Pedoman CPOB 2018 memperkenalkan perubahan paradigma dalam sistem mutu industri farmasi dengan menekankan pentingnya manajemen mutu, validasi proses, dan dokumentasi yang memadai untuk memastikan produk obat yang aman, bermutu, dan efektif.
7. PERUBAHAN PARADIGMA CPOB 2018
PERSONILIA
BAB 2
PRODUKSI
PENGAWASAN MUTU
KELUHAN DAN
PENARIKAN PRODUK
BAB 5
BAB 7
BAB 9
BAB 10
BAB 12
DOKUMENTASI
KUALIFIKASI DAN
VALIDASI
Perubahan
“paradigma”
disistem mutu
yang tercantum
dalam BAB I
membawa
konsekuensi
perubahan pada
BAB-BAB lain :
10. PRINSIP
Pemegang Izin Industri
Farmasi (IFF)
Membuat obat sedemikian rupa, agar
sesuai dengan tujuan penggunaan,
memenuhi persyaratan izin edar,
atau persetujuan uji pra klinik/klinik
CPOB menghindarkan dari timbulnya
risiko yang membahayakan pasien
pengguna disebabkan karena
keamanan, mutu atau efektifitas
yang tidak memadai
Tujuan
11. PRINSIP CPOB
Pemegang Izin Industri Farmasi (IIF) harus membuat obat sedemikian
rupa agar sesuai tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan Izin
Edar atau Persetujuan Uji Klinik, dan tidak menimbulkan risiko yang
membahayakan pasien pengguna disebabkan karena keamanan, mutu
atau efektifitas yang tidak memadai.
Untuk mencapai Sasaran Mutu yang
handal, diperlukan Sistem Mutu yang
didesain secara komprehensif dan
diterapkan secara benar serta
mencakup Cara Pembuatan Obat
yang Baik dan Manajemen Risiko
Mutu.
MANAJEMEN
PUNCAK
MUTU
12. CON’T…
Sistem Mutu Industri Farmasi : Manajemen puncak
merupakan tanggung jawab tertinggi guna
memastikan mutu. Mutu bergantung pada :
1. Bahan awal
2. Proses pembuatan
3. Pengawasan mutu
4. Bangunan
5. Peralatan yang
6. Digunakan
7. Personalia
13. PERSONALIA
Personalia (Kepala produksi, pengawasan mutu dan pemastian
mutu) :
Syarat personalia : Sehat, Kualifikasi sesuai dengan pendidikan,
Berpengalaman, Jumlah karyawan harus sesuai/memadai,
Setiap karyawan tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan,
Harus ada pelatihan secara berkala
CPOB 2018 : poin 2.3 tentang tugas spesifik dari kewenangan
personel dan tanggung jawab dalam tugas tertulis
Quality Managemen terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1. Quality Control (Pengawasan Mutu)
2. Quality Assurance (Pemastian Mutu)
14. Interpretation Risk
BANGUNAN DAN FASILITAS
WHITE AREA GREY AREA BLACK AREA UNCLASSIFIED
AREA
AREA
Bangunan dan Fasilitas: Guna membantu pelaksanaan dengan desain,
konstruksi yang sesuai. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan
kompabilitas kegiatan dan luas area
20. PRODUKSI
Produksi (bahan awal, validasi proses, pencemaran, sistem
pengelolaan, penimbangan dan penyerahan, pengembalian,
pengemasan).
Pencatatan bahan awal serta pemasukan dan pengeluaran, pelabelan,
pemerikasaan jaminan > pengiriman ke QC.
Penyimpanan dan pengukuran kemudian validasi metode.
➢ Batch: hasil satu siklus produksi biasanya 5000
➢ Lot: bagian dari batch. Misal satu kali produksi 5000 bernomor bets
9D15042, di sterilisasi tiap 1000,
karenaa ada 5 lot maka 9D150421, 9D150422, 9D150423, 9D150424,
9D150425
22. CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN OBAT YANG BAIK
Cara penyimpanan dan pengiriman obat yang baik: Dilakukan
dengan menyimpan sesuai sifat fisika kimia sediaan.
Catatan pengiriman obat dan minimal meliputi informasi berikut :
1. Tanggal pengiriman
2. Nama dan alamat perusahaan transportasi
3. Nama, alamat dan status penerima (misal apotek, rumah sakit,
klinik)
4. Deskripsi produk, mencakup nama, bentuk sediaan dan
kekuatan (jika tersedia)
5. Jumlah produk, misal jumlah wadah dan jumlah produk per
wadah
6. Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa
7. Kondisi transportasi dan penyimpanan yang ditetapkan
8. Nomor unik untuk order pengiriman.
23. PENGAWASAN MUTU
Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian Pengawasan Mutu.
