2. Mengetahui biaya bahan baku sebagai komponen biaya produksi
Mengetahui proses pengadaan bahan baku untuk produksi
Mengetahui pencatatan pengadaan & pemakaian bahan baku dalam produksi
3. Bahan-bahan yg merupakan
komponen utama yg membentuk
keseluruhan dari produk jadi.
Bahan baku
Bahan baku
penolong
Bahan yg digunakan dalam proses
produksi yg nilainya kecil dan tidak
dapat diidentifikasikan dalam produk
jadi.
Contoh
Produk : Kaos olah raga
Bahan baku : Kain kaos
Bahan penolong : Benang
Bahan baku penolong ini masuk
dalam komponen biaya produksi
sebagai BOP
Perusahaa
n
5. Harga perolehan bahan baku dalam perusahaan, tdk hanya harga beli bahan baku saja,
namun juga termasuk biaya-biaya yg dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan
bahan baku tersebut.
Dalam perusahaan yg besar, untuk membeli bahan baku yg dibutuhkan perusahaan dilakukan oleh
departemen tersendiri, yaitu Departemen Pembelian.
Pembelian dilakukan tertulis dgn membuat formulir-formulir guna menetapkan tanggung jawab & memberikan
informasi mengenai pihak-pihak yg akan menggunakan informasi tersebut.
Formulir-formulir yg dibuat dlm rangka pembelian bahan baku diantaranya:
Perusahaa
n
Formulir
Pembelian
Formulir
Pemesanan Bahan
Baku
Formulir
Penerimaan
1 2 3
6. Formulir
Pembelian
1
Formulir utama yg diperlukan dalam pembelian adalah bukti permintaan pembelian dan pesanan pembelian.
Bukti permintaan pembelian berasal dari bagian gudang dimana bagia tsb membuat formulir permintaan bahan baku yg
diajukan pada bagian pembelian. Permintaan bahan baku dari bagian gudang dibuat jika bahan baku yg ada di gudang
sudah mencapai pada tahap minimal sehingga perlu dilakukan pemesanan kembali/reorder point (ROP).
Reorder Point = (lead time x rata-rata pemakaian) + safety stock
Keterangan:
Lead time =Waktu yg dibutuhkan antara barang yg dipesan hingga sampai di perusahaan
Rata-rata pemakaian = Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu
Persediaan pengaman = Jumlah persediaan barang minimum yg harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan
keterlambatan datangnya bahan baku
Safety stock
7. Formulir
Pembelian
1
Formulir utama yg diperlukan dalam pembelian adalah bukti permintaan pembelian dan pesanan pembelian.
Bukti permintaan pembelian berasal dari bagian gudang dimana bagia tsb membuat formulir permintaan bahan baku yg
diajukan pada bagian pembelian. Permintaan bahan baku dari bagian gudang dibuat jika bahan baku yg ada di gudang
sudah mencapai pada tahap minimal sehingga perlu dilakukan pemesanan kembali/reorder point (ROP).
Reorder Point = (lead time x rata-rata pemakaian) + safety stock
Keterangan:
Lead time =Waktu yg dibutuhkan antara barang yg dipesan hingga sampai di perusahaan
Rata-rata pemakaian = Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu
Persediaan pengaman = Jumlah persediaan barang minimum yg harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan
keterlambatan datangnya bahan baku
Safety stock
8. Contoh Soal:
PT Maju Makmur Konveksi, akan menghitung persediaan dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali bahan
baku kain, dengan data sbb:
Waktu tunggu pesanan bahan baku kain datang (lead time) 5 hari
Pemakaian rata-rata perhari bahan baku kain sebesar 300 m
Persediaan cadangan (safety stock) sebesar pemakaian rata-rata untuk 2 hari
Tentukan Reorder Point untuk bahan baku kain!!
Jawab:
Reorder point = (lead time x rata-rata pemakaian) + safety stock
= (5 x 300 m) + (2 x 300 m)
= 2.100 m
Lanjutan…
Jadi, batas minimal bahan baku di gudang sebanyak 2.100 m , maka bagian gudang wajib mengajukan permintaan
pembelian bahan baku kain pada bagian pembelian.
9. Formulir permintaan bahan baku yg dibuat oleh bagian gudang, selanjutnya diberikan pada bagian pembelian, lalu
bagian pembelian membuat formulir pesanan pembelian bahan baku yg ditujukan pada pemasok bahan baku.
Formulir
Pemesanan Bahan
Baku
2
Formulir
Penerimaan
3
Tugas penerima yaitu menerima bahan baku yg dipesan dari pemasok, membongkar bahan baku yg sudah dikirim dari
pemasok, membandingkan jumlah bahan baku yg diterima dgn formulir pemesanan, membuat laporan penerimaan.
