2. 2
During ejaculation, semen is produced from
a concentrated suspension of spermatozoa
stored in the paired epididymides, mixed
with, and diluted by fluid secretions from
the accessory sex organs
2. the total fluid volume contributed by the
various accessory glands: this reflects the
secretory activity of the glands.
Semen has two major quantifiable
attributes:
1. the total number of spermatozoa: this reflects
sperm production by the testes and the
patency of the post-testicular duct system
3. The semen analysis
evaluates the ability of
the testicles to produce
and package the
spermatozoa, not if the
spermatozoa are
functionally capable of
fertilization
The semen analysis is
one of the initial tests
conducted to evaluate
the male's fertility
potential.
Pre
Testicul
ar
Testicul
ar
Post
Testicul
ar
4. Kualitas semen ditentukan
oleh konsentrasi,
motilitas, dan morfologi
sperma, sifat kimia dan
fisika semen.
4
What does semen analysis me
1. Sperm count
2. Sperm motility
3. Sperm morphology
4. Sperm vitality
Pregnancy and live birth can occur if both
sperm and ovum are good
5. 5
Kesimpulan dari hasil analisis semen sering
berbeda antara satu laborat dengan laborat
yang lain
Hasil analisis semen harus dianggap sebagai
data informasi awal dari seluruh proses
penanganan infertilitas pria, sebelum diambil
tindakan selanjutnya.
Biweekly
sperm
concentration
from one
individual over
6. 6
1. WHO th
1980
2. WHO th
1987
3. WHO th
1992
4. WHO th
1999
5. WHO th
2005
6. WHO th
2010
Diperlukan adanya pembakuan prosedur
pemeriksaan dan interpretasi hasil:
Diharapkan buku penuntun tersebut dapat
digunakan sebagai guidance dalam
melakukan analisis semen.
7. 7
Semen manusia secara garis besar terdiri
dari: plasma semen dan
sperma/spermatozoa.
Tahapan:
Pengeluaran dan penampungan
Pemeriksaan
8. 8
Penjelasan kepada pasien harus jelas dapat
secara lisan maupun tertulis tentang
bagaimana cara mengeluarkan, menampung,
dan membawa semen ke laboratorium untuk
diperiksa
Sebelum dikeluarkan, pasien harus berpuasa
hubungan seks (abstinensia) selama 2 – 7
hari. Bila dilakukan kurang dari 2 hari
konsentrasi sperma menjadi turun dan bila
dilakukan lebih dari 7 hari motilitasnya
menurun.
Pengeluaran semen agar ditekankan dengan
cara masturbasi tanpa pelumas, tidak
diperbolehkan dengan cara coitus interuptus,
karena bagian awal ejakulasi yang mengandung
konsentrasi sperma paling tinggi biasanya
9. Semen ditampung dalam botol kaca atau
“plastik” yang bersih dan bermulut lebar,
sehingga mudah menampung semen dan tidak
tercecer, kemudian dibawa ke laboratorium
dalam waktu satu jam setelah dikeluarkan.
9
Sampel harus dilindungi dari temperatur
ekstrem (kurang dari 200 C dan lebih dari 400 C)
selama perjalanan menuju laboratorium.
Idealnya sperma dikeluarkan dalam ruangan
khusus dekat laboratorium, sehingga segera
bisa dibawa ke laboratorium.
Botol penampung ditutup rapat, diberi label
yang berisi: Nama; Lama abstinensia; Tanggal
& waktupengeluaran semen; Kejadian yang
timbul selama pengeluaran
10. 10
1. Likuifikasi
Semen normal akan mengalami likuifikasi
dalam waktu 60 menit pada temperatur
kamar, meskipun biasanya semen akan
mengalami likuifikasi dalam waktu 15
menit. Bila dalam waktu 60 menit tidak
mengalami likuifikasi bisa dilakukan
pengocokan di atas shaker.
2. Warna/penampilan semen:
Warna/penampilan semen segera diperiksa
setelah likuifikasi. Secara umum warna
semen normal adalah putih mutiara (grey-
opalescent), agak bening bila konsentrasi
sperma rendah, berwarna merah jika
11. Ditentukan dengan menggunakan gelas
ukur 10 ml dengan perbedaan skala 0.1
ml. Pada umumnya volume semen pria
Indonesia dalah 2 – 5 ml. Tidak dianjurkan
menggunakan plastic syringes karena
dapat mempengaruhi motilitas sperma.
