1. Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan
kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang, karena tumbuh kembang anak
akan sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan. Selanjutnya berat
lahir yang normal menjadi titik awal yang baik bagi proses tumbuh kembang pasca lahir,
serta menjadi petunjuk bagi kualitas hidup selanjutnya, karena berat lahir yang normal
dapat menurunkan risiko menderita penyakit degeneratif pada usia dewasa.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Angka kejadian di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara
2. 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang
2.1%-17,2%.
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir
yang dilaksanakan pada tahun 2002-2003, perkiraan angka kematian ibu sebesar 307 per
100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2004 di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan survey
kesehatan daerah dan dari survey tersebut diperoleh angka kematian ibu sebesar 155 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu Provinsi Jawa Barat pada tahun
2006 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 101 per 100.000 kelahiran hidup
(DinKes, 2006).
Menurut Setianingrum (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
kejadian BBLR adalah karakteristik ibu hamil (umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar
hemoglobin, status gizi ibu hamil, dan penyakit pada saat kehamilan), pemeriksaan
kehamilan atau Antenatal Care (ANC),kondisi lingkungan dan tingkat sosial ekonomi
ibu hamil. Hal ini didukung oleh penelitian dari Nurfiqiyana (2009) yang menyatakan
bahwa, ada hubungan antara usia ibu, status gizi ibu hamil dan riwayat penyakit dengan
kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). Begitu pula pada ibu hamil yang terkena
paparan asap rokok berpeluang 3,719 kali lebih besar mengalami kelahiran prematur
(Amiruddin, 2006).
Pendidikan yang dijalani seseorang juga memiliki pengaruh pada peningkatan
kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan
dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima
perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah
(Depkes RI, 2002).
Kecamatan Singaparna terbagi menjadi 11 desa,berdasarkan data dari Puskesmas
Singaparna I jumlah kelahiran pada tahun 2009 ada 700 kelahiran dan pada tahun 2010
ada 694 kelahiran dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) sebanyak 14 bayi
(tahun 2009) dan 25 bayi (tahun 2010) (Profil Singaparna2012).
Berdasarkan hal tersebut di atas,maka penulis bermaksud melakukan penelitian
lebih lanjut dengan memfokuskan pembahasan dengan judul pengaruh usia ibu, status
gizi, riwayat penyakit, dan keterpaparan asap rokok terhadap kejadian bayi berat lahir
rendah (BBLR) di Puskesmas Singaparna, Tasikmalaya.
3. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan bahwa kurangnya pengetahuan
tentang kebutuhan gizi serta masih banyaknya ibu hamil yang mengalami masalah gizi
seperti kurang energi kronis serta status sosial ekonomi keluarga yang minim dapat
mempengaruhi pertumbuhan bayi yang dikandungnya juga mempengaruhi kehamilan dan
mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil rumusan masalah penelitian
sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh usia ibu, status gizi, riwayat penyakit dan
keterpaparan asap rokok terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Puskesmas
Singaparna, Tasikmalaya?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia ibu, status gizi, riwayat
penyakit dan keterpaparan asap rokok terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR)
di Puskesmas Singaparna, Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh usia ibu terhadap risiko kejadian bayi berat lahir
rendah.
b. Untuk mengetahui pengaruh status gizi terhadap risiko kejadian bayi berat lahir
rendah.
c. Untuk mengetahui pengaruh riwayat penyakit pada ibu terhadap risiko kejadian
bayi berat lahir rendah.
d. Untuk mengetahui adanya keterpaparan asap rokok terhadap risiko kejadian bayi
berat lahir rendah.
e. Untuk mengetahui pengaruh yang paling dominan terhadap risiko kejadian bayi
berat lahir rendah.
4. D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan mampu mengembangkan keterampilan dalam
mempraktekkan metode bidang kesehatan anak dan maternitas tentang pengaruh usia
ibu, status gizi, riwayat penyakit dan keterpaparan asap rokok pada ibu hamil terhadap
kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).
2. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan menjadi acuan dan perbandingan atau referensiuntuk
penelitian hal serupa di masa yang akan datang sebagai tindak lanjut.
3. Bagi Puskesmas Singaparna
Penelitian ini dapat digunakan sebagaimasukan dalam mengelola dan
memberikan pelayanan kesehatan serta untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu hamil.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah dan memperkuat ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan masalah bayi berat lahir rendah.
E. Keaslian Penelitian
Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang mendukung penelitian ini
yaitu penelitian dari Sugiyanto (2002) dengan judul Hubungan Tekanan Darah dan Kadar
Haemoglobin Pada Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUD
Cibabat Cimahi Provinsi Jawa Barat. Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory
dengan desain penelitian kasuskontrol dengan pendekatan retrospektif. Hasil penelitian
ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara tekanan darah dan kadar haemoglobin
pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada judul
yaitu Pengaruh Usia Ibu Status Gizi Riwayat Penyakit dan Keterpaparan Asap Rokok
Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Puskesmas Singaparna,
Tasikmalaya. Desain penelitian cross sectional. Variabelbebasnya yaitu usia ibu, status
gizi, riwayat penyakit dan keterpaparan asap rokok, variabel antaranya jarak kelahiran,
5. paritas, kadar hemoglobin, pemeriksaan kehamilan, kondisi lingkungan dan tingkat sosial
ekonomi ibu hamil, dan variabel terikatnya adalah bayi berat lahir rendah (BBLR).
Penelitian dari Nurfiqiyana (2009) yang berjudul Hubungan Karakteristik Ibu
Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekardjo Purwokertoengan. Jenis penelitian ini adalah dengan metode survei serta
pendekatan case control. Hasilpenelitian ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan
antara karakteristik ibu dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Perbedaan pada
penelitian ini terletak pada judul yaitu Pengaruh Usia Ibu Status Gizi Riwayat Penyakit
dan Keterpaparan Asap Rokok Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Puskesmas Singaparna, Tasikmalaya. Desain penelitian cross sectional. Variabel
bebasnya yaitu usia ibu, status gizi, riwayat penyakit dan keterpaparan asap rokok,
variabel antaranya jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, pemeriksaan kehamilan,
kondisi lingkungan dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil, dan variabel terikatnya adalah
bayi berat lahir rendah (BBLR).
Penelitian dari Setianingrum (2005) yang berjudul Hubungan Antara Kenaikan
Berat Badan,Lingkar Lengan Atas,dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III
dengan Berat Bayi Lahir di Puskesmas Ampel I Boyolali Tahun 2005. Jenis penelitian ini
adalah explanatory research dengan metode survei serta pendekatan cross sectional.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara kenaikan berat badan,
lingkar lengan atas,dan kadar haemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir rendah
(BBLR). Perbedaan pada penelitian ini terletak pada judul yaitu Pengaruh Usia Ibu Status
Gizi Riwayat Penyakit dan Keterpaparan Asap Rokok Terhadap Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) di Puskesmas Singaparna, Tasikmalaya. Desain penelitian cross
sectional. Variabelbebasnya yaitu usia ibu, status gizi, riwayat penyakit dan keterpaparan
asap rokok, variabel antaranya jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, pemeriksaan
kehamilan, kondisi lingkungan dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil, dan variabel
terikatnya adalah bayi berat lahir rendah (BBLR).
