SlideShare a Scribd company logo
1 of 72
LABORATORIUM
KEDOKTERAN
FORENSIK
PEMERIKSAA
N DARAH
Identifikasi
pemilik darah
Darah di TKP Darah korban/sangka
Menunjang/menyingkirkan
Paternitas, bayi tertukar,
penculikan dll
Pemeriksaan Darah
 Bercak yang dicurigai darah harus dibuktikan
bahwa:
 Apakah bercak tersebut benar darah?
 Darah manusia atau hewan?
 Darah manusia  golongan darah dan jenis
kelamin  identitas spesifik?
Langkah-langkah pemeriksaan darah :
 Persiapan ( Bercak drh, kering)
 Tes penyaring (presumtive test)
•Benzidin , Phenophtalein, luminol)
 Tes konfirmasi
• Kimia : wagenar ,Teichman
• Mikroskopis: tanpa/dg Wright, Giemsa
 Penentuan golongan darah
 Identifikasi personal (tes DNA)
Persiapan
 Bercak darah yang menempel pada suatu
objek (misal: senjata, lantai, dan perabot
rumah tangga) dikerok dan kemudian
direndam dalam larutan garam fisiologis.
 Sedangkan yang menempel pada pakaian
dapat langsung direndam pada larutan
tersebut.
Tes penyaring (presumtive test)
 Tes Benzidine (Tes Adler)
Lar jenuh Kristal Benzidin dalam As Asetat Glasial
 Tes Phenophtalein (Kastle-Meyer Test)
Phenophtalein 2 gr + 100 ml NAOH 20% + Biji Zinc
hasil positif mungkin darah pemeriksaan
lebih lanjut.
 Tes Benzidine (Tes Adler)
Kertas saring
Bercak darah
H2O2 20% Benzidin
Biru gelap
 Tes Phenophtalein (Kastle-Meyer Test)
Kertas saring
Bercak darah
Phenophtalein
Merah muda
Tes Luminol Positif (test penyaring)
Tes Konfirmasi
1. Tes Kimiawi Penentuan darah
2. Mikroskopik
3. Spektroskopik
4. Tes Serologik
Tes Penentuan darah kimiawi
 Reaksi Teichman
Hasil (+) : kristal hemin HCL batang warna
coklat (mikroskop).
 Reaksi Wagenaar
Hasil (+) : kristal aseton-hemin  batang warna
coklat (mikroskop).
Hasil (-) Bisa karena bercak darah rusak ( lama /
terbakar)
Prinsipnya mencari adanya pigmen/kristal hematin dan hemokromogen
Reaksi Wagenaar
Bercak kering
Kaca Obyek
Aseton HCL encer
Panaskan
Kristal Aceton Hemin
(Coklat)
Pasir
Reaksi Teichman
Bercak kering
Kaca Obyek
Kristal NaCl Asam Astat Glasial
Panaskan
Kristal hemin HCL
(Coklat)
Pemeriksaan Mikroskopik
 Untuk melihat morfologi sel-sel darah merah.
 Hanya dapat dilakukan bila sediaan darah masih
segar dan belum rusak.
 Hanya dapat menentukan kelas, bukan spesies.
 Kelas mamalia: eritrosit berbentuk cakram tidak
berinti, kecuali genus Canellidae (unta)
eritrositnya berbentuk elips tidak berinti.
 Kelas lainnya: eritrositnya elips berinti.
 Pemeriksaan mikroskopik  pewarnaan
maupun tanpa pewarnaan.
 Pewarnaan  Wright, dan Giemsa..
 Keuntungan :leukosit berinti banyak (PMN)
dapat terlihat.
 Bila ditemukan drumstick PMN lebih dari 0,05%
dipastikan darah wanita.
Darah Unta Darah Ayam Darah Kodok
Penentuan golongan darah
Darah yang telah mengering dapat berada dalam
berbagai tahap kesegaran :
 Bercak dengan sel darah merah masih utuh;
 Bercak dengan sel darah merah sudah rusak tetapi
dengan aglutinin dan antigen yang masih dapat di
deteksi.
 Sel darah merah sudah rusak dengan jenis antigen
yang masih dapat dideteksi namun sudah terjadi
kerusakan aglutinin.
 Sel darah merah sudah rusak dengan antigen dan
aglutinin yang juga sudah tidak dapat dideteksi.
 Sel darah merah utuh  gol darah
secara langsung seperti orang hidup 1
tetes antiserum ke atas 1 tetes darah
lihat aglutinasi.
 Sel darah merah sudah rusak 
penentuan dengan menentukan jenis
aglutinin dan antigen.
 Antigen jauh lebih stabil dibandingkan
dengan aglutinin.
Penentuan Golongan Darah dari
spesimen yang sudah lama.
 Absorbsi elusi
 Aglutinasi campuran
 Absorbsi inhibisi
  CARI !!
Pemeriksaan Golongan darah
Golongan darah dari : darah, cairan mani,
rambut, kuku, dan kerokan kuku
Alat/bahan :
 Darah sampel
 Serum anti A dan anti B (serum anti A
biasanya warna hijau atau biru,serum anti B
kuning)
 Kaca khusus pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan Golongan darah (2)
Golongan darah air mani
 Pada golongan sekretor, dapat
ditemukan adanya substansi golongan
darah dalam cairan tubuh seperti pada air
liur, sekret vagina, cairan mani dan lain-
lainnya
Golongan darah air mani (2)
Alat/Bahan :
1.Cairan Mani yang akan diperiksa
2.Tabung reaksi kecil
3.Titer serum yang terkuat dengan Anti sera
A, Anti Sera B dan Anti H
Golongan darah air mani (3)
Cara Kerja :
1.Masukkan 3-4 tetes cairan mani ke dalam tabung
reaksi
2.Tambahkan sama banyak Anti A ke dalam tabung I,
anti B ke dalam tabung II, dan Anti H ke dalam
