SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
AGAMA ISLAM III
ZAKAT
Dosen Pembimbing : Abdul Hamid Aly,S.Pd.,M.Pd
Kelas : M3-F1.18
Kelompok 3
1. Faliddah Mukadar : 21801081010
2. Reggy Kurniawan : 21801081012
3. Rahmat : 21801081414
4. Arini : 21801081545
5. Dimas Bavi Romadhon : 21801081227
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
TAHUN AJARAM 2019/2020
Jl. MT. Haryono 193 Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru, Kabupaten
Malang. Telp. 0341-551932 website:www.umisma.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
agama tentang ibadah .
Makalah agama ini telah kami susun dengan maksimal mungkin, dan kami
mengucapkan terimah kasih kepada Bapak Abdul Hamid Aly S,Pd, M.Pd yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah agama ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah agama tentang ibadah dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Malang, 04 Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembahasan ................................................................................. 1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat dan Filosinya................................................................ 2
2.2 Macam -Macam zakat dan Nishabnya ala madzhab
syafiiyyah An -Nahdliyah.................................................... ....................3
2.3 Perbedaan : Infaq, shadaqah, zakat, dan hibah ........................................ 4
2.4 Fungsi dan Hikmah zakat......................................................................... 5
2.5 Para Mustahik Penerima Zakat, Infaq, dan shadaqah .............................. 5
2.6 Sirah Nabawiyah............................................................................8
2.7 Sejarah Zakat.................................................................................9
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 10
3.2 Saran....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan suatu ibadah
yang paling penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah menerangkan zakat beriringan dengan
menerangkan shalat. Pada delapan puluh dua tempat Allah menyebut zakat beriringan dengan
urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali
dalam hal keutamaannya shalat dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat dipandang
seutama-utama ibadah maliyah. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah
satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib
(fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk
dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan
kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah
penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan
zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Sebagaimana telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW serta penerusnya di zaman keemasan Islam. Padahal ummat Islam
(Indonesia) sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat besar. Terdorong dari pemikiran
inilah, penulis mencoba untuk menyusun makalah zakat yang ringkas dan praktis agar dapat
dengan mudah dimengerti oleh pembaca. Meskipun penulis sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap risalah ini dapat bermanfaat. Kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah zakat ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu zakat dan filosinya?
2. Mengetahui macam-macam zakat
3. Apa itu perbedaan zakat, infaq, shadaqah, hibah?
4. Bagaimana fungsi zakat dan hikmah zakat?
5. Siapa saja penerima zakat, infaq, dan shadaqah?
6. Apa itu sirah nabawiyah?
7. Bagaiman sejarah zakat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui zakat dan filosofinya
2. Untuk mengetahui macam-macam zakat
3. Untuk mengetahui perbedaan zakat, infaq, shadaqah, dan hibah
4. Untuk mengetahui fungsi zakat dan hikmah zakat
5. Untuk mengetahui penerima zakat, infaq, dan shadaqah
6. Untuk mengetahui sirah nabawiyah
7. Untuk mengetahui bagaimana sejarah zakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat dan Filosinya
1. pengertian zakat
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk
diberikan kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya,
sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun Islam ke-4 dan menjadi
salah satu unsur paling penting dalam menegakkan syariat Islam. Oleh karena itu, hukum
zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat
juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat, puasa, dan lainnya dan telah diatur dengan rinci
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
2. filosofi zakat
Zakat (Bahasa Arab: ‫اة‬ ‫زك‬ transliterasi: Zakah) dalam segi istilah adalah harta tertentu
yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan
yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Zakat dari segi bahasa berarti
'bersih', 'suci', 'subur', 'berkat' dan 'berkembang'. Menurut ketentuan yang telah ditetapkan
oleh syariat Islam. Zakat merupakan rukun keempat dari rukun Islam.
Menurut kebahasaan, zakat itu bisa ditilik dari kata ‫ى‬ ‫زك‬ (zakā), yang kalau
dirangkaikan pada kalimat, yaitu ‫ا‬ ‫زك‬ ‫شيء‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫زك‬ ‫ي‬ (sesuatu itu bertambah dan tumbuh), atau
bisa pula ‫ا‬ ‫زك‬ ‫زرع‬ ‫ال‬ (tanaman itu tumbuh), dan pada yang lain seperti: ‫ت‬ ‫زك‬ ‫تجارة‬ ‫ال‬
(perniagaan itu tumbuh dan berkembang). Definisi zakāh sebagai madah/pujian dapat pula
dilihat dalam firman Allah Ta'ala: ‫ـ‬‫اَل‬ ‫ا‬ ُ‫و‬َ‫ك‬‫زـ‬ْ‫ا‬ ُ‫ن‬ْ‫ف‬‫ـ‬‫س‬ْ‫ك‬ُ‫م‬‫ـ‬‫ا‬ (Maka janganlah kamu memuji dirimu suci).
Kalau ia bermakna "pembersihan", apakah ia secara kasat mata (hissiyyah) atau secara
makna, bisa dilihat pada QS as-Syams ayat 9: َُ‫ـ‬ْ ‫ـ‬َ‫ـ‬‫ل‬‫ـ‬‫ح‬ُ‫ا‬ ُ‫ن‬‫ـ‬ْ ‫اَا‬َّ‫ك‬‫زـ‬ (Maka beruntunglah orang yang
menyucikannya), yakni menyucikannya (jiwa) dari segala kekotoran. Dari zakā terbentuk
kata tazkiyah (‫ية‬ ‫زك‬ ‫,)ا‬ atau menyebut kata-kata pujian bagi diri. Dari situ pada bahasa Arab
juga dikenal kata ‫ى‬ ‫زك‬ ‫رج‬ ‫لال‬ ‫سه‬ ‫ك‬ ‫م‬ zakā ar-rajulu nafsahu. Inilah yang masuk ke dalam
definisi awal zakat yang artinya adalah "tumbuh", "suci", dan "berkah". Dengan makna
kebahasaan di atas, yakni "tumbuh" dan "suci", menurut Ibnu Hajar Al 'Asqalani, sesuai
tinjauan syariat, maka itulah yang akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan pada
harta dan pahala, terlebih juga, zakat itu berkaut pula dengan perdagangan dan pertanian.
Adapun secara makna, ia berarti nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah Ta'ala yang
dikeluarkan kepada fakir miskin, ini ditunjukkan oleh sebuah riwayat di mana Nabi
Muhammad mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, untuk mengambil sebagian harta orang
yang kaya agar diberikan kepada orang yang papa di antara mereka. Adapun secara
keistilahan, makna zakat dalam syariat Islam ialah arti seukuran tertentu beberapa jenis harta,
yang wajib diberikan kepada golongan-golongan tertentu, dengan syarat-syarat yang tertentu
pula. Bagian dari harta inilah yang dinamai zakat, dan didoakan oleh penerimanya agar
diparingi keberkatan dari Allah. Tak jauh dengan ketentuan di atas, ia dikecualikan dari bani
Hasyim dan bani Muthalib, dan wajib dikeluarkan bagi yang berakal, baligh, dan
merdeka. Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999, disebutkan bahwasanya zakat
merupakan harta yang wajib disisihkan oleh orang Muslim sesuai dengan ketentuan agama
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
3. Dalil-dalil berzakat
dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'".
(Al-Baqarah 2:43) Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar
dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (At-Taubah 9:35)
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyucikan mereka..." (At-Taubah 9:103) dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang
berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah
haknya pada hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan." (al-An'am 6:141)
4. hadist
Dari Ibnu Umar RA berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda,
"Pokok-pokok iman ada 5 perkara: yakni persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
membayar zakat, menunaikan ibadah haji, dan puasa bulan Ramadhan."
Dari Abu Ayyub RA, bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah, dan berkata:
"Beritahukan kepadaku suatu amal yang bisa memasukkanku ke dalam Surga!" Orang ada yg
berkata padanya: "Ada apa dengannya, ada apa dengannya?" Nabi Shallallahu 'alaihi wa
Sallam menjawab: "Ia punya kepentingan (berupa perkara yang sangat besar, yaitu) engkau
menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan
mempererat tali kekerabatan."
2.2 Macam -Macam zakat dan Nishabnya ala madzhab syafiiyyah An -Nahdliyah
Di dalam fiqih, zakat wajib dibagi menjadi dua macam.
1. zakat nafs (badan) atau yang lebih dikenal dengan zakat fitrah. Dalam suatu hadits
disebutkan:
‫ـ‬َ ‫ض‬‫ر‬ُ‫ر‬‫ـ‬‫ا‬ ُ‫ن‬ُْ ‫ا‬‫ه‬ِ‫ا‬‫ـ‬َ ُ‫اى‬َّ‫َّلل‬‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬‫ـ‬‫ح‬‫ـ‬ِ ‫اِـ‬‫ـ‬َ‫ـ‬ْ‫ـ‬‫ر‬ ُ‫ن‬ُْ ُ‫ر‬َُُ‫ك‬ُ‫ل‬‫ا‬ ‫ـ‬‫ة‬‫ا‬‫ـ‬‫ك‬‫زـ‬ ‫ـ‬‫ن‬َّ‫ح‬‫ـ‬َ ‫ـ‬َ ُ‫ه‬ُ‫ي‬‫ـ‬‫ح‬‫ـ‬ِ ْ َّ‫ان‬ ‫ى‬َّ‫ح‬‫ـ‬َ ُ َّ‫ان‬ ْ‫ل‬‫و‬َْ ‫ـ‬‫ر‬ ‫ـ‬ٍ ‫ـ‬‫ر‬‫ـ‬‫ا‬ ‫ض‬‫ص‬‫ر‬ْ‫ع‬ ُ‫ص‬‫م‬ْ‫ك‬ ‫ى‬‫ـ‬‫ح‬‫ـ‬ِ ‫ض‬‫ير‬َُ‫ـ‬َ ُ‫ن‬ُْ ‫ا‬‫ه‬ِ‫ا‬‫ـ‬َ َُ
َُ‫ـ‬َ ‫ض‬‫ر‬‫ـ‬‫ك‬‫ـ‬ ‫ض‬َُ‫ر‬‫ـ‬ِ َُ‫ـ‬َ ‫ينـ‬ُ‫ر‬ُ‫ح‬ُ‫س‬ْ‫ر‬ُ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ن‬ُْ ‫ى‬‫ـ‬ُِ‫م‬َْ