Penelitian dari Amiruddin (2006) yang berjudul Risiko Asap Rokok dan Obat-
obatan Terhadap Kelahiran Prematur di Rumah Sakit St. Fatimah Makassar. Jenis
penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain penelitian case control. Hasil
penelitian ini menjelaskan bahwa pada ibu hamil yang terkena paparan asap rokok
berpeluang mengalami kelahiran prematur dan faktor resiko keterpaparan obat belum
6. dapat dibuktikan mempengaruhi kejadian persalinan prematur. Perbedaan pada penelitian
ini terletak pada judul yaitu Pengaruh Usia Ibu Status Gizi Riwayat Penyakit dan
Keterpaparan Asap Rokok Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Puskesmas Singaparna, Tasikmalaya. Desain penelitian cross sectional. Variabel
bebasnya yaitu usia ibu, status gizi, riwayat penyakit dan keterpaparan asap rokok,
variabel antaranya jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, pemeriksaan kehamilan,
kondisi lingkungan dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil, dan variabel terikatnya adalah
bayi berat lahir rendah (BBLR).
Penelitian dari Mutalazimah (2005) yang berjudul Hubungan Lingkar Lengan
Atas (LILA) dan Kadar Hemoglobin (Hb) Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir di RSUD
dr. Moewardi Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik
dengan desain penelitian cross sectional. Hasilpenelitian ini menjelaskan bahwa status
gizi ibu hamil bisa diketahui dengan mengukur ukuran lingkar lengan atas, bila kurang
dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut termasuk KEK dan bila kadar Hb dalam darah
kurang dari 11 gr % maka tergolong anemia. Dari penelitian ini terdapat hubungan antara
lingkar lengan atas (LILA) dan kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil dengan kejadian berat
bayi lahir rendah. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada judul yaitu Pengaruh Usia
Ibu Status Gizi Riwayat Penyakit dan Keterpaparan Asap Rokok Terhadap Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Puskesmas Singaparna, Tasikmalaya. Desain penelitian
cross sectional. Variabelbebasnya yaitu usia ibu, status gizi, riwayat penyakit dan
keterpaparan asap rokok, variabel antaranya jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin,
pemeriksaan kehamilan, kondisi lingkungan dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil, dan
variabel terikatnya adalah bayi berat lahir rendah (BBLR).
7. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. BBLR
a) Pengertian
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan
low birth weight baby (bayidengan berat lahir rendah = BBLR). Halini
dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir bayi premature (Wiknjosastro, 2007).
Menurut Manuaba (1998), istilah prematuritas telah diganti dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena umur hamil kurang dari
37 minggu dan berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun cukup umur,
atau karena kombinasi keduanya.
Menurut Jumiarni dan Mulyani (1995), BBLR adalah neonatus dengan
berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram).
Dahulu bayi ini dikatakan prematur kemudian disepakati disebut low birth weight
infant atau Berat BayiLahir Rendah (BBLR). Karena bayitersebut tidak
8. selamanya prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih
bulan.
Jadi disini jelas bahwa yang dimaksud dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
disebabkan karena lahir kurang bulan atau cukup bulan yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah lahir.
Manuaba (1998), menyatakan bahwa sebagai gambaran umum bayi berat
lahir rendah mempunyai karakteristik :
1. Berat kurang dari 2.500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala relatif lebih besar
7. Kulit tipis transparan,rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas).
b) Penyebab
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor
resiko BBLR yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor ibu,
janin, dan plasenta. Diantara faktor-faktor tersebut, masalah anemia defisiensi
besi (ADB) selama kehamilan merupakan salah satu faktor resiko adanya indikasi
kelahiran premature, BBLR, dan peningkatan kematian prenatal (Warouw dan
Wiriadinata, 2002).
Selain itu, penyebab terjadinya BBLR bisa karena kurang suplai gizi
waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Masalah pada plasenta juga
berperan penting pada terjadinya BBLR, karena oksigen dan nutrisi tidak
9. tersalurkan dengan baik. Penyakit-penyakit tertentu saat hamil yang perlu
diwaspadai dapat menimbulkan BBLR adalah toxoplasmosis,rubella,
cytomegalovirus dan sipilis serta penyakit-penyakit infeksi lainnya. Juga penyakit
pada ibu seperti penyakit jantung dan hipertensi. Seorang wanita yang pernah
mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan akan mengalaminya lagi pada
kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan dia menderita tekanan
darah tinggi menahun.
c) Klasifikasi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) di bagi atas 2 golongan yaitu:
a. Prematunitas
Prematuritas adalah bayi lahir pada kehamilan kurang dan 37 minggu
dengan berat badan yang sesuai.(Wiknjosastro H,2007)
Tanda dan gejala
Tanda-tanda dan gejala bayi Prematur menurut Surasmi
Asrining, dkk, tahun 2006 antara lain:
a) Berat badan kurang dari 2500 gra
b) Panjang badan kurang dari 45 cm
c) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
d) Lingkar dada kurang dari 30 cm
e) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f) Jaringan lemak sempurna. Labia minora belum tertutup oleh Labia
bayora pada bayi perempuan dan pada bayi laki-laki testis belum turun
ke dalam Skrotum.
g) Pernafasan sekitar 45-50 kali permenit
h) Frekuensi Nadi 100 – 140 kali permenit. (Saifuddin AB,2009)
Penyebab Prematuritas
10. Sampai sekarang penyebab terjadinya kelahiran premature belum
diketahui. Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya kelahiran premature,yaitu:
a. Faktor Ibu
(1) Malnutrisi
(2) Jarak dua kelahiran yang terlalu dekat
(3) Umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
(4) Penyakit jantung atau penyakit kronik lainnya
(5) Melahirkan anak ≥ 4
b. Faktor Janin
(1) Cacat bawaan
(2) Kehamilan ganda
(3) lnfeksi dalam rahim
c. Faktor Placenta
(1) Palacenta Prefia
(2) Solusio Placenta.(SurasmiA, dkk,2006)
Komplikasi
a) Sindrom gangguan pernapasan indiopatik (penyakit membranhialin).
b) Pneumonia aspirasi, karena refleks batuk dan menelan belum
sempurna.
c) Pendarahan spontan pada fertikel otak lateral, akibat anoksia otak.
d) Hiperbilirubinemia, karena fungsi hati belum matang.
e) Hipotermia. (Wiknjosastro H,2007)
b. Dismaturitas
11. Dismaturitas adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya kurang
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu.
Dengan definisi tersebut, dismaturitas dapat menjadi preterm, aterm atau posterm
(Surasmi Asrining,dkk, 2006).
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala klinis yang tampak sangat bervariasi karena
dismatur dapat menjadi preterm, aterm dan posterm. Bayi dismatur
preterm akan terlihat gejala fisik bayi premature ditambah dengan gejala
retardasipertumbuhan dan pelusitan. Pada bayi cukup bulan dan posterm
dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah pelusitan.
