Dokumen ini membahas tentang gagal ginjal kronis, penyebabnya seperti infeksi, diabetes, batu ginjal, konsumsi berlebihan minuman dan obat-obatan, gejalanya seperti sering buang air kecil, pembengkakan tubuh, lesu dan pucat, serta pengobatannya seperti cuci darah, transplantasi ginjal, dan pencegahannya dengan menghindari minuman beralkohol dan soda serta jamu yang tidak legal.
Dokumen tersebut membahas beberapa penyakit yang sering dialami oleh lansia seperti rematik, asam urat, hipertensi, diabetes, dan gastritis. Untuk setiap penyakit dijelaskan pengertian, penyebab, gejala, dan diet yang dianjurkan.
Tatalaksana Kegawat Daruratan Di Bidang Neurologi Pada Fasilitas Pelayanan Pr...Dokter Tekno
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan kegawatdaruratan di bidang neurologi pada fasilitas pelayanan primer, termasuk kriteria rujukan dan penatalaksanaan untuk kondisi seperti kejang demam, vertigo, delirium, tetanus, rabies, epilepsi, status epileptikus, migren, bells' palsy dan tension headache.
Dokumen ini membahas tentang gagal ginjal kronis, penyebabnya seperti infeksi, diabetes, batu ginjal, konsumsi berlebihan minuman dan obat-obatan, gejalanya seperti sering buang air kecil, pembengkakan tubuh, lesu dan pucat, serta pengobatannya seperti cuci darah, transplantasi ginjal, dan pencegahannya dengan menghindari minuman beralkohol dan soda serta jamu yang tidak legal.
Dokumen tersebut membahas beberapa penyakit yang sering dialami oleh lansia seperti rematik, asam urat, hipertensi, diabetes, dan gastritis. Untuk setiap penyakit dijelaskan pengertian, penyebab, gejala, dan diet yang dianjurkan.
Tatalaksana Kegawat Daruratan Di Bidang Neurologi Pada Fasilitas Pelayanan Pr...Dokter Tekno
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan kegawatdaruratan di bidang neurologi pada fasilitas pelayanan primer, termasuk kriteria rujukan dan penatalaksanaan untuk kondisi seperti kejang demam, vertigo, delirium, tetanus, rabies, epilepsi, status epileptikus, migren, bells' palsy dan tension headache.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan kontrol pengatur didalam tubuh, penyakit ginjal, atau penggunaan obat-obatan. Usia merupakan faktor resiko utama karena elastisitas pembuluh darah menurun seiring bertambahnya usia. Gejala hipertensi antara lain sakit kepala dan gangguan penglihatan. Hipertensi berisiko menyebabkan stroke, kerusak
Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi PERHI 2019 membahas beberapa hal penting yaitu:
1. Tetap menggunakan definisi hipertensi TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90 mmHg
2. Mencapai target TD lebih rendah dari sebelumnya tetapi tidak <120/70 mmHg
3. Melakukan evaluasi risiko kardiovaskular dan organ target serta penapisan hipertensi sekunder
Dokumen tersebut merangkum tentang penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE). SLE adalah penyakit autoimun multifaktor yang menyerang berbagai organ tubuh. Gejala SLE bervariasi untuk setiap pasien dan dapat meliputi ruam pada wajah, nyeri otot dan sendi, serta kerusakan ginjal, jantung, dan organ lain. Diagnosa SLE didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium seperti tes ANA dan komplemen rendah. Pengob
Dokumen ini memberikan panduan dasar tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang meliputi tindakan utama pada kondisi henti jantung dan henti nafas, prinsip 3A (Aman Penolong, Aman Pasien, Aman Lingkungan), penilaian kesadaran menggunakan skala RESPON (Respons, Nyeri, Tidak Responsif), pemeriksaan nadi karotis, kompresi dada 30:2, pembukaan saluran napas, dan tindakan selanjut
Tatalaksana Gagal Jantung Akut ( Acute Heart Failure Update)Isman Firdaus
Dr. Isman Firdaus memiliki berbagai spesialisasi kardiologi dan pengalaman kerja sebagai konsultan kardiologi intensif di beberapa rumah sakit. Dokumen ini membahas tentang gagal jantung akut, meliputi definisi, patofisiologi, faktor pemicu, gejala klinis, penilaian profil hemodinamik, dan algoritme penatalaksanaan cepat.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga kasus medis yaitu bradikardia, hiperkalemia, dan sepsis. Dokumen tersebut memberikan definisi, penyebab, gejala klinis, dan penatalaksanaan untuk ketiga kondisi medis tersebut."
