IPAL BioSeven WWTP menggunakan teknologi pengolahan limbah cair dan padat menggabungkan proses biologi anaerobik dan aerobik dengan sistem biofilter. Proses ini dapat mengurai zat organik serta menghilangkan nitrogen, fosfor, dan patogen dalam limbah klinis, industri, dan kimia. Sistem ini relatif murah dan mudah dioperasikan.
8. PT. BioSeven Fiberglass Indonesia
IPAL BioSeven WWTP (Tipe:BFHRS/BFHRD)
Air limbah Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Lab, dll merupakan salah satu sumber pencemaran
lingkungan yang sangat potensial. Oleh karena itu air limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran umum. Masalah yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah klinis
adalah terbatasnya dana yang ada untuk membangun fasilitas pengolahan limbah serta operasinya,
khususnya untuk Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Lab, dll tipe menengah besar. Untuk mengatasi hal
tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah klinis yang murah, mudah
operasinya serta harganya terjangkau. Selain itu perlu menyebar-luaskan informasi teknologi khususnya
untuk pengolahan air limbah klinis, sehingga dalam memilih teknologi pihak managemen pengelola akan
mendapatkan hasil yang optimal.
Salah satu cara pengolahan air limbah klinis, industrial & kimiawi yang murah, sederhana dan hemat
energi adalah proses pengolahan dengan teknologi biotech + biofilter system (anaerob-aerob).
Dengan sistem kombinasi teknologi biotech + biofilter system "Anaerob-Aerob" seperti IPAL BioSeven
WWTP, tipe: BFHRS / BFHRD akan diperoleh hasil air olahan yang cukup baik, serta proses
pengolahannya sangat stabil walaupun konsentrasi maupun debit air limbah berfluktuasi.
Catatan: Jenis limbah yang dapat diolah, hanya terbatas kepada Limbah Cair & Padat Klinis, Industrial &
Kimiawi saja (Bukan Limbah B3), dikarenakan IPAL BioSeven WWTP tipe:
BFHRS / BFHRD juga memiliki keterbatasan.
9. MASALAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Lab, Bengkel, dll
Yang termasuk Air limbah adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan,
meliputi: limbah domestik cair & padat, yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian,
serta limbah cair klinis, yakni air limbah seperti air bekas cucian luka, cucian darah dll.
Di dalam pengelolaan air limbah klinis, maka yang perlu diperhatikan adalah sistem saluran pembuangan air.
Saluran air limbah dan saluran air hujan harus dibuat secara terpisah. Air limbah klinis baik yang berasal dari
buangan kamar mandi, air bekas cucian, air buangan dapur serta air limbah klinis dikumpulkan ke bak kontrol /
sumpit tank dengan saluran atau pipa tertutup, selanjutnya dialirkan ke unit pengolahan air limbah
(IPAL BioSeven WWTP, tipe: BFHRS / BFHRD). Setelah dilakukan pengolahan, maka effluent air limbah
hasil olahannya sudah layak dibuang ke saluran umum.
Untuk air hujan dapat langsung dibuang kesaluran umum melalui saluran terbuka.
Dari hasil analisa kimia terhadap berberapa contoh air limbah Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Lab, Bengkel, dll
menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa pencemar sangat bervariasi misalnya, BOD 31,52 - 675,33 mg/l,
ammoniak 10,79 - 158,73 mg/l, deterjen (MBAS) 1,66 - 9,79 mg/l.
Hal ini mungkin disebabkan karena sumber air limbah juga bervarisi sehingga faktor waktu dan metoda
pengambilan contoh sangat mempengaruhi besarnya konsentrasi.
Air limbah Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Lab, Bengkel dll jika tidak diolah sangat berpotensi untuk mencemari
lingkungan. Selain pencemaran secara kimiawi, air limbah klinis tsb juga berpotensi untuk memcemari
lingkungan secara bakteriologis.
