Tiga ayat Al-Quran (87:12-14) dipaparkan dan dijelaskan maknanya. Ayat-ayat itu memuji langit dan bumi sebagai tanda kebesaran Allah, serta menyatakan Al-Quran sebagai pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Tafsir ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa Al-Quran adalah petunjuk yang jelas membedakan antara yang haq dan bathil.
Rasionalitas al Qur’an dalam Dunia DebatIdrus Abidin
rasionalitas yang mewakili nuansa akhirat tanpa melupakan dunia adalah rasionalitas yang dikembangkan oleh al-Qur'an dan Sunnah. karena memang al-Qur'an turun tidak membawa hal-hal yang mustahil bagi rasio, tapi diturunkan untuk menjawab hal-hal nyang membingungkan akal.
Rasionalitas al Qur’an dalam Dunia DebatIdrus Abidin
rasionalitas yang mewakili nuansa akhirat tanpa melupakan dunia adalah rasionalitas yang dikembangkan oleh al-Qur'an dan Sunnah. karena memang al-Qur'an turun tidak membawa hal-hal yang mustahil bagi rasio, tapi diturunkan untuk menjawab hal-hal nyang membingungkan akal.
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
"Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan
tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima
taubat orang yang berdosa pada waktu siang dan
Dia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang
untuk menerima taubat orang yang berdosa pada
waktu malam hingga terbitnya matahari dari
tempat terbenamnya"
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
Tafsir Al azhar 101 al qooriah
"Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan
tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima
taubat orang yang berdosa pada waktu siang dan
Dia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang
untuk menerima taubat orang yang berdosa pada
waktu malam hingga terbitnya matahari dari
tempat terbenamnya"
Al-Qur'an secara bahasa merupakan mashdar dari قرأ
bermakna ( تلاbacaan atau yang dibaca) atau جمع
(mengumpulkan).
Adapun makna yang pertama, ia berkedudukan sebagai ismul
maf'ul bermakna matluu (yang dibaca). Sedangkan yang
kedua, berkedudukan sebagai fa'il bermakna jaami' (yang
mengumpulkan) karena ia mengumpulkan kisah-kisah, hukumhukum, dan berita-berita
Secara istilah, Al-Qur'an bermakna "Kalam Allah yang turun
kepada Rasul dan Nabi terakhir-Nya, Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam melalui malaikat Jibril dimulai dari
surat Al-Fatihah diakhiri dengan surat An-Nas." (Al-Imam
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Ushulun fittafsir)
Allah memberi nama surah Ar Rahman, pertama diawali kalimat “ ُ َٰن م َّحْ لر ٱAr-raḥmān” ialah Allah
dzat yang Maha Rahman. Disurah itu nampak Allah dzat Yang Maha Rahman yaitu “Fabi'ayyi
ala'i rabbikuma tukazziban”, dan setelah kalimat Ar-raḥmān bahwa Allah menyebutkan: 'allamalqur`ān, khalaqal-insān, 'allamahul-bayān. Surah Ar Rahman ayat 2: 'allamal-qur`ān merupakan
nikmat “yang telah mengajarkan Al Qur’an” yaitu nikmat berupa pengajaran & pemahaman
terhadap Al Qur’an menjadi nikmat yang sangat besar (didahulukan diantara nikmat lain)->
Ta’limul Qur’an.
Terdapat lebih dari 200 ayat di dalam al-Qur'an
yang mengandung kata air dan segala yang
berhubungan dengannya. Kalimat 'air' disebutkan
sebanyak 63 kali yang tersebar dalam 42 surah.
'Selain di Bumi ada dimanakah air itu?'
Pertanyaan tersebut mengawali tadabbur
Quran pada mata perkuliahan Quranic View
bersama Ustadzuna Baihaqi, Lc, 26 Sya'ban
1441 H.
Air merupakan ciptaan Allah Azza Wa Jalla
yang begitu vital bagi seluruh makhluk
hidup. Kita semua bergantung pada air,
tanpanya bumi akan mati. Selain di bumi ada
di mana lagi air berada? Dari mana air
bermula?
Manusia yang Allah ciptakan ini sebelum keberadaan wujudnya, Allah
sudah pernah menyampaikannya kepada malaikat. Allahdalam
firman-Nya [Lihat. Qs. Al-Baqarah (2):30].