Jika ada ketidaksesuaian dan kerusakan, maka bagian penerima perlu memberitahukan pada bagian pembelian
mengenai selisih, lalu bagian pembelian akan menghubungi pihak pemasok.
10. Kuantitas Pemesanan Ekonomis
(Economic Order Quantity –
EOQ)
EOQ adalah jumlah persediaan yg harus dipesan pada suatu saat dgn tujuan untuk mengurangi biaya tahunan.
Jika suatu perusahaan tdk terlalu sering membeli bahan baku & melakukan pembelian tsb dalam jumlah besar
(kebalikan dari hal ini adalah pendekatan just in-time), biaya penyimpanan persediaan menjadi tinggi karena investasi
yg cukup besar dalam persediaan.
Jika pembelian dilakukan dalam jumlah kecil, dgn frekuensi pesanan cukup sering, hal ini dapat mengakbatkan biaya
pemesanan yg tinggi.
Oleh karena itu, jumlah optimum yg dipesan pada suatu waktu tertentu ditentukan dgn cara menyeimbangkan 2
faktor:
1) Biaya penyimpanan
bahan baku
2) Biaya perolehan
(pemesanan) bahan baku
11. Kuantitas Pemesanan Ekonomis
(Economic Order Quantity –
EOQ)
Rumus EOQ adalah sbb:
EOQ = √2 x RU x CO
CU x CC
Keterangan:
RU = Required unit for annual (kebutuhan bahan untuk tahun yg akan datang)
CO = Cost per Order (biaya pemesanan variabel setiap kali pemesanan)
CU = Cost per Unit (harga faktur & biaya angkut setiap bahan yg dibeli)
CC = Carrying Cost Percentage (biaya penyimpanan variabel yg dihitung berdasarkan persentase dari cost per unit bahan
Lanjutan…
12. Kuantitas Pemesanan Ekonomis
(Economic Order Quantity –
EOQ)
Contoh Soal:
Perusahaan X membutuhkan bahan mentah karet sebanyak 64.000 unit/tahun (1 tahun = 320 hari) dengan harga Rp50
setiap unit.
Dalam rangka pembelian tersebut dibutuhkan biaya-biaya sbb:
Biaya pengiriman pesanan Rp10/1 kali pesan
Biaya administrasi Rp20/1 kali pesan
Biaya penyelesaian pemesanan Rp20/1 kali pesan
Biaya penyimpanan di gudang Rp1/unit/tahun
Carilah EOQ!!
Jawab:
RU = 64.000
CO = 10+20+20
CU = 50
CC = 1
Lanjutan…
EOQ = √2 x 64.000 x 50
50 x 1
= 358 unit
Jadi, PT X agar memperoleh pemesanan yg ekonomis
maka setiap kali disarankan jumlah pemesanan
ekonomis sebanyak 358 unit.
13. Unsur dari harga pokok bahan baku yg dibeli adalah
terdiri dari:
Harga pembelian (harga yg tercantum dalam
faktur pembelian)
1
Biaya-biaya pembelian seperti biaya angkut
2
Biaya-biaya yg dikeluarkan untuk menyiapkan
bahan baku dalam keadaan siap untuk diolah
3
Untuk perlakuan terhadap biaya angkutan ini dapat dibedakan
sbb:
Biaya angkutan diperlakukan sbg tambahan harga pokok
bahan baku yg dibeli.
1
Biaya angkutan tidak diperlakukan sbg tambahan harga pokok
bahan baku yg dibeli. Namun, diperlakukan sbg unsur BOP
2
(a) Biaya angkut dihitung berdasarkan kuantitas
bahan baku
(b) Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga
pokok bahan baku yg dibeli berdasarkan tarif yg
ditentukan di muka.
Pada awal tahun, perusahaan melakukan pembuatan
anggaran. Untuk besarnya biaya angkut pembelian
bahan baku akan dilakukan penaksiran sbg unsur BOP.
Kemudian, biaya angkutan yg sesungguhnya terjadi &
dikeluarkan kemudian dicatat dalam debit rekening
BOP sesungguhnya.
14. Lanjutan…
Biaya angkutan diperlakukan sbg tambahan harga pokok bahan baku yg dibeli.
1
(a) Biaya angkut dihitung berdasarkan kuantitas bahan baku
Contoh Soal:
Perusahaan membeli 3 macam bahan baku dgn
jumlah harga dalam faktur sebesar Rp700.000.
biaya angkutan yg harus dibayar untuk
mengangkut 3 jenis bahan baku sebesar
Rp200.000. kuantitas masing-masing jenis
bahan baku yg tercantum dalam faktur adalah
bahan baku A = 300 Kg; bahan baku B = 250 Kg;
bahan baku C = 50 Kg.