3. Volume semen
4. Viskositas semen
Diukur setelah likuifikasi selesai (tidak ada
gumpalan). Cara yang digunakan untuk
mengukur viskositas semen adalah:
1. Dengan pipet 5 ml semen dihisap pelan-
pelan kemudian dibiarkan menetes. Semen
normal akan menetes secara terpisah,
sedangkan pada semen viskos akan
12. 5. pH Semen
Penentuan pH dilakukan setelah likuifikasi
semen sempurna atau dalam satu jam
setelah ejakulasi dengan kertas pH yang
mempunyai kisaran antara 6.1 – 10.0. pH
normal berkisar antara 7.2 – 8.0.
2. Dengan batang pengaduk dari kaca yang
dimasukkan ke dalam semen, kemudian
ditarik pelan-pelan. Normal < 2 cm.
Jika pH melebihi 8.0 harus dipikirkan adanya
kemungkinan infeksi pada prostat, dan bila
pH kurang dari 7 dan ditemukan adanya
azoospermia harus dipikirkan adanya
agenesis atau obstruksi dari vesikula
13. 13
Pemeriksaan mikroskopik lanjut untuk
memeriksa vitalitas sperma,
menentukan konsentrasi sperma, dan
menentukan morfologi sperma.
Pemeriksaan mikroskopik awal
dilakukan untuk membuat estimasi
terhadap konsentrasi, motilitas,
aglutinasi sperma, dan elemen seluler
selain sperma.
14. 14
Semen dalam sediaan dibiarkan stabil lebih
kurang 1 menit, kemudian baru dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop
cahaya atau mikroskop fase kontras dengan
pembesaran 400 x.
Volume semen 10 µl diambil, kemudian
diteteskan pada kaca obyek, lalu ditutup
dengan kaca penutup dengan ukuran 22 x 22
mm no 1½ yang telah dibakukan. Berat kaca
penutup tersebut akan menekan sediaan
sehingga sediaan semen akan tersebar
merata.
Pemeriksaan dilakukan pada suhu kamar
15. 15
Pemeriksaan motilitas sperma dilakukan
satu jam setelah ejakulasi pada sediaan
yang sama dalam kaca obyek. Pada
semen normal, terdapat 60 % sperma motil.
Dengan memakai alat hitung, ditentukan
jenis motilitas sperma menurut simple
grading system
16. 16
a) Progresif lurus cepat
Sperma yang tergolong dalam gerak lurus cepat
yaitu sperma dengan kecepatan > 25 µm/s
pada suhu 370 C atau 20µm/s pada suhu 200 C.
atau kecepatan 0,8 – 1,6 / 0,05 mm, dan pada
semen normal jumlahnya >25%. (25 µm/s = 5 x
panjang kepala sperma)
b) Progresif lurus lambat
Sperma yang tergolong dalm gerak lurus lambat
adalah sperma dengan kecepatan > 1,6
detik/0,05 mm. Pada semen normal jumlah
(a+b) > 50%
c) Gerak ditempat atau tidak maju.
Sperma yang bergerak ditempat atau gerak tidak
maju dengan kecepatan < 5 µm/s
17. 17
1. Untuk menentukan motilitas sperma, paling
tidak 5 lapang pandang dihitung 100 sperma
secara acak. Yang dihitung lebih dahulu adalah
grade a dan grade b, kemudian dihitung grade
c dan d.
2. Hasil penghitungan tersebut dikelompokkan
berdasarkan grade tersebut, sehingga
diperoleh nilai persentase dari setiap grade
motilitas.
3. Penghitungan 100 sperma diulang sekali,
kemudian ditentukan nilai rata-rata setiap
grade.
18. 2/23/2023
18
Jika telah diketahui kerapatan sperma per
lapangan pandang 400 x (LPB), maka jumlah
pengenceran yang akan diberikan dapat
ditentukan sbb:
Pemeriksaan konsentrasi sperma dimulai
dengan memperkirakan kerapatan sperma
pada sediaan basah di dalam
haemocytometer Neubauer.
Tujuannya untuk menentukan jumlah
pengencer (faktor pengencer) yang
diperlukan.
