerlukan penyelesaian. Ushul fiqh menyajikan
berbagai cara daari berbagai aspek untuk menimba pesan-pesan yang
terkandung dalam al-Qur'an dan sunnah Rasulullah saw. 1
Pak Quraish Shihab mengemukakan komponen-kmponen yang
tercakup dalam kaidah-kaidah tafsir salah satunya ilmu ushul fiqh, amm dan
khas, mantuq dan mafhum, mutlaq dan muaqayyad, mujmal dan mubayyan
termasuk amr dan nahyu.
Ushul fiqih mempunyai korelasi dengan qawaid tafsir, dimana ushul
fiqh merupakan pengetahuan tentang kaidah dan penjabarannya yang
dijadikan pedoman dalam menerapkan hukum syariat Islam mengenai
perbuatan manusia yang bersumber dari dalil-dalil agama yang rinci dan jelas.
Dari pada itu, maka tidak heran jika ulumul tafsir berkaitan erat dengan
ushul fiqh, dalam artian bahwa orang yang mempelajari tafsirharus
mengetahui ilmu uhsul fiqh, apalagi dalama menafsirka ayat-ayat hukum.
Yang mana, Objek utama yang akan dibahas dalam ushul fiqh adalah Al-
Quran dan sunnah Rasulullah. Untuk memahami teks-teks dua sumber yang
berbahasa yang berbahasa Arab tersebut, para ulama telah menyusun
semacam "semantik" yang akan digunakan dalam praktik penalaran fikih.
Bahasa arab menyampaikan suatu pesan dengan berbagai tingkat kejelasanya.
Untuk itu, para ahlinya telah membuat beberapa kategori lafal atau redaksi, di
1
Satria Effendi. Ushul fiqh.(Jakarta : Kencana,2005),178.
3. 2
antaranya yang sangat penting dan akan di kemukakan disini adalah: masalah
amr, nahi.2
A. Amr
1. Pengertian amr
Amr merupakan lawan dari nahy. 3
Secara bahasa, amr berarti suruhan
atau perintah4
.
Sayyid ahmad al-hasyimi mendefinisakan amar sebagai berikut : amar
adalah mengharapkan tercapainya perbuatan dari mukhattab (orang kedua)
yang datang dari pihak atasan.5
Menurut istilah ahli ushul amar berarti :
"ااستعاء ة ج ي ع فع ا ب ي ع ا ا فظ ا
Suatu lafaz atau kata yang menunjukkan permintaan melakukan
perbuatan dari yang berkedudukan lebih tinggi kepada yang berkedudukan
lebih rendah6
.
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi mendefenisikan amr sebagai berikut, Amr
adalah mengharapkan tercapainya perbuatan dari mukhathab (orang kedua)
yang datang dari pihak atasan.
Menurut khalid abdurrahman, amar ialah kata yang menunjukkan
permintaan melakukan apa yang diperintahkan, dari arah yang lebih tinggi
kepada yang lebih rendah. Yang dimaksud yang lebih tinggi kedudukannya
dalam al-Qur'an adalah Allah SWT sebagai pemberi perintah,sedangkan yang
lebih rendah kedudukannya adalah makhluk Allah sebagai pelaksana perintah.
7
Sebagian mereka mendefinisikan : menuntut memperbuat sesuatu
dengan ucapan dari rang yang lebih tinggi kedudukannya. 8
Sebagain lagi mendefinisikan : maksud wajhi isti'ala tidak dikaitkan
dengan suatu tempat, mereka berbeda pendapat sebagaimana mereka berbeda
pendapat dalam syarat syarat makna tinggi. 9
artinya orang yang memerintah
lebih tinggi martabatnya dari orang yang diperintah.
2
Satria Effendi. Ushul fiqh.(Jakarta : Kencana,2005),178
3
Kholid Ustman Al-Sabt, Qowaid Al-Tafsir Jilid 2, ( Dar Ibnu Affan),
Mesir.478
4
Muhammad Chirzin ,Permata Al-Qur'an.( Yogyakarta : Qirtas, 2003) ,105.
5
Muhammad Chirzin ,Permata Al-Qur'an.( Yogyakarta : Qirtas, 2003) ,105.
6
Wahbah Zuhayli, Ushulul Fiqh Islamy, Juzu’ III (Damaskus: Dar Al-Fikr,
1987) 218.
7
Muhammad Chirzin ,Permata Al-Qur'an.( Yogyakarta : Qirtas, 2003) ,105.
8
Kholid Ustman Al-Sabt, Qowaid Al-Tafsir Jilid 2,( Dar Ibnu Affan), Mesir.
478.
9
Kholid Ustman Al-Sabt, Qowaid Al-Tafsir Jilid 2,( Dar Ibnu Affan), Mesir.
