Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan hukum konsumen yang menderita kerugian dalam transaksi properti menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Dokumen ini menjelaskan hak-hak konsumen, tanggung jawab pelaku usaha, serta prosedur hukum yang dapat dilakukan konsumen apabila menderita kerugian.
Hbl,anindia putri,hapzi ali, perlindungan konsumen dan tanggungjawab hukumanindia putri
Modul ini membahas tanggung jawab produk dalam hukum perlindungan konsumen. Prinsip tanggung jawab produk berkembang dari kesalahan menjadi tanggung jawab mutlak. Tanggung jawab produk mencakup kelalaian, ingkar janji, dan tanggung jawab mutlak. Modul ini juga membahas perkembangan prinsip tanggung jawab produk dari zaman Romawi.
Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan hukum konsumen yang menderita kerugian dalam transaksi properti menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Dokumen ini menjelaskan hak-hak konsumen, tanggung jawab pelaku usaha, serta prosedur hukum yang dapat dilakukan konsumen apabila menderita kerugian.
Hbl,anindia putri,hapzi ali, perlindungan konsumen dan tanggungjawab hukumanindia putri
Modul ini membahas tanggung jawab produk dalam hukum perlindungan konsumen. Prinsip tanggung jawab produk berkembang dari kesalahan menjadi tanggung jawab mutlak. Tanggung jawab produk mencakup kelalaian, ingkar janji, dan tanggung jawab mutlak. Modul ini juga membahas perkembangan prinsip tanggung jawab produk dari zaman Romawi.
9 Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, perlindungan konsumen dan tangg...Teuku Alvin Putra Rezalino
Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum pelaku usaha dalam 3 kalimat. Pertama, menjelaskan prinsip tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen berdasarkan kontrak, produk, dan penawaran. Kedua, mengatur larangan-larangan tertentu bagi pelaku usaha dalam produksi, perdagangan, dan iklan barang. Ketiga, menjelaskan sanksi perdata dan pidana bagi pelaku usaha yang melanggar perlindun
Tanggung jawab produsen diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. Pasal-pasal tersebut mengatur tanggung jawab produsen atas kerugian konsumen, pemindahan tanggung jawab antar pelaku usaha, layanan purna jual, dan pembebasan tanggung jawab dalam kondisi tertentu. Doktrin caveat emptor, caveat venditor, dan tanggung jawab berdasarkan perjanjian digunakan dalam menentukan subjek yang harus bertang
HBL9. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 9 hbl, perlindungan konsumen ...Muhammad Ramadhan
Modul ini membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum pelaku usaha. Modul ini menjelaskan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen serta prinsip-prinsip tanggung jawab hukum pelaku usaha.
Hbl8, agung pangestu, hapzi ali modul 9 hbl, perlindungan konsumen tanggungj...AgungAgungPangestu
Modul ini membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum pelaku usaha. Terdapat penjelasan mengenai hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Modul ini juga menjelaskan prinsip-prinsip tanggung jawab hukum dalam perlindungan konsumen.
AN NISA RIZKI YULIANTI
UNIVERSITAS MERCU BUANA (mercu buana university) 2019 JAKARTA, INDONESIA
Prof. Dr. Hapzi Ali,CMA (Dosen Pengampu)
HUKUM BISNIS dan LINGKUNGAN
Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum pelaku usaha. Ia menjelaskan bahwa UU Perlindungan Konsumen mengatur hak dan kewajiban baik konsumen maupun pelaku usaha dalam bertransaksi. Pelanggaran atas UU tersebut dapat dituntut secara hukum.
Hbl 9,nurcholis muttaqin,hapzi ali,perlindungan konsumen dan tanggung jawab h...nurcholismn
Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum terkait produk yang cacat atau berbahaya. Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) diterapkan sehingga konsumen yang dirugikan dapat menuntut kompensasi tanpa perlu membuktikan unsur kesalahan produsen. Alasan penerapan prinsip ini adalah biaya kerugian sebaiknya ditanggung produsen dan dengan menjual produknya mereka menjamin keamanan
Adapun peranan hukum dalam perlindungan konsumen dapat dilihat dari dua
aspek yaitu :
1. Aspek hukum privat merupakan aspek hukum yang berkaitan dengan hak
dan kewajiban konsumen.