“Baginda Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam mewajibkan zakat fitrah di bulan Ramadhan
kepada manusia yaitu satu sha’ dari kurma atau satu sha’ dari gandum kepada setiap orang
merdeka, budak laki-laki atau orang perempuan dari kaum Muslimin.” (HR. Bukhari Muslim)
Dengan demikian, zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk bahan makanan pokok di
daerah setempat. Dalam konteks Indonesia, satu sha’ setara dengan sekitar dua setengah
kilogram beras per orang (ada yang berpendapat 2,7 kilogram).
2. Zakat maal. Secara umum aset zakat maal meliputi hewan ternak, emas dan perak,
bahan makanan pokok, buah-buahan, dan mal tijarah (aset perdagangan). Syekh an-
Nawawi Banten berkata:
‫ذَب‬ ‫ال‬ ‫ََي‬ ‫رال‬ ‫ال‬ ‫َّللاى‬ ‫َج‬ ‫ْن‬ ‫َّللاف‬ َ َ ‫ية‬ ‫رام‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫رة‬ ‫َاج‬ ‫ََي‬ ‫ْال‬ ‫اة‬ ‫َزك‬ ‫َّللخم‬ ‫َال‬ ‫زرَع‬ ‫َال‬ ‫َة‬ ‫ك‬ ‫َال‬
‫َّللن‬ ‫غ‬ ‫َال‬ ‫قر‬ ‫ر‬ ‫َال‬ ‫م‬ ‫َاإلب‬ ‫َّللب‬ َ ‫--َال‬ ‫ال‬ ْ َِ ‫ى‬ ‫--إل‬ ِ‫أل‬ ‫َة‬ ‫ك‬ ‫َال‬ ‫حذَب‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫رج‬ ‫ا‬ ‫هي‬ ‫ا‬ ‫تجارة‬ ‫ال‬ ٍَ‫ِر‬ ‫ا‬ََْ
‫َّللهرا‬ ْ ِ‫فو‬ ‫ا‬ ‫را‬ ‫إم‬ ‫ََي‬ ،‫تها‬ ‫ير‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫حق‬ َ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ها‬ ‫اا‬ ‫زك‬
“Zakat mal wajib di dalam delapan jenis harta. Yaitu, emas, perak, hasil pertanian (bahan
makanan pokok), kurma, anggur, unta, sapi, kambing ... Sedangkan aset perdagangan
dikembalikan pada golongan emas dan perak karena zakatnya terkait dengan kalkulasinya
dan kalkulasinya tidak lain dengan menggunakan emas dan perak.”(Syekh an-Nawawi
Banten, Nihayatz Zain, Surabaya, al-Haramain, cetakan pertama, halaman: 168)
Namun kemudian menurut beberapa ulama kotemporer, aset zakat juga memasukkan
uang (bank note/al-auraq al-maliyah), hasil profesi, atau hadiah yang diterima oleh seseorang
sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Wahbah az-Zuhaili di dalam al-Fiqh al-Islami,
Syekh Yusuf al-Qardawi di dalam Fiqhuz Zakah, Syekh Abdurrahman al-Juzairi di dalam al-
Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, dan yang lainnya. Pendapat ini berpedoman pada
beberapa riwayat ulama, di antaranya:
1. Riwayat dari Ibn Abbas
َ‫ي‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ين‬ ‫ع‬ ‫يه‬ ‫زك‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ْ ‫رال‬ ‫ال‬ َ‫ي‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫رجم‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫راى‬ ِ ‫ن‬ ‫اب‬ ‫ِن‬
“Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas tentang seseorang yang memperoleh harta, (lalu) Ibn ‘Abbas
berkata: ‘(Hendaknya) ia menzakatinya pada saat memperolehnya.’.” (HR. Ahmad ibn
Hanbal)
2. Riwayat dari Ibn Mas’ud
‫َّللها‬ ْ ‫أخذ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫غارث‬ َ ‫م‬ ‫زب‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ََاء‬ ‫ال‬ ‫َّللا‬ ‫ي‬ ََ ‫ي‬ ‫َود‬ ‫س‬ ْ ‫ن‬ ‫اب‬ ‫هللا‬ َ‫ر‬ ِ ِ‫ا‬ ‫ك‬ :‫ال‬ ْ ‫ن‬ ‫ري‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫يرة‬ ‫ر‬ َ ‫ِن‬
‫اة‬ ‫زك‬
“Diriwayatkan dari Habirah ibn Yarim, ia berkata: ‘Abdullah ibn Mas’ud memberi kami
suatu pemberian di dalam keranjang kecil, kemudian beliau mengambil zakat dari pemberian-
pemberian tersebut.” (HR. Abu Ishaq dan Sufyan ats-Tsauri)
3. Riwayat dari Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz
‫الز‬ ‫يأخذ‬ ِ‫َكا‬ ،‫الزكاة‬ ‫َّللها‬ْ ‫َخذ‬ ‫الرلالن‬ ‫رد‬ ‫ا‬ ‫َإ‬ ،‫الزكاة‬ ‫َّللها‬ْ ‫َخذ‬ ‫الته‬‫ـ‬‫ر‬ِْ ‫الرجم‬ ‫ََِى‬ ‫ا‬ ‫إ‬ ِ‫كا‬ ‫َمه‬ َ‫ِري‬ ‫َبو‬ ‫كر‬ ‫ْن‬ ‫اة‬ ‫ك‬
‫ها‬ ‫َحاب‬ ‫أل‬ ‫خرجت‬ ‫ا‬ ‫إ‬ ‫ية‬ َِ‫األ‬
“Abu ‘Ubaid menyebutkan bahwa sesungguhnya Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz memberi upah
seorang pekerja, maka beliau mengambil zakat darinya, ketika mengembalikan
madhalim (harta yang diambil secara zalim), maka beliau mengambil zakat darinya, dan
beliau mengambil zakat dari ‘athiyah (pemberian-pemberian) saat dibagikan pada
pemiliknya.” (Yusuf al-Qardawi, Fiqhuz Zakah, Beirut, Dar al-Fikr, jilid I, halaman: 431)
2.3 Perbedaan : Infaq, shadaqah, zakat, dan hibah
 Zakat, dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir
miskin dan sebagainya).
 Infaq, membelanjakan atau membiayai yang berhubungan dengan usaha realisasi
perintah-perintah Allah. infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan dalam ajaran
Islam.
 Shadaqah, adalah pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan
ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu.
 Hibah, pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang dilakukan
ketika masih hidup dan pelaksanaan pembagiannya dilakukan pada waktu penghibah
masih hidup juga.
2.4 Fungsi dan Hikmah zakat
1. fungsi zakat
 Zakat berfungsi sebagai suatu sarana jaminan sosial dan persatuan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok individu, memberantas kemelaratan dan
menyia-nyiakan sesama orang Islam.
 Sebagai pelunak hati dan alat penyebaran Islam. Ini terlihat pada pemberian zakat
yang salah satunya diberikan kepada muallaf yang dibujuk hatinya agar tetap teguh
dalam ke- Islaman.
 Zakat merupakan suatu sarana untuk memperbesar volume harta yang disediakan
untuk memberi jaminan sosial dalam hutang piutang dan merupakan payung
pelindung bagi orang-orang yang terjerat dalam hutang. Ini tampak pada diberikannya
zakat kepada ghorimin (orang yang berhutang).
 Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam khususnya dan
manusia pada umumnya.
 Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan
penderitaan. ?Membersihkan sifat iri dan dengki, benci dan hasud (kecemburuan
sosial) dari hati orangorang miskin. SWT
 Manifestasi kegotong- royongan dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.
Fungsi Zakat dalam Bidang Ekonomi Zakat dilihat dari segi ekonomi adalah
merangsang si pemilik harta kepada amal perbuatan untuk mengganti apa yang telah
diambil dari mereka. Ini terutama jelas sekali pada zakat mata uang.
2. hikmah zakat
Hikmah dari zakat antara lain:
 Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang
miskin.
 Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang
berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah.
 Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
 Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
 Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan
 Untuk pengembangan potensi ummat
 Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
 Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
2.5 Para Mustahik Penerima Zakat, Infaq, dan shadaqah
1. penerima zakat
Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-Taubah ayat 60
yakni:
 Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidup. Menurut Buya Hamka, kata fakir berasal dari makna
"membungkuk tulang punggung", satu sebutan buat orang yang telah bungkuk
memikul beban berat kehidupan.
 Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar untuk hidup Secara kebahasaan, orang miskin berasal dari kata ُِ ُ‫و‬ْ‫ف‬َْ (sukūn),
artinya tidak ada perubahan pada hidupnya, tetap saja begitu, menahan penderitaan
hidup.
 Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat. Tentu saja dalam
memungut zakat ini, ada para petugas yang mengambilnya. Mereka juga berhak
terhadap zakat. Namun begitu, Buya Hamka memberi catatan, bahwa jika si pengurus
atau pegawai mengambil sebagian hartanya yang telah dipungut untuk dirinya sendiri,
ini dijatuhkan kepada korupsi/ghulūl (ُ‫ل‬ ُ‫و‬ْ‫ح‬ٌْ). Karenanya menurut beliau, boleh saja
mengadakan kepanitiaan dalam rangka pemungutan zakat.
 Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.
 Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya
 Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup
untuk memenuhinya.
 Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah misal: dakwah, perang dan
sebagainya.
 Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.
2. penerima infaq
Mungkin masih banyak dari kita yang kebingungan untuk menginfakkan hartanya
kepada siapa. Namun, Allah menjawab kebingungan kita itu di dalam Al-Qur’an surat Al-
Baqarah (2) ayat 215. Yang menjelaskan bahwa ada 5 orang (kelompok) yang berhak
menerima infak dari harta yang diamanahkan-Nya kepada kita, antara lain sebagai berikut:
 Orang tua - Orang tua merupakan wasilah adanya kita di alam dunia, maka sudah
sepatutnya kita memberikan infak terbaik kita untuk mereka. Meskipun begitu, segala
harta yang kita infakkan untuk orang tua takkan pernah bisa membalas jasa-jasa
mereka dalam kehidupan kita.
 Kerabat (saudara) - Sebelum kita berinfak kepada orang lain yang jauh kaitan
hubungan kekeluargaannya dengan kita, sebaiknya kita berinfak kepada kerabat
(saudara) yang memang membutuhkan bantuan (kondisinya tengah kekurangan).
 Orang miskin - Berinfak kepada orang miskin sudah jelas memang harus kita lakukan,
karena kondisi ekonomi mereka yang kekurangan.
 Musafir (orang dalam perjalanan) - Musafir (orang yang dalam perjalanan) biasanya
tak selalu memiliki bekal yang dapat memenuhi segala kebutuhannya, maka memberi
infak kepada mereka menjadi sebuah amal yang mulia. Terlebih jika musafir tersebut
adalah orang yang tengah mencari ilmu agama-Nya, keberkahan berlipat ganda Allah
berikan ketika kita memberikan infak kepada mereka (musafir para pencari ilmu).
 Anak yatim - Memberikan infak kepada anak-anak yatim merupakan salah satu