478.
4. 3
Hakikatnya amar itu adalah dari yang berkedudukan lebih tinggi kepada
yang berkedudukan lebih rendah. Apabila tuntutan atau permintaan itu berasal
dari yang berkedudukan lebih rendah kepada orang yang lebih tinggi dengan
cara merendah dan memohon syafa’at tidaklah dikatakan dengan amr. 10
Dalam rumusan yang ringkas,amar didefinisikan sebagai:"menuntut
perbuatan dari yang atas kepada yang bawah.11
2. Bentuk bentuk amr
a. Menggunakan fiil amr, seperti firman Allah SWT
berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)
sebagai pemberian dengan penuh kerelaan . kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang
hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang
sedap lagi baik akibatnya. (QS. 4.4)
kata aatuu dan akala merupakan fiil amr yang berasal dari fiil madhi
ataa dan akala.
b. menggunakan fiil mudhari' dengan didahului lamul amr seperti firman
Alla SWT
104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104)
Lafaz "waltakun" adalah fiil mudhari yang sudah dimasuki oleh
waw athaf dan lam amr. Sebelum diamsuki oleh lam amr fiil muhdhari' itu
10
Wahbah Zuhayli, Ushulul Fiqh Islamy, Juzu’ I (Damaskus: Dar Al-Fikr,
1987) 218-219
11
Miftah Faridl Dan Agus Shihabuddin,Al-Qur'an Sumber Hukum Islam
Yang Perrtama.Cet.1(Bandung,Penerbit Pustaka,1989 M).196
5. 4
berbunyi takuunu, tetapi karena lam amr itu menjazam kan
fiilmuhdari,maka ia dijazmkan. Dan di sini tanda jamznya adalah sukun.12
c. Bentuk isim fiil amr, contoh :
105. Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; Tiadalah orang
yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah
mendapat petunjuk. hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, Maka
Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(QS.5:105)
d. Masdar pengganti fiil, seperti .
83. dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat
dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (QS. 2:83).
Lafaz ihsanan adalah masdar dari lafaz ahsana, dan merupakan
pengganti dari fiil amr ahsin.13
e. Kalimat berita yang mengandung arti perintah atau permintaan,
contoh :
228. wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru'.(QS.2:228)
12
Mukhtar yahya dan fatchurrahman.dasar-dasar pembinaan hukum fiqh
islam.(Bandung: Al-Ma'rif, 1993).192.
13
Miftah Faridl Dan Agus Shihabuddin,Al-Qur'an Sumber Hukum Islam Yang
Perrtama.Cet.1(Bandung,Penerbit Pustaka,1989 M),198
6. 5
f. Kalimat yang mengandung kata amar, fardhu, kutiba (ditetapkan),'ala
yang berarti perintah sebagai berikut.
58. Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat. (QS.4:58)
50. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan
kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka
miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.33:50)
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa, (QS.2:183).
3. Gubahan kata (uslub) al-qur'an dalam menyatakan perintah (amar)
a. Bentuk perintah secara jelas dengan menggunakan lafazh amara :
" Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara "(QS.4 : 58)
b. Menerangkan bahwa perbuatan itu telah ditulis atas orang-orang yang
mukallaf.
7. 6
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa (QS.2
: 183)"
c. Menerangkan bahwa perbuatan itu telah ditetapkan bagi manusia
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu
(bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah.(QS. 3.97)
d. Menerangkan bahwa mukallaf dituntut untuk mengerjakannya :
"wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga
kali quru'" (Qs. 2:228)
e. Menerangkan bahwa mukallaf yang lain dituntut mengerjakan :
Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
(Qs.3:97)
f. Menerangkan bahwa perbuatan itu baik :
"dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah:
Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, (QS.2:220)
3. Kaidah-kaidah amr
Kholid Ustman Al-Sabt merumuskan kaidah-kaidah amar tersebut
dalam beberapa kaidah, yaitu14
:
a.
رف لص اا ج ال تضى ي طلق ال اأمر
14
Kholid Ustman Al-Sabt, Qowaid Al-Tafsir Jilid 2,( Dar Ibnu Affan), Mesir.
478
8. 7
amar (perintah) itu menunjukkan kepada wajib dan tidak menunjukkan
kepada selain wajib kecuali dengan qarinah-qarinah tertentu.