20. 20
Misal jumlah kerapatan sperma adalah 40 –
200/LPB, maka faktor pengencer yang
diperlukan adalah 1 : 20 (1 + 19) atau sama
dengan 5 µl semen yang telah diaduk
homogen kemudian ditambah 95 µl larutan
pengencer, lalu diaduk lagi sampai homogen.
Setelah diketahui berapa jumlah pengencer
yang diperlukan, selanjutnya dilakukan
pengenceran dengan cara sbb:
Sediaan semen yang telah diencerkan,
diteteskan pada kamar hemositometer
improved Neubauer dengan cara ujung pipet
disentuhkan secara hati-hati pada ujung kaca
penutup, sambil perlahan-lahan pipet ditekan
hingga larutan memenuhi ruang hitung.
21. 2/23/2023
21
Selanjutnya dilakukan penghitungan
spermatozoa dengan mikroskop pada
pembesaran 400 x.
Untuk sediaan yang
berisi antara 10 – 40
sperma perkotak besar
dilakukan penghitungan
pada 10 kotak besar (5
di tas 5 di bawah), dan
bila jumlah sperma lebih
dari 40 perkotak besar,
Untuk sediaan yang jumlah spermanya
kurang dari 10 sperma perkotak besar maka
dilakukan penghitungan sperma pada 25
kotak.
22. 2/23/2023
22
Pengenceran : 1 : 20 x
Kotak tengah no 5.
Grid A Dalam 3 baris
= 236
Grid B Dalam 3
baris = 220
Total A & B = 456
Jumalh baris A + B = 6
Konsentrasi = N/n x
1/20 x faktor
pengencer
= 456 / 6 x 1/20 x 20
= 76 juta / mL
23. Prinsip pada pemeriksaan ini adalah
sperma yang mati akan menyerap zat
warna sehingga menjadi berwarna.
Setelah semen diaduk rata (homogen),
teteskan dengan pipet 1 tetes semen di
atas objek glass. Kemudian
ditambahkan satu tetes larutan eosin
pada tetesan semen tadi, lalu ditutup
dengan kaca penutup. Ditunggu 1-2
menit sampai larutan semen-eosin di
bawah kaca penutup stabil (tidak ada
aliran). Selanjutnya diperiksa di bawah
mikroskop
Sperma hidup berwarna merah,
sedangkan yang mati kebiru-biruan.
Viabilitas =
Juml sperma berwarna merah
Juml sperma tdk berwarna + berwarna merah
X 100%
24. 24
Tujuan pemeriksaan
struktur atau morfologi
sperma adalah untuk
mengetahui berapa
persentase sperma
yang memiliki
morfologi normal dan
yang abnormal.
Sperma normal
mempunyai bentuk
kepala oval (panjang
4,0-5,5 µm dan lebar
2,3-3,5 µm).
25. 2/23/2023
25
Pada analisis semen
rutin, penilaian
morfologi sperma
hanya dilakukan pada
bentuk kepala yang
oval dan tidak oval
saja, atau ekor
tunggal atau ganda.
26. 26
Aglutinasi sperma terjadi karena sperma motil
saling melekat satu dengan lainnya, kepala
dengan kepala, ekor dengan ekor, ujung ekor
dengan ujung ekor, atau campuran antara leher
dengan ekor.
27. Aglutinasi diamati dalam 10 lapangan
pandang yang dipilih secara acak, dan
tentukan persentase rata-rata sperma
yang berlekatan.
Atau dengan cara semiquantitative
grading mulai dari – berarti tidak ada
aglutinasi sampai +++ berari ada
aglutinasi berat karena semua sperma
motil mengalami aglutinasi.
28. 2/23/2023
28
Uji HOS didasarkan pada
sifat semipermiabel
membran ekor sperma.
Di bawah kondisi larutan
hipoosmotik, air akan
masuk melalui membran
ekor sperma yang utuh
(tidak rusak), sehingga
volume ekor sperma
bertambah. Pertambahan
volume tersebut akan
menyebabkan ekor
sperma membengkok.
Sebaliknya jika membran
ekornya rusak, maka air
akan masuk melalui
membran ekor akan
29. 2/23/2023
29
1. Panaskan 1 mL larutan hipoosmotik dalam
tabung Eppendorf tertutup pada suhu 370
C selama 5 menit.