Penyebab Dismaturitas
Faktor yang dapat menimbulkan dismaturitas janin atau IUGR
diantaranya:
a) Faktor Ibu
(1) Malnutrisi
(2) Penyakit ibu: Hipertensi, Penyakit paru-paru, Eklamsi.
(3)Komplikasi hasil: Preklamsi, Eklamsi, Pendarahan
Antepartum.
(4)Kebiasaan ibu: Merokok, peminum alkohol.
b) Faktor Uterus dan Placenta
(1)Gangguan pembuluh darah
(2)Gangguan insersi tali pusat
(3)Kelainan bentuk placenta
(4)Perkapuran placenta
c) Faktor Janin
12. (1)Kelainan kromosom
(2)Hamil ganda
(3)lnfeksi dalam rahim
(4)Cacat bawaan. (SurasmiA, dkk. 2006)
Komplikasi Dismaturitas
a) Sindrom Aspirasi Mekonium
Keadaan hipoksia intra uterine akan mengakibatkan janin
mengalami gasping dalam vetus, mekonium dan akan dilepaskan
dan bercampur dengan cairan amniom, cairan yang mengandung
mekonium itu masuk kedalam paru janin karena inhalasi. Pada
saat bayi lahir akan menderita gangguan pernapasan.
b) Hipoglikemia Simptomatik
Penyebab belum jelas tapi mungkin sekali disebabkan oleh
persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi dismaturitas.
c) Asfiksia Neonatorum
d) Penyakit membran hialin
Hal ini karena sulfaktan paru belum cukup terutama bila masa
gestasi kurang dari 35 minggu.
e) Hiperbilirubinemia
Mungkin disebabkan gangguan pertumbuhan hati (Surasmi
A,dkk.2006)
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu
proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Menurut Setianingrum (2005),
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir rendah adalah sebagai berikut :
13. 1. Faktor Lingkungan Internal
Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir
meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu
hamil, dan penyakit pada saat kehamilan.
a. Usia Ibu Hamil
Usia ibu di bawah 20 tahun
Dimana umur kurang dari 20 tahun pada umumnya secara fisik
alat reproduksinya belum matang untuk menerima hasil konsepsi dan dari
segi psikis atau emosi dan kejiwaannya seorang wanita yang berumur
terlalu muda belum cukup dewasa untuk menjadi seorang ibu. Ibu yang
hamil kurang dari 20 tahun merupakan kehamilan yang sangat berisiko,
baik terhadap dirinya maupun terhadap bayi yang dikandungnya karena
pertumbuhan linear (tinggi badan) pada umumnya baru selesai pada usia
16-18 tahun dan dilanjutkan dengan pematangan pertumbuhan rongga
panggul beberapa tahun setelah pertumbuhan linear selesai yaitu pada
usia 20 tahun. Akibat terhadap dirinya (hamil pada usia kurang dari 20
tahun) meliputi komplikasi persalinan dan gangguan penyelesaian
pertumbuhan optimal karena masukan gizi tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan dirinya yang masih tumbuh (FKM UI, 2007).
Usia ibu di atas 35 tahun
Sedangkan pada umur lebih dari 35 tahun, elastisitas panggul dan
sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami
kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan dapat
menyebaban lahirnya bayi dengan berat rendah (Manuaba, 1998).
Sebagian besar wanita yang berusia di atas 35 tahun mengalami
kehamilan yang sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula. Namun
beberapa penelitian menyatakan semakin matang usia ibu dihadapkan
pada kemungkinan terjadinya beberapa risiko tertentu, termasuk risiko
kehamilan. Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan
berakibat terhadap kehamilan di atas 35 tahun adalah munculnya masalah
kesehatan yang kronis (Anonim, 2003). Selain itu, seorang wanita yang
memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter lebih mungkin memiliki
14. panggul yang sempit. Wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang
sangat kecil.
b. Jarak Kehamilan/Kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga
berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih,
karena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum
cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini
merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi
yang dilahirkan (Sitorus, 1999).
c. Paritas
Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan,
prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti
khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas dikatakan
tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak keempat atau lebih. Seorang
wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan
kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah.
d. Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang
dilahirkan. Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar
hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Data Depkes RI diketahui bahwa lebih dari
50% ibu hamil menderita anemia.
e. Status Gizi Ibu Hamil
Menurut Almatsier (2001), status gizi dapat diartikan sebagai keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Berdasarkan pengertian diatas status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil.
Soetjiningsih (1995), menyatakan bahwa gizi ibu pada waktu hamil sangat
penting untuk pembuahan janin yang dikandungnya. Angka kejadian BBLR
lebih tinggi di negara-negara yang sedang berkembang daripada di negara-
negara yang sudah maju. Halini disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi yang
rendah mempengaruhi diet ibu.
Gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan maka pemantauan
gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Ibu yang kurus dan selama
15. kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai 10
kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR.
Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg
atau 20% dari berat badan sebelum hamil. Supariasa, dkk (2003), menyatakan
bahwa status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan, apabila status gizi ibu buruk sebelum dan selama kehamilan akan
menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Menurut Notoatmodjo (2007), untuk mendukung berbagai proses
pertumbuhan janin yang dikandung ini maka kebutuhan makanan sebagai
sumber energi juga meningkat. Demikian pula kebutuhan protein dan vitamin
meningkat, kebutuhan berbagai mineral khususnya Fe dan Calsium juga
meningkat. Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin dan mineral yang
meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil,
akan terjdi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat berakibat :
Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut BBLR.
Kelahiran prematur (lahir belum cukup umur kehamilan).
Lahir dengan berbagai kesulitan, dan lahir mati.
Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil yaitu Kekurangan Energi
Kronis (KEK) dan anemia gizi. Salah satu cara untuk mengetahui apakah ibu
hamil menderita KEK atau tidak bila ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA)
kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut dikatakan KEK atau kurang gizi
dan berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Hasil penelitian Saraswati(1998),
menunjukkan bahwa KEK pada batas 23,5 cm belum merupakan resiko untuk
melahirkan BBLR walaupun resiko relatifnya cukup tinggi. Sedangkan ibu
hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk
melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA lebih dari
23 cm. Data menunjukkan bahwa sepertiga (35,65 %) Wanita Usia Subur
(WUS) menderita KEK, masalah ini mengakibatkan pada saat hamil akan
menghambat pertumbuhan janin sehingga menimbulkan resiko pada bayi
dengan BBLR (Depkes RI, 2002). Pada ibu yang menderita kekurangan energi
dan protein (status gizi kurang) maka akan menyebabkan ukuran plasenta lebih
kecil dan suplai nutrisi dari ibu ke janin berkurang, sehingga terjadi retardasi
perkembangan janin intrauterin dan bayi dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).
