SlideShare a Scribd company logo
II. ASPEK METALURGIS
PADA KELELAHAN LOGAM




    Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI   1
Sesi                                                                                                           Metode
        Pokok Bahasan                  Hasil Pembelajaran                   Penilaian Hasil Pembelajaran
Ke-                                                                                                           Penilaian
                           Mahasiswa mengetahui dan memahami          Mahasiswa mampu menjelaskan
        Karakteristik      kegagalan patah lelah pada komponen logam. karakteristik dari patah lelah yang
01
       kelelahan logam                                                terjadi pada komponen logam.

       Aspek metalurgi     Mahasiswa mengetahui dan memahami aspek Mahasiswa mampu menjelaskan aspek
02     pada kelelahan      metalurgi yang mempengaruhi perilaku    metalurgi yang mempengaruhi
           logam           kelelahan pada logam.                   perilaku kelelahan logam.
                           Mahasiswa mengetahui dan memahami batas Mahasiswa mampu menjelaskan batas
03     batas lelah logam   kelelahan logam serta cara menentukannya. kelelahan logam serta cara
                                                                     menentukannya.
                           Mahasiswa mengetahui dan memahami            Mahasiswa mampu menghitung
                           hubungan antara tegangan (S) yang bekerja    tegangan yang bekerja pada komponen
04       Konsep S-N        pada komponen logam dengan umur (N)          logam serta mampu memprediksi
                           komponen tersebut.                           umur komponen tersebut berdasarkan    ჱ Tugas
                                                                        Konsep S-N.
                                                                                                               ჱ UTS
                           Mahasiswa mengetahui dan memahami            Mahasiswa mampu menghitung             ჱ UAS
                           hubungan antara regangan () yang bekerja    tegangan dan regangan yang bekerja
                           pada komponen logam dengan umur (N)          pada komponen logam serta mampu
05       Konsep -N
                           komponen tersebut.                           memprediksi umur komponen tersebut
                                                                        berdasarkan konsep -N.

                           Mahasiswa mengetahui dan memahami            Mahasiswa mampu menjelaskan dan
       Pengaruh takikan    pengaruh takikan ataupun geometri            menghitung pengaruh takikan ataupun
06       pada perilaku     komponen terhadap kegagalan lelah.           geometri komponen terhadap umur
        kelelahan logam                                                 lelahnya.

                           Mahasiswa mengetahui dan memahami        Mahasiswa mampu menjelaskan dan
                           konsep penjalaran retak lelah.           konsep penjalaran retak lelah serta
       Penjalaran retak
07                                                                  mampu memprediksi umur lelah
             lelah
                                       Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                                    berdasarkan konsep tersebut.                          2
Kelelahan logam diawali dengan pembentukan awal
retak dan dilanjutkan dengan penjalaran retakan
hingga komponen mengalami patah.

Lokasi awal retak pada komponen atau logam yang
mengalami pembebanan dinamis atau siklik adalah
pada titik daerah dimana memiliki kekuatan yang
paling minimum dan atau pada titik daerah dimana
mengalami tegangan yang paling maksimum.

Oleh karena itu untuk memperkirakan umur lelah
suatu komponen merupakan suatu hal yang cukup
sulit, hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor
yang mempengaruhi umur lelahnya.

                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI        3
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur lelah:
1.Pembebanan:
    1.Jenis beban:uniaksial, lentur, puntir.
    2.Pola beban: periodik, random.
    3.Besar beban (besar tegangan).
    4.Frekwensi siklus beban.
2.Kondisi material.
    1.Ukuran butir.
    2.Kekuatan.
    3.Penguatan dengan larutan padat.
    4.Penguatan dengan fasa ke-2.
    5.Penguatan regangan.
    6.Struktur mikro.
    7.Kondisi permukaan (surface finish).
    8.Ukuran Komponen.
3.Proses pengerjaan.
    1.Proses pengecoran.
    2.Proses pembentukan.
    3.Proses pengelasan.
    4.Proses pemesinan.
    5.Proses perlakuan panas.
4.Temperatur operasi.                          Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI   4
5.Kondisi lingkungan.
2.1     Pengaruh Pembebanan
   Parameter    pembebanan     yang   berpengaruh
terhadap kelelahan logam adalah tegangan rata-rata,
σm   dan tegangan amplitudo, σa serta frekwensi
pembebanan.

  2.1.1    Pengaruh Tegangan Rata-rata, σm




              Gambar. 2.1 Pengertian tegangan siklik.
                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI       5
Tegangan amplitudo:
      σa = (σmax - σmin) / 2                           (2.1)
      Tegangan rata-rata:
      σm = (σmax + σmin) / 2                           (2.2)
      Rasio tegangan:
      R = σmin / σmax                                  (2.3)

Besarnya tegangan rata-rata yang bekerja akan menentukan
terhadap besarnya tegangan amplitudo yang diijinkan untuk
mencapai suatu umur lelah tertentu. Bila tegangan rata-rata
sama dengan 0 atau rasio tegangan sama dengan -1, maka
besarnya tegangan amplitudo yang diijinkan adalah nilai batas
lelahnya (Se). Dengan demikian jika tegangan rata-ratanya
semakin besar maka tegangan amplitudonya harus diturunkan.
Hal ini terlihat pada alternatif diagram Goodman atau pada
diagram-diagram lainnya, lihat Gambar 2.2 berikut ini:
                                                               6
                   Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Gambar. 2.2   Diagram-diagram batas tegangan terhadap
                   kelelahan logam.
                                                        7
                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Persamaan-persamaan yang digunakan pada
diagram     batas tegangan   seperti  yang
ditunjukkan dalam Gambar 2.2 diatas adalah
sebagai berikut:

•   Soderberg (USA, 1930):
    σa/Se + σm/Sy = 1                              (2.4)
•   Goodman (England, 1899):
    σa/Se + σm/Su = 1                              (2.5)
•   Gerber (Germany, 1874):
    σa/Se + (σm/Su)2 = 1                           (2.6)
•   Morrow (USA, 1960s):
    σa/Se + σm/σf = 1                              (2.7)



                                                           8
               Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
dimana, Se adalah batas lelah (endurance limit), Su
adalah kekuatan tarik dan σf adalah tegangan patah
sebenarnya (true fracture stress). Perbandingan
dari tegangan amplitudo terhadap tegangan rata-
rata disebut rasio amplitudo (A= σa/σm), sehingga
hubungan antara nilai R dan A yaitu sebagai
berikut:

jika R=-1, maka A=~ (kondisi fully reversed)
jika R=0, maka A=1 (kondisi zero to maximum)
jika R=~, maka A=-1 (kondisi zero to minimum)



                                                      9
               Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Pada Gambar 2.2 diatas yang memperlihatkan aman
tidaknya kondisi pembebanan terhadap kelelahan logam,
berdasarkan hasil diskusi atas berbagai permasalahan, maka
dapat dinyatakan sebagai berikut:

• Diagram. a (Soderberg) adalah paling konservatif dan paling
aman, atau digunakan pada kondisi nilai R mendekati 1.
• Data hasil pengujian, cenderung berada diantara diagram. b
dan c (Goodman dan Gerber).
• Untuk baja keras (getas), diagram. b dan d (Goodman dan
Morrow) hampir berimpit (sama).
• Untuk baja lunak (ulet), diagram. D (Morrow) akan lebih
akurat.
• Pada kondisi R<1 (atau perbedaan tegangan rata-rata dan
tegangan amplitudo cukup kecil), maka ke-4 diagram hampir
sama (berimpit).
                                                             10
                  Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Alternatif diagram Goodman
seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.2 diatas adalah
yang       paling      banyak
digunakan,     dan    diagram
Goodman yang lama (asli)
seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.3 dibawah ini,
sekarang sudah tidak dipakai
lagi.




Gambar. 2.3 Diagram Goodman.    11
Pengaruh dari tegangan siklik (SN) terhadap tegangan rata-
rata atau sebaliknya, dapat terlihat pada diagram master
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut ini.




                                                       AISI 4340 steel
                                                       Su = 158, Sy = 147 kpsi.
                                                       σmin = 20, σmax = 120,
                                                       σm = 70, σa = 50 kpsi.

        Gambar. 2.4 Diagram master baja AISI 4340
       untuk menentukan pengaruh dari tegangan rata-                         12
                rata pada kelelahan logam.
Untuk melihat pengaruh tegangan siklik (SN) terhadap umur
lelah pada kondisi R=-1 (tegangan siklik sama dengan tegangan
amplitudo) dapat dilihat pula pada diagram Haigh berikut ini.




                  Gambar. 2.4       Diagram Haigh.


                                                            13
                    Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Jika tegangan siklik atau tegangan amplitudo meningkat,
maka umur lelah akan semakin menurun, begitu pula dari
pengaruh meningkatnya tegangan rata-rata, maka akan
menyebabkan penurunan umur kelelahan logam.

                                                         Tabel 2.1 Persamaan dan
                                                       koordinat perpotongan pada
                                                    kuadran ke-1 untuk Goodman dan
                                                        kriteria kegagalan lainnya.


  Se




   Se




                                                                                  14
                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Tabel 2.2 Persamaan
                                             dan koordinat
                                           perpotongan pada
                                          kuadran ke-1 untuk
                                          Gerber dan kriteria
                                          kegagalan lainnya.


Se




Se




                                                                15
     Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
2.1.2     Pengaruh Tegangan Amplitudo, σa

    Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tegangan
amplituda akan sangat berpengaruh terhadap umur
kelelahan     logam.    Perkiraan  kelelahan   pada
pembebanan       yang    kompleks   atau   variabel,
seringkali didasarkan pada hukum kerusakan non
linier (linier damage rule) yang pertama kali
diajukan oleh Palmgren (1924) dan dikembangkan
oleh Miner (1945) sehingga metoda ini dikenal
dengan hukum Miner. Hukum ini tidak selalu sesuai
dengan kenyataan, sehingga muncullah berbagai
alternatif yang lain seperti teori kerusakan non
linier (oleh Collins), metoda perhitungan siklus
(cycle counting) yaitu metoda perhitungan curah
hujan rain flow counting (oleh Downing).
                                                       16
               Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
2.1.3     Pengaruh Frekwensi Pembebanan

   Pengaruh frekwensi ini dapat dilihat pada pengujian
kelelahan logam dengan frekwensi ± 500÷10.000
siklus/menit, pada interval ini hampir tidak ada
pengaruhnya terhadap kekuatan lelah materialnya.
Sebagai contoh pada pengujian kelelahan baja dengan
frekwensi 200÷5.000 siklus/menit, tidak menunjukkan
adanya pengaruh tersebut terhadap batas lelahnya,
tetapi pengujian pada frekwensi 100.000 siklus/menit,
maka batas lelahnya akan semakin meningkat (karena
pada frekwensi tinggi, deformasi plastis yang terjadi
tidak sebesar pada frekwensi rendah). Pengaruh
frekwensi tersebut terjadi pula pada logam-logam non
ferro.

