2. A. Instrumen Penelitian
Dua hal utama yg mempengaruhi kualitas penelitian:
a. Kualitas instrumen penelitian
b. Kualitas pengumpulan data
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau
alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga
peneliti harus “divalidasi”.
Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode
penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki
objek penelitian -baik secara akademik maupun
logiknya- (Sugiono,2009:305).
3. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiono,2009:306).
4. Peneliti sebagai instrumen karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus
dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian,
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu
instrumen berupa test atau angket yng dapat menangkap keseluruhan
situasi kecuali manusia,
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu
sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita,
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan
segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis
yang timbul seketika,
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan
menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh
penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan.
5. Pengumpulan Data dengan Observasi
Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiono (2009:310)
mengklasifikasikan observasi menjadi
- observasi berpartisipasi,
- observasi yang secara terang-terangan, dan
- observasi tak berstruktur.
Spradley (Susan Stainback dalam Sugiono,2009:310)
membagi observasi berpartisipasi menjadi empat:
- pasive participation,
- moderate participation,
- active participation, dan
- complete participation.
6. 1. Observasi Partisipatif
Partisipasi pasif ialah peneliti datang di tempat kegiatan orang
yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut,
Partisipasi moderat ialah peneliti dalam mengumpulkan data
ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan tetapi tidak
semuanya (ada keseimbangan antara peneliti menjadi orang
dalam dan menjadi orang luar)
Partisipasi aktif ialah peneliti ikut melakukan apa yang
dilakukan oleh narasumber tetapi belum sepenuhnya lengkap,
Partisipasi lengkap ialah peneliti sudah terlibat sepenuhnya
trhadap apa yang dilakukan sumber data. Dengan kata lain, pada
observasi ini memerlukan suasana yang natural sehingga
peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Observcasi ini
memerlukan keterlibatan peneliti tertinggi terhadap aktivitas
kehidupan yang diteliti.
7. 2. Observasi Terus Terang atau Tersamar
Pada saat melakukan pengumpulan data, peneliti
menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia
sedang melakukan penelitian. Pada suatu
saat, peneliti juga tidak terus-terang atau tersamar
dalam observasi untuk mencari data yang bersifat
rahasia.
8. 3. Observasi Tak Berstruktur
Observasi ini tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi.observasi ini
dipakai karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang
apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen
yang telah baku tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan (Sugiono,2009: 310-313).
9. Manfaat Observasi
Patton Nasution (1988) menyatakan manfaat observasi adalah:
1. Peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam
keseluruhan situasi sosial dan dapat diperoleh pandangan yang
holistik atau menyeluruh,
2. Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung sehingga
memungkinkan menggunakan pendekatan induktif dan tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya karena
pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan,
3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati
oleh orang lain -khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu-
karena telah dianggap “biasa” sehingga tidak terungkap dalam
wawancara,
4. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak akan pernah diungkap
oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif, ingin
ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga,
5. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden
sehingga diperoleh gambaran yang lebih komprehensif,
6. Peneliti dapat mengumpulkan daya yang kaya, kesan-kesan pribadi,
dan merasakan situasi sosial yang diteliti.
10. Objek penelitian yang diobservasi oleh Spredley dinamakan situasi sosial
yang meliputi;
1. Place, tempat berlangsungnya interaksi, misalnya; di ruang
kelas, bengkel kerja, instansi, dll,
2. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang “memainkan” peran
tertentu untuk diobservasi, contohnya; orang tua
murid, guru, narasumber, dsb.,
3. Activity, kegiatan yang dilakukan oleh pelaku,misalnya;
KBM, upacara adat, musyawarah, dll.,
4. Object, objek yaitu benda-benda yang mendukung observasi di
sekitar lingkungan yang sedang diobservasi,
5. Act, perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu,
6. Event, rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh pelaku-pelaku yang
diobservasi,
7. Time, urutan kegiatan pada saat melakukan tindakan-tindakan
tertentu,
8. Goal, tujuan yang ingin dicapai pada rangkaian aktivitas yang
dilakukan,
9. Feeling, perasaan yang dirasakan dan diekspresikan oleh pelaku
pada saat melakukan ramgkaian aktivitas.
11. Tahapan Observasi
1. Observasi deskriptif
Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti
sehingga peneliti melakukan penjelajahan umum dan
menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang
dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam akibatnya hasil
observasi disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata
(kesimpulan pertama).
2. Observasi terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan penyempitan observasi
untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini disebut observasi
terfokus karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi
sehingga dapat menemukan fokus.
3. Observasi terseleksi
Pada tahap ini, peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan
sehingga datanya lebih rinci. Pada tahap ini, peneliti telah
menemukan karakteristik, persamaan atau perbedaan, kesamaan
antarkategori, serta menemukan pola hubungan antara satu kategori
dengan kategori yang lain.
12. Pengumpulan Data dgn Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu (Sugiono,2009:317) dan dengan
wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterprestasikan situasi dan fenomena yang
terjadi yang tidak mungkin bisa ditemukan melalui
observasi.
Penelitian kualitatif sering menggabungkan teknik
observasi partisipatif dengan wawancara mendalam .
13. wawancara terstruktur (structured interview)
Pada wawancara ini, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawaban telah disiapkan, responden diberi pertanyaan
yang sama kemudian pengumpul data
mencatatnya, alat bantu yang digunakan biasanya tape
recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat
membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar,
14. Wawancara Semiterstruktur
(semistructure Interview)
Pelaksanaan wawancara menggunakan model ini
lebih bebas daripada wawancara terstruktur yaitu
narasumber diminta pendapat dan ide-idenya karana
tujuan wawancara ini untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka,
15. Wawancara Tidak Berstruktur
(Unstructured Interview)
Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara
yang bebas, peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan data-datanya. Pedoman
wawancara hanya menggunakan garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
Dalam wawancara ini, peneliti belum mengetahui
secara pasti data apa yang akan diperoleh sehingga
peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden.
16. Langkah-Langkah Wawancara
Berikut ini merupakan langkah-langkah wawancara, yaitu;
(1) menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan,
(2) menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi
bahan pembicaraan,
(3) mengawali atau membuka alur wawancara,
(4) melangsungkan alur wawancara,
(5) mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan
mengakhirinya,
(6) menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan,
(7) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang
telah diperoleh
17. Jenis-Jenis Pertanyaan
Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara menurut
Patton dalam Molleong (2002) terdiri atas enam jenis
pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu;
(1) pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman,
(2) pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat,
(3) pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan,
(4) pertanyaan tentang pengetahuan,
(5) pertanyaan yang berkaitan dengan indera, dan
(6) pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang
atau demografi
18. Alat-Alat Wawancara
Buku catatan
Berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan
sumber data.
Tape recorder
Berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan
Camera
Memotret kalau peneliti sedang melakukan
pembicaraan dengan informan/sumber data.