tabung III. Serum yang digunakan adalah serum
yang kuat (poten) dan telah diencerkan hingga
mencapai titer 16 – 32.
3.Letakkan tabung-tabung tersebut ke dalam lemari es
(40C) selama 1 malam
4.Tentukan titer campuran ekstrak dan serum dari
masing-masing tabung. Bandingkan dengan titer
serum mula-mula. Hasil positif bila titer kurang lebih
atau sama dengan 3 kali.
Golongan darah air mani (4)
Hasil Pemeriksaan :
Tabung I Tabung II Tabung III Kesimpulan
+ + + AB, Sekretor
+ - + A , Sekretor
- + + B , Sekretor
- - + O , Sekretor
- - - Non Sekretor
Golongan darah Rambut
Alat/Bahan
1. Rambut pubis sample dan rambut kontrol
2. Gelas elemeyer 1 buah
3. Tabung reaksi 6 buah
4. Serum Anti sera A dan Anti sera B
5. Alu
6. Gunting
7. Larutan garam faal dingin
8. Suspensi sel indikator 2%
Golongan darah Rambut (2)
Cara kerja :
1. Rambut sample dan kontrol direndam
dalam larutan eter overnight
2.Dipotong hingga panjangnya menjadi 0,5
– 1 cm.
3. Potongan-potongan rambut masukkan
kedalam alu dan ditumbuk hingga lapisan
luar rambut rusak
4.Masukkan ke dalam tabung reaksi
Pemeriksaan Rambut Pubis (3)
5.Tambahkan serum anti A kedalam tabung
I dan anti B kedalam II, hingga rambut
terendam, lalu masukkan ke dalam lemari
es (40 – 60 Celcius ) selama satu malam.
6.Buang serum dengan pipet Pasteur,
lakukan pencucian sebanyak 5 kali
dengan larutan garam faal dingin,
masukkan ke dalam lemari es selama 15
menit
Pemeriksaan Rambut Pubis (4)
7. Periksa apakah pencucian telah sempurna
dengan menambahkan 1 tetes suspensi sel
indikator 2% dan perhatikan ada tidaknya
aglutinasi. Bila tidak ada aglutinasi berarti
pencucian sempurna, lakukan pencucian sekali
lagi.
8. Tambahkan 2 tetes larutan faal ke dalam
masing-masing tabung, dan letakkan dalam
oven pada temperatur 56 0C selama 10 menit.
Pemeriksaan Rambut Pubis (5)
9.Ambil eluat dan masukkan ke dalam
tabung reaksi yang baru, tambahkan 1
tetes suspensi SDM A 2 % ke dalam
tabung I dan SDM B ke dalam tabung II
10.Biarkan selama 5 menit, centrifuge
selama 1 menit dengan kecepatan 1000
RPM
11.Perhatikan ada tidaknya aglutinasi
Pemeriksaan Rambut Pubis (6)
Hasil pemeriksaan :
Tabung I Tabung II Kesimpulan
Aglutinasi + + AB
+ - A
- + B
- - O
PEMERIKSAA
N CAIRAN
MANI
Cairan Mani :
1.Spermatozoa
2.Plasa Seminal :
a. Spermin
b. Asam fosfatase
ALUR PEMERIKSAAN CAIRAN
MANI DAN SPERMA
Sampel
Bilas & Swab Bercak
Sperma Mani Mani Sperma
Malachite
green
Berberio /
Florence
Fosfatase Asam Baecchi
Langsung
PEMERIKSAA
N SPERMA
Spesimen basah
forniks posterior
disentrifus
spermatozoa.
Spesimen kering
cairan fisiologis atau
asam asetat glasial.
ultraviolet
fluoresensi putih
Cara pengambilan spesimen
Pemeriksaan bercak semen pada pakaian
berbatas tegas, lebih gelap dari sekitarnya
Perabaan kaku seperti kanji
sutra atau nylon batasnya tidak jelas dan
sekitarnya lebih gelap
Bahan tidak menyerap, mengkilap, translucent,
teraba kasar
terlihat jelas pada bahan katun
Pemeriksaan Spermatozoa
- Pemeriksaan Langsung
- Pewarnaan Malachite Green
- Pewarnaan Baecchi
Pemeriksaan Langsung
Cara Pemeriksaan :
 Satu tetes lendir vagina diletakkan pada kaca
objek, lihat dibawah mikroskop 500 x
 Perhatikan adanya sperma/pergerakkan
Bahan dari swab/bilas vaginal
 Buat ekstrak dalam tabung reaksi + garam
fisiologis
 Sentrifuge 1000 rpm selama 2 menit
 Endapan diperiksa dibawah mikroskop
Pemeriksaan Langsung(2)
Malachite green
Reagen :
Larutan Malachite green 1%
Larutan Eosin Yellowish 1%
Apusan
sperma
Fiksasi
api
Pewarnaan
malachite green
1% (10-15 mnt)
Cuci air
mengalir
Eosin yellowwish
1% (1 mnt)
Cuci air
Kepala merah
Leher merah muda
Ekor hijau
Malachite green (2)
Malachite green (3)
Hasil :
 Kepala sperma
tampak berwarna
merah, leher warna
merah muda dan
ekornya berwarna
hijau
PEMERIKSAA
N CAIRAN
MANI
REAKSI FOSFATASE ASAM
 Kelenjar prostast (2500 UKA/kaye)
 3 hr abstinensi seksual  0-6 U
 Aktifitas 25 UKA per 1cc ekstrak ( 1Cm2
bercak )  positif bercak mani
Reaksi Fosfatase Asam
Reagen :
Larutan A :
 Brentamin Fast Blue B 1 gram (1)
 Na Acetate Trihydrat 20 gram (2)
 Galcial Acetate acid 10 ml (3)
 Aquadest 100 ml (4)
(2) & (3) dilarutkan dalam (4) untuk
menghasilkan larutan penyangga dengan pH 5,
kemudian (1) dilarutkan dalam lar.penyangga
tsb.
Reaksi Fosfatase Asam(2)
Larutan B :
Na – alfa-naphtyl phosphat 800 ml
Aquadest 10 ml
89 ml lar.A ditambah 1 ml lar.B, disaring cepat
kedalam botol berwarna gelap, simpan dalam
lemari es.
Reaksi Fosfatase Asam(3)
