SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
Oleh:
Taufiqurrachman
1
Medical college of Sultan Aging Islamic University
2
During ejaculation, semen is produced from
a concentrated suspension of spermatozoa
stored in the paired epididymides, mixed
with, and diluted by fluid secretions from
the accessory sex organs
2. the total fluid volume contributed by the
various accessory glands: this reflects the
secretory activity of the glands.
Semen has two major quantifiable
attributes:
1. the total number of spermatozoa: this reflects
sperm production by the testes and the
patency of the post-testicular duct system
The semen analysis
evaluates the ability of
the testicles to produce
and package the
spermatozoa, not if the
spermatozoa are
functionally capable of
fertilization
The semen analysis is
one of the initial tests
conducted to evaluate
the male's fertility
potential.
Pre
Testicul
ar
Testicul
ar
Post
Testicul
ar
Kualitas semen ditentukan
oleh konsentrasi,
motilitas, dan morfologi
sperma, sifat kimia dan
fisika semen.
4
What does semen analysis me
1. Sperm count
2. Sperm motility
3. Sperm morphology
4. Sperm vitality
Pregnancy and live birth can occur if both
sperm and ovum are good
5
Kesimpulan dari hasil analisis semen sering
berbeda antara satu laborat dengan laborat
yang lain
Hasil analisis semen harus dianggap sebagai
data informasi awal dari seluruh proses
penanganan infertilitas pria, sebelum diambil
tindakan selanjutnya.
Biweekly
sperm
concentration
from one
individual over
6
1. WHO th
1980
2. WHO th
1987
3. WHO th
1992
4. WHO th
1999
5. WHO th
2005
6. WHO th
2010
Diperlukan adanya pembakuan prosedur
pemeriksaan dan interpretasi hasil:
Diharapkan buku penuntun tersebut dapat
digunakan sebagai guidance dalam
melakukan analisis semen.
7
 Semen manusia secara garis besar terdiri
dari: plasma semen dan
sperma/spermatozoa.
 Tahapan:
 Pengeluaran dan penampungan
 Pemeriksaan
8
 Penjelasan kepada pasien harus jelas dapat
secara lisan maupun tertulis tentang
bagaimana cara mengeluarkan, menampung,
dan membawa semen ke laboratorium untuk
diperiksa
 Sebelum dikeluarkan, pasien harus berpuasa
hubungan seks (abstinensia) selama 2 – 7
hari. Bila dilakukan kurang dari 2 hari
konsentrasi sperma menjadi turun dan bila
dilakukan lebih dari 7 hari motilitasnya
menurun.
 Pengeluaran semen agar ditekankan dengan
cara masturbasi tanpa pelumas, tidak
diperbolehkan dengan cara coitus interuptus,
karena bagian awal ejakulasi yang mengandung
konsentrasi sperma paling tinggi biasanya
 Semen ditampung dalam botol kaca atau
“plastik” yang bersih dan bermulut lebar,
sehingga mudah menampung semen dan tidak
tercecer, kemudian dibawa ke laboratorium
dalam waktu satu jam setelah dikeluarkan.
9
 Sampel harus dilindungi dari temperatur
ekstrem (kurang dari 200 C dan lebih dari 400 C)
selama perjalanan menuju laboratorium.
 Idealnya sperma dikeluarkan dalam ruangan
khusus dekat laboratorium, sehingga segera
bisa dibawa ke laboratorium.
 Botol penampung ditutup rapat, diberi label
yang berisi: Nama; Lama abstinensia; Tanggal
& waktupengeluaran semen; Kejadian yang
timbul selama pengeluaran
10
1. Likuifikasi
 Semen normal akan mengalami likuifikasi
dalam waktu 60 menit pada temperatur
kamar, meskipun biasanya semen akan
mengalami likuifikasi dalam waktu 15
menit. Bila dalam waktu 60 menit tidak
mengalami likuifikasi bisa dilakukan
pengocokan di atas shaker.
2. Warna/penampilan semen:
 Warna/penampilan semen segera diperiksa
setelah likuifikasi. Secara umum warna
semen normal adalah putih mutiara (grey-
opalescent), agak bening bila konsentrasi
sperma rendah, berwarna merah jika
 Ditentukan dengan menggunakan gelas
ukur 10 ml dengan perbedaan skala 0.1
ml. Pada umumnya volume semen pria
Indonesia dalah 2 – 5 ml. Tidak dianjurkan
menggunakan plastic syringes karena
dapat mempengaruhi motilitas sperma.
3. Volume semen
4. Viskositas semen
 Diukur setelah likuifikasi selesai (tidak ada
gumpalan). Cara yang digunakan untuk
mengukur viskositas semen adalah:
1. Dengan pipet 5 ml semen dihisap pelan-
pelan kemudian dibiarkan menetes. Semen
normal akan menetes secara terpisah,
sedangkan pada semen viskos akan
5. pH Semen
 Penentuan pH dilakukan setelah likuifikasi
semen sempurna atau dalam satu jam
setelah ejakulasi dengan kertas pH yang
mempunyai kisaran antara 6.1 – 10.0. pH
normal berkisar antara 7.2 – 8.0.
2. Dengan batang pengaduk dari kaca yang
dimasukkan ke dalam semen, kemudian
ditarik pelan-pelan. Normal < 2 cm.
 Jika pH melebihi 8.0 harus dipikirkan adanya
kemungkinan infeksi pada prostat, dan bila
pH kurang dari 7 dan ditemukan adanya
azoospermia harus dipikirkan adanya
agenesis atau obstruksi dari vesikula
13
