2. Kondiloma akuminata (KA) atau genital warts
merupakan manifestasi klinis anogenital virus
Human Papiloma Virus (HPV).
Istilah kondiloma akuminata → sejak jaman
Roma dan Hellenik, condyloma berasal dari
bahasa Yunani yang berarti ”tumor bulat” dan
acuminata berasal dari bahasa Latin yang
berarti ”ujung tajam”.
kutil di kelamin
3. Sekitar 200 jenis tipe HPV yang dikenal atas
dasar sekuens DNA → Kondiloma akuminata
disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18
Infeksi HPV menyebar melalui kontak kulit
atau seksual sehingga banyak dijumpai pada
populasi usia seksual aktif. Paling sedikit ½
semua yang seksual aktif pernah menderita
paling tidak sekali seumur hidupnya
4. Sel basal → tempat pertama infeksi HPV
Setelah inokulasi melalui trauma, virion HPV
masuk ke sel basal epitel.
Agar dapat menimbulkan infeksi, HPV
mencapai epitel. Sesuai dengan pembelahan
sel basal maka virion HPV bergerak ke
epidermis dimana terjadi replikasi virus dan
pelepasan virus bersama dengan sel epitel
yang akan menginfeksi lapisan basal yang
lain.
5. Infeksi klinis
Morfologinya adalah:
1. Kondiloma akuminata, yang berbentuk
cauliform-like
2. Papular warts, papule berbentuk kubah,
flesh-colored dan biasanya hanya
berdiameter 1-4 mm
3. Keratotic Warts, mirip dengan gambaran
veruka atau keratosis seboroik
4. Flat-top papules yang bentuknya berupa
papula dengan permukaan datar, atau plak
yang sedikit meninggi.
6. Pada pria KA dapat timbul di penis, skrotum,
meatus uretra, dan daerah perianal
7. Pada wanita KA dapat timbul di introitus,
vulva, labium dan perineum
4 tahun mengalami kondiloma bisa dicurigai HIV,
jadi apa bisa positif kondiloma, langsung tes ahiv
8. Infeksi subklinis
Infeksi tanpa disertai dengan lesi klinis.
Keadaan yang termasuk kategori → infeksi
HPV yang positif melalui pemeriksaan Pap
smear, kolposkopi, biopsi, setelah tes
dengan asam asetat atau pemeriksaan
lainnya.
9. Infeksi persisten
Infeksi laten atau persisten → bagian siklus
hidup virus yang disebabkan berulangnya
fase akut atau perkembangan penyakit yang
perlahan atau karena perubahan onkogen.
Infeksi persisten HPV → infeksi yang
ditemukan pada 2 kali kunjungan
pemeriksaan kontrol, selama 4-6 bulan.
11. Pap smear
Untuk mendeteksi terjadinya kanker serviks
→ HPV merupakan penyebab utama pada
patogenesis kanker serviks
Biopsi
Diindikasikan untuk mengkonfirmasi dan
menyingkirkan squamous cell carcinoma
invasive
13. Podofillin → derivat tanaman resin terdiri atas
beberapa campuran bahan sitotoksik
Konsentrasi 10-25% → tinktura benzoin,
spiritus, cairan paraffin
Bersifat : antimitotik, sitotoksik
Efek teratogenik dan onkogenik
KI : pada wanita hamil (kematian fetus)
tidak digunakan pada daerah serviks, anal
14. Cara pemakaian :
- Batas pemakaian 5 ml u/ eksternal warts
dan < 2 cm u/ daerah vagina, setiap kali
pemberian
- Sekitar lesi di beri vaselin, diberi podofillin
dibiarkan selama 4 jam kemudian dicuci
Pemberian pengobatan seminggu 2x sampai
lesi menghilang
15. • Podofilotoksin → zat aktif yang terdapat pada
podofillin
• Bentuk cairan 0,5% dan krim 0,15%
• Bersifat antimitotik dan dapat digunakan
dirumah o/ penderita sendiri
• KI : Wanita hamil dan menyusui dan belum
ada mengenai efektivitas serta keamanan bila
digunakan pada membran mukosa,vagina,
dan anal
16. • Cara pemakaian :
- Dua kali sehari selama 3 hari dgn
menggunakan aplikator, keringkan tanpa
perlu dicuci
- Pengobatan dapat diperpanjang 4-5 hari
jika diperlukan.
- Jadwal pengobatan dapat diulang 7 hari
setelah pengobatan pertama, apabila lesi
masih menetap
17. TCA/BCA → penetrasinya cepat dan mampu
membakat kulit keratin
Efek kaustik dgn menimbulkan koagulasi dan
nekrosis pada jar. Superfisial terutama pada
bentuk hiperkeratotik
<< iritasi lokal, jarang menimbulkan
toksisitas sistemik
18. 5 FU (5-Fluorouracil) → antimetabolit yg
dapat menggangu sintesis DNA,
antineoplasma, dan merangsang aktivitas
imun
Dalam bentuk krim 1-5%
KI : wanita hamil krn bersifat teratogenik
19. Cara pemakaian :
- 5 FU krim 1% : 2 kali sehari secara
periodik,2-6 mggu
- Krim 5% : 4 kali sehari selama 10 mggu
Efek samping : Kondiloma akuminata dpt
berkembang adenosis vagina dan clear cell
adenocarcinoma
20. Imiquimod (krim 5%)→ merangsang respons
imun yaitu sitokin, khususnya interferon
alfa(IFN-alfa)
- KI : wanita hamil dan tidak boleh digunakan
pada daerah perianal, uretra, vagina dan
serviks
Cara pemakaian : dioleskan 3 kali seminggu
pada malam hari, didiamkan 6-7 jam
kemudian di cuci
21. • Bedah eksisi
Bedah eksisi dapat cepat mengangkat seluruh
warts.