Menurut pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen hak-hak konsumen yang harus dilindungi dan
dihormati yaitu hak keamanan dan keselamatan, hak atas informasi, hak
untuk memilih, hak untuk didengar, dan hak atas lingkungan hidup.2
2. Aspek hukum publik merupakan aspek hukum yang dapat dimanfaatkan
oleh Negara, pemerintah instansi yang mempunyai peran dan kemenangan
untuk dapat dimanfaatkan oleh pihak untuk kepentingan-kepentingan
subyektif. Yang termasuk dalam aspek hukum publik yaitu :
a. Kementrian perdagangan yaitu menteri yang ruang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi perdagangan.
b. Direktorat jenderal standardisasi bertugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
standardisasi dan perlindungan konsumen.
c. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ( BPSK) adalah badan yang
bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha
dan konsumen.3
HBL,9,Giri Yogo,Hapzi Ali,Perlindungan konsumen dan perlidungan hukum,Univers...Giriyogodwis
Modul ini membahas perlindungan konsumen dan hukum di Indonesia. Modul ini menjelaskan pengertian perlindungan konsumen menurut undang-undang dan para ahli hukum. Modul ini juga menjelaskan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha menurut undang-undang perlindungan konsumen. Prinsip tanggung jawab produk dalam perlindungan konsumen juga diuraikan dalam modul ini.
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyebutkan pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. pasal 6 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, yaitu tentang hak pelaku usaha
Modul ini membahas hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Terdapat pula pembahasan mengenai prinsip tanggung jawab hukum dan kasus iklan Nissan March yang dimasukkan ke pengadilan karena dianggap melanggar undang-undang tersebut.
HBL 9 Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Perlindungan Konsumen dan Tanggun...Rinytrianas21
Dokumen tersebut membahas hukum perlindungan konsumen dan kasus gugatan terhadap maskapai penerbangan karena keterlambatan keberangkatan. Hukum perlindungan konsumen bertujuan untuk melindungi konsumen dan menjamin hak-hak mereka, sementara kasus yang digugat melanggar hukum ini karena mengandung klausula yang dilarang.
Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum pelaku usaha. Dibahas mengenai pengertian konsumen, asas dan tujuan perlindungan konsumen, tanggung jawab pelaku usaha, kasus pelanggaran hak konsumen oleh pengelola apartemen, serta rekomendasi untuk meningkatkan perlindungan konsumen.
Modul perkuliahan ini membahas tentang hukum perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum di Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Juga dibahas studi kasus tentang iklan mobil Nissan March yang dimasukkan ke pengadilan karena dianggap melanggar undang-undang tersebut.
ANALISA KLAUSULA EKSONERASI PADA STANDART KONTRAK BAKU SYARAT DAN KONDISI P...Rachardy Andriyanto
Dokumen tersebut membahas analisis klausula eksonerasi pada standar kontrak pengiriman PT. Eka Sari Lorena. Beberapa klausula seperti tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang, keterlambatan pengiriman, dan kerugian keuntungan dianggap melanggar UU Perlindungan Konsumen karena mengalihkan tanggung jawab dari pengangkut ke pengirim.
Modul ini membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum. Ia menjelaskan hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Modul ini juga menganalisis kasus sengketa antara konsumen dengan Alfamart mengenai penggunaan uang sumbangan yang didonasikan melalui toko tersebut.
Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian sewa beliUlulAzmiFunna
Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan hukum konsumen dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor di Banda Aceh. Dibahas mengenai syarat perjanjian sewa beli, bentuk perlindungan hukum bagi konsumen, serta dasar-dasar teori dan hukum perlindungan konsumen di Indonesia."
13. pekerja anak, perempuan dan disabilitasGindha Wayka
Berdasarkan dokumen tersebut, pekerja yang paling rentan dalam tenaga kerja global adalah pekerja anak, perempuan, dan penyandang cacat. Undang-undang melarang dan memberikan perlindungan terhadap pekerjaan-pekerjaan tertentu untuk kelompok rentan ini, seperti pekerjaan berbahaya, malam hari, dan diskriminatif.