Pemeriksaan mikroskopik lanjut untuk
memeriksa vitalitas sperma,
menentukan konsentrasi sperma, dan
menentukan morfologi sperma.
Pemeriksaan mikroskopik awal
dilakukan untuk membuat estimasi
terhadap konsentrasi, motilitas,
aglutinasi sperma, dan elemen seluler
selain sperma.
14
 Semen dalam sediaan dibiarkan stabil lebih
kurang 1 menit, kemudian baru dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop
cahaya atau mikroskop fase kontras dengan
pembesaran 400 x.
 Volume semen 10 µl diambil, kemudian
diteteskan pada kaca obyek, lalu ditutup
dengan kaca penutup dengan ukuran 22 x 22
mm no 1½ yang telah dibakukan. Berat kaca
penutup tersebut akan menekan sediaan
sehingga sediaan semen akan tersebar
merata.
 Pemeriksaan dilakukan pada suhu kamar
15
 Pemeriksaan motilitas sperma dilakukan
satu jam setelah ejakulasi pada sediaan
yang sama dalam kaca obyek. Pada
semen normal, terdapat 60 % sperma motil.
 Dengan memakai alat hitung, ditentukan
jenis motilitas sperma menurut simple
grading system
16
a) Progresif lurus cepat
Sperma yang tergolong dalam gerak lurus cepat
yaitu sperma dengan kecepatan > 25 µm/s
pada suhu 370 C atau 20µm/s pada suhu 200 C.
atau kecepatan 0,8 – 1,6 / 0,05 mm, dan pada
semen normal jumlahnya >25%. (25 µm/s = 5 x
panjang kepala sperma)
b) Progresif lurus lambat
Sperma yang tergolong dalm gerak lurus lambat
adalah sperma dengan kecepatan > 1,6
detik/0,05 mm. Pada semen normal jumlah
(a+b) > 50%
c) Gerak ditempat atau tidak maju.
Sperma yang bergerak ditempat atau gerak tidak
maju dengan kecepatan < 5 µm/s
17
1. Untuk menentukan motilitas sperma, paling
tidak 5 lapang pandang dihitung 100 sperma
secara acak. Yang dihitung lebih dahulu adalah
grade a dan grade b, kemudian dihitung grade
c dan d.
2. Hasil penghitungan tersebut dikelompokkan
berdasarkan grade tersebut, sehingga
diperoleh nilai persentase dari setiap grade
motilitas.
3. Penghitungan 100 sperma diulang sekali,
kemudian ditentukan nilai rata-rata setiap
grade.
2/23/2023
18
Jika telah diketahui kerapatan sperma per
lapangan pandang 400 x (LPB), maka jumlah
pengenceran yang akan diberikan dapat
ditentukan sbb:
Pemeriksaan konsentrasi sperma dimulai
dengan memperkirakan kerapatan sperma
pada sediaan basah di dalam
haemocytometer Neubauer.
Tujuannya untuk menentukan jumlah
pengencer (faktor pengencer) yang
diperlukan.
19
Spermato
zoa
dihitung
LPB
(400x)
Pengencera
n
(semen +
pengencera
n)
Faktor konversi
Jumlah segi empat
besar yang dihitung
25 10 5
< 15
15 – 40
40 – 200
> 200
1 : 5 (1 + 4)
1 : 10 (1 +
9)
1 : 20 (1 +
20)
1 : 50 (1 +
20
10
5
2
8
4
2
0,8
4
2
1
0,4
20
 Misal jumlah kerapatan sperma adalah 40 –
200/LPB, maka faktor pengencer yang
diperlukan adalah 1 : 20 (1 + 19) atau sama
dengan 5 µl semen yang telah diaduk
homogen kemudian ditambah 95 µl larutan
pengencer, lalu diaduk lagi sampai homogen.
 Setelah diketahui berapa jumlah pengencer
yang diperlukan, selanjutnya dilakukan
pengenceran dengan cara sbb:
 Sediaan semen yang telah diencerkan,
diteteskan pada kamar hemositometer
improved Neubauer dengan cara ujung pipet
disentuhkan secara hati-hati pada ujung kaca
penutup, sambil perlahan-lahan pipet ditekan
hingga larutan memenuhi ruang hitung.
2/23/2023
21
Selanjutnya dilakukan penghitungan
spermatozoa dengan mikroskop pada
pembesaran 400 x.
Untuk sediaan yang
berisi antara 10 – 40
sperma perkotak besar
dilakukan penghitungan
pada 10 kotak besar (5
di tas 5 di bawah), dan
bila jumlah sperma lebih
dari 40 perkotak besar,
Untuk sediaan yang jumlah spermanya
kurang dari 10 sperma perkotak besar maka
dilakukan penghitungan sperma pada 25
kotak.
2/23/2023
22
Pengenceran : 1 : 20 x
Kotak tengah no 5.
Grid A Dalam 3 baris
= 236
Grid B  Dalam 3
baris = 220
Total A & B = 456
Jumalh baris A + B = 6
Konsentrasi = N/n x
1/20 x faktor
pengencer
= 456 / 6 x 1/20 x 20
= 76 juta / mL
 Prinsip pada pemeriksaan ini adalah
sperma yang mati akan menyerap zat
warna sehingga menjadi berwarna.
 Setelah semen diaduk rata (homogen),
teteskan dengan pipet 1 tetes semen di
atas objek glass. Kemudian
ditambahkan satu tetes larutan eosin
pada tetesan semen tadi, lalu ditutup
dengan kaca penutup. Ditunggu 1-2
menit sampai larutan semen-eosin di
bawah kaca penutup stabil (tidak ada
aliran). Selanjutnya diperiksa di bawah
mikroskop
 Sperma hidup berwarna merah,
sedangkan yang mati kebiru-biruan.
Viabilitas =
Juml sperma berwarna merah
Juml sperma tdk berwarna + berwarna merah
X 100%
24
 Tujuan pemeriksaan
struktur atau morfologi
sperma adalah untuk
mengetahui berapa
persentase sperma
yang memiliki
morfologi normal dan
yang abnormal.
 Sperma normal
mempunyai bentuk
kepala oval (panjang
4,0-5,5 µm dan lebar
2,3-3,5 µm).
2/23/2023
25
Pada analisis semen
rutin, penilaian