Maksud dari kaidah ini, apabila dalam nash al-Qur’an terdapat lafazh
amr atau kaimat berbentuk berita yang mengandung pengertian perintah,
maka perintah tersebut memberi pengertian wajib, atau mengharuskan. Yaitu
menuntut secara tegas dank eras dari objek untuk melakukan perintah itu.15
Dalil bahwa sebuah perintah itu wajib (jika tidak ada qarinah) adalah:16
Firman Allah:
ك م
ْمهْرمأ ْ م ريخْال م ل كي ْ أ اًْرمأ هل سر ه
َا ضىق اذ نمْ م ا مْ ل
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka”. (QS. Al-
Ahzab: 36)
Hadits Nabi:
أمتي على أشق أ ا ل
–
س الن على أ
–
صا كل مع ا لس ب م أمرت
Ijma’ sahabat:
Bahwa dalam melaksanakan perintah Allah manusia tidak perlu melakukan
pembahasan terlebih dahulu mengenai perintah tersebut.
Dalam kajian kebahasaan ahlu lughoh:
ahlu al-lughat menyatakan bahwa jika seorang tuan menyuruh budaknya
untuk melakukan sesuatu kemudian si budak tersebut tidak melaksanakannya,
maka ia akan mendapatkan siksaan dari tuannya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa lafazh amr itu diciptakan untuk
memberi pengerrtian wajib, selama lafazh amar itu tetap dalam
kemutlaqannya ia selalu menunjukkan kepada arti yang haqiqi,yakni wajib,
yang memang diciptakan untuknya dan tidak akan dialihkan kepada arti lain,
jika tidak ada qarinah yang mengalihkannya.17
b.
15
Miftah Faridi Dan Agus Syihabuddin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam
Yang Pertama, Cet. I. 200
16
Khalid Bin Utsman Al-Sabt, Qawaid Al-Tafsir Jam’an Wa Dirasatan, ), Jilid
2 (Kairo: Dar Ibn Affan, 2013),479
17
Mukhtar Yahya dan fatchurrahman.dasar-dasar pembinaan hukum fiqh
islam. (Bandung: Al-Ma'rif, 1993),195.
9. 8
ض ع ي ا يست شيء با اا
Amr atau perintah terhadap sesuatu berarti larangan akan
kebalikannya
Ulama berpendapat amr (perintah) terhadap sesuatu maka menjadi nahy
(larangan) untuk lawan dari sesuatu yang diperintahkan tersebut. Maksudnya
apabila seseorang diperintahkan untuk beriman kepada Allah maka larangan
untuk kafir.18
c.
ة ي ق اا ر ف ا ى يقت اا
Perintah itu menghendaki segera dilaksanakan kecuali ada qarinah-
qarinah tertentu yang menyatakan jika suatu perbuatan tersebut tidak segera
dilaksanakan.
Apabila syari’ (Allah) telah memberikan perintah, maka bagi yang
diperintahkan hendaklah melakukannya segera atau langsung, kecuali apabila
ada indikasi atau karenah lain yang membolehkan untuk mentakhirkan atau
menunda untuk melakukannya.19
Contoh amar yang harus segera dilaksanakan karena tidak adanya
qarinah20
:
ُجح س هنٱل ىعل ه
َ
ً
يا س ْهيل ع ْتطسٱ م ْتي ْٱل
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah” (QS. Ali
Imran: 97)
d. ار ت ا ي يقت ف صفة أ ش عا اأ ق ع ا
Jika amar bergandengan dengan syarat atau sifat, maka amar tersebut
menuntut adanya pengulangan.
Amr yang dikaitkan dengan syarat dan sifat menghendaki lawan bicara
berulang-ulang untuk melakukan syarat dan sifat tersebut.
e. ح ا قب حا ى ح يع ح ا بع ار ا اأ
amr atau perintah yang datang setelah dilarang hukumnya dikembalikan
kepada kondisi sebelum dilarang)
Apabila lafazh amr datang setelah adanya larangan menurut ahli ilmu
faedahnya adalah kembali kepada hukum sebelum terjadinya larangan.
18
Wahbah Zuhayli, Ushulul Fiqh Islamy, Juzu’ III (Damaskus: Dar Al-Fikr,
1987) ,228.
19
Khalid Bin ‘Utsman As-Sabt, Qawaidu At-Tafsir, Juzu’ II, (Dar Ibnu
‘Affan) 483
20
Khalid Bin ‘Utsman As-Sabt, Qawaidu At-Tafsir, Juzu’ II, (Dar Ibnu
‘Affan) 484.
10. 9
Apabila sebelum larangan tersebut hukumnya adalah mubah maka perintah
setelah larangan itu hukunya memfaedahkan kepada ibahah.21
Contoh :
dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah
berburu. (Qs. Almaidah : 2)
yang datang setelah adanya larangan berburu, dalam firmanNya .
95. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang
buruan, ketika kamu sedang ihram….. (QS:Al-maidah : 95)
Bukanlah merupakan perintah wajib, tetapi hanya merupakan
kebolehan belaka.22
f. ا
ا ار اأ كا
إباحة ف ا ج ا ع ا س ى ع
(perintah terhadap persoalan yang dibolehkan maka hukumnya
ibahah atau boleh)
4. Amr yang keluar dari makna asal menjadi makna lain karena konteks
kalimat
Amr pada asalnya bermakna perintah. Namun karena situasi dan kondisi.
Susunan kalimat, atau mutakallim dan mukhatab , amr terkadang tidak lagi
bermakna perintah. Inilah yang dimaksud dengan amr yang keluar dari makna
asalnya menjadi makna lain yang diakibatkan oleh situasi, struktur, konteks
kalimat, dan indikasi lainnya. Makna-makna lain yang dimaksud antara lain
23
:
. a. Doa ( عاء )ا seperti:
Uslub Perintah
(dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir). Uslub perintah di atas
dapat dijumpai pada QS. Al-Baqarah: 250, 286; QS. Ali Imran: 147.
Gaya bahasa perintahnya adalah (dan tolonglah kami terhadap orang-
orang kafir). Gaya bahasa perintah tersebut dengan menggunakan
21
Khalid Bin ‘Utsman As-Sabt, Qawaidu At-Tafsir. 487
22 22
Mukhtar yahya dan fatchurrahman.dasar-dasar pembinaan hukum fiqh
islam.(Bandung: Al-Ma'rif, 1993).204.
23
Ahmad Syatibi,Balaghah II (Ilmu Ma'ani) Pengantar Memahami Makna Al-
Qur'an (Jakarta : Tarjamah Center,2013),86
11. 10
bentuk kata kerja perintah atau fi’il amr. Penuturnya adalah kaum
Muslimin, sedangkan lawan tuturnya adalah Allah SWT, tema yang
menjadi pembicaraan adalah perintah kaum Muslimin kepada Allah
SWT untuk memberi pertolongan kepada mereka. Gaya bahasa perintah
tersebut tidak dimaksudkan sebagai perintah yang sebenarnya,
mengingat yang dinamakan perintah adalah apabila datangnya dari
pihak yang lebih tinggi kedudukannya ke yang lebih rendah. Dalam
perintah (dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir) tersebut,
dimaksudkan untuk doa (permohonan), yaitu permohonan seorang
hamba kepada Tuhannya, agar Allah berkenan memberi pertolongan
kepada kaum muslimin.24
b. Irsyad ( )اارشا memberi petunjuk seperti:
Secara harfiah al-irsyad berarti memberi petunjuk, memberi
nasehat, atau memberi saran. Maksudnya adalah bahwa bentuk amr
yang terdapat di dalam kalam yang ada tidak dimksudkan sebagai
perintah, tetapi cenderung sebagai saran yang diungkapkan mutakallim
dan kepada mukhatab.
Contoh :
282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar.
Segi makna ayat tersebut diatas memberi pengertian bahwa "kegiatan
mencatat perihal utang piutang" adalah "dianjurkan", tetapi hukumnya
tidak sampai kepada "wajib", dikarenakan terkadang urusan utang
piutang dapt juga terselenggara dengan baik meskipun tanpa kegiatan.25
c. Bermakna setara ( ا ت إ ) Bermakna seperti:
Al-iltimas artinya kata-kata,ungkapan, kalam yang ditujukan
kepada mukhathab yang setara atau sederajat. Ketika ungkapan yang
dipergunakan itu berbrntuk amr, maka amr tersebut tidak dikatakan
24
Mardjoko Idris, Uslub Al-Amr Dalam Al-Quran:Dirasah Ikhshaiyyah,
Journal
Http://Digilib.UinSuka.Ac.Id/19234/5/05_Dr.%20H.%20Mardjoko%20Idris,%20M.A
g_USLUB%20AL-AMR%20DALAM%20AL-
QURAN%20Dirasah%20Ikhsahiyyah.Pdf Di Akses Pada Tanggal 11/12/2017.
25 Ahmad Syatibi,Balaghah II (Ilmu Ma'ani) Pengantar Memahami Makna Al-
Qur'an (Jakarta : Tarjamah Center,2013),88
12. 11
sebagai perintah, tetapi disebut dengan iltimas yaitu amr yang
disampaikan kepada mukhatab yang kedudukannya setara dengan
mutakallimin.26
16. Masukklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya);
Maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; kamu diberi
Balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.
e. Tahdid ( تعجب )ا mengancam seperti:
at-tahdid artinya ''mengancam" atau menakut-nakutkan27
.contoh:
48. lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan
terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi
menemukan jalan (yang benar).