More Related Content
Similar to 15. tanggung jawab produk dalam hukum perlindungan konsumen
9 Hbl, teuku alvin putra rezalino, hapzi ali, perlindungan konsumen dan tangg...Teuku Alvin Putra Rezalino
Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum pelaku usaha dalam 3 kalimat. Pertama, menjelaskan prinsip tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen berdasarkan kontrak, produk, dan penawaran. Kedua, mengatur larangan-larangan tertentu bagi pelaku usaha dalam produksi, perdagangan, dan iklan barang. Ketiga, menjelaskan sanksi perdata dan pidana bagi pelaku usaha yang melanggar perlindun
Tanggung jawab produsen diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. Pasal-pasal tersebut mengatur tanggung jawab produsen atas kerugian konsumen, pemindahan tanggung jawab antar pelaku usaha, layanan purna jual, dan pembebasan tanggung jawab dalam kondisi tertentu. Doktrin caveat emptor, caveat venditor, dan tanggung jawab berdasarkan perjanjian digunakan dalam menentukan subjek yang harus bertang
HBL9. Muhammad Rizal Ramadhan, hapzi ali, modul 9 hbl, perlindungan konsumen ...Muhammad Ramadhan
Modul ini membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum pelaku usaha. Modul ini menjelaskan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen serta prinsip-prinsip tanggung jawab hukum pelaku usaha.
Hbl8, agung pangestu, hapzi ali modul 9 hbl, perlindungan konsumen tanggungj...AgungAgungPangestu
Modul ini membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum pelaku usaha. Terdapat penjelasan mengenai hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Modul ini juga menjelaskan prinsip-prinsip tanggung jawab hukum dalam perlindungan konsumen.
AN NISA RIZKI YULIANTI
UNIVERSITAS MERCU BUANA (mercu buana university) 2019 JAKARTA, INDONESIA
Prof. Dr. Hapzi Ali,CMA (Dosen Pengampu)
HUKUM BISNIS dan LINGKUNGAN
Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum pelaku usaha. Ia menjelaskan bahwa UU Perlindungan Konsumen mengatur hak dan kewajiban baik konsumen maupun pelaku usaha dalam bertransaksi. Pelanggaran atas UU tersebut dapat dituntut secara hukum.
Hbl 9,nurcholis muttaqin,hapzi ali,perlindungan konsumen dan tanggung jawab h...nurcholismn
Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum terkait produk yang cacat atau berbahaya. Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) diterapkan sehingga konsumen yang dirugikan dapat menuntut kompensasi tanpa perlu membuktikan unsur kesalahan produsen. Alasan penerapan prinsip ini adalah biaya kerugian sebaiknya ditanggung produsen dan dengan menjual produknya mereka menjamin keamanan
Adapun peranan hukum dalam perlindungan konsumen dapat dilihat dari dua
aspek yaitu :
1. Aspek hukum privat merupakan aspek hukum yang berkaitan dengan hak
dan kewajiban konsumen.
Menurut pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen hak-hak konsumen yang harus dilindungi dan
dihormati yaitu hak keamanan dan keselamatan, hak atas informasi, hak
untuk memilih, hak untuk didengar, dan hak atas lingkungan hidup.2
2. Aspek hukum publik merupakan aspek hukum yang dapat dimanfaatkan
oleh Negara, pemerintah instansi yang mempunyai peran dan kemenangan
untuk dapat dimanfaatkan oleh pihak untuk kepentingan-kepentingan
subyektif. Yang termasuk dalam aspek hukum publik yaitu :
a. Kementrian perdagangan yaitu menteri yang ruang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi perdagangan.
b. Direktorat jenderal standardisasi bertugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
standardisasi dan perlindungan konsumen.
c. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ( BPSK) adalah badan yang
bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha
dan konsumen.3
HBL,9,Giri Yogo,Hapzi Ali,Perlindungan konsumen dan perlidungan hukum,Univers...Giriyogodwis
Modul ini membahas perlindungan konsumen dan hukum di Indonesia. Modul ini menjelaskan pengertian perlindungan konsumen menurut undang-undang dan para ahli hukum. Modul ini juga menjelaskan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha menurut undang-undang perlindungan konsumen. Prinsip tanggung jawab produk dalam perlindungan konsumen juga diuraikan dalam modul ini.