Dasar Reaksi :
 Fosfatase asam menghidrolisis Na-Alfa-
naftil fosfat dibebaskan Alfa-naftol
 Alfa-naftol + Brentamin fast blue
menghasikan zat warna azo berwarna
merah ungu
CARA PEMERIKSAAN
1) Kertas saring +
Aquades
3) Regens
Warna
ungu
Hasil Pemeriksaan :
-30 dtk : Positif
- 30 – 65 dtk : Sedang
- > 65 dtk : meragukan
- Enzim Fosfatase asam dalam vagina :
90 – 100 dtk
2) Suspect
Reaksi Fosfatase Asam(4)
Reaksi Berberio
Dasar Reaksi :
 Spermin dalam cairan mani dengan
asam pikrat jenuh menghasilkan kristal
spermin pikrat.
 Reagen : larutan asam pikrat jenuh
Reaksi Florence
Dasar reaksi :
 adanya kholin dalam cairan mani, merupakan
produk degradasi dari lechitin, dengan larutan
lugol kholin bereaksi dengan cholin membentuk
kristal kholin peryodida
Reagen :
Larutan Lugol dibuat dari :
 Kalium Iodida 1,5 gram
 Yodium 2,5 gram
 Aquadest 30 ml
CARA PEMERIKSAAN BARBERIO
DAN FLORENCE TEST
Cairan sperma
+ aquades
Kaca obyek
Reaksi Barberio
Kristal spermin pikrat berwarna
kekuningan berbentuk jarum dengan
ujung tumpul
Reaksi Florence
Hasil : Kristal Kolin Peryodida warna coklat
berbentuk jarum ujung terbelah
regens
Larutan Lugol kolin
asam pikrat jenuh
Reaksi Berberio (2)
Florence (2)
Pemeriksaan Gonokok
Menentukan adanya bakteri Gonokok
Alat/bahan :
1. Larutan Methylen Blue 1%
2. Larutan Eosin/Acid Fuchin 1%
3. Alkohol 70%
Pemeriksaan Gonokok (2)
1. Buat preparat apus pada kaca obyek
2. Fiksasi preparat apus dengan melewatkan di
atas lidah api.
3. Rendam preparat dalam larutan Methylen blue
1% selama 5 – 10 menit.
4. Cuci preparat dengan air mengalir.
5. Bilas dengan alkohol 70% hingga preparat apus
menjadi kering.
6. Rendam preparat dalam larutan Eosin/Acid
Fuchin1% selama 1 – 2 menit.
7. Cuci kembali dengan air mengalir.
8. Lihat di bawah mikroskop.
Pemeriksaan Gonokok (3)
Hasil pemeriksaan :
 Tampak bakteri
gonokok, bentuk
kokus
berpasangan
seperti biji kopi
PEMERIKSAAN
URIN
Jenis pemeriksaan pada urin
 Pemeriksaan dengan mata telanjang
 Pemeriksaan precipitin
 Pemeriksaan fluoresensi
 Pemeriksaan DNA
 Pemeriksaan toksikologi
 Bahan pemeriksaan → bercak pada kain atau
langsung diambil dari kandung kemih
 Cara pengambilan sampel dari korban yang
meninggal:
 diambil langsung dari kandung kemih
 menggunakan jarum panjang yang dimasukkan
pada bagian bawah dinding perut terus sampai
tulang pubis.
 Sampel urin
 urin segar (TU Px DNA) → diperiksa 3 – 6 jam
setelah dikemihkan.
 urin sewaktu
 pancaran rutin.
 Bila pemeriksaan ditunda → diawetkan.
 Bahan pengawet urin: toluen, timol, formalin,
asam sulfat pekat, asam klorida pekat, natrium
karbonat, kloroform.
 Jumlah pengawet yang digunakan adalah
minimal 2 kali volume bahan pemeriksaan.
 Pengawetan urin (paling mudah dan paling
sering) → menyimpan urin pada suhu 4 – 6° C.
 Pemeriksaan dengan mata telanjang
 warna kuning pucat atau tidak kasat mata.
 bau khas → amonia (proses degradasi urea)
 Pemeriksaan precipitin
 mengetahui dari spesies asal urin
 Cara pemeriksaan → sama darah.
 Pemeriksaan fluoresensi
 skrining awal adanya bercak urin.
 tidak akurat → positif palsu (saliva, semen, dan
keringat) → fluoresensi kuning kehijauan.
 Pemeriksaan toksikologi
 Banyak racun dan/atau metabolitnya yang
diekskresikan melalui urin.
 Cara pengambilan sampel → seluruh urin dari
kandung kemih diambil menggunakan jarum dan
semprit yang bersih. Bila dikirim → dibiarkan
berada dalam kandung kencing dan dikirim in toto
dengan mengikat prostat dan kedua ureter
dengan tali.
PEMERIKSAAN
DIATOME PARU
PEMERIKSAAN GETAH PARU
 Untuk kasus tenggelam
 Melihat adanya Plankton, Diatome dan
Algae pada paru – paru.
CARA PEMERIKSAAN
ALAT/BAHAN :
1. PISAU BERSIH
2. SARUNG TANGAN BARU
3. OBJEK GLASS
4. MIKROSKOP
1. PEMERIKSA MEMAKAI SARUNG TANGAN BARU
2. PARU-PARU DIKELUARKAN DARI RONGGA
DADA
3. PARU DIBERSIHKAN PADA AIR MENGALIR
4. PARU DIIRIS DENGAN KEDALAMAN 0,5 -1,00 CM
5. DENGAN PUNGGUNG PISAU DINDING IRISAN
DIUSAP CAIRANNYA
6. DIPERIKSA DIBAWAH MIKROSKOP
7. CAHAYA DENGAN PEMBESARAN 100 KALI
DILANJUTKAN 400 KALI
8. DIATOM,ALGA DAN PLANKTON DIGAMBAR DAN
DICATAT JUMLAHNYA
PEMERIKSAAN DESTRUKSI
100 mg jar
paru, ginjal,otot
skelet,sumsum
tulng
As Sulfat Pekat
sampai
terendam
Diamkan setengah
hari
Panaskan dlm
lemari asam dg
ditetesi asam
nitrat pekat
sampai jernih
Cairan di
sentrifuge
Aquades
Sentrifuge
Mokroskop
Positif : 4-5/LBP
Tulang : 1 /LPB
1
2
3
4
6
7
5
Diatom : Dinding rangkap dan
bersekat