morfologi sperma
hanya dilakukan pada
bentuk kepala yang
oval dan tidak oval
saja, atau ekor
tunggal atau ganda.
26
 Aglutinasi sperma terjadi karena sperma motil
saling melekat satu dengan lainnya, kepala
dengan kepala, ekor dengan ekor, ujung ekor
dengan ujung ekor, atau campuran antara leher
dengan ekor.
 Aglutinasi diamati dalam 10 lapangan
pandang yang dipilih secara acak, dan
tentukan persentase rata-rata sperma
yang berlekatan.
 Atau dengan cara semiquantitative
grading mulai dari – berarti tidak ada
aglutinasi sampai +++ berari ada
aglutinasi berat karena semua sperma
motil mengalami aglutinasi.
2/23/2023
28
 Uji HOS didasarkan pada
sifat semipermiabel
membran ekor sperma.
 Di bawah kondisi larutan
hipoosmotik, air akan
masuk melalui membran
ekor sperma yang utuh
(tidak rusak), sehingga
volume ekor sperma
bertambah. Pertambahan
volume tersebut akan
menyebabkan ekor
sperma membengkok.
Sebaliknya jika membran
ekornya rusak, maka air
akan masuk melalui
membran ekor akan
2/23/2023
29
1. Panaskan 1 mL larutan hipoosmotik dalam
tabung Eppendorf tertutup pada suhu 370
C selama 5 menit.
2. Tambahkan 0,1 mL semen yang telah
mencair sempurna dan aduk dengan pipet
secara hati-hati. Biarkan pada suhu 370 C
paling sedikit 30 menit (jangan lebih dari
120 menit) dan periksa sel-sel sperma
dengan mikroskop fase kontras.
3. Pembengkakan sperma dibuktikan
dengan perubahan bentuk ekornya.
4. Penilaian uji HOS (dalam persen)
ditentukan dari 100 sperma yang dihitung.
30
1. Di dalam semen, selain protozoa, adakalanya
dijumpai beberapa jenis sel lain yang bukan sel
sperma.
2. Kelompok sel tersebut antara lain, sel leukosit
(biasanya dari jenis neutrofil), eritrosit, sel germinal
muda (seperti sel spermatid, spermatosit, dan
spermatogonia), dan sel epitel gepeng dari saluran
uretra.
3. Semua kelompok sel tersebut dinamakan sel bulat
(round cells).
4. Sebagai patokan umum pada semen normal tidak
boleh mengandung sel bundar lebih dari 5 x
106/ml.
N X S
100
Cara menghitung sel bulat (round cells) :
Jika N adalah jumlah sel bulat yang dihitung
dalam lapang pandang yang sama dengan
100 sperma, dan S adalah jumlah sperma
dalam juta/mL, maka jumlah sel bulat yang
akan diperoleh dalam juta/mL (C), dapat
dihtung dengan rumus berikut:
C =
Contoh:
Jika jumlah sel germinal muda yang dihitung adalah
10 per 100 sperma dan jumlah sperma 120 x 106/mL,
maka jumlah sel germinal muda adalah :
C = 10 x 120 x 106 per mililiter = 12 x
106
100
32
1. Pemeriksaan terhadap semen manusia
dilakukan terhadap semen dan sperma.
2. Apabila semen dan sperma tersebut baik
maka disebut normal, dan bila tidak baik
maka disebut abnormal.
3. Namun sebelum melakukan Interpretasi
dari hasil analisis sperma, perlu dimengerti
beberapa istilah yang sering dipakai dalam
interpretasi hasil sebagaimana tercantum
dalam tabel
2/23/2023
Standard tests
volume 2.0 ml or more
pH 7.2-8.0
sperm concentration 20x106 spermatozoa/ml or more
total sperm count 40x106spermatozoa per ejaculate or more
motility 50% or more with forward progression(categories
a and b)or 25% or more with rapid
progression(category a)within 60 minutes of
ejaculation
morphology 30% or more with normal forms
vitality 75% or more live,i.e.,excluding dye
white blood cells fewer than 1x106/ml
immunobead test fewer than 20% spermatozoa with adherent
particles
MAR test fewer than 10% spermatozoa with adherent
Table I. Normal values of semen variables (WHO 1992)
34
35
normozoospermia
normal ejaculate as defined in table I
oligozoospermia sperm concentration fewer than 20x106/ml
asthenozoospermia fewer than 50% spermatozoa with forward
progression(categories a and b)or fewer than 25%
spermatozoa with category a movement
teratozoospermia fewer than 30% spermatozoa with normal morphology
oligoasthenoteratozoo
spermia
signifies disturbance of all three variables(combination of only
two prefixes can be used)
azoospermia no spermatozoa in the ejaculate
aspermia no ejaculate
36
Optional tests
a -
Glucosidase(neu
tral)
20 mU or more per ejaculate
zinc(total) 2.4 m -mol or more per ejaculate
citric acid(total) 52 m -mol or more per ejaculate
acid
phosphatase(tota
l)
200 U or more per ejaculate
fructose(total) 13 m -mol or more per ejaculate
Skema penatalaksanan secara umum
( berdasarkan hasil analisa sperma)
Normozoospermia, Asthenozoospermia,
Oligozoospermia ringan / sedang
(5-10 s/d 20 Jt / mL)
Oligozoospermia berat
(1-5 Jt / mL)
Kriptozoospermia,
Oligozoospermia ekstrim
(< 1 Jt / mL)
Morfologi sperma
Evaluasi dan konseling genetik
Teratozoospermia
Tidak berat
Teratozoospermia
berat
Teraozoospermia
ekstrim
Sperm prep. yield Sperm prep. yield
≥0.3-2.0 Jt ≥0.3-2.0 Jt
<0.3-2.0 Jt ≥0.3-2.0 Jt
I U I IVF ICSI
2/23/2023
38