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menyebutkan pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. pasal 6 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, yaitu tentang hak pelaku usaha
Modul ini membahas hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Terdapat pula pembahasan mengenai prinsip tanggung jawab hukum dan kasus iklan Nissan March yang dimasukkan ke pengadilan karena dianggap melanggar undang-undang tersebut.
HBL 9 Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Perlindungan Konsumen dan Tanggun...Rinytrianas21
Dokumen tersebut membahas hukum perlindungan konsumen dan kasus gugatan terhadap maskapai penerbangan karena keterlambatan keberangkatan. Hukum perlindungan konsumen bertujuan untuk melindungi konsumen dan menjamin hak-hak mereka, sementara kasus yang digugat melanggar hukum ini karena mengandung klausula yang dilarang.
Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum pelaku usaha. Dibahas mengenai pengertian konsumen, asas dan tujuan perlindungan konsumen, tanggung jawab pelaku usaha, kasus pelanggaran hak konsumen oleh pengelola apartemen, serta rekomendasi untuk meningkatkan perlindungan konsumen.
Modul perkuliahan ini membahas tentang hukum perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum di Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Juga dibahas studi kasus tentang iklan mobil Nissan March yang dimasukkan ke pengadilan karena dianggap melanggar undang-undang tersebut.
ANALISA KLAUSULA EKSONERASI PADA STANDART KONTRAK BAKU SYARAT DAN KONDISI P...Rachardy Andriyanto
Dokumen tersebut membahas analisis klausula eksonerasi pada standar kontrak pengiriman PT. Eka Sari Lorena. Beberapa klausula seperti tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang, keterlambatan pengiriman, dan kerugian keuntungan dianggap melanggar UU Perlindungan Konsumen karena mengalihkan tanggung jawab dari pengangkut ke pengirim.
Modul ini membahas tentang perlindungan konsumen dan tanggung jawab hukum. Ia menjelaskan hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Modul ini juga menganalisis kasus sengketa antara konsumen dengan Alfamart mengenai penggunaan uang sumbangan yang didonasikan melalui toko tersebut.
Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian sewa beliUlulAzmiFunna
Dokumen tersebut membahas tentang perlindungan hukum konsumen dalam perjanjian sewa beli kendaraan bermotor di Banda Aceh. Dibahas mengenai syarat perjanjian sewa beli, bentuk perlindungan hukum bagi konsumen, serta dasar-dasar teori dan hukum perlindungan konsumen di Indonesia."
13. pekerja anak, perempuan dan disabilitasGindha Wayka
Berdasarkan dokumen tersebut, pekerja yang paling rentan dalam tenaga kerja global adalah pekerja anak, perempuan, dan penyandang cacat. Undang-undang melarang dan memberikan perlindungan terhadap pekerjaan-pekerjaan tertentu untuk kelompok rentan ini, seperti pekerjaan berbahaya, malam hari, dan diskriminatif.
Dokumen tersebut membahas mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) antara perusahaan dengan pekerja/buruh. Terdapat beberapa jenis PHK seperti PHK yang dilakukan oleh perusahaan, pekerja/buruh, PHK demi hukum, dan PHK oleh pengadilan. Dokumen juga menjelaskan syarat dan kompensasi yang diterima pekerja/buruh dalam hal terjadi PHK.
7. hubungan kerja dan perjanjian kerjaGindha Wayka
Hubungan kerja dituangkan dalam perjanjian kerja lisan atau tertulis antara pekerja dan pengusaha berdasarkan unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Perjanjian kerja mencakup hak dan kewajiban para pihak, syarat-syarat kerja, dan dapat berakhir karena berbagai hal seperti berakhirnya jangka waktu."