More Related Content

Similar to 27. Laboratorium forensik.ppt

Transfusi Darah 2. pencucian eritrosit pekat
Transfusi Darah 2. pencucian eritrosit pekatTransfusi Darah 2. pencucian eritrosit pekat
Transfusi Darah 2. pencucian eritrosit pekatDewi Fitriani
 
Bloodstain analysis forensik fix
Bloodstain analysis forensik fixBloodstain analysis forensik fix
Bloodstain analysis forensik fixDzatun Nithaqain
 
Modul praktek s1
Modul praktek s1Modul praktek s1
Modul praktek s1Dedi Kun
 
Transfusi Darah 5. pemeriksaan coomb’s test
Transfusi Darah 5. pemeriksaan coomb’s testTransfusi Darah 5. pemeriksaan coomb’s test
Transfusi Darah 5. pemeriksaan coomb’s testDewi Fitriani
 
3. ISOTONIS.ppt
3. ISOTONIS.ppt3. ISOTONIS.ppt
3. ISOTONIS.pptarava3
 
Sperm analysis WHO.pptx
Sperm analysis WHO.pptxSperm analysis WHO.pptx
Sperm analysis WHO.pptxGun Desmi
 
nota hematology dan parsitology department.pptx
nota hematology dan parsitology department.pptxnota hematology dan parsitology department.pptx
nota hematology dan parsitology department.pptxJubreyMusrey1
 
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdfpemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdfMuhammadAndre28
 
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptpemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptdryuby
 
Pemeriksaan hb s ag
Pemeriksaan hb s agPemeriksaan hb s ag
Pemeriksaan hb s agmateripptgc
 
Laporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam BasaLaporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam BasaAtmaRahmah
 
MI 7 - Viral Load HIV.pptx
MI 7 - Viral Load HIV.pptxMI 7 - Viral Load HIV.pptx
MI 7 - Viral Load HIV.pptxdwiyanaandeleu1
 
Laporan biologi praktek ekskresi kelas XI MIA
Laporan biologi praktek ekskresi kelas XI MIA Laporan biologi praktek ekskresi kelas XI MIA
Laporan biologi praktek ekskresi kelas XI MIA Johan Setiawan
 

Similar to 27. Laboratorium forensik.ppt (20)