                                                     17
                 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
2.2      Pengaruh Kondisi Material

   Awal retak lelah terjadi dengan adanya deformasi
plastis mikro setempat, dengan demikian komposisi
kimia dan struktur mikro material akan sangat
mempengaruhi kekuatan untuk menahan terjadinya
deformasi plastis sehingga akan sangat berpengaruh
pula    terhadap   kekuatan    lelahnya. Parameter-
parameter dari kondisi material yang mempengaruhi
kekuatan lelah tersebut yaitu antara lain dijelaskan
berikut ini.




                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                    18
2.2.1     Pengaruh Ukuran Butir

    Butir halus yang akan meningkatkan kekuatan luluh dan
kekuatan lelah atau akan meningkatkan umur lelah logam,
hanya dapat terjadi pada pembebanan siklik dengan kondisi
HCF atau LCS (High Cycle Fatigue atau Low Cycle
Stress/Strain),      tetapi  berdasarkan     hasil   experimen
menunjukkan bahwa pada pembebanan siklik dengan kondisi
sebaliknya yaitu LCF atau HCS (Low Cycle Fatigue atau High
Cycle Stress/Strain), ternyata ukuran butir tidak berpengaruh
terhadap umur lelah.
    Ukuran butir, pada satu sisi dapat meningkatkan umur lelah,
tetapi disisi lain akan meningkatkan kepekaan terhadap takikan
(notch). Spesimen yang halus permukaannya dan memiliki
struktur berbutir halus, akan meningkatkan umur lelah, tetapi
jika spesimen tersebut memiliki takikan, maka akan berumur
lebih pendek jika berbutir halus.


                                                              19
                   Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
2.2.2    Pengaruh Kekuatan

    Sebagai patokan kasar, baja memiliki batas lelah
sebesar:
    Se = 0,5 Su                           (2.8)
    Hal ini terlihat pada Gambar. 2.5 dan 2.6 berikut
ini:




                                                     Gambar. 2.5 Pengaruh
                                                     kekuatan tarik terhadap
                                                          batas lelah.



                 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI                       20
Gambar. 2.6 Hubungan antara batas lelah (lentur putar) dengan kekuatan tarik
                                 baja.
                                                                               21
                        Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Sedangkan untuk logam-logam non ferro (Cu, Ni, Mg,
dan lain-lain) memiliki batas lelah sebesar:
Se = 0,35 Su                              (2.9)
Perbandingan Kekuatan lelah, Se dan kekuatan tarik,
Su disebut rasio kelelahan. Jika pada spesimen
tersebut memiliki takikan, maka rasio kelelahan akan
menurun hingga 0,2÷0,3. Dengan demikian, semakin
tinggi kekuatan tarik logam, maka akan semakin
tinggi pula kekuatan lelahnya. Kekuatan tarik
tersebut dapat ditingkatkan melalui mekanisme-
mekanisme penguatan logam, yaitu antara lain:
•Penguatan larutan padat
•Penguatan fasa ke-2
•Pengutan presipitasi
•Penguatan regangan
•Dan lain sebagainya
                                                    22
                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Rasio    kelelahan     dari  batas  lelah   karena
pembebanan aksial hasil eksperimen adalah sebesar
0,6÷0,9 dan secara konsevatif diestimasi sebesar:
   Se (aksial) ≈ 0,7 Se (bending)             (2.10)

   Sedangkan rasio kelelahan hasil eksperimen
dengan uji lelah puntir dan bending atau lentur putar
adalah sebesar 0,5÷0,6 dan hubungan tersebut secara
teoritis dituliskan:
   Se (puntir) ≈ 0,577 Se (bending)           (2.11)




                                                    23
                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
2.2.3      Pengaruh Penguatan Larutan Padat

    Atom-atom asing akan menyebabkan distorsi kisi sehingga
menghasilkan medan tegangan pada kisi kristal logam yang
akan menghambat gerakan dislokasi yang pada akhirnya akan
meningkatkan kekuatan logam termasuk batas lelahnya,
apalagi jika atom asing tersebut yang larut padat interstisi,
menimbulkan strain aging, maka akan lebih meningkatkan
batas lelah logam seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 2.7
berikut ini.


                   Strain aging dari
                      atom asing



                           Efek atom
                             asing

                    Logam murni
                                       Gambar. 2.7 Pengaruh unsur paduan/atom
                                              asing terhadap batas lelah.

                                                                           24
2.2.4          Pengaruh Fasa ke-2

    Fasa ke-2 yang keras akan menghalangi gerakan dislokasi sehingga
akan meningkatkan kekuatan logam. Parameter fasa ke-2 yang
berpengaruh tersebut adalah: bentuk, ukuran dan distribusinya.
    Sebagai contoh baja yang memiliki struktur Ferit-Perlit dengan
bentuk sementit lamelar dan speroidal, maka kekuatan statiknya relatif
sama tetapi batas lelahnya dapat berbeda. Fasa ke-2 dengan bentuk
lamelar akan memiliki batas lelah yang relatif lebih rendah (Gambar.
2.8), hal ini dikaitkan dengan bentuk tersebut akan lebih peka terhadap
efek takikan, hal yang serupa terjadi pula pada fasa perlit atau karbida
yang kasar, fasa alpha bebas dan austenit sisa.


              Sementit speroidal




                                       Gambar. 2.8 Pengaruh bentuk karbida
            Sementit lamelar
                                              terhadap batas lelah.



                                                                             25
2.2.5 Pengaruh Pengerasan Regangan

   Logam yang dikeraskan atau diperkuat melalui
mekanisme      pengerasan      regangan,     akan
meningkatkan kekuatan statik dan sikliknya, hal ini
dikarenakan penjalaran retakan akan menjadi lebih
lambat pada logam yang telah mengalami
pengerasan regangan (Gambar 2.9).




                           Gambar. 2.9 Pengaruh pengerolan
                            dingin terhadap kurva S-N baja.




                                                              26
2.2.6 Pengaruh Struktur Mikro

    Struktur mikro merupakan satu faktor disamping komposisi
kimia yang sangat menentukan kekuatan logam, baik
kekuatan statik maupun sikliknya (Gambar 2.10). Sebagai
contoh baja yang memiliki struktur Martensit akan memiliki
kekuatan statik yang relatif tinggi akan tetapi kekuatan
lelahnya relatif lebih rendah (karena bersifat getas)
dibandingkan baja dengan struktur Martensit temper (karena
ada peristiwa strain aging pada ujung retakan). Batas lelah
baja akan lebih tinggi lagi jika struktur yang dimilikinya adalah
fasa Bainit.




                                                        Gambar. 2.10 Pengaruh
                                                        struktur mikro terhadap
                                                            rasio kelelahan.




                    Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI                        27
2.2.7 Pengaruh Surface Finish

    Kelelahan logam merupakan suatu fenomena
permukaan, sehingga kondisi permukaan (surface
finish) logam akan sangat mempengaruhi batas
lelahnya. Kondisi permukaan tersebut sangat
ditentukan oleh perlakuan permukaan seperti:
• Plating, dimana proses ini akan menghasilkan
tegangan sisa tarik pada permukaan logam.
• Thermal (proses diffusi), seperti karburisasi,
nitriding, dan lainnya dapat menimbulkan tegangan
sisa tekan pada permukaan logam.
• Mechanical, misalnya shot peening, dapat
menghasilkan tegangan sisa tekan pada permukaan
logam.

                                                    28
                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Dengan      demikian proses  perlakuan   permukaan    dapat
menghasilkan tegangan sisa ataupun ketidakkontinyuan (takik,
fillet, retak) pada permukaan logam yang akan sangat
mempengaruhi batas lelah dari logam yang bersangkutan
(Gambar 2.11 sampai 2.13). Disamping itu proses perlakuan
permukaan yang dapat menghasilkan kekasaran permukaan
tertentu pada baja akan menghasilkan suatu faktor koreksi
permukaan dari komponen baja seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.14 dan 2.15.




                                     Gambar. 2.11 Pengaruh pelapisan
                                      chrom terhadap kurva S-N baja
                                                  4140.

                                                                  29
Gambar. 2.12 Pengaruh pelapisan nikel
        terhadap kurva S-N baja.




Gambar. 2.13 Pengaruh shot peening
 terhadap kurva S-N baja lapis nikel.




                                        30
Gambar. 2.14 Faktor koreksi kondisi
               permukaan pada komponen baja.




                    Gambar. 2.15 Faktor koreksi kekasaran
                  permukaan (RA : root mean square atau AA :
                     Arithmetic Average) dan kekuatan dari
                                komponen baja.




Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI                              31
Proses elektroplating nikel atau chrom dapat
menyebabkan penurunan kekuatan lelah hingga 60 %
dan semakin tebal lapisan akan semakin menurunkan
kekuatan lelahnya, hal ini disebabkan oleh karena
timbulnya tegangan sisa tarik pada permukaan logam
yang dilapis yang relatif cukup tinggi. Solusi untuk
menghindari pengaruh buruk dari proses ini adalah:
1. Dilakukan proses nitriding sebelum proses
elektroplating.
2. Dilakukan proses shot peening sebelum atau
setelah proses elektroplating.
3. Dilakukan proses stress relieving (baja = 260oC
dan aluminium = 121oC) setelah proses
elektroplating.

                                                    32
                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Proses elektroplating cadmium dan seng tidak begitu
berpengaruh terhadap kekuatan lelah, tetapi semua jenis
proses   elektroplating  jika kurang  kontrolnya dapat
menimbulkan penggetasan hidrogen yang mempengaruhi
kekuatan logamnya.

