Gus Uwik mengkritik kebijakan pemerintah yang menaikkan harga elpiji secara tiba-tiba dari Rp85.000 menjadi Rp140.000 per tabung. Ia menilai kebijakan ini sangat dzalim dan memberatkan masyarakat. Menurut Gus Uwik, seharusnya pemerintah melayani masyarakat dengan menyediakan energi secara gratis atau harga yang sangat murah sesuai ajaran Islam.
Materi dan contoh kasus kesenjang sosial.
Kemunculan masalah tersebut ditandai dengan beberapa faktor, yakni:
Meningkatnya jumlah penduduk tanpa adanya pengendalian
Faktor urbanisasi individu tanpa ada rencana sebelumnya, sehingga terpaksa menetap di kawasan tersebut karena biayanya yang murah.
Tingkat kesejahteraan penduduk yang timpang dan pemanfaatan tenaga kerja yang tidak merata.
Dampak globalisasi berupa diferensiasi sosial atau seleksi alam yang menyebabkan munculnya kesenjangan sosial.
Terjadinya sentralisasi ekonomi di perkotaan yang menyebabkan hanya wilayah-wilayah tertentu yang digunakan sebagai pusat perekonomian.
Materi dan contoh kasus kesenjang sosial.
Kemunculan masalah tersebut ditandai dengan beberapa faktor, yakni:
Meningkatnya jumlah penduduk tanpa adanya pengendalian
Faktor urbanisasi individu tanpa ada rencana sebelumnya, sehingga terpaksa menetap di kawasan tersebut karena biayanya yang murah.
Tingkat kesejahteraan penduduk yang timpang dan pemanfaatan tenaga kerja yang tidak merata.
Dampak globalisasi berupa diferensiasi sosial atau seleksi alam yang menyebabkan munculnya kesenjangan sosial.
Terjadinya sentralisasi ekonomi di perkotaan yang menyebabkan hanya wilayah-wilayah tertentu yang digunakan sebagai pusat perekonomian.
Sesungguhnya semua perbuatan itu tergantung dari niatnya
Gus uwik harga elpiji melambung, pemerintah dzalim
1. 06/01/14
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Gus Uwik : Harga Elpiji Melambung, Pemerintah Dzalim
Gus Uwik : Harga Elpiji Melambung, Pemerintah Dzalim
January 5th, 2014 by kafi
Kenaikan harga yang tiba-tiba
serta mendadak pada elpiji 12 kg
sungguh membuat sebagian besar
masyarakat dan pengusaha kelas
kecil/menengah bereaksi terkagetkaget dan keberatan. Sebab
kenaikan harga dari 85 ribu/tabung
menjadi 140 ribu/tabung jelas
mencekik.
“Kenaikan ini jelas kebijakan yang
dzalim. Ini kado menyakitkan di
tahun baru bagi masyarakat,”
tegasnya.
Oleh karena itu, tokoh muda bogor ini mendesak pemerintah menghentikan dan membatalkan
kenaikan sumber energi kebutuhan pokok rakyat tersebut.
Menurut HTI, penaikan harga gas tersebut sangat semena-mena, karena menaikkan harga
dalam situasi sulit seperti ini akibat penaikan harga BBM, padahal sebelumnya pemerintah
juga memaksa rakyat Indonesia untuk berpindah dari konsumsi minyak tanah ke gas.
“Ini keputusan yang sangat dzalim yang dilakukan oleh perusahaan milik negara. Pemerintah
yang seharusnya melayani masyarakat justru sebaliknya. Karena itu pemerintah harus
menghentikan dan membatalkan kenaikan harga kebutuhan pokok rakyat ini. Karena ini
berdampak sangat serius pada peningkatan beban rakyat,” tegas Gus Uwik.
Menurut Gus Uwik lagi, penaikan harga gas dan hajat hidup orang banyak yang semena-mena
dan terus berulang lantaran negara mengatur masyarakat itu seperti hubungan pembeli dan
penjual.
Apalagi kemudian seolah-olah Pertamina dilepas dengan alasan bisnis merugi sekian triliun
kemudian dibenarkan untuk menaikan harga dengan semena-mena.
Oleh karena itu, Gus Uwik menegaskan lagi, semestinya hubungan antara pemerintah dengan
rakyat itu pelayanan.
Sehingga pemerintah melayani rakyat. Jadi tidak ada istilah rugi di sini. Lagi pula gas itu kan
m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/05/gus-uwik-harga-elpiji-melambung-pemerintah-dzalim/
1/3
2. 06/01/14
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Gus Uwik : Harga Elpiji Melambung, Pemerintah Dzalim
milik rakyat. Lalu pemerintah diwajibkan mengelola kok bilang rugi.
“Ini adalah pola-pola kapitalis, rakyat yang sebagai pemilik gas itu diposisikan sebagai
pembeli,” pungkasnya.
Kondisi ini jelas akan berdampak secara langsung terhadap 221.072 warga miskin kota
Bogor. Mereka akan semakin terhimpit oleh beban berat kehidupan. Para kapitalis tentu akan
menaikkan harga-harga produksinya yang pasti akan sangat berpengaruh pada beban hidup
masyarakat.
“Maka jangan disalahkan jika angka kriminalitas di kota bogor nanti bisa dimungkinkan akan
meningkat pesat. Angka perceraian juga meningkat dan penyakit sosial lainnya. Dari sekian
banyak survei menjelaskan, tingkat kriminalitasn perceraian, dll akan berbanding lurus dengan
semakin meningkatnya bebas ekonomi akibat naiknya harga barang-barang,” jelasnya.
Padahal, menurut Gus Uwik, di dalam Islam seluruh masyarakat, baik muslim maupun non
muslim berserikat dalam sektor energi.
Artinya, sektor energi tidak boleh di liberalisasi dan di kapitalisasi. Energi harus di kelola oleh
negara untuk kemakmuran masyarakat.
Negara harus menggratiskan seluruh biaya yang berkait dengan layanan energi. Kalaupun ada
biaya akibat proses produksi maka hanya harga itulah yang dibebankan pada masyarakat
bukan untuk mencari keuntungan.
“Di dalam hadist disebutkan mengambil harga dari energi adalah haram. Artinya negara wajib
menyediakan layanan energi, seperti listrik, gas, dll gratis, tidak di pungut biaya atau kalau pun
ada biaya dengan harga yang sangat murah,” tegas Gus Uwik.
Oleh karena itu, menurut Gus Uwik karena sistem yang diterapkan di Indonesia adalah
kapitalisme yang ‘menghalalkan’ liberalisasi sektor migas. Akhirnya energi menjadi barang
yang susah dan mahal.
Indonesia akan tercukupi kebutuhan energinya jika dikelola secara syariah dalam bingkai
khilafah. (bogorplus.com, 5/1/2014)
Baca juga :
1.
2.
3.
4.
5.
Naikkan Harga BBM Subsidi, Pemerintah Dzalim
Arim: “Pemerintah hanya Pikirkan Cara Naikkan Harga Elpiji”
Kenaikan Harga Elpiji Bakal Dorong Inflasi
Hizbut Tahrir Indonesia Tolak Kenaikan Harga Elpiji
[FOTO] Aksi HTI Tolak Kenaikan Harga Elpiji: “Elpiji Naik, Rakyat Tercekik”
m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/05/gus-uwik-harga-elpiji-melambung-pemerintah-dzalim/
2/3
3. 06/01/14
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Gus Uwik : Harga Elpiji Melambung, Pemerintah Dzalim
m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/05/gus-uwik-harga-elpiji-melambung-pemerintah-dzalim/
3/3