Pengawasan Mutu mencakup :
1. Pengambilan sampel,
2. Spesifikasi,
3. Pengujian, pengaturan,
4. Dokumentasi
5. Prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang
relevan telah dilakukan, Dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai
6. Produk diluluskan untuk dijual,
7. Mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium saja,
Harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
Pengawasan Mutu harus independen dari bagian Produksi agar Pengawasan
Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan
24. INSPEKSI DIRI
Melakukan penilaian apakah seluruh aspek produksi dan
pengendalian mutu selalu memenuhi ketentuan CPOB (Inspeksi:
Karyawan, bangunan, penyimpanan, alat, proses produksi,
pengawasan mutu dan dokumentasi serta pemeliharaan alat dan
Gedung)
TUJUAN INSPEKSI DIRI
1. Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi pemenuhan semua
aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi sesuai
dengan ketentuan pada CPOB.
2. Mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
3. Dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi
penerapan CPOB secara obyek.
25. KELUHAN DAN PENARIKAN PRODUK
Penarikan obat (rusak ataupun label salah dan ESO), keluhan, obat
kembalian, pemusnahann, pencatatan. Pemusnahan dilakukan agar obat
tidak disalahgunakan.
• Prosedur pemusnahan:
1. Pencatatan identitas obat dan karakteristik obat
2. Pengajuan laporan dan data administrasi
3. Mengkoordinasikan pemusnahan obat dengan 2 orang saksi
4. Pelaksanaan pemusnahan sesuai ketentuan (jenis dan sifat obat)
(obat dikeluarkan dari wadah,
5. Mengecerkan isi kemudian wadah ditimbun ATAU semua dibakar
dalam incenerator 1200°C
6. Pembuatan Berita Acara Pemusnahan
28. DOKUMENTASI
Dokumentasi di lakukan pada Dokumen Induk Industri Farmasi
DIIF terkait dengan Spesifikasi :
1. Persyaratan produksi
2. Prosedur
3. Metode dan instruksi
4. Catatan dan laporan
Catatan bets obat uji klinik harus disimpan paling sedikit lima tahun
setelah uji klinik selesai atau penghentian formal
29. KEGIATAN ALIH DAYA
1. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan
Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas
yang menentukan tanggung jawab dan
kewajiban masing-masing pihak.
2. Kontrak harus menyatakan secara jelas
prosedur pelulusan tiap bets produk untuk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab
penuh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu)
3. Kontrak tertulis yang meliputi pembuatan
dan/atau analisis obat yang dikontrakkan
dan semua pengaturan teknis terkait.
30. KUALIFIKASI DAN VALIDASI
1. Validasi perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian
terhadap aspek kritis /penting dari kegiatan yang
dilakukan.
2. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan
dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk
hendaklah divalidasi misal ganti peralatan /mesin
produksi, ganti sumber bahan baku, dll
3. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah
digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan
cakupan validasi lakukan analisis risiko
Perubahan konsep dan paradigma sehingga menghasilkan :
Keamanan
Kualitas
Identitas
Potensi/efektifitas obat yang baik
Kemurnian
PADA CPOB 2012 QUALITY SYSTEM MERANGKAP KESELURUHAN TERKAIT :
SISTEM PRODUKSI
SISTEM FASILITAS DAN PERALATANSISTE
SISTEM KONTROL LABORATORIUM
SISTEM MATERIAL
SISTEM PACKAGING DAN LABELING
perubahan yang cukup signifikan dan sangat fundamental, karena dalam CPOB: 2018 ini, tidak saja mengadopsi penerapan GMP (Good Manufacturing Practices).