Berkaitan dengan ayat ini, Ibnu Abi Hatimmeriwayatkan sebuah pendapat yang
sanadnya sampai kepada Abdullah bin Amr bin Al-Ash. Beliau menyampaikan Jin
yakni anak-anak keturunan jaan, karena jin pertama yang disebutkan di dalam Al-Qur’an
adalah “Jaan”. Allahdalam firman-Nya:
ِمن
ُه
َٰ
َن
َلقج
َخ
لۡانََّٓج
َوٱ َق جب ُل ِمن نَّارِ ٱل َّس ُمو ِم ٢٧
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. [QS. Al-Hijr
(15):27]1
Manusia pertama disebutkan Adam, jin keturunan Adamtelah menghuni bumi
2.000 tahun sebelum penciptaan Adam. Kemudian mereka melakukan kerusakan di
muka bumi serta saling menumpahkan darah diantara mereka. Maka Allah
mengutus tentara di antara malaikat untuk memerangi mereka hingga terdesak sampai ke
pulau-pulau ditengah lautan hingga luatan itu menjadi wilayah yang sangat
menyeramkan sampai saat ini
Masihkah Khawatir Akan Rezeki Kita?1
Seperti dalam muqoddimah, penulis sudah menjelaskan bahwa segala apa yang terjadi di dalam
hidup kita sudah Allah program (takdirkan) termasuk rezeki. Jadi dalam hal rezeki pun sudah
Allah atur dan tetapkan.
Seperti perkataan Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda,
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit
dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash)
Dalam hadits lainnya disebutkan,
“Sesungguhnya yang pertama kali Allah ciptakan adalah qalam, lalu Allah berfirman kepadanya,
‘Tulislah!’. Qalam mengatakan,’Apa yang akan aku tulis?’. Allah berfirman, ‘Tulislah berbagai
takdir dari segala sesuatu yang akan terjadi hingga hari kiamat!’” (HR. Abu Daud (4700), dari
‘Ubadah bin Ash-Shoomit. Juga diriwayatkan oleh Tirmidzi (2156) dalam Al-Qadr dan (3316)
dalam attafsir dan selainnya. Ini adalah hadits shahih. Hadits ini dikatakan shahih oleh Syaikh AlAlbani dalam Shahih wan Dha’if Sunan Abi Daud no. 4700 dan Sunan wa Dha’if Sunan At
Tirmidzi no. 2155)
Air meliputi sekitar 71% permukaan Bumi. Science telah membuktikan bahwa
proporsi air di permukaan bumi 71% dan proporsi tanah 29%, dan yang menakjubkan
adalah bahwa bahwa Al-Qur’an menyebutkan kata (laut) 33 kali, dan kata (darat) 13
kali, dan di sini kita menemukan bahwa total penyebutan darat dan laut adalah 33+13 =
46.
Dan angka ini mewakili proporsi darat dan laut, dan rasio dari pengulangan kata
(laut) adalah: 33 ÷ 46, ini sama dengan 71% yang merupakan proporsi laut, sedangkan
rasio pengulangan (daratan) adalah 13 ÷ 46 ini sama dengan 29%, inilah proporsi yang
sebenarnya tentang ke daratan atau tanah kering, dan pertanyaan kita adalah: Apakah
jumlah ini terjadi secara tiba-tiba atau Allah yang telah menyatakannya?1.
Ada juga yang mengatakan bahwa, kata "Laut" 32 kali dan "Darat" 13 kali. Nisbah
"Laut" dengan jumlah (Laut + Darat) = 32 / (32 + 13) = 71%.2 Dalam tulisan lainnya menyebutkan bahwa, di dalam Al-Qur’an, kata al-barr dengan arti “darat” disebut 12
kali, sedangkan kata al-bahr (laut) – baik mufrad, mutsanna, dan jamaknya – disebut 40
kali. Perbandingan tersebut sama dengan perbandingan antara daratan dan lautan di
planet bumi ini.
Hukum Tabarruk Dengan Jasad dan Kuburan Orang ShalihYulian Purnama
Tabarruk artinya mencari keberkahan (ngalap berkah). Memang benar bahwa para sahabat ngalap berkah kepada jasad Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam semasa beliau masih hidup dan juga dengan peninggalan-peninggalan beliau.