Anemia merupakan penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah eritrosit atau hemoglobin di dalam darah. Dokumen menjelaskan definisi, epidemiologi, fisiologi eritrosit, manifestasi klinis, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan berbagai jenis anemia seperti anemia defisiensi besi, anemia penyakit kronis, anemia megaloblastik, dan anemia hemolitik.
1. Pasien laki-laki 85 tahun datang dengan keluhan sesak napas dan batuk berdahak. Hasil pemeriksaan menunjukkan asidosis respiratorik.
2. Aplikasi SMART PULMO digunakan untuk menginterpretasikan gangguan asam basa pasien secara komprehensif dengan menilai status pH, gangguan primer respiratori atau metabolik, kompensasi sistem, dan penyebab gangguan.
3. Interpretasi menggunakan pendekatan kombinasi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan kontrol pengatur didalam tubuh, penyakit ginjal, atau penggunaan obat-obatan. Usia merupakan faktor resiko utama karena elastisitas pembuluh darah menurun seiring bertambahnya usia. Gejala hipertensi antara lain sakit kepala dan gangguan penglihatan. Hipertensi berisiko menyebabkan stroke, kerusak
Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi PERHI 2019 membahas beberapa hal penting yaitu:
1. Tetap menggunakan definisi hipertensi TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90 mmHg
2. Mencapai target TD lebih rendah dari sebelumnya tetapi tidak <120/70 mmHg
3. Melakukan evaluasi risiko kardiovaskular dan organ target serta penapisan hipertensi sekunder
Dokumen tersebut merangkum tentang penyakit sistemik lupus eritematosus (SLE). SLE adalah penyakit autoimun multifaktor yang menyerang berbagai organ tubuh. Gejala SLE bervariasi untuk setiap pasien dan dapat meliputi ruam pada wajah, nyeri otot dan sendi, serta kerusakan ginjal, jantung, dan organ lain. Diagnosa SLE didukung oleh hasil pemeriksaan laboratorium seperti tes ANA dan komplemen rendah. Pengob
Dokumen ini memberikan panduan dasar tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang meliputi tindakan utama pada kondisi henti jantung dan henti nafas, prinsip 3A (Aman Penolong, Aman Pasien, Aman Lingkungan), penilaian kesadaran menggunakan skala RESPON (Respons, Nyeri, Tidak Responsif), pemeriksaan nadi karotis, kompresi dada 30:2, pembukaan saluran napas, dan tindakan selanjut
Tatalaksana Gagal Jantung Akut ( Acute Heart Failure Update)Isman Firdaus
Dr. Isman Firdaus memiliki berbagai spesialisasi kardiologi dan pengalaman kerja sebagai konsultan kardiologi intensif di beberapa rumah sakit. Dokumen ini membahas tentang gagal jantung akut, meliputi definisi, patofisiologi, faktor pemicu, gejala klinis, penilaian profil hemodinamik, dan algoritme penatalaksanaan cepat.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga kasus medis yaitu bradikardia, hiperkalemia, dan sepsis. Dokumen tersebut memberikan definisi, penyebab, gejala klinis, dan penatalaksanaan untuk ketiga kondisi medis tersebut."
Anemia merupakan penyakit yang ditandai dengan penurunan jumlah eritrosit atau hemoglobin di dalam darah. Dokumen menjelaskan definisi, epidemiologi, fisiologi eritrosit, manifestasi klinis, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan berbagai jenis anemia seperti anemia defisiensi besi, anemia penyakit kronis, anemia megaloblastik, dan anemia hemolitik.