More Related Content

What's hot

Fajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysisFajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysispdspatklinsby
 
Uji widal xi tlm
Uji widal xi tlmUji widal xi tlm
Uji widal xi tlmmateripptgc
 
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ELEKTROFORESIS.pptx
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ELEKTROFORESIS.pptxPEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ELEKTROFORESIS.pptx
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ELEKTROFORESIS.pptxDikaraNovirmanPrayul
 
PANDUAN TATALAKSANA PEMERIKSAAN NAAT (NUCLEIC ACID AMPLIFICATION TEST) SARS-C...
PANDUAN TATALAKSANA PEMERIKSAAN NAAT (NUCLEIC ACID AMPLIFICATION TEST) SARS-C...PANDUAN TATALAKSANA PEMERIKSAAN NAAT (NUCLEIC ACID AMPLIFICATION TEST) SARS-C...
PANDUAN TATALAKSANA PEMERIKSAAN NAAT (NUCLEIC ACID AMPLIFICATION TEST) SARS-C...CIkumparan
 
Ketuban pecah dini
Ketuban pecah diniKetuban pecah dini
Ketuban pecah dinifikri asyura
 
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariaBuku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariahersu12345
 
Ppt urine persentaion
Ppt urine persentaionPpt urine persentaion
Ppt urine persentaionSantos Tos
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleurapdspatklinsby
 
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)LizaHardila
 
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)Rolly Scavengers
 
Pemeriksaan sitologi ginekologi
Pemeriksaan sitologi ginekologi Pemeriksaan sitologi ginekologi
Pemeriksaan sitologi ginekologi Triana Septianti
 
Pemeriksaan anti sterptolisyn (asto) xi tlm
Pemeriksaan anti sterptolisyn (asto) xi tlmPemeriksaan anti sterptolisyn (asto) xi tlm
Pemeriksaan anti sterptolisyn (asto) xi tlmmateripptgc
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimeRiskymessyana99
 

What's hot (20)

Bun
BunBun
Bun
 
Fajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysisFajar quality control urinalysis
Fajar quality control urinalysis
 
Uji widal xi tlm
Uji widal xi tlmUji widal xi tlm
Uji widal xi tlm
 
LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)
 
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ELEKTROFORESIS.pptx
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ELEKTROFORESIS.pptxPEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ELEKTROFORESIS.pptx
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN ELEKTROFORESIS.pptx
 
PANDUAN TATALAKSANA PEMERIKSAAN NAAT (NUCLEIC ACID AMPLIFICATION TEST) SARS-C...
PANDUAN TATALAKSANA PEMERIKSAAN NAAT (NUCLEIC ACID AMPLIFICATION TEST) SARS-C...PANDUAN TATALAKSANA PEMERIKSAAN NAAT (NUCLEIC ACID AMPLIFICATION TEST) SARS-C...
PANDUAN TATALAKSANA PEMERIKSAAN NAAT (NUCLEIC ACID AMPLIFICATION TEST) SARS-C...
 