amalan yang dianjurkan oleh Allah dan Rasulullah. Bahkan Allah mengancam di
dalam surat An-Nisaa (4) ayat 10 yang artinya, “Sesungguhnya, orang-orang yang
memakan harta anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam
perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”
3. Penerima Shadaqah
Sedekah Bahasa Arab:‫ة‬ ََْ ; transliterasi: sadakah) adalah pemberian
seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan
jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak
hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun sedekah mencakup
segala amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah hadis digambarkan, “Memberikan senyuman
kepada saudaramu adalah sedekah.”
Allah :namrifreb ‫ى‬ ‫َال‬ ‫َا‬ ‫ه‬ ‫رحام‬ َ
… ‫ق‬َ‫ْو‬‫ل‬ٌ ‫ق‬َّ‫ع‬ْ‫ر‬ُ‫ق‬‫و‬‫و‬ْ‫م‬ ‫قف‬ َّ ‫قف‬َّ‫ْو‬َْ‫ق‬ٌَّ‫مق‬َِّ‫ل‬َََْ‫ق‬ٍ َُْ‫ُق‬‫ه‬ ‫أق‬َ‫ذ‬‫ى‬
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima)…” [Qs. Al-Baqarah: 263]
… ‫ق‬‫ا‬ٌ‫أ‬‫م‬ُّ‫ق‬ َ‫أ‬‫ذ‬ ْ‫ِذ‬‫قف‬‫ه‬ُ‫ن‬ْ‫أ‬‫م‬‫قَل‬ َُْ‫م‬َُْ‫رِق‬َ‫ق‬‫ْا‬ََْ‫ق‬‫رِقب‬َ‫م‬ ‫ق‬َُ‫ا‬ٌ‫أ‬ِ‫مق‬ِّ‫ك‬َ‫مقى‬َ‫ق‬‫قي‬َ‫ف‬‫مأ‬ ‫ق‬ َ‫ل‬‫َمو‬َ‫قِق‬‫ما‬ٌ‫م‬‫قِأ‬‫ما‬ِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” [Qs. Al-Baqarah: 264]
 Orang-orang fakir (fuqara’) - yaitu orang-orang yang memiliki kurang dari satu
nasab, atau memiliki satu nasab yang bercampur dengan utang.
 Orang-orang miskin (masakin) - yaitu orang-orang yang tidak memiliki suatu apa pun
dan tidak mampu bekerja untuk mendapatkan harta yang dapat mencukupi kebutuhan
mereka.
 Para pengurus zakat (al-amilun alaiha) - yaitu orang-orang yang bertugas untuk
mengumpulkan zakat. Mereka ini, meskipun kaya, diberi harta zakat sebagai upah
atas pekerjaan mereka.
 Para mu’allaf yang dibujuk hatinya (al-mu’allafatu qulubuhum) - Yaitu orang-orang
yang baru masuk Islam, mereka diberi zakat untuk menguatkan hati mereka.
 Untuk memerdekakan budak (fi ar-riqab) - yaitu hamba sahaya yang tidak punya
jalan untuk memerdekakan diri mereka atau tawanan perang.
 Orang-orang yang berutang (al-gharimun) - yaitu orang-orang yang memiliki utang
yang tidak sanggup mereka lunasi. Tapi mereka bukan berutang untuk berlebih-
lebihan dan berfoya-foya.
 Untuk jalan Allah (fi sabilillah) - yaitu pihak yang bersifat umum yang ditentukan
oleh negara. Di antaranya untuk menyiapkan para mujahid, mengobati orang-orang
yang sakit, dan melatih orang-orang yang tidak mampu.
 Orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil) - yaitu orangyang berada di suatu
tempat tanpa memiliki tempat tinggal dan makanan. Ia memiliki harta di tanah airnya,
namun ia kehabisan bekalnya. Masyarakat berkewajiban memeliharanya, mencari
tahu tentang ihwalnya, dan memberi bantuan kepadanya.
2.6 Sirah Nabawiyah
seringkali sirah dimaksudkan sebagai "Sirah Nabawiyah", menurut istilah syar'i
maksud dari as-sirah an-nabawiyah adalah Ilmu yang kompeten yang mengumpulkan apa
yang diterima dari fakta-fakta sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW secara
komprehensif dari sifat-sifatnya, etika dan moral. Sirah Nabawiyah berisi perincian kisah
hidup rasulullah, yakni asal-muasal, suku dan nasab, dan keadaan masyarakatnya, sebelum
dia dilahirkan. Kemudian berlanjut kepada kelahiran dia, masa kecil, remaja, dewasa,
pernikahan, menjadi nabi, serta perjuangan-perjuangan dia dalam menegakkan Islam hingga
akhir hayatnya. Sirah Nabawiyah dan sejarah memiliki arti yang serupa namun sejarah
bersifat lebih umum dan sirah lebih khusus, dilihat dari sumber, perincian dan tujuannya,
seperti:
1. Sirah berasal dari kata saraha berarti perjalanan hidup sedangkan sejarah berasal dari
kata syajarah (syajaratun) bermaksud pohon.
2. Sirah Nabawiyah pembahasannya bertumpu kepada perjalanan dan kisah hidup Nabi
Muhammad SAW secara rinci. Pembahasan juga menekankan sifat pribadi, akhlak
serta cara dia menjalani kehidupan sehari yang bisa diteladani. Sedangkan sejarah
pembahasannya hanya mengenai peristiwa-peristiwa yang dianggap penting yang
terjadi pada masa lampau. Lebih difokuskan kepada perkembangan peradaban
ataupun perkembangan suatu zaman.
3. Sirah Nabawiyah bersumber hanya dari ayat Al-Quran, hadits nabi, dan riwayat para
sahabat dia. Sedangkan sejarah melalui sumber primer (bukti-bukti dan rujukan yang
kukuh), sekunder (penyelidikan), dan lisan (saksi).
4. Sirah mengkhususkan kepada seseorang individu sedangkan sejarah kepada peristiwa
dan pelakunya.
5. Kedudukan fakta Sirah Nabawiyah tidak bisa berubah karena kejadian telah tercatat
di dalam al-Quran, hadits dan riwayat sahabat (tidak ada yang baru). Sedangkan
sejarah bisa saja berubah dengan ditemukannya sumber ataupun bukti yang lebih
awal (baru) atau jelas dari sumber sebelumnya (lebih tua)[3].
6. Sirah Nabawiyah bertujuan sebagai pemberi teladan, contoh dan pendukung sejarah
Islam.
Di antaraversi Sirah Nabawiyah yang diterima dan memiliki kedudukan adalah:
1. Sirah Ibnu Hisyam, yakni sirah yang dianggap sebagai sirah tertua yang masih
tersedia saat ini dari kalangan Sunni.
2. Rahiqul Makhtum karya Al-Mubarakfurri, yakni sirah nabawiyah yang memiliki
kriteria ketat dalam penyusunan dan hanya memasukan riwayat yang benar-benar
shahih. Kitab ini mendapat peringkat pertama dalam kompetisi Penulisan Sirah
Nabawiyah yang diselenggarakan oleh Rabithah Alam Islami. Kitab ini menjadi
populer dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
3. Sirah Ibnu Ishaq, yakni sirah nabawiyah yang telah hilang buku aslinya, sedangkan
yang beredar sekarang ini adalah hasil saduran para ulama dari Sirah Ibnu Hisyam.
Sirah Nabawiyah kemudian disusun oleh penulis kontemporer baik dari kalangan Muslim
maupun orientalis, hanya saja sumber yang digunakan kadangkala dikritik, mulai dari
keshahihan riwayatnya, pendapat pribadi, dan sumber yang bertentangan atau campur aduk.
2.7 Sejarah Zakat
1. Sejarah penerapan Syariah
zakat Dalam catatan Ma’sum Djauhari, sejarah zakat ini pada mulanya berupa infaq
yang harus dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin dan kepentingan pembelaan agama.
Sementara jumlah banyak dan sedikitnya sendiri tidak atau belum ada batasan. Baru pada
tahun ke dua setelah hijrah, zakat kemudian dijadikan pokok ibadah yang harus dilakukan
oleh setiap muslim apabila telah memiliki harta pada batas-batas yang ditetapkan. Masih
menurut Djauhari, dalam keterangan Ibrahim dalam bukunya Pengantara Hukum Islam,
zakat diwajibkan setelah turun wahyu sebagaimana tertera di dalam al-qur’an surah al-
baqarah ayat 277, yang artinya kurang lebih sebagai berikut:
2.Sejarah Zakat
Setiap muslim di dunia diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang dikarunia allah.
Kewajiaban ini tertulias di dalam al-qur’an. Pada awalnya al-qur’an hanya memerintahkan untuk memberikan
sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari umat islam diperintahkan
untuk mmbayar zakat.
Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M, Nabi Muhammad SAW melembagakan
perintah zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban
kehidupan mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara islam. Hal ini
menunjukan pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat. Khususnya mengenai jumlah zakat
tersebut.
Pada zaman khalifa zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan pada kelompok
tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orng miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebsan
mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar, syariah mengatur dengan lebih detail
mengenai zakat dan bagaiman zakat itu haru dibayarkan. Kejatuhan para khalifah dan negra-negara islam
yang menyebabkan zakat tidak dapatdiselenggarakan dengan berdasarkan hukum lagi.
BABIII
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama
Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara. Zakat itu ada dua macam
yaitu zakat mal dan zakat fithrah. Harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu :
1. Emas dan perak Harta perniagaan
2. Binatang ternak seperti unta, lembu (kerbau ), kambing, sapi.
3. Buah-buahan dan biji- bijian yang dapat dijadikan makanan pokok
4. Barang tambang dan barang temuan
Banyak Faedah dan Hikmah dari berzakat. Zakat dapat meningkatkan toleransi,
solidaritas antar sesama manusia dan menyeimbangkan antara Hablumminallah dan
Hablumminannas.
Demikian makalah tentang zakat yang saya susun, semoga dapat bermanfaat bagi
masyarakat, mahasiswa, dan pembaca (khususnya). Kritik dan saran saya harapkan demi
perbaikan pembuatan makalah berikutnya.
3.2Saran
Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari itu
penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah zakat, setelah
membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap. Dan marilah kita
realisasikan zakat dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan kewajiban umat muslim
dengan penuh rasa ikhlas.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Zakat
https://www.academia.edu/9447848/Sejarah_Dan_Permulaan_Diwajibkannya_Zakat
https://id.wikipedia.org/wiki/Sirah
https://harapanamalmulia.org/artikel/5-orang-yang-berhak-menerima-infak/
https://risalahnet.wordpress.com/2013/12/04/delapan-golongan-yang-berhak-menerima-
sedekah/
Rasyid, Sulaiman, FIQH, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2010.
https://islam.nu.or.id/post/read/85163/dua-jenis-zakat-yang-wajib-ditunaikan