Transfusi Darah 2. pencucian eritrosit pekat
Transfusi Darah 2. pencucian eritrosit pekatTransfusi Darah 2. pencucian eritrosit pekat
Transfusi Darah 2. pencucian eritrosit pekat
 
Bloodstain analysis forensik fix
Bloodstain analysis forensik fixBloodstain analysis forensik fix
Bloodstain analysis forensik fix
 
Modul praktek s1
Modul praktek s1Modul praktek s1
Modul praktek s1
 
Pemeriksaan Dasar - Copy.pptx
Pemeriksaan Dasar - Copy.pptxPemeriksaan Dasar - Copy.pptx
Pemeriksaan Dasar - Copy.pptx
 
Transfusi Darah 5. pemeriksaan coomb’s test
Transfusi Darah 5. pemeriksaan coomb’s testTransfusi Darah 5. pemeriksaan coomb’s test
Transfusi Darah 5. pemeriksaan coomb’s test
 
Urin
UrinUrin
Urin
 
Urin ibd 2012 rev
Urin ibd 2012 revUrin ibd 2012 rev
Urin ibd 2012 rev
 
Penanganan sputum
Penanganan sputumPenanganan sputum
Penanganan sputum
 
3. ISOTONIS.ppt
3. ISOTONIS.ppt3. ISOTONIS.ppt
3. ISOTONIS.ppt
 
Sperm analysis WHO.pptx
Sperm analysis WHO.pptxSperm analysis WHO.pptx
Sperm analysis WHO.pptx
 
Laporan protein catur
Laporan protein caturLaporan protein catur
Laporan protein catur
 
143106665 pemeriksaan-lab-sederhana
143106665 pemeriksaan-lab-sederhana143106665 pemeriksaan-lab-sederhana
143106665 pemeriksaan-lab-sederhana
 
Praktikum Darah
Praktikum DarahPraktikum Darah
Praktikum Darah
 
nota hematology dan parsitology department.pptx
nota hematology dan parsitology department.pptxnota hematology dan parsitology department.pptx
nota hematology dan parsitology department.pptx
 
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdfpemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
 
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptpemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
 
Pemeriksaan hb s ag
Pemeriksaan hb s agPemeriksaan hb s ag
Pemeriksaan hb s ag
 
Laporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam BasaLaporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam Basa
 
MI 7 - Viral Load HIV.pptx
MI 7 - Viral Load HIV.pptxMI 7 - Viral Load HIV.pptx
MI 7 - Viral Load HIV.pptx
 
Laporan biologi praktek ekskresi kelas XI MIA
Laporan biologi praktek ekskresi kelas XI MIA Laporan biologi praktek ekskresi kelas XI MIA
Laporan biologi praktek ekskresi kelas XI MIA
 

Recently uploaded

SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 

Recently uploaded (20)

SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 

27. Laboratorium forensik.ppt

  • 3. Identifikasi pemilik darah Darah di TKP Darah korban/sangka Menunjang/menyingkirkan Paternitas, bayi tertukar, penculikan dll
  • 4. Pemeriksaan Darah  Bercak yang dicurigai darah harus dibuktikan bahwa:  Apakah bercak tersebut benar darah?  Darah manusia atau hewan?  Darah manusia  golongan darah dan jenis kelamin  identitas spesifik?
  • 5. Langkah-langkah pemeriksaan darah :  Persiapan ( Bercak drh, kering)  Tes penyaring (presumtive test) •Benzidin , Phenophtalein, luminol)  Tes konfirmasi • Kimia : wagenar ,Teichman • Mikroskopis: tanpa/dg Wright, Giemsa  Penentuan golongan darah  Identifikasi personal (tes DNA)
  • 6. Persiapan  Bercak darah yang menempel pada suatu objek (misal: senjata, lantai, dan perabot rumah tangga) dikerok dan kemudian direndam dalam larutan garam fisiologis.  Sedangkan yang menempel pada pakaian dapat langsung direndam pada larutan tersebut.
  • 7. Tes penyaring (presumtive test)  Tes Benzidine (Tes Adler) Lar jenuh Kristal Benzidin dalam As Asetat Glasial  Tes Phenophtalein (Kastle-Meyer Test) Phenophtalein 2 gr + 100 ml NAOH 20% + Biji Zinc hasil positif mungkin darah pemeriksaan lebih lanjut.
  • 8.  Tes Benzidine (Tes Adler) Kertas saring Bercak darah H2O2 20% Benzidin Biru gelap
  • 9.  Tes Phenophtalein (Kastle-Meyer Test) Kertas saring Bercak darah Phenophtalein Merah muda
  • 10. Tes Luminol Positif (test penyaring)
  • 11. Tes Konfirmasi 1. Tes Kimiawi Penentuan darah 2. Mikroskopik 3. Spektroskopik 4. Tes Serologik
  • 12. Tes Penentuan darah kimiawi  Reaksi Teichman Hasil (+) : kristal hemin HCL batang warna coklat (mikroskop).  Reaksi Wagenaar Hasil (+) : kristal aseton-hemin  batang warna coklat (mikroskop). Hasil (-) Bisa karena bercak darah rusak ( lama / terbakar) Prinsipnya mencari adanya pigmen/kristal hematin dan hemokromogen
  • 13. Reaksi Wagenaar Bercak kering Kaca Obyek Aseton HCL encer Panaskan Kristal Aceton Hemin (Coklat) Pasir
  • 14. Reaksi Teichman Bercak kering Kaca Obyek Kristal NaCl Asam Astat Glasial Panaskan Kristal hemin HCL (Coklat)
  • 15. Pemeriksaan Mikroskopik  Untuk melihat morfologi sel-sel darah merah.  Hanya dapat dilakukan bila sediaan darah masih segar dan belum rusak.  Hanya dapat menentukan kelas, bukan spesies.  Kelas mamalia: eritrosit berbentuk cakram tidak berinti, kecuali genus Canellidae (unta) eritrositnya berbentuk elips tidak berinti.  Kelas lainnya: eritrositnya elips berinti.
  • 16.  Pemeriksaan mikroskopik  pewarnaan maupun tanpa pewarnaan.  Pewarnaan  Wright, dan Giemsa..  Keuntungan :leukosit berinti banyak (PMN) dapat terlihat.  Bila ditemukan drumstick PMN lebih dari 0,05% dipastikan darah wanita.
  • 17. Darah Unta Darah Ayam Darah Kodok
  • 18. Penentuan golongan darah Darah yang telah mengering dapat berada dalam berbagai tahap kesegaran :  Bercak dengan sel darah merah masih utuh;  Bercak dengan sel darah merah sudah rusak tetapi dengan aglutinin dan antigen yang masih dapat di deteksi.  Sel darah merah sudah rusak dengan jenis antigen yang masih dapat dideteksi namun sudah terjadi kerusakan aglutinin.  Sel darah merah sudah rusak dengan antigen dan aglutinin yang juga sudah tidak dapat dideteksi.
  • 19.  Sel darah merah utuh  gol darah secara langsung seperti orang hidup 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah lihat aglutinasi.  Sel darah merah sudah rusak  penentuan dengan menentukan jenis aglutinin dan antigen.  Antigen jauh lebih stabil dibandingkan dengan aglutinin.
  • 20. Penentuan Golongan Darah dari spesimen yang sudah lama.  Absorbsi elusi  Aglutinasi campuran  Absorbsi inhibisi   CARI !!
  • 21. Pemeriksaan Golongan darah Golongan darah dari : darah, cairan mani, rambut, kuku, dan kerokan kuku Alat/bahan :  Darah sampel  Serum anti A dan anti B (serum anti A biasanya warna hijau atau biru,serum anti B kuning)  Kaca khusus pemeriksaan golongan darah
  • 23. Golongan darah air mani  Pada golongan sekretor, dapat ditemukan adanya substansi golongan darah dalam cairan tubuh seperti pada air liur, sekret vagina, cairan mani dan lain- lainnya
  • 24. Golongan darah air mani (2) Alat/Bahan : 1.Cairan Mani yang akan diperiksa 2.Tabung reaksi kecil 3.Titer serum yang terkuat dengan Anti sera A, Anti Sera B dan Anti H