Tetapi juga mengadopsi aturan – aturan yang dalam ICH The International Council for Harmonisation :
ICH Q8 mengenai “Pharmaceutical Development/QbD”
ICH Q9 mengenai “Quality Risk Management/QRM”
ICH Q10 mengenai “Pharmaceutical Quality System”
Perubahan ini terjadi pada BAB 1, dimana pada CPOB 2012 BAB 1 berjudul “MANAJEMEN MUTU” sedangkan pada cpob 2018 “SISTEM MUTU INDUSTRI FARMASI”
Ada banyak istilah baru, pengertian baru dan juga klausul – klausul baru sesuai dengan perubahan “paradigma” dalam proses penjaminan mutu produk industri farmasi, antara lain:
Pemegang Izin Industri Farmasi (IIF)
Manajemen Puncak
Radiasi pengion adalah suatu gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan, karena enrgi yang dimilikinya mampu megionisasi media lainnya. Apabila melintas dalam bahan atau jaringan biologi dapat megionkan bahan atau sel jaringan. Contoh : Partikel alphha, partikel beta, sinar-X sinar gamma, neutron dan lain-lain
Pelulusan parametris merupakan progam pelulusan dalam penjaminan sterilitas berdasarkan pengendalian, pemantauan dan dokumentasi yang efektif dari proses pembuatan produk steril yang tervalidasi dimana pelulusan sterilitas bergantung terhadap pencapaian parameter kritis operasional sebagai pengganti uji sterilitas
UNCLASSIFIED AREA
Area ini merupakan area yang tidak dikendalikan (Unclassified area) :
Laboratorium kimia (suhu terkontrol)
gudang (suhu terkontrol untuk cold storage dan cool room)
Kantor, kantin, ruang ganti dan ruang teknik.
BLACK AREA
Area ini disebut juga area kelas E :
Koridor yang menghubungkan ruang ganti dengan area produksi
Area staging bahan kemas dan ruang kemas sekunder
Setiap karyawan wajib mengenakan sepatu dan pakaian black area (dengan penutup kepala)
GREY AREA
Area ini disebut juga area kelas D :
Ruang produksi produk non steril
Ruang pengemasan primer
Ruang timbang, laboratorium mikrobiologi (ruang preparasi
Ruang uji potensi dan inkubasi)
Ruang sampling di gudang
Setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan gowning (pakaian dan sepatu grey). Antara black area dan grey area dibatasi ruang ganti pakaian grey dan airlock
WHITE AREA
Area ini disebut juga area kelas C, B dan A (dibawah LAF) :
Ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan baku produksi steril
Ruang mixing untuk produksi sterl
Background ruang filling
Laboratorium mikrobiologi (ruang uji sterilitas)
Setiap karyawan yang akan memasuki area ini wajib mengenakan pakaian antistatik (pakaian dan sepatu yang tidak melepas partikel). Antara grey area dan white area dipisahkan oleh ruang ganti pakaian white dan airlock.
Airlock berfungsi sebagai ruang penyangga antara 2 ruang dengan kelas kebersihan yang berbeda untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari ruangan dengan kelas kebersihan lebih rendah ke ruang dengan kelas kebersihan lebih tinggi. Berdasarkan CPOB, ruang diklasifikasikan menjadi kelas A, B, C, D dan E, dimana setiap kelas memiliki persyaratan jumlah partikel, jumlah mikroba, tekanan, kelembaban udara dan air change rate.
Peralatan dalam industri farmasi juga harus terkualifikasi dengan baik baik itu dari sisi DQ, IQ, OQ, dan PQ nya. Prinsip lainnya adalah semua peralatan yang digunakan harus mampu menghasilkan produk dengan mutu yang terjamin dan konsisten serta dapat membantu untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Sehingga haruslah dipastikan bahwa alat-alat itu terpelihara dengan baik, namun dengan catatan ketika dalam proses pemeliharaan itu juga tidak boleh mempengaruhi mutu dari produk yang dihasilkan.
ALAT MIXING
GRANULASI
MIXING RUAHAN
MESIN FILLING
MESIN UJI KEBOCORAN
MESIN WRAPPING
Ada beberapa hal “krusial” yang diatur dalam CPOB:2018,
yang tidak diatur dalam CPOB:2012.
PENGAMBILAN SAMPEL
Sampel hendaklah mewakili bets bahan atau produk yang sampelnya diambil. Sampel lain dapat diambil untuk memantau bagian proses berkondis iterkritis (misal,awal atau akhir suatu proses). Rencana pengambilan sampel hendaklah dijustifikasi dengan benar dan berdasarkan pendekatan manajemen risiko.
KAPAN DILAKUKANNYA INSPEKSI DIRI?
Dilakukan secara rutin
Pada situasi khusus, (terjadi penarikan kembali obat jadi /recall atau terjadi penolakan yang berulang).
Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.
Prosedur dan catatan inspeksi diri harus didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Dokumentasi dapat dibuat dalam berbagai bentuk, termasuk media berbasis kertas, elektronik atau fotografi. Ada dua jenis dokumentasi utama yang digunakan untuk mengelola dan mencatat pemenuhan CPOB:
prosedur/instruksi (petunjuk, persyaratan) dan
catatan/laporan.