More Related Content

Similar to Ai3 zakat kelompok 3

Zakat serta Pembagiannya
Zakat serta PembagiannyaZakat serta Pembagiannya
Zakat serta PembagiannyaMeri Septiani
 
Makalah fiqih zakat
Makalah fiqih zakat Makalah fiqih zakat
Makalah fiqih zakat friskacaca
 
Bab 3 zakat dan hikmahnya
Bab 3 zakat dan hikmahnyaBab 3 zakat dan hikmahnya
Bab 3 zakat dan hikmahnyawahyudinia112
 
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat Perdagangan
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat PerdaganganMakalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat Perdagangan
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat PerdaganganNasruddin Asnah
 
MAKALAH WAKAF.pdf
MAKALAH WAKAF.pdfMAKALAH WAKAF.pdf
MAKALAH WAKAF.pdfNviyntii
 
Makalah agama islam tentang zakat
Makalah agama islam tentang zakatMakalah agama islam tentang zakat
Makalah agama islam tentang zakatAdi New
 
Makalah perbandingan madzhab
Makalah perbandingan madzhabMakalah perbandingan madzhab
Makalah perbandingan madzhabAhmad Zuhdi
 
Makalah Konsep Zakat Dan Macamnya
Makalah Konsep Zakat Dan MacamnyaMakalah Konsep Zakat Dan Macamnya
Makalah Konsep Zakat Dan MacamnyaMuhammad Idris
 
Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4Uli Rahmawati
 
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyah
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyahMakalah agama islam 3 syirah nabawiyah
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyahDindaNova1
 
makalah zakat (1)
makalah zakat (1)makalah zakat (1)
makalah zakat (1)MeyLiontin
 
Zakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat malZakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat malFaiqRadiansyah
 
Dokumen.tips makalah manajemen-zakat-dan-wakaf-tugas-kampuskampus
Dokumen.tips makalah manajemen-zakat-dan-wakaf-tugas-kampuskampusDokumen.tips makalah manajemen-zakat-dan-wakaf-tugas-kampuskampus
Dokumen.tips makalah manajemen-zakat-dan-wakaf-tugas-kampuskampusaldi setiawan
 

Similar to Ai3 zakat kelompok 3 (20)

Makalah zakat
Makalah zakatMakalah zakat
Makalah zakat
 
Zakat serta Pembagiannya
Zakat serta PembagiannyaZakat serta Pembagiannya
Zakat serta Pembagiannya
 
Tugas makala fiqih Zakat
Tugas makala fiqih ZakatTugas makala fiqih Zakat
Tugas makala fiqih Zakat
 
Makalah fiqih zakat
Makalah fiqih zakat Makalah fiqih zakat
Makalah fiqih zakat
 
Bab 3 zakat dan hikmahnya
Bab 3 zakat dan hikmahnyaBab 3 zakat dan hikmahnya
Bab 3 zakat dan hikmahnya
 
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat Perdagangan
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat PerdaganganMakalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat Perdagangan
Makalah Fiqh Zakat dan Wakaf - Zakat Perdagangan
 
MAKALAH WAKAF.pdf
MAKALAH WAKAF.pdfMAKALAH WAKAF.pdf
MAKALAH WAKAF.pdf
 
Makalah agama islam tentang zakat
Makalah agama islam tentang zakatMakalah agama islam tentang zakat
Makalah agama islam tentang zakat
 