1. Pasien laki-laki 85 tahun datang dengan keluhan sesak napas dan batuk berdahak. Hasil pemeriksaan menunjukkan asidosis respiratorik.
2. Aplikasi SMART PULMO digunakan untuk menginterpretasikan gangguan asam basa pasien secara komprehensif dengan menilai status pH, gangguan primer respiratori atau metabolik, kompensasi sistem, dan penyebab gangguan.
3. Interpretasi menggunakan pendekatan kombinasi
CV Yudi Elyas menunjukkan pengalaman kerja 14 tahun sebagai supervisor ruang ICU dan rawat jantung. Ia memiliki latar belakang pendidikan strata satu keperawatan dan pelatihan khusus ICU jantung. Yudi aktif dalam organisasi keperawatan dan menjadi instruktur BLS serta ACLS.
DRK RUANGAN PICU RSUP Dr.HASAN SADIKIN BANDUNG memberikan penjelasan tentang konsep dasar, nilai normal, interpretasi, dan contoh soal interpretasi analisis gas darah (AGD) yang membahas pH, CO2, HCO3, dan BE dalam mendeteksi gangguan keseimbangan asam basa."
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai interpretasi hasil analisis gas darah (AGD) dan penatalaksanaan gangguan asam basa pada pasien ICU. Secara singkat, dokumen menjelaskan tentang nilai normal AGD, aturan dasar interpretasi AGD, jenis-jenis gangguan asam basa, dan tindakan yang harus dilakukan perawat kritis terkait manajemen pasien dengan gangguan keseimbangan asam basa.
Rangkuman protab interna penyakit dalam Rangkuman protab interna penyakit dalam Rangkuman protab interna penyakit dalam Rangkuman protab interna penyakit dalam Rangkuman protab interna penyakit dalam Rangkuman protab interna penyakit dalam Rangkuman protab interna penyakit dalam Rangkuman protab interna penyakit dalamRangkuman protab interna penyakit dalam Rangkuman protab interna penyakit dalam
Dokumen tersebut merangkum tentang analisis gas darah, meliputi definisi, tujuan, indikasi, kontraindikasi, parameter yang diukur, prosedur pemeriksaan, hasil normal, keseimbangan asam basa, penyebab acidemia dan alkalosis, serta kondisi-kondisi penyakit yang dapat menyebabkan perubahan gas darah.
Keasaman at kebasaan larutan tergantung ion hidrogen yg dikandung.
Peningkatan kadar H⁺ akan menurunkan pH shg larutan jd asam
Penurunan kadar H⁺ akan meningkatkan pH shg larutan jd basa.
Dokumen tersebut membahas tentang keseimbangan asam basa tubuh, yang merupakan homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh. Terjadi gangguan jika pH darah di luar rentang 7,35-7,45 yang dapat menyebabkan asidosis atau alkalosis. Tubuh menggunakan mekanisme ginjal, penyangga pH, dan pembuangan karbondioksida untuk menjaga keseimbangan. Kelainan pada mekanisme ini dapat menyebabkan asidosis atau alk
Dokumen ini membahas analisis pH dan gas darah untuk mengetahui status asam basa dan oksigen seseorang. Ia menjelaskan prinsip, alat, dan interpretasi hasil pemeriksaan termasuk proses kompensasi gangguan asam basa. Dokumen ini juga memberikan contoh kasus gangguan keseimbangan asam basa.
Tubuh senantiasa berupaya mempertahankan
pH darah, tetap konstan pada pH 7,4
pH = - log [H+] maka; pH = sangat tergantung dari [H+]; untuk mencapai pH=7,4 maka [H+] harus sangat rendah 0,000.004 mEq = 40 nEq; tanpa sistim buffer tubuh, pH darah tidak mungkin dapat dipertahankan; orang dewasa setiap harinya menghasilkan
Ringkasan:
1. Dokumen tersebut membahas tentang analisis gas darah (AGD) atau Blood Gas Analysis (BGA), termasuk interpretasi nilai-nilai AGD dan mekanisme kompensasi tubuh untuk menjaga keseimbangan asam basa.