Perhatian: Penggunaan segala jenis alcohol, karbol, porstex, dll dapat mengganggu unit IPAL, sehingga
wajib diusahakan untuk dibilas dengan air bersih sebanyak mungkin, untuk menurunkan kadarnya.
11. Teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPAL BioSeven WWTP, tipe: BFHRS / BFHRD
Telah menggunakan teknologi pengolahan air limbah secara gabungan antara
proses biologis dengan proses kimia-fisika. Proses secara biologis tersebut
dilakukan secara kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses biologis anaerobik
biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD & COD
yang tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis aerobik / aeration
digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD & COD yang sangat
tinggi kadar konsentrasinya.
IPAL BioSeven WWTP, tipe: BFHRS / BFHRD telah menggunakan sistem
pengolahan terbaru dan modern, menggunakan teknologi system biotech +
biofilter, dengan kombinasi anaerob + aerob.
Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat
menurunkan zat organik (BOD, COD), Ammonia, Deterjen, padatan tersuspensi
(SS, TSS), Phospat dan lainnya.
12. Cara kerja Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPAL BioSeven WWTP, tipe: BFHRS / BFHRD
1. Air limbah influent dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya.
Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang
berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur,
2. Selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor
anaerob tersebut diisi dengan media bioball, bioceramic, bakteri organic, silica sand, dll. Penguraian zat-zat organik yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobic. Setelah proses pengendapan, pada
permukaan media honeycomb, dll akan tumbuh lapisan film mikro-organisme.
Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap awal.
3. Selanjutnya air limbah dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media biofilter
honeycomb, lamella, dll, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan
zat organik yang ada didalam air limbah, serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah
akan kontak dengan mikro-organisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media, sehinnga
hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, membuat
efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
4. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-
organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air
limbah yang sudah terurai (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan
dengan senyawa khlor (Kaporit / Chlorine) untuk membunuh micro-organisme pathogen, ecolly dan virus berbahaya lainnya.
5. Air limbah effluent hasil olahan yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran
umum. Sebagai alternative, hasil buangan effluent juga dapat dialirkan ke kolam ikan atau untuk flushing /
air pembilas toilet atau bahkan dapat juga dipergunakan untuk menyiram pohon / tanaman tertentu.
13. Keunggulan Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPAL BioSeven WWTP, tipe: BFHRS / BFHRD
Pengelolaannya sangat mudah, tidak perlu perawatan, karena bekerja secara otomatis.
Biaya operasinya rendah, hanya perlu penambahan Chlorine / Kaporit secara berkala.
Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.
Beban listrik Pompa & Blower udara untuk aerasi relatif kecil.
Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD & COD yang cukup besar.
Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS & TSS) dengan baik.
Tahan terhadap perubahan beban pengolahan secara mendadak.
Pemasangan mudah, cepat dan praktis.
Bisa diletakkan dibawah maupun diatas permukaan tanah.
Harga relative murah, ekonomis dan terjangkau.
Bergaransi resmi dari pabrik.
Gratis ongkos kirim ke seluruh P. Jawa & Bali.