    Pada Gambar 2.16 dan 2.17 ditunjukkan skematis
distribusi tegangan sisa pada batang yang dikenai
pembebanan lentur (bending) dan beban aksial tarik.


                                                     Gambar. 2.16 Tegangan
                                                      sisa pada batang tanpa
                                                       takikan yang dikenai
                                                           beban lentur.




                 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI                             33
Berdasarkan Gambar 2.16 diatas dapat
dijelaskan keadaan tegangan (Gambar 2.16e) pada
permukaan batang yang mengalami beban lentur
(Gambar 2.16d) yaitu sebagai berikut:
1. Pada titik1, permukaan batang mendekati titik
luluh dan distribusi tegangan linier (Gambar 2.16a).
2. Jika beban lentur meningkat hingga titik 2,
permukaan batang mulai mengalami luluh atau
deformasi plastis (Gambar 2.16b).
3. Jika momen menurun hingga titik 3, maka
batang akan memiliki distribusi tegangan sisa
(Gambar 2.16c).
                                                       34
                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Gambar. 2.17 Tegangan
                                                          sisa pada batang bertakik
                                                          yang dikenai beban tarik.




     Contoh lain dari tegangan sisa ini ditunjukkan pada Gambar. 2.17
dari batang pelat yang mengalami beban tarik siklik (Gambar 2.17d)
dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada titik 1 akan menyebabkan luluh atau deformasi plastis pada
ujung takikan dari material (Gambar 2.17b) dan jika beban
dihilangkan (titik 2), maka material akan mendapat tegangan sisa
tekan (Gambar 2.17c).
2. Jika terjadi beban siklik (titik 3 dan 4), maka tegangan pada
ujung retakan akan mengalami siklik pula (Gambar 2.17e).
                                                                                      35
                      Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Metoda lain untuk menghasilkan tegangan sisa
adalah    dengan     pemberian    tegangan  awal
(prestressing   atau   presetting)    yang dapat
menyebabkan peningkatan kekuatan lelah dari
batang bertakik dengan pembebanan aksial seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.3 berikut ini.

                                                   Tabel.2.3 Batas lelah dari
                                                    pelat berlubang dengan
                                                          pembebanan




                                                                                36
               Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Presetting ini umumnya diterapkan pada komponen pegas
ulir dan pegas daun dimana pemberian beban awal ini harus
memiliki arah yang sama dengan pembebanan kerjanya.
Presetting dapat pula menyebabkan penurunan kekuatan
lelah 20÷50 % jika diterapkan pada pembebanan lentur
putar.

   Proses perlakuan permukaan secara thermal
misalnya karburising dan nitriding akan sangat
menguntungkan terhadap ketahanan lelah seperti
yang ditunjukkan pada Tabel. 2.4, hal ini
dikarenakan    proses  tersebut   menyebabkan
peningkatan kekuatan permukaan material, dan
menyebabkan pula timbulnya tegangan sisa tekan
pada permukaannya yang disebabkan adanya
perubahan volume. Demikian halnya pada proses
perlakuan permukaan flame dan induction
hardening.
                                                            37
                 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Tabel. 2.4 Pengaruh
                                       proses nitriding terhadap
                                             batas lelah.




   Selanjutnya proses perlakuan permukaan secara
mekanis misalnya shot peening yang menyebabkan
timbulnya tegangan sisa tekan pada permukaan
material, akan sangat menguntungkan kekuatan
atau lelah materialnya. Hal ini ditunjukkan pada
Gambar. 2.18 dan 2.19 berikut ini.


                         Gambar. 2.18 Pengaruh proses shot
                       peening terhadap kurva S-N dari roda gigi
                                  yang dikarburisasi.


                                                                   38
Gambar. 2.19 Pengaruh proses shot
                                 peening terhadap batas lelah dari baja baja
                                              kekuatan tinggi.




2.2.8 Pengaruh Ukuran Komponen

Kelelahan merupakan fenomena permukaan, maka akan
sangat ditentukan oleh ukuran permukaan. Semakin besar
ukuran maka akan semakin besar pula kemungkinan
terjadinya pembentukan awal retaknya, sehingga muncul
faktor modifikasi batas lelah karena faktor ini yaitu sebagai
berikut:
Csize = 1                  jika d ≤ 8 mm         (2.12)
Csize = 1,189 d-0,097 jika 8 mm < d ≤ 250 mm     (2.13)                    39
Pengaruh ukuran ini berhubungan dengan                   lapisan tipis
permukaan material yang terkena tegangan 95             % atau lebih.
Gambar 2.20 menunjukkan semakin besar                   ukuran akan
semakin besar pula volume dari permukaan                material yang
mengalami tegangannya.




                           Gambar. 2.20 Gradien tegangan pada spesimen
                                     berukuran besar dan kecil.




                 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                                         40
Pengaruh ukuran ini ditunjukkan pada Tabel 2.5
berikut ini:


Tabel. 2.5 Pengaruh ukuran terhadap batas lelah.




                    Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI   41
Contoh Soal 2.1:

Beberapa batang baja kekuatan tinggi akan
dipergunakan sebagai lembaran pegas daun, pegas
tersebut akan bekerja dengan kondisi tegangan zero
to maximum (R=0) dengan 3 titik pembebanan.
Lebar batang adalah 1 in dan tebal: 0,145 in.
Pilihlah 2 kondisi perlakuan terhadap batang
dibawah ini yang akan memberikan umur lelah tak
berhingga    dengan     menggunakan      persamaan
Goodman sebagai perhitungannya.




                   Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI   42
A. Kondisi as Heat Treated (Quench+Temper):
•Kekerasan = 48 HRc (≈ 465 BHN).
•Tegangan sisa pada permukaan = 0 ksi.
•Kekasaran permukaan (AA) = 24 μin.

B. Kondisi as Shot Peened:
•Kekerasan = 49 HRc (≈ 475 BHN).
•Tegangan sisa pada permukaan = -80 ksi.
•Kekasaran permukaan (AA) = 125 μin.




               Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI   43
Jawab:
* Untuk kondisi A:

Kekuatan:
Se = 100 ksi (BHN > 400) dan,
Su = 0,5 BHN = 0,5 . 465 = 232 ksi

Ukuran luas pelat pegas:
A = w t = 1 . 0,145 = 0,145 in2 maka,

Diameter ekuivalennya adalah:
A = Л/4 dek2 = 0,145
dek = 0,43 in = 10.92 mm sehingga,

               Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI   44
*Faktor modifikasi pengaruh ukuran:
Csize = 1,189 d-0,097 = 1,189 (10,92)-0,097 = 0,94

*Faktor modifikasi pengaruh pembebanan adalah 1
karena pembebanan berupa lentur atau bending.
Karena kekasaran permukaannya = 24 μin, maka
sesuai dengan Gambar 2.15 dapat diketahui;
*Faktor modifikasi pengaruh kekasaran permukaan
yaitu sebesar = 0,75

Dengan        demikian          batas     lelah      setelah
memperhitungkan             faktor-faktor     modifikasinya
adalah:
S’e=Se.Csize.CLoad.Csurf finish=100 . 0,94 . 1 . 0,75= 70,5
ksi

                  Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI        45
Maka tegangan yang diijinkan bekerja pada pegas
tersebut:
σa / Se + σm / Su = 1

Untuk pembebanan zero to max atau R=0 maka,
σa = σm = σmax / 2 = σ sehingga,
σ / Se + σ / Su = 1
σ / 70,5 + σ / 232 = 1 maka,
σ = 54 ksi sehingga,
σmax = 108 ksi

Untuk kondisi A, pegas tersebut dapat bekerja dengan umur
tak berhingga dengan siklus tegangan antara 0 ÷ 108 ksi.
(aktualnya adalah antara 0 ÷ 100 ksi, dengan demikian
perhitungan diatas memiliki faktor kesalahan: 8 %).
                  Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                            46
•Untuk kondisi B:

Kekuatan:
Se = 100 ksi (BHN > 400) dan,
Su = 0,5 BHN = 0,5 . 475 = 238 ksi
Karena kekasaran permukaannya = 125 μin, maka
sesuai dengan Gambar. 23 dapat diketahui;

*Faktor modifikasi pengaruh kekasaran permukaan
yaitu sebesar = 0,58

Dengan        demikian          batas     lelah      setelah
memperhitungkan             faktor-faktor     modifikasinya
adalah:
S’e=Se.Csize.CLoad.Csurf finish=100 . 0,94 . 1 . 0,58= 54,5
ksi
                  Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                           47
Karena pengaruh tegangan sisa dipermukaan sebesar
-80 maka:
σa / Se + σm / Su = 1 dan,
σa = σm = σmax / 2 = σ sehingga,
σ / Se + {(σ-80) / Su} = 1
σ / 54,5 + {(σ-80) / 238} = 1 maka,
σ = 59,3 ksi sehingga,
σmax = 118,6 ksi


Untuk kodisi B, pegas tersebut dapat bekerja dengan umur tak
berhingga dengan siklus tegangan antara 0÷118,6 ksi.
(aktualnya adalah antara 0÷140 ksi, dengan demikian
perhitungan diatas memiliki faktor kesalahan: 15 %).



                   Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                           48
2.3 Pengaruh Proses Pengerjaan

Pada dasarnya setiap ketidakkontinyuan dan
ketidakseragaman pada material akan berpengaruh
langsung terhadap penjalaran retak lelah atau
ketahanan lelah material, ketidakkontinyuan ini
dapat berupa takikan dari geometri komponen
ataupun berupa retakan dan rongga sebagai akibat
suatu     proses    pengerjaan.    Selain    itu
ketidakseragaman yang berupa ketidakmohogenan
struktur ataupun berupa segregasi dari suatu
proses pengerjaan akan sangat berpengaruh pula
terhadap ketahanan lelah material.


              Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI    49
2.3.1 Pengaruh Proses Pengecoran

   Hal-hal yang berpengaruh terhadap ketahanan lelah logam
sebagai akibat negatif dari proses pengecoran adalah:
• Segregasi (terutama segregasi makro)
• Cacat rongga
• Porositas
• Retak panas
• Terak, slag atau inklusi
• dan lain-lain




                                  Gambar. 2.21 Cacat-cacat coran.