4. Perbedaan Pandangan Para Ulama
Para ulama ushul fiqh bersepakat bahwa pengunaan uangkapan al-amr
bagi suatu makna di luar makna at-talab,al-ta-tahdid,dan al-ibahah
merupaka suatu makna di luar makna majaz. Akan tetapi, mereka berbeda
pendapat mengenai dilalat al-amr terhadap makna at-talab, at-tahdid,dan
al-ibahah.menurut kesepakatan sunni, ungkapan al-amr pada hakikatnya
bermakna tuntutan, sedang penggunaannya bagi makna al-tahdid dan al-
ibahah merupakan suatu majaz. Menurut kesepakatan para ulama syiah,
ungkapan al-amr pada hakikatnya bermakna tuntutan, sedang
penggunaannya bagi makna al-tahdid dan al-ibahah merupakan suatu
majaz.28
Kalangan ulama sunni kemudian berpendapat mengenai apakah
ungkapan al-amr yang pada hakikatnya bermakna tuntutan (li al-talab) itu
menunjukkan implikasi hukum al-wujub ataukah bukan. Menurut
mayoritas ulam,ungkapan al-amr yang pada hakikatnya bermakna tuntutan
itu secara otomatis menunjukkan implikasi hukum al-wujub. Inilah yang
26 Syatibi,Balaghah II.89
27
Ahmad Syatibi,Balaghah II (Ilmu Ma'ani) Pengantar Memahami Makna Al-
Qur'an (Jakarta : Tarjamah Center,2013),89
28
Asmawi,Perbandingan Ushul Fiqh (Jakarta:Amzah,2011),223.
13. 12
merupakan implikasi hukum yang hakiki dari ungkapan al-amr. Implikasi
hukum lain hanya dimungkinkan apabila terdapat qarinah.29
Menurut kalangan ulama hanafiyah, ungkapan al-amr pada hakikatnya
bermakna tuntutan tidak secara otomatis menunjukkan implikasi hukum,
baik al-wujub maupun al-nadb, tetapi dilihat qarinah-nya terlebih
dahulu.dalam pada itu kalangan ulama zahriyyah berpandangan bahwa
implikasi hukum selain al-wujub dari ungkapan al-amr hanya
dimungkinkan apabila terdapat nash syara' lain atau ijma', bukan qarinah.30
B. Nahi
1. Pengertian nahy
Secara harfiah nahy berarti "larangan"31
. Dalam istilah ushul fiqh, nahi
bermakna "suatu lafazh yang digunakan oleh yang lebih tinggi kedudukannya
untuk menuntut kepada yang lebih rendah derajatnya agar meninggalkan
suatu perbuatan . 32
dalam balaghah definisi nahi adalah:
ف ا ب ا ي ا
اإستعاء ج ى ع فع ا ع 33
Nahi adalah menuntut berhenti melakukan suatu perbuatan oleh pihak
yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah.
Muhammad Cirzin mengutip khalid Abdurrahman mengartikan nahi
sebagai perkataan yang menunjukkan permintaan berhenti dari suatu
perbuatan, dari orang yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah.34
sedangkan
menurut Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, nahi adalah tuntutan mencegah berbuat
yang datang dari atasan.35
Ash.Shafahsi mengatakan bahwa sesungguhnya
keharusan larangan adalah meninggalkan yang dilarang sesegera mungkin,
dan hal tersebut merupakan suatu yang terlarang.36
2. Redaksi kalimat nahi
1. Fiil nahi, bentuk nahi hanya satu, yaitu fiil mudhari' yang didahului
oleh huruf la yang disebut la nahi, la nahi adalah yang atinya jangan.37
seperti
firman Allah ;
29
Asmawi,Perbandingan Ushul Fiqh (Jakarta:Amzah,2011),223
30
Asmawi,Perbandingan Ushul Fiqh (Jakarta:Amzah,2011),223
31
Ahmad Syatibi,Balaghah II (Ilmu Ma'ani) Pengantar Memahami Makna Al-
Qur'an (Jakarta : Tarjamah Center,2013) 102.
32
Muhammad Chirzin ,Permata Al-Qur'an.( Yogyakarta : Qirtas,2003),207.
33
Ahmad Syatibi,Balaghah II (Ilmu Ma'ani) Pengantar Memahami Makna Al-
Qur'an (Jakarta : Tarjamah Center,2013) 102.
34
Muhammad Chirzin ,Permata Al-Qur'an.( Yogyakarta : Qirtas,2003),111.
35
Muhammad Chirzin ,Permata Al-Qur'an.( Yogyakarta : Qirtas,2003),111
36
Muhammad Chirzin ,Permata Al-Qur'an.( Yogyakarta : Qirtas,2003),111
37
Ahmad Syatibi,Balaghah II (Ilmu Ma'ani) Pengantar Memahami Makna Al-
Qur'an (Jakarta : Tarjamah Center,2013)104.