Terutama pada KA yang besar dan resisten.
Sebelum →anestesi lokal, dan seringkali
eksisi dilakukan lebih dari satu kali.
Teknik eksisinya : pisau, kuret,
elektrokoagulasi atau kombinasi ketiganya.
Efeknya dapat berupa nyeri, perdarahan,
sikatriks dan infeksi sekunder
22. Bedah laser
Bedah laser dianjurkan sebagai pengobatan
alternatif terutama untuk KA yang besar atau
sulit hilangnya baik pada anak maupun
dewasa. Pengobatan bedah laser lebih baik
dibanding elektrokoagulasi
23. Elektrokoagulasi dan kuretase
Digunakan dengan anestesi lokal, lalu di
kauter kemudian dilakukan kuretase
Mekanisme → menimbulkan kerusakan
jaringan
Dapat digunakan pada KA yang resisten
terhadap pengobatan topikal
24. Bedah eksisi
Cara ini khususnya digunakan pada KA yang
bertangkai dan dilakukan pembiusan lokal
dibawah lesi
Perdarahan → elektrokoagulasi
Cara ini mungkin dapat mengurangi jaringan
parut
25. Cryotherapy
Menggunakan nitrogen cair yang membeku
pada lesi → sitolisis dermal epidermal
junction
Cryotherapy → spray dan topikal
Spray dengan cara disemprotkan pada lesi,
sebelumnya bisa diolesi vaselin untuk
melindungi daerah sekitarnya
26. Walaupun sering mengalami residif,
prognosisnya baik.
Faktor predisposisi perlu dicari misal higiene,
adanya fluor albus, kelembaban pada pria
akibat tidak disirkumsisi
29. Pendahuluan
◆ Suatu infeksi yg disebabkan oleh
protozoa flagellata yaitu Trichomonas
vaginalis
◆ Penularan biasanya melalui
hubungan seksual, namun pernah
dilaporkan tjd pd bayi baru lahir dgn
ibu yg terinfeksi dan penderita stlah
menopause
30. Epidemiologi
◆ >> pada wanita
◆ Di AS: 2-3 jt wanita/tahun
◆ Di seluruh dunia: + 180 juta wanita
terinfeksi
◆ Laki-laki >> asimptomatik
31. Etiologi
◆ Trichomonas vaginalis → protozoa
flagellata, memiliki 4 flagela
◆ Bergerak spt gelombang
◆ Multiplikasi optimal pd suhu 35-370C
◆ Anaerob aerotoleran
◆ Biasanya disertai dgn organisme
urogenital lainnya spt Ureaplasma
urealyticum, Mycoplasma hominis,
Gardnerella vaginalis, Neisseria
gonorrhoeae, Candida dan Chlamydia
trachomatis
32. Manifestasi klinis
◆ Pada wanita:
- Duh tubuh vagina seropurulen,
kekuningan/kuning kehijauan,
berbusa dan berbau
(malodorous)
- Pruritus, dispareunia, disuria,
nyeri abdomen bagian bawah
- Eritema dan edema pd
labium,vulva dan vagina
- Ulserasi dan perdarahan
pungtata pd serviks →
strawberry cervix (spekulum)
atau colpitis macularis
(kolposkopi)
35. ◆ Pada laki-laki:
- Biasanya asimptomatik, namun
70% ditemukan T.vaginalis di
uretra pd laki-laki yg kontak dgn
wanita terinfeksi
- Duh tubuh mukoid/mukopurulen
(milky discharge), jmlh sedikit
- Disuria, pruritus, iritasi uretra,
nyeri stlah coitus & nyeri abdomen
- Sebagian besar self limited
36. ◆ Pada neonatus:
- Duh tubuh vagina dlm minggu
pertama kehidupan, asimptomatis
→ epitel vagina neonatus mirip epitel
vagina wanita dewasa krn pengaruh
hormon estrogen dr ibu → usia 3-4 tjd
metabolisme estrogen → epitel= epitel
vagina wanita prepubertas → resisten
thd T.vaginalis dan duh tubuh resolusi
37. Pemeriksaan penunjang
◆ pH vagina → dgn kertas
pH, pH>5,0
◆ Pemeriksaan mikroskopik
→ sediaan basah, sekret
diambil dr swab forniks
posterior → dilihat dgn
mikroskop fase kontras
atau mikroskop lapangan
gelap (dark field) →
sensitifitas 60-80%
◆ Pewarnaan → Gram,
Giemsa, acridine orange.