                                                                    50
2.3.2      Pengaruh Proses Pembentukan

Logam hasil proses pembentukan akan memiliki
batas lelah yang lebih tinggi dari benda coran, namun
cacat-cacat dari suatu proses pembentukan akan
sangat merugikan pula terhadap batas lelah logam
yang dihasilkan. Cacat-cacat tersebut antara lain:
•Cacat laps atau seams (berupa lipatan) pada
permukaan produk tempa atau roll.
•Oksida yang terjebak pada lipatan di permukaan
produk tempa atau roll.
•Permukaan yang kasar.
•dan lain-lain.


                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI   51
Pada Gambar 2.22, Tabel 2.4 dan Gambar 2.23
ditunjukkan    pengaruh   proses   pembentukan
terhadap ketahanan lelah baja, dan pada Gambar
2.24 ditunjukkan pula pengaruh anisotrop yang
dihasilkan dari proses pembentukan logam serta
Gambar 2.25 memperlihatkan jenis-jenis cacat
proses pembentukan.




                       Gambar. 2.22 Pengaruh pengerolan dingin
                              terhadap kurva S-N baja.




                                                                 52
Tabel. 2.6 Kekuatan lelah pada 105
  siklus dari baut baja AISI 8635




   Gambar. 2.23 Pengaruh
penempaan terhadap batas lelah
            baja.




                                 53
Gambar. 2.24 Pengaruh
    anisotrop terhadap ketahanan
                patah.




Gambar. 2.25 Cacat-cacat proses
     tempa dan ekstrusi.



                                   54
2.3.2 Pengaruh Proses Pengelasan

   Proses pengelasan melibatkan pencairan dan
pembekuan, maka segala jenis cacat-cacat coran
dapat terjadi didaerah logam las. Sedangkan
daerah terpengaruh panas (Heat Affected Zone)
dapat terjadi perubahan struktur mikro yang
menghasilkan fasa getas dan butir kasar, hal ini
akan    sangat     merugikan      ketahanan lelah
sambungan lasan disamping adanya tegangan sisa
tarik pada daerah tersebut. Pada Gambar 2.26
ditunjukkan jenis-jenis cacat lasan.



               Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI    55
Gambar. 2.26 Cacat-cacat lasan.
                                  56
2.3.3 Pengaruh Proses Pemesinan

Kondisi permukaan logam sangat berpengaruh
terhadap umur lelahnya, permukaan yang kasar
merupakan tempat yang tegangan lokalnya tinggi
sehingga dapat menjadi lokasi awal retak lelah.
Dengan demikian proses pemesinan yang
menentukan kekasaran permukaan logam akan
menentukan pula terhadap ketahanan lelahnya
disamping timbulnya tegangan sisa sebagai akibat
deformasi plastis pada saat pembentukan geram
dalam operasi pemesinan tersebut (Gambar. 2.27),
bahkan jika tegangan sisa tarik muncul yang cukup
besar seperti dalam proses penggerindaan yang
cukup berat, dapat menimbulkan retak rambut
(Gambar 2.28).
                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
                                                    57
Gambar. 2.27 Pengaruh proses
penggerindaan terhadap kurva S-N
             baja.




Gambar. 2.28 Cacat-cacat proses
          pemesinan.




                               58
2.3.5 Pengaruh Proses Perlakuan Panas

Pengaruh dari proses perlakuan panas yang dapat menurunkan
kekuatan lelah adalah:
•Over heating yang menyebabkan butir kasar.
•Over heating yang menyebabkan pencairan fasa bertitik cair
rendah.
•Retak quench.
•Tegangan sisa
•Dekarburisasi (Tabel 2.7).
•dan lain-lain.

                                                           Tabel. 2.7 Pengaruh
                                                       dekarburisasi terhadap batas
                                                                   lelah.




                                                                                 59
                   Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
2.4       Pengaruh Temperatur Operasi

   Pada temperatur tinggi, kekuatan logam akan
menurun sehingga deformasi plastis akan lebih
mudah terjadi dan batas lelah menjadi tidak jelas
(hilang) yang disebabkan oleh karena pengaruh
mobilitas dislokasi (lihat Gambar 2.29).



            Room
            Temperature
                            Gambar 2.29. Pengaruh temperatur
                               terhadap batas lelah baja.

        High
        Temperature
        (750oC)



                                                               60
2.5 Pengaruh Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang korosif akan menyerang
permukaan logam dan menghasilkan lapisan oksida
atau produk korosi. Umumnya oksida adalah sebagai
lapis lindung dan dapat mencegah kerusakan korosi
selanjutnya,    tetapi  pembebanan         siklik  dapat
menyebabkan       pecahnya     lapisan    tersebut   dan
kerusakan korosi berikutnya sehingga timbul korosi
sumuran yang berfungsi sebagai takikan. Hal itulah
yang menyebabkan penurunan kekuatan lelah,
pengaruh     lingkungan    korosif    ini    menurunkan
kekuatan lelah logam hingga 10 % serta dapat
menyebabkan batas lelah menjadi tidak jelas (hilang)
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.30, 2.31 dan
Tabel 2.8 dan 2.9 berikut ini.
                                                       61
                 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Gambar 2.30. Pengaruh lingkungan
    terhadap kurva S-N baja.




          Gambar 2.31. Pengaruh
       kekuatan tarik terhadap korosi-
          lelah berbagai jenis baja.




                                    62
Tabel. 2.8 Kekuatan lelah baja pada beberapa kondisi lingkungan.




Tabel. 2.9 Pengaruh perlakuan permukaan terhadap korosi-lelah baja.




                                                                      63
                   Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
Gambar. 2.32 Pengaruh lingkungan dan variabel metalurgis lainnya terhadap
                             batas lelah.




                    Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI                       64
Tugas:

2.1 Batang silinder berdiameter 2,5 in dan memiliki
kekasaran permukaan 125 μ in terbuat dari bahan
baja AISI 1035 dengan kekuatan tarik, Su = 92 Ksi.
Tentukanlah beban yang akan menghasilkan umur
tak berhingga untuk kondisi: pembebanan aksial
bolak-balik (R=-1) dan pembebanan puntir bolak-
balik (R=-1).
2.2 Gambarlah grafik hubungan antara kekuatan
lelah, Se dengan kekuatan tarik, Su dengan berbagai
kondisi permukaan hasil perlakuan proses: Hot
Rolling,   Machining,    Forging   dan   Poleshing.
(Gunakanlah Gambar. 2.14).

                Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI   65
2.3 Suatu baja paduan memiliki kekuatan tarik, Su =
100 ksi. Baja tersebut diproses shot peening sehingga
menghasilkan      tegangan    sisa   -50    ksi   yang
menyebabkan peningkatan kekerasan dari 200 BHN
menjadi 250 BHN serta peningkatan kekasaran
permukaan dari 5 menjadi 50 μ in. Estimasilah
kekuatan lelah baja tersebut sebelum dan setelah
perlakuan shot peening.
2.4 Poros baja kondisi A hasil proses pemesinan akan
diganti oleh poros baja kondisi B hasil proses forging.
Tentukanlah diameter dari poros pengganti tersebut
yang akan dipakai pada pembebanan puntir bolak-
balik yang menghasilkan umur 106 siklus.
Poros A:     Su = 80 Ksi
Surface finish, AA = 125 μ in (machined)
Diameter = 1,5 in
Poros B:     Su = 90 Ksi
                                                      66
Surface finish, AA = as forged

More Related Content

What's hot

Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.Vendi Supendi
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Tin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-materialTin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-materialYuneo Nurcahya
 
Perpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanPerpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanrestuputraku5
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosDewi Izza
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramikAgam Real
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Mukhamad Suwardo
 
Presentasi keramik Teknik Mesin
Presentasi keramik Teknik MesinPresentasi keramik Teknik Mesin
Presentasi keramik Teknik MesinRianda Halim
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasRumah Belajar
 
95652732 major-losses-adalah-kerugian-pada-aliran-dalam-pipa-yang-disebabkan-...
95652732 major-losses-adalah-kerugian-pada-aliran-dalam-pipa-yang-disebabkan-...95652732 major-losses-adalah-kerugian-pada-aliran-dalam-pipa-yang-disebabkan-...
95652732 major-losses-adalah-kerugian-pada-aliran-dalam-pipa-yang-disebabkan-...wahyuddin S.T
 
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramikKlasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramikPutra Perdana
 
Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian materialOmpu Kurniawan
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasisyamsul huda
 

What's hot (20)

Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Tin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-materialTin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-material
 
02. apa itu annealing
02. apa itu annealing02. apa itu annealing
02. apa itu annealing
 
Perpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanPerpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahan
 
Laporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasanLaporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasan
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
Konsep dislokasi
Konsep dislokasiKonsep dislokasi
Konsep dislokasi
 
Material teknik dan proses
Material teknik dan prosesMaterial teknik dan proses
Material teknik dan proses
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramik
 
Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum PengelasanLaporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)
 
TEGANGAN
TEGANGANTEGANGAN
TEGANGAN
 
Presentasi keramik Teknik Mesin
Presentasi keramik Teknik MesinPresentasi keramik Teknik Mesin
Presentasi keramik Teknik Mesin
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
95652732 major-losses-adalah-kerugian-pada-aliran-dalam-pipa-yang-disebabkan-...
95652732 major-losses-adalah-kerugian-pada-aliran-dalam-pipa-yang-disebabkan-...95652732 major-losses-adalah-kerugian-pada-aliran-dalam-pipa-yang-disebabkan-...
95652732 major-losses-adalah-kerugian-pada-aliran-dalam-pipa-yang-disebabkan-...
 