15. 14
7.apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (QS.59:7)
33. Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji,
baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar
hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan
Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan
(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui.(QS.733).
3. Kaidah – kaidah nahi
Menurut Khalid bin utsman As-sabt ada beberapa kaidah tentang an-
nahyu diantaranya :38
a.
ا ا ر ف ا ي تح ا ى يقت ي ا
ة ي ق اا
Nahi menghendaki atau menunjukkan haram, segera untuk
dilarangnya, kecuali ada qarinah-qarinah tertentu.
Lafazh nahi menghendaki tuntutan larangan secara kekal(dawam) dan
spontan (fauran). Sebab yang di tuntut itu (larangan) tidak dapat terwujud
apabila tuntutan larangan itu bersifat kekal. Maksudnya bahwa setiap kali jiwa
seorang mukallaf mendorongnya untuk melakukan yang terlarang, maka
setiap kali itu pula nahi menuntut dia untuk meninggalkannya. Karena itu,
pengulangan larangan termasuk kaidah yang penitng agar tuntutan dari nahi
dapat terwujud.
Demikian juga dengan tuntutan terhadap spontinitas dalam mentaati
larangan. Sebab larangan atas suatu perbuatan adalah berarti mengharamkan
perbatan itu, lantaran ada bahayanya. Karenanya, larangan itu mesti menuntut
spotanitas. Melakukan ketataan atas suatu larangan secara spontan dan
berkesinambungan adalah temasuk hal-hal yang dituntut oleh nahi.
Contohnya :
38
Khalid Bin ‘Utsman As-Sabt, Qawaidu At-Tafsir. 509
16. 15
dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan (QS.Al-An'am : 151)
b.
ا , بع ع ى ,شيء ع شار ا ى ا
يع بج ا أ كا بشيء أ
Jika Allah melarang sesuatu, maka Ia melarang sebagiannya juga. Dan
jika Allah memerintahkan sesuatu, maka Ia memerintahkan secara
keseluruhannya
Contoh :
diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah.
c.
ا بصيغة شاء اإ ا ي
شاء اإ بصيغة ا ي غ أب ب
Maksud insya'i menggunakan bentuk khabar lebih jelas
penyampaiannya dari pada menggunakan sighat insyai itu sendiri).
dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah,
d.
فسا ا ي يقت ي ا
nahy menghendaki fasad
Rasulullah saw bersabda ”setiap perkara yang tidak ada perintah
kami, maka ia tertolak”. Dengan demikian segala perkara yang dilarang
berarti tidak diperintahkan, dan setiap yang tidak diprintahkan berarti
tertolak, dan tertolak berarti batal. {tidak sah. Fasad}hukumnya.
contohnya :
dan janganlah kamu mendekati zina;.(QS:Al-isra': 32).
4. Ragam makna nahi
17. 16
Nahi pada asalnya adalah larangan. Namun karena situasi dan kondisi,
karena susunan kalimat,serta karena mutakallimin dan mukhatab, nahi tidak
lagi bermakna larangan, tetapi telah keluar dari makna aslinya. Inilah yang
dimaksud dengan kelaurnya nahi dari arti sebenarnya menjadi arti lain karena
situasi atau susunan kalimat.39
Antaranya :
1. Doa
"Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau
Kami tersalah.
2. Al-irsyad
janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika
diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu .
3. Bayanul 'aqibah ,menerangkan akibat ;
janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu
mati; bahkan mereka itu hidupdisisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
4. At-tay'iys . membuat putus asa :
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.
5. al-i'tinas, memberikan ketenangan hati :
"Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah. Sesungguhnya Kami akan
menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu,
Larangan dalam al-qur'an mengandung makna dan tujuan yang antara
lain sebagai berikut.40
a. Larangan menunjukkan haram,seperti firman Allah,
39
Ahmad Syatibi,Balaghah II (Ilmu Ma'ani) Pengantar Memahami Makna Al-
Qur'an (Jakarta : Tarjamah Center,2013) 105.
40
Muhammad Chirzin ,Permata Al-Qur'an.( Yogyakarta : Qirtas,2003),111
18. 17
dan janganlah kamu mendekati zina; (QS.17:32)
b. Larangan yang menunjukkan makna makruh, seperti dalam sabda
Nabi Saw,. Yang artinya: janganlah kamu salat di kandang unta.
(HR.tirmidzi) .
c. Larangan yang mengandung perintah melakukan yang sebaiknya,
seperti dalam firman Allah (QS.3:13),
d
.
13. Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang
telah bertemu (bertempur). segolongan berperang di jalan Allah dan
(segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat
(seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah
menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-
orang yang mempunyai mata hati.
4. Perbedaan Pandangan Ulama
Dalam soal larangan para ahli ushul berselisih paham. Ada yang
mengatakan larangan itu untuk mengharamkan. Ada yang mengatakan untuk
memakruhkan.41
Para ulama sepakat bahwa penggunaan ungkapan al-nahyu bagi makna
di luar makna at-tahrim dan al-karahah merupakan gaya bahasa al-majaz,dan
karenanya ia membutuhkan qarinah yang menghendaki makna tersebut. Para
ulama juga sepakat bahwa penggunaan ungkapan al-nahyu bagi makna
tuntutan meninggalkan suatu perbuatan, merupaka gaya bahasa al-haqiqah,
dan karenanya ia tidak membutuhkan qarinah sama sekali. Para ulama
berbeda pendapat mengenai apakah ungkapan al-nahyu mengandung makna
hakiki berupa makna al-tahrim ataukah makna al-karahah ataukah
keduanya.42
Mayoritas ulama berpandangan bahwa ungkapan an-nahyu
mengandung makna hakiki berupa makna at-tahrim, dan tidak mengandung
makna lain kecuali apabila ada qarinah. Segolongan ulama lain berpendapat
bahwa ungkapan ungkapan nahyu mengandung makna hakiki berupa makna -
41
Hasbi As-siddieqy,pengantar hukum islam (jakarta; bulan bintang, 1978),71
42
Mustafa Said Al-Khin, Atsar Al-Ikhtilaf Fi Al-Qawaid Al-Ushuliyyah Ala
Ikhtilaf Al-Fuqaha, (Beirut : Mu'assasah Al-Risalah, 1982)333-334
19. 18
at-tahrim dan karahah sekaligus,baik dalam arti lafziy maupun ma'nawiy.
Segolongan ulama lain berpandangan btawaqquf yakni bahwa ungkapan ial-
nahyu mengandung makna hakiki menurut qarinah yang ada. jadi selama
belum ditemukan qarinah, dilalat al-nahyu itu masih mujmal.43
Kesimpulan
amr yaitu lafaz yang digunakan oleh orang-orang yang lebih tinggi
kedudukannnya untuk menuntut kepada orang yang lebih rendah derajatnya
agar melakukan suatu perbuatan. Sedangkan nahyu yaitu lafaz yang
digunakan untuk menuntut meninggalkan suatu perbuatan. Ada banyak sekali
kaidah-kaidah amr dan nahyu. asal pada amar adalah wajib, dan asal pada
nahyu adalah haram. Namun demikian jika terdapat aspek-aspek yang lain
maka bisa jadi nanti makan asal pada amr dan nahyu berubah dari makna
hakikinya. Dan tidka sedikit dalam maslaah ini ulama berbeda pendapat.
43
Asmawi,Perbandingan Ushul Fiqh (Jakarta:Amzah,2011),231.
20. Daftar Pustaka
Al-Khin, Mustafa Said, Atsar Al-Ikhtilaf Fi Al-Qawaid Al-Ushuliyyah Ala
Ikhtilaf Al-Fuqaha, (Beirut : Mu'assasah Al-Risalah) 1982.
Al-Sabt ,Kholid Ustman, Qowaid Al-Tafsir Jilid 2, ( Dar Ibnu Affan)Mesir.
Asmawi,Perbandingan Ushul Fiqh (Jakarta:Amzah) 2011.
As-siddieqy, Hasbi,pengantar hukum islam (jakarta; bulan bintang,) 1978.
Chirzin, Muhammad ,Permata Al-Qur'an.( Yogyakarta : Qirtas) 2003
Faridl, Miftah Dan Agus Shihabuddin,Al-Qur'an Sumber Hukum Islam
Yang Perrtama.Cet.1(Bandung : Penerbit Pustaka.) 1989.
Idris, Mardjoko, Uslûb Al-Amr Dalam Al-Quran:Dirâsah Ikhshâiyyah,
Journal
Http://Digilib.Uinsuka.Ac.Id/19234/5/05_Dr.%20H.%20Mardjoko%
20Idris,%20M.Ag_USLUB%20AL-AMR%20DALAM%20AL-
QURAN%20Dirasah%20Ikhsahiyyah.Pdf Di Akses Pada Tanggal
11/12/2017
Syatibi, Ahmad ,Balaghah II (Ilmu Ma'ani) Pengantar Memahami Makna
Al-Qur'an (Jakarta : Tarjamah Center) 2013.