16. f. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi
masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil
dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik
dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita
dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan
bayi yang dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes
RI, 2000). Pemeriksaan kehamilan harus dilakukan secara berkala,yaitu :
Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu
Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 – 36 minggu
Setiap minggu atau satu kali seminggu selama kehamilan 36 minggu sampai
masa melahirkan.
g. Penyakit Saat Kehamilan
Riwayat penyakit ibu didefinisikan sebagai penyakit yang sudah diderita
oleh ibu sebelum kehamilan atau persalinan atau penyakit yang timbul selama
kehamilan yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetric langsung, akan tetapi
diperburuk oleh pengaruh fisiologik akibat kehamilan sehingga keadaan ibu
menjadi lebih buruk. Kematian maternal akibat penyakit yang diderita ibu
merupakan penyebab kematian maternal tidak langsung (indirect obstetric
death) (Fibriana, 2007). Kehamilan sering terjadi bersamaan dengan infeksi
yang dapat mempengaruhi kehamilan atau sebaliknya memberatkan infeksi.
Disamping itu terdapat beberapa infeksi yang dapat menimbulkan kelainan
kongenital, sehingga kombinasi tersebut memerlukan pengobatan yang intensif
dan melakukan pengakhiran kehamilan (Manuaba, 1998).
Penyakit infeksi tersebut seperti :
1. Infeksi virus pada kehamilan.
a. Rubela (campak jerman) : infeksi pada kehamilan dapat menimbulkan
kelainan bawaan sehingga perlu dilakukan pengakhiran kehamilan. Cacat
bawaan yang ditimbulkan makin tinggi bila infeksi sudah terjadi pada
triwulan pertama sekitar 35% sampai 50% bayi yang dilahirkan. Bentuk
kelainan bawaan diantaranya : katarak,tuli, ikterus, kelainan kromosom,
anemia, gangguan intelegensia, dan keterlambatan pertumbuhan janin.
17. b. Sitomegalovirus : penyakit ini jarang dijumpai bersamaan dengan
kehamilan. Pengaruhnya terhadap kehamilan adalah kelainan kongenital
seperti hidrosefalus dan infeksi yang bersifat kronis seperti kelainan
darah.
c. Cacar air : tidak banyak yang terinfeksi hanya 1-7 dari 10.000 kehamilan.
Cacat lahir yang paling sering yaitu terdapat bekas luka, cacat kaki, dan
kepala yang kecil.
d. Hepatitis infeksiosa : penyakit yang disebabkan oleh virus tipe A atau
tipe B. Gambaran umum penyakit ini dapat diperberat oleh kehamilan,
sehingga manifestasi klinisnya lebih jelas seperti nafsu makan kurang
(anoreksia), panas badan meningkat, tampak ikterus (kuning), nyeri
didaerah hati (epigastrum), dan pada pemeriksaan hati dapat membesar.
Pengaruh infeksi hati terhadap kehamilan dapat dalam bentuk keguguran
atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim karena
pengaruh infeksi ini bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur
dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin
dapat terganggu atau berkurang.
e. Rubeola : penyakit ini sebagian besar terjadi pada masa anak-anak.
Penyakit rubeola pada kehamilan dapat menimbulkan keguguran,
persalinan prematur bahkan mungkin cacat bawaan.
2. Infeksi alat kelamin pada kehamilan.
a. Infeksi sifilis : disebabkan oleh Treponema pallidum yang dapat
menembus plasenta setelah kehamilan 16 minggu. Pengaruhnya terhadap
kehamilan dapat dalam bentuk persalinan prematuritas atau kematian
dalam rahim.
b. Infeksi gonorrhoea : disebabkan oleh neisseria gonorrhoea yang dapat
menimbulkan infeksi akut atau menahun. Penyakit akut dapat
menimbulkan gejala klinis seperti infeksi saluran kemih luar, nyeri saat
miksi, keputihan yang berwarna sepertinanah, encer dengan jumlah yang
banyak dan perlukaan sekitar alat genetalia bagian luar. Penyakit yang
kesembuhannya terganggu dapat menimbulkan infeksi menahun dengan
gejala klinis seperti infeksi saluran indung telur, infeksi lapisan dalam
18. rahim, dan dapat terjadi kemandulan. Sedangkan pengaruh terhadap bayi
dapat menimbulkan infeksi mata yang selanjutnya dapat menyebabkan
kebutaan.
3. Infeksi bakteria pada kehamilan.
a. Tifus abdominalis : angka kematian ibu dengan kehamilan disertai tifus
abdominalis cukup tinggi sedangkan kematian bayi sekitar 65% sampai
70%. Penyakit infeksi tifus abdominalis yang disertai panas tinggi secara
tidak langsung dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan dan dapat
terjadi keguguran, persalinan prematuritas, atau lahir mati.
b. Kolera : muntah dan diare yang berlebihan apalagi tidak terkendali dapat
membahayakan hidup ibu dan janin karena kekurangan cairan tubuh yang
fungsional. Dengan demikian, setiap muntah dan diare yang terjadi pada
kehamilan memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif melalui
pemberian cairan pengganti.
c. Infeksi tetanus : infeksi ini bisa terjadi karena pertolongan persalinan
yang kurang steril. Disamping itu kematian karena tetanus neonatorum
melalui potongan tali pusat sangat tinggi sehingga untuk mengatasi
kejadian infeksi tetanus kini diberikan vaksinasi tetanus toksoid.
4. Infeksi protozoa.
a. Malaria : bentuk serangannya berupa badan panas tinggi dapat disertai
menggigil. Infeksi ini dapat menyebabkan infeksi plasenta sehingga
makin mengganggu pertukaran nutrisi ke janin dan menimbulkan
gangguan perkembangan dan pertumbuhan janin. Infeksi malaria pada
kehamilan lebih sering terjadi serangan karena daya tahan tubuh ibu
hamil makin menurun terhadap semua bentuk infeksi.
b. Toksoplasmosis : disebabkan oleh Toksoplasmosis gondii, protozoa ini
banyak terdapat pada anjing, kucing, tikus dan binatang lainnya. Infeksi
ini tidak menimbulkan gejala tapi memiliki risiko selama kehamilan
karena bisa menginfeksi plasenta dan janin. Risiko terinfeksi paling besar
di trimester ketiga tapi tingkat keparahan congenital toxoplasmosis paling
tinggi jika terinfeksi pada trimester pertama.
19. c. Trikomonas vaginalis : merupakan infeksi yang biasanya menyerang
saluran genitourinari, uretra adalah tempat infeksi yang paling umum
pada laki-laki dan vagina pada wanita. Infeksi selama hamil dikaitkan
dengan risiko kelahiran prematur, ketuban pecah dini, BBLR, serta
berisiko rentan terkena HIV.
Semua penyakit infeksi yang terjadi pada kehamilan sangat berbahaya
baik bagi ibu maupun janin yang dikandungnya. Selain itu ada beberapa
penyakit yang mempengaruhi kejadian BBLR diantaranya yaitu :
1. Anemia
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah
anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi
dalam makanan. Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi
merupakan jenis anemia yang sering terjadi bila tubuh kekurangan zat
besi. Tubuh kita memerlukan zat besi untuk membentuk hemoglobin.
Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR),risiko perdarahan sebelum dan pada saat
persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika
ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2002).
Kadar Hemoglobin (Hb) ibu sangat mempengaruhi berat bayi
yang akan dilahirkan. Ibu hamil yang anemia karena kadar
hemoglobinnya rendah bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan jiwa
janin. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai nutrisi dan oksigen
pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap
janin.
Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia
saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan
menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik
minimal dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan
ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan
cadangan zat besinya.
20. Setyowati (2003) menyatakan bahwa berbagai gangguan akan
dialami wanita hamil dan janinnya, jika ibu menderita anemia. Pengaruh
kurang baik ini berlangsung selama kehamilan, saat persalinan atau
selama memasuki masa nifas dan masa laktasi serta waktu selanjutnya.
Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat
kehamilan, persalinan dan nifas. Pengaruh anemia saat kehamilan dapat
berupa abortus, persalinan kurang bulan, ketuban pecah dini (KPD).
Pengaruh anemia saat persalinan dapat berupa partus lama, gangguan his
dan kekuatan mengedan serta kala uri memanjang sehingga dapat terjadi
retensio plasenta. Pengaruh anemia saat masa nifas salah salah satunya
perdarahan post partum, infeksi nifas dan penyembuhan luka perineum
lama.
Menurut Manuaba (1998), jika persediaan cadangan Fe (zat besi)
minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan
akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.
2. Hipertensi
Yang dimaksud dengan hipertensi disertai kehamilan adalah
hipertensi yang telah ada sebelum kehamilan (Manuaba, 1998).
Hipertensi dalam kehamilan, yang sering dijumpai yaitu preeklamsia dan
eklamsia, apabila tidak segera ditangani akan dapat mengakibatkan ibu
kehilangan kesadaran yang berlanjut pada terjadinya kegagalan pada
jantung, gagal ginjal atau perdarahan otak yang akan mengakibatkan
kematian maternal. Pada ibu hamil kelebihan berat badan, tekanan
psikologis, stres,dan ketegangan bisa menyebabkan juga hipertensi.
Wanita yang mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi kronis)
sebelum hamil lebih mungkin mengalami masalah serius yang berpotensi
selama kehamilan. Masalah-masalah ini termasuk preeklampsia (sebuah
jenis tekanan darah tinggi yang terjadi selama kehamilan), tekanan darah
tinggi yang memburuk, janin yang tidak berkembang sebanyak yang
diharapkan, pelepasan plasenta yang premature dari rahim (placental
abruption), dan kematian waktu lahir.
21. Selama kehamilan, wanita dengan tekanan darah tinggi dipantau
ketat untuk memastikan tekanan darah dikendalikan dengan baik, ginjal
berfungsi dengan normal, dan janin berkembang dengan normal.
Meskipun begitu, pelepasan plasenta yang prematur tidak dapat dicegah
atau diantisipasi. Seringkali, bayi harus segera dilahirkan untuk
mencegah kematian waktu lahir atau komplikasi yang disebabkan oleh
tekanan darah tinggi (seperti stroke) pada wanita.
3. Penyakit Jantung
Kehamilan memerlukan kerja jantung yang lebih berat.
Konsekuensinya, kehamilan bisa memperburuk penyakit jantung atau
menyebabkan penyakit jantung untuk menghasilkan gejala-gejala untuk
pertama kali. Sekitar 1% wanita yang mengalami penyakit jantung berat
sebelum hamil menjadi meninggal sebagai akibat dari kehamilan,
biasanya karena gagal jantung. Wanita hamil dengan penyakit jantung
bisa menjadi lelah yang tak biasa dan bisa membatasi kegiatan mereka,
jantungnya berdebar-debar,serta edema tungkai atau terasa berat pada
kehamilan muda. Jarang wanita dengan penyakit jantung berat dianjurkan
untuk melakukan aborsi dini pada kehamilan. Penyakit jantung pada
wanita hamil bisa mempengaruhi janin. Menurut Manuaba (1998),
penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim dalam bentuk :
a. Dapat terjadi keguguran.
b. Persalinan prematuritas atau berat lahir rendah.
c. Kematian perinatal yang makin meningkat.
d. Pertumbuhan dan perkembangan bayi mengalami hambatan
intelegensia atau fisik.
Untuk wanita dengan beberapa jenis penyakit jantung, kehamilan
tidak dianjurkan karena meningkatkan resiko mereka pada kematian.
4. Penyakit Diabetes Mellitus
Pada beberapa wanita,diabetes terjadi selama kehamilan, gangguan ini
disebut gestasional diabetes dan biasanya terjadi pada wanita yang berusia 35
tahun atau lebih. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai
22. gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat
hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak.
Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan
hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Di
Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah
mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap
diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Resiko komplikasi selama
kehamilan bisa dikurangi dengan mengendalikan kadar gula (glukosa) di dalam
darah. Kadar tersebut harus dijaga senormal mungkin sepanjang kehamilan. Cara
untuk mengukur kadar gula darah (sepertimakanan, olahraga dan insulin) harus
dimulai sebelum kehamilan. Kebanyakan wanita hamil diminta untuk mengukur
kadar gula mereka beberapa kali sehari di rumah.
Jika diabetes kurang dikontrol awalsekali pada kehamilan, risiko
keguguran dini dan kerusakan lahir bertambah secara signifikan. Ketika diabetes
kurang dikontrol dan telat pada kehamilan, janin besar dan risiko kematian ketika
melahirkan meningkat. Air ketuban yang terlalu banyak cenderung terjadi pada
ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol. Air ketuban yang terlalu
banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan menekan diafragma ibu, hal ini
bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu atau terjadinya
persalinan premature.
Janin besar akan sulit lewat dengan mudah melalui vagina dan lebih
mungkin untuk terluka selama melahirkan normal. Risiko preeklampsia (tekanan
darah tinggi yang terjadi selama kehamilan) juga meningkat untuk wanita dengan
diabetes. Untuk wanita dengan diabetes, kebutuhan untuk insulin segera turun
secara dramatis setelah melahirkan. Tetapi kebutuhan tersebut biasanya kembali
seperti semula sebelum kehamilan dalam waktu sekitar 1 minggu. Bayi yang baru
lahir pada wanita yang mengalami diabetes meningkatkan risiko mengalami
kadar gula yang rendah, kalsium rendah, dan kadar bilirubin yang rendah di
dalam darah (Anonim, 2006).
8. Keterpaparan Asap Rokok
Selain riwayat penyakit pada ibu hamil, merokok juga berbahaya bagi ibu
dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20% wanita yang berhenti
23. merokok selama hamil. Efek yang paling sering terjadi akibat merokok selama
hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Seorang wanita hamil yang tidak
merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari orang lain karena bisa
memberikan efek yang sama terhadap janinnya (Diding, 2006). Hal ini didukung
oleh penelitian dari Amiruddin (2006), bahwa pada ibu hamil yang terkena
paparan asap rokok berpeluang 3,719 kali lebih besar mengalami kelahiran
prematur.
Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200
diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh.
Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar (mengandung bahan kimia yang
beracun yang bisa merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker), nikotin,
karbon monoksida, dsb (Rizmy, 2010). Merokok berbahaya bagi ibu dan janin
yang dikandungnya. Wanita hamil yang merokok atau menjadi perokok pasif,
menyalurkan zat-zat beracun dari asap rokok kepada janin yang dikandungnya
melalui peredaran darah. Efek yang paling sering terjadi akibat merokok selama
hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita hamil yang
merokok juga lebih rentan mengalami komplikasi plasenta, ketuban pecah
sebelum waktunya (KPD),persalinan prematur, dan infeksi rahim.
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap
rokok dari orang lain karena bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya.
Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami kekurangan yang
sifatnya ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan
perilaku. Efek ini diduga disebabkan oleh karbon monoksida yang terkandung
dalam asap rokok akan mengikat haemoglobin dalam darah. Akibatnya akan
mengurangi kerja haemoglobin yang mestinya mengikat oksigen untuk
disalurkan ke seluruh tubuh (menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke
jaringan tubuh). Selain itu, pengaruh langsung dari rokok adalah akibat nikotin
yang terkandung didalamnya. Nikotin menyebabkan denyut jantung janin
bertambah cepat.
Nikotin ini menimbulkan kontraksi pada pembuluh darah (merangsang
pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang menuju
ke plasenta dan rahim), akibatnya aliran darah ke janin melalui tali pusar janin
24. akan berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi zat makanan yang
diperlukan oleh janin. Sehingga rokok akan mengganggu distribusi zat makanan
serta oksigen ke janin. Ini meningkatkan risiko kelahiran bayi dengan berat badan
kurang, yaitu dibawah 2500 gram.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung /
eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan.
2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan
pengetahuan ibu hamil.
Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan dengan frekuensi
pemeriksaan kehamilan atau antenatalcare (ANC) yaitu pelayanan antenatal
merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga pelayanan kesehatan terhadap
ibu hamil dengan standar pelayanan antenatal(Jones, 2001). Cakupan pelayanan
antenatal dapat dipantau dengan pemberian pelayanan terhadap ibu hamil saat
kunjungan pertama (K1) dan kunjungan ulangan yang keempat kali pada
trimester ke-3 kehamilan (K4).
B. Landasan Teori
Riwayat ibu hamil yang dulu dilahirkan BBLR atau riwayat melahirkan BBLR
sebelumnya, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun juga disebutkan
sebagai faktor risiko yang harus diperhatikan. Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi
lahir dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia dibawah 20 tahun (Zaenab
dan Joeharno, 2006). Reproduksi sehat bagi wanita untuk melahirkan adalah 20-35 tahun.
Gizi yang adekuat selama hamil akan mengurangi resiko dan komplikasi pada
ibu, menjamin pertumbuhan jaringan sehingga bayi baru lahir memiliki berat badan
optimal (Anonim, 2010). Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Pudjiadi, 2003).
Ibu hamil dengan penderita anemia kemungkinan akan melahirkan bayi dengan
berat bayi lahir rendah (BBLR) atau bisa jadi salah satu penyebab kematian ibu hamil di
karenakan adanya pendarahan pada saat persalinan. Ariawan (2001) menuturkan bahwa
25. anemia gizi pada kehamilan adalah kondisi ketika kadar hemoglobin lebih rendah
daripada normal karena kekurangan satu atau lebih nutrisi esensial.
Berdasarkan penelitian, 1 dari 3 wanita yang merokok lebih dari 20 batang sehari
melahirkan bayi dengan berat badan kurang. Juga risiko kelahiran prematur meningkat,
yaitu rata-rata dua kali lipat dari wanita bukan perokok. Selain itu, risiko keguguran pada
usia kehamilan antara minggu ke 28 sampai 1 minggu sebelum persalinan empat kali
lebih tinggi dari yang bukan perokok (Amiruddin, 2006).
C. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bayi berat lahir rendah (BBLR)
diantaranya yaitu usia ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu
hamil, pemeriksaan kehamilan, penyakit pada saat kehamilan, keterpaparan asap rokok,
kondisi lingkungan dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.
Disini tidak semuanya diteliti, dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu usia
ibu, status gizi ibu hamil, riwayat penyakit dan keterpaparan asap rokok dan variabel
terikatnya yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR). Serta terdapat variabel tidak diteliti yaitu
jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, pemeriksaan kehamilan, kondisi lingkungan
dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.
Faktor Lingkungan Internal :
Faktor Lingkungan Eksternal :
1. usia ibu
2. status gizi ibu hamil
3. penyakit pada saat
kehamilan
4. kadar hemoglobin
5. jarak kelahiran
6. paritas
7. pemeriksaan
kehamilan
Bayi Berat Lahir
Rendah ( BBLR)
1. Keterpaparan Asap
Rokok
2. kondisi lingkungan
3. tingkat sosial ekonomi
ibu
26. Keterangan :
= Variabel tidak diteliti
= Variabel yang diteliti
Gambar 2.1. Kerangka Teori Pengaruh Usia Ibu, Status Gizi, Riwayat Penyakit,
dan Keterpaparan Asap Rokok terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Puskesmas Singaparna, Tasikmalaya (Nurfiqiyana, 2009; Amiruddin,
2006; Setianingrum, 2005)
D. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Pengaruh Usia Ibu, Status Gizi, Riwayat Penyakit,
dan Keterpaparan Asap Rokok terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Puskesmas Singaparna Tasikmalaya
BBLR
Usia Ibu
Status Gizi
Ibu Hamil
Riwayat
Penyakit
Keterpaparan
Asap Rokok
27. E. Hipotesis Penelitian
Hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor usia ibu mempengaruhi bayi berat lahir rendah (BBLR).
2. Faktor status gizi mempengaruhi bayi berat lahir rendah (BBLR).
3. Faktor riwayat penyakit mempengaruhi bayi berat lahir rendah (BBLR).
4. Faktor keterpaparan asap rokok mempengaruhi bayi berat lahir rendah (BBLR).
5. Faktor riwayat penyakit merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi bayi
berat lahir rendah (BBLR).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah salah satu bentuk rancangan penelitian deskriptif
analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian deskriptif yaitu suatu
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
mendeskripsikan suatu keadaan secara objektif, sedangkan penelitian analitik adalah
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu bisa
terjadi. Desain cross sectional merupakan suatu penelitian dimana variabel-variabel yang
termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus
pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005).
B. Paradigm Penelitian
Paradigma penelitian sebagai model relasasi anatar variabel – variabel dalam
suatu kajian penelitian. Paradigma dalam penelitian ini digambarkan sebaga berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
1. Usia Ibu
2. Status Gizi Ibu Hamil
3. Penyakit Pada Saat
Kehamilan
4. Keterpaparan Asap
Rokok
Bayi Berat Lahir
Rendah ( BBLR)
28. 3.
4.
5.
Gambar 3. 1 Hubungan Antar Variabel
Hubungan antara variabel dalam penelitian ini adalah asimetris berarti
variabel yang satu mempengaruhi yang lain. Dalam penelitian ini termasuk
penelitian bivariat antara variabel usia ibu, status gizi ibu hamil, penyakit pada saat
kehamilan, dan keterpaparan asap rokok terhadap kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).
D. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain
(Notoatmodjo, 2005).
