Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Ibarat pisau bermata dua rumah sakit memiliki dua sisi yang berbeda. Sisi baiknya adalah peran penting rumah sakit dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat utamanya pada upaya kuratif. Sisi buruknya adalah dampak negatif dari berbagai bahan buangan yang ditimbulkan oleh aktivitas rumah sakit berupa limbah. Menurut Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004, limbah rumah sakit yaitu semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
Kegiatan rumah sakit yang beragam seperti penanganan orang sakit, laboratorium, pengobatan serta pelayanan penunjang lainnya. Beragamnya kegiatan rumah sakit dapat menimbulkan limbah yang beragam pula. Limbah rumah sakit pada umumnya terdiri dari limbah medis (layanan kesehatan) dan limbah domestik (umum). Menurut Pruss dkk (2005), karakteristik limbah layanan kesehatan terdiri dari limbah infeksius, limbah pathologis, benda tajam, limbah farmasi, limbah genotoksik, limbah kimia, logam berat, wadah bertekanan, radioaktif dan limbah umum. Limbah infeksius, benda tajam, genotoksik, kimia, farmasi, wadah bertekanan dan radioaktif dapat menjadi risiko timbulnya ganguan kesehatan ataupun bahaya bagi masyarakat yang terpapar oleh limbah tersebut.
Hasil kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg/tempat tidur/hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah berupa sampah domestik sebesar 76,8 % dan berupa sampah infeksius sebesar 23,2 %. Diperkirakan secara nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 376.089 ton/hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit. (Depkes 1997, dalam Hapsari 2010). Hasil penelitian mengenai kualitas mikrobiologis efluen limbah cair beberapa rumah sakit yang terangkum dalam Makka (2011) menunjukkan bahwa kualitasnya belum memenuhi syarat baku mutu. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa efluen limbah cair rumah sakit yang dibuang ke lingkungan masih berisiko terhadap kesehatan masyarakat yang akan terpapar.
Limbah rumah sakit (limbah cair) bisa saja menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia. Salah satu dampak yang mungkin timbul adalah penularan penyakit yang ditularkan melalui limbah cair. “Penyakit-penyakit yang bisa ditimbulkan oleh limbah cair antara lain ; polio, kolera, Typhus abdominalis, Disentry basiler, Antraks, Brusellosis, Tubercolosis, Weil (leptospira), Schistosomiasis, cacing pita, dll.” (Daud, 2005). Disamping itu pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan adalah sebagai berikut : Gangguan kenyamanan dan estetika; Kerusakan harta benda ; Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang; Gangguan terhadap kesehatan manusia; Gangguan genetik dan reproduksi (Wisaksono, 2008).
Adanya potensi risiko kesehatan dari limbah rumah sakit
1. DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT &
PENYEHATAN LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Iwan Nefawan
Subdit Pengamanan Limbah, Udara dan Radiasi
Direktorat Penyehatan Lingkungan