Namun apakah ini berarti boleh ngalap berkah dengan jasad orang shalih selain Rasulullah? Dan apakah ini berarti boleh ngalap berkah kepada kuburan Rasulullah dan kuburan orang shalih selain beliau?
Silakan baca tulisan ringkas 64 halaman ini, yang kami sadur dari tulisan Syaikh Dr. Abdurrahman bin Nashir Al Jadi' hafizhahullah. Semoga bermanfaat.
Ibnu Samak meminta segelas air dan mengatakan: “Wahai, Amirul Mukminin.
Seandainya engkau dihalangi dari (meminum) minuman ini (padahal engkau
kehausan), kecuali dengan (membayar) dunia dan seisinya, apakah engkau akan
menebus segelas air itu dengannya?”
Khalifah menjawab: “Ya”.
Ibnu Samak pun mengatakan: “Minumlah dengan puas, semoga Allah memberkahi
Anda”. Ketika Khalifah telah minum,
Ibnu Samak berkata kepadanya: “Wahai, Amirul Mukminin. Beritahukan kepadaku,
seandainya engkau dihalangi mengeluarkan minuman ini dari (diri)mu, kecuali dengan
(membayar) dunia dan seisinya, apakah engkau akan menebusnya?”
Khalifah menjawab: “Ya”.
Ibnu Samak mengatakan: “Lalu apakah yang akan engkau lakukan dengan sesuatu
(yakni dunia seisinya) yang seteguk air lebih baik darinya?”
1. 03/01/14
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Al-Qur’an: Pemutus Haq dan Batil
Al-Qur’an: Pemutus Haq dan Batil
January 3rd, 2014 by solihan
(Tafsir QS ath-Thariq [87]: 12-14)
ْﱠ د ِﻧَﻘٌ ْ َ ھِﺎ
* وﱠﻣ َات اﻟرﺟﻊ * و َِْات اﻟ ْع ﱠ َوَﺻل * وﻣُوْﮭزل
ﺑﻟ
إﮫﻟ
ْ
ِﺳ
َِ ََ اﻟَ ﺎء ذِ ﱠ ِ َ اﻷرض ذِ ﺻِ * ُْ ل ﻓ ٌ َ ﺎ
Demi langit yang mengandung hujan; demi bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan.
Sesungguhnya al-Quran itu benar-benar firman yang memisahkan (antara yang haq dan
yang batil). Sekali-kali ia bukanlah gurauan. (QS ath-Thariq [86]: 12-14).
Tafsir Ayat
Allah SWT berfirman: Wa as-samâ‘ dzât al-raj’i (Demi langit yang mengandung hujan). Ayat ini
diawali dengan wâwu al-qasam (huruf yang menunjukkan makna sumpah). Objek yang dijadikan
sebagai al-muqsam bih adalah as-samâ‘ (langit). Disebutkan bahwa langit tersebut dzât arraj’i.Secara bahasa, kata ar-raj’ berarti mengembalikan ke keadaan semula.1 Dalam konteks
ayat ini, kata tersebut bermakna al-mathar(hujan). Dijelaskan al-Qurthubi, hujan senantiasa
kembali setiap tahun. Dikatakan ahli bahasa ar-raj’ berarti al-mathar.2 Menurut azZamakhsyari, penyebutan al-mathar (hujan) dengan ar-raj’ disebabkan karena orang Arab
mengira bahwa mendung membawa hujan dari lautan, kemudian kembali lagi ke daratan.3
Dikatakan az-Zajjaj, pengertian ar-raj’ adalah al-mathar (hujan) disebabkan karena hujan
datang, kembali dan terus berulang.4 Ibnu ‘Abbas juga memaknai ar-raj’ sebagai assahâb (mendung) yang di dalamnya terkandung hujan.5 Al-Khalil mengatakan bahwa
pengertian ar-raj` adalah hujan itu sendiri; juga berarti tumbuhan musim semi.6 Mufassir lainnya
yang memaknai ar-raj’ sebagai al-mathar (hujan) adalah an-Nasafi, al-Baghawi, asSamarqandi, dan lain-lain.7
Memang ada yang berpendapat lain, seperti Ibnu Zaid yang menafsirkan kata tersebut dengan
matahari, bulan dan bintang. Semuanya kembali ke langit dari satu arah dan menghilang pada
arah lainnya. Sebagian mufassir lainnya menafsirkan, “yang memiliki
malaikat,” karena kembalinya mereka ke langit dengan membawa catatan amal-amal
manusia.8 Akan tetapi, sebagaimana dinyatakan al-Qurthubi, penafsiran ar-raj’ sebagai almatharmerupakan penafsiran kebanyakan para mufassir.9
Kemudian Allah SWT berfirman: wa al-ardh dzât ash-shad’ (demi bumi yang mempunyai
tumbuh-tumbuhan). Ayat ini masih menyebutkan sumpah. Yang dijadikan sebagai al-muqsam
bih adalah al-ardh (bumi).