Variabel dalam penelitian ini menggunakan :
1. Variabel bebas (independen) adalah variabelyang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas (independent) dalam
penelitian ini adalah usia ibu, status gizi ibu, riwayat penyakit dan keterpaparan
asap rokok.
2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena variabel bebas (Hidayat, 2007). Variabel terikat (dependent) dalam
penelitian ini yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR).
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
29. Variabel
Bebas :
1. Usia ibu
2.Status
gizi ibu
3.Riwayat
penyakit
4.Keterpap
aran asap
rokok
Umur ibu
dilihat saat
pengambilan
data dari KTP
ibu.
Keadaan gizi
ibu pada waktu
kehamilan.
Adanya riwayat
penyakit yang
diderita ibu
selama
kehamilan.
Adanya ibu
sebagai perokok
aktif atau
perokok pasif
yang terpapar
asap rokok dari
keluarga yang
satu tempat
tinggal dengan
ibu atau selama
berada di
tempat umum
selama
kehamilan.
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
0. 20-35 tahun
1.<20 tahun
2. >35 tahun
0. Baik
1. Cukup
2. Kurang
0. Tidak ada
penyakit yang
diderita ibu
1. Ada salah
satu penyakit
yang diderita
ibu
0. Tidak
terpapar
1. Terpapar
Nominal
Ordinal
Nominal
Nominal
30. Variabel
Terikat
BBLR Bayi yang lahir
dengan berat <
2.500 gram.
Ditimbang Timbang-
an bayi
0.Lahir
cukup bulan
1.Lahir
kurang bulan
Ordinal
F. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang
akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
keseluruhan ibu yang melahirkan hidup yang tercatat dalam data Puskesmas yaitu
sebanyak 39 kelahiran dengan BBLR pada tahun 2010-2011.
2. Sampel
Pada penelitian ini digunakan total sampling yaitu menggunakan seluruh populasi
sebagai sampel penelitian sebanyak 39 dengan teknik purposif sampling.
Kriteria sampel adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
a. Bersedia menjadi responden.
b. Responden adalah ibu yang melahirkan hidup dengan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
c. Mempunyai buku KIA
2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak bersedia menjadi responden.
b. Responden adalah ibu yang melahirkan bayi berat lahir normal.
G. Pengumpulan Data
31. 1. Instrumen Penelitian
Proses penelitian memerlukan suatu alat untuk mengumpulkan data. Alat ukur
pada penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri atas beberapa pertanyaan untuk
mendapatkan gambaran tentang usia ibu, status gizi ibu, riwayat penyakit dan
keterpaparan asap rokok terhadap kejadian BBLR. Kuesioner dibagikan kepada
responden dan responden diminta untuk menandatangani inform consent atau lembar
persetujuan terlebih dahulu sebelum mengisi kuesioner sebagaibukti bersedia menjadi
responden. Kuesioner yang dibagikan kepada responden terdiri atas 25 pertanyaan.
Pertanyaan untuk karakteristik ibu dimulai dari no. 1-6, status gizi dari no. 7-10,
riwayat penyakit dari no. 11-20, dan keterpaparan asap rokok dari no. 21-25.
Kuesioner digunakan untuk mengukur pengaruh usia ibu, status gizi, riwayat penyakit
dan keterpaparan asap rokok terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan didapat
langsung dari responden pada saat penelitian berlangsung. Data ini diperoleh
berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berada di wilayah Puskesmas
Singaparna, Tasikmalaya atau responden mengisi kuesioner yang disediakan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain selain responden.
Data sekunder digunakan sebagaidata penunjang dan data pelengkap dari data primer
yang ada relevensinya dengan keperluan penelitian, data sekunder dalam penelitian ini
diambil dari Puskesmas Singaparna dengan wawancara berupa data jumlah bayi lahir
dengan BBLR tahun 2010-2011.
H. Prosedur Penelitian
32. Penelitian yang akan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan
a. Pemilihan lahan penelitian
b. Studi pendahuluan
c. Kajian pustaka
d. Menyusun proposal penelitian
e. Konsultasi proposal penelitian
f. Seminar proposal penelitian
g. Perbaikan proposal
h. Menyusun instrument penelitian
i. Uji instrument penelitian
j. Perbaikan dan pengadaan instrument penelitian (apabila ditemukan pertanyaan
yang tidak valid).
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pemberian informasi
Responden diberikan informasi tentang pelaksanaan penelitian dengan
cara diminta kesediannya untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan
menandatangani informed consent (pernyataan kesediaan menjadi responden).
b. Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2012 di Puskesmas
Singaparna, Tasikmalaya.
c. Pengolahan dan analisa data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan sistem
komputerisasi, sedangkan analisi data dalam penelitian ini menggunakan
analisa univariate dan bivariat.
I. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data berhasil dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
33. a. Editing
Langkah ini dimaksudkan untuk melakukan pemeriksaan data untuk menghindari
pengukuran yang salah dan memperjelas data yang diperoleh.
b. Coding
Setelah dilakukan editing selanjutnya adalah pemberian kode-kode berupa angka
pada data untuk mempermudah proses pengolahan data.
c. Entry Data
Entry data yaitu proses memasukkan data ke dalam komputer sehingga dapat
dianalisa.
d. Tabulating
Tabulating yaitu melakukan penataan data kemudian menyusunnya dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi (Hidayat, 2007) .
e. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengetikan kembali data yang
sudah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.
2. Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk menyederhanakan data dalam bentuk lebih mudah
untuk dibaca. Selain itu juga pengujian secara statistik kebenaran keputusan yang
sudah ditetapkan.
Analisa data yang dilakukan meliputi :
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi
pengaruh usia ibu, status gizi, riwayat penyakit dan keterpaparan asap rokok
yang mempengaruhi berat badan bayi lahir dari tiap variabel dependen dan
independen, analisis univariat melalui distribusi frekuensi dengan perhitungan
persentase.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat yaitu untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh usia ibu, status gizi, riwayat penyakit dan keterpaparan asap rokok
terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). Metode statistik yang
34. digunakan untuk menguji hipotesis adalah menggunakan Chi Square dengan
rumus sebagai berikut:
𝑥2 =
∑ 2( 𝑓𝑜−𝑓ℎ)
𝑓ℎ
Keterangan :
X² = Chi – kuadrat
fo = Frekuensi yang diperoleh
fh = Frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian hipotesis :
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Selain itu juga dilakukan analisa dengan tabulasi silang (crostabs) untuk
menghitung Odd Ratio (OR) dengan Confidence Internal (CI) 95%.
c. Analisa Multivariat
Analisa multivariat adalah analisa untuk menguji hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen secara bersama-sama menggunakan analisa
Regresi Logistik.Prosesanalisa multivariat dilakukan dengan cara
menghubungkan beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen
pada waktu yang bersamaan. Menurut Hastono (2006) analisa regresi logistik
berganda dihitung dengan rumus :
Bila nilai Z dimasukkan pada fungsi Z, maka rumus Z adalah :
Keterangan :
F(Z) : Probabilitas kejadian suatu penyakit berdasarkan faktor resiko tertentu.