Pembagian biaya angkutan kepada tiap-tiap
jenis bahan baku adalah:
Jenis Bahan Baku
Berat
Harga Pokok
Bahan Baku
Harga
Faktur
%
Kg (i) (i) : 600 (ii) (ii) x Rp200.000 (iii)
A 300 0,50 100.000
B 250 0,42 83.333
C 50 0,08 16.667
600 1,00 200.000
15. Lanjutan…
Biaya angkutan diperlakukan sbg tambahan harga
pokok bahan baku yg dibeli.
1
(b) Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga
pokok bahan baku yg dibeli berdasarkan tarif yg
ditentukan di muka
Contoh Soal:
Biaya angkutan yg diperkirakan akan dikeluarkan dalam
Tahun 2020 adalah sebesar Rp3.000.000 dan jumlah
bahan baku yg diangkut diperkirakan sebanyak 40.000
Kg. jadi tarif biaya angkut untukTahun 2020 adalah
sebesar Rp3.000.000 : 40.000 Kg jadi Rp75 /Kg bahan
baku yg diangkut. Dalam tahun 2020 jumlah bahan
baku yg dibeli dan alokasi angkutan atas dasar tarif
disajikan sbb:
Jenis
Bahan
Baku
Berat Harga Faktur
Biaya Angkutan yg
Dibebankan atas
DasarTarif
Harga Pokok Bahan
Baku
Kg (i) (ii) (i) x Rp75 (iii) (ii) + (iii) = (iv)
A 20.000 Rp 4.000.000 Rp 1.500.000 Rp 5.500.000
B 10.000 3.000.000 750.000 3.750.000
C 10.000 3.500.000 750.000 4.250.000
Rp 10.500.000 Rp 3.000.000 Rp 13.500.000
Jika misalnya biaya angkutan yg sesungguhnya dlm tahun 2020 adalah
sebesar Rp2.800.000, maka jurnal yg dibuat dlm Tahun 2020 untuk mencatat
bahan baku yg dibeli tsb adalah sbb:
16. Lanjutan…
1) Jurnal pembelian bahan baku:
Persediaan bahan baku Rp10.500.000
Kas Rp10.500.000
2) Jurnal pembebanan biaya angkutan atas dasar tarif
Persediaan bahan baku Rp3.000.000
Biaya angkutan Rp3.000.000
3) Jurnal pencatatan biaya angkutan yg sesungguhnya terjadi
Biaya angkutan Rp2.800.000
Kas Rp2.800.000
4) Jurnal penutupan saldo rekening biaya angkutan ke rekening harga pokok penjualan
Biaya angkutan Rp200.000
Harga pokok penjualan Rp200.000
Jika misalnya biaya
angkutan yg
sesungguhnya dlm
tahun 2020 adalah
sebesar Rp2.800.000,
maka jurnal yg dibuat
dlm Tahun 2020 untuk
mencatat bahan baku
yg dibeli tsb adalah
sbb:
17. Harga bahan baku dari waktu ke waktu ada kemungkinan tdk stabil, maka dari itu persediaan bahan baku di gudang
terdiri dari beberapa harga.
Untuk mengatasi masalah beberapa harga yg berbeda walaupun jenis bahan bakunya sama, perlu dilakukan metode
penentuan harga pokok bahan baku pada saat akan memproduksi barang. Metod tsb adalah:
Metode Masuk Pertama Keluar
Pertama (First In, First Out – FIFO)
Metode MasukTerakhir Keluar
Pertama (Last In, First Out – LIFO)
Metode Rata-Rata Bergerak (Moving
Average Method)
1 2 3
Metode ini menentukan biaya
bahan baku dgn anggapan
bahwa harga pokok per satuan
bahan baku yg pertama masuk
ke dalam gudang, digunakan
untuk menentukan harga pokok
bahan baku yg pertama kali
dipakai.
Metode ini menentukan biaya
bahan baku dgn anggapan
bahwa harga pokok per satuan
bahan baku yg masuk terakhir di
gudang, digunakan untuk
menentukan harga pokok bahan
baku yg pertama kali dipakai.
Metode ini menghitung harga
pokok rata-ratanya dgn cara
membagi total harga pokok dgn
jumlah satuannya. Setiap kali
terjadi pembelian yg harga
pokok produk per satuannya
berbeda dgn harga pokok satuan
barang yg ada di gudang, harus
dilakukan perhitungan harga
18. Harga bahan baku dari waktu ke waktu ada kemungkinan tdk stabil, maka dari itu persediaan bahan baku di gudang
terdiri dari beberapa harga.