14. Contoh Perhitungan
Waktu tinggal / Proses pengendapan
(Retention Time)
A. Bak Pengurai Anaerob
Debit Air Limbah = 15 m3/hari = 625 lt/jam = 0,625 m3/jam
Dimensi = 1,6 m X 1,6 X 2,2 m
Volume Efektif = 5 m3
Waktu Tinggal = 8 Jam
B. Bak Pengolahan Lanjut
1. Zona Pengendapan Awal
Debit Air Limbah (Q) = 15 m3/hari = 625 lt/jam = 0,625 m3/jam
Volume Efektif = 1,6 m x 1,0 m x 0,6 m = 0,96 M3
Waktu Tinggal di dalam ruang pengendapan awal (T1) = 0,96 m3/0,625 m3/jam
T1 = 1,5 jam
2. Zona Biofilter Anaerob
Volume Total Ruang efektif = 1,6 m x 1,0 m x 1,2 m = 1,92 m3
Volume Total Unggun Medium = 2 x [1,2 m x 1 m x 0,6 m] = 1,44 m3
Porositas Mediun = 0,45
Volume Medium tanpa rongga = 0,55 x 1,44 m3 = 0,79 m3
Total Volume Rongga dalam Medium = 0,45 x 1,44 m3 = 0,65 m3
Volume Air Limbah Efektif di dalam zona Anareob = 1,92 m3 - 0,79 m3 = 1,13 m3
Waktu Tinggal di dalam Zona Anaerob (T2) = 1,13 m3/0,625 m3/jam = 1,8 jam
Waktu Kontak di dalam medium zona Anaerob = 0,65 m3/0,625 m3/jam = 1.04 jam
3. Zona Biotech Aerob
Volume Efektif = 1,5 m x 1 m x 0,7 m = 1,05 m3
Volume Unggun Medium = 1,1 m x 0,6 m x 1 m = 0,66 m3
Porositas Medium = 0,45
Volume Rongga = 0,45 x 0,66 m3 = 0,3 m3
Volume Medium Tanpa Rongga = 0,66 m3- 0,3 m3 = 0,36 m3
Waktu Tinggal Total di dalam zona aerob (T3) = [1,05 - 0,36] m3/0,625 m3/jam = 1,1 jam
Waktu Kontak di dalam medium zona aerob = 0,3 m3/0,625 m3/jam = 0,48 jam
4. Zona Pengendapan Akhir
Volume Efektif = 1,5 m x 0,6 m x 1 m = 0,9 m3
Waktu Tinggal (T4) = 0,9 m3/0,625 m3/jam = 1,44 jam
Waktu Tinggal Total di dalam Unit Pengolahan Lanjut = [1,5+1,13+1,1+1,44] jam = 5,17 jam
Waktu proses, sejak influent masuk kedalam tangki sampai keproses pembuangan effluent sangat singkat,
Hanya membutuhkan waktu sekitar : 5,17 jam efektif.
15. Hasil analisa kualitas Output / Effluent
IPAL BioSeven WWTP, tipe: BFHRS / BFHRD
Berdasarkan hasil analisa kualitas air limbah sebelum dan sesudah pengolahan
setelah proses, sejak running + commissioning test selama 3 (tiga) bulan
menunjukkan bahwa :
konsentrasi BOD turun dari 419 mg/l, turun menjadi 16,5 mg/l
konsentrasi COD di dalam air limbah 729 mg/l, turun menjadi 52 mg/l
konsentrasi Zat Padat Tersuspensi (SS/TSS) dari 825 mg/l, turun menjadi 10 mg/l
konsentrasi Ammonia (NH4-N) dalam air limbah 33,86 mg/l, turun menjadi 8 mg/l
konsentrasi Deterjen (MBAS) 12 mg/l, turun menjadi 2,6 mg/l.
Dengan demikian efisiensi penghilangan BOD 96 %, COD 92,8 %, Total zat padat
tersuspensi (SS/TSS) 98,8 %, Ammonia (NH4-N) 76,2 % dan Deterjen (MBAS) 78 %.
Hasil analisa kualitas air limbah sebelum dan sesudah pengolahan seperti terlihat
pada tabel berikut.
16. No PARAMETER
KONSENTRASI INFLUENT
(mg/l)
KONSENTRASI EFFLUENT
(mg/l)
EFISIENSI
PENGHILANGAN (%)
1 BOD 419 16,5 96
2 COD 729 52 92,8
3 Total SS
(suspended solids)
825 10 98,8
4 NH4-N 33,68 8 76,2
5 MBAS (deterjen) 12 2,6 78
6 pH 7,3 7,9 -
Hasil analisa kualitas air limbah sebelum dan sesudah pengolahan.
Catatan :
Setelah running + commissioning test selama 3 (tiga) bulan