5. para pihak dalam hukum tenaga kerjaGindha Wayka
Dokumen tersebut membahas tentang para pihak dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia yaitu pekerja atau buruh, pengusaha, organisasi pekerja atau buruh, organisasi pengusaha, dan pemerintah. Istilah pekerja dan buruh dijelaskan secara luas untuk mencakup berbagai jenis pekerjaan. Organisasi pekerja dan pengusaha dibentuk untuk mewakili kepentingan masing-masing pihak, sementara p
4. pengertian, dasar dan sumber ketenagakerjaanGindha Wayka
Dokumen tersebut membahas pengertian hukum ketenagakerjaan dan perburuhan, sumber-sumber hukum ketenagakerjaan, cakupan isu-isu hukum perburuhan, dan karakteristik hukum ketenagakerjaan. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa hukum ketenagakerjaan merupakan aturan hukum yang terkait dengan tenaga kerja sebelum, selama, dan sesudah hubungan kerja, yang lingkupnya
Sejarah hukum perburuhan dimulai dengan sistem perbudakan, kerja rodi, dan poenale sanctie di Hindia Belanda. Peraturan mengenai perbudakan baru dihapuskan pada 1854, sedangkan kerja rodi dan poenale sanctie masih berlangsung hingga abad ke-19. Pemerintah mulai campur tangan untuk melindungi hak-hak buruh melalui undang-undang ketenagakerjaan pada abad ke-20 guna menciptakan keadilan sosial
13. surat kredit berdokumen dalam negeriGindha Wayka
1. Surat kredit berdokumen dalam negeri (SKBDN) memberikan jaminan pembayaran secara tertulis oleh bank atas penyerahan barang dan dokumen yang sesuai.
2. SKBDN dimaksudkan untuk memperlancar transaksi perdagangan dalam negeri serta sebagai alternatif pembiayaan.
3. Para pihak yang terlibat dalam SKBDN antara lain pembeli barang, penjual, bank penerbit, dan bank penerima.
12. perjanjian perdagangan ekspor imporGindha Wayka
This document discusses export-import agreements and trade. It defines sale and purchase agreements, the obligations of sellers, and types of sale and purchase. It also defines exports and imports, factors influencing export development in Indonesia, and efforts to increase exports. It outlines import reasons, categories of imported goods, and import policies. It discusses payment methods for exports, including letters of credit, and the parties and process involved in opening letters of credit. Finally, it outlines the advantages of using letters of credit for both exporters and importers.
Perlindungan hukum rahasia dagang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. Rahasia dagang adalah informasi bisnis atau teknologi yang bernilai ekonomi, dirahasiakan, dan dilindungi pemiliknya. Perlindungan termasuk larangan penggunaan dan pengungkapan rahasia dagang tanpa izin pemilik serta sanksi pidana bagi pelanggar.
The document discusses corporate governance in Indonesia. It notes that Indonesian companies are typically closed with concentrated ownership within families or close relatives. Management styles tend to be indecisive and closed. Weaknesses of Asian Southeast countries including Indonesia include low quality investments, excessive business diversification by large business groups, high debt levels including unhedged short-term foreign debt, ineffective roles of directors and commissioners, weak internal controls, low audit systems, and lack of transparency. Good corporate governance is important for private sector companies to play a main role in development, including generating tax revenue, job creation, and technology and management skills transfer.
2. Dasar dari adanya tanggung jawab produk adalah
perjanjian antara para pihak atau perbuatan melawan
hukum, maka berdasarkan hukum Indonesia, ketentuan-
ketentuan yang berkaitan dengan hal tersebut (Pasal
1338 dst., Pasal 1365 dst.)
Konsumen yang dirugikan oleh suatu produk dapat
menuntut atas dasar wanprestasi (breach of contract),
seperti halnya pada perjanjian-perjanjian lainnya (asas
no privity – no liability)
Tanggung Jawab Produk dalam
Hukum Perlindungan Konsumen
3. Perjanjian baku adalah perjanjian berbentuk tertulis
yang telah digandakan berupa formulir-formulir, yang
isinya telah distandardisasi atau dibakukan terlebih
dahulu secara sepihak oleh pihak yang menawarkan
(dalam hal ini pelaku usaha), serta ditawarkan secara
massal, tanpa mempertimbangkan perbedaan kondisi
yang dimiliki konsumen.
Berhubung isi perjanjian baku telah ditetapkan secara
sepihak oleh pelaku usaha, maka pada umumnya, isi
kontrak baku tersebut akan lebih banyak memuat hak-
hak pelaku usaha dan kewajiban-kewajiban konsumen
ketimbang hak-hak konsumen dan kewajiban-
kewajiban pelaku usaha.