Z : Nilai indeks variable independen. Nilai Z bervariasi antara -00 sampai +00
α : Konstanta
x1 : Jumlah variable independen ke 1
x2 : Jumlah variable independen ke 2
xi : Jumlah variable independen ke i
β : Koefisien
35. J. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menekankan masalah etika dalam
penyebarab kuesioner yang meliputi :
1. Persetujuan Responden (Informed Consent)
Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian serta dampak responden selama pengumpulan data. Responden
menandatangani lembar persetujuan dan mengikuti penelitian lebih lanjut. Sedangkan
mereka yang tidak bersedia menjadi responden, peneliti tidak memaksa dan tetap
menghormati haknya.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, responden tidak diharuskan
untuk mencantumkan nama pada lembar kuesioner atau nama dicantumkan dalam
inisial huruf, kemudian lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu saja.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya sekelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).
K. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 di Puskesmas Singaparna,
tasikmalaya.
36. DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.
Amiruddin, R. (2006). Risiko Asap Rokok dan Obat-obatan Terhadap Kelahiran
Prematur di Rumah Sakit St. Fatimah Makassar. J Med Nus Vol. 27 No. 4. Diakses
tanggal 16 Maret 2012 dari
http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/medhas/AA4%20Risiko%20Asa
p%20Rokok%20%28R.%20Amiruddin%29.pdf.
Anonim. (2003). Suara Merdeka Perekat KomunitasJawa Tengah. Diakses tanggal4
Desember 2011 dari http://www.suaramerdeka. com/harian/0303/10/ragam2.htm.
______. (2006). Faktor Resiko yang Ada SebelumKehamilan. Diakses tanggal16 April
2012 dari http://medicastore.com/penyakit/3209/
Faktor_Resiko_yang_Ada_Sebelum_Kehamilan.html.
37. ______. (2010). Faktor-Faktor Fisik yang Mempengaruhi Kehamilan DalamTiap
Trimester. Diakses tanggal 4 Desember 2011 dari
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/04/04/faktor-faktor-fisik-yang-mempengaruhi-
kehamilan-dalam-tiap-trimester/.
Ariawan. (2001). 80 % Ibu Hamil Menderita Anemia. Semarang :Suara Merdeka.
Departemen Gizi dan Kesehatan FKM UI. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat.(1996). Pedoman
Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis. Jakarta :Departemen Kesehatan.
______. (2000). Pedoman UmumGizi Seimbang (Panduan Untuk Petugas).Jakarta :
Departemen Kesehatan.
______. (2002). Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Bayi Ibu Hamil Dan Ibu
Menyusui (Pedoman Petugas Puskesmas). Jakarta :DKKS RI.
Diding. (2006). Kehamilan Resiko Tinggi. Diakses tanggal25 Maret 2012 dari
http://dardiantoro.multiply.com/journal/item/24.
DinKes. (2006). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Diakses tanggal25 Februari
2012 dari http://www.depkes.go.id/downloads/profil/prov%20jateng%202006.pdf.
38. Fibriana, A. I. (2007). Faktor- FaktorRisiko yang Mempengaruhi Kematian Maternal
(Studi Kasus di Kabupaten Cilacap).Artikelpublikasi. Diakses tanggal 23 Maret 2012
dari http://www.pdffactory.com.
Hastono, S. P. (2006). Statistik Kesehatan.Jakarta :PT. Rajagrafindo Persada.
Hidayat, A. A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika.
Jones, L. D. (2001). Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi (eds 6). Jakarta :Hipokrates.
Jumiarni dan Mulyani. (1995). Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta :Buku
Kedokteran EGC.
Mansjoer, A.,dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI :
Jakarta.
Manuaba, I. B. G. (1998). Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :EGC.
Moehji, S. (2003). Ilmu Gizi II Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta :Papas Sinar Sinanti
Bhratara.
39. Mutalazimah. (2005). Hubungan LingkarLengan Atas (LILA) dan KadarHemoglobin
(Hb) Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD dr.Moewardi Surakarta.
Dalam : Jurnal Penelitian Sains& Teknologi,Vol. 6, No.2, 2005: 114 – 126.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta.
______ . (2007). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta :Rineka Cipta.
Nurfiqiyana, F. (2009). Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Skripsi tidak
dipublikasikan. FIK Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jawa Tengah.
Profil Singaparna. Profil Kesehatan Singaparna 2012. Desa Singaparna.
Pudjiadi, S. (2003). Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta :Balai Penerbit FKUI.
Rizmy. (2010). Kandungan Rokok dan Akibatnya. Diakses tanggal19 Desember 2011
dari http://cyberpekanbaru.blogspot.com/2010/04/kandungan-rokok-dan-akibatnya.html.
Saraswati,E. (1998). Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia untuk
Melahirkan Bayi dengan Berat Badan LahirRendah (BBLR). Penelitian Gizi dan
Makanan jilid 21. Diakses 25 Februari 2012 dari
http://tumoutou.net/702_07134/zulhaida_lubis.htm.
Setianingrum, S. I. (2005). Hubungan Antara Kenaikan Berat Badan, Lingkar Lengan
Atas, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi Lahirdi
PuskesmasAmpel I Boyolali Tahun 2005.Diakses 02 April 2012 dari
http://www.kesmasunnes.or.id/data /index.php?action=4&idx=16.
40. Setyowati. (2003). Komplikasi Anemia Sering Tak Terduga. Sriwijaya Post.
Sitorus, Ronald H, dkk. (1999). Pedoman Perawatan Kesehatan Ibu dan Janin Selama
Kehamilan. Bandung:CV. Pionir Jaya Bandung.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta :EGC
Sugiyanto. (2002). Hubungan Tekanan Darah dan KadarHaemoglobin Pada Ibu Hamil
dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Cibabat Cimahi Provinsi Jawa
Barat. Thesis,Diponegoro University. Diakses pada tanggal 18 Maret 2012 dari
http://www.fkm.undip.ac.id.
Supariasa, I. D. N,dkk. (2003). Penilaian Status Gizi. Jakarta :Buku Kedokteran EGC.
Warouw, N. N. dan S. Wiriadinata. (2002). Hubungan SerumFeritin Ibu Hamil
Trisemester Ke Tiga dengan Bayi Berat Lahir Rendah. Artikelhasil penelitian FK
Universitas Samratulangi : Manado. Diakses tanggal 16 April 2012 dari
http://www.kalbefarma.com/cdk.
Wiknjosastro, H dan Saifuddin, A. B. (Eds). (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta :Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Zaenab, R dan Joeharno. (2006). Beberapa FaktorRisiko Kejadian BBLR di Rumah Sakit
Al Fatah Ambon Periode Januari-Desember Tahun 2006. Diakses tanggal28 Mei 2012
dari http://blogjoeharno.blogspot.com/2008/05/berat-badan-lahir-rendah-bblr.html
Homework Help
41. https://www.homeworkping.com/
Math homework help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Algebra Help
https://www.homeworkping.com/
Calculus Help
https://www.homeworkping.com/
Accounting help
https://www.homeworkping.com/
Paper Help
https://www.homeworkping.com/
Writing Help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutor
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/