m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/03/al-quran-pemutus-haq-dan-batil/
1/6
2. 03/01/14
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Al-Qur’an: Pemutus Haq dan Batil
Disebutkan bahwa bumi tersebut dzât ash-shad’. Pengertian ash-shad’adalah asysyaqq (membelah). Karena tumbuhan itu membelah bumi, maka bumi menjadi terbelah oleh
tumbuhan tersebut; seolah dikatakan:Demi bumi yang memiliki tumbuhan, lantaran
tumbuhan merupakan pembelah bagi bumi.10 Penafsiran tersebut dikemukakan oleh banyak
mufassir. Dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, inshidâ’uhâ ‘an an-nabât(terbelahnya bumi oleh
tumbuhan). Pendapat demikian juga dinyatakan oleh Said bin Jubair, ‘Ikrimah, Abu Malik, adhDhahhak, al-Hasan, Qatadah, as-Sudi, dan lain-lain;11 juga Abu Ubaidah dan al-Farra’.12
Kemudian Allah SWT berfirman: Innahu laqawl fashl (Sesungguhnya al-Quran itu benar-benar
firman yang memisahkan [antara yang haq dan yang batil]). Ayat ini merupakan jawâb alqasam yang disebutkan dalam ayat sebelumnya. Dhamîr huwa menunjuk pada al-Quran.
Meskipun kata tersebut tidak dinyatakan dalam ayat sebelumnya, maknanya jelas menunjukkan
pengertian tersebut. Di antara yang berpendapat demikian adalah asy-Syaukani, Ibnu ‘Athiyah,
as-Samarqandi, al-Baidhawi, az-Zuhaili,dan lain-lain.13
Disebutkan ayat ini bahwa al-Quran merupakan qawl fashl. Secara bahasa, kata alfashl berarti memisahkan salah satu dari dua perkara dengan yang lain sehingga antara
keduanya terlepas.14Dikatakan oleh al-Qurthubi, pengertian al-Quran sebagai qawl
fashl berarti yafshilu bayna al-haqq wa al-bâthil (memisahkan antara yang haq dan yang
bathil).15 Asy-Syaukani juga mengatakan, “Sesunguhnya al-Quran memisahkan antara
kebenaran dan kebatilan dengan menjelaskan masing-masing keduanya.”16
Penafsiran senada juga dikemukakan az-Zamakhsyari, al-Alusi, dan lain-lain.17
Kemudian ditegaskan pula: wamâ huwa bi al-hazl (dan sekali-kali bukanlah al-Quran itu sendagurau). Dhamîr huwa kembali lagi pada al-Quran. Ditegaskan lagi bahwa al-Quran bukan
merupakan al-hazl. Kata al-hazlbermakna dhid al-jidd (lawan kata dari serius).18 Menurut Ibnu
‘Athiyah, pengertian al-hazl adalah al-la’b al-bâthil (permainan atau senda gurau yang batil).19
Menurut Ibnu ‘Abbas, bi hazl berarti bi al-bâthil (batil). Adapun Mujahid memaknai frasa
tersebut dengan bi al-la’b (main-main, senda gurau).20 Ibnu Jarir pun menggabungkan
pengertian tersebut sehingga menafsirkan ayat ini dengan wamâ huwa bi al-la’b wa lâ bi albâthil (al-Quran itu bukan senda gurau, juga tidak batil).21
Az-Zuhaili berkata, “Sesungguhnya al-Quran benar-benar firman yang haq; tidak ada
keraguan di dalamnya; memutuskan antara yang haq dan yang batil; dan tidak turun secara
main-main dan senda-gurau. Al-Quran serius dan haq, tidak main-main, bukan syair, sihir,
dan dukun; diturunkan dari Zat Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. 22
Beberapa Pelajaran Penting
Banyak pelajaran penting yang dapat diambil dari ayat-ayat ini. Pertama: tanda-tanda
m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/03/al-quran-pemutus-haq-dan-batil/
2/6
3. 03/01/14
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Al-Qur’an: Pemutus Haq dan Batil
kebesaran dan kekuasaan Allah SWT sekaligus sebagai karunia-Nya untuk manusia. AlMuqsam bih yang disebutkan dalam ayat ini—yakni as-samâ‘ dzât ar-raj’, langit yang
mengandung hujan; dan al-ardh dzât ash-shad’, bumi yang memiliki tumbuh-tumbuhan—
memberikan pemahaman demikian.