Agama islam
Agama islam Agama islam
Agama islam
 
Prospek hukum zakat di indonesia2
Prospek hukum zakat di indonesia2Prospek hukum zakat di indonesia2
Prospek hukum zakat di indonesia2
 
Makalah perbandingan madzhab
Makalah perbandingan madzhabMakalah perbandingan madzhab
Makalah perbandingan madzhab
 
Makalah Konsep Zakat Dan Macamnya
Makalah Konsep Zakat Dan MacamnyaMakalah Konsep Zakat Dan Macamnya
Makalah Konsep Zakat Dan Macamnya
 
75966488 makalah-agama-zakat
75966488 makalah-agama-zakat75966488 makalah-agama-zakat
75966488 makalah-agama-zakat
 
Makalah hukum zakat di indonesia,,,
Makalah hukum zakat di indonesia,,,Makalah hukum zakat di indonesia,,,
Makalah hukum zakat di indonesia,,,
 
Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4Makalah zakat kelompok 4
Makalah zakat kelompok 4
 
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyah
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyahMakalah agama islam 3 syirah nabawiyah
Makalah agama islam 3 syirah nabawiyah
 
makalah zakat (1)
makalah zakat (1)makalah zakat (1)
makalah zakat (1)
 
Zakat
ZakatZakat
Zakat
 
Zakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat malZakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat mal
 
Dokumen.tips makalah manajemen-zakat-dan-wakaf-tugas-kampuskampus
Dokumen.tips makalah manajemen-zakat-dan-wakaf-tugas-kampuskampusDokumen.tips makalah manajemen-zakat-dan-wakaf-tugas-kampuskampus
Dokumen.tips makalah manajemen-zakat-dan-wakaf-tugas-kampuskampus
 

More from FahmiIbrahim10

Ai3 ppt zakat kelompok 3
Ai3 ppt  zakat kelompok 3Ai3 ppt  zakat kelompok 3
Ai3 ppt zakat kelompok 3FahmiIbrahim10
 
Ai3 ppt ibadah kelompok 3
Ai3 ppt ibadah kelompok 3Ai3 ppt ibadah kelompok 3
Ai3 ppt ibadah kelompok 3FahmiIbrahim10
 
Ai3 ibadah kelompok 3
Ai3 ibadah kelompok 3 Ai3 ibadah kelompok 3
Ai3 ibadah kelompok 3 FahmiIbrahim10
 
Agama sesi 2 kelompok 2 Puasa Bulan Ramadhan
Agama sesi 2 kelompok 2 Puasa Bulan RamadhanAgama sesi 2 kelompok 2 Puasa Bulan Ramadhan
Agama sesi 2 kelompok 2 Puasa Bulan RamadhanFahmiIbrahim10
 
Agama 3 sesi 2 Kelompok 2 Puasa Bulan Ramadhan
Agama 3 sesi 2 Kelompok 2 Puasa Bulan RamadhanAgama 3 sesi 2 Kelompok 2 Puasa Bulan Ramadhan
Agama 3 sesi 2 Kelompok 2 Puasa Bulan RamadhanFahmiIbrahim10
 
Agama sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
Agama sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah FiqhiyahAgama sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
Agama sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah FiqhiyahFahmiIbrahim10
 
Agama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
Agama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah FiqhiyahAgama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
Agama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah FiqhiyahFahmiIbrahim10
 

More from FahmiIbrahim10 (7)

Ai3 ppt zakat kelompok 3
Ai3 ppt  zakat kelompok 3Ai3 ppt  zakat kelompok 3
Ai3 ppt zakat kelompok 3
 
Ai3 ppt ibadah kelompok 3
Ai3 ppt ibadah kelompok 3Ai3 ppt ibadah kelompok 3
Ai3 ppt ibadah kelompok 3
 
Ai3 ibadah kelompok 3
Ai3 ibadah kelompok 3 Ai3 ibadah kelompok 3
Ai3 ibadah kelompok 3
 
Agama sesi 2 kelompok 2 Puasa Bulan Ramadhan
Agama sesi 2 kelompok 2 Puasa Bulan RamadhanAgama sesi 2 kelompok 2 Puasa Bulan Ramadhan
Agama sesi 2 kelompok 2 Puasa Bulan Ramadhan
 
Agama 3 sesi 2 Kelompok 2 Puasa Bulan Ramadhan
Agama 3 sesi 2 Kelompok 2 Puasa Bulan RamadhanAgama 3 sesi 2 Kelompok 2 Puasa Bulan Ramadhan
Agama 3 sesi 2 Kelompok 2 Puasa Bulan Ramadhan
 
Agama sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
Agama sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah FiqhiyahAgama sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
Agama sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
 
Agama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
Agama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah FiqhiyahAgama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
Agama 3 sesi 1 kelompok 2 Kedudukan Qaidah Fiqhiyah
 