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
RUMAH SAKIT
2. semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang
kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun
dan radioaktif serta darah yang
berbahaya bagi kesehatan
LIMBAH CAIR Rumah Sakit
3. 500 – 950 liter per tempat tidur per hari
atau rata-rata 650 liter
20 – 60 liter per orang per hari untuk
petugas
VOLUME LIMBAH CAIR
Rumah Sakit
4. Sumber limbah cair Material-material utama
Pengaruh pada konsentrasi tinggi
pada penanganan biologis
Ruang pasien • Material-material organik
• Ammonia
• Bakteri patogen
• Antiseptik
• Antibiotik
• Antiseptik : beracun untuk
mikroorganisme
• Antibiotik : beracun untuk
mikroorganisme
Operasi
Ruang emergency
Ruang hemodialysis
Toilet, ruang bersalin
Klinik dan ruang pengujian
patologi
• Material solvent organik
• Fosfor
• Logam berat
• pH fleksibel
• Logam berat : beracun untuk
mikroorganisme
• pH fleksibel : beracun untuk
mikroorganisme
Laboratorium
Ruang dapur • Material-material organik
• Minyak/lemak
• Fosfor
• Pembersih ABS
• Minyak/lemak : mengurangi
perpindahan oksigen ke air
• Pembersih ABS : terbentuk
gelembung-gelembung dalam bio-
reaktor
Ruang cuci (laundry) • Fosfor
• pH 8 ~ 10
• ABS, N-heksana
• pH 8 ~ 10 : beracun untuk
mikroorganisme
• ABS : terbentuk gelembung-
gelembung dalam bio-reaktor
Ruang pemrosesan sinar X Ag, logam berat lain Ag : beracun untuk mikroorganisme
5. Parameter Satuan Min Max Rata-rata
pH - 5,7 9,1 7,27
TSS mg/L 2 908,0 130,70
BOD Mg/L 1,05 467,4 88,69
COD Mg/L 7,68 1877,55 234,15
Minyak & Lemak Mg/L 0,06 18,6 1,28
MBAS Mg/L 0,01 11,11 1,63
Amonia Nitrogen Mg/L 0,07 79,7 14,10
Fosfat Mg/L 4,51 2,43 3,42
Total Coliform MPN/100 mL 2100 11000 5900,00
RUMAH SAKIT DENGAN KAPASITAS TEMPAT TIDUR < 100
KUALITAS LIMBAH CAIR PADA OUTLET IPAL
6. Parameter Satuan Min Max Rata-rata
pH - 3,10 11,10 7,38
TSS mg/L 1,00 950,00 26,80
BOD Mg/L 0,15 323,5 23,21
COD Mg/L 0,93 3607,84 59,91
Minyak & Lemak Mg/L 0,009 9,22 0,52
MBAS Mg/L 0,01 22,38 0,75
Amonia Nitrogen Mg/L 0,01 263,3 6,46
Fosfat Mg/L 0,17 5,58 2,31
Total Coliform MPN/100 mL 23,00 15000 1170,10
RUMAH SAKIT DENGAN KAPASITAS TEMPAT TIDUR > 100
KUALITAS LIMBAH CAIR PADA OUTLET IPAL
7. proses penanganan limbah cair dari sumber
penghasil, penyaluran hingga pengolahannya
termasuk pengawasan, pencatatan dan
pelaporan sehingga memenuhi baku mutu
efluen yang berlaku dan tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan hidup
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
Rumah Sakit
8. DAPUR LAUNDRY LAB RAD RAWAT POLI BEDAH
AIR
HUJAN
PENGOL.
AWAL 1
PENGOL.
AWAL 2
PENGOL.
AWAL 3
PENGOL.
AWAL 4
Badan Air Penerima
SUMBER
SALURAN
PENGOLAHAN
PEMBUANGAN
BAKU
MUTU LC
LAIN2
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
Rumah Sakit
9. Jenis Benda dalam Cairan Kecepatan Alir (m/detik)
Lumpur 0,10
pasir yang halus 0,15
pasir kasar 0,20
kerikil halus 0,30
kerikil kasar 0,70
batu-batuan 1,20
KECEPATAN ALIR
SALURAN
11. Di tempat-tempat yang terdapat perubahan arah aliran
saluran limbah cair atau pada belokan.