2. Tambahkan 0,1 mL semen yang telah
mencair sempurna dan aduk dengan pipet
secara hati-hati. Biarkan pada suhu 370 C
paling sedikit 30 menit (jangan lebih dari
120 menit) dan periksa sel-sel sperma
dengan mikroskop fase kontras.
3. Pembengkakan sperma dibuktikan
dengan perubahan bentuk ekornya.
4. Penilaian uji HOS (dalam persen)
ditentukan dari 100 sperma yang dihitung.
30. 30
1. Di dalam semen, selain protozoa, adakalanya
dijumpai beberapa jenis sel lain yang bukan sel
sperma.
2. Kelompok sel tersebut antara lain, sel leukosit
(biasanya dari jenis neutrofil), eritrosit, sel germinal
muda (seperti sel spermatid, spermatosit, dan
spermatogonia), dan sel epitel gepeng dari saluran
uretra.
3. Semua kelompok sel tersebut dinamakan sel bulat
(round cells).
4. Sebagai patokan umum pada semen normal tidak
boleh mengandung sel bundar lebih dari 5 x
106/ml.
31. N X S
100
Cara menghitung sel bulat (round cells) :
Jika N adalah jumlah sel bulat yang dihitung
dalam lapang pandang yang sama dengan
100 sperma, dan S adalah jumlah sperma
dalam juta/mL, maka jumlah sel bulat yang
akan diperoleh dalam juta/mL (C), dapat
dihtung dengan rumus berikut:
C =
Contoh:
Jika jumlah sel germinal muda yang dihitung adalah
10 per 100 sperma dan jumlah sperma 120 x 106/mL,
maka jumlah sel germinal muda adalah :
C = 10 x 120 x 106 per mililiter = 12 x
106
100
32. 32
1. Pemeriksaan terhadap semen manusia
dilakukan terhadap semen dan sperma.
2. Apabila semen dan sperma tersebut baik
maka disebut normal, dan bila tidak baik
maka disebut abnormal.
3. Namun sebelum melakukan Interpretasi
dari hasil analisis sperma, perlu dimengerti
beberapa istilah yang sering dipakai dalam
interpretasi hasil sebagaimana tercantum
dalam tabel
33. 2/23/2023
Standard tests
volume 2.0 ml or more
pH 7.2-8.0
sperm concentration 20x106 spermatozoa/ml or more
total sperm count 40x106spermatozoa per ejaculate or more
motility 50% or more with forward progression(categories
a and b)or 25% or more with rapid
progression(category a)within 60 minutes of
ejaculation
morphology 30% or more with normal forms
vitality 75% or more live,i.e.,excluding dye
white blood cells fewer than 1x106/ml
immunobead test fewer than 20% spermatozoa with adherent
particles
MAR test fewer than 10% spermatozoa with adherent
Table I. Normal values of semen variables (WHO 1992)
35. 35
normozoospermia
normal ejaculate as defined in table I
oligozoospermia sperm concentration fewer than 20x106/ml
asthenozoospermia fewer than 50% spermatozoa with forward
progression(categories a and b)or fewer than 25%
spermatozoa with category a movement
teratozoospermia fewer than 30% spermatozoa with normal morphology
oligoasthenoteratozoo
spermia
signifies disturbance of all three variables(combination of only
two prefixes can be used)
azoospermia no spermatozoa in the ejaculate
aspermia no ejaculate
36. 36
Optional tests
a -
Glucosidase(neu
tral)
20 mU or more per ejaculate
zinc(total) 2.4 m -mol or more per ejaculate
citric acid(total) 52 m -mol or more per ejaculate
acid
phosphatase(tota
l)
200 U or more per ejaculate
fructose(total) 13 m -mol or more per ejaculate
37. Skema penatalaksanan secara umum
( berdasarkan hasil analisa sperma)
Normozoospermia, Asthenozoospermia,
Oligozoospermia ringan / sedang
(5-10 s/d 20 Jt / mL)
Oligozoospermia berat
(1-5 Jt / mL)
Kriptozoospermia,
Oligozoospermia ekstrim
(< 1 Jt / mL)
Morfologi sperma
Evaluasi dan konseling genetik
Teratozoospermia
Tidak berat
Teratozoospermia
berat
Teraozoospermia
ekstrim
Sperm prep. yield Sperm prep. yield
≥0.3-2.0 Jt ≥0.3-2.0 Jt
<0.3-2.0 Jt ≥0.3-2.0 Jt
I U I IVF ICSI