Ai3 zakat kelompok 3

  • 1. AGAMA ISLAM III ZAKAT Dosen Pembimbing : Abdul Hamid Aly,S.Pd.,M.Pd Kelas : M3-F1.18 Kelompok 3 1. Faliddah Mukadar : 21801081010 2. Reggy Kurniawan : 21801081012 3. Rahmat : 21801081414 4. Arini : 21801081545 5. Dimas Bavi Romadhon : 21801081227 UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS EKONOMI & BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN TAHUN AJARAM 2019/2020 Jl. MT. Haryono 193 Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru, Kabupaten Malang. Telp. 0341-551932 website:www.umisma.ac.id
  • 2.
  • 3. KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama tentang ibadah . Makalah agama ini telah kami susun dengan maksimal mungkin, dan kami mengucapkan terimah kasih kepada Bapak Abdul Hamid Aly S,Pd, M.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah agama ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah agama tentang ibadah dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Malang, 04 Oktober 2019 Penulis
  • 4. DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.........................................................................i KATA PENGANTAR................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1 1.3 Tujuan Pembahasan ................................................................................. 1 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Zakat dan Filosinya................................................................ 2 2.2 Macam -Macam zakat dan Nishabnya ala madzhab syafiiyyah An -Nahdliyah.................................................... ....................3 2.3 Perbedaan : Infaq, shadaqah, zakat, dan hibah ........................................ 4 2.4 Fungsi dan Hikmah zakat......................................................................... 5 2.5 Para Mustahik Penerima Zakat, Infaq, dan shadaqah .............................. 5 2.6 Sirah Nabawiyah............................................................................8 2.7 Sejarah Zakat.................................................................................9 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 10 3.2 Saran....................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 11
  • 5. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan suatu ibadah yang paling penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah menerangkan zakat beriringan dengan menerangkan shalat. Pada delapan puluh dua tempat Allah menyebut zakat beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya shalat dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat dipandang seutama-utama ibadah maliyah. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia. Salah satu sisi ajaran Islam yang belum ditangani secara serius adalah penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah dalam arti seluas-luasnya. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya di zaman keemasan Islam. Padahal ummat Islam (Indonesia) sebenarnya memiliki potensi dana yang sangat besar. Terdorong dari pemikiran inilah, penulis mencoba untuk menyusun makalah zakat yang ringkas dan praktis agar dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca. Meskipun penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap risalah ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah zakat ini. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu zakat dan filosinya? 2. Mengetahui macam-macam zakat 3. Apa itu perbedaan zakat, infaq, shadaqah, hibah? 4. Bagaimana fungsi zakat dan hikmah zakat? 5. Siapa saja penerima zakat, infaq, dan shadaqah? 6. Apa itu sirah nabawiyah? 7. Bagaiman sejarah zakat? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui zakat dan filosofinya 2. Untuk mengetahui macam-macam zakat 3. Untuk mengetahui perbedaan zakat, infaq, shadaqah, dan hibah 4. Untuk mengetahui fungsi zakat dan hikmah zakat 5. Untuk mengetahui penerima zakat, infaq, dan shadaqah 6. Untuk mengetahui sirah nabawiyah 7. Untuk mengetahui bagaimana sejarah zakat
  • 6. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Zakat dan Filosinya 1. pengertian zakat Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya, sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun Islam ke-4 dan menjadi salah satu unsur paling penting dalam menegakkan syariat Islam. Oleh karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat, puasa, dan lainnya dan telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. 2. filosofi zakat Zakat (Bahasa Arab: ‫اة‬ ‫زك‬ transliterasi: Zakah) dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Zakat dari segi bahasa berarti 'bersih', 'suci', 'subur', 'berkat' dan 'berkembang'. Menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Zakat merupakan rukun keempat dari rukun Islam. Menurut kebahasaan, zakat itu bisa ditilik dari kata ‫ى‬ ‫زك‬ (zakā), yang kalau dirangkaikan pada kalimat, yaitu ‫ا‬ ‫زك‬ ‫شيء‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫زك‬ ‫ي‬ (sesuatu itu bertambah dan tumbuh), atau bisa pula ‫ا‬ ‫زك‬ ‫زرع‬ ‫ال‬ (tanaman itu tumbuh), dan pada yang lain seperti: ‫ت‬ ‫زك‬ ‫تجارة‬ ‫ال‬ (perniagaan itu tumbuh dan berkembang). Definisi zakāh sebagai madah/pujian dapat pula dilihat dalam firman Allah Ta'ala: ‫ـ‬‫اَل‬ ‫ا‬ ُ‫و‬َ‫ك‬‫زـ‬ْ‫ا‬ ُ‫ن‬ْ‫ف‬‫ـ‬‫س‬ْ‫ك‬ُ‫م‬‫ـ‬‫ا‬ (Maka janganlah kamu memuji dirimu suci). Kalau ia bermakna "pembersihan", apakah ia secara kasat mata (hissiyyah) atau secara makna, bisa dilihat pada QS as-Syams ayat 9: َُ‫ـ‬ْ ‫ـ‬َ‫ـ‬‫ل‬‫ـ‬‫ح‬ُ‫ا‬ ُ‫ن‬‫ـ‬ْ ‫اَا‬َّ‫ك‬‫زـ‬ (Maka beruntunglah orang yang menyucikannya), yakni menyucikannya (jiwa) dari segala kekotoran. Dari zakā terbentuk kata tazkiyah (‫ية‬ ‫زك‬ ‫,)ا‬ atau menyebut kata-kata pujian bagi diri. Dari situ pada bahasa Arab juga dikenal kata ‫ى‬ ‫زك‬ ‫رج‬ ‫لال‬ ‫سه‬ ‫ك‬ ‫م‬ zakā ar-rajulu nafsahu. Inilah yang masuk ke dalam definisi awal zakat yang artinya adalah "tumbuh", "suci", dan "berkah". Dengan makna kebahasaan di atas, yakni "tumbuh" dan "suci", menurut Ibnu Hajar Al 'Asqalani, sesuai tinjauan syariat, maka itulah yang akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan pada harta dan pahala, terlebih juga, zakat itu berkaut pula dengan perdagangan dan pertanian. Adapun secara makna, ia berarti nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah Ta'ala yang dikeluarkan kepada fakir miskin, ini ditunjukkan oleh sebuah riwayat di mana Nabi Muhammad mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, untuk mengambil sebagian harta orang yang kaya agar diberikan kepada orang yang papa di antara mereka. Adapun secara keistilahan, makna zakat dalam syariat Islam ialah arti seukuran tertentu beberapa jenis harta, yang wajib diberikan kepada golongan-golongan tertentu, dengan syarat-syarat yang tertentu pula. Bagian dari harta inilah yang dinamai zakat, dan didoakan oleh penerimanya agar diparingi keberkatan dari Allah. Tak jauh dengan ketentuan di atas, ia dikecualikan dari bani Hasyim dan bani Muthalib, dan wajib dikeluarkan bagi yang berakal, baligh, dan merdeka. Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999, disebutkan bahwasanya zakat merupakan harta yang wajib disisihkan oleh orang Muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
  • 7. 3. Dalil-dalil berzakat dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'". (Al-Baqarah 2:43) Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (At-Taubah 9:35) Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka..." (At-Taubah 9:103) dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya pada hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih- lebihan." (al-An'am 6:141) 4. hadist Dari Ibnu Umar RA berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Pokok-pokok iman ada 5 perkara: yakni persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan ibadah haji, dan puasa bulan Ramadhan." Dari Abu Ayyub RA, bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah, dan berkata: "Beritahukan kepadaku suatu amal yang bisa memasukkanku ke dalam Surga!" Orang ada yg berkata padanya: "Ada apa dengannya, ada apa dengannya?" Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Ia punya kepentingan (berupa perkara yang sangat besar, yaitu) engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan mempererat tali kekerabatan." 2.2 Macam -Macam zakat dan Nishabnya ala madzhab syafiiyyah An -Nahdliyah Di dalam fiqih, zakat wajib dibagi menjadi dua macam. 