  • 25. Golongan darah air mani (3) Cara Kerja : 1.Masukkan 3-4 tetes cairan mani ke dalam tabung reaksi 2.Tambahkan sama banyak Anti A ke dalam tabung I, anti B ke dalam tabung II, dan Anti H ke dalam tabung III. Serum yang digunakan adalah serum yang kuat (poten) dan telah diencerkan hingga mencapai titer 16 – 32. 3.Letakkan tabung-tabung tersebut ke dalam lemari es (40C) selama 1 malam 4.Tentukan titer campuran ekstrak dan serum dari masing-masing tabung. Bandingkan dengan titer serum mula-mula. Hasil positif bila titer kurang lebih atau sama dengan 3 kali.
  • 26. Golongan darah air mani (4) Hasil Pemeriksaan : Tabung I Tabung II Tabung III Kesimpulan + + + AB, Sekretor + - + A , Sekretor - + + B , Sekretor - - + O , Sekretor - - - Non Sekretor
  • 27. Golongan darah Rambut Alat/Bahan 1. Rambut pubis sample dan rambut kontrol 2. Gelas elemeyer 1 buah 3. Tabung reaksi 6 buah 4. Serum Anti sera A dan Anti sera B 5. Alu 6. Gunting 7. Larutan garam faal dingin 8. Suspensi sel indikator 2%
  • 28. Golongan darah Rambut (2) Cara kerja : 1. Rambut sample dan kontrol direndam dalam larutan eter overnight 2.Dipotong hingga panjangnya menjadi 0,5 – 1 cm. 3. Potongan-potongan rambut masukkan kedalam alu dan ditumbuk hingga lapisan luar rambut rusak 4.Masukkan ke dalam tabung reaksi
  • 29. Pemeriksaan Rambut Pubis (3) 5.Tambahkan serum anti A kedalam tabung I dan anti B kedalam II, hingga rambut terendam, lalu masukkan ke dalam lemari es (40 – 60 Celcius ) selama satu malam. 6.Buang serum dengan pipet Pasteur, lakukan pencucian sebanyak 5 kali dengan larutan garam faal dingin, masukkan ke dalam lemari es selama 15 menit
  • 30. Pemeriksaan Rambut Pubis (4) 7. Periksa apakah pencucian telah sempurna dengan menambahkan 1 tetes suspensi sel indikator 2% dan perhatikan ada tidaknya aglutinasi. Bila tidak ada aglutinasi berarti pencucian sempurna, lakukan pencucian sekali lagi. 8. Tambahkan 2 tetes larutan faal ke dalam masing-masing tabung, dan letakkan dalam oven pada temperatur 56 0C selama 10 menit.
  • 31. Pemeriksaan Rambut Pubis (5) 9.Ambil eluat dan masukkan ke dalam tabung reaksi yang baru, tambahkan 1 tetes suspensi SDM A 2 % ke dalam tabung I dan SDM B ke dalam tabung II 10.Biarkan selama 5 menit, centrifuge selama 1 menit dengan kecepatan 1000 RPM 11.Perhatikan ada tidaknya aglutinasi
  • 32. Pemeriksaan Rambut Pubis (6) Hasil pemeriksaan : Tabung I Tabung II Kesimpulan Aglutinasi + + AB + - A - + B - - O
  • 34. Cairan Mani : 1.Spermatozoa 2.Plasa Seminal : a. Spermin b. Asam fosfatase
  • 35. ALUR PEMERIKSAAN CAIRAN MANI DAN SPERMA Sampel Bilas & Swab Bercak Sperma Mani Mani Sperma Malachite green Berberio / Florence Fosfatase Asam Baecchi Langsung
  • 37. Spesimen basah forniks posterior disentrifus spermatozoa. Spesimen kering cairan fisiologis atau asam asetat glasial. ultraviolet fluoresensi putih Cara pengambilan spesimen
  • 38. Pemeriksaan bercak semen pada pakaian berbatas tegas, lebih gelap dari sekitarnya Perabaan kaku seperti kanji sutra atau nylon batasnya tidak jelas dan sekitarnya lebih gelap Bahan tidak menyerap, mengkilap, translucent, teraba kasar terlihat jelas pada bahan katun
  • 39. Pemeriksaan Spermatozoa - Pemeriksaan Langsung - Pewarnaan Malachite Green - Pewarnaan Baecchi
  • 40. Pemeriksaan Langsung Cara Pemeriksaan :  Satu tetes lendir vagina diletakkan pada kaca objek, lihat dibawah mikroskop 500 x  Perhatikan adanya sperma/pergerakkan Bahan dari swab/bilas vaginal  Buat ekstrak dalam tabung reaksi + garam fisiologis  Sentrifuge 1000 rpm selama 2 menit  Endapan diperiksa dibawah mikroskop
  • 42. Malachite green Reagen : Larutan Malachite green 1% Larutan Eosin Yellowish 1%
  • 43. Apusan sperma Fiksasi api Pewarnaan malachite green 1% (10-15 mnt) Cuci air mengalir Eosin yellowwish 1% (1 mnt) Cuci air Kepala merah Leher merah muda Ekor hijau
  • 45. Malachite green (3) Hasil :  Kepala sperma tampak berwarna merah, leher warna merah muda dan ekornya berwarna hijau
  • 47. REAKSI FOSFATASE ASAM  Kelenjar prostast (2500 UKA/kaye)  3 hr abstinensi seksual  0-6 U  Aktifitas 25 UKA per 1cc ekstrak ( 1Cm2 bercak )  positif bercak mani
  • 48. Reaksi Fosfatase Asam Reagen : Larutan A :  Brentamin Fast Blue B 1 gram (1)  Na Acetate Trihydrat 20 gram (2)  Galcial Acetate acid 10 ml (3)  Aquadest 100 ml (4) (2) & (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga dengan pH 5, kemudian (1) dilarutkan dalam lar.penyangga tsb.
  • 49. Reaksi Fosfatase Asam(2) Larutan B : Na – alfa-naphtyl phosphat 800 ml Aquadest 10 ml 89 ml lar.A ditambah 1 ml lar.B, disaring cepat kedalam botol berwarna gelap, simpan dalam lemari es.
  • 50. Reaksi Fosfatase Asam(3) Dasar Reaksi :  Fosfatase asam menghidrolisis Na-Alfa- naftil fosfat dibebaskan Alfa-naftol  Alfa-naftol + Brentamin fast blue menghasikan zat warna azo berwarna merah ungu