4. Yusuf Sofie menyatakan
bahwa akibat
penyalahgunaan asas
kebebasan berkontrak yang
dilakukan oleh pelaku usaha
untuk menjamin hak-haknya
terhadap konsumen sekaligus
mengecualikan kewajiban-
kewajibannya terhadap
konsumen dengan
mempraktikkan klausula-
klausula baku (one–sided
standard form contract) dan
klausula pengecualian
(exemption clauses).
Menurut Sunaryati Hartono,
asas kebebasan berkontrak
telah menyeret masyarakat
Eropa dan seluruh dunia ke
dalam jurang pengangguran
dan kelaparan.
5. Pada mulanya hanya dikenal perlindungan
berdasarkan privity of contract, kemudian
sudah dikenal tort of negligence yang
berdasarkan pada asas umum yaitu duty of
care, yaitu kewajiban untuk berhati-hati bagi
setiap orang dalam suatu situasi konkret
terhadap kepentingan orang lain.
Kemudian timbul perkembangan lebih lanjut,
yaitu adanya ajaran yang melihat tanggung
jawab pihak produsen atas dasar negligence
(kelalaian).
Knottenbelt berpendapat bahwa
kewajiban untuk berhati-hati ini bukan
hanya dibebankan kepada produsen
berdasarkan kepatutan (billijkkheid),
tetapi juga kewajiban ini ditujukan
terhadap konsumen sebagai
pencegahan timbulnya kerugian.
Di Inggris
6. Di Amerika Serikat
Menurut Endang Saefullah, Product Liability untuk produk makanan
baru dikenal sekitar 60 tahun yang lalu.
Namun sejak lama dapat menggugat berdasarkan adanya jaminan
(warranty) yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan suatu
kontrak.
Sampai akhir abad ke-15 tidak ada tuntutan yang dapat diajukan ke
depan pengadilan terhadap suatu janji, kecuali untuk kontrak yang
dibuat di atas kertas bermaterai (contract under seal).
Kemudian pada abad ke-19 terjadi penggabungan antara warranty dan
promise, dan berlaku ketentuan bahwa penjual bertanggungjawab atas
semua kerugian akibat adanya pelanggaran atas jaminannya.
Kemudian dikenal pula implied warranty yang mempunyai kekuatan
yang sama dengan express warranty.
7. Strict liability hanya
diterapkan terhadap
kerugian yang diderita
oleh konsumen akhir (end
consumer).
Strict Liability hanya
diterapkan untuk
professional seller.
Finz dalam mengomentari Restatement section
402 A mengemukakan elemen-elemen penting
agar dapat diterapkan dalam bidang Product Liability:
01
02
03
Produk tiba di tangan
konsumen tanpa
mengalami perubahan
substansial.
8. Kondisi produk yang
berbahaya secara tidak
wajar/tidak beralasan
(unreasonably dangerous
condition).
Keadaan produk
tersebut memang
cacat.
Di negara-negara Eropa berdasarkan Diarectove, pembuat suku
cadang dapat dikenai tanggung jawab dengan alasan:
9. Amerika Serikat yang mengalami perkembangan pesat dalam bidang Hukum
Tanggung Jawab Produsen dapat pula dijadikan sebagai perbandingan.
Dalam kasus Mac Pherson v Buick Motor Co, Gunawan dan Toar melihat Hakim
Cardozo sebagai peletak dasar prinsip-prinsip Product Liability modern. Dalam
kasus ini maka Privity of Contract yang tadinya disyaratkan agar penggugat dapat
menuntut ganti rugi, menjadi tidak penting lagi.
10. 01
Tuntutan berdasarkan perbuatan melanggar hukum
yaitu berdasarkan prinsip tanggung jawab yang
didasarkan pada unsur kesalahan dimana penggugat
yang harus membuktikan adanya kesalahan itu,
kadang-kadang menyulitkan penggugat.
Endang Saefullah mengemukakan bahwa ada beberapa
kesulitan yang dihadapi oleh konsumen sehingga di bidang
Product Liability di Amerika Serikat berkembang prinsip
tanggung jawab mutlak antara Lain:
02
Oleh karena tuntutan harus
melalui pengadilan, maka
biasanya makan waktu yang lama.
03
Tuntutan melalui pengadilan juga
memerlukan biaya yang cukup
besar.