2. Ada beberapa parameter utama yang dinilai dalam AGD seperti pH, pCO2, HCO3, untuk mengidentifikasi kelainan primer secara respiratori atau metabolik.
3. Tubuh akan berkompensasi dengan men
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
5. Respirasi
Hiperventilasi
Penurunan kekuatan otot nafas dan
menyebabkan kelelahan otot
Sesak
Metabolik
Peningkatan kebutuhan metabolisme
Resistensi insulin
Menghambat glikolisis anaerob
Penurunan sintesis ATP
Hiperkalemia
Peningkatan degradasi protein
Otak
Penghambatan metabolisme dan regulasi
volume sel otak
Koma
Kardiovaskular
Gangguan kontraksi otot jantung
Dilatasi Arteri,konstriksi vena, dan
sentralisasi volume darah
Peningkatan tahanan vaskular paru
Penurunan curah jantung, tekanan darah
arteri, dan aliran darah hati dan ginjal
Sensitif thd reentrant arrhythmia dan
penurunan ambang fibrilasi ventrikel
Menghambat respon kardiovaskular
terhadap katekolamin
6. Kardiovaskular
Konstriksi arteri
Penurunan aliran darah koroner
Penurunan ambang angina
Predisposisi terjadinya supraventrikel dan ventrikel aritmia yg
refrakter
Respirasi
Hipoventilasi yang akan menjadi hiperkarbi dan hipoksemia
Metabolic
Stimulasi glikolisis anaerob dan produksi asam organik
Hipokalemia
Penurunan konsentrasi Ca terionisasi plasma
Hipomagnesemia and hipophosphatemia
Otak
Penurunan aliran darah otak
Tetani, kejang, lemah delirium dan stupor
15. Intepretasi hasil PaCO2 terhadap status ventilasi
PaCO2 Darah Status
Ventilasi
>45 mmHg Hiperkapnia Hipoventilasi
35-45 mmHg Eukapnia Normal
< 35 mmHg Hipokapnia Hiperventilasi
16. PaO2 kurang dari normal : hipoksemia.
P(A-a)O2 > 25 : Gangguan difusi (kecuali
dengan oksigen 100%).
16
17. Tabel 2. Daftar kemungkinan penyebab hipoksemia.
Penyebab PaO2 P(A-a)O2 SaO2 CaO2
Respiratorik:
Pirau kanan Š kiri.
Imbalans ventilasi-perfusi.
Gangguan difusi.
Hipoventilasi
Turun
Turun
Turun
Turun
Naik
Naik
Naik
Normal
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Nonrespiratorik:
Pirau kanan-kiri.
Dataran tinggi
Ruang hampa udara
Anemia.
Keracunan CO.
Methemoglobinemia
Turun
Turun
Turun
Normal
Normal
Normal
Naik
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
Turun
19. pH PaCO2 HCO3
- BE
Asidosis Respiratorik N N
Alkalosis Respiratorik N N
Asidosis Metabolik N
Alkalosis Metabolik N
20. pH PaCO2 HCO3
- BE
Asidosis Respiratorik dg
kompensasi sebagian
Alkalosis Respiratorik dg
kompensasi sebagian
Asidosis Metabolik dg
kompensasi sebagian
Alkalosis Metabolik dg
kompensasi sebagian
21. pH PaCO2 HCO3
- BE
Asidosis Respiratorik dg
kompensasi penuh
N
Alkalosis Respiratorik dg
kompensasi penuh
N
Asidosis Metabolik dg
kompensasi penuh
N
Alkalosis Metabolik dg
kompensasi penuh
N
25. Lihat pH:
< 7.35 : asam (asidosis)
> 7.45 : basa (alkalosis)
25
26. Lihat PaCO2 (Respiratorik)
Apakah perubahan sesuai arah pH.
Bila PaCO2 asam (>45 mmHg) dan pH menurun :
Asidosis respiratorik.
Bila PaCO2 basa (<35 mmHg) dan pH naik : Alkalosis
respiratorik.