Langit adalah di antara tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Zat yang bisa
menciptakan langit hanyalah Zat Yang Mahakuasa. Demikian pula dengan air hujan yang turun
dari langit. Dengan kekuasaan-Nya, air laut berubah menjadi uap, lalu terangkat ke udara
menjadi gumpalan awan, kemudian digerakkan angin menuju ke tempat yang Dia kehendaki.
Setelah itu, ia turun menjadi air hujan yang mengguyur bumi. Semuanya itu menjadi kebesaran
dan kekuasaan Allah SWT yang amat jelas (Lihat juga: QS al-Nur [124]: 43).
Hal yang sama juga berlaku pada bumi. Benda planet yang terus-menerus berputar dan
mengitari matahari ini merupakan tanda kekuasaan Allah SWT yang amat terang. Demikian
pula berbagai tanaman dan pepohonan yang tumbuh di atasnya, yang seolah membelah bumi,
juga menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya.
Selain menjadi bukti kebesaran dan kekuasaan Allah, semua benda tersebut merupakan
kenikmatan bagi manusia. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Bahkan
manusia tak bisa hidup tanpa air. Karena itu turunnya hujan memenuhi kebutuhan manusia
terhadap air. Dengan hujan, tanah yang sebelumnya kerontang menjadi gembur dan subur. Air
yang turun diserap oleh tanah dan diubah menjadi air tawar, lalu memancarkan mata air dan
mengalirkan sungai-sungai.
Dengan air hujan juga, Alah SWT menumbuhkan berbagai tanaman dan pepohonan yang
dibutuhkan manusia, termasuk tanaman yang memenuhi kebutuhan manusia akan makanan.
Sebagian lainnya dijadikan makanan oleh hewan ternak, yang pada gilirannya, hewan ternak itu
pun dikonsumsi oleh manusia dan untuk berbagai keperluan lainnya (Lihat: QS ‘Abasa [80]: 2432.
Realitas demikian, mengharuskan manusia untuk beriman kepada Allah SWT dengan segala
kekuasaan-Nya; termasuk kekuasaan-Nya dalam menghidupkan kembali manusia pada Hari
Kiamat kelak, sebagaimana diberitakan dalam ayat sebelumnya. Jika Allah SWT berkuasa
untuk menurunkan hujan dari langit dan menghidupkan berbagai tanaman di bumi, maka amat
mudah bagi Dia untuk menghidupkan kembali manusia yang sudah mati (Lihat: QS al-A’raf [7]:
57).
Realitas tersebut semestinya mengantarkan manusia untuk mengagungkan kebesaran Allah
SWT, mensyukuri semua kenikmatan-Nya, dan menaati semua perintah dan larangan-Nya.
Sungguh, tidak layak manusia yang berpijak di atas bumi-Nya, dinaungi oleh atap langit-Nya,
minum dengan air yang diturunkan-Nya, dan mengkonsumsi semua makanan yang telah Dia
sediakan, menolak syariah-Nya, bahkan menjadi penentang yang nyata!
m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/03/al-quran-pemutus-haq-dan-batil/
3/6
4. 03/01/14
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Al-Qur’an: Pemutus Haq dan Batil
Kedua: al-Quran sebagai sebagai pembeda, pemisah dan pemutus antaraal-haq dan al-batil.