Pada tempat yang salurannya mendapatkan tambahan
aliran dari pipa lain atau pada sambungan
Apabila saluran tersebut merupakan saluran yang lurus,
maka lubang pemeriksaan ditempatkan pada jarak tertentu
sesuai ukuran pipa, meliputi:
Jarak antara
sumuran (m)
Diameter
saluran (cm)
50-100 20-50
101-125 51-100
126-150 101-200
200 > 200
SUMUR PEMERIKSAAN
12. menghilangkan atau mengurangi
kontaminan yang terdapat di dalam limbah
cair sehingga hasil olahan limbah dapat
dimanfaatkan kembali atau tidak
mengganggu lingkungan apabila dibuang
ke lingkungan
PRINSIP PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR
13. Mengurangi jumlah padatan tersuspensi
Mengurangi jumlah padatan terapung
Mengurangi jumlah bahan organik
Menghilangkan mikroorganisme patogen
Mengurangi jumlah bahan kimia yang berbahaya
dan beracun
Mengurangi unsur nutrisi (N dan P) yang
berlebihan
Mengurangi unsur lain yang dianggap dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem
TUJUAN PENGOLAHAN
LIMBAH CAIR
14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 tahun 1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit
15. Menurut Tingkat Perlakuan (1)
1. Pre-Treatment (Pra Pengolahan)
Proses pendahuluan yang berlangsung dan dilakukan untuk
menghilangkan benda-benda kasar/sampah dalam limbah cair
yang berukuran besar dan mudah terlihat mata, seperti kayu,
plastik, sisa kain, pasir, dll. Alat yang digunakan adalah BAR
SCREEN
2. Primary Treatment (Pengolahan Primer)
Proses yang berlangsung secara fisik, yakni padatan dibiarkan
mengendap atau terapung, kemudian dipisahkan. Proses ini
mereduksi Bological Oxygen Demand sebanyak 25-30% dan Total
Suspended Slid sebanyak 50-60%.
JENIS PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
16. 3. Secondary Treatment (Pengolahan Sekunder)
Proses pengolahan sekunder untuk rumah sakit umumnya proses
biologis yang mampu mereduksi kadar BOD sebanyak 80-90%
dan kadar TSS sebanyak 50-60%. Unit-unit pengolahan yang
lazim digunakan antara lain Activated Sludge, Aerated Lagoon,
Sequencing Reactor, Aerobic Digestion rocess, Trickling Filter,
Rotating Biological Contactor, Rotating Filter dan Pack Bed
Reactor
4. Tertiary Treatment (Pengolahan Tersier)
Proses pengolahan untuk memperoleh sludge atau lumpur dari
primary dan secondary treatment.
5. Advance Treatment (Pengolahan Tingkat Lanjut)
Proses pengolahan untuk menghilangkan kadar senyawa kimia
tertentu. Biasa digunakan pada pengolahan limbah cair industri.
Menurut Tingkat Perlakuan (2)
JENIS PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
20. KELEBIHAN
Pengoperasian dan perawatannya mudah
Dapat mengolah limbah cair dengan beban BOD yang
besar
Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga
tahan terhadap fluktuasi beban pengolahan
Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi
penghilangan amonium lebih besar
KELEMAHAN
Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi
Terjadi bulking atau buih (foam) seperti pda lumpur aktif
PROSES LUMPUR
AKTIF
22. KELEBIHAN
Pengoperasian dan perawatannya mudah
Lahan yang dibutuhkan relatif kecil
Biaya operasi rendah
Dibandingkan dengan lumpur aktif, lumpur yang terjadi relatif
lebih sedikit
Dapat menghilangkan nitrogen dan forfor yang dapat
menyebabkan eutrofikasi pertumbuhan yang tidak terkendali
pada tanaman air (gulma)
Dapat digunakan untuk limbah cair yang beban BOD cukup
besar
Suplai udara untuk aerasi lebih sedikit
KELEMAHAN
Dalam proses diperlukan bahan tambahan berupa biofilter
Biaya investasi relatif lebih besar
Pada keadaan jenuh dengan biofilm yang sudah tebal, maka
biofilter harus dibersihkan agar bekerja optimal
PROSES “EXTENDED
AERATION”
24. KELEBIHAN
Pengoperasian dan perawatannya mudah
Untuk kapasitas kecil/paket, dibandingkan dengan proses
lumpur aktif konsumsi energi lebih rendah
Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga
tahan terhadap fluktuasi beban pengolahan
Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi
penghilangan amonium lebih besar
Tidak terjadi bulking atau buih (foam) seperti pada lumpur
aktif
KELEMAHAN
Pengendalian jumlah mikroorganisme sulit dilakukan
Sensitif terhadap perubahan temperatur
Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi
Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut dan bau
yang tidak sedap
PROSES “ROTATING BIOLOGICAL
CONTACTOR”
27. KELEBIHAN
Pengoperasian dan perawatannya mudah
Proses pengolahan sangat sederhana
Tidak diperlukan mesin blower yang memerlukan biaya
operasional dan pemeliharaan yang tinggi
Tidak menggunakan bahan kimia
KELEMAHAN
Memerlukan lahan yang cukup luas
Hanya diterapkan untuk limbah cair dengan debit yang terlalu
besar
Menghasilkan gas pembusukan (metan dan sulfida) yang
dapat mengganggu estetika
Dihasilkan scum (endapan terapung) yang harus dibersihkan
dari sistem
PROSES FILTER ANAEROBIK
29. KELEBIHAN
Pengoperasian dan perawatannya mudah
Proses pengolahan sangat sederhana
Dapat mengolah limbah cair dengan beban organik tinggi
Dapat menghilangkan nitrogen dan fosfor
Suplai oksigen relatif kecil
Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit
Tahan terhadap shock loading
Tidak menggunakan bahan kimia
KELEMAHAN
Biaya investasi lebih mahal
Menghasilkan bau metan dan sulfida pada bak anaerob
PROSES ANAEROBIK-AEROBIK
31. PEMANTAUAN/MONITORING
1. Pemantauan Fasilitas Unit Proses dan Operasi
Kegiatan pemantauan yang dilakukan terhadap kondisi
operasi peralatan dan aliran tahap demi tahap
2. Pemantauan Kualitas Limbah Cair
Kegiatan pemantauan yang dilakukan terhadap kualitas
limbah cair sebelum dan sesudah pengolahan, baik di
lapangan maupun laboratorium
EVALUASI
1. Untuk mengetahui kinerja proses pengolahan
2. Untuk mengetahui tingkat penaatan terhadap baku mutu
yang berlaku
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
32. (BOD inlet - BOD Outlet)
Effesiensi = ------------------------------------------- x 100 %
BOD inlet
EVALUASI
PENGELOLAAN LIMBAH
CAIR (1)
EVALUASI EFISIENSI IPAL
• Untuk mengetahui kemampuan sistem IPAL untuk
menurunkan konsentrasi parameter air limbah tertentu
pada kondisi sebelum dan setelah proses
• Bagi pengelola sarana pelayanan kesehatan, evaluasi
ini dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan
program operasional dan pemeliharaan IPAL
33. EVALUASI KUALITAS LIMBAH CAIR
• Evaluasi kualitas air limbah IPAL dilakukan dengan
cara membandingkan konsentrasi parameter air
limbah outlet (hasil olahan) IPAL dengan Baku Mutu
limbah cair
• Cara menilainya adalah apabila konsentrasi air limbah
hasil olahan IPAL berada di bawah baku mutu dan
kinerja proses sesuai disain kriteria, maka kinerja IPAL
dinilai baik
EVALUASI
PENGELOLAAN LIMBAH
CAIR (2)
34. EVALUASI
PENGELOLAAN LIMBAH
CAIR (3)
EVALUASI KECENDERUNGAN DEBIT
• Debit air limbah adaah volume air limbah per satuan
waktu ( misal: M3/hari)
• Evaluasi debit air limbah SARYANKES dilakukan untuk
melihat kesesuaian antara disain beban hidraulik
dengan debit aktual air limbah yang masuk
• Debit air limbah sebaiknya sama atau berada di bawah
desain beban hidraulik IPAL
• Evaluasi debit dilakukan dengan cara mencatat volume
air limbah pada alat ukur debit
• Hasil pencatatan debit dapat berguna untuk menghitung
beban air limbah (Organic loading) dan satuan produksi
air limbah.
35. EVALUASI BEBAN CEMARAN
(Organic Loading)
Beban air limbah berguna untuk mengevaluasi
kemampuan sistem IPAL dalam menurunkan materi
organik dalam air limbah. Dalam perhitungan IPAL, beban
air biasanya menggunakan satuan BOD loading, biasanya
menggunakan satuan Kg BOD/hari.
Beban Air Limbah = ( Q X Konsentrasi BOD) x Konversi
EVALUASI
PENGELOLAAN LIMBAH
CAIR (4)