26
27. Lihat SBE (Metabolik).
Apakah perubahan sesuai arah pH.
SBE negatif, pH turun : Asidosis metabolik.
SBE positif, ph naik : Alkalosis metabolik.
27
28. Lihat berat ringan kelainan.
28
Gangguan Derajat PaCO2 (mm Hg) SBE (mEq/L)
Alkalosis Sangat berat
Berat
Sedang
Ringan
< 18
18 – 25
25 – 30
30 - 35
< 13
13 – 9
9 – 6
6 - 2
Normal Normal 35 - 45 2 s/d -2
Asidosis Ringan
Sedang
Berat
Sangat berat
45 – 50
50 – 55
55 - 62
> 62
-2 s/d -6
- 6 s/d -9
-9 s/d – 13
< - 13
29. Lihat Kompensasi:
Perubahan pH, PaCO2, SBE searah :tidak ada
kompensasi.
3 SBE vs 5 PaCO2 (Kompensasi penuh).
29
30. Jenis kelainan Kelainan primer Kompensasi Target kompensasi
Asidosis respiratorik PaCO2 meningkat HCO3
- meningkat Akut: 1 mEq/L
setiap peningkatan
10 mm Hg PaCO2.
Kronik: 4 mEq/L.
Alkalosis
respiratorik
PaCO2 menurun HCO3
- menurun Akut: 2 mEq/L
setiap penurunan 10
mmHg PaCO2.
Kronik : 5 mEq/L
Asidosis metabolik HCO3
- menurun PaCO2 menurun 1.5[HCO3
-] + 8
Alkalosis metabolik HCO3
- meningkat PaCO2 meningkat 0,5 -1 mmHg setiap
kenaikan[HCO3
-]
dari normal
32. pH asam (asidosis).
PaCO2 asam ( asidosis respiratorik).
SBE asam (asidosis metabolik).
Kompensasi tidak ada karena searah.
Asidosis respiratorik (berat) dengan asidosis
metabolik (ringan).
Lihat kasus.
32
33. pH asam (asidosis).
PaCO2 asam (asidosis respiratorik)
SBE +7 mEq/L (alkalosis metabolik)
Kompensasi ada: perubahan PaCO2 dan SBE tidak
searah.
Besar kompensasi bila penuh:untuk kenaikan PaCO2
20 mmHg dibutuhkan SBE = 3/5 x 20 = 12 mEq/L.
Pada kasus SBE 7 jadi kompensasi tidak penuh.
Kesimpulan: Asidosis respiratorik (berat) dengan
kompensasi alkalosis metabolik (sedang).
Padankan dengan klinis
33
35. Contoh pH 7.2 :
1. PaCO2 64 mm Hg dan BE 0 mEg/L.
2. PaCO2 52 mm Hg dan BE - 6 mEg/L.
3. PaCO2 40 mm Hg dan BE -12 mEg/L.
4. PaCO2 28 mm Hg dan BE -18 mEg/L.
35
37. Kenaikan PaCO2 =64-40 = 24.
Setara dengan penurunan pH 0,2.
Jadi pH = 7,4 - 0,2 = 7,2. (tdk sesuai contoh).
Ada kompensasi (penambahan) pH :0,1 untuk
menjadi pH 7,3. Dari SBE +6.
Kesimpulan asidosis respiratorik dengan
kompensasi alkalosis metabolik.
37
38. Penurunan PaCO2 =40-28 = 12.
Setara dengan kenaikan pH 0,1.
Jadi pH = 7,4 + 0,1 = 7,5 (tdk sesuai contoh).