Untuk mengatasi masalah beberapa harga yg berbeda walaupun jenis bahan bakunya sama, perlu dilakukan metode
penentuan harga pokok bahan baku pada saat akan memproduksi barang. Metod tsb adalah:
Metode Masuk Pertama Keluar
Pertama (First In, First Out – FIFO)
Metode MasukTerakhir Keluar
Pertama (Last In, First Out – LIFO)
Metode Rata-Rata Bergerak (Moving
Average Method)
1 2 3
Metode ini menentukan biaya
bahan baku dgn anggapan
bahwa harga pokok per satuan
bahan baku yg pertama masuk
ke dalam gudang, digunakan
untuk menentukan harga pokok
bahan baku yg pertama kali
dipakai.
Metode ini menentukan biaya
bahan baku dgn anggapan
bahwa harga pokok per satuan
bahan baku yg masuk terakhir di
gudang, digunakan untuk
menentukan harga pokok bahan
baku yg pertama kali dipakai.
Metode ini menghitung harga
pokok rata-ratanya dgn cara
membagi total harga pokok dgn
jumlah satuannya. Setiap kali
terjadi pembelian yg harga
pokok produk per satuannya
berbeda dgn harga pokok satuan
barang yg ada di gudang, harus
dilakukan perhitungan harga
19. Lanjutan…
Contoh Soal: FIFO
Tgl 1 Januari 2014 Persediaan awal : 100 buah @ Rp5.000
Tgl 2 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.000
Tgl 3 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.500
Tgl 4 Januari 2014 Penjualan : 100 buah
Tgl 5 Januari 2014 Penjualan : 100 buah
Tgl Pembelian Penjualan Persediaan Akhir
1 100 @ Rp5.000
2 100 @ Rp10.000 100 @ Rp5.000
100 @ Rp10.000
3 100 @ Rp10.500 100 @ Rp5.000
100 @ Rp10.000
100 @ Rp10.500
4 100 @ Rp5.000 100 @ Rp10.000
= Rp500.000 100 @ Rp10.500
5 100 @ Rp10.000 100 @ Rp10.500
= Rp1.000.000
Sehingga persediaan akhir setelah
transaksi ke-5 adalah sebesar 100
buah @ Rp10.500 = Rp1.050.000
20. Lanjutan…
Contoh Soal: LIFO
Tgl 1 Januari 2014 Persediaan awal : 100 buah @ Rp5.000
Tgl 2 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.000
Tgl 3 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.500
Tgl 4 Januari 2014 Penjualan : 100 buah
Tgl 5 Januari 2014 Penjualan : 100 buah
Tgl Pembelian Penjualan Persediaan Akhir
1 100 @ Rp5.000
2 100 @ Rp10.000 100 @ Rp5.000
100 @ Rp10.000
3 100 @ Rp10.500 100 @ Rp5.000
100 @ Rp10.000
100 @ Rp10.500
4 100 @ Rp10.500 100 @ Rp5.000
= Rp1.050.000 100 @ Rp10.000
5 100 @ Rp10.000 100 @ Rp5.000
= Rp1.000.000
Sehingga persediaan akhir setelah
transaksi ke-5 adalah sebesar 100
buah @ Rp5.000 = Rp500.000
21. Lanjutan…
Contoh Soal:
AVERAGE
Tgl 1 Januari 2014 Persediaan awal : 100 buah @ Rp5.000
Tgl 2 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.000
Tgl 3 Januari 2014 Pembelian : 100 buah @ Rp10.500
Tgl 4 Januari 2014 Penjualan : 100 buah
Tgl Pembelian Penjualan Persediaan Akhir
1
Persediaan awal
100 @ Rp5.000
Rp500.000
2 100 @ Rp10.000 Rp1.000.000
3 100 @ Rp10.500 Rp1.050.000
4 100 @ Rp8.500 Rp850.000
Harga jual perbuah
= Rp500.000 + Rp1.000.000 +
Rp1.050.000
= Rp2.550.000 / 300 buah
= Rp 8.500
Persediaan akhir 200 buah x Rp8.500 =
Rp1.700.000
22. Ada dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yg diapakai dalam produksi, yaitu:
Metode mutasi persediaan atau Perpetual
1
Setiap ada mutasi atau perpindahan bahan
baku harus dicatat dalam kartu
persediaan, jadi sewaktu-waktu bisa
diketahui berapa total persediaan bahan
baku.