Px gol.darah (4)
Px gol.darah (4)Px gol.darah (4)
Px gol.darah (4)
 
Tutor hema lulut
Tutor hema lulutTutor hema lulut
Tutor hema lulut
 
Ketuban pecah dini
Ketuban pecah diniKetuban pecah dini
Ketuban pecah dini
 
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariaBuku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
 
Ppt urine persentaion
Ppt urine persentaionPpt urine persentaion
Ppt urine persentaion
 
Ikterus Neonatorum
Ikterus NeonatorumIkterus Neonatorum
Ikterus Neonatorum
 
Feses
FesesFeses
Feses
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
 
Ti16
Ti16Ti16
Ti16
 
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
 
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
Pemeriksaan hematologi (darah rutin)
 
Pemeriksaan sitologi ginekologi
Pemeriksaan sitologi ginekologi Pemeriksaan sitologi ginekologi
Pemeriksaan sitologi ginekologi
 
Pemeriksaan anti sterptolisyn (asto) xi tlm
Pemeriksaan anti sterptolisyn (asto) xi tlmPemeriksaan anti sterptolisyn (asto) xi tlm
Pemeriksaan anti sterptolisyn (asto) xi tlm
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
 

Similar to Sperm analysis WHO.pptx

Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Jajat Rohmana
 
SPERMA.pptx
SPERMA.pptxSPERMA.pptx
SPERMA.pptxMidarMan
 
Fortofolio 2 Gametogenesis
Fortofolio 2 GametogenesisFortofolio 2 Gametogenesis
Fortofolio 2 GametogenesisIvho Mamonto
 
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)stikesby kebidanan
 
Pamflet penelitian bahan
Pamflet penelitian bahanPamflet penelitian bahan
Pamflet penelitian bahanazizabduldul
 
11. laporan praktikum biologi preparat ulas vagina mencit
11. laporan praktikum biologi preparat ulas vagina mencit11. laporan praktikum biologi preparat ulas vagina mencit
11. laporan praktikum biologi preparat ulas vagina mencitSofyan Dwi Nugroho
 
Infertilitas pak ,ak
Infertilitas  pak ,akInfertilitas  pak ,ak
Infertilitas pak ,akfikri asyura
 
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]andreei
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing pjj_kemenkes
 
ppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urineppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urineSantos Tos
 
Pemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan urin rutinPemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan urin rutinAmi Febriza
 
2. fertilissasi nidasi plasentasi
2. fertilissasi nidasi plasentasi2. fertilissasi nidasi plasentasi
2. fertilissasi nidasi plasentasifikri asyura
 
Presentasi psikologi faal (testosteron)
Presentasi psikologi faal (testosteron)Presentasi psikologi faal (testosteron)
Presentasi psikologi faal (testosteron)elmakrufi
 

Similar to Sperm analysis WHO.pptx (20)

Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 
Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2Diagnosa kebuntingan A 1.2
Diagnosa kebuntingan A 1.2
 
Infertilitas
InfertilitasInfertilitas
Infertilitas
 
SPERMA.pptx
SPERMA.pptxSPERMA.pptx
SPERMA.pptx
 
4. SEXING SPERMA.pptx
4. SEXING SPERMA.pptx4. SEXING SPERMA.pptx
4. SEXING SPERMA.pptx
 
Fortofolio 2 Gametogenesis
Fortofolio 2 GametogenesisFortofolio 2 Gametogenesis
Fortofolio 2 Gametogenesis
 
Penatalaksanaan spesimen
Penatalaksanaan spesimenPenatalaksanaan spesimen
Penatalaksanaan spesimen
 
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)
Sistem reproduksi pria (wurita, rischa)
 
Pamflet penelitian bahan
Pamflet penelitian bahanPamflet penelitian bahan
Pamflet penelitian bahan
 
spermatogenesis.pdf
spermatogenesis.pdfspermatogenesis.pdf
spermatogenesis.pdf
 
11. laporan praktikum biologi preparat ulas vagina mencit
11. laporan praktikum biologi preparat ulas vagina mencit11. laporan praktikum biologi preparat ulas vagina mencit
11. laporan praktikum biologi preparat ulas vagina mencit
 
Infertilitas pak ,ak
Infertilitas  pak ,akInfertilitas  pak ,ak
Infertilitas pak ,ak
 
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
ppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urineppt persentaion Pemeriksaan urine
ppt persentaion Pemeriksaan urine
 
Pemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan urin rutinPemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan urin rutin
 
REPRODUKSI.pptx
REPRODUKSI.pptxREPRODUKSI.pptx
REPRODUKSI.pptx
 
2. fertilissasi nidasi plasentasi
2. fertilissasi nidasi plasentasi2. fertilissasi nidasi plasentasi
2. fertilissasi nidasi plasentasi
 
Presentasi psikologi faal (testosteron)
Presentasi psikologi faal (testosteron)Presentasi psikologi faal (testosteron)
Presentasi psikologi faal (testosteron)
 

Recently uploaded

Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 

Recently uploaded (20)

Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 

Sperm analysis WHO.pptx

  • 1. Oleh: Taufiqurrachman 1 Medical college of Sultan Aging Islamic University
  • 2. 2 During ejaculation, semen is produced from a concentrated suspension of spermatozoa stored in the paired epididymides, mixed with, and diluted by fluid secretions from the accessory sex organs 2. the total fluid volume contributed by the various accessory glands: this reflects the secretory activity of the glands. Semen has two major quantifiable attributes: 1. the total number of spermatozoa: this reflects sperm production by the testes and the patency of the post-testicular duct system
  • 3. The semen analysis evaluates the ability of the testicles to produce and package the spermatozoa, not if the spermatozoa are functionally capable of fertilization The semen analysis is one of the initial tests conducted to evaluate the male's fertility potential. Pre Testicul ar Testicul ar Post Testicul ar
  • 4. Kualitas semen ditentukan oleh konsentrasi, motilitas, dan morfologi sperma, sifat kimia dan fisika semen. 4 What does semen analysis me 1. Sperm count 2. Sperm motility 3. Sperm morphology 4. Sperm vitality Pregnancy and live birth can occur if both sperm and ovum are good
  • 5. 5 Kesimpulan dari hasil analisis semen sering berbeda antara satu laborat dengan laborat yang lain Hasil analisis semen harus dianggap sebagai data informasi awal dari seluruh proses penanganan infertilitas pria, sebelum diambil tindakan selanjutnya. Biweekly sperm concentration from one individual over
  • 6. 6 1. WHO th 1980 2. WHO th 1987 3. WHO th 1992 4. WHO th 1999 5. WHO th 2005 6. WHO th 2010 Diperlukan adanya pembakuan prosedur pemeriksaan dan interpretasi hasil: Diharapkan buku penuntun tersebut dapat digunakan sebagai guidance dalam melakukan analisis semen.
  • 7. 7  Semen manusia secara garis besar terdiri dari: plasma semen dan sperma/spermatozoa.  Tahapan:  Pengeluaran dan penampungan  Pemeriksaan
  • 8. 8  Penjelasan kepada pasien harus jelas dapat secara lisan maupun tertulis tentang bagaimana cara mengeluarkan, menampung, dan membawa semen ke laboratorium untuk diperiksa  Sebelum dikeluarkan, pasien harus berpuasa hubungan seks (abstinensia) selama 2 – 7 hari. Bila dilakukan kurang dari 2 hari konsentrasi sperma menjadi turun dan bila dilakukan lebih dari 7 hari motilitasnya menurun.  Pengeluaran semen agar ditekankan dengan cara masturbasi tanpa pelumas, tidak diperbolehkan dengan cara coitus interuptus, karena bagian awal ejakulasi yang mengandung konsentrasi sperma paling tinggi biasanya
  • 9.  Semen ditampung dalam botol kaca atau “plastik” yang bersih dan bermulut lebar, sehingga mudah menampung semen dan tidak tercecer, kemudian dibawa ke laboratorium dalam waktu satu jam setelah dikeluarkan. 9  Sampel harus dilindungi dari temperatur ekstrem (kurang dari 200 C dan lebih dari 400 C) selama perjalanan menuju laboratorium.  Idealnya sperma dikeluarkan dalam ruangan khusus dekat laboratorium, sehingga segera bisa dibawa ke laboratorium.  Botol penampung ditutup rapat, diberi label yang berisi: Nama; Lama abstinensia; Tanggal & waktupengeluaran semen; Kejadian yang timbul selama pengeluaran
  • 10. 10 1. Likuifikasi  Semen normal akan mengalami likuifikasi dalam waktu 60 menit pada temperatur kamar, meskipun biasanya semen akan mengalami likuifikasi dalam waktu 15 menit. Bila dalam waktu 60 menit tidak mengalami likuifikasi bisa dilakukan pengocokan di atas shaker. 2. Warna/penampilan semen:  Warna/penampilan semen segera diperiksa setelah likuifikasi. Secara umum warna semen normal adalah putih mutiara (grey- opalescent), agak bening bila konsentrasi sperma rendah, berwarna merah jika
  • 11.  Ditentukan dengan menggunakan gelas ukur 10 ml dengan perbedaan skala 0.1 ml. Pada umumnya volume semen pria Indonesia dalah 2 – 5 ml. Tidak dianjurkan menggunakan plastic syringes karena dapat mempengaruhi motilitas sperma. 3. Volume semen 4. Viskositas semen  Diukur setelah likuifikasi selesai (tidak ada gumpalan). Cara yang digunakan untuk mengukur viskositas semen adalah: 1. Dengan pipet 5 ml semen dihisap pelan- pelan kemudian dibiarkan menetes. Semen normal akan menetes secara terpisah, sedangkan pada semen viskos akan
  • 12. 5. pH Semen  Penentuan pH dilakukan setelah likuifikasi semen sempurna atau dalam satu jam setelah ejakulasi dengan kertas pH yang mempunyai kisaran antara 6.1 – 10.0. pH normal berkisar antara 7.2 – 8.0. 2. Dengan batang pengaduk dari kaca yang dimasukkan ke dalam semen, kemudian ditarik pelan-pelan. Normal < 2 cm.  Jika pH melebihi 8.0 harus dipikirkan adanya kemungkinan infeksi pada prostat, dan bila pH kurang dari 7 dan ditemukan adanya azoospermia harus dipikirkan adanya agenesis atau obstruksi dari vesikula