  • 51. CARA PEMERIKSAAN 1) Kertas saring + Aquades 3) Regens Warna ungu Hasil Pemeriksaan : -30 dtk : Positif - 30 – 65 dtk : Sedang - > 65 dtk : meragukan - Enzim Fosfatase asam dalam vagina : 90 – 100 dtk 2) Suspect
  • 53. Reaksi Berberio Dasar Reaksi :  Spermin dalam cairan mani dengan asam pikrat jenuh menghasilkan kristal spermin pikrat.  Reagen : larutan asam pikrat jenuh
  • 54. Reaksi Florence Dasar reaksi :  adanya kholin dalam cairan mani, merupakan produk degradasi dari lechitin, dengan larutan lugol kholin bereaksi dengan cholin membentuk kristal kholin peryodida Reagen : Larutan Lugol dibuat dari :  Kalium Iodida 1,5 gram  Yodium 2,5 gram  Aquadest 30 ml
  • 55. CARA PEMERIKSAAN BARBERIO DAN FLORENCE TEST Cairan sperma + aquades Kaca obyek Reaksi Barberio Kristal spermin pikrat berwarna kekuningan berbentuk jarum dengan ujung tumpul Reaksi Florence Hasil : Kristal Kolin Peryodida warna coklat berbentuk jarum ujung terbelah regens Larutan Lugol kolin asam pikrat jenuh
  • 58. Pemeriksaan Gonokok Menentukan adanya bakteri Gonokok Alat/bahan : 1. Larutan Methylen Blue 1% 2. Larutan Eosin/Acid Fuchin 1% 3. Alkohol 70%
  • 59. Pemeriksaan Gonokok (2) 1. Buat preparat apus pada kaca obyek 2. Fiksasi preparat apus dengan melewatkan di atas lidah api. 3. Rendam preparat dalam larutan Methylen blue 1% selama 5 – 10 menit. 4. Cuci preparat dengan air mengalir. 5. Bilas dengan alkohol 70% hingga preparat apus menjadi kering. 6. Rendam preparat dalam larutan Eosin/Acid Fuchin1% selama 1 – 2 menit. 7. Cuci kembali dengan air mengalir. 8. Lihat di bawah mikroskop.
  • 60. Pemeriksaan Gonokok (3) Hasil pemeriksaan :  Tampak bakteri gonokok, bentuk kokus berpasangan seperti biji kopi
  • 62. Jenis pemeriksaan pada urin  Pemeriksaan dengan mata telanjang  Pemeriksaan precipitin  Pemeriksaan fluoresensi  Pemeriksaan DNA  Pemeriksaan toksikologi
  • 63.  Bahan pemeriksaan → bercak pada kain atau langsung diambil dari kandung kemih  Cara pengambilan sampel dari korban yang meninggal:  diambil langsung dari kandung kemih  menggunakan jarum panjang yang dimasukkan pada bagian bawah dinding perut terus sampai tulang pubis.
  • 64.  Sampel urin  urin segar (TU Px DNA) → diperiksa 3 – 6 jam setelah dikemihkan.  urin sewaktu  pancaran rutin.  Bila pemeriksaan ditunda → diawetkan.  Bahan pengawet urin: toluen, timol, formalin, asam sulfat pekat, asam klorida pekat, natrium karbonat, kloroform.  Jumlah pengawet yang digunakan adalah minimal 2 kali volume bahan pemeriksaan.  Pengawetan urin (paling mudah dan paling sering) → menyimpan urin pada suhu 4 – 6° C.
  • 65.  Pemeriksaan dengan mata telanjang  warna kuning pucat atau tidak kasat mata.  bau khas → amonia (proses degradasi urea)  Pemeriksaan precipitin  mengetahui dari spesies asal urin  Cara pemeriksaan → sama darah.  Pemeriksaan fluoresensi  skrining awal adanya bercak urin.  tidak akurat → positif palsu (saliva, semen, dan keringat) → fluoresensi kuning kehijauan.
  • 66.  Pemeriksaan toksikologi  Banyak racun dan/atau metabolitnya yang diekskresikan melalui urin.  Cara pengambilan sampel → seluruh urin dari kandung kemih diambil menggunakan jarum dan semprit yang bersih. Bila dikirim → dibiarkan berada dalam kandung kencing dan dikirim in toto dengan mengikat prostat dan kedua ureter dengan tali.
  • 68. PEMERIKSAAN GETAH PARU  Untuk kasus tenggelam  Melihat adanya Plankton, Diatome dan Algae pada paru – paru.
  • 69. CARA PEMERIKSAAN ALAT/BAHAN : 1. PISAU BERSIH 2. SARUNG TANGAN BARU 3. OBJEK GLASS 4. MIKROSKOP
  • 70. 1. PEMERIKSA MEMAKAI SARUNG TANGAN BARU 2. PARU-PARU DIKELUARKAN DARI RONGGA DADA 3. PARU DIBERSIHKAN PADA AIR MENGALIR 4. PARU DIIRIS DENGAN KEDALAMAN 0,5 -1,00 CM 5. DENGAN PUNGGUNG PISAU DINDING IRISAN DIUSAP CAIRANNYA 6. DIPERIKSA DIBAWAH MIKROSKOP 7. CAHAYA DENGAN PEMBESARAN 100 KALI DILANJUTKAN 400 KALI 8. DIATOM,ALGA DAN PLANKTON DIGAMBAR DAN DICATAT JUMLAHNYA
  • 71. PEMERIKSAAN DESTRUKSI 100 mg jar paru, ginjal,otot skelet,sumsum tulng As Sulfat Pekat sampai terendam Diamkan setengah hari Panaskan dlm lemari asam dg ditetesi asam nitrat pekat sampai jernih Cairan di sentrifuge Aquades Sentrifuge Mokroskop Positif : 4-5/LBP Tulang : 1 /LPB 1 2 3 4 6 7 5
  • 72. Diatom : Dinding rangkap dan bersekat

Editor's Notes

  1. Gunakan Y kromosom. Memiliki kekerabatan yg sama dgn si A,B,C Gunakan orangtua/anaknya utk pembanding. Tapi yg sama jenis kelaminnya.
  2. Sperma gerak  <3 jam yg lalu