Hal ini jelas disebutkan dalam firman-Nya: La qawl fashl. Sebagaimana telah dipaparkan, qawl
fashl berarti yang memisahkan dan memutuskan antara yang haq dan yang batil; membedakan
yang terpuji dan tercela, yang halal dan yang haram. Dalam ayat lainnya, al-Quran disebut
sebagai furqân (pembeda antara kebenaran dan kebatilan, lihat QS al-Baqarah [2]: 185.
Selain itu, al-Quran juga diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia (lihat QS al-Baqarah
[2]: 185), menunjukkan ke jalan yang lurus (lihat QS al-Isra’ [17]: 9), menjelaskan segala sesuatu
(lihat QS al-Nahl [16]: 89), obat (lihat QS al-Isra’ [17]: 82, Fushilat [41]: 44), obat terhadap apa
yang tersimpan dalam dada (lihat QS Yunus [10]: 57), rahmat (lihat QS al-Isra’ [17]: 82), dan
kabar gembira kaum Muslim (lihat QS al-Baqarah [2]: 97).
Sebagai pemisah dan pemutus kebenaran dan kebatilan, semua isinya benar; semua perkara
yang diberitakan benar-benar terjadi; termasuk terjadinya hari saat manusia dibangkitkan
kembali dan diadili dalam pengadilan-Nya, adanya neraka yang dipenuhi dengan siksa
mengerikan, dan surga yang berisi berbagai kenikmatakan tiada tara. Semuanya adalah
kebenaran yang harus diyakini.
Demikian pula semua ketentuan hukum di dalamnya. Semuanya merupakan hukum yang adil
dan bijaksana; hukum yang benar-benar mencegah dan membasmi kejahatan, kemungkaran,
dan kedzaliman; hukum terbaik bagi manusia (lihat QS al-Maidah [5]: 50).
Di dalamnya tidak ada keraguan (lihat QS al-Baqarah [2]: 2) sehingga tidak boleh diragukan.
Di dalamnya tidak ada yang batil sehingga tidak boleh diingkari. Mengingkari al-Quran, walau
hanya sebagian, mengantarkan pelakunya pada kekufuran dan kecelakaan. Allah SWT
berfirman:
ْﺗ ْﺑ ُ ﻣن َِﯾَ ﻣن ِﮫ ٌِ ٍٍََْ َُﻘ ل ﻟ ِﻻ ﻣﺎْ ﻗ ل ﻟﻠرِ ْْﻠ ِن رﺑ َذ ْﻔر ة وذ ﻋﻘﺎب
َﻐ
ﻗﺑ
َُﺎ ﯾ
ﺧﻠ ﺗ
ﺑ ﯾد
ﯾ
ِ ََﻗد َ ﱡ ﺳِ ََﱠ ﱠك ﻟ ﻣ
ِ ِ ِ َﺄِ اﻟِ ِ َﯾَِ ِ ْﻔَﻧ
ٍَﻻِﯾﮫَﺎطلْْن ْﮫ وﻻَِْْزﯾل ﻣن ﺣﻛﯾم ﺣﻣﯾد * ﻣَﺎَك إ ََِﯾِ ُل ﻣنِك إ ََُو ٍُِو
* َﻟﯾم
أ
ِ
ٍ
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-Quran ketika al-Quran itu datang kepada
mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya al-Quran itu adalah kitab yang
mulia; yang tidak datang kepada al-Quran itu kebatilan baik dari depan maupun dari
belakangnya; yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji (QS
Fushilat [41]: 42).
Al-Quran bukan dongeng-dongeng orang dulu, yang hanya sekadar sebagai hiburan dan
pelipur lara bagi orang-orang yang suka mendengar dongeng-dongeng. Al-Quran juga bukan
main-main dan senda gurau sehingga patut diremehkan (Lihat: QS al-Waqi’ah [56]: 81).
Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi manusia kecuali mengimani semua beritanya dan
mengamalkan semua hukumnya. Laksana hujan dan aneka tumbuhan, Kitab yang Allah SWT
m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/03/al-quran-pemutus-haq-dan-batil/
4/6
5. 03/01/14
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Al-Qur’an: Pemutus Haq dan Batil
turunkan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tatkala isinya diterapkan
secara kaffah akan menciptakan kebahagiaan dan kehidupan penuh berkah. Sebaliknya,
menolak al-Quran hanya akan mendatangkan kerugian, kesengsaraan, penderitaan, dan
kehancuran di dunia, terlebih di akhirat.
WalLâh a’lam bi ash-shawâb. [Ust. Rokhmat S. Labib, M.E.I.]
Catatan kaki:
1
Az-Zuhaili, At-Tafsîr al-Munîr, vol. 30 (Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu’asir, 1998), 180.
2
Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur‘ân, vol. 20 (Kairo: Dar al-Kitab al-Mishriyyah,
1964), 10.
3
Az-Zamakhsyari, Al-Kasysyâf, vol. 4 (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1987), 736.
4
Asy-Syaukani, Fat-h al-Qadîr, vol. 5 (Damaskus: Dar Ibnu Katsir, 1994), 510.
5
Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur‘ân, vol. 24 (tt: Muassasah al-Risalah, 2000),
360.
6
Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, vol. 20, 10.
7
An-Nasafi, Madârik at-Tanzîl wa Haqâiq at-Ta‘wîl, vol. 3 (Bairut: Dar al-Kalim al-Thayyib,
1998), 628; al-Baghawi, Ma’âlim at-Tanzîl fî Tafsîr al-Qur’ân, vol. 8 (tt: Dar Thayyibah, 1997),
395; as-Samarqandi, Bahr al-‘Ulûm, vol. 3, 569.
8
Asy-Syaukani, Fat-h al-Qadîr, vol. 5, 511.
9
Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, vol. 20, 10.
10
Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, vol. 20, 10.
11
369.
Ibnu Katsir, Tasîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, vol. 8 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999),
12
Asy-Syaukani, Fat-h al-Qadîr, vol. 5, 511.
13
Asy-Syaukani, Fat-h al-Qadîr, vol. 5, 511; Ibnu ‘Athiyah, Al-Muharrar al-Wajîz, vol. 5
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2001), 467; as-Samarqandi, Bahr al-‘Ulûm, vol. 3, 569; alBaidhawi, Anwâr at-Tanzîl wa Asrâr at-Ta`wîl, vol. 5 (Beirut: Dar Ihya` al-Turats al-‘Arabi, 1998),
304; az-Zuhaili, At-Tafsîr al-Munîr, vol. 30, 180.
14
l-Asfahani, Al-Mufradât fî Gharîb al-Qur’ân (Damaskus: Dar al-Qalam, 1992), 638.
m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/03/al-quran-pemutus-haq-dan-batil/
5/6
6. 03/01/14
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Al-Qur’an: Pemutus Haq dan Batil
15
Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, vol. 20, 10.
16
Asy-Syaukani, Fat-h al-Qadîr, vol. 5, 511.
17
Az-Zamakhsyari, Al-Kasysyâf, vol. 4, 737; al-Alusi, Rûh al-Ma’ânî,vol. 15 (Beirut: Dar alKutub al-‘Ilmiyyah, 1995), 311.
18
511
Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, vol. 20, 11; asy-Syaukani,Fat-h al-Qadîr, vol. 5,
19
Ibnu ‘Athiyah, Al-Muharrar al-Wajîz, vol. 5, 467.
20
Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân, vol. 24, 362.
21
Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta‘wîl al-Qur’ân, vol. 24, 362.
22
Az-Zuhaili, At-Tafsîr al-Munîr, vol. 30.
Baca juga :
1.
2.
3.
4.
5.
Bencana Alam: Akibat Maksiat dan Sistem yang Batil
Pertarungan Haq dan Batil
Persidangan Habib Rizieq & Munarman: Pergulatan Antara Haq dan Batil
Hizbut Tahrir Indonesia: Pasar Saham Transaksi Batil, Harus Ditutup Selamanya
Press Realase HT Pakistan: Mustahil Mewujudkan Keadilan Melalui Sistem Peradilan
Yang Batil Warisan Inggris
m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/03/al-quran-pemutus-haq-dan-batil/
6/6