Yahya, Mukhtar dan fatchurrahman.dasar-dasar pembinaan hukum fiqh
islam..Bandung: Al-Ma'rif, 1993.
Zuhayli,Wahbah, Ushulul Fiqh Islamy, Juzu’ I (Damaskus: Dar Al-Fikr)
1987.
21. Do you want to upgrade your account to use all the features?
Upgrade Account
100% Unique
Total 30426 chars (2000 limit exceeded) , 271 words, 11
unique sentence(s).
Essay Writing Service - Paper writing service you can
trust. Your assignment is our priority! Papers ready in 3
hours! Proficient writing: top academic writers at your
service 24/7! Receive a premium level paper!
Results Query
Domains (original
links)
Unique
fiqh merupakan pengetahun tentang qaidah dan
penjabarannya yang dijadikan pedoman dalam
menetapkan hukum syariat Islam
-
Unique
Amr sebagaimana yang disampaikan khalid
abdurrahman, amar ialah kata yang menunjukkan
permintaan melakukan apa
-
Unique
adapun nahyu perkataan yang menunjukkan
permintaan berhenti dari suatu perbuatan, dari
orang yang lebih
-
Unique
Yang dimaksud yang lebih tinggi kedudukannya
dalam al-qur'an adalah Allah SWT sebagai
pemberi perintah
-
Unique
Keywords : Al-Amr, An-Nahyu, Perbedaan
Pendapat UlamaPendahuluan Ayat-ayat Al-Qur'an
dalam menunjukkan pengertiannya menggunakan
berbagai
-
Unique
Disamping itu di satu kali terdapat pula
perbenturan antara satu dalil dengan lain yang
-
Unique
Ushul fiqh menyajikan berbagai cara daari
berbagai aspek untuk menimba pesan-pesan yang
terkandung dalam
-
Unique
fiqh, amm dan khas, mantuq dan mafhum, mutlaq
dan muaqayyad, mujmal dan mubayyan termasuk
amr
-
Unique
dan penjabarannya yang dijadikan pedoman dalam
menerapkan hukum syariat Islam mengenai
-
22. perbuatan manusia yang bersumber
Unique
dalam artian bahwa orang yang mempelajari
tafsirharus mengetahui ilmu uhsul fiqh, apalagi
dalama menafsirka ayat-ayat
-
Al-Amru dan An- NahyuAbstrak Qawaid at-tafsir tidak bisa terlepas dengan ilmu
ushul fiqh, dimana ushul fiqh merupakan pengetahun tentang qaidah dan
penjabarannya yang dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum syariat Islam yang
bersumber dari dalil-dali al-Qur'an. Amr sebagaimana yang disampaikan khalid
abdurrahman, amar ialah kata yang menunjukkan permintaan melakukan apa yang
diperintahkan, dari arah yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. . adapun nahyu
perkataan yang menunjukkan permintaan berhenti dari suatu perbuatan, dari orang
yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Yang dimaksud yang lebih tinggi
kedudukannya dalam al-qur'an adalah Allah SWT sebagai pemberi perintah atau
larangan,sedangkan yang lebih rendah kedudukannya adalah makhluk Allah sebagai
pelaksana perintah atau larangan. Keywords : Al-Amr, An-Nahyu, Perbedaan
Pendapat UlamaPendahuluan Ayat-ayat Al-Qur'an dalam menunjukkan pengertiannya
menggunakan berbagai cara, ada yang tegas dan ada yang pula yang melalui maksud
hukumnya. Disamping itu di satu kali terdapat pula perbenturan antara satu dalil
dengan lain yang memerlukan penyelesaian. Ushul fiqh menyajikan berbagai cara
daari berbagai aspek untuk menimba pesan-pesan yang terkandung dalam al-Qur'an
dan sunnah Rasulullah saw. Pak Quraish Shihab mengemukakan komponen-kmponen
yang tercakup dalam kaidah-kaidah tafsir salah satunya ilmu ushul fiqh, amm dan
khas, mantuq dan mafhum, mutlaq dan muaqayyad, mujmal dan mubayyan termasuk
amr dan nahyu. Ushul fiqih mempunyai korelasi dengan qawaid tafsir, dimana ushul
fiqh merupakan pengetahuan tentang kaidah dan penjabarannya yang dijadikan
pedoman dalam menerapkan hukum syariat Islam mengenai perbuatan manusia yang
bersumber dari dalil-dalil agama yang rinci dan jelas. Dari pada itu, maka tidak heran
jika ulumul tafsir berkaitan erat dengan ushul fiqh, dalam artian bahwa orang yang
mempelajari tafsirharus mengetahui ilmu uhsul fiqh, apalagi dalama menafsirka ayat-
ayat hukum. Yang mana, Obj