  • 13. 13 Pemeriksaan mikroskopik lanjut untuk memeriksa vitalitas sperma, menentukan konsentrasi sperma, dan menentukan morfologi sperma. Pemeriksaan mikroskopik awal dilakukan untuk membuat estimasi terhadap konsentrasi, motilitas, aglutinasi sperma, dan elemen seluler selain sperma.
  • 14. 14  Semen dalam sediaan dibiarkan stabil lebih kurang 1 menit, kemudian baru dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras dengan pembesaran 400 x.  Volume semen 10 µl diambil, kemudian diteteskan pada kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dengan ukuran 22 x 22 mm no 1½ yang telah dibakukan. Berat kaca penutup tersebut akan menekan sediaan sehingga sediaan semen akan tersebar merata.  Pemeriksaan dilakukan pada suhu kamar
  • 15. 15  Pemeriksaan motilitas sperma dilakukan satu jam setelah ejakulasi pada sediaan yang sama dalam kaca obyek. Pada semen normal, terdapat 60 % sperma motil.  Dengan memakai alat hitung, ditentukan jenis motilitas sperma menurut simple grading system
  • 16. 16 a) Progresif lurus cepat Sperma yang tergolong dalam gerak lurus cepat yaitu sperma dengan kecepatan > 25 µm/s pada suhu 370 C atau 20µm/s pada suhu 200 C. atau kecepatan 0,8 – 1,6 / 0,05 mm, dan pada semen normal jumlahnya >25%. (25 µm/s = 5 x panjang kepala sperma) b) Progresif lurus lambat Sperma yang tergolong dalm gerak lurus lambat adalah sperma dengan kecepatan > 1,6 detik/0,05 mm. Pada semen normal jumlah (a+b) > 50% c) Gerak ditempat atau tidak maju. Sperma yang bergerak ditempat atau gerak tidak maju dengan kecepatan < 5 µm/s
  • 17. 17 1. Untuk menentukan motilitas sperma, paling tidak 5 lapang pandang dihitung 100 sperma secara acak. Yang dihitung lebih dahulu adalah grade a dan grade b, kemudian dihitung grade c dan d. 2. Hasil penghitungan tersebut dikelompokkan berdasarkan grade tersebut, sehingga diperoleh nilai persentase dari setiap grade motilitas. 3. Penghitungan 100 sperma diulang sekali, kemudian ditentukan nilai rata-rata setiap grade.
  • 18. 2/23/2023 18 Jika telah diketahui kerapatan sperma per lapangan pandang 400 x (LPB), maka jumlah pengenceran yang akan diberikan dapat ditentukan sbb: Pemeriksaan konsentrasi sperma dimulai dengan memperkirakan kerapatan sperma pada sediaan basah di dalam haemocytometer Neubauer. Tujuannya untuk menentukan jumlah pengencer (faktor pengencer) yang diperlukan.
  • 19. 19 Spermato zoa dihitung LPB (400x) Pengencera n (semen + pengencera n) Faktor konversi Jumlah segi empat besar yang dihitung 25 10 5 < 15 15 – 40 40 – 200 > 200 1 : 5 (1 + 4) 1 : 10 (1 + 9) 1 : 20 (1 + 20) 1 : 50 (1 + 20 10 5 2 8 4 2 0,8 4 2 1 0,4
  • 20. 20  Misal jumlah kerapatan sperma adalah 40 – 200/LPB, maka faktor pengencer yang diperlukan adalah 1 : 20 (1 + 19) atau sama dengan 5 µl semen yang telah diaduk homogen kemudian ditambah 95 µl larutan pengencer, lalu diaduk lagi sampai homogen.  Setelah diketahui berapa jumlah pengencer yang diperlukan, selanjutnya dilakukan pengenceran dengan cara sbb:  Sediaan semen yang telah diencerkan, diteteskan pada kamar hemositometer improved Neubauer dengan cara ujung pipet disentuhkan secara hati-hati pada ujung kaca penutup, sambil perlahan-lahan pipet ditekan hingga larutan memenuhi ruang hitung.
  • 21. 2/23/2023 21 Selanjutnya dilakukan penghitungan spermatozoa dengan mikroskop pada pembesaran 400 x. Untuk sediaan yang berisi antara 10 – 40 sperma perkotak besar dilakukan penghitungan pada 10 kotak besar (5 di tas 5 di bawah), dan bila jumlah sperma lebih dari 40 perkotak besar, Untuk sediaan yang jumlah spermanya kurang dari 10 sperma perkotak besar maka dilakukan penghitungan sperma pada 25 kotak.
  • 22. 2/23/2023 22 Pengenceran : 1 : 20 x Kotak tengah no 5. Grid A Dalam 3 baris = 236 Grid B  Dalam 3 baris = 220 Total A & B = 456 Jumalh baris A + B = 6 Konsentrasi = N/n x 1/20 x faktor pengencer = 456 / 6 x 1/20 x 20 = 76 juta / mL
  • 23.  Prinsip pada pemeriksaan ini adalah sperma yang mati akan menyerap zat warna sehingga menjadi berwarna.  Setelah semen diaduk rata (homogen), teteskan dengan pipet 1 tetes semen di atas objek glass. Kemudian ditambahkan satu tetes larutan eosin pada tetesan semen tadi, lalu ditutup dengan kaca penutup. Ditunggu 1-2 menit sampai larutan semen-eosin di bawah kaca penutup stabil (tidak ada aliran). Selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop  Sperma hidup berwarna merah, sedangkan yang mati kebiru-biruan. Viabilitas = Juml sperma berwarna merah Juml sperma tdk berwarna + berwarna merah X 100%
  • 24. 24  Tujuan pemeriksaan struktur atau morfologi sperma adalah untuk mengetahui berapa persentase sperma yang memiliki morfologi normal dan yang abnormal.  Sperma normal mempunyai bentuk kepala oval (panjang 4,0-5,5 µm dan lebar 2,3-3,5 µm).