pH contoh jauh lebih asam (7,3 vs 7,5) artinya
penyebab primer adalah asidosis metabolik
dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
38
39. Mencari penyebab (Unmeasured Anion)
Hitung Anion Gap (corrected),
Strong Ion Gap (SIG)
Base Excess Gap (BEG)
39
40. 40
Senjang anion meningkat Senjang anion normal
Asidosis laktat
Ketoasidosis
Uremia
Toksin (metanol, salisilat, glikol
etilen dan glikol propilen)
Diare
Gagal ginjal
Asidosis tubulus ginjal
Diare
Keracunan toluen
Hiperalimentasi
41. 41
Asidosis metabolik AG meningkat
Asidosis AG normal
Na
K Cl
AG
HCO-
3
AG = 8 - 16
25
105
145
Normal
Na
K Cl
HCO-
3
AG
15
115
145
= 15 (normal)
Na
K
Cl
HCO-
3
AG/
Other
anion
= 25
15
105
(normal)
145
HCO3
- decreases and replaced by Cl- so
there is a Cl- shift :Eg. Diarrhea
HCO3
- decreases and replaced by anions
other than Cl so no Cl- shift: Eg.renal
failure and diabetic keto-acidosis
Asidosis metabolik
HCO3
-
42. 42
Na+
K+ 4
Ca++
Mg++
Cl-
HCO3
-
KATION ANION
SIDa
STRONG ION GAP
= [Na+] + [K+] + [Mg++] + [Ca++] - [Cl-] – [Lactate-]
Lactate
A-
= 12.2×pCO2/(10-pH )+10×[alb]×(0.123×pH–0.631) +[PO4
–]×(0.309×pH–0.469)
SIDe
SIG = SIDa – SIDe Normal value = zero
Jika SIG > 0 terdapat
SIG
UA
Kellum JA, Kramer DJ, Pinsky MR ,J Crit Care 1995,10:51--55.
43. Kelainan asam
basa
HCO3
(mEq/L)
PaCO2
(mmHg)
SBE
(mEq/L)
Asidosis
metabolik
< 22 (1.5 x HCO3) + 8
atau
40 + SBE
< -5
Alkalosis
metabolik
> 26 (0.7 x HCO3) -24
atau
40 + (0.6 x SBE)
> +5
Asidosis
respiratorik akut
[(PaCO2 – 40)/10] + 24 > 45 0
Asidosis respira-
torik kronik
[(PaCO2 – 40)/3] + 24 > 45 0.4 x (PaCO2 – 40)
Alkalosis
repiratorik akut
24-[(40-PaCO2)/5] < 35 0
Alkalosis respira-
torik kronik
24-[(40 - PaCO2)/2] < 35 0.4 x (PaCO2-40)
44. ♀, 6 bulan, BB 6.5 kg
KU : sesak napas 2 jam sebelum masuk rumah sakit
(SMRS)
RPD : Atresia bilier + sirosis hepatis sejak usia 3 bulan.
RPS : ISK 4 hari antibiotik oral
PF : CM, sesak +, retraksi interkostal, FN 110/menit, FP
48/menit, suhu normal
Th/ : O2 nasal 2 liter /menit
Hasil AGD : pH 7,493 pCO2 26,5 pO2 215,6
HCO3 20,5, BE -3 mmol/L , saturasi 99,7%
Na 123 mEq/L K 1,3 mEq/L Cl 105 mEq/L.
45. Anak laki-laki, usia 8 bulan, BB 6 kg, kejang 10 menit
SMRS, demam 1 hari. Riwayat VP shunt ec hidrosefalus
2 bulan sebelumnya. Kejang berhenti dengan pemberian
diazepam supositoria 5 mg. Pada pemeriksaan fisik
GCS 13, sesak, sesak, retraksi epigastrium dan nasal
cuping hidung, nadi 170/menit, isi cukup, napas
68/menit, suhu 40 C, saturasi 89% (tanpa oksigen), anak
spastic, terdapat spina bifida di daerah lumbosakral.
Oksigen diberikan 1 L/menit nasal kanul dan dilakukan
pemeriksaan AGD dengan hasil : 7,468 pCO2 20,5
mmHg pO2 72.3 mmHg HCO3 15 mmHg, BE -6.7
mmol/L saturasi 95%% Natrium 139 mEq/L Kalium
3,59 mEq/L Klorida 108 mEq/L.