1. zakat nafs (badan) atau yang lebih dikenal dengan zakat fitrah. Dalam suatu hadits disebutkan: ‫ـ‬َ ‫ض‬‫ر‬ُ‫ر‬‫ـ‬‫ا‬ ُ‫ن‬ُْ ‫ا‬‫ه‬ِ‫ا‬‫ـ‬َ ُ‫اى‬َّ‫َّلل‬‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬‫ـ‬‫ح‬‫ـ‬ِ ‫اِـ‬‫ـ‬َ‫ـ‬ْ‫ـ‬‫ر‬ ُ‫ن‬ُْ ُ‫ر‬َُُ‫ك‬ُ‫ل‬‫ا‬ ‫ـ‬‫ة‬‫ا‬‫ـ‬‫ك‬‫زـ‬ ‫ـ‬‫ن‬َّ‫ح‬‫ـ‬َ ‫ـ‬َ ُ‫ه‬ُ‫ي‬‫ـ‬‫ح‬‫ـ‬ِ ْ َّ‫ان‬ ‫ى‬َّ‫ح‬‫ـ‬َ ُ َّ‫ان‬ ْ‫ل‬‫و‬َْ ‫ـ‬‫ر‬ ‫ـ‬ٍ ‫ـ‬‫ر‬‫ـ‬‫ا‬ ‫ض‬‫ص‬‫ر‬ْ‫ع‬ ُ‫ص‬‫م‬ْ‫ك‬ ‫ى‬‫ـ‬‫ح‬‫ـ‬ِ ‫ض‬‫ير‬َُ‫ـ‬َ ُ‫ن‬ُْ ‫ا‬‫ه‬ِ‫ا‬‫ـ‬َ َُ َُ‫ـ‬َ ‫ض‬‫ر‬‫ـ‬‫ك‬‫ـ‬ ‫ض‬َُ‫ر‬‫ـ‬ِ َُ‫ـ‬َ ‫ينـ‬ُ‫ر‬ُ‫ح‬ُ‫س‬ْ‫ر‬ُ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ن‬ُْ ‫ى‬‫ـ‬ُِ‫م‬َْ “Baginda Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam mewajibkan zakat fitrah di bulan Ramadhan kepada manusia yaitu satu sha’ dari kurma atau satu sha’ dari gandum kepada setiap orang merdeka, budak laki-laki atau orang perempuan dari kaum Muslimin.” (HR. Bukhari Muslim) Dengan demikian, zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk bahan makanan pokok di daerah setempat. Dalam konteks Indonesia, satu sha’ setara dengan sekitar dua setengah kilogram beras per orang (ada yang berpendapat 2,7 kilogram). 2. Zakat maal. Secara umum aset zakat maal meliputi hewan ternak, emas dan perak, bahan makanan pokok, buah-buahan, dan mal tijarah (aset perdagangan). Syekh an- Nawawi Banten berkata: ‫ذَب‬ ‫ال‬ ‫ََي‬ ‫رال‬ ‫ال‬ ‫َّللاى‬ ‫َج‬ ‫ْن‬ ‫َّللاف‬ َ َ ‫ية‬ ‫رام‬ ‫ث‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫رة‬ ‫َاج‬ ‫ََي‬ ‫ْال‬ ‫اة‬ ‫َزك‬ ‫َّللخم‬ ‫َال‬ ‫زرَع‬ ‫َال‬ ‫َة‬ ‫ك‬ ‫َال‬ ‫َّللن‬ ‫غ‬ ‫َال‬ ‫قر‬ ‫ر‬ ‫َال‬ ‫م‬ ‫َاإلب‬ ‫َّللب‬ َ ‫--َال‬ ‫ال‬ ْ َِ ‫ى‬ ‫--إل‬ ِ‫أل‬ ‫َة‬ ‫ك‬ ‫َال‬ ‫حذَب‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫رج‬ ‫ا‬ ‫هي‬ ‫ا‬ ‫تجارة‬ ‫ال‬ ٍَ‫ِر‬ ‫ا‬ََْ ‫َّللهرا‬ ْ ِ‫فو‬ ‫ا‬ ‫را‬ ‫إم‬ ‫ََي‬ ،‫تها‬ ‫ير‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫حق‬ َ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ها‬ ‫اا‬ ‫زك‬
  • 8. “Zakat mal wajib di dalam delapan jenis harta. Yaitu, emas, perak, hasil pertanian (bahan makanan pokok), kurma, anggur, unta, sapi, kambing ... Sedangkan aset perdagangan dikembalikan pada golongan emas dan perak karena zakatnya terkait dengan kalkulasinya dan kalkulasinya tidak lain dengan menggunakan emas dan perak.”(Syekh an-Nawawi Banten, Nihayatz Zain, Surabaya, al-Haramain, cetakan pertama, halaman: 168) Namun kemudian menurut beberapa ulama kotemporer, aset zakat juga memasukkan uang (bank note/al-auraq al-maliyah), hasil profesi, atau hadiah yang diterima oleh seseorang sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Wahbah az-Zuhaili di dalam al-Fiqh al-Islami, Syekh Yusuf al-Qardawi di dalam Fiqhuz Zakah, Syekh Abdurrahman al-Juzairi di dalam al- Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, dan yang lainnya. Pendapat ini berpedoman pada beberapa riwayat ulama, di antaranya: 1. Riwayat dari Ibn Abbas َ‫ي‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ين‬ ‫ع‬ ‫يه‬ ‫زك‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ْ ‫رال‬ ‫ال‬ َ‫ي‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫رجم‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫راى‬ ِ ‫ن‬ ‫اب‬ ‫ِن‬ “Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas tentang seseorang yang memperoleh harta, (lalu) Ibn ‘Abbas berkata: ‘(Hendaknya) ia menzakatinya pada saat memperolehnya.’.” (HR. Ahmad ibn Hanbal) 2. Riwayat dari Ibn Mas’ud ‫َّللها‬ ْ ‫أخذ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫غارث‬ َ ‫م‬ ‫زب‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ََاء‬ ‫ال‬ ‫َّللا‬ ‫ي‬ ََ ‫ي‬ ‫َود‬ ‫س‬ ْ ‫ن‬ ‫اب‬ ‫هللا‬ َ‫ر‬ ِ ِ‫ا‬ ‫ك‬ :‫ال‬ ْ ‫ن‬ ‫ري‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫يرة‬ ‫ر‬ َ ‫ِن‬ ‫اة‬ ‫زك‬ “Diriwayatkan dari Habirah ibn Yarim, ia berkata: ‘Abdullah ibn Mas’ud memberi kami suatu pemberian di dalam keranjang kecil, kemudian beliau mengambil zakat dari pemberian- pemberian tersebut.” (HR. Abu Ishaq dan Sufyan ats-Tsauri) 3. Riwayat dari Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz ‫الز‬ ‫يأخذ‬ ِ‫َكا‬ ،‫الزكاة‬ ‫َّللها‬ْ ‫َخذ‬ ‫الرلالن‬ ‫رد‬ ‫ا‬ ‫َإ‬ ،‫الزكاة‬ ‫َّللها‬ْ ‫َخذ‬ ‫الته‬‫ـ‬‫ر‬ِْ ‫الرجم‬ ‫ََِى‬ ‫ا‬ ‫إ‬ ِ‫كا‬ ‫َمه‬ َ‫ِري‬ ‫َبو‬ ‫كر‬ ‫ْن‬ ‫اة‬ ‫ك‬ ‫ها‬ ‫َحاب‬ ‫أل‬ ‫خرجت‬ ‫ا‬ ‫إ‬ ‫ية‬ َِ‫األ‬ “Abu ‘Ubaid menyebutkan bahwa sesungguhnya Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz memberi upah seorang pekerja, maka beliau mengambil zakat darinya, ketika mengembalikan madhalim (harta yang diambil secara zalim), maka beliau mengambil zakat darinya, dan beliau mengambil zakat dari ‘athiyah (pemberian-pemberian) saat dibagikan pada pemiliknya.” (Yusuf al-Qardawi, Fiqhuz Zakah, Beirut, Dar al-Fikr, jilid I, halaman: 431) 2.3 Perbedaan : Infaq, shadaqah, zakat, dan hibah  Zakat, dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya).  Infaq, membelanjakan atau membiayai yang berhubungan dengan usaha realisasi perintah-perintah Allah. infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
  • 9. pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan dalam ajaran Islam.  Shadaqah, adalah pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu.  Hibah, pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaan pembagiannya dilakukan pada waktu penghibah masih hidup juga. 2.4 Fungsi dan Hikmah zakat 1. fungsi zakat  Zakat berfungsi sebagai suatu sarana jaminan sosial dan persatuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok individu, memberantas kemelaratan dan menyia-nyiakan sesama orang Islam.  Sebagai pelunak hati dan alat penyebaran Islam. Ini terlihat pada pemberian zakat yang salah satunya diberikan kepada muallaf yang dibujuk hatinya agar tetap teguh dalam ke- Islaman.  Zakat merupakan suatu sarana untuk memperbesar volume harta yang disediakan untuk memberi jaminan sosial dalam hutang piutang dan merupakan payung pelindung bagi orang-orang yang terjerat dalam hutang. Ini tampak pada diberikannya zakat kepada ghorimin (orang yang berhutang).  Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam khususnya dan manusia pada umumnya.  Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan. ?Membersihkan sifat iri dan dengki, benci dan hasud (kecemburuan sosial) dari hati orangorang miskin. SWT  Manifestasi kegotong- royongan dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. Fungsi Zakat dalam Bidang Ekonomi Zakat dilihat dari segi ekonomi adalah merangsang si pemilik harta kepada amal perbuatan untuk mengganti apa yang telah diambil dari mereka. Ini terutama jelas sekali pada zakat mata uang. 2. hikmah zakat Hikmah dari zakat antara lain:  Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin.  Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah.  Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk  Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.  Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan  Untuk pengembangan potensi ummat  Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam  Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat. 2.5 Para Mustahik Penerima Zakat, Infaq, dan shadaqah 1. penerima zakat Ada delapan pihak yang berhak menerima zakat, tertera dalam Surah at-Taubah ayat 60 yakni:
  • 10.  Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. Menurut Buya Hamka, kata fakir berasal dari makna "membungkuk tulang punggung", satu sebutan buat orang yang telah bungkuk memikul beban berat kehidupan.  Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup Secara kebahasaan, orang miskin berasal dari kata ُِ ُ‫و‬ْ‫ف‬َْ (sukūn), artinya tidak ada perubahan pada hidupnya, tetap saja begitu, menahan penderitaan hidup.  Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat. Tentu saja dalam memungut zakat ini, ada para petugas yang mengambilnya. Mereka juga berhak terhadap zakat. Namun begitu, Buya Hamka memberi catatan, bahwa jika si pengurus atau pegawai mengambil sebagian hartanya yang telah dipungut untuk dirinya sendiri, ini dijatuhkan kepada korupsi/ghulūl (ُ‫ل‬ ُ‫و‬ْ‫ح‬ٌْ). Karenanya menurut beliau, boleh saja mengadakan kepanitiaan dalam rangka pemungutan zakat.  Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.  Hamba sahaya - Budak yang ingin memerdekakan dirinya  Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya.  Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah misal: dakwah, perang dan sebagainya.  Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan. 2. penerima infaq Mungkin masih banyak dari kita yang kebingungan untuk menginfakkan hartanya kepada siapa. Namun, Allah menjawab kebingungan kita itu di dalam Al-Qur’an surat Al- Baqarah (2) ayat 215. Yang menjelaskan bahwa ada 5 orang (kelompok) yang berhak menerima infak dari harta yang diamanahkan-Nya kepada kita, antara lain sebagai berikut:  Orang tua - Orang tua merupakan wasilah adanya kita di alam dunia, maka sudah sepatutnya kita memberikan infak terbaik kita untuk mereka. Meskipun begitu, segala harta yang kita infakkan untuk orang tua takkan pernah bisa membalas jasa-jasa mereka dalam kehidupan kita.  Kerabat (saudara) - Sebelum kita berinfak kepada orang lain yang jauh kaitan hubungan kekeluargaannya dengan kita, sebaiknya kita berinfak kepada kerabat (saudara) yang memang membutuhkan bantuan (kondisinya tengah kekurangan).  Orang miskin - Berinfak kepada orang miskin sudah jelas memang harus kita lakukan, karena kondisi ekonomi mereka yang kekurangan.  Musafir (orang dalam perjalanan) - Musafir (orang yang dalam perjalanan) biasanya tak selalu memiliki bekal yang dapat memenuhi segala kebutuhannya, maka memberi infak kepada mereka menjadi sebuah amal yang mulia. Terlebih jika musafir tersebut adalah orang yang tengah mencari ilmu agama-Nya, keberkahan berlipat ganda Allah berikan ketika kita memberikan infak kepada mereka (musafir para pencari ilmu).
  • 11.  Anak yatim - Memberikan infak kepada anak-anak yatim merupakan salah satu amalan yang dianjurkan oleh Allah dan Rasulullah. Bahkan Allah mengancam di dalam surat An-Nisaa (4) ayat 10 yang artinya, “Sesungguhnya, orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” 3. Penerima Shadaqah Sedekah Bahasa Arab:‫ة‬ ََْ ; transliterasi: sadakah) adalah pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah hadis digambarkan, “Memberikan senyuman kepada saudaramu adalah sedekah.” Allah :namrifreb ‫ى‬ ‫َال‬ ‫َا‬ ‫ه‬ ‫رحام‬ َ … ‫ق‬َ‫ْو‬‫ل‬ٌ ‫ق‬َّ‫ع‬ْ‫ر‬ُ‫ق‬‫و‬‫و‬ْ‫م‬ ‫قف‬ َّ ‫قف‬َّ‫ْو‬َْ‫ق‬ٌَّ‫مق‬َِّ‫ل‬َََْ‫ق‬ٍ َُْ‫ُق‬‫ه‬ ‫أق‬َ‫ذ‬‫ى‬ “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima)…” [Qs. Al-Baqarah: 263] … ‫ق‬‫ا‬ٌ‫أ‬‫م‬ُّ‫ق‬ َ‫أ‬‫ذ‬ ْ‫ِذ‬‫قف‬‫ه‬ُ‫ن‬ْ‫أ‬‫م‬‫قَل‬ َُْ‫م‬َُْ‫رِق‬َ‫ق‬‫ْا‬ََْ‫ق‬‫رِقب‬َ‫م‬ ‫ق‬َُ‫ا‬ٌ‫أ‬ِ‫مق‬ِّ‫ك‬َ‫مقى‬َ‫ق‬‫قي‬َ‫ف‬‫مأ‬ ‫ق‬ َ‫ل‬‫َمو‬َ‫قِق‬‫ما‬ٌ‫م‬‫قِأ‬‫ما‬ِ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” [Qs. Al-Baqarah: 264]  Orang-orang fakir (fuqara’) - yaitu orang-orang yang memiliki kurang dari satu nasab, atau memiliki satu nasab yang bercampur dengan utang.  Orang-orang miskin (masakin) - yaitu orang-orang yang tidak memiliki suatu apa pun dan tidak mampu bekerja untuk mendapatkan harta yang dapat mencukupi kebutuhan mereka.  Para pengurus zakat (al-amilun alaiha) - yaitu orang-orang yang bertugas untuk mengumpulkan zakat. Mereka ini, meskipun kaya, diberi harta zakat sebagai upah atas pekerjaan mereka.  Para mu’allaf yang dibujuk hatinya (al-mu’allafatu qulubuhum) - Yaitu orang-orang yang baru masuk Islam, mereka diberi zakat untuk menguatkan hati mereka.  Untuk memerdekakan budak (fi ar-riqab) - yaitu hamba sahaya yang tidak punya jalan untuk memerdekakan diri mereka atau tawanan perang.  Orang-orang yang berutang (al-gharimun) - yaitu orang-orang yang memiliki utang yang tidak sanggup mereka lunasi. Tapi mereka bukan berutang untuk berlebih- lebihan dan berfoya-foya.  Untuk jalan Allah (fi sabilillah) - yaitu pihak yang bersifat umum yang ditentukan oleh negara. Di antaranya untuk menyiapkan para mujahid, mengobati orang-orang yang sakit, dan melatih orang-orang yang tidak mampu.  Orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil) - yaitu orangyang berada di suatu tempat tanpa memiliki tempat tinggal dan makanan. Ia memiliki harta di tanah airnya,
  • 12. namun ia kehabisan bekalnya. Masyarakat berkewajiban memeliharanya, mencari tahu tentang ihwalnya, dan memberi bantuan kepadanya. 2.6 Sirah Nabawiyah seringkali sirah dimaksudkan sebagai "Sirah Nabawiyah", menurut istilah syar'i maksud dari as-sirah an-nabawiyah adalah Ilmu yang kompeten yang mengumpulkan apa yang diterima dari fakta-fakta sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW secara komprehensif dari sifat-sifatnya, etika dan moral. Sirah Nabawiyah berisi perincian kisah hidup rasulullah, yakni asal-muasal, suku dan nasab, dan keadaan masyarakatnya, sebelum dia dilahirkan. Kemudian berlanjut kepada kelahiran dia, masa kecil, remaja, dewasa, pernikahan, menjadi nabi, serta perjuangan-perjuangan dia dalam menegakkan Islam hingga akhir hayatnya. Sirah Nabawiyah dan sejarah memiliki arti yang serupa namun sejarah bersifat lebih umum dan sirah lebih khusus, dilihat dari sumber, perincian dan tujuannya, seperti: 1. Sirah berasal dari kata saraha berarti perjalanan hidup sedangkan sejarah berasal dari kata syajarah (syajaratun) bermaksud pohon. 2. Sirah Nabawiyah pembahasannya bertumpu kepada perjalanan dan kisah hidup Nabi Muhammad SAW secara rinci. Pembahasan juga menekankan sifat pribadi, akhlak serta cara dia menjalani kehidupan sehari yang bisa diteladani. Sedangkan sejarah pembahasannya hanya mengenai peristiwa-peristiwa yang dianggap penting yang terjadi pada masa lampau. Lebih difokuskan kepada perkembangan peradaban ataupun perkembangan suatu zaman. 3. Sirah Nabawiyah bersumber hanya dari ayat Al-Quran, hadits nabi, dan riwayat para sahabat dia. Sedangkan sejarah melalui sumber primer (bukti-bukti dan rujukan yang kukuh), sekunder (penyelidikan), dan lisan (saksi). 4. Sirah mengkhususkan kepada seseorang individu sedangkan sejarah kepada peristiwa dan pelakunya. 5. Kedudukan fakta Sirah Nabawiyah tidak bisa berubah karena kejadian telah tercatat di dalam al-Quran, hadits dan riwayat sahabat (tidak ada yang baru). Sedangkan sejarah bisa saja berubah dengan ditemukannya sumber ataupun bukti yang lebih awal (baru) atau jelas dari sumber sebelumnya (lebih tua)[3]. 6. Sirah Nabawiyah bertujuan sebagai pemberi teladan, contoh dan pendukung sejarah Islam. Di antaraversi Sirah Nabawiyah yang diterima dan memiliki kedudukan adalah: 1. Sirah Ibnu Hisyam, yakni sirah yang dianggap sebagai sirah tertua yang masih tersedia saat ini dari kalangan Sunni. 2. Rahiqul Makhtum karya Al-Mubarakfurri, yakni sirah nabawiyah yang memiliki kriteria ketat dalam penyusunan dan hanya memasukan riwayat yang benar-benar shahih. Kitab ini mendapat peringkat pertama dalam kompetisi Penulisan Sirah Nabawiyah yang diselenggarakan oleh Rabithah Alam Islami. Kitab ini menjadi populer dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. 3. Sirah Ibnu Ishaq, yakni sirah nabawiyah yang telah hilang buku aslinya, sedangkan yang beredar sekarang ini adalah hasil saduran para ulama dari Sirah Ibnu Hisyam. Sirah Nabawiyah kemudian disusun oleh penulis kontemporer baik dari kalangan Muslim maupun orientalis, hanya saja sumber yang digunakan kadangkala dikritik, mulai dari keshahihan riwayatnya, pendapat pribadi, dan sumber yang bertentangan atau campur aduk.
  • 13. 2.7 Sejarah Zakat 1. Sejarah penerapan Syariah zakat Dalam catatan Ma’sum Djauhari, sejarah zakat ini pada mulanya berupa infaq yang harus dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin dan kepentingan pembelaan agama. Sementara jumlah banyak dan sedikitnya sendiri tidak atau belum ada batasan. Baru pada tahun ke dua setelah hijrah, zakat kemudian dijadikan pokok ibadah yang harus dilakukan oleh setiap muslim apabila telah memiliki harta pada batas-batas yang ditetapkan. Masih menurut Djauhari, dalam keterangan Ibrahim dalam bukunya Pengantara Hukum Islam, zakat diwajibkan setelah turun wahyu sebagaimana tertera di dalam al-qur’an surah al- baqarah ayat 277, yang artinya kurang lebih sebagai berikut: 2.Sejarah Zakat Setiap muslim di dunia diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang dikarunia allah. Kewajiaban ini tertulias di dalam al-qur’an. Pada awalnya al-qur’an hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari umat islam diperintahkan untuk mmbayar zakat. Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M, Nabi Muhammad SAW melembagakan perintah zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban kehidupan mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara islam. Hal ini menunjukan pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat. Khususnya mengenai jumlah zakat tersebut. Pada zaman khalifa zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan pada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orng miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebsan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar, syariah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaiman zakat itu haru dibayarkan. Kejatuhan para khalifah dan negra-negara islam yang menyebabkan zakat tidak dapatdiselenggarakan dengan berdasarkan hukum lagi.
  • 14. BABIII PENUTUP 3.1Kesimpulan Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syara. Zakat itu ada dua macam yaitu zakat mal dan zakat fithrah. Harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu : 1. Emas dan perak Harta perniagaan 2. Binatang ternak seperti unta, lembu (kerbau ), kambing, sapi. 3. Buah-buahan dan biji- bijian yang dapat dijadikan makanan pokok 4. Barang tambang dan barang temuan Banyak Faedah dan Hikmah dari berzakat. Zakat dapat meningkatkan toleransi, solidaritas antar sesama manusia dan menyeimbangkan antara Hablumminallah dan Hablumminannas. Demikian makalah tentang zakat yang saya susun, semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat, mahasiswa, dan pembaca (khususnya). Kritik dan saran saya harapkan demi perbaikan pembuatan makalah berikutnya. 3.2Saran Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka dari itu penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah zakat, setelah membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih lengkap. Dan marilah kita realisasikan zakat dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan kewajiban umat muslim dengan penuh rasa ikhlas.