  • 25. 2/23/2023 25 Pada analisis semen rutin, penilaian morfologi sperma hanya dilakukan pada bentuk kepala yang oval dan tidak oval saja, atau ekor tunggal atau ganda.
  • 26. 26  Aglutinasi sperma terjadi karena sperma motil saling melekat satu dengan lainnya, kepala dengan kepala, ekor dengan ekor, ujung ekor dengan ujung ekor, atau campuran antara leher dengan ekor.
  • 27.  Aglutinasi diamati dalam 10 lapangan pandang yang dipilih secara acak, dan tentukan persentase rata-rata sperma yang berlekatan.  Atau dengan cara semiquantitative grading mulai dari – berarti tidak ada aglutinasi sampai +++ berari ada aglutinasi berat karena semua sperma motil mengalami aglutinasi.
  • 28. 2/23/2023 28  Uji HOS didasarkan pada sifat semipermiabel membran ekor sperma.  Di bawah kondisi larutan hipoosmotik, air akan masuk melalui membran ekor sperma yang utuh (tidak rusak), sehingga volume ekor sperma bertambah. Pertambahan volume tersebut akan menyebabkan ekor sperma membengkok. Sebaliknya jika membran ekornya rusak, maka air akan masuk melalui membran ekor akan
  • 29. 2/23/2023 29 1. Panaskan 1 mL larutan hipoosmotik dalam tabung Eppendorf tertutup pada suhu 370 C selama 5 menit. 2. Tambahkan 0,1 mL semen yang telah mencair sempurna dan aduk dengan pipet secara hati-hati. Biarkan pada suhu 370 C paling sedikit 30 menit (jangan lebih dari 120 menit) dan periksa sel-sel sperma dengan mikroskop fase kontras. 3. Pembengkakan sperma dibuktikan dengan perubahan bentuk ekornya. 4. Penilaian uji HOS (dalam persen) ditentukan dari 100 sperma yang dihitung.
  • 30. 30 1. Di dalam semen, selain protozoa, adakalanya dijumpai beberapa jenis sel lain yang bukan sel sperma. 2. Kelompok sel tersebut antara lain, sel leukosit (biasanya dari jenis neutrofil), eritrosit, sel germinal muda (seperti sel spermatid, spermatosit, dan spermatogonia), dan sel epitel gepeng dari saluran uretra. 3. Semua kelompok sel tersebut dinamakan sel bulat (round cells). 4. Sebagai patokan umum pada semen normal tidak boleh mengandung sel bundar lebih dari 5 x 106/ml.
  • 31. N X S 100 Cara menghitung sel bulat (round cells) : Jika N adalah jumlah sel bulat yang dihitung dalam lapang pandang yang sama dengan 100 sperma, dan S adalah jumlah sperma dalam juta/mL, maka jumlah sel bulat yang akan diperoleh dalam juta/mL (C), dapat dihtung dengan rumus berikut: C = Contoh: Jika jumlah sel germinal muda yang dihitung adalah 10 per 100 sperma dan jumlah sperma 120 x 106/mL, maka jumlah sel germinal muda adalah : C = 10 x 120 x 106 per mililiter = 12 x 106 100
  • 32. 32 1. Pemeriksaan terhadap semen manusia dilakukan terhadap semen dan sperma. 2. Apabila semen dan sperma tersebut baik maka disebut normal, dan bila tidak baik maka disebut abnormal. 3. Namun sebelum melakukan Interpretasi dari hasil analisis sperma, perlu dimengerti beberapa istilah yang sering dipakai dalam interpretasi hasil sebagaimana tercantum dalam tabel
  • 33. 2/23/2023 Standard tests volume 2.0 ml or more pH 7.2-8.0 sperm concentration 20x106 spermatozoa/ml or more total sperm count 40x106spermatozoa per ejaculate or more motility 50% or more with forward progression(categories a and b)or 25% or more with rapid progression(category a)within 60 minutes of ejaculation morphology 30% or more with normal forms vitality 75% or more live,i.e.,excluding dye white blood cells fewer than 1x106/ml immunobead test fewer than 20% spermatozoa with adherent particles MAR test fewer than 10% spermatozoa with adherent Table I. Normal values of semen variables (WHO 1992)
  • 34. 34
  • 35. 35 normozoospermia normal ejaculate as defined in table I oligozoospermia sperm concentration fewer than 20x106/ml asthenozoospermia fewer than 50% spermatozoa with forward progression(categories a and b)or fewer than 25% spermatozoa with category a movement teratozoospermia fewer than 30% spermatozoa with normal morphology oligoasthenoteratozoo spermia signifies disturbance of all three variables(combination of only two prefixes can be used) azoospermia no spermatozoa in the ejaculate aspermia no ejaculate
  • 36. 36 Optional tests a - Glucosidase(neu tral) 20 mU or more per ejaculate zinc(total) 2.4 m -mol or more per ejaculate citric acid(total) 52 m -mol or more per ejaculate acid phosphatase(tota l) 200 U or more per ejaculate fructose(total) 13 m -mol or more per ejaculate
  • 37. Skema penatalaksanan secara umum ( berdasarkan hasil analisa sperma) Normozoospermia, Asthenozoospermia, Oligozoospermia ringan / sedang (5-10 s/d 20 Jt / mL) Oligozoospermia berat (1-5 Jt / mL) Kriptozoospermia, Oligozoospermia ekstrim (< 1 Jt / mL) Morfologi sperma Evaluasi dan konseling genetik Teratozoospermia Tidak berat Teratozoospermia berat Teraozoospermia ekstrim Sperm prep. yield Sperm prep. yield ≥0.3-2.0 Jt ≥0.3-2.0 Jt <0.3-2.0 Jt ≥0.3-2.0 Jt I U I IVF ICSI