46. Anak laki-laki, 2 tahun, BB 10 kg, sesak napas 2 jam
SMRS. Pasien mengalami diare 7x/hari, cair lebih
banyak dari ampas, makan berkurang disertai dengan
demam yang tidak terlalu tinggi. Pada pemeriksaan fisik
anak lemah dan pucat, tidak menangis, TD 90/60
mmHg, nadi 148/menit, lemah, napas 44/menit, suhu 38
C, akral dingin dengan perfusi kurang. Pasien dipasang
oksigen nasal 2 L/menit dan di loading cairan 20 ml/kg
secepatnya. Pasca loading (total 40 ml/kg) pasien masih
terlihat sesak, dan dilakukan pemeriksaan analisis gas
darah dengan hasil : pH 7,037 pCO2 12,9 mmHg
pO2 153 mmHg HCO3 10 mmHg, BE -3 mmol/L
saturasi 94.5% Natrium 122,9 mEq/L Kalium 4,7
mEq/L Klorida 89 mEq/L.
51. Whole blood buffer base (BB), defined as the sum of
bicarbonate [HCO3
-] & nonvolatile buffer anions (A-)
The change in BB from "normal" was called delta BB (∆BB).
This change in BB was an expression of the non-respiratory
(metabolic) component of an acid-base disturbance.
51
Singer RB, Hastings AB: An improved clinical method for the estimation of disturbances of the
acid-base balance of human blood. Medicine (Baltimore) 1948; 27:223-242
Introduced the concept of buffer base [BB]
[BB] = [HCO3
-] + [A-]
This was the first approximation to base excess
52. 52
[HCO
3
-
]
PCO2 = 80 40
20
pH
7.0 7.2 7.4 7.6 7.8
10
20
30
40
50
Asidosis
Metabolik
Negative value
Base deficit
Alkalosis
Metabolik
Positive value
Base excess
Base Excess/
Base Deficit
Normal
53. 53
Na+
140
K+ 4
Ca++
Mg++
Cl-
100
HCO3
A-
Buffer base = SID = HCO3
- + A-
SID secara tidak langsung mengukur (HCO3
- and A-)
Singer & Hasting, 1948 delta Buffer base = BE
(expected bila pH = 7.4 and pCO2 = 40)
Perubahan pada [Na+], [Cl-] or [Alb-] dari normal akan
menyebabkan terjadinya base excess or deficit…
Cl-
112
A-
HCO3
-
BECl (-)
Buffer
Basea
Siggaard-Andersen O, Fogh-Andersen N:Acta Anaesthesiol Scand 39(Suppl107):123-128, 1995
Buffer Basea - Expected buffer base
BECl =
54. BEG = SBE - CBE
CBE = BESID + BEalb
BESID = (Na - Cl) = 38.
BEalb = 0,25 (42 - albumin g/dL).
54
D. A. Story, H. Morimatsu and R. Bellomo . British Journal of Anaesthesia, 2004, Vol. 92,
55. 55
7.42 / 35 / 100 / -2 / 21 ;
(a) BE = - 2
(b) SID efect = (140-102) – 38 = 38 – 38 = 0
(c) Albumin effect
0.25 (42 – 18) = 6
UA = - 2 – [(0) + (6)] = - 8
Na 140; Cl 102; Alb 1.8
Menurut H-H normal
CONTOH KASUS
56. Langkah 1 : Grogono 1 atau 2.
Langkah 2 :
Apakah UA penyebab?.
a. AG : N : Hiperkloremik AM, Diare, ATN.
> N : UA : Laktat, keton, dll.
b. Laktat > N
Gangguan Sirkulasi: Syok, Hipovolemi, CO
Sirkulasi N: Keracunan biguanid,etilen glikol.
c. Gula darah dan keton.
Meningkat : DKA.
Normal : Starvation, keracunan alkohol.
d. Periksa fungsi ginjal : GGA.
56
57. HAL 74, 3 baris dari bawah.
57
Nilai PAO2 juga tergantung dari tekanan barometer atmosfir (PB), tekanan parsial air di
alveolus (PH2O), fraksi oksigen inspirasi (FiO2), dan tekanan parsiel karbondioksida arteri
(~alveolus) dengan rumus:
PAO2 PB PH2O
FiO2 PaCO2 :0,8