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramikKlasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
Klasifikasi dan-karakteristik-material-keramik
 
Komposit
KompositKomposit
Komposit
 
Diktat pengujian material
Diktat pengujian materialDiktat pengujian material
Diktat pengujian material
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 

Viewers also liked

4. Batas Kelelahan Logam Konsep E-N (AA)
4. Batas Kelelahan Logam Konsep E-N (AA)4. Batas Kelelahan Logam Konsep E-N (AA)
4. Batas Kelelahan Logam Konsep E-N (AA)Abrianto Akuan
 
Standar Analisis Kegagalan
Standar Analisis KegagalanStandar Analisis Kegagalan
Standar Analisis KegagalanAbrianto Akuan
 
Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Abrianto Akuan
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Abrianto Akuan
 

Viewers also liked (6)

4. Batas Kelelahan Logam Konsep E-N (AA)
4. Batas Kelelahan Logam Konsep E-N (AA)4. Batas Kelelahan Logam Konsep E-N (AA)
4. Batas Kelelahan Logam Konsep E-N (AA)
 
Standar Analisis Kegagalan
Standar Analisis KegagalanStandar Analisis Kegagalan
Standar Analisis Kegagalan
 
Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)
 
Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)
 
Difraksi Sinar-X
Difraksi Sinar-XDifraksi Sinar-X
Difraksi Sinar-X
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
 

Similar to 2-Aspek Metalurgis Thd Kelelahan Logam (AA)

statika struktur diktat
statika struktur diktatstatika struktur diktat
statika struktur diktatWayan Yase
 
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdfRismanYusuf1
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikkaatteell
 
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanik
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanikKorelasi struktur mikro dan sifat mekanik
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanikAbrianto Akuan
 
Laporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarikLaporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarikBadrul Qomar
 
Praktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untagPraktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untagwennma
 
23 maradu (2)
23 maradu (2)23 maradu (2)
23 maradu (2)Alen Pepa
 
Modulus elastis beton
Modulus elastis betonModulus elastis beton
Modulus elastis betonSandhy Tama
 
tarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdftarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdfYusufNugroho11
 
Unit 1 prinsip dasar listrik
Unit 1 prinsip dasar listrikUnit 1 prinsip dasar listrik
Unit 1 prinsip dasar listrikIndra S Wahyudi
 
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docxumammuhammad27
 
Las busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkusLas busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkusnur cholis
 
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahanTian Jonathan
 
Materi Baja 2 Lentur.pdf
Materi Baja 2 Lentur.pdfMateri Baja 2 Lentur.pdf
Materi Baja 2 Lentur.pdfDoIllahi
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasSandra Prasetyo
 
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1Dhipta Emerald
 

Similar to 2-Aspek Metalurgis Thd Kelelahan Logam (AA) (20)

statika struktur diktat
statika struktur diktatstatika struktur diktat
statika struktur diktat
 
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarik
 
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanik
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanikKorelasi struktur mikro dan sifat mekanik
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanik
 
Tugas pengujian material
Tugas pengujian materialTugas pengujian material
Tugas pengujian material
 
Laporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarikLaporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarik
 
Praktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untagPraktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untag
 
23 maradu (2)
23 maradu (2)23 maradu (2)
23 maradu (2)
 
23 maradu
23 maradu23 maradu
23 maradu
 
Modulus elastis beton
Modulus elastis betonModulus elastis beton
Modulus elastis beton
 
tarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdftarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdf
 
Unit 1 prinsip dasar listrik
Unit 1 prinsip dasar listrikUnit 1 prinsip dasar listrik
Unit 1 prinsip dasar listrik
 
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx
1 b 11170163000059_laporan_modulus young dan ayunan puntir.docx
 
Las busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkusLas busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkus
 
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
 
Materi Baja 2 Lentur.pdf
Materi Baja 2 Lentur.pdfMateri Baja 2 Lentur.pdf
Materi Baja 2 Lentur.pdf
 
D047268825
D047268825D047268825
D047268825
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1
Plugin bab-09-kekuatan-sambungan-las1
 
16 17
16 1716 17
16 17
 

More from Abrianto Akuan

Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Abrianto Akuan
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Abrianto Akuan
 
WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)Abrianto Akuan
 
Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Abrianto Akuan
 
Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Abrianto Akuan
 
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)Abrianto Akuan
 
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Abrianto Akuan
 
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Abrianto Akuan
 
Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Abrianto Akuan
 
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Abrianto Akuan
 
Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Abrianto Akuan
 
Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)Abrianto Akuan
 
Fmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aaFmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aaAbrianto Akuan
 

More from Abrianto Akuan (20)

Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
 
Index minerals (AA)
Index minerals (AA)Index minerals (AA)
Index minerals (AA)
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
 
WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)
 
Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)
 
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
 
Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)
 
Images Minerals (AA)
Images Minerals (AA)Images Minerals (AA)
Images Minerals (AA)
 
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
 
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
 
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
 
Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)
 
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
 
Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)
 
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
 
Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)Pengantar proses manufaktur (AA)
Pengantar proses manufaktur (AA)
 
Fmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aaFmea shrinkage casting defect aa
Fmea shrinkage casting defect aa
 

Recently uploaded

Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxEkoPutuKromo
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024SABDA
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)saritharamadhani03
 
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufalKhawariz
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfUditGheozi2
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxkinayaptr30
 
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxDokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxMasHari12
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...haryonospdsd011
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxAhmadBarkah2
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfnaqarin2
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERIPURWANTOSDNWATES2
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptAryLisawaty
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfHernowo Subiantoro
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogorWILDANREYkun
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt xjohan199969
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comFathan Emran
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfSEMUELSAMBOKARAENG
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..widyakusuma99
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptDedi Dwitagama
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024SABDA
 

Recently uploaded (20)

Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
Modul Pembentukan Disiplin Rohani (PDR) 2024
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxDokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 

2-Aspek Metalurgis Thd Kelelahan Logam (AA)

  • 1. II. ASPEK METALURGIS PADA KELELAHAN LOGAM Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 1
  • 2. Sesi Metode Pokok Bahasan Hasil Pembelajaran Penilaian Hasil Pembelajaran Ke- Penilaian Mahasiswa mengetahui dan memahami Mahasiswa mampu menjelaskan Karakteristik kegagalan patah lelah pada komponen logam. karakteristik dari patah lelah yang 01 kelelahan logam terjadi pada komponen logam. Aspek metalurgi Mahasiswa mengetahui dan memahami aspek Mahasiswa mampu menjelaskan aspek 02 pada kelelahan metalurgi yang mempengaruhi perilaku metalurgi yang mempengaruhi logam kelelahan pada logam. perilaku kelelahan logam. Mahasiswa mengetahui dan memahami batas Mahasiswa mampu menjelaskan batas 03 batas lelah logam kelelahan logam serta cara menentukannya. kelelahan logam serta cara menentukannya. Mahasiswa mengetahui dan memahami Mahasiswa mampu menghitung hubungan antara tegangan (S) yang bekerja tegangan yang bekerja pada komponen 04 Konsep S-N pada komponen logam dengan umur (N) logam serta mampu memprediksi komponen tersebut. umur komponen tersebut berdasarkan ჱ Tugas Konsep S-N. ჱ UTS Mahasiswa mengetahui dan memahami Mahasiswa mampu menghitung ჱ UAS hubungan antara regangan () yang bekerja tegangan dan regangan yang bekerja pada komponen logam dengan umur (N) pada komponen logam serta mampu 05 Konsep -N komponen tersebut. memprediksi umur komponen tersebut berdasarkan konsep -N. Mahasiswa mengetahui dan memahami Mahasiswa mampu menjelaskan dan Pengaruh takikan pengaruh takikan ataupun geometri menghitung pengaruh takikan ataupun 06 pada perilaku komponen terhadap kegagalan lelah. geometri komponen terhadap umur kelelahan logam lelahnya. Mahasiswa mengetahui dan memahami Mahasiswa mampu menjelaskan dan konsep penjalaran retak lelah. konsep penjalaran retak lelah serta Penjalaran retak 07 mampu memprediksi umur lelah lelah Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI berdasarkan konsep tersebut. 2
  • 3. Kelelahan logam diawali dengan pembentukan awal retak dan dilanjutkan dengan penjalaran retakan hingga komponen mengalami patah. Lokasi awal retak pada komponen atau logam yang mengalami pembebanan dinamis atau siklik adalah pada titik daerah dimana memiliki kekuatan yang paling minimum dan atau pada titik daerah dimana mengalami tegangan yang paling maksimum. Oleh karena itu untuk memperkirakan umur lelah suatu komponen merupakan suatu hal yang cukup sulit, hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi umur lelahnya. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 3
  • 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi umur lelah: 1.Pembebanan: 1.Jenis beban:uniaksial, lentur, puntir. 2.Pola beban: periodik, random. 3.Besar beban (besar tegangan). 4.Frekwensi siklus beban. 2.Kondisi material. 1.Ukuran butir. 2.Kekuatan. 3.Penguatan dengan larutan padat. 4.Penguatan dengan fasa ke-2. 5.Penguatan regangan. 6.Struktur mikro. 7.Kondisi permukaan (surface finish). 8.Ukuran Komponen. 3.Proses pengerjaan. 1.Proses pengecoran. 2.Proses pembentukan. 3.Proses pengelasan. 4.Proses pemesinan. 5.Proses perlakuan panas. 4.Temperatur operasi. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 4 5.Kondisi lingkungan.
  • 5. 2.1 Pengaruh Pembebanan Parameter pembebanan yang berpengaruh terhadap kelelahan logam adalah tegangan rata-rata, σm dan tegangan amplitudo, σa serta frekwensi pembebanan. 2.1.1 Pengaruh Tegangan Rata-rata, σm Gambar. 2.1 Pengertian tegangan siklik. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 5
  • 6. Tegangan amplitudo: σa = (σmax - σmin) / 2 (2.1) Tegangan rata-rata: σm = (σmax + σmin) / 2 (2.2) Rasio tegangan: R = σmin / σmax (2.3) Besarnya tegangan rata-rata yang bekerja akan menentukan terhadap besarnya tegangan amplitudo yang diijinkan untuk mencapai suatu umur lelah tertentu. Bila tegangan rata-rata sama dengan 0 atau rasio tegangan sama dengan -1, maka besarnya tegangan amplitudo yang diijinkan adalah nilai batas lelahnya (Se). Dengan demikian jika tegangan rata-ratanya semakin besar maka tegangan amplitudonya harus diturunkan. Hal ini terlihat pada alternatif diagram Goodman atau pada diagram-diagram lainnya, lihat Gambar 2.2 berikut ini: 6 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 7. Gambar. 2.2 Diagram-diagram batas tegangan terhadap kelelahan logam. 7 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 8. Persamaan-persamaan yang digunakan pada diagram batas tegangan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.2 diatas adalah sebagai berikut: • Soderberg (USA, 1930): σa/Se + σm/Sy = 1 (2.4) • Goodman (England, 1899): σa/Se + σm/Su = 1 (2.5) • Gerber (Germany, 1874): σa/Se + (σm/Su)2 = 1 (2.6) • Morrow (USA, 1960s): σa/Se + σm/σf = 1 (2.7) 8 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 9. dimana, Se adalah batas lelah (endurance limit), Su adalah kekuatan tarik dan σf adalah tegangan patah sebenarnya (true fracture stress). Perbandingan dari tegangan amplitudo terhadap tegangan rata- rata disebut rasio amplitudo (A= σa/σm), sehingga hubungan antara nilai R dan A yaitu sebagai berikut: jika R=-1, maka A=~ (kondisi fully reversed) jika R=0, maka A=1 (kondisi zero to maximum) jika R=~, maka A=-1 (kondisi zero to minimum) 9 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 10. Pada Gambar 2.2 diatas yang memperlihatkan aman tidaknya kondisi pembebanan terhadap kelelahan logam, berdasarkan hasil diskusi atas berbagai permasalahan, maka dapat dinyatakan sebagai berikut: • Diagram. a (Soderberg) adalah paling konservatif dan paling aman, atau digunakan pada kondisi nilai R mendekati 1. • Data hasil pengujian, cenderung berada diantara diagram. b dan c (Goodman dan Gerber). • Untuk baja keras (getas), diagram. b dan d (Goodman dan Morrow) hampir berimpit (sama). • Untuk baja lunak (ulet), diagram. D (Morrow) akan lebih akurat. • Pada kondisi R<1 (atau perbedaan tegangan rata-rata dan tegangan amplitudo cukup kecil), maka ke-4 diagram hampir sama (berimpit). 10 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 11. Alternatif diagram Goodman seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 diatas adalah yang paling banyak digunakan, dan diagram Goodman yang lama (asli) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 dibawah ini, sekarang sudah tidak dipakai lagi. Gambar. 2.3 Diagram Goodman. 11
  • 12. Pengaruh dari tegangan siklik (SN) terhadap tegangan rata- rata atau sebaliknya, dapat terlihat pada diagram master seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut ini. AISI 4340 steel Su = 158, Sy = 147 kpsi. σmin = 20, σmax = 120, σm = 70, σa = 50 kpsi. Gambar. 2.4 Diagram master baja AISI 4340 untuk menentukan pengaruh dari tegangan rata- 12 rata pada kelelahan logam.
  • 13. Untuk melihat pengaruh tegangan siklik (SN) terhadap umur lelah pada kondisi R=-1 (tegangan siklik sama dengan tegangan amplitudo) dapat dilihat pula pada diagram Haigh berikut ini. Gambar. 2.4 Diagram Haigh. 13 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 14. Jika tegangan siklik atau tegangan amplitudo meningkat, maka umur lelah akan semakin menurun, begitu pula dari pengaruh meningkatnya tegangan rata-rata, maka akan menyebabkan penurunan umur kelelahan logam. Tabel 2.1 Persamaan dan koordinat perpotongan pada kuadran ke-1 untuk Goodman dan kriteria kegagalan lainnya. Se Se 14 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 15. Tabel 2.2 Persamaan dan koordinat perpotongan pada kuadran ke-1 untuk Gerber dan kriteria kegagalan lainnya. Se Se 15 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 16. 2.1.2 Pengaruh Tegangan Amplitudo, σa Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tegangan amplituda akan sangat berpengaruh terhadap umur kelelahan logam. Perkiraan kelelahan pada pembebanan yang kompleks atau variabel, seringkali didasarkan pada hukum kerusakan non linier (linier damage rule) yang pertama kali diajukan oleh Palmgren (1924) dan dikembangkan oleh Miner (1945) sehingga metoda ini dikenal dengan hukum Miner. Hukum ini tidak selalu sesuai dengan kenyataan, sehingga muncullah berbagai alternatif yang lain seperti teori kerusakan non linier (oleh Collins), metoda perhitungan siklus (cycle counting) yaitu metoda perhitungan curah hujan rain flow counting (oleh Downing). 16 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 17. 2.1.3 Pengaruh Frekwensi Pembebanan Pengaruh frekwensi ini dapat dilihat pada pengujian kelelahan logam dengan frekwensi ± 500÷10.000 siklus/menit, pada interval ini hampir tidak ada pengaruhnya terhadap kekuatan lelah materialnya. Sebagai contoh pada pengujian kelelahan baja dengan frekwensi 200÷5.000 siklus/menit, tidak menunjukkan adanya pengaruh tersebut terhadap batas lelahnya, tetapi pengujian pada frekwensi 100.000 siklus/menit, maka batas lelahnya akan semakin meningkat (karena pada frekwensi tinggi, deformasi plastis yang terjadi tidak sebesar pada frekwensi rendah). Pengaruh frekwensi tersebut terjadi pula pada logam-logam non ferro. 17 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 18. 2.2 Pengaruh Kondisi Material Awal retak lelah terjadi dengan adanya deformasi plastis mikro setempat, dengan demikian komposisi kimia dan struktur mikro material akan sangat mempengaruhi kekuatan untuk menahan terjadinya deformasi plastis sehingga akan sangat berpengaruh pula terhadap kekuatan lelahnya. Parameter- parameter dari kondisi material yang mempengaruhi kekuatan lelah tersebut yaitu antara lain dijelaskan berikut ini. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 18
  • 19. 2.2.1 Pengaruh Ukuran Butir Butir halus yang akan meningkatkan kekuatan luluh dan kekuatan lelah atau akan meningkatkan umur lelah logam, hanya dapat terjadi pada pembebanan siklik dengan kondisi HCF atau LCS (High Cycle Fatigue atau Low Cycle Stress/Strain), tetapi berdasarkan hasil experimen menunjukkan bahwa pada pembebanan siklik dengan kondisi sebaliknya yaitu LCF atau HCS (Low Cycle Fatigue atau High Cycle Stress/Strain), ternyata ukuran butir tidak berpengaruh terhadap umur lelah. Ukuran butir, pada satu sisi dapat meningkatkan umur lelah, tetapi disisi lain akan meningkatkan kepekaan terhadap takikan (notch). Spesimen yang halus permukaannya dan memiliki struktur berbutir halus, akan meningkatkan umur lelah, tetapi jika spesimen tersebut memiliki takikan, maka akan berumur lebih pendek jika berbutir halus. 19 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 20. 2.2.2 Pengaruh Kekuatan Sebagai patokan kasar, baja memiliki batas lelah sebesar: Se = 0,5 Su (2.8) Hal ini terlihat pada Gambar. 2.5 dan 2.6 berikut ini: Gambar. 2.5 Pengaruh kekuatan tarik terhadap batas lelah. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 20
  • 21. Gambar. 2.6 Hubungan antara batas lelah (lentur putar) dengan kekuatan tarik baja. 21 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 22. Sedangkan untuk logam-logam non ferro (Cu, Ni, Mg, dan lain-lain) memiliki batas lelah sebesar: Se = 0,35 Su (2.9) Perbandingan Kekuatan lelah, Se dan kekuatan tarik, Su disebut rasio kelelahan. Jika pada spesimen tersebut memiliki takikan, maka rasio kelelahan akan menurun hingga 0,2÷0,3. Dengan demikian, semakin tinggi kekuatan tarik logam, maka akan semakin tinggi pula kekuatan lelahnya. Kekuatan tarik tersebut dapat ditingkatkan melalui mekanisme- mekanisme penguatan logam, yaitu antara lain: •Penguatan larutan padat •Penguatan fasa ke-2 •Pengutan presipitasi •Penguatan regangan •Dan lain sebagainya 22 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 23. Rasio kelelahan dari batas lelah karena pembebanan aksial hasil eksperimen adalah sebesar 0,6÷0,9 dan secara konsevatif diestimasi sebesar: Se (aksial) ≈ 0,7 Se (bending) (2.10) Sedangkan rasio kelelahan hasil eksperimen dengan uji lelah puntir dan bending atau lentur putar adalah sebesar 0,5÷0,6 dan hubungan tersebut secara teoritis dituliskan: Se (puntir) ≈ 0,577 Se (bending) (2.11) 23 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 24. 2.2.3 Pengaruh Penguatan Larutan Padat Atom-atom asing akan menyebabkan distorsi kisi sehingga menghasilkan medan tegangan pada kisi kristal logam yang akan menghambat gerakan dislokasi yang pada akhirnya akan meningkatkan kekuatan logam termasuk batas lelahnya, apalagi jika atom asing tersebut yang larut padat interstisi, menimbulkan strain aging, maka akan lebih meningkatkan batas lelah logam seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 2.7 berikut ini. Strain aging dari atom asing Efek atom asing Logam murni Gambar. 2.7 Pengaruh unsur paduan/atom asing terhadap batas lelah. 24
  • 25. 2.2.4 Pengaruh Fasa ke-2 Fasa ke-2 yang keras akan menghalangi gerakan dislokasi sehingga akan meningkatkan kekuatan logam. Parameter fasa ke-2 yang berpengaruh tersebut adalah: bentuk, ukuran dan distribusinya. Sebagai contoh baja yang memiliki struktur Ferit-Perlit dengan bentuk sementit lamelar dan speroidal, maka kekuatan statiknya relatif sama tetapi batas lelahnya dapat berbeda. Fasa ke-2 dengan bentuk lamelar akan memiliki batas lelah yang relatif lebih rendah (Gambar. 2.8), hal ini dikaitkan dengan bentuk tersebut akan lebih peka terhadap efek takikan, hal yang serupa terjadi pula pada fasa perlit atau karbida yang kasar, fasa alpha bebas dan austenit sisa. Sementit speroidal Gambar. 2.8 Pengaruh bentuk karbida Sementit lamelar terhadap batas lelah. 25
  • 26. 2.2.5 Pengaruh Pengerasan Regangan Logam yang dikeraskan atau diperkuat melalui mekanisme pengerasan regangan, akan meningkatkan kekuatan statik dan sikliknya, hal ini dikarenakan penjalaran retakan akan menjadi lebih lambat pada logam yang telah mengalami pengerasan regangan (Gambar 2.9). Gambar. 2.9 Pengaruh pengerolan dingin terhadap kurva S-N baja. 26
  • 27. 2.2.6 Pengaruh Struktur Mikro Struktur mikro merupakan satu faktor disamping komposisi kimia yang sangat menentukan kekuatan logam, baik kekuatan statik maupun sikliknya (Gambar 2.10). Sebagai contoh baja yang memiliki struktur Martensit akan memiliki kekuatan statik yang relatif tinggi akan tetapi kekuatan lelahnya relatif lebih rendah (karena bersifat getas) dibandingkan baja dengan struktur Martensit temper (karena ada peristiwa strain aging pada ujung retakan). Batas lelah baja akan lebih tinggi lagi jika struktur yang dimilikinya adalah fasa Bainit. Gambar. 2.10 Pengaruh struktur mikro terhadap rasio kelelahan. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 27
  • 28. 2.2.7 Pengaruh Surface Finish Kelelahan logam merupakan suatu fenomena permukaan, sehingga kondisi permukaan (surface finish) logam akan sangat mempengaruhi batas lelahnya. Kondisi permukaan tersebut sangat ditentukan oleh perlakuan permukaan seperti: • Plating, dimana proses ini akan menghasilkan tegangan sisa tarik pada permukaan logam. • Thermal (proses diffusi), seperti karburisasi, nitriding, dan lainnya dapat menimbulkan tegangan sisa tekan pada permukaan logam. • Mechanical, misalnya shot peening, dapat menghasilkan tegangan sisa tekan pada permukaan logam. 28 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 29. Dengan demikian proses perlakuan permukaan dapat menghasilkan tegangan sisa ataupun ketidakkontinyuan (takik, fillet, retak) pada permukaan logam yang akan sangat mempengaruhi batas lelah dari logam yang bersangkutan (Gambar 2.11 sampai 2.13). Disamping itu proses perlakuan permukaan yang dapat menghasilkan kekasaran permukaan tertentu pada baja akan menghasilkan suatu faktor koreksi permukaan dari komponen baja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.14 dan 2.15. Gambar. 2.11 Pengaruh pelapisan chrom terhadap kurva S-N baja 4140. 29
  • 30. Gambar. 2.12 Pengaruh pelapisan nikel terhadap kurva S-N baja. Gambar. 2.13 Pengaruh shot peening terhadap kurva S-N baja lapis nikel. 30
  • 31. Gambar. 2.14 Faktor koreksi kondisi permukaan pada komponen baja. Gambar. 2.15 Faktor koreksi kekasaran permukaan (RA : root mean square atau AA : Arithmetic Average) dan kekuatan dari komponen baja. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 31
  • 32. Proses elektroplating nikel atau chrom dapat menyebabkan penurunan kekuatan lelah hingga 60 % dan semakin tebal lapisan akan semakin menurunkan kekuatan lelahnya, hal ini disebabkan oleh karena timbulnya tegangan sisa tarik pada permukaan logam yang dilapis yang relatif cukup tinggi. Solusi untuk menghindari pengaruh buruk dari proses ini adalah: 1. Dilakukan proses nitriding sebelum proses elektroplating. 2. Dilakukan proses shot peening sebelum atau setelah proses elektroplating. 3. Dilakukan proses stress relieving (baja = 260oC dan aluminium = 121oC) setelah proses elektroplating. 32 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 33. Proses elektroplating cadmium dan seng tidak begitu berpengaruh terhadap kekuatan lelah, tetapi semua jenis proses elektroplating jika kurang kontrolnya dapat menimbulkan penggetasan hidrogen yang mempengaruhi kekuatan logamnya. Pada Gambar 2.16 dan 2.17 ditunjukkan skematis distribusi tegangan sisa pada batang yang dikenai pembebanan lentur (bending) dan beban aksial tarik. Gambar. 2.16 Tegangan sisa pada batang tanpa takikan yang dikenai beban lentur. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 33
  • 34. Berdasarkan Gambar 2.16 diatas dapat dijelaskan keadaan tegangan (Gambar 2.16e) pada permukaan batang yang mengalami beban lentur (Gambar 2.16d) yaitu sebagai berikut: 1. Pada titik1, permukaan batang mendekati titik luluh dan distribusi tegangan linier (Gambar 2.16a). 2. Jika beban lentur meningkat hingga titik 2, permukaan batang mulai mengalami luluh atau deformasi plastis (Gambar 2.16b). 3. Jika momen menurun hingga titik 3, maka batang akan memiliki distribusi tegangan sisa (Gambar 2.16c). 34 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 35. Gambar. 2.17 Tegangan sisa pada batang bertakik yang dikenai beban tarik. Contoh lain dari tegangan sisa ini ditunjukkan pada Gambar. 2.17 dari batang pelat yang mengalami beban tarik siklik (Gambar 2.17d) dan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pada titik 1 akan menyebabkan luluh atau deformasi plastis pada ujung takikan dari material (Gambar 2.17b) dan jika beban dihilangkan (titik 2), maka material akan mendapat tegangan sisa tekan (Gambar 2.17c). 2. Jika terjadi beban siklik (titik 3 dan 4), maka tegangan pada ujung retakan akan mengalami siklik pula (Gambar 2.17e). 35 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 36. Metoda lain untuk menghasilkan tegangan sisa adalah dengan pemberian tegangan awal (prestressing atau presetting) yang dapat menyebabkan peningkatan kekuatan lelah dari batang bertakik dengan pembebanan aksial seperti ditunjukkan pada Tabel 2.3 berikut ini. Tabel.2.3 Batas lelah dari pelat berlubang dengan pembebanan 36 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 37. Presetting ini umumnya diterapkan pada komponen pegas ulir dan pegas daun dimana pemberian beban awal ini harus memiliki arah yang sama dengan pembebanan kerjanya. Presetting dapat pula menyebabkan penurunan kekuatan lelah 20÷50 % jika diterapkan pada pembebanan lentur putar. Proses perlakuan permukaan secara thermal misalnya karburising dan nitriding akan sangat menguntungkan terhadap ketahanan lelah seperti yang ditunjukkan pada Tabel. 2.4, hal ini dikarenakan proses tersebut menyebabkan peningkatan kekuatan permukaan material, dan menyebabkan pula timbulnya tegangan sisa tekan pada permukaannya yang disebabkan adanya perubahan volume. Demikian halnya pada proses perlakuan permukaan flame dan induction hardening. 37 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 38. Tabel. 2.4 Pengaruh proses nitriding terhadap batas lelah. Selanjutnya proses perlakuan permukaan secara mekanis misalnya shot peening yang menyebabkan timbulnya tegangan sisa tekan pada permukaan material, akan sangat menguntungkan kekuatan atau lelah materialnya. Hal ini ditunjukkan pada Gambar. 2.18 dan 2.19 berikut ini. Gambar. 2.18 Pengaruh proses shot peening terhadap kurva S-N dari roda gigi yang dikarburisasi. 38
  • 39. Gambar. 2.19 Pengaruh proses shot peening terhadap batas lelah dari baja baja kekuatan tinggi. 2.2.8 Pengaruh Ukuran Komponen Kelelahan merupakan fenomena permukaan, maka akan sangat ditentukan oleh ukuran permukaan. Semakin besar ukuran maka akan semakin besar pula kemungkinan terjadinya pembentukan awal retaknya, sehingga muncul faktor modifikasi batas lelah karena faktor ini yaitu sebagai berikut: Csize = 1 jika d ≤ 8 mm (2.12) Csize = 1,189 d-0,097 jika 8 mm < d ≤ 250 mm (2.13) 39
  • 40. Pengaruh ukuran ini berhubungan dengan lapisan tipis permukaan material yang terkena tegangan 95 % atau lebih. Gambar 2.20 menunjukkan semakin besar ukuran akan semakin besar pula volume dari permukaan material yang mengalami tegangannya. Gambar. 2.20 Gradien tegangan pada spesimen berukuran besar dan kecil. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 40
  • 41. Pengaruh ukuran ini ditunjukkan pada Tabel 2.5 berikut ini: Tabel. 2.5 Pengaruh ukuran terhadap batas lelah. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 41
  • 42. Contoh Soal 2.1: Beberapa batang baja kekuatan tinggi akan dipergunakan sebagai lembaran pegas daun, pegas tersebut akan bekerja dengan kondisi tegangan zero to maximum (R=0) dengan 3 titik pembebanan. Lebar batang adalah 1 in dan tebal: 0,145 in. Pilihlah 2 kondisi perlakuan terhadap batang dibawah ini yang akan memberikan umur lelah tak berhingga dengan menggunakan persamaan Goodman sebagai perhitungannya. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 42
  • 43. A. Kondisi as Heat Treated (Quench+Temper): •Kekerasan = 48 HRc (≈ 465 BHN). •Tegangan sisa pada permukaan = 0 ksi. •Kekasaran permukaan (AA) = 24 μin. B. Kondisi as Shot Peened: •Kekerasan = 49 HRc (≈ 475 BHN). •Tegangan sisa pada permukaan = -80 ksi. •Kekasaran permukaan (AA) = 125 μin. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 43
  • 44. Jawab: * Untuk kondisi A: Kekuatan: Se = 100 ksi (BHN > 400) dan, Su = 0,5 BHN = 0,5 . 465 = 232 ksi Ukuran luas pelat pegas: A = w t = 1 . 0,145 = 0,145 in2 maka, Diameter ekuivalennya adalah: A = Л/4 dek2 = 0,145 dek = 0,43 in = 10.92 mm sehingga, Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 44
  • 45. *Faktor modifikasi pengaruh ukuran: Csize = 1,189 d-0,097 = 1,189 (10,92)-0,097 = 0,94 *Faktor modifikasi pengaruh pembebanan adalah 1 karena pembebanan berupa lentur atau bending. Karena kekasaran permukaannya = 24 μin, maka sesuai dengan Gambar 2.15 dapat diketahui; *Faktor modifikasi pengaruh kekasaran permukaan yaitu sebesar = 0,75 Dengan demikian batas lelah setelah memperhitungkan faktor-faktor modifikasinya adalah: S’e=Se.Csize.CLoad.Csurf finish=100 . 0,94 . 1 . 0,75= 70,5 ksi Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 45
  • 46. Maka tegangan yang diijinkan bekerja pada pegas tersebut: σa / Se + σm / Su = 1 Untuk pembebanan zero to max atau R=0 maka, σa = σm = σmax / 2 = σ sehingga, σ / Se + σ / Su = 1 σ / 70,5 + σ / 232 = 1 maka, σ = 54 ksi sehingga, σmax = 108 ksi Untuk kondisi A, pegas tersebut dapat bekerja dengan umur tak berhingga dengan siklus tegangan antara 0 ÷ 108 ksi. (aktualnya adalah antara 0 ÷ 100 ksi, dengan demikian perhitungan diatas memiliki faktor kesalahan: 8 %). Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 46
  • 47. •Untuk kondisi B: Kekuatan: Se = 100 ksi (BHN > 400) dan, Su = 0,5 BHN = 0,5 . 475 = 238 ksi Karena kekasaran permukaannya = 125 μin, maka sesuai dengan Gambar. 23 dapat diketahui; *Faktor modifikasi pengaruh kekasaran permukaan yaitu sebesar = 0,58 Dengan demikian batas lelah setelah memperhitungkan faktor-faktor modifikasinya adalah: S’e=Se.Csize.CLoad.Csurf finish=100 . 0,94 . 1 . 0,58= 54,5 ksi Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 47
  • 48. Karena pengaruh tegangan sisa dipermukaan sebesar -80 maka: σa / Se + σm / Su = 1 dan, σa = σm = σmax / 2 = σ sehingga, σ / Se + {(σ-80) / Su} = 1 σ / 54,5 + {(σ-80) / 238} = 1 maka, σ = 59,3 ksi sehingga, σmax = 118,6 ksi Untuk kodisi B, pegas tersebut dapat bekerja dengan umur tak berhingga dengan siklus tegangan antara 0÷118,6 ksi. (aktualnya adalah antara 0÷140 ksi, dengan demikian perhitungan diatas memiliki faktor kesalahan: 15 %). Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 48
  • 49. 2.3 Pengaruh Proses Pengerjaan Pada dasarnya setiap ketidakkontinyuan dan ketidakseragaman pada material akan berpengaruh langsung terhadap penjalaran retak lelah atau ketahanan lelah material, ketidakkontinyuan ini dapat berupa takikan dari geometri komponen ataupun berupa retakan dan rongga sebagai akibat suatu proses pengerjaan. Selain itu ketidakseragaman yang berupa ketidakmohogenan struktur ataupun berupa segregasi dari suatu proses pengerjaan akan sangat berpengaruh pula terhadap ketahanan lelah material. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 49
  • 50. 2.3.1 Pengaruh Proses Pengecoran Hal-hal yang berpengaruh terhadap ketahanan lelah logam sebagai akibat negatif dari proses pengecoran adalah: • Segregasi (terutama segregasi makro) • Cacat rongga • Porositas • Retak panas • Terak, slag atau inklusi • dan lain-lain Gambar. 2.21 Cacat-cacat coran. 50
  • 51. 2.3.2 Pengaruh Proses Pembentukan Logam hasil proses pembentukan akan memiliki batas lelah yang lebih tinggi dari benda coran, namun cacat-cacat dari suatu proses pembentukan akan sangat merugikan pula terhadap batas lelah logam yang dihasilkan. Cacat-cacat tersebut antara lain: •Cacat laps atau seams (berupa lipatan) pada permukaan produk tempa atau roll. •Oksida yang terjebak pada lipatan di permukaan produk tempa atau roll. •Permukaan yang kasar. •dan lain-lain. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 51
  • 52. Pada Gambar 2.22, Tabel 2.4 dan Gambar 2.23 ditunjukkan pengaruh proses pembentukan terhadap ketahanan lelah baja, dan pada Gambar 2.24 ditunjukkan pula pengaruh anisotrop yang dihasilkan dari proses pembentukan logam serta Gambar 2.25 memperlihatkan jenis-jenis cacat proses pembentukan. Gambar. 2.22 Pengaruh pengerolan dingin terhadap kurva S-N baja. 52
  • 53. Tabel. 2.6 Kekuatan lelah pada 105 siklus dari baut baja AISI 8635 Gambar. 2.23 Pengaruh penempaan terhadap batas lelah baja. 53
  • 54. Gambar. 2.24 Pengaruh anisotrop terhadap ketahanan patah. Gambar. 2.25 Cacat-cacat proses tempa dan ekstrusi. 54
  • 55. 2.3.2 Pengaruh Proses Pengelasan Proses pengelasan melibatkan pencairan dan pembekuan, maka segala jenis cacat-cacat coran dapat terjadi didaerah logam las. Sedangkan daerah terpengaruh panas (Heat Affected Zone) dapat terjadi perubahan struktur mikro yang menghasilkan fasa getas dan butir kasar, hal ini akan sangat merugikan ketahanan lelah sambungan lasan disamping adanya tegangan sisa tarik pada daerah tersebut. Pada Gambar 2.26 ditunjukkan jenis-jenis cacat lasan. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 55
  • 57. 2.3.3 Pengaruh Proses Pemesinan Kondisi permukaan logam sangat berpengaruh terhadap umur lelahnya, permukaan yang kasar merupakan tempat yang tegangan lokalnya tinggi sehingga dapat menjadi lokasi awal retak lelah. Dengan demikian proses pemesinan yang menentukan kekasaran permukaan logam akan menentukan pula terhadap ketahanan lelahnya disamping timbulnya tegangan sisa sebagai akibat deformasi plastis pada saat pembentukan geram dalam operasi pemesinan tersebut (Gambar. 2.27), bahkan jika tegangan sisa tarik muncul yang cukup besar seperti dalam proses penggerindaan yang cukup berat, dapat menimbulkan retak rambut (Gambar 2.28). Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 57
  • 58. Gambar. 2.27 Pengaruh proses penggerindaan terhadap kurva S-N baja. Gambar. 2.28 Cacat-cacat proses pemesinan. 58
  • 59. 2.3.5 Pengaruh Proses Perlakuan Panas Pengaruh dari proses perlakuan panas yang dapat menurunkan kekuatan lelah adalah: •Over heating yang menyebabkan butir kasar. •Over heating yang menyebabkan pencairan fasa bertitik cair rendah. •Retak quench. •Tegangan sisa •Dekarburisasi (Tabel 2.7). •dan lain-lain. Tabel. 2.7 Pengaruh dekarburisasi terhadap batas lelah. 59 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 60. 2.4 Pengaruh Temperatur Operasi Pada temperatur tinggi, kekuatan logam akan menurun sehingga deformasi plastis akan lebih mudah terjadi dan batas lelah menjadi tidak jelas (hilang) yang disebabkan oleh karena pengaruh mobilitas dislokasi (lihat Gambar 2.29). Room Temperature Gambar 2.29. Pengaruh temperatur terhadap batas lelah baja. High Temperature (750oC) 60
  • 61. 2.5 Pengaruh Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan yang korosif akan menyerang permukaan logam dan menghasilkan lapisan oksida atau produk korosi. Umumnya oksida adalah sebagai lapis lindung dan dapat mencegah kerusakan korosi selanjutnya, tetapi pembebanan siklik dapat menyebabkan pecahnya lapisan tersebut dan kerusakan korosi berikutnya sehingga timbul korosi sumuran yang berfungsi sebagai takikan. Hal itulah yang menyebabkan penurunan kekuatan lelah, pengaruh lingkungan korosif ini menurunkan kekuatan lelah logam hingga 10 % serta dapat menyebabkan batas lelah menjadi tidak jelas (hilang) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.30, 2.31 dan Tabel 2.8 dan 2.9 berikut ini. 61 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 62. Gambar 2.30. Pengaruh lingkungan terhadap kurva S-N baja. Gambar 2.31. Pengaruh kekuatan tarik terhadap korosi- lelah berbagai jenis baja. 62
  • 63. Tabel. 2.8 Kekuatan lelah baja pada beberapa kondisi lingkungan. Tabel. 2.9 Pengaruh perlakuan permukaan terhadap korosi-lelah baja. 63 Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI
  • 64. Gambar. 2.32 Pengaruh lingkungan dan variabel metalurgis lainnya terhadap batas lelah. Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 64
  • 65. Tugas: 2.1 Batang silinder berdiameter 2,5 in dan memiliki kekasaran permukaan 125 μ in terbuat dari bahan baja AISI 1035 dengan kekuatan tarik, Su = 92 Ksi. Tentukanlah beban yang akan menghasilkan umur tak berhingga untuk kondisi: pembebanan aksial bolak-balik (R=-1) dan pembebanan puntir bolak- balik (R=-1). 2.2 Gambarlah grafik hubungan antara kekuatan lelah, Se dengan kekuatan tarik, Su dengan berbagai kondisi permukaan hasil perlakuan proses: Hot Rolling, Machining, Forging dan Poleshing. (Gunakanlah Gambar. 2.14). Abrianto_Akuan@T.Metalurgi-UNJANI 65
  • 66. 2.3 Suatu baja paduan memiliki kekuatan tarik, Su = 100 ksi. Baja tersebut diproses shot peening sehingga menghasilkan tegangan sisa -50 ksi yang menyebabkan peningkatan kekerasan dari 200 BHN menjadi 250 BHN serta peningkatan kekasaran permukaan dari 5 menjadi 50 μ in. Estimasilah kekuatan lelah baja tersebut sebelum dan setelah perlakuan shot peening. 2.4 Poros baja kondisi A hasil proses pemesinan akan diganti oleh poros baja kondisi B hasil proses forging. Tentukanlah diameter dari poros pengganti tersebut yang akan dipakai pada pembebanan puntir bolak- balik yang menghasilkan umur 106 siklus. Poros A: Su = 80 Ksi Surface finish, AA = 125 μ in (machined) Diameter = 1,5 in Poros B: Su = 90 Ksi 66 Surface finish, AA = as forged