Sensitifitas 60-70%
38. ◆ Kultur → paling sensitif, biasanya (+) dlm
48 jam, menggunakan medium Trichosel
broth, Diamond ’ s medium, Hollander,
Kupferberg dan Feinberg.
◆ Serologi: ELISA, immunofluorescent
antibody, latex aglutination → msh dlm
tahap penelitian, sensitifitas >90%
◆ PCR atau LCR
40. Komplikasi
◆ Komplikasi pada kehamilan:kelahiran
prematur, ketuban pecah dini, dan
berat badan lahir rendah.
Trikomoniasis juga berhubungan
dengan peningkatan resiko transmisi
HIV.
41. • Metronidazol 2 g per oral dosis tunggal,
atau
• Metronidazol 2x500 mg per oral, 7 hari,
atau
• Regimen alternatif: Tinidazol 2 g per oral,
dosis tunggal.
Terapi TV:
42. Regimen yg direkomendasikan:
• Metronidazole, 2 g per oral,
dosis tunggal
atau
• Tinidazole, 2 g per oral, dosis tunggal
Regimen alternatif:
• Metronidazole, 400-500 mg per oral,
2x/hari selama 7 hari
atau
• Tinidazole, 2 g per oral, dosis tunggal
Terapi TV (WHO Guideline)
45. Definisi
▪Candidosis vulvovaginitis (CVV) →
suatu peradangan yang terjadi akibat
infeksi jamur Candida albicans.
▪Biasanya pada perubahan hormonal
(kehamilan dan siklus haid)
▪Rekurensi dapat terjadi karena
penggunaan cairan pembersih,
antibiotik dan imunosupresi
46. Epidemiologi
▪Paling umum dari seluruh vaginits
▪Sekitar ¾ dari seluruh perempuan →
alami CVV dalam hidupnya
▪40-50% akan mengalami
kekambuhan.
47. Penyebab
▪Yang paling umum adalah C. albicans
→ 80 -90%
▪Sisanya → C. glabrata
▪Faktor resiko → penggunaan antibiotik
sistemik dan steroid sistemik, DM, IUD,
penggunaan pakaian (dalam) ketat,
obat imonosupressan
48. Gejala Klinis
▪Keluhan utama ; gatal di daerah vulva, disertai
rasa terbakar (burning sensation), dysuria,
dispareunia
▪Pemeriksaan Fisis : tampak hiperemia pada
labia minora, introitus vagina, dan vagina bag.
1/3 bagian bawah
▪Fluor albus berwarna kekuningan. Tanda khas :
gumpalan-gumpalan menyerupai susu berwarna
putih kekuningan
50. ▪Percobaan Candida vaginitis pada tikus
→ membutuhkan induksi estrogen →
menghasilkan epitel vagina yang lebih
tebal dan berkeratin.
▪Lapisan keratin → meningkatkan
pembentukan hifa, adhesi, dan
mengurangi infiltrasi leukosit sehingga
penyakit semakin berkembang.
▪CVV pada manusia umumnya terkait
dengan fase yang dipengaruhi oleh
estrogen, seperti masa subur dan masa
kehamilan
55. Pengobatan
▪Sistemik :
▪Ketoconazol 200 mg, 2 kali sehari selama 5 hari
▪Flukonazol 150 mg tablet, dosis tunggal
▪Itrakonazol 100 mg, tablet 2 kali sehari, selama 3 hari
▪Topikal:
▪ Butoconazole : 2% cream (single dose bioadhesive product), 5
gintravaginally for 1 dayOR
▪ Nystatin : 100,000-unit vaginal tablet, one tablet for 14 daysOR
▪ Terconazole : 0.4% cream 5 g intravaginally for 7 daysOR
▪ Terconazole: 0.8% cream 5 g intravaginally for 3 daysOR
▪ Terconazole : 80 mg vaginal suppository, one suppository for 3 days
56. ▪Topikal
▪Butoconazole : 2% cream 5 g intravaginally for 3 daysOR
▪Clotrimazole : 1% cream 5 g intravaginally for 7–14 daysOR
▪Clotrimazole : 2% cream 5 g intravaginally for 3 daysOR
▪Miconazole : 2% cream 5 g intravaginally for 7 daysOR
▪Miconazole: 4% cream 5 g intravaginally for 3 daysOR
▪Miconazole: 100 mg vaginal suppository, one suppository for
7 daysOR
▪Miconazole: 200 mg vaginal suppository, one suppository for
3 daysOR
▪Miconazole: 1,200 mg vaginal suppository, one suppository
for 1 dayOR
▪Tioconazole: 6.5% ointment 5 g intravaginally in a single
application
57. Penangana CVV pada kehamilam
▪ Terapi dengan anti jamur intravaginal
(clotrimazole)
▪Jangan berikan anti jamur oral ; fluconazole
atau itraconazole
▪Terapi vulvitis nya dengan antijamur topikal
▪Hati-hati penggunaan bahan yang dapat
menyebabkan kerusakan fisik → pemberian
obat yang menggunakan aplikator
intravagina