Perhitungan dgn melakukan pencatatan
yg tertib & teratur setiap ada perubahan
persediaan.
Persediaan bahan baku digunakan untuk
mencatat persediaan awal & mutasi bahan
baku selama satu periode waktu.
Apabila persediaan bahan baku
bertambah, akun ini di debit & jika
berkurang akun ini di kredit.
a) Pembelian bahan baku secara tunai:
Persediaan bahan baku Rpxxx
Kas Rpxxx
b) Pembelian bahan baku secara kredit:
Persediaan bahan baku Rpxxx
Utang dagang Rpxxx
c) Pemakaian bahan baku:
Barang dalam proses – Biaya bahan baku Rpxxx
Persediaan bahan baku Rpxxx
23. Metode persediaan fisik
2
Dalam metode ini, hanya tambahan
persediaan bahan baku dari pembelian
saja yg dicatat, sedangkan mutasi
berkurangnya bahan baku karena
pemakaian tidak dicatat dalam kartu
persediaan.
Perhitungan dgn cara melihat langsung
wujud/fisik barang yg dimiliki saat itu
(stock opname)
Persediaan tdk dicatat setiap saat.
a) Pembelian bahan baku secara tunai:
Persediaan bahan baku Rpxxx
Kas Rpxxx
b) Pembelian bahan baku secara kredit:
Persediaan bahan baku Rpxxx
Utang dagang Rpxxx
c) Pemakaian bahan baku:
Tidak dicatat
Lanjutan…
24. Sisa Bahan
1
Ketika memproses bahan mentah menjadi barang jadi, tdk semua bahan baku terpakai semua, ada bahan-bahan sisa. Namun, sisa
tersebut tdk dpt digunakan lagi.
Apabila sisa bahan baku tidak mempunyai nilai atau tdk dpt dijual, hal ini berakibat harga bahan baku yg dibebankan ke produk jadi
menjadi lebih tinggi.
Jika sisa bahan mempunyai nilai artinya bisa dijual, maka perlakuan hasil penjualan sisa bahan tersebut dpt sbg pengurang biaya bahan
baku pesanan yg menghasilkan sisa bahan tersebut, sbg pengurangan BOP yg sesungguhnya terjadi, atau sbg penghasil di luar usaha.
Produk Rusak
2
Produk rusak adalah produk yg tdk memenuhi standar yg telah ditetapkan, kemungkinannya produk tersebut sudah tdk dpt diperbaiki,
padahal produk tersebut sudah menggunakan unsur biaya produksi untuk memproduksinya.
a) Apablia produk rusak terjadi krn kesulitan dalam pengerjaannya sehingga produk yg dihasilkan ada beberapa yg rusak.
Jika terjadi seperti hal tsb maka harga poko produk rusak dibebankan sbg penambahan tambahan harga pokok produk yg baik
dalam pesanan yg bersangkutan.
Jika produk rusak tsb masih dpt dijual, maka hasil uang penjualan dpt mengurangi biaya produksi yg menghasilkan produk rusak
tadi. Sehingga hasil penjualannya diperlakukan sbg pengurang biaya produksi yg menghasilkan produk rusak tsb.
25. Produk Rusak
2
b) Apablia produk rusak karena hal yg wajar terjadi, maka kerugian yg timbul karena adanya kerusakan akan dibebankan kepada
produk secara keseluruhan kedalam BOP.
Lanjutan…
Produk Catat
3
Produk catat adalah produk yg tdk memenuhi standar yg telah ditetapkan, sehingga membutuhkan untuk perbaikan atau revisi
produk kembali.
Untuk memperbaiki produk tersebut dibutuhkan biaya perbaikan agar produk tersebut dpt sesuai standar yg ditetapkan.
Perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan yg telah dibicarakan dalam produk rusak.
a) Apabila produk cacat terjadi karena kesulitan dalam pengerjaannya sehingga produk yg dihasilkan ada beberapa yg cacat.
Jika terjadi seperti hal tersebut maka harga pokok produk catat dibebankan sbg penambahan tambahan harga pokok produk
yg baik dalam pesanan yg bersangkutan.
Jika produk cacat tersebut masih dapat dijual, maka hasil uang penjualan dapat mengurangi biaya produksi yg menghasilkan
produk cacat tadi, maka hasil penjualannya diperlakukan sbg pengurang biaya produksi yg menghasilkan produk cacat
tersebut.
b) Apabila produk cacat karena hal yg wajar terjadi, maka kerugian yg timbul karena adanya produk cacat akan dibebankan kepada
produk secara keseluruhan kedalam BOP.