11. Pertanggungjawaban
hukumnya tanpa
mempersoalkan adanya
unsur kesalahan baik yang
berupa kesengajaan
ataupun kelalaian.
Pertanggungjawaban
hukum atas setiap
perbuatan atau aktivitas
yang menimbulkan
kerugian terhadap jiwa
atau harta orang lain.
Leereed yang dikutip Yahya Harahap mengemukakan
bahwa Strict Liability ditegakkan atas prinsip:
12. Komar Kantaatmadja, pilihan atas kedua sistem tersebut akan
tergantung pada sistem mana yang paling efektif dalam setiap keadaan
dan harus dilihat secara kasuistis.
Sistem ganti rugi mutlak lebih sederhana dalam pembuktian dan proses
penyelesaiannya, tetapi terbatas dalam pemberian ganti rugi, baik
dalam jenis kerugian yang dapat dituntut maupun dalam jumlah
tertinggi yang dapat dituntut.
Sedang dalam sistem ganti rugi penuh
(Absolute Liability) ada kewajiban
pembuktian dan proses hukum yang
kompleks, tetapi dengan kemungkinan
jumlah dan jenis ganti rugi yang dapat
dituntut yang lebih luas.
13. Khususnya menyangkut tanggung jawab mutlak
pihak produsen/pelaku usaha, meskipun UUPK
mengatakan bahwa beban pembuktian mengenai
kesalahan telah dibebankan kepada pihak pelaku
usaha, namun hal tersebut tidaklah secara
“gamblang” mempermudah usaha konsumen dalam
mengajukan gugatan hukum kepada pelaku usaha
dalam proses peradilan.
Keadaan konsumen di Indonesia
14. Hal ini dapat diketahui dari isi Pasal 19 ayat (1) juncto Pasal 28 UUPK yang
menyatakan sebagai berikut :
Pasal 19 ayat (1) UUPK :
Pelaku usaha bertanggungjawab memberikan ganti rugi atas kerusakan,
pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang
dan/atu jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
UUPK menganut strict liability sebagai derivasi dari
pertanggungjawaban berdasarkan perbuatan melawan
hukum (tortious liability), dimana terjadi pengalihan beban
pembuktian kesalahan dari konsumen kepada pelaku usaha.
15. A
B
Paradigma yang dipakai dalam UUPK belum
merupakan perdagangan yang dilakukan melalui
media elektronik. Namun demikian prinsip-
prinsip dasar dan hak-hak dasar dalam UUPK
kiranya dapat digunakan dalam menganalis
tanggungjawab dalam transaksi elektronik.
Bahwa kedepan dalam transaksi elektronik
dapat diterapkan tanggung jawab mutlak (strict
liability) melalui pembuktian terbalik dan dapat
juga dilakukan gugatan class action, hal tersebut
mengingat transaksi elektronik dilakukan tanpa
tatap muka (faceless) dan penuh dengan risiko.
16. Alasan penting mengapa diperlukan
beban pembuktian terbalik dalam
transaksi elektronik, adalah sudah
selayaknya beban pembuktian yang
terkait dengan teknologi informasi
dibebankan kepada pemilik teknologi
tinggi, bukan kepada konsumen.
Tepatlah apabila dalam e-commerce
diberlakukan beban pembuktian
terbalik, karena akan sangat
menyulitkan pihak yang tidak
menguasai teknologi.
17. Dasar pemikiran dari Teori Pembalikan Beban Pembuktian
adalah seseorang dianggap bersalah, sampai yang
bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya.
Asas ini cukup memberikan perlindungan bagi konsumen
dalam transaksi walaupun pelaksanaannya agak sulit.
18. Pertama, secara sosial ekonomi dan
penguasaan teknologi kedudukan
konsumen lemah dibandingkan
dengan kedudukan
pengusaha/perusahaan, walaupun di
mata hukum semua memiliki
kedudukan yang sama.
Kedua, prinsip kesejajaran
kedudukan pengusaha dengan
konsumen tidak dengan sendirinya
membawa konsekuensi konsumen
harus membuktikan semua unsur
perbuatan melawan hukum.
Penerapan beban pembuktian terbalik
sangatlah adil dalam hukum perlindungan
konsumen di bidang e-commerce, dengan
pertimbangan: